• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME

DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Musik

Oleh :

HANA MARYAMATUSSALAMAH

0900192

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Kegiatan Bernyanyi Pada Siswa

Down Syndrome di SLB-C

Yayasan Karya Bakti Garut

Oleh

Hana Maryamatussalamah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Hana Maryamatussalamah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto

kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME

DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Rita Milyartini, M.Si

NIP. 196406231988032001

Pembimbing II

Henri Nusantara, S.Pd, M.Pd

NIP. 197302262001121001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Dr.phil.Yudi Sukmayadi, M.Pd

(4)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya indikasi peningkatan pelafalan kata dan kemampuan bersosialisasi pada siswa down syndrome melalui kegiatan bernyanyi. Sampel penelitian berjumlah 5 orang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitiatif. Observasi, wawancara, analisis dokumen, dan studi literatur dilakukan sebagai teknik pengumpulan data. Pada penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak 4 kali. Kemudian wawancara dilakukan kepada guru-guru SLB-C YKB Garut yang terlibat dalam kegiatan bernyanyi, dan kepada orang tua siswa-siswa yang dijadikan sampel penelitian. Tahapan kegiatan bernyanyi, materi lagu, metode, media, dan respon siswa merupakan hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Setelah melakukan penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa tahapan kegiatan bernyanyi diantaranya persiapan, pelaksanaan kegiatan bernyanyi, dan pengulangan lagu-lagu yang dinyanyikan. Materi lagu yang digunakan yaitu lagu anak-anak yang banyak memiliki interval ters dan sekon. Metode yang digunakan adalah metode imitasi dan drill. Media yang digunakan yaitu alat musik keyboard, mic, dan amplifier. Respon setiap siswa saat kegiatan bernyanyi berlangsung berbeda tergantung kepada usaha guru untuk memotivasi siswa, kemampuan siswa beradaptasi, kebiasaan bernyanyi, dan dukungan orang tua.

(5)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

ABSTRACT

This study was aimed to describe singing activity by down-syndrome students in SLB-C YKB Garut. This study was based on the down-syndrome student’s improvement of pronounciation and interaction ability through singing activity. The study took five down-syndrome students as participants. This study used quantitative method. Observation, interview, document analysis, and literature study were employed to collect the data. The observation was conducted four

times in which singing activities, songs, methods, medias, and student’s responses were the focus. As follow, interview was administered to teachers of SLB-C YKB Garut who get involved in the singing activity and also the parents of the participants. According to the findings obtained, it can be concluded that there were some stages done during the singing activity including preparation, singing and drilling. The song’s type used was kid’s songs which have interval ters and second. The methodology used in the singing activity was imitation and drilling. In addition, keyboard, microphone, and amplifier ware used as media. As the

result, the student’s responses during the singing activity were different depend on

several things that include the teachers’ effort to motivate the students, the student’s ability to adapt, singing habit, and parent’s supports.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 5

E. Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Down Syndrome ... 9

B. Kegiatan Bernyanyi ... 13

C. Kegiatan Bernyanyi Pada Anak Down Syndrome ... 15

1 Tahap-tahap Kegiatan Bernyanyi. ... 17

2. Materi Lagu ... 17

3. Metode Kegiatan Bernyanyi ... 18

4. Media Kegiatan Bernyanyi ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional ... 21

(7)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

E. Teknik Pengolahan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Tahap-tahap Kegiatan Bernyanyi ... 30

2. Materi Lagu ... 40

3. Metode Kegiatan Bernyanyi ... 40

4. Media Kegiatan Bernyanyi ... 41

5. Respon Siswa Down Syndrome Saat Kegiatan Bernyanyi ... 41

B. Pembahasan ... 41

1. Tahap-tahap Kegiatan Bernyanyi ... 42

2. Materi Lagu ... 44

3. Metode Kegiatan Bernyanyi ... 53

4. Media Kegiatan Bernyanyi ... 54

5. Respon Siswa Down Syndrome Saat Kegiatan Bernyanyi ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterbelakangan mental atau tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut anak yang perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan

sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Menurut PP no.72

tahun (1991), anak-anak dalam kelompok di bawah normal atau dibawah rata-rata,

baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut keterbelakangan

mental, atau istilah resminya di Indonesia adalah Anak Tunagrahita. Somantri

(2007:103) menyatakan bahwa, “Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan

istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, dan lain-lain”. Payne & Patton (1981:31) dalam Gabe (2008:6) mengatakan bahwa:

