• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROC, KOOPERATIF TIPE NHT, DAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROC, KOOPERATIF TIPE NHT, DAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN …………...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR ISI ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Definisi Operasional …...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Matematis ...

B. Pembelajaran Reciproc (Reciprocal Teaching) ...

(2)

D. Pembelajaran Langsung (Direct Intruction) ...

E. Analisis Pembelajaran Reciproc, Pembelajaran

Kooperatif tipe NHT, dan Pembelajaran Langsung

(Direct Instruction) ...

F. Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian ...

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...

C. Subjek Penelitian …...

D. Variabel Penelitian ………...

E. Instrumen Penelitian ……...

1. Analisis Reliabilitas Tes ……...

2. Analisis Validitas Tes ...

3. Analisis Daya Pembeda ...

4. Analisis Tingkat Kesukaran ...

F. Bahan Ajar ...

G. Teknik Pengumpulan Data ...

G. Teknik Pengolahan Data ...

H. Prosedur Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(3)

1. Pengolahan Data Kuantitatif ...

1.1. Analisis Skor Awal (UTS) ………..

1.2. Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis ...

2. Pengolahan Data Kualitatif ...

2.1. Sikap Siswa Ketiga Kelas Eksperimen ...

2.2. Aktivitas Siswa Ketiga Kelas ……….

2.3. Penilaian Pengjaran Guru selama Penelitian …..

B. Pembahasan ...

1. Analisis Model Pembelajaran Reciproc(PR) tehadap

Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHTdan

Langsung (PL) ……….

a. Peringkat rerata PR lebih tinggi dibandingkan

peringkat rerata NHT ………...

b. Peringkat rerata PR lebih tinggi dibandingkan

peringkat rerata PL ………...

2. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif tipe

NHTdenganModel Pembelajaran Langsung (PL)

(4)

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

RIWAYAT HIDUP ... 87

232

(5)

Halaman

Indikator Pemahaman Matematis dan Indikator Materi ...

Analisis Ketiga Model Pembelajaran dalam Penelitian ...

Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ...

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis ...

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ...

Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal ...

Klasifikasi Koefisien Validitas ...

Rekapitulasi Validitas Butir Soal ...

Kriteria Penafsiran Daya Pembeda ...

Analisis Daya Pembeda dan Kriteria ...

Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran ...

Analisis Tinakat Kesukaran dan Kriteria ...

Kategori ungkapan kata-kata Skala Likert ...

Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert ...

Statistik Deskriptif Skor Awal (UTS) ...

Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ...

Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Awal ketiga kelas ...

Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ...

Hasil Uji ANOVA Satu-Jalur ...

(6)

4.7.

Hasil uji NormalitasKemampuan Pemahaman Matematis...

Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis

Ketiga Kelas ...

Hasil Uji ANOVA Satu-Jalur ...

Multiple Comparisons ...

Peringkat (Rank) ...

Hasil uji Kruskal-Wallis ...

Nilai Perbedaan Absolute (Mutlak) …...

Rekapitulasi Skala Sikap Kelas Pembelajaran Reciproc(PR) ……

Rekapitulasi Skala Sikap Kelas Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

(NHT) ...

(7)

Veny Triana Andika Sari, 2012

Halaman Gambar

DAFTAR GAMBAR

2.1.

3.1.

Dampak instruksional dan pengiring dari Model Pengajaran

Langsung ………..

Bagan Prosedur Penelitian ... 29

52 Gambar

(8)

Halaman

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk

PembelajaranReciproc

………...

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Pembelajaran

Kooperatif tipe NHT ………

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Pembelajaran

Langsung ……….

Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Pembelajaran Reciproc ………

Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Pembelajaran Kooperatif tipe

NHT ……….

Daftar Nama Siswa ………..

Lembar Observasi Siswa ……….

Lembar Observasi Guru ………..

Jadwal Kegiatan Pembelajaran ………

Kisi-kisi Skala Sikap ………

Lembar Skala Sikap ………

Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ………

Lembar Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ……….

Penskoran Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ………

Analisis Daya Pembeda (DP) dan Tingkat Kesukaran (TK) ……..

Perhitungan Daya Pembeda (DP) Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Matematis ………

Perhitungan Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Matematis ………

Analisis Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ….

(9)

D.7

Rekapitulasi Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis

Analisis Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis …….

Perhitungan Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ...

Rekapitulasi Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ..

Rekapitulasi Skor & Nilai Awal (UTS) Ketiga Kelas Eksperimen .

Rekapitulasi Skor & Nilai Akhir (Postes) Ketiga Kelas

Eksperimen ………..

Analisis Skala Sikap Ketiga Kelas Eksperimen ………..

Rekapitulasi Penilaian Skala Sikap Ketiga Kelas Eksperimen ……

Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa ………...

