PUBLIC HEARING
PERUBAHAN PERMENTAN NO.
16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
LATAR BELAKANG
o Paket Kebijakan Ekonomi XV tanggal 15 Juni 2017 untuk penyederhanaan peraturan Tata Niaga Ekspor Impor
o Deregulasi pemberian rekomendasi impor produk hortikultura olahan oleh BPOM (Surat Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan – BPOM No.
ST.06.533.10.17.09702 Tanggal 18 Oktober 2017)
o Kebijakan jenis produk hortikultura yang dapat diimpor.
o Evaluasi penerbitan RIPH 2017
PEMBAHASAN PERUBAHAN PERMENTAN TENTANG RIPH
No. Tanggal Tempat Peserta
1 31 Agustus – 1 September 2017 Depok Ditjen Hortikultura dan Biro Hukum
2 4 Agustus 2017 Biro Hukum Ditjen Hortikultura, Barantan, PPVTPP, Biro Hukum, Inspektorat Jenderal
3 8-10 Agustus 2017 Depok Ditjen Hortikultura dan Biro Hukum 4 18-19 September 2017 Depok Biro Hukum dan Ditjen Hortikultura 5 17 Oktober 2017 Biro Hukum Biro Hukum dan Ditjen Hortikultura
6 3 Oktober 2017 Ditjen
Hortikultura
Ditjen Horti, Barantan, Pusat PVTPP, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen PKTN - Kemendag, Ditjen Daglu – Kemendag.
7 10 Oktober 2017 Ditjen
Hortikultura
Ditjen Horti, Ditjen Daglu, Ditjen Bea dan Cukai, BPOM.
8 27 Oktober 2017 Ditjen
Hortikultura
Ditjen Hortikultura
PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017
NO SEBELUM NO SESUDAH
1 Pasal 5
(1) RIPH harus mempertimbangkan produksi hortikultura di dalama negeri
(2) Selain memepertimbangkan produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 91) RIPH harus mendorong produksi dalam negeri
Pasal 5
(1) RIPH harus mempertimbangkan produksi Hortikultura di dalam negeri.
(2) Selain mempertimbangkan produksi Hortikultura di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RIPH harus mendorong produksi dalam negeri dan mempertimbangkan kepentingan nasional seperti neraca perdagangan dan dampak iklim.
2 Pasal 10
(1) RIPH diterbitkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk 1 (satu) Pelaku Usaha.
(2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan permohonan RIPH sewaktu- waktu.
(3) Permohonan RIPH untuk tahun berjalan dapat diajukan pada bulan November tahun sebelumnya.
1 Pasal 10
(1) RIPH diterbitkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk 1 (satu) Pelaku Usaha.
(2) RIPH dapat diterbitkan paling banyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk RIPH Segar untuk bahan baku industri.
(3) RIPH dapat diterbitkan paling banyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun takwin untuk RIPH Segar untuk konsumsi jika terjadi kondisi yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional.
(4) Penerbitan RIPH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat dilakukan setelah pelaku usaha merealisasikan impor dan menyampaikan laporannya.
(5) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) dapat mengajukan permohonan RIPH sewaktu-waktu.
(6) Permohonan RIPH untuk tahun berjalan dapat diajukan pada bulan
November tahun sebelumnya.
PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017
NO SEBELUM NO SESUDAH
3 Pasal 16
Persyaratan administrasi untuk Pelaku Usaha dan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi:
a. akte pendirian perusahaan, dan perubahannya yang terakhir;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pimpinan perusahaan;
d. keterangan domisili perusahaan;
e. API-U untuk umum;
f. API-P untuk industri;
g. surat pernyataan tidak memasukkan Produk Hortikultura yang melebihi waktu 6 (enam) bulan sejak panen untuk Produk Hortikultura segar;
h. surat rekomendasi pemasukan Produk Hortikultura olahan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan;
i. surat pernyataan menguasai sarana penyimpanan dan alat transportasi Produk Hortikultura yang sesuai dengan karakter dan jenis produk.
j. surat pernyataan kesesuaian daya tampung gudang penyimpanan;
k. surat pernyataan tidak akan menjual Produk Hortikultura yang diimpor ke pasar umum bagi Pelaku Usaha pemilik API-P;
l. surat pernyataan kesanggupan untuk pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri untuk permohonan RIPH bawang putih;
m.laporan rekapitulasi realisasi Impor Produk Hortikultura waktu impor sebelumnya bagi yang pernah melakukan impor Produk Hortikultura; dan n. surat pernyataan bermaterai yang menyatakan dokumen yang disampaikan
benar dan sah.
