• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMAINAN POTONG DAN WARNAI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI MEMBANDINGKAN, MENGURUTKAN DAN MENJUMLAHKAN PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan RancakalongKabupate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERMAINAN POTONG DAN WARNAI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI MEMBANDINGKAN, MENGURUTKAN DAN MENJUMLAHKAN PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan RancakalongKabupate"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan RancakalongKabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

EKA MELISA OKTAVIANI 0902839

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang)

Oleh

Eke Melisa Oktaviani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Eka Melisa Oktaviani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

i

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembelajaran Konvensional ... 12

E. Pemahaman Matematik ... 12

F. Pecahan ... 15

1. Jenis Pecahan ... 15

2. Membendingkan Pecahan ... 16

3. Mengurutkan Pecahan ... ... 17

4. Operasi Penjumlahan Pecahan ... 17

G. Teori Belajar Matematika ... 18

1. Teori Belajar Ausebel ... 18

2. Teori Belajar Jerome Bruner ... 19

3. Teori Belajar Konstruktivisme ... 19

4. Teori Belajar Jean Piaget ... 19

5. Teori Belajar Dienes ... 20

H. Pembelajaran Operasi Hitung Pecahan ... 21

I. Penelitian yang Relevan ... 22

J. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode dan dsain Penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 25

1. Populasi ... 25

(4)

ii

C. Prosedur Penelitian ... 28

1. Tahap Perencanaan ... 28

2. Tahap Pelaksanaan ... 28

a. Tahap Pelaksanaan di Kelas Kontrol... 28

b. Tahap Pelaksanaan di Kelas Eksperimen ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 31

1. Tes ... 31

a. Validitas Instrumen ... 31

b. Reliabilitas Instrumen ... 34

c. Tingkat Kesukaran ... 35

d. Daya Pembeda ... 37

2. Skala Sikap ...38

3. Wawancara ... 38

4. Observasi ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 39

1. Data Kuantitatif... 39

2. Data Kualitatif... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Hasil Pretes ... 45

2. Hasil Postes ... 50

3. Analisis N-gain ... 57

D. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 88

(5)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar SD se-Kecamatan Rancakalong ... 26

3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 32

3.3 Validitas Tiap Butir Soal tes Hasil Belajar ... 32

3.4 Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematik... 34

3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 35

3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 36

3.7 Analisis Tingkat Kesukaran ... 36

3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 37

3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 38

3.10 Kriteria Presentase Skala Sikap ... 42

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 45

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 46

4.3 Uji Normalitas Pretes ... 48

4.4 Uji Mann Whitney ... 50

4.5 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 51

4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 52

4.7 Uji Normalitas Postes ... 54

4.8 Uji Independent Samples Test ... 56

4.9 Data Hasil Skala Sikap Siswa ... 59

4.10 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan I) ... 63

4.11 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan I) ... 63

4.12 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan II) ... 64

4.13 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan II) ... 64

4.14 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan III) ... 65

4.15 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan III) ... 65

4.16 Rekapitulasi Sktivitas Siswa ... 65

(6)

iv

4.18 Uji Klomogrov-Smirnov Pretes Postes Kelas Eeksperimen ... 68

4.19 Uji Independent Sample t-test Pretes Postes Kelas Eksperimen ... 70

4.20 Uji Klomogrov-Smirnov Pretes Postes Kelas Kontrol ... 72

4.21 Uji-U Mann Whitney Pretes Postes Kelas Kontrol ... 74

4.22 �����Kelas Eksperimen ... 75

4.23 ����� Kelas Kontrol ... 76

4.24 Uji Klomogrov-Smirnov����� Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 77

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47

4.2 Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 48

4.3 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 49

4.4 Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 53

4.5 Hasil Postes Kelas Kontrol ... 53

4.6 Normalitas Data Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 55

4.7 Abnormalitas Data Nilai Postes Kelas Kontrol ... 55

4.8 Rata-rata Nilai Pretes Postes ... 57

4.9 Hasil Perhitungan Gain ... 58

4.10 Presentase Pernyataan Positif pada Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 60

4.11 Presentase Pernyataan Negatif pada Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 61

4.12 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ... 69

4.13 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ... 69

4.14 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ... 73

4.15 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ... 73

4.16 ����� Kelas Eksperimen ... 78

(8)