‘A state of incomplete mental development of such a kind and degrre that

the individual is incapable of adapting himself to the normal environmet of his flow in such a way to maintain existence independently of supervision,

control, or external support’

Selain itu, menurut Amin (1995), jika dilihat dari tingkatan IQ, maka anak

down syndrome termasuk kedalam klasifikasi tunagrahita sedang yaitu dengan kisaran IQ antara 40 sampai 55. Anak tunagrahita seperti ini disebut down syndrome karena memiliki karakter berbeda dibandingkan dengan anak tunagrahita lainnya. Mereka memiliki raut muka seolah-olah menyerupai orang

mongol dengan ciri-ciri mata sipit dan miring, hidung yang datar, lidah tebal,

kepala cenderung pipih. Selain itu, nama down syndrome diambil dari nama penemunya yaitu Langdon Down yang berasal dari Inggris.

Normalnya, tubuh manusia memiliki miliaran sel yang memiliki pusat

informasi genetik di kromosom.Sebagian besar sel tubuh manusia mengandung 23

pasang kromosom (total 46 kromosom). Dalam kasus Down syndrome, kromosom nomor 21 jumlahnya tidak sepasang seperti pada umumnya, melainkan tiga.

Akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan tersebut, terjadi guncangan sistem

(9)

2

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT Menurut Sujarwanto (2005) dalam Melyana (2009:2):

Anak down syndrome dalam mempelajari berbagai hal lebih lambat daripada anak-anak lain sebayanya.Anak down syndrome mungkin terlambat mulai bergerak, tersenyum, menunjukkan minat pada berbagai hal atau benda, menggunakan tangannya, duduk, berjalan, berbicara dan mengerti. Atau anak mungkin memiliki kemampuan-kemampuan itu lebih cepat, tetapi lebih lambat dalam hal-hal lain.

Anak down syndrome yang termasuk juga pada anak tunagrahita sedang, sangat membutuhkan komunikasi dalam kehidupan seperti halnya anak normal

lainnya. Komunikasi diperlukan untuk mengadakan interaksi dengan

lingkungannya.Salah satu bentuk komunikasi adalah berbicara. Menurut

Munggaran (2011), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan fikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan kegiatan

motorik dimana gerakan mulut, lidah, tenggorokan dan saluran pernafasan yang

menghasilkan bunyi berupa kata-kata.

Karakteristik fisik yang ada pada down syndrome khususnya alat ucap secara langsung maupun tidak, dapat mempengaruhi proses berkomunikasi anak down syndrome, terutama berbicara atau melafalkan bunyi bahasa. Besarnya ukuran lidah, bibir tebal, rongga hidung sempit, dan posisi rahang yang tidak sempurna

menyebabkan gangguan artikulasi menonjol. Gangguan tersebut meliputi banyak

hal, diantaranya adalah perubahan bunyi dan penghilangan bunyi yang akan

terlihat ketika anak down syndrome melafalkan bunyi-bunyi vokal, konsonan, maupun semi vokal.

Menurut pengalaman peneliti yang juga memiliki adik laki-laki down syndrome, pada kenyataannya pada saat berkomunikasi, anak down syndrome sebenarnya mengerti tentang apa yang dibicarakan, namun untuk menanggapi atau

menjawab pertanyaan tersebut mereka sulit melafalkannya. Kondisi ini

menyebabkan anak down syndrome sulit berkomunikasi dan bersosialisasi, sehingga mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri.

(10)

3

dapat di bantu dengan pembelajaran musik, khususnya melalui kegiatan

bernyanyi.

Menurut Djohan (2009:248-249) dalam (Munggaran, 2011:4), musik bermanfaat bagi anak-anak yaitu bagi mereka yang terutama mengalami gangguan fisik atau mental. Anak – anak yang mengalami kesulitan belajar, gangguan bicara, masalah prilaku, gangguan emosi, autis, dan sindrom rett, juga yang berkemampuan lebih atau jenius. Bernyanyi membantu klien yang mengalami gangguan perkembangan artikulasi pada keterampilan bahasa, irama, dan kontrol pernafasan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bernyanyi adalah mengeluarkan suara

bernada. Bernyanyi juga berkaitan dengan pelafalan kata-kata yang dapat

membantu anak down syndrome melatih alat ucapnya. Disamping itu, kegiatan bernyanyi merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak terlebih lagi

anak down syndrome, karena bernyanyi memberikan ruang untuk berekspresi dan mengungkapkan perasaannya melalui nada dan kata-kata.

