• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN WICARA KONSONAN FRIKATIF (S) MELALUI PERMAINAN TONGVE TWISTER PADA SISWA TUNARUNGU :Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN WICARA KONSONAN FRIKATIF (S) MELALUI PERMAINAN TONGVE TWISTER PADA SISWA TUNARUNGU :Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN WICARA KONSONAN FRIKATIF (S)

MELALUI PERMAINAN TONGUE TWISTER PADA SISWA

TUNARUNGU

(Single Subject Research pada Kelas VII SMPLB Negeri Cicendo Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh

RATIH DWI LESTARI

0900054

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN WICARA KONSONAN FRIKATIF (S) MELALUI

PERMAINAN

TONGUE TWISTER

PADA SISWA TUNARUNGU

(Single Subject Research pada Kelas VII SMPLB Negeri Cicendo Bandung)

Oleh Ratih Dwi Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ratih Dwi Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

(4)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PEMBELAJARAN KONSONAN FRIKATIF (S) MELALUI PERMAINAN TONGUE TWISTER PADA SISWA TUNARUNGU

OLEH: RATIH DWI LESTARI (0900054)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut digunakan dengan baik dan benar. Namun, berbeda dengan tunarungu yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan konsonan frikatif (s), sehingga berdampak pada pesan yang ingin disampaikan menjadi sulit ditangkap oleh lawan bicaranya

.

Modalitas utama dalam meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi ialah dengan melalui pembelajaran artikulasi. Salah satu alat pembelajaran yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa adalah permainan tongue twister, yaitu permainan dalam sebuah kalimat dengan pengulangan suara yang sama maupun bunyi konsonan yang sama. Permainan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam pengucapan kata-kata yang benar dan pengkoreksian huruf vokal dan konsonan. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, muncul rumusan masalah yaitu,

“Apakah melalui penggunaan permainan tongue twister dapat meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada anak tunarungu kelas VII di SLB

Negeri Cicendo Bandung?”. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tongue twister dalam meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain penilitian A-B-A. Teknik pengumpulan data melalui tes lisan. Sedangkan teknik analisis data menggunakan presentase. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh mean level baseline-1 (A-1) sebesar 28%, mean level intervensi (B) 68,7%, dan mean level baseline-2 (A-2) 79,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui Permainan Tongue Twister dapat meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada siswa tunarungu (MJD), hal itu terbukti dari kenaikan

mean level pada setiap sesi. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendidik dalam penggunaan metode pembelajaran pada anak tunarungu untuk meningkatkan kosakata.

(5)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE LEARNING OF FRICATIVE CONSONANT (S) BY USING TONGUE TWISTER GAME FOR THE DEAF CHILDREN

BY: RATIH DWI LESTARI (0900054)

Language is tool which is used by the people to give and get the messages. The messages will be delivered clearly if the people use language correctly. Nevertheless, the deaf children have a problem to utter fricative consonants, so the messages are not delivered clearly which makes the hearer will have a trouble to get the messages. The most important thing to increase speech ability is by learning an articulation process. One of learning tools which may increase speech ability is Tongue Twister Game. Tongue Twister is a game which uses a sentence. The same words in a sentence are repeated for times, and so are the sound of consonants. The purpose of this game is to optimize the ability in uttering the words correctly and correcting the vowels and consonants. From the background

which has been explained above, appears a research question, “Is tongue twister able to increase the speech ability of fricative consonant in the deaf children class

VII in SLB Negeri Cicendo Bandung?”. This Research is made to find out the

effect of tongue twister in increasing the speech ability of fricative consonant in the deaf children class VII in SLB Negeri Cicendo Bandung. To answer the research question, SSR method with A-B-A design is used. They are A-1 (Baseline-1), B (Intervention), and A-2 (Baseline-2). The technique of data collecting is using an oral test. While data analysis in this research uses percentages. Based on the research, the researcher gets only 28% for mean level baseline-1 (A-1), 68,7% for mean level intervention (B), and the biggest one for mean level baseline-2 (A-2) it is 79,5%. So it can be concluded that uses tongue

twister can increase the deaf children’s speech ability of fricative consonants

(MJD). It is seen from the rise of the mean level in each sessions. The result of this research hopefully can be used as a consideration for the teachers to enrich the vocabularies in the teaching the deaf children.