vi

DAFTAR LAMIRAN

Halaman

LAMPIRAN A... 88

LAMPIRAN B... 103

LAMPIRAN C... 117

LAMPIRAN D... 121

LAMPIRAN E... 125

LAMPIRAN F ... 187

(9)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bermain adalah hal yang menyenangkan terutama untuk anak-anak. Dengan bermain, mereka merasa senang dan gembira. Hal baru pun mereka ingin mencobannya. Belajar dengan bermain dapat dilakukan dengan beragam macam kegiatan. Membuat quiz, games dan kelompok belajar lebih memudahkan dalam penyerapan materi. Saat pembelajaran dilakukan, anak-anak akan merasa terlibat. Seperti yang dikemukakan oleh Tn (2010),

Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya bisa terwujud. Bermain merupakan aktivitas yang di pilih oleh anak, karena menyenangkan dan bukan karena ingin memperoleh hadiah atau pujian. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir anak pada saat menyerap materi ketika pembelajaran berlangsung, sehingga dibutuhkan alat peraga untuk membantu anak dalam menyerap materi. Alat peraga merupakan benda yang konkret. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar seperti yang dikemukakan oleh teori Piaget (Syah, 2010) sebagai berikut.

1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun) 2. Tahap Praoperasi (umur 2-7 tahun)

3. Tahap Operasi Konkret (umur 8-11 tahun) 4. Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun ke atas)

(10)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

sehingga kemampuan pemahaman matematik merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dikembangkan khususnya pada jenjang sekolah dasar.

Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006: 30) mata pelajaran matematika memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang akan diuraikan di bawah ini.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pemahaman matematik dapat dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman matematik sebagai proses berarti pemahaman matematik adalah suatu proses pengamatan kognisi yang tak langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori yang akan dipahami, mempertunjukkan kemampuannya di dalam menerapkan konsep/teori yang dipahami pada keadaan dan situasi-situasi yang lainnya. Sementara itu, sebagai tujuan, pemahaman matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas. Dengan demikian, kemampuan pemahaman matematik merupakan suatu kekuatan yang harus diperhatikan dan diperlakukan secara fungsional dalam proses dan tujuan pembelajaran matematika.

(11)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

mengajarkan materi yang telah disiapkan untuk disampaikan kepada para siswanya. Dengan cara demikian, materi yang ada pada buku paket dapat segera habis tersampaikan. Untuk selanjutnya, dengan menggunakan tes dapat ditentukan pula keberhasilan guru mengajar ataupun keberhasilan siswa belajar. Saat materi sudah habis tersampaikan jauh sebelum waktu tes sumatif, tanpa peduli siswa mengerti atau tidak, yang terpenting adalah tidak ada lagi perasaan dikejar-kejar beban menyampaikan materi. Sekalipun masih banyak siswa yangtidak begitu mengerti, masih ada waktu untuk mengulanginya. Guru-guru yang demikian tidak memikirkan bagaimana agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih bermakna bagi siswa dan matematika bisa bermanfaat bagi penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.Menurut penelitian yang dilakukan sekitar abad ke-19 terdapat hasil yang menunjukkan bahwa belajar tidak melalui latihan hafalan dan mengasah otak, namun diperoleh siswa melalui bagaimana siswa berbuat, berpikir memperoleh persepsi dan lain-lain (Ruseffendi, dkk., 1992). Hal ini sangat jelas menandakan bahwa setiap yang dipelajari oleh siswa harus bisa berkesan baik, fungsinya jelas dan manfaatnya pasti dalam kehidupan siswa.

(12)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini akan diuraikan di bawah ini.

a. Apakah pembelajaran dengan menggunakan permainan potong dan warnai bisa meningkatkan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan pada materi pecahan?

b. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan pada materi pecahan?

c. Apakah kemampuan pemahaman siswa dengan menggunakan permainan potong dan warnai lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional pada materi pecahan?

d. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan permainan potong dan warnai pada materi pecahan?

2. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada permainan potong dan warnai untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Penelitian ini dibatasi hanya pada siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Rancakalongsemester genap tahun ajaran 2012-2013 pada pokok bahasan membandingkan pecahan, mengurutkan pecahan dan menjumlahkan pecahan. Dasar pemilihan materi tersebut adalah sebagai berikut ini.

a. Pecahan merupakan salah satu materi yang banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Termasuk salah satu materi yang cocok disajikan menggunakan media pembelajaran.

c. Memuat aspek-aspek yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan pemahamannya.

(13)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan menggunakan permainan potong dan warnai, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan permainan potong dan warnai dalam upaya peningkatan pemahaman siswa secara signifikan pada materi pecahan.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh pembelajaran konvensional dalam upaya peningkatkan pemahaman siswa secara signifikan pada materi pecahan. 3. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa dengan menggunakan

permainan potong dan warnai lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional pada materi pecahan.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan permainan potong dan warnai pada materi pecahan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru

Dapat menjadi masukan dalam memperluas wawasan mengenai pembelajaran dengan permainan potong dan warnai sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi pecahan;

2. Bagi Siswa

Dapat mempermudah cara belajar sehingga mendapat hasil yang maksimal; 3. Bagi Peneliti

Bertambahnya wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan kreativitas pembelajaran khususnya di sekolah dasar.

4. Bagi Peneliti Lain

(14)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

E. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi penafsiran yang salah terhadap judul penelitian, maka berikut ini diberikan ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan.

1. Permainan potong dan warnai adalah suatu metode dalam pembelajaran yang digunakan sebagai upaya untuk melibataktifkan siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Permainan ini memiliki aturan dan tujuan tertentu.

2. Pemahaman yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah suatu keadaan di mana siswa mengerti terhadap konsep pecahan serta mampu mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Siswa dinyatakan paham jika siswa tersebut mampu menyelesaikan dengan benar soal yang diberikan sebagai evaluasi, dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator pemahamnnya yaitu menurut Pollatsek (Maulana, 2008) menggolongkan pemahaman ke dalam dua jenis, yakni: pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional.

a. Pemahaman komputasional adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik.

b. Pemahaman fungsional adalah suatu keadaan di saat seseorang dapat mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip dengan prinsip lainnya, dan adanya kesadaran akan proses yang sedang dikerjakannya.

3. Pecahan dapat diartikan sebagian dari sesuatu yang utuh, dalam ilustrasi gambar bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatiakanbiasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang disebut pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dinamakan penyebut. 4. Konvensional adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di

(15)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat membelajaran dengan menggunakan permainan potong dan warnai sedangkan kelompok kontrol mendapat pembelajaran yang konvensional. Kemudian diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa sebelum dilakukan perlakuan. Setelah itu diberikan postes untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahamannya. Agar acuan penilaiannya sama, maka soal pretes dan postes soalnya sama.

Maulana (2009: 24) mengemukakan bahwa desain kelompok kontrol pretes dan postes (pretest-posttest control group design) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

A = Pemilihan sampel secara acak

0 = Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

X1= Perlakuan dengan menggunakan permainan potong dan warnai X2= Perlakuan pembelajaran konvensional.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Maulana (2009: 25-26), populasi merupakan: a. Keseluruhan subjek atau objek penelitian;

b. Wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya;

c. Seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu;

A 0 X1 0

(16)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

d. Semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

(17)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.1 dikelompokan menjadi tiga, yaitu warna hijau adalah kelompok unggul, warna kuning adalah kelompok papak dan warna biru adalah kelompok asor. Lalu diundi/diacak pemilihan SD-nya.

Populasi dalam penelitian ini yaitu SD unggul di Kecamatan Rancakalong sebanyak delapan SD, yaitu SDN Sukahayu, SDN Sirnamanah, SDN Cisugan, SDN Pasirlaja, SDN Cikeusik, SDN Sukamanah I, SDN Sukamaju dan SDN Rancakalong.