Dalam proses pembelajarannya, anak down syndrome seperti halnya anak berkebutuhan khusus lainnya memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus

yang disesuaikan dengan hambatan yang dimiliki. Fasilitas pendidikan formal

bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial tapi memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah luar biasa ini

diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan danketerbatasan yang dimiliki anak-anak

berkebutuhan khusus. SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu, SLB-C

untuk tunagrahita, SLB-D untuk tunadaksa, SLB-E untuk tunalaras, dan SLB-G

untuk cacat ganda.

Jika dilihat dari klasifikasi SLB tersebut, maka jelas bahwa down syndrome yang termasuk pada anak tunagrahita bersekolah di SLB-C. Salah satu SLB-C

yang menggunakan kegiatan bernyanyi dalam proses pembelajaran musiknya

yaitu SLB – C Yayasan Karya Bakti yang beralamat di Jalan Rumah Sakit no.15

Tarogong Kidul Garut.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengkaji kegiatan bernyanyi

(11)

4

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT mengamati perkembangan adik laki-laki down syndrome, yang saat ini berusia 5 tahun. Fakta menjelaskan bahwa perbendaharaan kata serta kemampuan pelafalan

huruf dan kata mengalami peningkatan melalui kegiatan bernyanyi. Hal yang

menarik lainnya adalah pada pelaksanaannya, anak down syndrome berbaur dengan anak berkebutuhan khusus lainnya di SLB-C YKB Garut. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk memaparkan tentang kegiatan bernyanyi pada anak down syndrome dengan mengambil judul skripsi Kegiatan Bernyanyi Pada Siswa

Down Syndrome di SLB-C Yayasan Karya Bakti Garut.

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB – C Yayasan Karya Bakti (YKB) Garut?”. Kegiatan bernyanyi merupakan bagian dari pembelajaran musik, maka proses penerapannya

berkaitan dengan konsep-konsep pembelajaran. Permasalahan – permasalahan ini

dapat diidentifikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana tahap-tahap kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut?

2. Bagaimanakah pemilihan materi lagu dalam kegiatan bernyanyi pada siswa

down syndrome di SLB-C YKB Garut?

3. Bagaimana metode yang digunakan pada kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut?

4. Bagaimana media yang digunakan pada kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut?

(12)

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan kegiatan bernyanyi

pada siswa down syndrome di SLB-C Yayasan Karya Bakti Garut.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui tahap-tahap yang digunakan pada kegiatan bernyanyi

untuk anak down syndrome yang dilaksanakan di SLB-C YKB Garut. b. Untuk mengetahui materi lagu yang digunakan pada kegiatan bernyanyi

pada anak down syndrome.yang dilaksanakan di SLB-C YKB Garut. c. Untuk mengetahui metode yang digunakan pada kegiatan bernyanyi untuk

anak down syndrome yang dilaksanakan di SLB-C YKB Garut.

d. Untuk mengetahui media yang digunakan pada kegiatan bernyanyi untuk

anak down syndrome yang dilaksanakan di SLB-C YKB Garut.

e. Untuk mengetahui respon siswa saat kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang tepat untuk diterapkan adalah metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti bertujuan untuk

menggambarkan kegiatan bernyanyi pada anak down syndrome di SLB – C Yayasan Karya Bakti Garut, yang terdapat di lapangan sesuai dengan apa adanya,

dan peneliti tidak mengujicobakan sesuatu.

Untuk mendukung penelitian ini, maka ada beberapa teknik pengumpulan data

yang digunakan, diantaranya sebagai berikut:

1. Survey awal

Sebelum memulai penelitian, peneliti melakukan survey terlebih dahulu.

Aspek-aspek yang diamati adalah proses kegiatan bernyanyi yang berlangsung

di SLB – C YKB Garut.

(13)

6

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT Dimaksudkan untuk melakukan pengamatan dalam proses kegiatan bernyanyi

pada anak down syndrome yang meliputi pemilihan materi lagu, tahap-tahap kegiatan bernyanyi, metode, serta media yang digunakan dalam kegiatan

bernyanyi ini. Dalam pelaksanaanya peneliti terjun langsung kepada objek,

dalam hal ini Sekolah Luar Biasa – C Yayasan Karya Bakti Garut.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang bagaimana kegiatan

bernyanyi pada anak down syndrome, juga tentang anak down syndrome itu sendiri. Wawancara ini dilakukan kepada siswa down syndrome, orang tua yang memiliki anak down syndrome dan guru yang mengajar anak down syndrome di SLB – C YKB Garut.

