• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Tika Rohayati, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA

TUMBUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh Tika Rohayati

(0900430)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Tika Rohayati, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA

TUMBUHAN

Oleh Tika Rohayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Tika Rohayati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Tika Rohayati, 2013

TIKA ROHAYATI

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. Sri Anggraeni, M.Si. NIP. 19580126 198703 2 001

Pembimbing II,

Kusnadi, S.Pd., MSi. NIP. 19680509 199403 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan

(4)

i Tika Rohayati, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN

ABSTRAK

Literasi Sains siswa Indonesia pada PISA (Program for International Student Assessment) 2009 menunjukkan siswa Indonesia menduduki peringkat ke-57 dari 65 negara peserta. Salah satu penyebab rendahnya pencapaian literasi sains siswa Indonesia dikarenakan kurangnya pembelajaran yang melibatkan proses sains. Inkuiri sering dianggap dapat memberikan implikasi terhadap literasi sains dan sikap ilmiah siswa. Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung dan bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan dan peningkatan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP antara kelompok eksperimen (pembelajaran interactive demonstration) dan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional). Penelitian quasi experminent ini menggunakan nonrandomized control group, pretest posttest design dan menggunakan pretest dan posttest sebagai teknik pengumpulan data literasi sains dan sikap ilmiah siswa. Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan uji beda literasi sains dan sikap ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan model mencapai 89% (sangat baik) sedangkan hasil t-test literasi sains menunjukkan t=0.0001 dan hasil t-test sikap ilmiah t=0.003 dengan α=0.05 (H0 ditolak). N-gain literasi sains

kelompok eksperimen adalah 0.47 (sedang) dan kelompok kontrol 0.20 (rendah). N-gain sikap ilmiah kelompok ekperimen adalah 0.34 (sedang) dan kelompok kontrol 0.20 (rendah). Hasil ini mengindikasikan pembelajaran interactive demonstration berpengaruh positif terhadap literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP.

(5)

ii Tika Rohayati, 2013

THE EFFECT OF INTERACTIVE DEMONSTRATION TOWARD JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’ SCIENTIFIC LITERACY AND SCIENTIFIC

ATTITUDE IN PLANT TRANSPORTATION CONCEPT

ABSTRACT

Scientific Literacy of Indonesia Student in PISA (Program for International Student Assessment) 2009 shows Indonesian student rank 57th among 65 participants. The lack due student’s process science is one of the main reasons. Inquiry (interactive demonstration) is considered able to give implication toward scientific inquiry and scientific attitude. This study was conducted in one of public junior high school in Bandung and aims to identify the differences and improvement of junior high school students’ scientific literacy and scientific attitude between experimental group (interactive demonstration) and control group (conventional method). This quasi experimental used nonrandomized control group, pretest posttest design and data collected through pretest and posttest. The assumption test has been done before examine t-test. The scientific literacy result shows the percentage of performance model is 89% (very good), and t-test scientific literacy shows t=0.0001 and scientific attitude t-test t=0.003 with α=0.05 (H0 is not accepted). N-gain of scientific literacy experiment group is

0.47 (moderate) and control group is 0.20 (low). Meanwhile scientific attitude result shows N-gain experiment group is 0.34 (moderate) and control group is 0.20 (low). Thus, indicate interactive demonstration had positive effect toward junior high school students’ scientific literacy and scientific attitude.

(6)

iii Tika Rohayati, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi Transportasi pada Tumbuhan, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih dihaturkan kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam segi moril maupun materil, yakni kepada:

1. Bapak Dr. H. Riandi M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan biologi

2. Ibu Dr. Hj. Siti Sriyati M.Si., selaku ketua program studi pendidikan biologi dan dosen penjudgement instrumen peneliti

3. Ibu Dr. Hj. Sri Anggraeni M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi satu 4. Bapak Kusnadi, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi dua

5. Ibu Prof. Dr. Nuryani Rustaman, M.Pd., yang telah berperan dalam judgement instrumen peneliti.

6. Ibu Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si, selaku anggota tim dosen penelitian payung

7. Bapak Tata Santa, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 12 Bandung. 8. Bapak Drs. Aziz Muhakim, selaku Wakasek Kurikulum SMP Negeri 12

Bandung.

9. Ibu Lina Herlina, S.Pd., Ibu Novia Tricahyani, S.Pd. dan Ibu Siti Sadiah S.Pd., selaku guru mata pelajaran Biologi di SMP Negeri 12 Bandung 10.Siswa-siswi SMP Negeri 12 Bandung

11.Rekan-rekan penelitian senasib dan seperjuangan.

(7)

iv Tika Rohayati, 2013

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan. Semoga apa yang telah kita kerjakan mendapat balasan yang terbaik dari-Nya.

Bandung, Juli 2013

(8)

v Tika Rohayati, 2013

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi-asumsi ... 6

G. Hipotesis Penelitian ... 7

BAB II LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SERTA INTERACTIVE DEMONSTRATION SEBAGAI UPAYA PENINGKATANNYA A. Literasi Sains (Scientific Literacy) ... 8

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains pada Siswa SMP ... 8

C. Inkuiri dan Hierarki dalam Inkuiri ... 9

D. Interactive Demonstration ... 12

E. Evaluasi Literasi Sains ... 14

F. Sikap Ilmiah (Sientific Attitude) ... 16

G. Evaluasi Sikap Ilmiah ... 17

(9)

vi Tika Rohayati, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional ... 24

B. Metode Penelitian ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Lokasi dan Waktu Peneitian ... 25

E. Populasi dan Sampel ... 26

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Pengelolaan dan Analisis Data Literasi Sains dan Sikap Ilmiah ... 34

I. Alur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Sintaks pada Pembelajaran Interactive Demonstration... 37

B. Literasi Sains Siswa 1. Literasi Sains Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran Interactive Demonstration ... 41

2. Pencapaian Literasi Sains tiap Indikator ... 43

C. Sikap Ilmiah Siswa 1. Sikap Ilmiah Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran Interactive Demonstration ... 45

2. Pencapaian Sikap Ilmiah tiap Indikator ... 47

D. Implikasi Inkuiri (Interactive Demonstration) terhadap Literasi Sains dan Sikap Ilmiah... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

vii Tika Rohayati, 2013

DAFTAR TABEL

Hal.