Rekapitulasi Penilaian Guru Selama Penelitian ………..

Perhitungan Uji Normalitas dan Homogenitas Skor dari Nilai

Awal (UTS) menggunakan program SPSS 16.0 ………..

Perhitungan Uji ANOVA satu-jalur menggunkan program SPSS

16.0 ...

Perhitungan Uji Normalitas dan Homogenitas Skor dari Nilai

Akhir (Postes) menggunakan program SPSS 16.0 ………..

Perhitungan Uji Non-Parametrik dengan Uji

Kruskal-Wallismenggunakan program SPSS 16.0

………..

Dokumentasi Ketiga Kelas Eksperimen ………..

(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting

dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dewasa ini dilandasi oleh matematika. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika

tumbuh dan berkembang sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan

ilmu-ilmu yang lain sehingga pemahaman konsep suatu materi dalam

matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa untuk membekali

kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu, mata

pelajaran matematika juga membekali siswa untuk memiliki kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif

(Depdiknas, 2006).

Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyatakan ada beberapa

aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya

adalah pemahaman matematis, pemecahan masalah, serta penalaran dan

komunikasi. Pemahaman matematis dapat dikatakan sebagai fondasi dalam

mengembangkan pembelajaran matematika. Pernyataan tersebut sesuai dengan

(12)

matematis, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena

siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut

dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya.

Kemampuan siswa dalam bernalar serta berkomunikasi juga akan lebih

baik jika siswa mempunyai pemahaman matematis yang baik karena menurut

Arends (2007: 322) konsep adalah dasar untuk berpikir dan berkomunikasi,

sehingga dengan adanya pemahaman matematis siswa tidak hanya akan

sekedar berkomunikasi tetapi siswa akan berkomunikasi secara baik dan benar

karena mereka mempunyai pemahaman tentang konsep yang mereka

komunikasikan. Sebaliknya, jika pemahaman matematis masih kurang maka

siswa akan cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan pemecahan

masalah ataupun dalam bernalar serta mengkomunikasikan suatu konsep.

Menyadari pentingnya pemahaman matematis dalam pembelajaran

matematika, maka pembelajaran matematika perlu direncanakan sedemikian

rupa sehingga pada akhir pembelajaran, siswa bisa memahami konsep yang

dipelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat

Sekolah Menengah Pertama yaitu agar siswa memiliki kemampuan

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan

mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah. Jika tujuan KTSP tersebut dapat diterapkan

(13)

Adapun indikator yang menunjukkan pemahaman matematis menurut

Skemp (dalam Sumarmo, 2000) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental adalah

menghafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada

perhitungan sederhana dan mengerjakan sesuatu secara alogaritmatik.

Pemahaman relasional adalah kemampuan mengaitkan beberapa konsep yang

saling berhubungan, meliputi mengaitkan antara konsep yang satu dengan

konsep lainnya, menginterpretasi grafik atau gambar, mengabstraksi

pernyataan verbal ke formula atau simbol matematika dan kemahiran siswa

menggunakan strategi untuk menyelesaikan soal.

Pemahaman matematis siswa dapat ditingkatkan melalui berbagai cara,

salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif

dalam menunjang pembelajaran. Pembelajaran yang dinilai efektif dapat

terlaksana jika setiap pengajar mampu mengetahui, memahami, memilih, dan

menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif sehingga dapat

menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses

pembelajaran yang optimal.

Wahyudin (2008: 394) menyatakan upaya menjadikan matematika

bermakna serta dapat diterapkan bagi para siswa memerlukan restrukturisasi

yang secara praktis bersifat mendasar pada seluruh aspek pengajaran, seperti:

materi kurikulum, lingkungan belajar, tanggung jawab guru, dan

metodologi-metodologi untuk menyelenggarakan assessment terhadap pemahaman

(14)

menjadikan matematika bermakna adalah membiarkan siswa yang melakukan

pembelajaran mandiri dengan cara saling berdiskusi antara siswa, sehingga

siswa lebih memahami pembelajaran matematika.

Higgins (dalam O’Connell, 2007: 85) menyatakan bahwa siswa akan

lebih dapat memahami dan memaknai konsep yang menjadi tujuan

pembelajaran jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa

melakukan kegiatan berdiskusi, saling menjelaskan, dan berelaborasi. Dewey

(Oxford, 1997) juga menyatakan bahwa konsep akan dapat dipahami siswa

jika konsep tersebut dikonstruksikan sendiri oleh siswa melalui pembelajaran

dalam suatu kelompok sehingga siswa akan melakukan proses sosial. Proses

sosial yang terjadi pada setiap kelompok tersebut menjadikan pembelajaran

matematika yang aktif, karena Wahyudin (2008) menyatakan pembelajaran

matematika yang pasif memiliki kemungkinan besar mengalami kegagalan.

