• Tidak ada hasil yang ditemukan

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk. Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk. Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

12

3. Hasil Penelitian

3.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, tingkat ekonomi, dan pendidikan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 50 orang yang mewakili 50 rumah tangga baik untuk kuesioner FFQ dan juga recall 24 jam. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia Jenis kelamin Jumlah

(orang)

Persentase (%) Perempuan Laki-laki

20-35 8 - 8 16

35-50 13 - 13 26

50-65 21 - 21 42

>65 8 - 8 16

Total 50 - 50 100

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden yang digunakan dalam penelitian ini dengan total jumlah 50 orang seluruhnya adalah perempuan. Dapat dilihat bahwa usia responden berkisar dari dewasa muda hingga lansia. Responden paling banyak berusia sekitar 50-65 tahun yaitu 42%, kemudian usia sekitar 35-50 yaitu 26%.

Pengelompokkan responden yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan tingkat ekonominya, 40% dari responden berada pada tingkat ekonomi bawah, kemudian 40% tingkat ekonomi menengah, dan 20% dari tingkat ekonomi atas. Jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 58%

kemudian diikuti oleh pekerjaan wiraswasta 26%, pegawai swasta 8%, buruh 6%, dan

PNS 2%. Dari tingkat pendapatan, dapat diketahui bahwa responden dengan pendapatan

dibawah Rp 2.000.000,- adalah sekitar 38%, dan responden dengan pendapatan Rp

2.000.000 – Rp 5.000.000,- adalah 34%.

(2)

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh, 56% responden adalah lulusan SMA, 24% adalah lulusan SMP, 14% adalah lulusan Perguruan Tinggi, dan 6% adalah lulusan SD. Dapat diketahui bahwa 94% dari responden memiliki pengetahuan tentang gizi yang baik, sementara 6% responden masih memiliki pengetahuan tentang gizi yang kurang baik.

Tabel 3. Karakteristik Responden

Karakteristik n %

Tingkat Ekonomi Keluarga

Bawah 20 40

Menengah 20 40

Atas 10 20

Total 50 100

Pendapatan Keluarga

< Rp 2.000,000 19 38

Rp 2.000.000 – 5.000.000,- 17 34

Rp 5.000.000 – 10.000.000,- 8 16

> Rp 10.000.000,- 1 2

Tidak tahu 5 10

Total 50 100

Jumlah Anggota Keluarga

Kecil (<4 atau 4) 39 78

Besar (>4) 11 22

Total 50 100

Jenis Pekerjaan Responden

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 2

Pegawai Swasta 4 8

Wiraswasta 13 26

Petani 0 0

Nelayan 0 0

Buruh 3 6

Ibu Rumah Tangga 29 58

Total 50 100

Pendidikan Terakhir Responden

SD 3 6

SMP 12 24

SMA 28 56

Perguruan Tinggi 7 14

Total 50 100

Pengetahuan Gizi Responden

Baik 3 6

Kurang Baik 47 94

Total 50 100

(3)

3.2. Daftar Jenis Makanan Sumber Karbohidrat

Daftar jenis, gambar, beserta ukuran rumah tangga (URT) makanan sumber karbohidrat yang umum dikonsumsi oleh responden berdasarkan hasil FFQ dan Recall 24 Jam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Jenis Makanan Sumber Karbohidrat Responden

No Jenis Gambar Berat (gram) URT

1 Nasi putih 100 ¾ gelas

2 Kentang 100 1 buah sedang

3 Pisang rebus 125 1 buah sedang

4 Ubi 135 1 buah sedang

5 Singkong 120 1 buah sedang

6 Mie kering 50 1 gelas

(4)

Tabel 4. Daftar Jenis Makanan Sumber Karbohidrat Responden (lanjutan)

No Jenis Gambar Berat (gram) URT

7 Roti tawar 70 1 iris

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis makanan sumber karbohidrat yang umum dikonsumsi oleh responden diantaranya adalah nasi putih, kentang, pisang rebus, ubi, singkong, mie, dan roti tawar. Berat dalam gram serta URT dari masing-masing makanan sumber karbohidrat berbeda. Masing-masing makanan sumber karbohidrat memiliki nilai gizi serta mengandung energi yang berbeda-beda berdasarkan jenis makanan sumber karbohidrat serta porsinya.