2.1 Indikator Inquiry yang Termasuk ke dalam Indikator Literasi Sains ... 10

2.2 Hierarki Lengkap Inquiry-Oriented Science Teaching Practice ... 10

2.3 Level Inquiry dan Tujuan Primer Pedagogisnya... 11

2.4 Keterampilan/Kemampuan Proses pada Tiap Model Inquiry ... 12

2.5 Kompetensi Ilmiah PISA 2006 ... 15

2.6 Indikator Sikap Terhadap Sains pada PISA 2006 ... 17

2.7 Indikator Sikap pada PISA 2006 dan SAI II serta Irisan Keduanya ... 19

2.8 Karakteristik Materi Perolehan Nutrisi dan Transportasi Energi pada Tumbuhan Hijau ... 20

2.9 Deskripsi Materi Perolehan Nutrisi dan Transportasi Energi pada Tumbuhan Hijau ... 21

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Kisi-kisi Soal Literasi Sains ... 27

3.3 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal ... 28

3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas Butir Soal ... 28

3.5 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 29

3.6 Kriteria Indeks Daya Pembeda Butir Soal ... 29

3.7 Rekapitulasi Analisis Pokok Uji Literasi Sains ... 30

3.8 Kisi-kisi Kuesioner Sikap ... 31

3.9 Konversi Bentuk Skala ke Bentuk Skor pada Kuesioner Sikap Ilmiah .... 32

3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas tiap Butir Kuesioner .... 33

3.11 Kriteria Keterlaksanaan Sintaks ... 33

3.12 Interpretasi Indeks N-gain ... 35

4.1 Spesifikasi Keterlaksanaan Syntax pada pembelajaran Interactive Demonstration ... 37

4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretest dan Postest Literasi Sains ... 41

(11)

viii Tika Rohayati, 2013

4.4 Gain Ternormalisasi (N-gain) Kelompok Eksperimen dan Kelompok

(12)

ix Tika Rohayati, 2013

DAFTAR GAMBAR

Hal.

2.1 Kerangka Kerja PISA 2006... 15

3.1 Alur Penelitian ... 36

4.1 Rata-rata Indeks N-Gain per Kompetensi Umum Literasi Sains ... 44

(13)

x Tika Rohayati, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

A. INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Spesifikasi Instrumen Butir Soal Literasi Sains ... 59

A.2 Spesifikasi Instrumen Kuesioner Sikap Ilmiah ... 67

A.3 Lembar Soal Siswa ... 69

A.4 Spesifikasi Keterlaksanaan Sintaks ... 78

B. PERANGKAT PEMBELAJARAN B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 79

B.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Interactive Demonstration ... 86

B.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 88

C. TABULASI JAWABAN SISWA C.1 Tabulasi Jawaban Literasi Sains pada Pretest Kelas Eksperimen ... 92

C.2 Tabulasi Jawaban Literasi Sains pada Posttest Kelas Eksperimen ... 94

C.3 Tabulasi Jawaban Literasi Sains pada Pretest Kelas Kontrol ... 96

C.4 Tabulasi Jawaban Literasi Sains pada Posttest Kelas Kontrol ... 98

C.5 Gain Ternormalisasi (N-gain) Literasi Sains tiap Siswa ... 100

C.6 Gain Ternormalisasi (N-gain) Literasi Sains tiap Indikator ... 101

C.7 Tabulasi Jawaban Sikap Ilmiah pada Pretest Kelas Eksperimen ... 102

C.8 Tabulasi Jawaban Sikap Ilmiah pada Posttest Kelas Eksperimen ... 104

C.9 Tabulasi Jawaban Sikap Ilmiah pada Pretest Kelas Kontrol ... 106

C.10 Tabulasi Jawaban Sikap Ilmiah pada Posttest Kelas Kontrol ... 108

C.11 Gain Ternormalisasi (N-gain) Sikap Ilmiah tiap Siswa ... 110

C.12 Gain Ternormalisasi (N-gain) Sikap Ilmiah tiap indikator ... 111

D. ADMINISTRASI PENELITIAN D.1 Surat Izin Penelitian ... 112

D.2 Surat Izin Uji Instrumen ... 113

(14)

xi Tika Rohayati, 2013

E. DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

E.1 Lembar Jawaban Siswa (1) ... 115

E.2 Lembar Jawaban Siswa (2) ... 116

E.3 Lembar Kerja Siswa ... 117

E.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks ... 118

E.5 Dokumentasi Proses Pembelajaran ... 119

F. KONSULTASI PENELITIAN F.1 Izin Penggunaan SAI II ... 122

F.2 Dokumentasi Konsultasi Penelitian via e-mail ... 124

G. OUTPUT STATISTIK G.1 Output Uji Statistik Literasi Sains ... 128

G.2 Output Uji Statistik Sikap Ilmiah ... 131

H. HASIL UJI COBA INSTRUMEN H.1 Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Sains ... 135

(15)

1 Tika Rohayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi sains (scientific literacy) merupakan hal yang penting untuk dikuasai karena aplikasinya yang luas dan hampir di segala bidang. Negara-negara maju terus berupaya meningkatkan kemampuan literasi sains generasi muda dengan harapan agar bisa lebih kompetitif terutama dalam dunia kerja global. Untuk mengetahui apakah suatu negara telah memiliki siswa dengan kualitas literasi sains yang baik sekaligus secara tidak langsung menguji kualitas pendidikan negara itu sendiri, maka diselenggarakan PISA (Program for International Student Assessment) oleh negara-negara anggota OECD

(Organization for Economic Cooperation and Development) dan partisipannya. Setiap tiga tahun sekali PISA dilaksanakan dengan fokus kemampuan literasi sains, matematika dan membaca pada siswa usia 15-17 tahun (Ekohariadi, 2009).