2. Sampel

Untuk efisiensi waktu, biaya, dan tenaga serta mengingat populasi yang diambil ukurannya cukup besar dan relatif homogen yakni kelompok tinggi, maka dalam penelitian ini digunakan teknik sampling. Hanya tetap harus diperhatikan bahwa ukuran sampel yang diambil harus merupakan sampel yang representatif. Menurut Maulana (2009: 28), “Ukuran sampel menjadi pemikiran penting dalam menentukan sampling, yakni apakah sampel yang diambil sudah memenuhi kaidah representatif atau belum”. Kejelian dalam melakukan teknik sampling ini benar-benar sangat diperlukan, mengingat yang dilakukan adalah pencarian kebenaran dengan metode ilmiah yang keabsahannya pasti dipertanyakan. Maulana (2009) menekankan bahwa pengambilan sampel pada penelitian akan sampai kepada suatu titik yang optimal. Artinya setiap sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak terambil, lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya.

(18)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan penelitian ini meliputi sebagai berikut.

a. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

b. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

c. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk menentukan validitas isi, apakah instrumen tersebut layak untuk

digunakan atau tidak.

d. Melakukan ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas kriteria, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.

e. Melakukan pengolahan terhadap instrumen, dan jika perlu direvisi, maka diuji coba ulang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap Pelaksanaan di Kelas Kontrol

Tahap pelaksanaan penelitian di kelas kontrol meliputi sebagai berikut. 1) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan

dengan metode pembelajaran yang akan digunakan.

2) Guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

3) Guru mengarahkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan apersepsi.

4) Guru memotivasi siswa, seperti: memberi sugesti positif, membangkitkan rasa ingin tahu.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

6) Siswa diarahkan untuk membandingkan, mengurutkan dan menjumlahkan pecahan dengan menggunakan permainan potong dan warnai.

(19)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

8) Siswa diarahkan untuk membuat simpulan mengenai materi pecahan menggunakan prmainan potong dan warnai.

9) Guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran mengenai pecahan menggunakan permainan potong dan warnai.

10)Siswa diberi tindak lanjut berupa PR.

b. Tahap Pelaksanaan di Kelas Eksperimen

Tahap pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen meliputi sebagai berikut. 1) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan

dengan metode pembelajaran yang akan digunakan.

2) Guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

3) Guru mengarahkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan apersepsi. 4) Guru memotivasi siswa, seperti: memberi sugesti positif, membangkitkan

rasa ingin tahu.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

6) Siswa diarahkan untuk membandingkan, mengurutkan dan menjumlahkan pecahan dengan menggunakan permainan potong dan warnai.

7) Siswa berkelompok.

8) Setiap kelompok dibimbing untuk dapat menguasai materi membandingkan, mengurutkan dan menjumlahkan pecahan, lalu siswa dibimbing melakukan pembelajaranmembandingkan, mengurutkan dan menjumlahkan pecahan tanpa menggunakan permainan potong dan warnai.

9) Siswa diarahkan untuk membuat simpulan mengenai materi pecahandengan menggunakan permainan potong dan warnai.

10) Guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran mengenai membandingkan, mengurutkan dan menjumlahkan pecahan dengan menggunakan permainan potong dan warnai.

(20)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Secara umum penelitian ini terbagi dalam dua kegiatan yang harus dilakukan, yaitu persiapan dan pelaksanaan pembelajarannya. Bagan alur prosedur penelitian ini disajikan sebagai berikut:

Pemilihan topik bahasan

Perumusan Silabus pembelajaran

Produksi bahan ajar.

Instrumen

Uji coba instrumen

Populasi

Sampel X Y

Pretest

X : Kelompok Eksperimen Pembelajaran melalui permainan

potong dan warnai

Y : Kelompok Kontrol Pembelajaran Konvensional

Postest

Analisis data

(21)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

D. Instrumen Penelitian

Untuk pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti, maka pada penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut.

1. Test yang terdiri dari pretest dan posttest

Pretest diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengukur ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) instrumen tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba terhadap siswa kelas V SD yang telah memperoleh pembelajaran materi pecahan. Berikut ini adalah hasil uji coba instrumen tersebut.

a. Validitas Instrumen

Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan product moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan formula sebagai berikut ini.