(6)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GRAFIK ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 3

C. Batasan Masalah ……….. 4

D. Rumusan Masalah ………. 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……….. 4

1. Tujuan Penelitian ………. 4

2. Kegunaan Penelitian ……… 4

BAB II PEMBENTUKAN KONSONAN FRIKATIF (s) MELALUI PERMAINAN TONGUE TWISTER PADA ANAK TUNARUNGU A. Deskripsi Teori ………..6

1. Pembelajaran Artikulasi Anak Tunarungu ……….. 6

a. Pengertian ……….. 6

b. Tujuan Pembelajaran Wicara ………. 6

c. Klasifikasi Bunyi Konsonan ……….. 7

d. Kesalahan Ucapan ……….. 9

2. Permainan Tongue Twister ……… 11

3. Perspektif Anak Tunarungu ………... 14

a. Pengertian Anak Tunarungu ……… 14

b. Klasifikasi Tunarungu ……….. 15

c. Karakteristik Tunarungu ………... 17

d. Dampak Ketunarunguan ………... 19

(7)

vi

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Kerangka Berfikir ………. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ………... 24

B. Metode Penelitian ……… 25

1. Desain Penelitian ……… 26

2. Prosedur Penelitian ………. 27

C. Subjek dan Lokasi Penelitian……… 29

1. Subjek Penelitian ………. 29

2. Karakteristik Anak ……….. 30

3. Lokasi Penelitian ……….. 30

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………. 30

1. Instrumen Penelitian ………. 31

2. Teknik Pengumpulan Data ……… 33

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 34

1. Pengolahan Data ……… 34

2. Analisis Data ………. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ……… 38

1. Hasil Baseline-1 (A-1) ……… 38

2. Hasil Intervensi (B) ………. 39

3. Hasil Baseline-2 (A-2) ……… 41

B. Analisis Data ………. 44

1. Analisis dalam Kondisi ………... 44

2. Analisis Antar Kondisi ……… 56

C. Pembahasan ………... 64

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………... 67

B. Rekomendasi ………. 67

(8)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN

Lampiran I

 Surat-Surat Penelitian

Lampiran II

 Bimbingan Skripsi

Lampiran III

 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Expert Judgement  Instrumen Penelitian

 Validitas Lampiran IV

 Jadwal Kegiatan Penelitian

 Program Pembelajaran Wicara

Lampiran V

 Hasil Penelitian

Lampiran VI

(9)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Bunyi-Bunyi Bahasa Indonesia ……… 9

Tabel 3.1 Hasil Pehitungan Uji Validitas ………... 33

Tabel 4.1 Data Baseline-1 (A-1) ………. 38

Tabel 4.2 Data Intervensi (B) ……….………. 40

Tabel 4.3 Data Baseline-2 (A-2) ………. 41

Tabel 4.4 Rekapitulasi Perkembangan ……… 43

Tabel 4.5 Data Panjang Kondisi ……….. 45

Tabel 4.6 Data Estimasi Kecenderungan Arah ……….. 47

Tabel 4.7 Banyaknya Data Kemampuan Baseline-1 (A-1) ……….. 49

Tabel 4.8 Banyaknya Data Kemampuan Intervensi (B) ……….. 51

Tabel 4.9 Banyaknya Data Kemampuan Baseline-2 (A-2) ………..……… 52

Tabel 4.10 Kecenderungan Stabilitas ………...……… 53

Tabel 4.11 Jejak Data ………..……… 53

Tabel 4.12 Level Stabilitas dan Rentang ………..……….. 54

Tabel 4.13 Level Perubahan ………. 54

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ………. 55

Tabel 4.15 Data Jumlah Variabel ………. 57

Tabel 4.16 Perubahan Kecenderungan ………. 57

Tabel 4.17 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ………. 58

Tabel 4.19 Data Perubahan Level ……….. 59

Tabel 4.20 Data Persentase Overlap……… 62

(10)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A ………. 27

Grafik 4.1 Kondisi Baseline-1 (A-1) ……….. 39

Grafik 4.2 Kondisi Intervensi (B) ………. 40

Grafik 4.3 Kondisi Baseline-2 (A-2) ……… 42

Grafik 4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan ………..……… 43

Grafik 4.5 Kecenderungan Arah ………. 46

Grafik 4.6 Kcenderungan Stabilitas Kondisi Baseline-1 (A-1) ………….. 49

Grafik 4.7 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Intervensi (B) ………. 50