Indonesia telah menjadi partisipan PISA semenjak tahun 2000, namun hasil yang didapatkan masih kurang memuaskan. Pada evaluasi literasi sains, tahun 2000 Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003 menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-57 dari 65 peserta (Balitbang, 2009). Dengan demikian bisa dikatakan secara umum kemampuan literasi sains siswa Indonesia usia 15-17 tahun belum memadai.

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian literasi sains siswa Indonesia dikarenakan kurangnya pembelajaran yang melibatkan proses sains, seperti memformulasikan pertanyaan ilmiah dalam penyelidikan, menggunakan pengetahauan yang dimiliki untuk menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penyelidikan (Firman, 2007).

(16)

2

Tika Rohayati, 2013

literasi sains terkini seringkali hanya dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni usia 15-17 tahun (Zahara, 2012; Hadinugraha 2012; Humaira 2012). Beberapa penelitian dengan subjek siswa Sekoah Menengah Pertama (SMP) diantaranya dilakukan oleh Ekohariadi (2009) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains pada siswa SMP; serta Widodo (2011) mengenai pembelajaraan biologi berbasis masalah dengan pendekatan guided inquiry dan modified inquiry ditinjau dari keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Karena itu, penelitian litrerasi sains pada siswa SMP termasuk belum sering dilakukan.

Salah satu pendekatan yang bisa meningkatkan kemampuan literasi sains siswa adalah melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri (Erniati, 2010). Dettrick dalam Rustaman, et al,. (2005) menyatakan pendekatan inkuiri dilakukan dengan membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Melalui pendekatan ini informasi atau pengetahuan yang diperoleh seolah-olah menjadi milik siswa karena itu akan tertanam kuat dalam memori jangka panjang. Balitbang (2006), menyarankan agar pembelajaran sains dilakukan melalui inkuiri ilmiah, agar terbentuk kemampuan berfikir ilmiah, bekerja ilmiah dan mengkomunikasikan hasil sebagai bentuk kecakapan hidup. Berdasarkan hal-hal tersebut, pengalaman belajar secara langsung, penggunaan dan pengembangan proses dan sikap ilmiah sangat dianjurkan penggunaannya.

Wenning (2004), mengklasifikasikan level inkuiri berdasarkan sejauh mana dominansi antara guru dengan siswa dan kompleksitas pengalaman intelektual yang bisa didapat siswa dalam pembelajaran. Level yang paling rendah sekaligus yang paling fundamental adalah level discovery learning, diikuti oleh interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory (guided inquiry. bounded

inquiry dan free inquiry) dan yang tertinggi adalah hypothetical inquiry. Dengan

demikian, setiap kali siswa melewati level inkuiri yang baru maka siswa juga telah menguasai science process skill yang lebih kompleks.

(17)

3

Tika Rohayati, 2013

inquiry menunjukkan pencapaian kemampuan literasi sains siswa SMA yang lebih

baik dibandingkan dengan guided inquiry dengan hasil yang tidak signifikan. Tetapi Humaira (2012) menyatakan aplikasi guided inquiry memiliki banyak hambatan dikarenakan faktor waktu serta kesiapan dan bekal guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga kemampuan scientific inquiry literacy melalui discovery learning memiliki rata-rata pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan guided inquiry. Dengan demikian perlu dilakukannya studi untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis pendekatan inkuiri lain yang levelnya lebih tinggi daripada discovery learning namun tidak lebih tinggi dari guided inquiry.

Salah satu dari pendekatan tersebut adalah melalui interactive demonstration. Wenning (2012b) menyatakan dalam interactive demonstration

siswa berinkuiri dengan cara mengaitkan penjelasan (explanation) dengan pembuatan prediksi (prediction-making) serta dalam level ini guru diperkenankan untuk memicu, mengidentifikasi, mengkonfrontasi dan memecahkan kembali konsepsi alternatif (addressing prior knowledge) yakni konsepsi yang diluar konsepsi yang diharapkan. Selain dapat meningkatkan kemampuan intelektual siswa dalam sains, pembelajaran berbasis inkuiri juga bisa memicu timbulnya sikap ilmiah pada siswa (Rupilu, 2012).

Tidak semua materi dalam mata pelajaran biologi, berpotensi untuk dibelajarkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri (misal sistem reproduksi). Salah satu materi yang dianjurkan adalah transportasi pada tumbuhan, misalnya osmosis dan difusi. Karakteristik materi ini meskipun konseptual dan abstrak tetapi dapat dibuktikan secara kongkrit pada tingkat organ secara kualitatif, sehingga banyak

aspek yang bisa digali dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri (Balitbang,

2006).

Scientific attitude (sikap ilmiah) dianggap sebagai implikasi literasi sains

(18)

4

Tika Rohayati, 2013

Moore & Foy (1997) menyusun rangkaian tes yang dinamakan Scientific Attitude Inventory (SAI) untuk mengevaluasi sikap ilmiah siswa. Sampai saat ini SAI

masih terus direvisi, terakhir adalah SAI II yang disusun oleh Moore & Foy (1997). Selain mengevaluasi literasi sains PISA juga ikut mengevaluasi sikap, yakni sikap siswa terhadap sains. Osbourne, et al., (2003) menyatakan attitude toward science (sikap terhadap sains) adalah adopsi dari scientific attitude (sikap

ilmiah).