3.3. Jenis, Frekuensi, dan Jumlah Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat

Jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi makanan sumber karbohidrat tiap individu responden dengan menggunakan kuesioner FFQ (Lampiran 5, halaman 72) dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Frekuensi dan Jumlah Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Responden

No Jenis Frekuensi per hari Gram per hari

1 Nasi putih 2,66 350,00

2 Nasi merah 0,08 7,08

3 Bubur nasi 0,05 4,30

4 Ketan 0,02 0,72

5 Bihun 0,06 4,71

6 Jagung 0,04 7,22

7 Kentang 0,08 17,96

8 Mi basah 0,03 5,68

9 Mi kering 0,04 2,04

10 Roti putih 0,27 4,36

11 Singkong 0,20 28,58

12 Ubi 0,13 23,44

13 Pisang Rebus 0,20 36,64

(5)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis makanan sumber karbohidrat yang paling dominan dikonsumsi adalah nasi putih dengan frekuensi 2,66 atau dibulatkan menjadi 3 kali sehari, dengan jumlah sekitar 350 gram per hari. Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan frekuensi yang cukup besar antara nasi putih dengan jenis makanan sumber karbohidrat lainnya. Pisang rebus dikonsumsi 36,64 gram per hari dengan frekuensi 0,20 kali sehari. Singkong dikonsumsi 28,58 gram per hari dengan frekuensi 0,20 kali sehari. Sementara itu, ubi dikonsumsi 23,44 gram sehari dengan frekuensi 0,13 kali per hari.

Frekuensi konsumsi makanan sumber karbohidrat yang diperoleh dari hasil Recall Diet 24 Jam dapat dilihat pada Gambar 3. Grafik tersebut menunjukkan bahwa dari data Recall diet 24 jam selama 2 minggu, terdapat 8 jenis makanan sumber karbohidrat yang dikonsumsi oleh para responden. Jenis makanan sumber karbohidrat yang paling sering dikonsumsi adalah nasi putih yaitu sebanyak 299 kali dikonsumsi. Roti, lontong, mie kering, dan nasi merah masing-masing dikonsumsi sebanyak 4 kali. Sementara itu, bubur, mie basah, dan singkong hanya dikonsumsi 1 kali. Dapat diketahui bahwa 99%

dari responden mengkonsumsi nasi putih sebagai makanan sumber karbohhidrat sehari- hari.

Gambar 3. Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Berdasarkan Recall Keluarga Responden Selama 2 Minggu

299

4 4 4 2 1 1 1

0 50 100 150 200 250 300 350

Nasi putih

Roti Lontong Mie kering

Nasi merah

Bubur Mie basah

Singkong

Frekuensi konsumsi (kali)

Jenis makanan sumber karbohidrat

(6)

3.4. Asupan Energi dari Makanan Sumber Karbohidrat yang Dikonsumsi

Keluarga

Rata-rata persentase kecukupan energi yang diperoleh dari konsumsi makanan sumber karbohidrat oleh keluarga responden dapat dilihat di Tabel 6. Angka kecukupan energi diperoleh dengan membandingkan total kebutuhan energi per keluarga (Lampiran 3, halaman 55) dengan total asupan energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat yang dikonsumsi per keluarga responden (Lampiran 4, halaman 61).

Tabel 6. Persentase Rata-rata Kecukupan Energi Berdasarkan Beberapa Parameter

Parameter Kelompok Jumlah

Rata-rata Kebutuhan Energi (kkal)

Rata-rata Ketersediaan

Energi (kkal)

Kecukupan Energi

(%)

Tingkat Ekonomi (TE)

Keluarga

Bawah 20 7377,50 1219,09 18,32

Menengah 20 7307,50 1333,48 18,88

Atas 10 6810,00 1315,56 21,00

Pendapatan Keluarga

< 2 juta 19 7323,68 1228,51 18,80

2-5 juta 17 8001,47 1448,59 18,58

5-10 juta 8 7228,13 1325,99 18,64

> 10 juta 1 4225,00 1662,25 39,34

Tidak tahu 5 4915,00 793,83 18,49

Jumlah Anggota Keluarga

Kecil ( ≤4 orang) 39 5907,05 1049,23 19,45 Besar ( >4 orang) 11 11947,73 2117,01 17,73