4. Analisis dokumen

Untuk mengetahui apa saja dampak atau manfaat dari kegiatan bernyanyi pada

anak down syndrome di SLB-C YKB Garut, maka peneliti perlu menganalisis dokumen yang telah ada dan telah dikumpulkan oleh guru terkait atau pihak

sekolah.

5. Studi literatur

Buku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psikologi Anak Luar Biasa.

Juga beberapa skripsi tentang Kemampuan Berbicara Down Syndrome, Kegiatan Bernyanyi, Pembelajaran Musik Anak Down Syndrome. Selain itu peneliti menggunakan artikel, tabloid, dan jurnal yang didapat dari media

internet untuk menunjang penelitian ini.

E. Manfaat / Signifikansi Penelitian

1. Bagi Peneliti, yaitu sebagai upaya menghasilkan pemahaman berkat

pembelajaran musik bagi anak down syndrome.

(14)

7

peningkatan dari segi kognitif, psikomotorik, afeksi dan khususnya dalam

berkomunikasi termasuk berbicara dan berbahasa serta bersosialisasi.

3. Bagi Guru SLB-C YKB Garut, yaitu hasil penelitian dapat dijadikan salah satu

bahan dokumentasi maupun evaluasi untuk mengembangkan kegiatan

bernyanyi sebagai proses pembelajaran musik pada siswa down syndrome. 4. Bagi Civitas akademia khususnya mahasiswa seni musik UPI Bandung, yaitu

dapat digunakan sebagai referensi untuk mengoptimalkan pembelajaran musik

pada siswa down syndrome.

5. Bagi orang tua yang memiliki anak down syndrome, yaitu dapat memperoleh wawasan dan manfaat dari kegiatan bernyanyi bagi anak down syndrome.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang pendahuluan dan merupakan bagian

awal dari skripsi. Pendahulan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikasi penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berfungsi sebagai landasan teoretik dalam

penelitian. Isi dari kajian pustaka meliputi bahasan tentang karakteristik serta

ciri-ciri anak down syndrome dan konsep tentang kegiatan bernyanyi.

BAB III METODE PENELITIAN, berisi penjabaran yang rinci mengenai

metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut, antara lain: lokasi dan

subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, terdiri dari

pengolahan data dan analisis dari deskripsi hasil temuan tersebut. Kemudian berisi

pembahasan terkait dengan teori yang digunakan dalam Bab Kajian Pustaka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Saran atau rekomendasi

(15)

8

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, & peneliti berikutnya yang berminat

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di SLB-C Yayasan Karya Bakti Garut yang

beralamat di jalan Rumah Sakit no.15 Garut. Yang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan kualitatfif. Tentang metode penelitian kualitatif, Semiawan (2010:10)

mengatakan bahwa,

Penelitian itu (kualitatif) disebut pula pencarian alamiah (naturalistic inquiry) karena menekankan pentingnya pemahaman tentang situasi alamiah partisipan, lingkungan dan tempatnya. Situasinya benar-benar bertumpu pada apa yang nyata dan sesuai dengan fakta.

Berdasarkan pernyataan - pernyataan diatas mengenai metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif, maka dengan metode ini peneliti menggambarkan

proses kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome di SLB-C YKB Garut berdasarkan fakta atau sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal-hal yang

dideskripsikan dalam penelitian ini mencakup materi lagu, tahap-tahap, media

dan metode yang digunakan dalam kegiatan bernyanyi pada anak down syndrome.

C. Definisi Operasional

1. Down Syndrome :

(17)

22

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT banyak diteliti secara biologis disebabkan kondisi yang terkait dengan

keterbelakangan mental dan pembangunan ketidakmampuan

2. Kegiatan Bernyanyi:

Menurut Sutrisnawati (2013), kegiatan bernyanyi adalah suatu bentuk kegiatan

seni untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia melalui suaranya.