Berkaitan dengan uraian di atas maka inovasi-inovasi dalam

pembelajaran matematika haruslah menciptakan siswa aktif dalam proses

pembelajaran sehingga memunculkan kemampuan pemahaman matematis

siswa, sesuai pernyataan Furner (2007) bahwa cara penyampaian materi bisa

berpengaruh pada pemahaman konsep atau matematis siswa. Dalam hal ini,

peneliti dituntut untuk memilih bentuk pengalaman belajar siswa yaitu

metode, media, situasi kelas, dan segala sesuatu yang mendukung

keberhasilan proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung

(15)

Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pembelajaran reciproc (reciprocal teaching). Menurut Palinscar and Brown

(1986) bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis siswa. Sehingga, reciprocal teaching merupakan salah

satu model pembelajaran yang diduga kuat bisa mengembangkan kemampuan

pemahaman matematis siswa.

Reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang

dilaksanakan melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya

di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Palincsar (1986) bahwa model

reciprocal teaching menggunakan empat strategi, yaitu membuat pertanyaan

(question generating), mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami

(clarifying), memprediksi materi lanjutan (predicting), dan merangkum

(summarizing). Menurut Pannen (dalam Suyitno, 2006), melalui model

pembelajaran reciprocal ini siswa dapat mengembangkan kemauan belajar

mandiri, siswa memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya

sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dalam

proses pembelajaran. Sehingga siswa diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika mereka sendiri.

Siswapun mampu mengembangkan langkah-langkah dalam reciprocal

teaching seperti mengkaji dan menyelidiki materi yang dibahas secara mandiri

sehingga hasil yang diperoleh akan bermakna sehingga tidak mudah dilupakan

oleh siswa. Kemandirian dalam pembelajaran reciprocal, tidak diartikan

(16)

mereka dapat mendiskusikan materi tersebut dengan siswa lainnya. Dengan

mengkaji materi yang dipelajari secara mandiri, pengertian siswa tentang

suatu konsep merupakan pengertian yang benar-benar dipahami oleh siswa.

Selain pembelajaran reciproc (reciprocal teaching), model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) diduga dapat memunculkan

kemampuan pemahaman matematis karena pembelajaran kooperatif salah satu

pembelajaran kelompok yang mendorong siswa untuk aktif berdiskusi, agar

siswa saling bertukar pendapat atau ide, sehingga dapat menghubungkan

konsep satu dengan konsep yang lainnya. Model-model pembelajaran

kooperatif telah terbukti efektif di kelas heterogen (Wahyudin, 2008: 405).

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa teknik,

diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Student-Teams Achievement

Devision (STAD), Group Investigation, Jigsaw dan pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Dari ketiga teknik pembelajaran kooperatif tersebut, teknik yang

paling sederhana untuk kelompok kelas yang heterogen menurut beberapa

pernyataan buku model-model pembelajaran dan penulis memilih model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Number-Heads-Together (NHT) adalah

teknik belajar mengajar kepala bernomor yang dikembangkan oleh Kagan

(1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat;

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka; serta

dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan

(17)

kooperatif tipe NHT dipilih peneliti sebagai pembelajaran yang akan

dibandingkan dengan pembelajaran reciproc dalam mengembangkan

kemampuan pemahaman matematis siswa.

Dari model pembelajaran reciproc dan model kooperatif tipe NHT

yang dijabarkan di paragaraf sebelumnya, model pembelajaran lainnya yang

dianggap dapat memunculkan kemampuan pemahaman matematis pada siswa

adalah pembelajaran langsung (direct instruction). Pembelajaran tersebut

merupakan pembelajaran langsung yang berpusat kepada guru. Guru

menjelaskan suatu materi dalam kelompok besar, kemudian menguji

pemahaman siswa dengan praktik atau latihan ke depan kelas dibawah

bimbingan guru, dan siswa melanjutkan praktik atau latihan di tempat duduk

mereka masing-masing di bawah bimbingan guru.

Pengajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang

kegiatannya terfokus pada aktivitas akademik. Di dalam implementasi

kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan

belajar siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas, pemberian arahan dan

pengembangan model pembelajaran langsung ini terutama dilakukan ketika

guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar dan materi pelajaran (Jihad,

2008). Dengan demikian pembelajaran tersebut juga diduga dapat

mengembangkan kemampuan pemahaman matematis.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang tiga model pembelajaran yang

diduga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. Selain dapat

(18)

model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena kedua model pembelajaran

tersebut sama-sama menggabungkan beberapa siswa menjadi satu kelompok,

sedangkan model pemebelajaran langsung (direct instruction) dalam proses

pembelajarannya mengecek pemahaman siswa dengan menyuruh beberapa

siswa untuk mempresentasikannya di depan kelas sama seperti dua model

pembelajaran sebelumnya yaitu model pembelajaran reciproc dan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin mengetahui perbedaan dan

model pembelajaran mana yang memiliki pengaruh lebih baik terhadap

kemampuan pemahaman matematis dengan melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Pembelajaran Reciproc, Kooperatif tipe NHT, dan Langsung

terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara

siswa yang belajar dengan model pembelajaran reciproc, model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung?