Pendidikan Responden

SD 3 8283,33 1177,22 13,75

SMP 12 6891,67 1117,88 19,71

SMA 28 7573,21 1386,32 18,76

Perguruan Tinggi 6 5766,67 1219,54 19,44

Lainnya 0 7600,00 1126,67 0,00

Pengetahuan Gizi Responden

Kurang baik 3 8008,33 1021,14 12,67

Baik 47 7186,70 1300,93 19,48

Rata-rata 7236 1284,14 19,08

(7)

Dapat dilihat bahwa pada Tabel 6, responden dengan latar belakang tingkat ekonomi bawah memiliki persentase kecukupan energi sebesar 18,32%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 18,32% dari kebutuhan energi keluarga tersebut telah tercukupi dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat dalam rumah tangga tersebut. Selanjutnya, persentase kecukupan energi dari tingkat menengah sebesar 18,88%, dan pada tingkat ekonomi atas adalah 21,00%. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi maka semakin tinggi pula persentase angka kecukupan energi yang terpenuhi. Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh, responden dengan latar belakang lulusan SMP memiliki persentase kecukupan energi sebesar 19,71% yang merupakan persentase tertinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya, kemudian lulusan Perguruan Tinggi sebesar 19,44%, lulusan SMA sebesar 18,76%, dan terakhir adalah lulusan SD sebesar 13,75%.

Pada responden dengan pendapatan dibawah 2 juta rupiah memiliki persentase kecukupan energi sebesar 18,80 %, responden dengan pendapatan 2-5 juta rupiah sebesar 20,21 %, responden dengan pendapatan 5-10 juta rupiah sebesar 18,64 %, responden dengan pendapatan lebih dari 10 juta rupiah sebesar 39,34 %, dan responden dengan pendapatan yang tidak diketahui adalah sebesar 18,49 %.

Berdasarkan pengetahuan gizi, dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan gizi kurang baik memiliki presentase kecukupan energi 12,67 %, nilai tersebut lebih rendah daripada pengetahuan gizi yang baik dengan presentase kecukupan energi 19,48 %. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, responden dengan anggota kurang dari atau sama dengan 4 memiliki presentase kecukupan energi 19,45 %, hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan keluarga dengan jumlah anggota keluarga besar yaitu dengan nilai 17,73 %.

3.5. Hubungan Antara Jumlah Konsumsi Nasi Putih dengan Beberapa Parameter

3.5.1. Uji Korelasi Jumlah Konsumsi Nasi Putih dengan Beberapa Parameter

Berdasarkan data Recall Diet 24 Jam maka dapat diketahui jumlah nasi putih yang

dikonsumsi oleh keluarga responden (Lampiran 4, halaman 61).

(8)

Hasil uji korelasi antara data jumlah konsumsi nasi putih tersebut dengan variabel- variabel lainnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji Korelasi Jumlah Nasi Putih yang Dikonsumsi Rumah Tangga Responden dengan Beberapa Parameter

Tingkat

Ekonomi Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Gizi Jumlah Konsumsi Nasi

Putih 0,68 0,054 -0,31 0,164

Signifikansi 0,545 0,627 0,777 0,148

Keterangan: ** p<0,01 (2-tailed) pada tingkat kepercayaan 95%

*p<0,05 (2-tailed) pada tingkat kepercayaan 99%

Berdasarkan uji korelasi pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa parameter tingkat ekonomi, pendidikan dan pengetahuan gizi tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan jumlah konsumsi nasi putih. Hasil korelasi antara jumlah konsumsi nasi putih dengan pendapatan memiliki nilai negatif yaitu -0,31 yang berarti keduanya memiliki hubungan yang berbanding terbalik meskipun tidak signifikan.