D. Prosedur Penelitian

Agar penelitian ini berjalan dengan baik, perlu dipersiapkan langka-langkah

sebaik mungkin. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survey awal pada bulan

Juni 2013 yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang akan diamati di SLB-C

YKB. Kemudian peneliti meminta izin dengan memberikan surat penelitian

kepada pihak sekolah. Kemudian untuk mempermudah melakukan penelitian,

perlu adanya rumusan masalah. Dengan rumusan masalah, peneliti akan lebih

fokus dan mudah dalam membuat laporan hasil penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah persiapan selesai, peneliti melakukan penelitian sesuai dengan metode

yang digunakan. Dalam proses ini peneliti mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya sesuai dengan pertanyaan di rumusan masalah, dan merubahnya

menjadi kata-kata atau kalimat baku. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:

a. Observasi

Marshall (1995) dalam Sugiyono (2008:310) mengemukakan bahwa

melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna perilaku

(18)

23

Observasi dimaksudkan untuk melakukan pengamatan dalam kegiatan

bernyanyi pada anak down syndrome. Dalam pelaksanaanya peneliti terjun langsung kepada objek, dalam hal ini Sekolah Luar Biasa – C Yayasan Karya Bakti jalan Rumah Sakit nomor 15 Garut. Kegiatan observasi yang dilakukan

oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal: Pada hari Senin, tanggal 15 Juli 2013 pukul 08.30 WIB di

SLB-C YKB Garut. Peneliti memberikan surat penelitian dan bertemu

sekaligus melakukan wawancara singkat dengan guru yang bersangkutan

yaitu Ibu Tintin Nurnaeni, S.Pd tentang kegiatan bernyanyi di SLB-C

YKB Garut. Kemudian informasi yang didapat bahwa kegiatan bernyanyi

ini dilakukan secara rutin satu hari dalam seminggu yaitu pada hari rabu

atau hari kamis. Disamping itu pada observasi awal ini peneliti mengamati

keadaan didalam kelas dan mencoba untuk berkomunikasi dengan siswa

down syndrome. Peneliti menemukan permasalahan dalam berkomunikasi yaitu ketidakjelasan pelafalan kata pada beberapa siswa down syndrome.

2. Observasi kedua: Pada hari Kamis, tanggal 22 Agustus 2013 pukul 09.00

WIB di SLB-C YKB Garut. Pada observasi kali ini peneliti melihat

langsung kegiatan bernyanyi yang dilakukan di SLB-C YKB Garut.

Peneliti merekam situasi dan keadaan yang terjadi pada saat kegiatan

bernyanyi berlangsung. Ada beberapa anak yang masih sulit beradaptasi

dalam mengikuti kegiatan bernyanyi ini. Mereka menangis dan menutup

telinganya. Tetapi guru tetap terus membujuk agar anak tersebut ikut

bernyanyi dan menggerakkan tubuhnya (menari) bersama

teman-temannya. Berbeda halnya dengan anak-anak yang telah terbiasa, mereka

antusias dan dengan senangnya bernyanyi dan menari meskipun tidak

(19)

24

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT 3. Observasi ketiga: Pada tanggal 2 Oktober 2013, hari Rabu pukul 08.30

WIB di SLB-C YKB Garut. Sama seperti observasi sebelumnya, yaitu

peneliti merekam situasi dan keadaan siswa saat kegiatan bernyanyi

berlangsung.

4. Observasi keempat: Pada hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2013 pukul

07.30 WIB di SLB-C YKB Garut. Peneliti merekam kembali situasi dan

keadaan siswa saat kegiatan bernyanyi berlangsung.

b. Wawancara

Stainback (1988) dalam Sugiyono (2008:318) mengemukakan bahwa,

interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alone‟. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak

bisa ditemukan melalui observasi

Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih

mendalam tentang bagaimana kegiatan bernyanyi pada anak down syndrome, juga tentang dampak atau manfaat terhadap anak down syndrome. Pertanyaan

– pertanyaan wawancara ini dilakukan kepada guru yang mengajar down syndrome, orang tua yang memiliki anak down syndrome itu sendiri di SLB-C YKB Garut.

Beberapa wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya:

1. Pada hari Kamis, tanggal 18 juli 2013, pukul 10.30 WIB, wawancara

dilakukan kepada guru-guru yang terkait yaitu Ibu Tintin Nurnaeni, S.Pd,

Ibu Tuti, S.Pd, Ibu Nia Kurniasih, S.Pd, dan Bapak Ahmad Nasih, S.Pd di

ruang kelas C1 (ruang kelas siswa Down Syndrome). Pertanyaan yang diajukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan proses kegiatan bernyanyi

(20)

25

digunakan, serta tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan bernyanyi.

Wawancara ini dilakukan setelah kegiatan bernyanyi selesai dilaksanakan.

Pedoman wawancara terlampir.