=

∑ −(∑ )(∑ )

∑ 2− ∑ 2 ][ 2 ( )2

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y N= banyaknya peserta tes

x= nilai hasil uji coba y= nilai rata-rata harian

(22)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

KoefisienKorelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitassangattinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitastinggi

0,40 < ≤ 0,60 Validitassedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitasrendah 0,00 < ≤ 0,20 Validitassangatrendah

≤ 0,00 Tidak valid

Hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan, soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya mencapai 0,47 yang berarti validitas instrumen tes hasil penelitian ini sedang. Berdasarkan Tabel 3.2. (perhitungan validitas hasil coba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar

No soal Validitas Tafsiran

1 0,45 Sedang

2 0,46 Sedang

3 0,51 Sedang

4 0,58 Sedang

5 0,43 Sedang

6 0,39 Rendah

7 0,34 Rendah

8 0,37 Rendah

(23)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

10 0,41 Sedang

Selanjutnya dilakukan perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes pemahaman matematik, dan untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi dilakukan uji-t, dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2010: 146):

=

2

1

2

Keterangan: = Daya beda

= Koefisien korelasi antara dan = Banyaknya subjek

Uji- ini dilakukan untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan yang signifikan atau tidak. Rumusan hipotesisnya adalah:

H0 : �= 0, tidak ada hubungan yang signifikan (tidak valid)

H1 :� ≠0, ada hubungan yang signifikan (valid)

H0 diterima jika | ℎ� �|≤ � . Dalam keadaan lain H0 ditolak.

Untuk tes kemampuan pemahaman matematik dengan taraf signifikansi

(24)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Tabel 3.4

Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematik

No.

Soal

KoefisienKorelasi Interpretasi Keterangan

1 0,46 Sedang 3,54 Valid

2 0,46 Sedang 3,54 Valid

3 0,51 Sedang 4,19 Valid

4 0,58 Sedang 5,31 Valid

5 0,43 Sedang 2,23 Valid

6 0,39 Rendah 2,79 Valid

7 0,34 Rendah 2,34 Valid

8 0,37 Rendah 2,61 Valid

9 0,37 Rendah 2,61 Valid

10 0,41 Sedang 3,00 Valid

Dari sepuluh butir soal tes kemampuan pemahaman matematik tersebut diperoleh empat soal (nomor 6, 7, 8, dan 9) dengan validitas rendah, dan enam soal (nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 10) dengan validitas sedang. Selanjutnya dari hasil uji- semua butir soal memiliki ℎ� > sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa semua soal memiliki korelasi yang signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua soal tes pemahaman matematik tersebut memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

b. Reliabilitas Instrumen

(25)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut:

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diintrepretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

KoefisienKorelasi Intrepretasi

0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitassangattinggi 0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitastinggi

0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitassedang 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitasrendah

≤ 0,20 Reliabilitassangatrendah

Berdasarkan Tabel3.5, hasil coba instrumen yang digunakan dalam penelitian mencapai kriteria reliabilitas sedang dengan perolehan koefisien korelasi reliabilitas mencapai 0,54. (perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir).

c. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

IK=

� Keterangan:

(26)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu =Rata-rata skorstiap butir soal SMI =Skor maksimum ideal

Indeks kesukaran yang diperoleh hasil perhitugan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diintrepretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990:213):

(27)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu d. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

DP=

− � Keterangan :

DP = Daya pembeda

= Rata-rata skor kelompok atas = Rata-rata kelompok bawah SMI = skor maksimum ideal

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202):

Tabel 3.8

Klasifikasi daya Pembeda

Koefisien korelasi Interpretasi

DP≤ , Sangat jelek

0,00<DP≤0,20 Jelek

0,20< DP≤ , Cukup

0,40 DP≤ ,7 Baik

(28)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Berdasarkan formula diatas, tingkat daya pembeda uji coba soal yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.9

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

No

soal

DayaPembeda Tafsiran

1 0,18 Jelek

2 0,36 Cukup

3 0,31 Cukup

4 0,73 Sangatbaik

5 0,52 Baik

6 0,36 Cukup

7 0,27 Cukup

8 0,41 Baik

9 0,24 Cukup

10 0,24 Cukup

2. Skala Sikap

Sebuah skala sikap terdiri dari sekumpulan pernyataan yang setiap orang diminta untuk memberikan respon (Maulana, 2009: 38). Instrumen skala sikap digunakan untuk mengukur tingkat minat serta motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika.