3.5.2. Uji Beda Jumlah Nasi Putih yang Dikonsumsi Rumah Tangga Responden dengan Jumlah Anggota Keluarga

Hasil uji beda antara data jumlah konsumsi nasi putih tersebut dengan jumlah anggota keluarga dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji Beda antara Jumlah Nasi Putih yang Dikonsumsi Rumah Tangga Responden dengan Jumlah Anggota Keluarga

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil signifikansi pada parameter jumlah anggota keluarga sebesar 0,039. Hasil tersebut kurang dari 0,05; maka hipotesis awal diterima yaitu terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah konsumsi nasi putih pada keluarga dengan jumlah anggota sedikit dengan keluarga besar.

Parameter Asymp. Sygn.

Jumlah Anggota Keluarga 0,039

(9)

3.6. Hubungan Antara Angka Kecukupan Energi dengan Beberapa Parameter

3.6.1. Uji Korelasi Antara Angka Kecukupan Energi dengan Beberapa Parameter Hasil uji hubungan antara angka kecukupan energi dengan beberapa parameter menggunakan metode uji korelasi Kendall’s tau-b (Lampiran 8, halaman 79) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji Korelasi Angka Kecukupan Energi dengan Beberapa Parameter

Keterangan: ** p<0,01 (2-tailed) pada tingkat kepercayaan 95%

*p<0,05 (2-tailed) pada tingkat kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara kecukupan energi dengan tingkat ekonomi memiliki nilai 0,264 dengan signifikasi 0,018; menunjukkan hubungan yang nyata dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi maka semakin tinggi pula angka kecukupan energi yang terpenuhi. Angka kecukupan energi memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, pendapatan, maupun pengetahuan gizi meskipun tidak signifikan.

3.6.2. Uji Beda Antara Angka Kecukupan Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga

Hasil uji beda antara data angka kecukupan energi dengan variabel-variabel lainnya dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji Beda antara Angka Kecukupan Energi Rumah Tangga dengan Jumlah Anggota Keluarga

Tingkat

Ekonomi Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Gizi Angka Kecukupan

Energi 0,264* 0,193 0,174 0,155

Signifikasi 0,018 0,083 0,110 0,266

Parameter Asymp. Sygn.

(10)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada parameter jumlah anggota keluarga menunjukkan angka 0,196 yang lebih besar dari 0,05; hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis awal ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan angka kecukupan energi yang nyata antara rumah tangga keluarga kecil dan keluarga besar.

Jumlah Anggota Keluarga 0,196

(11)

Gambar

Tabel  2. Karakteristik  Responden  Berdasarkan  Usia  dan Jenis  Kelamin
Tabel  3. Karakteristik  Responden
Tabel  4. Daftar  Jenis  Makanan  Sumber  Karbohidrat  Responden
Tabel  5.  Rata-rata  Frekuensi  dan  Jumlah  Konsumsi  Makanan  Sumber  Karbohidrat  Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di perusahaan telah berhasil membuat rancangan perbaikan dan telah dilakukan implementasi perbaikan untuk 6 jenis cacat yang penting untuk

Pada awalnya Vipro-G memperkenalkan produknya sebagai salah satu minuman kesehatan yang ditujukan hanya untuk para perokok agar dapat menetralisir radikal bebas yang ada di

INTERA KSI MATER NAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi kesejahtera an dan tumbuh kembang janin (antenatal screening) INTERAKSI MATERNAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi

Bahwa berdasarkan kualifikasi syarat tersebut, para Pemohon merupakan pihak yang memiliki hak konstitusional yang diberikan oleh Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945, yaitu sebagai

Unsur sensualitas sangat tergambar dari gambar di atas serta pada lirik lagu di atas yaitu pada kalimat “cinta-cinta lakukan dengan cinta bila kamu mau” makna dari

Aplikasi Irama Kenjoan Pada Bass Drum, Floor Tom, Hi-hat, Snare Drum Dan Small Tom Dalam Bentuk Notasi Drumset .... Score Irama Krotokan Dalam Bentuk Notasi Kendang

Tingkat pendidikan, jenis game yang dimainkan, lama bermain game, jumlah jam bermain, jumlah uang yang dihabiskan saat bermain, pihak yang mengenalkan game, teman yang dikenal

Langkah awal K- Medoids adalah mencari titik yang paling representatif (medoids) dalam sebuah dataset dengan menghitung jarak dalam kelompok dari semua kemungkinan