2. Jika terdapat perbedaan, manakah dari model pembelajaran reciproc,

model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran

langsung yang memiliki pengaruh lebih baik terhadap kemampuan

(19)

3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran reciproc, model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT, dan

langsung terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa SMP.

2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis siswa SMP.

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran reciproc, kooperatif tipe

NHT, dan langsung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi guru dalam memilih

model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam usahanya

mengembangakan kemampuan pemahaman matematis siswa, kreativitas siswa

dalam membuat soal-soal matematika, melatih siswa mengkaji dan

menggeneralisasi atau menyimpulkan materi yang dipelajari.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam penelitian ini,

(20)

1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan siswa untuk

menyatakan ulang sebuah konsep; mengklasifikasi objek-objek menurut

sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); menyajikan konsep dalam

berbagai bentuk representasi; dan mengaplikasikan konsep atau algoritma

pemecahan masalah.

2. Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang dilakukan

dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang

masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, yang diawali

dengan tugas membaca bahan ajar oleh siswa dan dilanjutkan dengan

melaksanakan empat kegiatan yaitu: mengerjakan LKS yang diberikan

kepada masing-masing kelompok; membuat pertanyaan; memberikan

penjelasan; pembahasan dalam kelompok dipimpin oleh siswa. Sedangkan

guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dalam menyimpulkan

materi yang telah dibahas.

3. Cooperative learning tipe Numbered-Heads-Together (NHT) merupakan

model pembelajaran berkelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga sampai

lima siswa dan memiliki kemampuan akademik yang berbeda, dengan

langkah awal guru melakukan presentasi dalam kelas yang berkaitan

dengan pokok-pokok materi yang akan dipelajari serta penjelasan tentang

teknik pembelajaran yang akan digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan

melaksanakan empat kegiatan yaitu: siswa mempelajari materi dan

mengerjakan LKS, berdiskusi secara berkelompok; guru melakukan

(21)

kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru; dan guru

memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab benar.

4. Direct instruction (Pembelajaran Langsung) merupakan model

pembelajaran yang secara langsung dijelaskan secara menyeluruh oleh

guru sehingga dikatakan pembelajaran yang berpusat kepada guru.

Langkah-langkah dalam penelitian, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran; memberikan motivasi siswa; memulai mempresentasikan

materi yang dipelajari; siswa diberikan latihan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan; guru mengecek

pemahaman siswa dengan membahas latihan yang telah diberikan; dan

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Disain penelitian ini

adalah disain kuasi eksperimen berbentuk disain kelompok kontrol hanya

postes (post-test only control group), sebanyak 3 kelompok. Kelompok

pertama belajar menggunakan pembelajaran reciprocal teaching (PR),

kelompok kedua belajar menggunakan pembelajaran cooperative tipe NHT

(NHT), dan kelompok ketiga belajar menggunakan pembelajaran langsung

(PL).

Dalam pelaksanaannya sebelum melakukan penelitian, ketiga kelas

dipastikan mempunyai kemampuan awal yang sama, dengan melakukan uji

kesamaan rerata. Skor awal tersebut diperoleh dari skor ujian tengah semester

(UTS) ketiga kelas, dan peneliti percaya akan validitas serta reliabilitas soal

UTS kepada guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Dikarenakan

kompetensi guru tersebut dalam membuat soal-soal matematika sudah teruji.

Berikut ilustrasi disain penelitiannya:

X1 O --- X2 O ---

X3 O (Ruseffendi, 2005: 49) Keterangan:

X1 = kelompok pertama dengan pembelajaran reciprocal teaching (PR)

(23)

X3 = kelompok ketiga dengan pembelajaran langsung (PL)

O = postes (tes akhir) kemampuan pemahaman matematis dan skala sikap dari

model pembelajaran masing-masing kelas

---- = subjek tidak dipilih secara acak

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 37 Bekasi, Jalan Padi Raya

Perum Deptan Kaliabang Tengah – Bekasi Utara. Penelitian dilaksanakan

pada semester genap, pada awal Mei sampai pertengahan Mei tahun pelajaran

2011 – 2012 tepatnya pada tanggal 01 – 21 Mei 2012.

C. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang

terdiri dari enam kelas di SMP Negeri 37 Bekasi yang terdaftar sebagai siswa

di semester genap pada tahun 2011/2012 dengan jumlah keseluruhan siswa

kelas VIII 320 orang. Untuk sampel, peneliti memilih tiga kelas dari enam

kelas yang ada dengan ketentuan kemampuan siswa yang heterogen, artinya

siswa dalam satu kelas terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan

akademik tinggi, sedang, dan rendah.

Peneliti memilih kelas VIII dikarenakan siswa kelas VIII SMP sudah

cukup beradaptasi sebagai siswa SMP dibanding kelas VII SMP. Selain itu

(24)

IX SMP yang harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional (UN). Teknik

pengambilan sampel yang peneliti lakukan adalah kuasi eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini memuat empat variabel terdiri dari tiga variabel bebas

dengan perlakuan berbeda serta memuat variabel terikat, diantaranya sebagai

berikut:

1. Variabel bebas 1: Pembelajaran reciproc yang diterapkan kepada siswa

kelas eksperimen pertama.

2. Variabel bebas 2: Pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan

kepada siswa kelas eksperimen kedua.

3. Variabel bebas 3: Pembelajaran langsung (direct instruction) yang

diterapkan kepada siswa kelas eksperimen ketiga.

4. Variabel terikat : Kemampuan pemahaman matematis.

E. Instrumen Penelitian

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini memuat satu

aspek kognitif. Aspek kognitif dalam penelitian yaitu kemampuan pemahaman

matematis siswa, menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah postes (tes akhir). Tes yang digunakan berbentuk uraian, dengan

maksud untuk melihat proses pengerjaan siswa agar dapat diketahui

kemampuan pemahaman matematis baik siswa yang belajar dengan model

(25)

kooperatif tipe nht, maupun siswa yang belajar dengan model pembelajaran

langsung. Sebelum soal tes disusun, kisi-kisi soal dibuat terlebih dahulu,

seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis

Aspek Indikator Pemahaman

Matematis

Selanjutnya dengan menentukan kriteria penskoran yang akan

(26)

Kriteria penskoran, untuk tes pemahaman berpedoman pada Holistics Scoring

Rubics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakcobsin (dalam Setiadi,

2010), sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

4 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi secara tepat, penggunaan alogaritma secara lengkap dan benar.

3 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi hampir benar, penggunaan alogaritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

2 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.

1 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhiungan yang salah.

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada tidak menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

Instrumen penelitian ini berupa tes tertulis pada pokok bahasan kubus

dan balok berbentuk soal uraian yang terdiri dari 8 butir soal dengan skor

maksimal 4 setiap butir soal. Skor total siswa jika menjawab benar seluruh

soal adalah 32, sedangkan perhitungan dari skor ke nilai guna kepentingan

kelengkapan penilaian guru bidang studi sekolah tersebut terhadap kepada

siswa yang bersangkutan yaitu Nilai = � � ℎ �

� × 10.

Agar memenuhi syarat sebagai instrumen yang baik, soal tes

(27)

Negeri 14 Bekasi kelas X. Hasil ujicoba tersebut untuk mengetahui

reliabilitas, validitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda, sebagai berikut:

1. Analisis Reliabilitas Tes

Untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan

gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan

seseorang maka dilakukan uji reliabilitas. Tes yang diujikan berbentuk

uraian perhitungan reliabilitas tes dapat digunakan rumus Cronbach’s

Alpha, yaitu:

: jumlah variansi skor butir soal,

2

: variansi skor total.

Kemudian dari hasil perhitungan derajat reliabilitas soal

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi derajat reliabilitas pada

Tabel 3.3, berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya �� Interpretasi

(28)

Perhitungan reliabilitas didapat dari 8 butir soal yang

diujicobakan pada siswa yang sudah mendapat materi kubus dan balok.

Perhitungan skor setiap siswa dapat dilihat pada lembar lampiran.

Berikut tabel rekapitulasi reliabilitas:

Tabel 3.4

Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal No. Butir

Hasil rekapitulasi reliabilitas terlihat r-hitung lebih besar dari r-tabel

yaitu 0,961 , sehingga menunjukkan reliabilitas sangat tinggi.

2. Analisis validitas tes

Pengujian validitas untuk tes yang digunakan dalam penelitian

berupa uraian, maka untuk mengukur validitas butir soal digunakan rumus

korelasi Product Moment Pearson, yaitu:

(29)

: skor total,

�: jumlah siswa.