3. Wawancara

(29)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan potong dan warnai. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada guru dan siswa.

4. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan (Maulana, 2009: 35). Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran baik saat di kelas maupun di luar kelas.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil skala sikap dan observasi. Adapun data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Berikut ini dipaparkan penjelasan tentang pengolahan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

1. Data Kuantitatif

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data digunakan SPSS 16.0 for windowsdengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis pengujian normalitas data.

0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal 1 = data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2) Menguji normalitas data dengan menggunakan uji liliefors

(Klomogrov-Smirnov) pada SPSS 16.

(30)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Jika kedua data kelas berdistribusi normal, mak dilanjutkan dengan pengujian homogenitas data dengan menggunakan uji Levene’s pada SPSS 16

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS 16, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis pengujian homogenitas

0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.

1 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang tidak sama atau tidak homogen.

2) Menghitung uji homogenitas data dengan menggunakan rumus Levene’s test dalam SPSS 16.

Melihat nilai signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka 0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka 0 ditolak

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Untuk menguji kesamaan dua rata-rata pretest atau dua rata-rata posttest ada tiga alternatif yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut ini.

1) Jika data dari kedua kelas tersebut normal dan homogen, maka digunakan uji independent sample t-test dengan langkah-langkah dab kriteria sebagai berikut.

(31)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

0 = kemampuan pemahaman matematik siswa sama 0 = kemampuan pemahaman matematik siswa tidak sama

3) Menghitung uji perbedaan dua rata-rata pada pretest atau nilai rata-rata posttest dengan menggunakan uji independent sample t-test dalam SPSS 16 4) Melihat nilai signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf

signifikansi 5 %. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka 0 diterima

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka 0 ditolak

5) Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama).

6) Jika salah satu atau kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik Non-Parametik dengan uji Mann Whitney pada SPSS 16.

d. Gain Normal

Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Meltzer (Fauzan, 2012: 83) yaitu sebagai berikut:

g = � −� �

� −� �

keterangan:

� = skor postes

� � = skor pretes � = skor maksimum

Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012: 83) adalah: g ≥ 0,7 Tinggi

(32)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

2. Data Kualitatif

a. Skala sikap

Bentuk skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap Likert yang terdiri dari dua pilihan jawaban yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS). Skala sikap ini terdiri dari 18 butir pernyataan mengenai minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika (format skala sikap terlampir). Siswa harus membubuhkan tanda cek (√) pada salah satu kolom isian setuju atau tidak setuju. Pengolahan hasil dari pengisian skala sikap ini yakni dengan menjumlahkan pilihan menyetujui atau tidak menyetujui terhadap masing-masing butir pernyataan. Adapun penafsiran persentase skala sikap untuk tiap butir pernyataan merupakan pengembangan dari kriteria persentase angket yang dibuat oleh Maulana (2009) sebagai berikut ini.

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Skala Sikap

Persentase Jawaban (P) (%) Kriteria

P = 0 TakSeorang Pun

0 < P < 25 Sebagian Kecil

≤ P < HampirSetengahnya

P = 50 Setengahnya

50 < P < 75 SebagianBesar

7 ≤ P < HampirSeluruhnya

P = 100 Seluruhnya

b. Wawancara

Data hasil wawancara dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan permainan potong dan warnai selama pembelajaran. Penilaian data hasil wawancara dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil wawancara selama proses pembelajaran berlangsung.