2. Pada hari Jumat, tanggal 19 juli 2013, pukul 09.30 WIB, berdasarkan

rekomendasi dari guru yang mengajar, wawancara dilakukan kepada salahsatu siswa laki-laki down syndrome yang bernama Nur Rahman berumur 13 tahun. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar hal-hal yang

dirasakan pada saat kegiatan bernyanyi berlangsung. Selanjutnya pada hari

yang sama peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Eutik selaku orang

tua dari Nur Rahman mengenai dampak atau manfaat yang dirasakan

melalui kegiatan bernyanyi yang rutin dilakukan di sekolah.

3. Pada tanggal 23 September 2013 hari senin, pukul 09.00 WIB, peneliti

melakukan wawancara pada beberapa orang tua murid diantaranya Ibu

Tita (orang tua Fariz, 7 tahun), Ibu Diah (orang tua Selfi, 9 tahun), dan Ibu

Yati (orang tua Raka, 6 tahun). Pertanyaan yang diajukan mengenai

manfaat atau dampak yang dirasakan melalui kegiatan bernyanyi yang

dilaksanakan secara rutin di sekolah.

4. Pada hari kamis, 26 September 2013, pukul 20.00 WIB, peneliti

melakukan wawancara kepada guru kesenian yaitu Bapak Cepi

Darmawan. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai kegiatan

bernyanyi di SLB-C YKB. Namun dikhususkan pada pertanyaan mengenai

materi lagu dan media yang digunakan saat kegiatan bernyanyi.

c. Analisis dokumen

Menurut Sugiyono (2008:329), studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

(21)

26

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT anak down syndrome di SLB-C YKB Garut, maka peneliti perlu menganalisis dokumen yang telah ada dan telah dikumpulkan oleh guru terkait atau pihak

sekolah.

d. Studi literatur

Untuk memperjelas keterkaitan antara hasil penelitian dengan teori – teori mengenai permasalahan yang diteliti, maka diperlukan adanya studi literatur.

Semiawan (2010:18) mengatakan bahwa, “Hasil bacaan dari buku dan jurnal

ilmiah akan memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana topik itu

dibahas dan dimengerti oleh para penulis atau peneliti sebelumnya”.

Buku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psikologi Anak Luar

Biasa dan Mental Retardation.Juga beberapa skripsi tentang Kemampuan Berbicara Down Syndrome, Kegiatan Bernyanyi, Pembelajaran Musik Anak Down Syndrome. Selain itu peneliti menggunakan artikel, tabloid, dan jurnal yang didapat dari media internet untuk menunjang penelitian ini.

E. Teknik Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2012:428), Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif,

yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Sugiyono (2012) mengatakan

(22)

27

Bagan 3.1: Teknik Analisis Data

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

b. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang peneliti lakukan

adalah mendisplaykan data. Peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian

dengan teks yang bersifat naratif karena metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono (2012:434),”Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchartdan sejenisnya”.

Pengumpulan

data

Reduksi

data

Penarikan/pengujian

kesimpulan

(23)

28

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT c. Conclusion Drawing / verification

Dalam tahap ini peneliti mengemukakan kesimpulan dan melakukan

verifikasi data. Menurut Sugiyono (2012:438), “Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut. Kegiatan bernyanyi pada siswa down syndrome dilaksanakan setiap minggu, pada hari rabu atau kamis. Durasi yang digunakan pada siswa down syndrome ± 1 jam. Tahapan pada proses kegiatan bernyanyi ini diantaranya yaitu, persiapan, pelaksanaan kegiatan bernyanyi,

pengulangan lagu-lagu yang dinyanyikan, selanjutnya setelah kegiatan benyanyi

selesai, siswa beristirahat kemudian masuk ke kelas melanjutkan KBM.

Materi lagu yang digunakan untuk kegiatan bernyanyi adalah lagu anak-anak.

Lagu-lagu tersebut adalah lagu yang nyaman untuk dinyanyikan oleh down syndrome. Diantaranya lagu “Cicak di Dinding”, “Satu-satu Aku Sayang Ibu”, “Pelangi-pelangi”, “Kasih Ibu”, “Bintang Kecil”, “Satu ditambah Satu”, dan “Helly”. Tonalitas yang digunakan biasanya adalah C Mayor. Interval yang terdapat dalam materi lagu pada kegiatan bernyanyi yang paling mendominasi

adalah interval sekon dan ters. Lagu-lagu tersebut memiliki pengulangan irama.

Hal itu membuat siswa berlatih melafalkan kata dengan terus mengulangnya saat

bernyanyi.

Saat kegiatan bernyanyi, guru menggunakan metode imitasi dan metode drill.