Mengingat urgensi dan pentingnya upaya peningkatan literasi sains dan sikap ilmiah ke arah yang lebih baik pada siswa SMP, maka dilakukan penelitian yang mengukur dan menganalisis peningkatan dan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah melalui pembelajaran berbasis inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi transportasi zat pada tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada bagian sebelumnya, berikut adalah rumusan masalah penelitian: “Bagaimana perbedaan dan peningkatan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP antara kelompok eksperimen (pembelajaran interactive demonstration) dengan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional)?”. Berikut adalah pertanyaan ilmiah yang telah disusun:

1. Bagaimana keterlaksanaan model interactive demonstration pada kelompok eksperimen dengan materi transportasi pada tumbuhan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi sains siswa SMP dengan pembelajaran interactive demonstration pada materi transportasi pada tumbuhan?

3. Bagaimana perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran interactive demonstration pada materi transportasi pada tumbuhan?

(19)

5

Tika Rohayati, 2013

5. Bagaimana perbedaan peningkatan sikap ilmiah antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran interactive demonstration pada materi transportasi pada tumbuhan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : “Mengidentifikasi perbedaan dan peningkatan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP antara kelompok eksperimen (pembelajaran interactive demonstration) dengan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional)

D. Batasan Masalah

1. Pembelajaran interactive demonstration yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan menggunakan model dan atau metode interactive demonstration terkait konsep osmosis dan difusi dengan media bawang daun.

2. Siswa SMP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelompok VIII pada semester 2 yang berperan sebagai subjek penelitian, pemilihan disesuaikan dengan maksud penelitian dan standar isi KTSP 2006.

3. Materi transportasi zat yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada osmosis dan difusi pada tumbuhan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa dan Guru Biologi

a. Capaian literasi sains dapat digunakan sebagai bagian dari evaluasi keberhasilan sains di bidang biologi.

b. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan acuan atau dasar unuk meningkatkan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa.

(20)

6

Tika Rohayati, 2013

a. Hasil penelitian berupa capaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam mengevaluasi pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

3. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah melalui dinas pendidikan setempat dapat melakukan evaluasi pencapaian literasi sains bedasarkan hasil dan temuan pada penelitian ini.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Hasil dan temuan dalam penelitian ini bersama hasil penelitian-penelitian lain yang relevan dapat ditindak lanjuti pada penelitian-penelitian lain yang lebih spesifik dan diharapkan dalam skala besar.

F. Asumsi-asumsi

Berikut adalah asumsi-asumsi yang telah dirumuskan:

1. Penerapan pembelajaran inkuiri secara sistematis menurut tingkatan inkuiri yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry, dapat mengembangkan kemampuan

berfikir intelektual, pemahaman konseptual dan process skill siswa (Wenning, 2012a).

2. Metode pembelajaran interactive lecture demonstration dapat memberikan perubahan konseptual secara signifikan (Ashkenazi & Zimrot, 2007). 3. Siswa yang mendapatkan demonstrasi secara interaktif dapat lebih

memahami konsep yang diajarkan dibandingkan dengan siswa yang mendapat demonstrasi secara pasif (Crouch, et al., 2004).

4. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat menimbulkan kepercayaan diri dalam melakukan penyelidikan ilmiah dibandingkan metode tradisional (Brickman, et al., 2011).

(21)

7

Tika Rohayati, 2013

G. Hipotesis Penelitian

1. (H0) : Tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains dan sikap

ilmiah pada kelompok dengan pembelajaran interactive demonstration (eksperimen) dibandingkan dengan kelompok dengan pembelajaran konvensional (kontrol).

2. (H1) : Terdapat perbedaan peningkatan literasi sains dan sikap ilmiah pada

(22)

24 Tika Rohayati, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Interactive Demonstration

Pembelajaran interactive demonstration yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan menggunakan model dan atau metode demonstrasi interaktif pada kompetensi dasar (2.2) Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau, yakni terkait konsep osmosis dan difusi. Pembelajaran dimulai dengan (observation) siswa mengobservasi fenomena yang kontradiktif yakni bunga segar dalam botol berisi air (bunga A) dan bunga layu dalam botol kosong (bunga B), (manipulation) membuat prediksi dan penjelasan berdasarkan fenomena osmosis yang terjadi pada potongan bawang daun (Allium fistulotum) dalam dua larutan yang berbeda (air dan larutan gula 30%), (generalization) siswa mengeneralkan hasil demonstrasi dan penjelasan setelah berdiskusi, (verification) siswa dibantu guru melakukan verifikasi melalui percobaan ulang (dengan larutan garam 30%) dan diskusi kelompok serta, (application) siswa dapat menemukan aplikasi konsep yang diajarkan (osmosis-difusi) dalam fenomena sehari-hari.

2. Kemampuan Literasi Sains

Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah hasil skor pada tes literasi sains dengan indikator yang diadopsi dari PISA 2006, yaitu mengidentifikasi masalah/pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah, dengan instrumen tes yang telah dikembangkan oleh peneliti, dijudgment oleh ahli, dan telah melalui proes validasi dengan nilai reliabilitas 0.721 (tinggi).

3. Sikap Ilmiah

(23)

25

Tika Rohayati, 2013 B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen dan termasuk ke dalam quasi experimental karena sampel tidak dicuplik secara acak (Arikunto, 2010) melainkan secara purposive. Pencuplikan sampel secara purposive termasuk ke dalam nonprobability atau nonrandomized sampling (Fraenkel et al., 2012). Terdapat dua kelompok tes, kelompok pertama merupakan kelompok eksperimental yakni kelompok yang mengalami pembelajaran interactive demonstration sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang mengalami pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang dipilih adalah nonrandomized control group, pretest-posttest design dengan pola sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

(Sumber : Ary, et al., 2011)

Keterangan :

Y1 : Variabel terikat sebelum dilakukannya treatment (variabel bebas)

Y2 : Variabel terikat setelah dilakukannya treatment (variabel bebas)

X : Variabel bebas (treatment) berupa pembelajaran interactive demonstration

pada kelompok eksperimen

(-) : Alternatif treatment berupa pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol

Pada desain ini, dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel tidak dicuplik secara acak.

D. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII di SMPN 12 Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013 (kluster 1). Pemilihan SMP dilakukan apa adanya

Group Pretest Independent Variable Posttest

Experiment Y1 X Y2

(24)

26

Tika Rohayati, 2013

terkait izin yang diberikan pihak sekolah untuk pelaksanaan penelitian dan anjuran dari dosen pembimbing. Pemelihan tingkat kelas, yakni kelas VIII dipilih terkait materi pembelajaran peneliti (difusi dan osmosis) yang ada pada tingkat kelas tersebut.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 12 Bandung. Sampel yang dicuplik secara purposive terdiri atas dua kelompok (eksperimen dan kontrol) yang telah mendapat pembelajaran discovery learning (jenis inquiry sebelum interactive demonstration) dan dianggap homogen berdasarkan informasi guru. Asumsi ini didukung dengan hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol pada tabel 4.3. Baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terdiri atas 35 siswa.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Butir Soal Literasi Sains

Butir soal literasi sains dikembangkan berdasarkan kompetensi yang telah dirumuskan oleh PISA 2006 (Tabel 2.5) dengan tipe soal multiple choices (pilihan berganda). Butir soal telah diuji daya pembeda, tingkat kesulitan, validitas dan reliabilitas di salah satu SMP kota Bandung. Revisi-revisi dibuat berdasarkan hasil analisis pokok uji tersebut. Detail spesifikasi instrumen soal dapat dilihat pada bagian lampiran A.1. Sedangkan kisi-kisi bisa dilihat pada tabel 3.2.

Berikut adalah rencana proses pengembangan instrumen butir soal : a. Menyusun soal literasi sains sebagai instrumen penelitian b. Mengkonsultasikannya dengan dosen ahli

c. Mengujicobakan soal pada salah satu SMP dikota Bandung d. Melakukan analisis pokok uji terhadap soal

e. Merevisi dan menyeleksi jika terdapat instrumen yang menunjukkan hasil yang tidak diharapkan atau tidak memenuhi syarat

(25)

27

Tika Rohayati, 2013

g. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dan disetujui dosen ahli pada penelitian

Tabel 3.2 Kisi-kisi Butir Soal Literasi Sains

No. Kompetensi/Proses Jml.

1 Mengidentifikasi Permasalahan Ilmiah

a. Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah 2

b. Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 2

c. Mengenali fitur penyelidikan ilmiah 2

2 Menjelaskan Fenomena Ilmiah

a. Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 2 b. Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi

perubahan 2

c. Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat 2 3 Menggunakan Bukti Ilmiah

a. Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan

kesimpulan 2

b. Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 2 c. Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan teknologi 2

Jumlah 18

Pedoman Penilaian :

Skor (raw score) = Total Jawaban – Jawaban yang Salah Nilai (derived score) =

x 100

(Fraenkel et al., 2012; Arikunto, 2010)

Berikut adalah rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal multiple choice untuk menguji pencapaian literasi sains siswa :

a. Uji Validitas

(26)

28

Tika Rohayati, 2013

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal

Rentang Indeks Keterangan

0.80-1.00 Sangat Tinggi

0.60-0.80 Tinggi

0.40-0.60 Cukup

0.20-0.40 Rendah

0.00-0.20 Sangat Rendah

(Sumber : Arikunto, 2009)

Indeks validitas yang diterima adalah mulai dari kategori cukup hingga kategori sangat tinggi. Soal yang digunakan adalah soal di atas batas signifikasi yakni dengan validitas di atas 0.349, soal dengan nilai indeks di bawah 0.349 tidak digunakan sebagai instrumen. Detail hasil uji validitas dapat dilihat pada hasil rekapitulasi analisis butir soal pada tabel 3.7.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan butir soal (Arikunto, 2009). Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas dibantu dengan menggunakan program ANATES 4.0.9. Berikut adalah tabel yang menunjukkan interpretasi kriteria reliabilitas soal.

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas Butir Soal

Rentang Indeks Keterangan

0.80-1.00 Sangat Tinggi

0.60-0.80 Tinggi

0.40-0.60 Cukup

0.20-0.40 Rendah

0.00-0.20 Sangat Rendah

(Sumber : Arikunto, 2009)

c. Uji Tingkat Kesukaran

(27)

29

Tika Rohayati, 2013

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Butir Soal

Rentang Indeks Keterangan

0.00-0.30 Sukar

0.31-0.70 Sedang

0.71-1.00 Mudah

(Sumber : Arikunto, 2009)

d. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda menunjukkan kemampuan butir soal untuk membedakan subjek dengan kemampuan rendah (tidak menguasai bahan ajar) dengan siswa dengan kemampuan tinggi (menguasai bahan ajar). Semakin tinggi daya pembeda suatu soal maka akan semakin baik untuk digunakan sebagai instrumen (Sriyati, 2010). Soal dengan indeks negatif dianjurkan untuk tidak digunakan (Arikunto, 2009). Uji daya pembeda dibantu dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.9. Berikut adalah tabel yang menunjukkan interpretasi kriteria daya pembeda berdasarkan rentang indeksnya :

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Daya Pembeda Butir Soal

Rentang Indeks Keterangan

<0.00 Negatif

0.00-0.20 Jelek

0.21-0.40 Cukup

0.41-0.70 Baik

0.71-0.00 Sangat Baik

(Sumber : Arikunto, 2009)

e. Uji Keefektivan Pengecoh (Distraktor)

(28)