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline-2 (A-2) …………. 52

Grafik 4.9 Data Overlap Kondisi Baseline-1 ke Intervensi ………. 60

Grafik 4.10 Data Overlap Kondisi Intervensi ke Baseline-2 ……… 61

(11)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk

saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan

sampai jika bahasa tersebut digunakan dengan baik dan benar. Bahasa dapat

timbul dari kesatuan huruf hidup (vokal) dan huruf mati (konsonan) yang

terangkai menjadi kata kemudian membentuk kalimat bermakna. Kalimat

sebagai bahasa itulah yang menjadi alat perantara hubungan satu dengan

lainnya. Seperti yang dinyatakan Bloom (Sadja‟ah, 2008:7) bahwa „Bahasa

merupakan suatu kode dimana gagasan/ide tentang dunia/lingkungan sekitar

diwakili oleh seperangkat simbol yang telah disepakati bersama guna

mengadakan komunikasi.‟ Namun berbeda halnya yang terjadi pada anak tunarungu, tidak berfungsinya indera pendengaran sebagian atau seluruhnya

mengakibatkan hambatan berkomunikasi secara verbal. Anak tunarungu akan

mengalami perkembangan bahasa yang lambat dikarenakan dampak utama

dari kehilangan pendengaran yakni kemiskinan bahasa sehingga tidak akan

mampu menyerap, mendengarkan maupun menangkap bunyi bahasa yang ada

di lingkungannya, khususnya pembicaraan atau bahasa orang lain. Seperti

yang diungkapkan Meadows (Bunawan, 2000:33) menyatakan bahwa

„Kemiskinan (deprivation) hakiki yang dialami seseorang yang tuli sejak lahir adalah bukan kemiskinan atau kehilangan akan rangsangan bunyi, melainkan

kemiskinan dalam berbahasa.‟

Kemiskinan dalam berbahasa diantaranya yaitu kelainan artikulasi atau

kelainan ucapan. Artikulasi atau ucapan merupakan kecakapan yang sangat

penting bagi anak dalam berkomunikasi, baik dalam pendidikan maupun

kehidupan sehari-hari. Saat berkomunikasi dibutuhkan bahasa yang diucapkan

dengan artikulasi secara tepat dan jelas.

Melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, siswa tunarungu

(12)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman,

memahami ragam teks sastra dan non sastra dengan berbagai cara membaca.

Pada kenyataannya, berdasarkan hasil studi pendahuluan di SLB Negeri

Cicendo Bandung, penulis menemukan seorang siswa tunarungu kelas VII

SMPLB mengalami kesulitan dalam pengucapan konsonan /s/ seperti contoh,

penggunaan konsonan /s/ di awal pada kata “saya” diucapkan “caya”, pengucapan konsonan /s/ di tengah untuk kata “bisa” diucapkan “bica”, dan pengucapan di akhir untuk kata “sebelas” diucapkan cebelac. Kesulitan pengucapan yang dialami subjek diduga karena anak belum mengerti cara pengucapan /s/ dengan

tepat, dan penggunaan metode guru dalam pembelajaran artikulasi yang hanya

sebatas membaca kata dengan teknik artikulasi yang sudah digunakan pada

umumnya juga merupakan faktor lain yang membuat anak menjadi tidak tertarik

dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran artikulasi.

Seiring pengucapan konsonan yang masih kurang tepat, pesan yang ingin

disampaikan anak tunarungu ketika berkomunikasi menjadi sulit ditangkap oleh

lawan bicaranya. Permasalahan ini apabila diabaikan tanpa penanganan secara

khusus akan sangat berpengaruh besar pada aspek komunikasi anak tunarungu di

lingkungan sosialnya, yang mana komunikasi anak tunarungu akan terhambat

bahkan terputus dan pada akhirnya terisolasi. Tak dapat dipungkiri keadaan ini

sangat berpengaruh pada masa depan anak tunarungu itu sendiri.

Memprediksikan masalah yang akan muncul akibat tidak/kurang berfungsinya indera pendengaran bila tidak ditangani sejak dini, yaitu terjadinya hambatan dalam persepsi sensori, kognisi, bahasa, dan komunikasi, keterampilan bicara, sosial emosi, dan intelektual sehingga akan mempersempit pula kesempatan pendidikan dan lapangan pekerjaan di kemudian hari. (Sudiharti, 2011:11)

Untuk itu perlu adanya upaya dalam mengembangkan kemampuan berbicara

(13)

3

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan bervariatif agar dapat memicu siswa untuk lebih giat dalam proses

pembelajaran artikulasi.

Banyak pilihan desain games yang memberikan kesempatan berbicara tanpa

mengesampingkan ejaan, membaca, dan menulis. “Games juga dapat dimainkan

secara khusus untuk meningkatkan kosakata” (Medikawati, 2012:56). Salah satu

jenis permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran artikulasi yaitu

permainan Tongue Twister.