Metode imitasi yang dilakukan guru yaitu dengan cara guru ikut bernyanyi

bersama siswa sambil mencontohkan pelafalan lirik kepada siswa. Guru juga

mencontohkan dan mengajak siswa bertepuk tangan dan menari. Metode drill

dilakukan dengan mengulang materi lagu sebanyak 2-4 kali selama kegiatan

bernyanyi.

(25)

61

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT bernyanyi di iringi lagu-lagu yang dibunyikan dengan format midi sebagai antisipasinya.

Selama kegiatan bernyanyi berlangsung, respon / aktivitas siswa berbeda.

Respon / aktivitas siswa tersebut yaitu duduk, berdiri, menari, dan menyanyi. Hal

tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Diantaranya:

1. Usaha guru untuk selalu mengajak siswa agar percaya diri dan mau

bernyanyi di depan teman-temannya;

2. Kebiasaan melakukan kegiatan bernyanyi di SLB-C ini;

3. Kemampuan masing-masing siswa untuk beradaptasi;

4. Pengaruh lingkungan rumah untuk selalu memberikan stimulus agar anak

berani dan percaya diri untuk melakukan sosialisasi di luar lingkungan

rumah.

Kegiatan bernyanyi ini bukan dimaksudkan agar siswa menjadi mahir

bernyanyi. Namun sebagai latihan dan pemberian motivasi untuk melafalkan kata

dan menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri. Sehingga siswa bisa

berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, peneliti juga

berkeinginan menyampaikan rekomendasi dalam bentuk saran. Khususnya untuk

SLB-C YKB Garut, alangkah lebih baik jika kegiatan bernyanyi di laksanakan di

ruangan khusus untuk kegiatan kesenian untuk mengefektifkan kegiatan

bernyanyi ini. Kemudian kegiatan bernyanyi sebaiknya dilakukan dengan

membagi siswa kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Hal itu didukung

dengan pembagian waktu pada setiap kelompok-kelompok kecil tersebut agar

aktivitas siswa terkontrol dan setiap siswa benar-benar mendapatkan perhatian

dari guru.

Selain itu, penggunaan metode imitasi akan lebih efektif jikadilakukan secara

(26)

62

tersebut hendaknya dilakukan sebelum bernyanyi. Agar latihan siswa untuk

melafalkan kata lebih optimal.

Kemudian saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu bahwa penelitian seperti ini

diharapkan tidak berhenti sampai disini saja. Akan tetapi terus berlanjut untuk

meningkatkan mutu pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Khususnya

(27)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT

DAFTAR PUSTAKA

Abriani, Ani. (2008). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Tunagrahita

Sedang (imbesil)Melalui Kegiatan Bernyanyi di SLB Amalia Bhakti Kecamatan Conggeang KabupatenSumedang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi pada UPI Bandung.Tidak Diterbitkan.

Alim, M.B.(2009).Lagu Anak-Dowload Lagu Anak Mp3.[Online] : Tersedia

http://www.psikologizone.com/lagu-anak-download-lagu-anak-mp/06511360 (11 Juli 2013)

Amin M.(1995).Buku OrtopedagogikAnakTunagrahita. [Online] :Tersedia

http://nailarahma-plbuns2012.blogspot.com/2012/10/klasifikasi-tuna-grahita.html (16 April 2013)

Arsyad, Azhar.(1997).Media Pengajaran.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Becker, L., Mito, T., Takashima, S., Onodera, K.(1991).Growth and Development Of The Brain in Down Syndrome.(Progress in cliinical and bio;ogical research. Deoartment of pathology, Neuropathology, University of toronto, ontario, canada. [Online]. Tersedia:

http://europepmc.org/abstract/MED/1838182/reload=0;jsessionid=OVVwr e6k7rlw6u7YNvHM.12 (11 Juli 2013)

Beirne-Smith, M., Ittenbach, R.F. and Patton, J.R. (2002).Mental Retardation (Sixth ed).New Jersey: Merrill Prentice Hall

Defly-Ardina, M.(2012).Inplementasi Pembelajaran Musik untuk

Mengembangkan Mental dan Psikomotorik Anak Penderita Down Syndrome. [Online] : Tersedia

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/2520/2 573 (11 Juli 2013)

Digitale, E.(2009).New Down syndrome treatment suggested by study in mice. [Online] :Tersedia

http://med.stanford.edu/ism/2009/november/down-syndrome.html (3Juni 2013)

Djohan.(2009).Psikologi Musik.Yogyakarta: Best Publisher

(28)

Gunarhadi.(2005).Penanganan Anak Sindroma Down dalam Lingkungan

Keluarga dan Sekolah.Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Marshall, Catherine., Rossman, G.B.(1995).Designing Qualitative Research, second edition: Sage Publications, International Educational. London: Professional Publisher.