30

Tabel 3.7 Rekapitualsi Hasil Analisis Pokok Uji Butir Soal Literasi Sains

No. Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Pengecoh Validitas

Keputusan

Reliabilitas

Indeks Ket Indeks Ket Kunci Berfungsi Tidak

Berfungsi Indeks Ket Indeks Ket

1 0.45 sedang 0.36 cukup c a, b & d - 0.431 cukup digunakan 0.721 tinggi

2 0.36 sedang 0.36 cukup a b, d & c - 0.437 cukup digunakan

3 0.68 sedang 0.45 baik b a, c & d - 0.444 cukup digunakan

4 0.73 mudah 0.36 cukup a b, c & d - 0.431 cukup digunakan

5 0.77 mudah 0.45 baik d a, b & c - 0.513 cukup digunakan

6 0.23 sukar 0.27 cukup d a, b & c - 0.427 cukup digunakan

7 0.41 sedang 0.36 cukup b a, c & d - 0.392 rendah* digunakan

8 0.73 mudah 0.55 baik b a, c & d - 0.659 tinggi digunakan

9 0.45 sedang 0.27 cukup a b, c & d - 0.368 rendah* digunakan

10 0.73 mudah 0.36 cukup d a, b & c - 0.488 cukup digunakan

11 0.36 sedang 0.45 baik b a, b & d - 0.426 cukup digunakan

12 0.59 sedang 0.45 baik a b, c & d - 0.482 cukup digunakan

13 0.50 sedang 0.36 cukup c a, b & d - 0.446 cukup digunakan

14 0.45 sedang 0.27 cukup b a, c & d - 0.423 cukup digunakan

15 0.41 sedang 0.82 baik sekali d a, b & c - 0.733 tinggi digunakan

16 0.64 sedang 0.55 baik c a, b & d - 0.567 cukup digunakan

17 0.27 sukar 0.36 cukup b a, c & d - 0.483 cukup digunakan

18 0.41 sedang 0.45 baik b a, c & d - 0.527 cukup digunakan

(29)

31

Tika Rohayati, 2013

2. Kuesioner Sikap

Kuesoner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan indikator yang terpadu yakni gabungan dari dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore yakni Scientific Attitude Inventory II (1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore pada tanggal 14 Desember 2012 melalui e-mail (lihat lampiran F.1). Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert (sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju) kemudian dikonversi ke dalam bentuk skor berdasarkan tingkat skala yang dipilih (lihat tabel 3.9). Penggunaan kuesioner skala sikap dilakukan dengan dasar asumsi bahwa tiap pernyataan yang direspon siswa mencerminkan sikap ilmiah siswa (Fraenkel et al., 2012).

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah

No. Indikator Khusus Orientasi Jawaban

Positif Negatif 1 Dukungan terhadap inkuiri ilmiah

a. Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berfikiran terbuka)

untuk melakukan penilaian lebih lanjut3) 1 1

b. Mendukung penggunaan informasi aktual dan eksplanasi rasional agar

tidak bias3) 1 1

c. Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat

diperlukan dalam mengambil kesimpulan 3) 1 1

2 Dukungan terhadap Sifat Sains

a. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan : teori dan prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak semua permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 2)

1 1

b. Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual, objektivitas dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains2)

1 1

3 Keyakinan diri sebagai pembelajar sains

a. Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif 3) 1 1

b. Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah3) 1 1

c. Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi3) 1 1

4 Ketertarikan Terhadap Sains

a. Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan

mempraktikan sains3) 1 1

b. Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan

keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3) 1 1

c. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memerlukan dukungan penuh dari

masyarakat2) 1 1

(30)

32

Tika Rohayati, 2013 Keterangan : 1).

Indikator hanya terdapat dari PISA 2).

Indikator hanya terdapat dari SAI II 3).

Indikator ada pada PISA dan SAI II

Tabel 3.9 Konversi Bentuk Skala ke Bentuk Skor pada Kuesioner Sikap Ilmiah

Jawaban Responden Skor Bagi Soal Berorientasi Jawaban Positif1)

Skor Bagi Soal Berorientasi Jawaban Negatif 2)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(Sumber : Moore & Foy, 1990; Fraenkel et al., 2012) Ket :

1)

Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab dengan

jawaban berorientasi positif 2)

Soal berorientasijawaban negatif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab dengan

jawaban berorientasi negatif

Pedoman Penilaian :

Skor (raw score) = Total Jawaban – Jawaban yang Salah Nilai (Derived score) =

x 100

(Fraenkel et al., 2012; Arikunto, 2009)

a. Validitas untuk Angket

Dengan menggunakan Uji Korelasi Produk Momen, validitas tiap butir kuesioner dapat diketahui (Arikunto, 2009). Uji validitas dibantu dengan menggunakan program ANATES versi 4.09. Sama halnya dengan uji validitas pada butir soal literasi sains, interpretasi kriteria nilai indeks dapat dilihat pada tabel 3.3. Rekapitulasi hasil uji dapat dilihat pada tabel 3.10. Selain validitas empiris melalui uji statistik dilakukan pula validitas logis.

b. Reliabilitas untuk Angket

(31)

33

Tika Rohayati, 2013

[image:31.595.151.470.182.515.2]

kriteria nilai indeks dapat dilihat pada tabel 3.4. Rekapitulasi hasil uji dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas tiap Butir Kuesioner

No Kode Kuesioner

Validitas

Keputusan Reliabilitas

Indeks Ket. Indeks. Ket.