Kemudian dari hasil perhitungan koefisien korelasi

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien validitas yang

dapat dilihat pada Tabel 3.5, berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Validitas

(Arikunto, 2005: 75)

Perhitungan validitas didapat dari 8 butir soal yang diujicobakan

pada siswa yang sudah mendapat materi kubus dan balok. Perhitungan

skor setiap siswa dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel

rekapitulasi validitas:

Tabel 3.6

Rekapitulasi Validitas Butir Soal No. Butir

Soal

Skor Butir

Soal r-hitung r-tabel Interpretasi

1 152 0,958

Besarnya Interpretasi

(30)

Hasil rekaputulasi validitas yang terlihat pada Tabel 3.6 bahwa dari

8 butir soal uraian yang diujicobakan terbukti valid. Klasifikasi validitas

terdiri dari validitas sangat tinggi pada butir soal nomer 3, validitas tinggi

pada butir soal nomer 1, 2, 4, dan 5, serta validitas sedang pada butir soal

nomer 6, 7, dan 8.

Apabila diambil rerata dari nilai r-hitung yang diperoleh, rerata

validitas dari seluruh butir soal yang diteskan adalah 0,881. Hal tersebut

mempunyai makna bahwa soal dari instrumen tes ini valid dengan

interpretasi validitas sangat tinggi.

3. Analisis Daya Pembeda

Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus:

A B

A

S S

DP

I  

(Sundayana, 2010: 77) keterangan:

DP = indeks daya pembeda suatu butir soal

A

S

= jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

B

S

= jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

A

I

= jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria penafsiran menurut Sundayana (2010: 78) dalam

(31)

Tabel 3.7

Kriteria Penafsiran Daya Pembeda

Besarnya �� Interpretasi

��≤ 0,00 Sangat Jelek

untuk mengukur kemampuan pemahaman matemtis setelah perlakuan atau

setelah pembelajaran berlangsung. Sebelum menganalisis daya pembeda

tersebut, skor hasil uji coba dikelompokan menjadi skor kelompok atas

yaitu skor dari siswa yang mendapat skor tertinggi dan skor kelompok

bawah yaitu skor dari siswa yang mendapat skor terendah. Pengelompokan

masing-masing kelompok diambil dari 27% dari 46 siswa yang

mengerjakan soal uji coba tersebut, pengelompokan tersebut dapat dilihat

pada lembar lampiran. Berikut tabel hasil analisis daya pembeda 8 butir

soal:

Tabel 3.8

(32)

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:

�= +

� +�

(Sundayana, 2010: 77)

dengan,

TK : Tingkat Kesukaran,

: jumlah skor siswa kelompok atas pada butir soal yang diolah,

: jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir soal yang diolah,

� : jumlah skor ideal siswa kelompok atas, � : jumlah skor ideal siswa kelompok bawah,

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan

menggunakan Tabel 3.9 berikut, (Sundayana, 2010: 78):

Tabel 3.9

Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran

Besarnya �� Interpretasi

TK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < �≤ 0,30 Sukar

0,30 < �≤ 0,70 Sedang

0,70 < �≤ 1,00 Mudah

TK = 0,00 Terlalu Mudah

Analisis Tingkat Kesukaran dari butir soal yang akan dipakai

berguna untuk mengukur kemampuan pemahaman matemtis setelah

perlakuan atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebelum menganalisis

indeks kesukaran tersebut, skor hasil uji coba dikelompokan menjadi skor

kelompok atas yaitu skor dari siswa yang mendapat skor tertinggi dan skor

kelompok bawah yaitu skor dari siswa yang mendapat skor terendah.

Pengelompokan masing-masing kelompok diambil dari 27% dari

(33)

dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel hasil analisis tingkat

kesukaran 8 butir soal:

Tabel 3.10

Analisis Tingkat Kesukaran dan Kriteria Butir

Soal

Tingkat

Kesukaran (TK) Kriteria

1 0,69 Sedang

2 0,74 mudah

3 0,67 Sedang

4 0,66 Sedang

5 0,70 Sedang

6 0,77 mudah

7 0,74 mudah

8 0,67 Sedang

Selain instrumen di atas masih ada lagi instrumen yang digunakan,

yaitu:

1. Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses

pembelajaran selama penelitian.

Jenis skala sikap dalam penelitian ini yaitu skala Likert, skala

likert sendiri berguna untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan

menggunakan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi

dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub

variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak

untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan

(34)

Setiap jawaban responden dihubungkan dengan bentuk

pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Namun, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan empat kategori kata-kata ungkapan saja yaitu:

Tabel 3.11

Kategori ungkapan kata-kata Skala Likert Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Untuk perhitungan skala likert ini, Pertama merekapitulasi hasil

jawaban responden sesuai dengan mengelompokkan kategori yang ada.