Meilinda, Isyana.(2011).Pengaruh Vokalisasi Dalam Kegiatan Bernyanyi Terhadap Kemampuan Artikulasi Siswa Tunagrahita Ringan di SLB Cipaganti Bandung.Skripsi Sarjana pada FPBS UPI: tidak diterbitkan

Melyana, Ryta.(2009).Proses Pembelajaran Musik Bagi Anak Down Syndrome di Taman Musik Dian Indonesia Jalan BDN 2 Nomor 22 Cilandak Barat Jakarta Selatan.Skripsi Sarjana pada FPBS UPI: tidak diterbitkan

Milyartini, Rita.(2011). “Peran Musik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Diffable = Different Abilities). [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_MUSIK/1317608

19%20-%20Rita%20Milyartini%20Dra%20Msi/makalah/Peran%20musik%20bag i%20diffabel.pdf. (11 Juli 2013)

Munggaran, M.(2011).Penerapan Pola Latihan Artikulasi Berjenjang dalam Kegiatan Bernyanyi Untuk Meningkatkan Kemampuan Artikulasi Siswa Tunagrahita Ringan di SLB C Sukapura Bandung. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Payne, J.S., Patton, J.R.(1981).Mental Retardation.Ohio: Bell & Howell Company

Pradana, H.Y.(2012).Game Pembelajaran Musikal untuk Anak-anak. [Online]: Tersedia

http://repository.upnyk.ac.id/3021/1/DoReMi_Abstrak_JURNAL.pdf (19 April 2013)

Semiawan, R.C.(2010).Metode penelitian kualitatif. Cikarang: Grasindo.

Septia-Nugraha, A.(2009).Pengaruh Latihan Gerak Dasar Senam Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Down Syndrome di SLB-G YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.Skripsi Sarjana pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Sheppard, Phillip.(2007). Music Makes Your Child Smarter- Peran Musik dalam

Perkembangan Anak .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

(29)

Hana Maryamstussalamah, 2013

KEGIATAN BERNYANYI PADA SISWA DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KARYA BAKTI GARUT Stainback, Susan., Stainback, William.(1988).Understanding & Conducting

Qualitative Research.Dubuque, iowa: Kendall/hunt Publishing Company

Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Anggota Ikatan Penerbitan Indonesia (IKAPI)

Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana.(2009).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru ALGESINDO

Sujarwanto.(2005).Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direkretirat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi

Sutikno, M.S.(2009).Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam

Mewujudkan Pembelajaran yang berhasil”.Bandung: Prospect

Sutrisnawati, Y.(2013).Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Menyanyikan Lagu Wajib Nasional pada Siswa Sekolah Dasar. [Online]: Tersedia

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/3176 (11 Oktober 2013)

Yoga, P.D.(2013).Hubungan Antara Musik Dangdut Koplo dan Lingkungan Gang Doly.[Online] : Tersedia

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan perkembangan perbankan syariah di Indonesia, bank syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-nilai Islam dalam menjalankan kegiatan

Sahabat MQ/ Pencalonan Hutomo Mandala Putra/ alias Tommy Soeharto belum selesai// Buktinya/ DPD II DKI Jakarta sudah mendekat ke putra bungsu mendiang mantan Presiden

Bentuk nyata ganti rugi Pihak Tirta Sibayakindo yang dapat diberikan terhadap konsumen adalah Mengganti produk yang cacat dengan produk yang baru dengan kemasan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab cacat dimensi produk (diameter dan tebal head) hasil proses cold upset forging yang dilakukan di Lab

Sahabat MQ/ Kepala Bidang Komunikasi Publik Tim Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Jawa Barat/ -Deny Juanda- mengatakan/ jumlah pengungsi korban bencana alam gempa bumi

Produk komponen mini- mico dari proses forging (Volersten, 2001) F orging adalah bagian dari sebuah proses metal forming /pembentukan logam yang memiliki banyak

Brotosusilo, Agus, 1986, Aspek-Aspek Perlindungan Terhadap Konsumen dalam Sistem Hukum di Indonesia, YLKI-USAID, Jakarta.. Hartono, Sri Redjeki, 2014, Aspek-Aspek Hukum

[r]