Permainan Tongue Twister secara harfiah, diartikan sebagai pembelit lidah. Permainan ini merupakan jenis permainan yang sangat cocok dan bagus dalam

melatih kemampuan pengucapan/artikulasi. Dengan meningkatnya kemampuan

anak tunarungu dalam pengucapan konsonan /s/ akan semakin memperlancar

proses komunikasi antara anak tunarungu dengan lawan bicaranya.

Atas dasar inilah yang melatarbelakangi penulis tertarik ingin melakukan

penelitian dengan judul, “Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (s) Melalui

Permainan Tongue Twister Pada Siswa Tunarungu” yang bermaksud untuk membuktikan bahwa melalui permainan Tongue Twister dapat meningkatkan kemampuan wicara, khususnya pengucapan konsonan frikatif (s) pada siswa

tunarungu kelas VII SMPLB Negeri Cicendo Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, adapun identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak tunarungu yang seringkali mengalami kesalahan dalam pengucapan

fonem-fonem pada saat berbicara.

2. Anak tunarungu mengalami gangguan artikulasi yakni subtitusi atau

penggantian konsonan /s/ yang diucapkan menjadi /c/ pada saat

(14)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tuntutan kurikulum sebagai standar pencapaian yang terlalu tinggi bagi anak

tunarungu.

4. Anak tunarungu belum ditangani dengan metode yang tepat sehingga

kesalahan ini berlangsung hingga anak duduk dibangku SMP.

5. Permainan tongue twister digunakan untuk meningkatkan kemampuan wicara, khususnya pada konsonan frikatif (s).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan siswa tunarungu dalam mengucapkan konsonan

frikatif (s), adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Permainan tongue twister sebagai metode mengajar mengucapkan konsonan frikatif (s) pada anak tunarungu”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat

dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah melalui

permainan tongue twister dapat meningkatkan kemampuan wicara konsonan

frikatif (s) pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan

tongue twister dalam meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan secara teoritis dan

praktis, diantaranya:

(15)

5

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memberikan sumbangsih pemikiran dan pengenalan mengenai

permainan tongue twister sebagai salah satu pilihan permainan yang dapat dipakai untuk pengajaran pengucapan huruf konsonan frikatif (s) pada

siswa tunarungu.

b. Secara Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

para pendidik dalam meningkatkan kemampuan pengucapan huruf

konsonan frikatif (s) pada siswa tunarungu dengan menggunakan

permainan tongue twister.

2) Hasil penelitian bertujuan agar anak mampu melafalkan huruf

konsonan Frikatif (s) dengan baik dan meningkatkan kemampuan

pengucapan huruf pada anak tunarungu.

3) Komunikasi anak tunarungu dengan masyarakat sekitar lebih

meningkat karena pengucapan huruf konsonan Frikatif (s) lebih jelas

(16)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu ciri, sifat atau ukuran tentang

suatu konsep pengertian tertentu sebagai titik perhatian dari suatu

penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian

yang dapat diamati dan diukur. Pada penelitian ini terdapat dua variabel

yaitu:

1. Variabel Bebas

“Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat”

(Sugiyono, 2008:61). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas

adalah Permainan Tongue Twister. Tongue twister adalah sebuah kata, frase, maupun kalimat yang sulit untuk diucapkan secara berturut-turut

yang dikemas dengan pengulangan suara yang sama maupun

pengulangan bunyi konsonan yang sama.” (Vas, 2006: 1).

Permainan tongue twister ini dapat membantu anak tunarungu dalam mempraktikkan bunyi-bunyi tertentu yang menjadi

pembelajaran artikulasi. Tongue twister tidak hanya mengulangi bunyi yang sama dalam kalimat maupun pembelajaran artikulasi saja, tetapi

juga merupakan alat yang efektif untuk mengajar di kelas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:61).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

pembelajaran wicara konsonan frikatif (s), yang dimaksud frikatif

adalah sebuah istilah lingusitik, ini merupakan sejenis fonem tertentu.

Frikatif dalam bahasa Indonesia adalah 'bunyi desah'. Daftar frikatif

(17)

25

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Edja (2005:145), dasar pengucapan fonem /s/: ujung lidah

dan lengkung kaki gigi bawah. Dengan cara pembentukannya:

a. Ujung lidah menekan lengkung pada gigi bawah, pinggir lidah

mengenai geraham udara ke luar melalui saluran yang terbentuk

sepanjang bagian tengah lidah, sehingga menimbulkan suara geser,

tetapi tidak bersuara, karena pita suara tidak bergetar.

b. Posisi gigi, gigi bawah dan atas hampir terhimpit, tetapi juga tidak

saling menekan, posisi menyempit, ujung atau sudut bibir saling

menekan.