Kedua, setiap frekuensi yang sudah direkap dari jawaban responden

dikalikan dengan nilai sesuai kategori ungkapan yang ada pada Tabel

3.11. Kemudian untuk yang terakhir hitung persentase setiap kelas

dengan menggunakan rumus � ℎ �

� ℎ � × 100%.

Setelah diketahui persentase yang diperoleh, maka persentase

dapat diartikan sesuai kriteria interprestasi skor pada Tabel 3.12 berikut,

(Riduwan, 2008):

Tabel 3.12

Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert Interval Persentase Interpretasi

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat

(35)

Skala sikap ini digunakan setelah dinyatakan valid dan reliabel

oleh ahli, dalam hal ini dosen pembimbing. Skala sikap diberikan

sesudah pembelajaran. Bentuk skala sikap tersebut dapat dilihat pada

lampiran C.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengontrol aktivitas siswa dan guru

selama penelitian berlangsung. Lembar observasi dan guru, hasilnya di

hitung persentase dan rerata dari ketiga kelas yang diteliti.

Kedua tes ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan munculnya

hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

F. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang

berkaitan dengan materi akhir semester 2 kelas VIII yaitu Bangun Ruang Sisi

Datar khususnya pada Kubus dan Balok.

RPP yang dirancang dalam penelitian ini ada tiga macam. RPP

pertama merupakan RPP yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen

yang memperoleh pembelajaran reciproc (PR), RPP kedua merupakan RPP

yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen yang memperoleh

pembelajaran kooperatif tipe numbered-head-together (NHT), dan RPP ketiga

merupakan RPP yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen yang

memperoleh pembelajaran langsung (PL). Bentuk format RPP yang disusun

(36)

LKS dirancang sesuai tahapan-tahapan pada model PR dan model

NHT. Sedangkan untuk model PL, peneliti (guru) tidak menggunakan LKS

karena cukup dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan latihan-latihan

secara langsung kepada siswa. semuanya tergambar dalam pembelajaran pada

RPP dan LKS yang digunakan terdapat pada lampiran A.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan angket. Tes yang

digunakan hanya postes, postes yang diberikan berupa tes kemampuan

pemahaman matematis. Angket yang digunakan berupa skala sikap untuk

menjaga kemungkinan munculnya hal lain yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Postes dan angket (skala sikap) diberikan setelah pembelajaran

dalam penelitian selesai.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dua instrumen.

Yaitu skor awal dari hasil ujian tengah semester (UTS) dan postes (tes akhir).

Data yang diperoleh dari skor awal dari hasil ujian tengah semester (UTS) dan

postes (tes akhir) diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menghitung skor yang diperoleh siswa dari postes kemampuan

(37)

2. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data, baik yang

diperoleh dari skor kemampuan awal (UTS) atau skor kemampuan akhir

(postes). Uji normlitas ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Dengan ketentuan tolak H0 jika nilai sinifikansi yang diperoleh lebih kecil

(<) dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). Karena jumlah

sampel pada penelitian ini 50 orang siswa maka uji yang digunakan untuk

menguji normalitas adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan program

SPSS.

3. Menguji homogenitas varians data, baik yang diperoleh dari skor

kemampuan awal (UTS) atau skor kemampuan akhir (postes). Uji ini

diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah:

H0 : data bervariansi homogen.

H1 : data tidak bervariansi homogen.

Dengan ketentuan tolak H0 jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih

kecil (<) dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). Untuk

mengetahui apakah setiap kelas mempunyai kesamaan kemampuan maka

dilakukan uji Homogeneity of Variance dengan program SPSS.

4. Jika sebaran data normal dan homongen, akan dilakukan uji perbedaan dua

atau lebih rerata. Uji statistik yang digunakan adalah Compare Means

One-Way ANOVA dengan tes Post Hoc jenis uji HSD Tuckey, karena uji

(38)

Uji ANOVA yang dapat menghasilkan hasil yang lebih signifikan

dibandingkan jenis uji ANOVA lainnya.

5. Jika salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan

adalah uji statistik Non-parametric Tests K Independent Sample yaitu uji

Kruskal-Wallis dan jika hipotesis nol ditolak maka dilakukan uji lanjutan

Kruskal-Wallis.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam

pelaksanaan penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun jadwal penelitian

b. Membuat rencana penelitan

c. Menyusun instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan kelas eksperimen yang memperoleh model

pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT,

dan model pembelajaran langsung dari sampel yang telah dipilih.

b. Melakukan perlakuan dengan model pembelajaran sesuai Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang untuk

(39)

c. Memberikan postes dan skala sikap di akhir pembelajaran.