(33)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong kabupaten sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian denganmenggunakan soal tes dan lembar observasi. Soal yang digunakan yaitu soal pretes dan postes. Soal pretes sama dengan soal postes.Hal ini berguna untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa sebelum ada perlakuan dan sesudah perlakuan dengan pembelajaran menggunakanpermainan potong dan warnai dengan pembelajaran konvensional.Lembar observasi digunakan sebagai alat pendukung pengumpulan data.Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu, partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

(34)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan masalah pada Bab I serta analisis data dan hasil pembahasan pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan permainan potong dan warnaisebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan permainan potong dan warnai dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di Rancakalong pada materi pecahan. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunkan uji U dan menggunkan α = 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. P-value (Sig.2-tailed) = 0,000 dibagi dua karena dibutuhkan P-value (Sig.1-tailed), 0,000/2 = 0,000 maka P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 ditolak atau

terdapat peningkatan pemahaman yang signifikan di kelas eksperimen. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang didapat nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa permainan potong

dan warnai dapat meningkatkan pemahaman pada materi pecahan siswa kelas IV di Rancakalong secara signifikan.

2. Pembelajaran pecahan menggunakan pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di Rancakalong pada materi pecahan. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunkan α = 5% two tailed didapatkan P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena dibutuhkan P-value (Sig.1-tailed) maka nilai P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua. P-value (Sig.1-tailed) = 0,000/2 = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 ditolak

atau terdapat peningkatan pemahaman yang signifikan di kelas kontrol. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang didapat yang nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

(35)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi pecahan kelas IV di Rancakalong.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengerjakan pecahan menggunakan permainan potong dan warnai dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan, di dapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,001. Karena P-value (Sig.2-tailed) lebih kecil dari α, maka H0ditolak atauH1 diterima. Ini berarti terdapt

perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengerjakan pecahan menggunkan permainan potong dan warnai dengan siswa yang menggunkan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pecahan menggunakan permainan potong dan warnai lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV di Rancakalong.

4. Setelah melakukan pembelajaran pecahan menggunakan permainan potong dan warnai, siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran pecahan menggunakan permainan potong dan warnai.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Diharapkan guru bisa berinovasi dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa bisa mememecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekelilingnya.

3. Bagi Peneliti Lain

(36)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu 4. Bagi Sekolah

(37)

Eka Melisa Oktaviani, 2013

Permainan Potong Dan Warnai Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Membandingkan, Mengurutkan Dan Menjumlahkan Pecahan : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong Dan SDN Sirnamanah Di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Eneng, et al. (2010). Penggunaan Alat Peraga Transparan Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Penjumlahan Pecahan Brepenyebut Sama dan Tidak Sama (Penelitian tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Cileuksa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Engkoswara dan Natawidjaja, R. (1979). Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fauzan. (2012). Skripsi. Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan. PGSD UPI Kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia dalam

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/7kemampuan-pemahaman-matematis/. (5 April 2013)

Karim, A. Muchtar., dkk. (2007). Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kholik. Muhammad (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tesedia: http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=6 (11 Januari 2013)

Kurniawan, Rudy. (2009). Kemampuan Pemahaman, {emecahan Masalah Matematik serta Pembelajran Kontekstual. Tersedia dalam: http://rudyks3-

majalengka.blogspot.com/2009/01/kemampuan-pemahaman-dan-pemecahan.html.(4 April 2013) 4

Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1. Diktat Perkuliahan. Bandung.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Daftar SD se-Kecamatan Rancakalong
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep- konsep yang ada dalam judul proposal penelitian ini maka dapat ditetapkan unit amatan dari penelitian ini adalah beberapa pihak yang terkait

PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu.. Nurihsan,

Hasil perencanaan pajak penghasilan bagi CV Delima Jaya dengan menggunakan peraturan perpajakan terbaru yaitu UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah perusahaan dapat menghemat

Jumlah penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan PS, yang dilakukan oleh dosen tetap yang bidang keahliannya sama dengan PS selama tiga tahun. 93 93 7.1.5.1 Jumlah

Tujuan dari penelitian ini antara lain, (1) untuk mengetahui tanggapan responden terhadap harga sepatu pada toko The Little Things Boutique, (2) untuk mengetahui

Salah satu iklan di media sosial instagram yang menawarkan produk bagi pria metroseksual adalah produk Minyak Rambut Pomade.. Dimana Pomade mengerti bahwa minyak rambut

Dengan komitmennya tersebut maka seorang kepala perpustakaan harus terus berusaha untuk memberdayakan atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para stafnya

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui email juga ditayangkan pada website SPSE Kabupaten Bolaang Mongondow, oleh karenanya Pokja tidak dapat menerima dalih