Kemampuan pengucapan konsonan Frikatif (s) anak tunarungu

dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan ketika sebelum

diberikan intervensi dengan sesudah diberikan intervensi.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan

metode penelitian eksperimen, “Metode penelitian eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2011:14). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan menggunakan rancangan Single Subject Research

(SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subyek. Pada

penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai pengaruh

penggunaan permainan tongue twister terhadap pembentukan konsonan frikatif (s) pada siswa tunarungu kelas 7.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research

(SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR

mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk

(18)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara

perlakuan dari perubahan tingkah laku.

1. Desain Penelitian

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan

kondisi, yaitu:

a. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar).

Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam pengucapan konsonan frikatif (s) sebelum diberikan perlakuan

atau intervensi. Pada kondisi ini, untuk mengetahui kemampuan

pengucapan konsonan frikatif (s) anak tunarungu sebelum

dilakukan intervensi adalah memberikan tes pengucapan kata

dengan memberikan karangan cerita yang terdapat konsonan /s/ di

awal, di tengah, dan di akhir. Kemudian dihitung skor yang

dimiliki anak, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam

pencatatan data.

b. B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi

kemampuan subjek dalam pengucapan konsonan Frikatif (s)

dengan permasalahan pembentukan selama intervensi. Pada tahap

ini subjek diberikan perlakuan secara berulang-ulang dengan

menggunakan permainan tongue twister. Anak diberikan delapan kalimat tongue twister yang harus dibacakan secara cepat. Jika terdapat kesalahan dalam pengucapannya, berikan latihan

meraban untuk mengajarkan cara pengucapan konsonan /s/

dengan benar.

c. A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1

sebagai evaluasi apakah intervensi yang diberikan berpengaruh

pada subjek atau tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukkan apakah

intervensi yang diberikan membuat pengaruh positif pada subjek

dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan

(19)

27

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membacakan karangan cerita sederhana yang terdapat konsonan

/s/ di awal, di tengah, dan di akhir seperti pada baseline 1 (A-1). Desain A-B-A ini dipilih karena dapat menunjukkan apakah

terdapat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Adapun secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut:

Grafik 3.1. Desain A-B-A

2. Prosedur Penelitian a. Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan penelitian Pembelajaran Wicara

Konsonan Frikatif (s) Melalui Permainan Tongue Twister Pada

Siswa Tunarungu dengan desain A-B-A memiliki tiga tahapan

sebagai berikut:

1) Baseline-1 (A-1)

Pada tahap ini pengukuran kemampuan dilakukan secara

berulang untuk memperoleh baseline sebagai landasan pembanding keefektifan. Masing-masing sesi dilakukan pada

hari yang berbeda dan tanpa melalui permainan tongue twister

dalam periode waktu selama 15 menit. Dengan penjabaran

sebagai berikut:

a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai sesi

(20)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Dalam mengukur kemampuan artikulasi anak tunarungu

dengan gangguan kesulitan pengucapan, dilakukan dengan

memberikan beberapa kalimat dalam bentuk karangan

cerita sederhana yang terdapat beberapa kata yang ada pada

butir-butir soal yang telah disediakan sebagai awal tes

untuk memperhatikan sejauh mana gangguan subtitusi

terjadi.

c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan

konsonan frikatif (s), dilakukan dengan menghitung

presentase kata yang diucapkan anak.

Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes

lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan kalimat

konsonan (s), kemudian peneliti meminta anak membaca

kalimat sesuai dengan yang diberikan peneliti.

2) Intervensi (B)

Intervensi kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)

dilakukan secara berulang dan berlangsung selama 30 menit

untuk setiap sesinya. Intervensi dilakukan dengan

menggunakan permainan tongue twister. Perlakuan yang diberikan kepada peserta didik, sebagai berikut:

a) Mengondisikan subjek di dalam ruangan khusus, dimana

tidak ada orang lain selain subjek dan peneliti. Hal ini

untuk menghindari kesulitan kosentrasi dan kebisingan

suara.

b) Subjek dibimbing untuk mengikuti tahap demi tahap

permainan tongue twister.

c) Subjek diminta mengerjakan setiap perintah yang

disampaikan oleh peneliti.

d) Dilakukan evaluasi pada setiap sesi yang telah dilakukan.

e) Setiap tahap dan butir soal yang dilalui mendapat ceklis dan

(21)