3. Tahap Pengumpulan data

4. Tahap analisis data

(40)

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian Perlakuan pada kelas eksperimen

(reciprocal teaching)

Pemberian Postes dan Skala sikap terhadap

pembelajaran di kelas Pengidentifikasikan masalah &

tujuan penelitian

Penyusunan instrumen dan bahan ajar

uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Perlakuan pada kelas ekssperimen (cooperative learning tipe NHT)

Kesimpulan Analisis

Memilih tiga kelas yang akan diteliti dengan menguji normalitas dan homogenitas dari ketiga kelas dari

nilai UTS siswa ketiga kelas.

Perlakuan pada kelas eksperimen (direct instruction) Analisis

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah disampaikan pada Bab IV

sebelumnya, membuktikan pengaruh pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT,

dan langsung terhadap kemampuan pemahaman matematis, diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang

memperoleh model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif

tipe NHT, dan model pembelajaran langsung.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh model

pembelajaran reciproc lebih baik daripada kemampuan pemahaman

matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan model pembelajaran langsung, tetapi model pembelajaran langsung lebih

baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Sikap siswa selama pembelajaran baik pembelajaran reciproc dan

pembelajaran kooperatif tipe NHT berjalan dengan cukup baik. Selama

pembelajaran siswa terlibat secara aktif baik dalam berdiskusi,

mengemukakan pendapat serta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

oleh guru. Begitu juga pada siswa yang memperolah model pembelajaran

langsung terlihat cukup aktif untuk membahas soal-soal pemahaman di depan

kelas. Sehingga secara keseluruhan sikap siswa terhadap ketiga pembelajaran

(42)

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang terbaik dalam penelitian ini hendaknya dijadikan

referensi setiap pengajar dalam memilih model pembelajaran yang tepat,

untuk digunakan dalam usahanya mengembangkan kemampuan pemahaman

matematis siswa, kreativitas siswa dalam membuat soal-soal matematika,

melatih siswa mengkaji dan menggeneralisasi atau menyimpulkan materi

yang dipelajari.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran yang diteliti, setiap pengajar

disarankan untuk menyediakan bahan ajar yang dirancang secara khusus

sesuai dengan indikator pemahaman matematis sehingga kemampuan tersebut

dapat dimiliki siswa.

3. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi

dengan meneliti aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2007). Learning To Teach. New York : McGraw Hill Companies.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2008). Belajar Dan Pembelajaran: Memadukan Teori-teori Klasik dan Pandangan-pandangan Kontemporer. Bandung: ALFABETA.

Depdiknas.(2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Furner, M. J. dan Kumar D. D. (2007). The Mathematics and Science Integration Argument : A Stand for Teacher Education. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 3 Number 3, (185-189)

Irianti. (2007). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang Program Linier melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara.

Joyce, B. and Marsha with Beverly S. (2004). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Martadiputra, B. A. P. (2011). “Pelatihan Pengolahan Data Menggunakan SPSS

untuk Mahasiswa S2& S3 Pendidikan PPs UPI”. Makalah pada Pelatihan,

Bandung

Minium, E. W., Bruce M. K. and Gordon B. Statistical Reasoning In Psychology and Education. New York: JOHN WILLEY.

(44)

Oxford, L. R. (1997). “Cooperative Learning, Collaborative Learning, and Interaction: Three Communicative Strands in the Language Classroom ”.

The Modern Language Journal, Vol. 81, No. 4

O’Connel, S. (2007). Introduction to Connection. Boston: Heinemann.

Palincsar. (1986). Reciprocal Teaching [online]. Tersedia: http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/students/atrisk/at6lk38.htm. [20 November 2010].

________ & Brown, A. (1986). Teacher’s corner: what is reciprocal teaching.

[Online]. Tersedia:

http://team.lacoe.edu/documentation/classroom/patti/2-3/teacher/resources/reciprocal.html. [21 desember 2010]

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ridwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung: ALFABETA.

Rosdiana & Lambertus. (2006). Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar melalui Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/142074954.pdf. [13 Februari 2012]

Ruseffendi, E. T.(2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2009). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

_____________. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Y. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square. Tesis Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(45)

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2000). Proses Belajar dan Pemahaman Materi Kuliah. Makalah disampaikan pada lokakarya Peran Pedagogi dalam peningkatan Proses Pembelajaran TPB ITB di Bandung pada tanggal 4 Desember 2000.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. (2007). Mode-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis
gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
Tabel 3.4 Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1 pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share TPS, Numbered Heads Together NHT terhadap hasil belajar

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan yaitu bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA MAN 3 Tulungagung, mengacu pada tujuan penelitian

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe.. Numbered Heads Together (NHT) terhadap

kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI MA

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan yaitu bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan yaitu ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togeter (NHT) terhadap

pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap kemampuan berfikir kreatif dan hasil belajar Matematika kelas VII di MTs Sultan Agung Jabalsari Pengaruh