3 Pasal 16
Persyaratan administrasi untuk Pelaku Usaha dan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi:
a. akte pendirian perusahaan, dan perubahannya yang terakhir;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pimpinan perusahaan;
d. keterangan domisili perusahaan;
e. API-U untuk umum;
f. API-P untuk industri;
g. surat pernyataan tidak memasukkan Produk Hortikultura yang melebihi waktu 6 (enam) bulan sejak panen untuk Produk Hortikultura segar;
k. surat pernyataan tidak akan menjual Produk Hortikultura yang diimpor ke pasar umum bagi Pelaku Usaha pemilik API-P;
l. surat pernyataan kesanggupan untuk pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri untuk permohonan RIPH bawang putih;
m. surat rencana penanaman bawang putih yang diketahui dinas daerah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian untuk permohonan RIPH bawang putih;
n. surat pernyataan bertanggung jawab penuh terhadap komitmen penanaman bawang putih di dalam negeri yang tertuang di dalam Nota Kerjasama kemitraan dengan kelompok tani;
o. laporan realisasi penananaman bawang putih di dalam negeri bagi yang telah merealisasikannya;
p. laporan rekapitulasi realisasi Impor Produk Hortikultura waktu impor
sebelumnya bagi yang pernah melakukan Impor Produk Hortikultura;
PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017
NO SEBELUM NO SESUDAH
4 Pasal 20
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi:
a. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, harus memenuhi ketentuan keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, yang pertama kali dimasukkan dari negara asal harus dilengkapi hasil analisa risiko organisme pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina Pertanian;
c. Produk Hortikultura olahan, harus memenuhi keamanan pangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. keterangan kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau sertifikat penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan;
e. registrasi bangsal pascapanen (packing house) yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dari negara asal yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan; dan
f. surat keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi dari kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau disertifikasi penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP).
g. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
4 Pasal 20
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi:
a. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, harus memenuhi ketentuan keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, yang pertama kali dimasukkan dari negara asal harus dilengkapi hasil analisa risiko organisme pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina Pertanian;
d. sertifikat penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) atau sertifikat setara yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan;
e. registrasi bangsal pascapanen (packing house) yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dari negara asal yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan;
f. surat keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi dari kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau disertifikasi penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP)
g. Produk Hortikultura yang dapat diimpor memenuhi karakteristik yang ditentukan.
(2) Produk hortikultura sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIA yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, harus dilengkapi dengan sertifikat keamanan pangan dari negara asal sesuai dengan ketentuan yang berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, f dan ayat (2) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017
NO SEBELUM NO SESUDAH
5 Pasal 30
(1) Pelaku Usaha yang melakukan Impor Produk Hortikultura bawang putih segar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri.
(2) Pengembangan penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri atau bermitra dengan kelompok tani.
(3) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada lahan baru.
(4) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak RIPH diterbitkan.
(5) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal, dan diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman.
(6) Kewajiban melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri, sesuai dengan Format-8.
(7) Format-8 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
5 Pasal 30
(1) Pelaku Usaha yang melakukan Impor Produk Hortikultura bawang putih segar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri.
(2) Pengembangan penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri atau bermitra dengan kelompok tani.
(3) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada lahan baru.
(4) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak RIPH diterbitkan
(5) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal, diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman.
(6) Kewajiban melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri, Nota Kesepakatan dengan kelompok tani dan surat rencana penanaman bawang putih yang diketahui dinas daerah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian, sesuai dengan format-8 dan format-9.
(7) Format-8 dan format-9 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(8) Pelaku usaha yang telah melakukan penanaman bawang putih di dalam negeri, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diprioritaskan dalam penerbitan RIPH.
(9) Pelaku usaha yang sudah melaksanakan kerjasama dengan kelompok tani dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan RIPH bawang putih dengan menyampaikan nota kerjasama dengan kelompok tani dan rencana tanamnya dengan diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman.
(10) Pelaku usaha yang sudah merealisasikan tanam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tapi belum sesuai dengan komitmen kesanggupan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib menyampaikan pernyataan akan merealisasikan penanaman di dalam negeri secara penuh.