29

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Baseline-2 (A-2)

Pada tahap pengukuran ini kemampuan berbicara dilakukan

secara berulang. Dimana pada setiap masing-masing sesi

dilakukan pada hari yang berbeda, tanpa penggunaan

permainan tongue twister dalam periode waktu selama 30 menit. Dengan penjabaran sebagai berikut:

a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai

sesi baseline. (Sebagaimana yang dilakukan pada tahap

A-1).

b) Melakukan pengukuran ulang kemampuan anak dalam

pengucapan konsonan frikatif (s), dengan menggunakan

butir soal yang sama pada saat dilakukan tes sebelumnya.

c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan

konsonan frikatif (s) dilakukan dengan menghitung

presentase kata yang diucapkan anak.

Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes

lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan

karangan cerita sederhana yang mengandung kalimat konsonan

(s), kemudian peneliti memina anak membaca kalimat sesuai

dengan yang diberikan peneliti (sebagaimana yang dilakukan

pada tahap A-1).

C. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti merupakan subjek tunggal, sesuai dengan

metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian subjek tunggal.

Adapun identitas anak tersebut adalah sebagai berikut:

Nama : MJD

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 24 Mei 1997

Agama : Islam

(22)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelas : VII SMPLB Negeri Cicendo

Alamat : Jl. Kebon Bibit

Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan rekomendasi

pihak sekolah yang ditunjang dengan hasil pengamatan selama

observasi.

2. Karakteristik Anak

Dari hasil pengamatan peneliti selama studi pendahuluan, kelebihan

yang ada pada sujek yaitu lancar dalam berkomunikasi secara lisan. MJ

jarang menggunakan bahasa isyarat ketika berkomunikasi dengan guru

maupun orang baru yang bukan tunarungu. Namun masih terdapat

kesalahan dalam pengucapan fonem /s/ dalam berkomunikasi secara

lisan. Sehingga lawan bicara terkadang bingung dalam memahami apa

yang sedang MJ katakan. Dengan kondisi yang seperti itu, diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan pengucapan konsonan /s/ pada anak

ini dengan cara pemberian intervensi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Cicendo

Bandung, yang beralamat di Jl. Cicendo No. 2. Kegiatan penelitian

yang dilakukan berlangsung pada saat diluar jam pelajaran dengan

meminta izin terlebih dahulu kepada wali kelas. Kegiatan ini

dilaksanakan di sebuah ruangan khusus yang terpisah dari ruang kelas.

Hal ini dilakukan agar subjek dapat lebih kosentrasi dalam

mengerjakan tes dan melakukan kegiatan sesuai dengan yang

diinstuksikan peneliti.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya

(23)

31

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penelitian adalah berupa tes yang bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah maupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis. (Sukmadinata, 2010:230)

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan selama

menyusun intrumen penelitian.

a. Membuat Kisi-kisi.

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan

intrumen dan disesuaikan dengan kemampuan awal anak.

b. Penyusunan Instrumen

Penyusunan insrumen menjadi pegangan peneliti untuk terjun

ke lapangan. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan kisi-kisi

yaitu berdasarkan pada kemampuan awal anak. Adapun instrumen

tes yang diberikan adalah tes megucapkan kata. Tes ini berfungsi

untuk mengukur kemampuan dalam mengucapkan kata sesuai yang

terdapat dalam kartu. Dalam tes ini subjek diberikan instruksi

untuk melakukan kegiatan mengucapkan sebanyak delapan kalimat

tongue twister yang di dalamnya terdapat sepuluh kata konsonan /s/ di awal, sepuluh kata konsonan /s/ di tengah, dan sepuluh kata

konsonan /s/ di akhir. Setelah tes dilakukan, selanjutnya hasil

tersebut dihitung.

c. Penyusunan Program Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (s)

Penyusunan program pembelajaran wicara ini bertujuan untuk

panduan dalam pembelajaran artikulasi sebagai bentuk intervensi

pada siswa tunarungu.

d. Uji Validitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu

(24)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alat tes. Instrumen penelitian dikatakan layak digunakan sebagai

alat tes apabila memenuhi kriteria, yakni instrumen harus valid.

Melalui proses judgement kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Skor validitas diolah dengan menggunakan rumus:

P = F/N x 100%

Keterangan : P = Presentase

F = Jumlah cocok

N = Jumlah penilai ahli

Setelah tahap judgement dilaksanakan, intrumen tes diberikan kepada subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen

sesungguhnya dimulai, hal ini dilkaukan semata-mata untuk

menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan instrumen yang

akan digunakan. Melalui tahap judgement, maka instrumen yang digunakan selanjutnya memiliki validitas dengan kemampuan

anak.

Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas adalah:

Penilai I : Dr. Dudi Gunawan, M.Pd. (Dosen PLB UPI)

Penilai II : Siti Maryati, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)

Penilai III : Neni Satriani, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)

Tabel 3.1

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Butir Soal Bobot Penilaian Persentase (%) Keterangan Cocok Tidak Cocok

1 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

2 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

3 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

4 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

5 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

(25)

33

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

memperlihatkan pengaruh penggunaan permainan tongue twister

terhadap peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)

pada anak tunarungu. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk

menjelaskan dan menjawab permasalaha secara objektif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data

yang berbentuk tes lisan. “Tes berguna untuk mengukur ada atau tidaknya, serta besarnya kemampuan objek yang diteliti.” (Suharsimi,

1997)

Pada penelitian ini, tes lisan digunakan untuk mengukur sejauh

mana peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s) pada

anak yang teliti. Tes yang dilakukan adalah sebanyak empat kali pada

fase baseline-1 (A-1), enam kali pada fase intervensi (B), dan empat kali pada fase baseline-2 (A-2).

Skoring dilakukan dimana setiap ucapan yang benar dan salah akan

diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes

tersebut. Data yang telah diperoleh dicatat pada catatan data yang telah

disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian masing-masing

komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase peningkatan

kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s), dapat dihitung dengan

cara:

Jumlah jawaban benar

(26)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pre test dan post test

kemampuan berbicara untuk mengetahui adanya pengaruh satu

perlakuan terhadap target behavior yang sudah ditentukan selanjutnya

data dianalisis dengan membandingkan hasil penelitian pada saat A-1

(baseline-1) dan A-2 (baseline-2) setelah subjek menerima perlakuan

selama intervensi. Setelah semua data terkumpul, data diolah dan

dianalisis ke dalam statistik deskriptif agar memperoleh gambaran

yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang

ditentukan.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran presentase yang merupakan suatu pengukuran variabel

terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur

perilaku dalam bidang akademik maupun sosial.

Presentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi

seluruh soal dikalikan seratus.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisis data

kemampuan berbicara, adalah sebagai berikut:

a. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai

pengukuran data pada fase baseline dari subjek setiap sesinya.

b. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai

pengukuran data pada fase intervensi dari subjek setiap sesinya.

c. Menghitung presentase kata pada tabel perhitungan dari presentase

kata yang diucapkan subjek pada fase baseline, fase intervensi

pada subjek setiap sesinya.

d. Membandingkan presentase kata pada fase baseline dan prosentase

(27)

35

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat

secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

f. Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah

data berupa grafik desain A-B-A.

Setelah semua data diperoleh, masing-masing data baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dibuat analisis dekskriptif. Pada penelitian dengan subjek tunggal, data disajikan dengan menggunakan statistik

deskriptif yang berbentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah memahami data, adakah pengaruh peningkatan

pengucapan konsonan frikatif (s) melalui permainan tongue twister. Sedangkan data dijabarkan dalam bentuk grafik. Adapun grafik yang

digunakan adalah bentuk grafik garis.

Menurut Sunanto (2006:36-37) terdapat beberapa komponen

grafik garis, yaitu:

1)Absis adalah sumbu x yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari,

tanggal).

2)Ordinat adalah sumbu y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen,

frekuensi, durasi).

3)Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu x dengan sumbu y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

4)Skala garis-garis pendek pada sumbu x dan sumbu y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, 75%).

5)Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

6)Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke lainnya.

7)Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

(28)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik

kesimpulan. Menurut Sunanto (2006:65) pada penelitian dengan

kasus tunggal biasanya menggunakan statistik deskriptif yang

sederhana hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas

tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan

tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi

dan antar kondisi.

Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga

menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi

semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di

atas dan di bawah garis sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi.

Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya

data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara

dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama

dengan data terakhir.

e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam

suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menarik, menurun,

dan mendatar.

(29)

37

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir

sama halnya pada tingkat perubahan (level change).

Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai

berikut:

1)Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.

2)Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi

baseline dan intervensi.

3) Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari

sederetan data.

4) Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah.

5) Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari

keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data

tersebut adalah:

a) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b)Menskor hasil penilaian pada kondisi treatment/intervensi.

c) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d)Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada

kondisi baseline-1, intervensi dan baseline-2.

e) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi dan skor baseline-2.

f) Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat

secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

(30)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis keseluruhan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa melalui Permainan Tongue Twister dapat meningkatkan kemampuan wicara konsonan Frikatif (s) pada siswa tunarungu kelas VII

SMPLB Negeri Cicendo Bandung. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan mean level pada fase baseline-1 (A-1) sebesar 28%, mean level

pada fase intervensi (B) yaitu sebesar 68,7%, dan mean level fase baseline-2 (A-2) sebesar 79,5%. Melihat data tersebut, maka dapat disimpulkan mean level dari fase awal/baseline-1 (A-1) ke fase akhir/baseline-2 (A-2) meningkat sebesar 51,5%. Dengan demikian rumusan masalah penelitian terjawab bahwa

terdapat penggunaan permainan tongue twister dapat meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada subjek (MJ).

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti mengajukan

rekomendasi yaitu kepada:

1. Pihak Guru

Mengacu pada keberhasilan penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan permainan tongue twister untuk meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada subjek (MJ), maka peneliti menyarankan

agar permainan Tongue Twister digunakan sebagai salah satu teknik mengajar di kelas, khususnya dalam pembelajaran artikulasi.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mengungkapkan pengaruh permainan tongue twister dalam

meningkatkan kemampuan wicara konsonan frikatif (s) pada siswa

tunarungu kelas VII. Maka dengan ini peneliti merkomendasikan

penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukkan untuk penelitian

selanjutnya. Peneliti mengharapkan agar penelitian selanjutnya

(31)

68

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan dalam pengucapan konsonan /s/, karena berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan banyak terdapat anak tunarungu yang mengalami

berbagai kelainan bicara seperti kesulitan mengucapkan konsonan /k/,

konsonan /r/, konsonan /j/, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk

penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subjek lain dengan

permasalahan konsonan yang lain, tentunya dengan rancangan tampilan

(32)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: ineka Cipta.

Abdurachman, D. (1999). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud.

Amin, L. (2012). The Use of Tongue Twister to Improve The Student’s Speaking

Skill. [online]. Tersedia: http://www.amin.limpo-blogspot.com/2012/11/the-use-of-tngue -twister-to-improve.html[6 Januari 2013]

Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Dardjowidjojo, S. (2012). Psikolinguistik. Jakarta: Buku Obor.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamid, M. (2011). Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press.

Medikawati, J. (2012). Membuat Anak Gemar & Pintar Bahasa Asing. Jakarta: Visi Media

Prima, Y. (2011). Penggunaan Pendekatan Multisensori untuk Menghilangkan Gangguan Omisi Konsonan Nasal (n) Pada Siswa Tunarungu. Skripsi. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rosenbloom, J. (1986). The Little Giant Book of Tongue Twisters. New York: Streling Publishing.

Sadja‘ah, E. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung: San Grafika.

_____. (2005). Gangguan Bicara dan Bahasa. Bandung: San Grafika.

(33)

Ratih Dwi Lestari,2013

Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Otrhopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

_____. (2009). Gangguan Bicara dan Bahasa. [online] Tersedia: http://www.permanariansomad.blogspot.com/[19Februari2013]

Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sudiharti, P. Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunanto, et al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tim Dewan Skripsi Jurusan PLB. (2011). Pedoman Penulisan Skripsi Dan Makalah. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Tim UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Gambar

Grafik 3.1. Desain A-B-A
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Uji Validitas
grafik garis, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write berbasis multimedia interaktif untuk meningkatkan pemehaman konsep siswa SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Untuk itu, Dinas Informasi Komunikasi dan Pengolahan Data Elektronik Kota Medan harus memiliki budaya organisasi yang kuat dan mendukung perubahan yang baik yang dapat

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write berbasis

SEGMEN BERITA REPORTER C PENDIDIKAN CINTA LINGKUNGAN DIMULAI DARI

sebagai solusi untuk pemecahan masalah. Setelah ditemukan solusi atas permasalahan, kemudian peneliti melakukan penyusunan instrumen. Instrumen yang dibuat antara lain

Pembelajaran dengan strategi pembelajaran Think Talk Write Berbasis multimedia interaktif yang diikuti siswa terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa kelas

DI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA MISALNYA / MENDAPATKAN 89 SISWA DARI WARGA BER- KMS / DARI 101 SISWA YANG MENDAFTAR // KESULITAN MUNCUL BAGI PIHAK SEKOLAH UNTUK MENGANGKAT

Dengan demikian berdasarkan teori diatas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Dinas Informasi Komunikasi dan Pengolahan Data Elektronik