Q1 0.543 cukup digunakan 0.649 Tinggi

Q2 0.432 cukup digunakan

Q3 0.542 cukup digunakan

Q4 0.554 cukup digunakan

Q5 0.543 cukup digunakan

Q6 0.453 cukup digunakan

Q7 0.464 cukup digunakan

Q8 0.358 rendah* digunakan

Q9 0.432 cukup digunakan

Q10 0.543 cukup digunakan

Q11 0.486 cukup digunakan

Q12 0.545 cukup digunakan

Q13 0.453 cukup digunakan

Q14 0.486 cukup digunakan

Q15 0.564 cukup digunakan

Q16 0.378 rendah* digunakan

Q17 0.743 tinggi digunakan

Q18 0.547 cukup digunakan

Q19 0.358 rendah* digunakan

Q20 0.646 tinggi digunakan

Q21 0.643 tinggi digunakan

Q22 0.543 cukup digunakan

Ket. : *). Meskipun tergolong rendah, tetapi masih di atas batas signifikan yakni 0.349

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Interactive Demonstration Dengan melakukan observasi keterlaksanaan sintaks, keterkaitan antara peningkatan literasi sains dengan proses pembelajaran yang dilakukan dapat diketahui. Spesifikasi keterlaksanaan den deskriptor tiap sintaks dapat dilihat pada lampiran A.4. Interpretasi keterlaksanaan sintaks dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11 Kriteria Keterlaksanaan Sintaks

Rentang Indeks Keterangan

85-100 Sangat baik

70-85 Baik

55-70 Cukup

40-55 Kurang

0-40 Sangat Kurang

[image:31.595.194.435.659.752.2]
(32)

34

Tika Rohayati, 2013

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk instrumen butir soal dan kuesioner sikap, pengumpulan data dilakukan dua kali yakni pada saat pretest dan pada saat posttest. Sedangkan observasi keterlaksanaan sintaks dilakukan selama pembelajaran.

H. Pengolahan dan Analisis Data Literasi Sains dan Sikap Ilmiah 1. Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah nonparametrik (Sudjana, 2005). Uji prasyarat ini terdiri atas dua bagian yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini akan dilakukan melalui software statistik SPSS 17.0 Multilanguage.

a. Uji Normalitas; untuk menentukan apakah populasi berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas; untuk menentukan apakah asumsi varians homogen atau tidak.

Jika salah satu uji prasyarat tidak terpenuhi maka uji hipotesis atau uji beda yang akan digunakan adalah melalui statistik nonparametrik. Sebaliknya jika kedua uji prasayarat terpenuhi maka uji hipotesis yang akan dilakukan adalah t-test (statistik parametrik) (Sudjana, 2005).

2. Uji Hipotesis

(33)

35

Tika Rohayati, 2013

Perhitungan gain (Hake, 2002) :

(g) =

Tabel 3.12 Interpretasi Indeks N-gain

Rentang Indeks Kriteria

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≥ g ≥ 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

(Sumber : Hake, 2002)

(34)

36

[image:34.595.124.516.122.699.2]

Tika Rohayati, 2013 I. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Interactive Demonstration

Postest pada Kelompok

Kontrol

Postest pada Kelompok

Eksperimen

Analisis Data & Judgement Hasil

Kesimpulan

Penyusunan Hasil Perumusan Masalah

Studi Literatur Penyusunan Proposal dan

Instrumen Studi pendahuluan

Seminar Proposal

Judgement Instrumen

Uji Coba Instrumen

Revisi Instrumen

Pelaksanaan Penelitian

Pretest pada Kelompok

Kontrol

Pretest pada Kelompok

(35)

52 Tika Rohayati, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkupkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model interactive demonstration termasuk ke dalam kategori sangat baik (89%). Hasil ini dianggap cukup representatif dalam mencerminkan pembelajaran interactive demonstration karena hampir seluruh kegiatan terlaksana.

Hasil independent t-test menunjukkan kemampuan literasi sains siswa kelompok eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan setelah pembelajaran interactive demonstration dibanding kelompok dengan pembelajaran konvensional (t=0.0001 dengan α=0.05) dengan N-gain literasi sains kelompok eksperimen adalah 0.47 (sedang) dan kelompok kontrol 0.20 (rendah). Peningkatan signifikan terjadi pada kompetensi mengidentifikasi bukti ilmiah dan menjelaskan fenomena ilmiah.

Pembelajaran inkuiri dengan jenis interactive demonstration juga dapat menunjukkan sikap ilmiah siswa lebih ke arah positif dibanding kelompok dengan pembelajaran konvensional (ceramah) (t=0.003 dengan α=0.05) dengan N-gain sikap ilmiah kelompok ekperimen adalah 0.34 (sedang) dan kelompok kontrol 0.20 (rendah).

B. Saran

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ditemukan baik secara teknis maupun teoritis maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

(36)

53

Tika Rohayati, 2013

process skill awal siswa perlu diukur dan dibahas agar terlihat pengaruhnya

terhadap kemamampuan literasi sains.

2. Bagi guru atau pembaca : (a) perlu dilakukan analisis karakteristik materi yang cermat karena tidak semua materi dapat dibelajarkan melalui pembelajaran inkuiri pada level interactive demonstration (b) penguasaan pengetahuan awal atau pengetahuan mendasar oleh siswa harus sangat diperhatikan sebelum diberlakukan kegiatan prediksi pada sintaks manipulation, (c) mengoptimalkan media pembelajaran dan manajemen

kelompok yang dapat diaplikasikan pada kelas besar seperti menggunakan kamera yang dapat menunjukkan demonstrasi secara langsung, dan atau membimbing ketua kelompok atau perwakilan kelompok yang dianggap mumpuni sebelum dilakukannya pembelajaran di kelas agar dapat membantu pemahaman pada siswa lain dalam satu kelompok, (d) menerapkan jenis inkuiri yang sesuai dengan perkembangan berfikir intelektual siswa.

3. Bagi sekolah, membekali dan atau memberi kesempatan kepada guru-guru IPA untuk menerapkan pembelajaran inkuiri dalam berbagai jenis atau level terutama yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.

(37)

54

Tika Rohayati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

Akcay, H., Yager E., Iskander M., dan Turgut H. (2010). Change in student beliefs about attitudes toward science in grades 6-9. [Online]. Tersedia : http://www.ied.edu.hk/apfslt/v11_issue1/akcay/akcay2.htm [18 Januari 2013].

Anwer, M., Iqbal M. dan Harrison, C. (2012). “Attitude Toward Science : Case in

Pakistan”. Pakistan Journal of Social and Clinical Psycology. 9 (2), 3-9. [Online]. Tersedia : http://www.gcu.edu.pk/FullTextJour/PJSCS/2012 /1.pdf [18 Januari 2013]

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta

.(2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Ary, D., Jacobs, L., Sorensen C., dan Razavieh A. (2010). Introduction to Research of Eduaction. (8th Ed). Belmont : Wadsworth

Ashkenazi, G. dan Zimrot, R. (2007). “Interactive Lecture Demonstrations: A

tool for Exploring and Enhancing Conceptual Change”. Chemistry

Education Research and Practice, 8 (2), 197-211. [Online]. Tersedia : http:// www.rsc.org/images/Ashkenazi%20paper2%20final_tcm18-85042.pdf [18 Januari 2013]

Balitbang. (2006). Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas.

.(2009). PISA (Programme for International Student Asessment). [Online]. Tersedia : http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=215 [03 Desember 2012]

Brickman, P., Gormally C., Amstrong, N., dan Hallar, J. (2011). “Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and

Confidence” International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 2 (3), 1-22. [Online]. Tersedia : http://academics.georgia southern.edu/ijsotl/v3n2/articles/PDFs/Article_Brickman.pdf [1 Juli 2013].

Bybee, R., McCrae, B. dan Laurie, R. (2009). “PISA 2006: An Assessment of

(38)

865-55

Tika Rohayati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan

883. [Online]. Tersedia: BybeeNCES_PISA_Research_Conference_ Paper_Final_psg_pdf [03 Desember 2012]

Campbell, N., Reece J., Urry L., Cain, M., Wasserman, S., Minorsky, P., dan Jackson, R. (2006) Biology. (9th Ed). San Fransisco : Pearson Benjamin Cumming.

Crouch, C., Fagen, A., Callan, J., dan Mazur, M., (2004). Classroom demonstrations: Learning tools or entertainment? .Tersedia : http://www. physics.umd.edu/perg/ILD.htm [03 Desember 2012]

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Strategi Pembelajaran MIPA. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas.

Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa

Indonesia Berusia 15 Tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 37-40. [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101092841.pdf [12 Desember 2012]

Erniati. (2010). Pembelajaran Melalui Pendekatan Inkuiri dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII pada Materi Bioteknologi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional 2006. Jakarta : Depdiknas.

Fraenkel, J., Wallen, N., dan Hyun H. (2012). How to Design and Evaluate Reseach in Education. (8th Ed). New York : McGraw & Hill.

Hadinugraha, S. (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konten Pengetahuan Biologi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia : http://www. physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf [03 Desember 2012]

Hussaein S, Alam M., Bukhari M., Ahmad S., dan Ahmad N. (2011).

(39)

56

Tika Rohayati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan

Tersedia : http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/7566131 /Aug011_new.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIR6FSIMDFXPEERSA&Ex pires=1372313254&Signature=FvnCiYTenQdcO7clh%2Fmk4nzDSaU%3 D [27 Juni 2013]

Hoff, A. (2003). A Test for Scientific Attitude. [Online]. Tersedia : http://www.ncsu.edu/sciencejunction/2007ems731/assessment/HoffSSM3 6_7.pdf [23 Oktober 2012]

Humaira, M. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry melalui Discovery Learning terhadap Kemampuan Scientific Inquiry Literacy Siswa SMA pada Materi Pencemaran Lingkungan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Moore, R. dan Foy, R. (1997). “The Scientific Attitude Inventory: A Revision

(SAI II)”. Journal of Reseach in Science Teaching. 34, (4) 327-336. [Online]. Tersedia : http://wiki.biologyscholars.org/@api/deki/files/519/= scientific_attitude_survey.pdf [3 Desember 2012]

.(moorerw@muchio.edu). (2012, 13 Desember). Permission SAI II. Email kepada Tika Rohayati (skywalkeraddic t@gmail.com)

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington DC: National Academy Press.

National Science Teachers Assosiation. (2003). Scientific Inquiry. [Online]. Tersedia : http://ntsa.org/pdfs/NSTAstandard2003.pdf [12 Desember 2012]

Nuraeni, E. (2011). Materi Perkuliahan KAPITA SELEKTA I. Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung. Tidak diterbitkan

OECD. (2006). PISA Take the Test: Sample Questions from OECD’s PISA Assessments. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/document/31/0,37 46,en_32252351_32236191_41942687_1_1_1_1,00.html [12 Desember 2012]

. (2007). PISA 2006 Volume 2 : Data. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/publishing/corrigenda [12 Desember 2012]

(40)

57

Tika Rohayati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan

. (2009). PISA 2009 Results. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/document/61/0,3746,en_32252351_32235731_46567 613_1_1_1_1,00.html [03 Maret 2012]

Osbourne, J., Simon, S., dan Collin S., (2003). Attitudes towards Science: A Review of the Literature and its Implications. [Online]. Tersedia : http://eprints.ioe.ac.uk/652/1/Osborneeta2003attitudes1049.pdf [18 Januari 2013]

Pitafi, A. dan Farooq, M. (2012). “Measurement of Scientific Attitude of

Secondary School Student in Pakistan”. Academic Research International. 2, (21) 379-393. [Online]. Tersedia : www.journals.savap.org.pk [20 Januari 2013]

Pratiwi. (2009). Biologi untuk SMA Kelas XI SMA. Jakarta : Erlangga

Rosdiana, Elfa. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Rupilu, N. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. Disertasi pada FPMIPA UNDIKSA. Tersedia : http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/ index.php/jurnal_ipa/article/ download/486/278 [18 Januari 2013]

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintawati, D., dan Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

Sing, P. (2008). Science Education and Scientific Attitude. [Online]. Tersedia : http://www.directions.usp.ac.fj/collect/direct/index/assoc/D769861.dir/doc .pdf [03 Desember 2012]

Sokoloff, D.R. & Thornton, R.K. (2004). Interactive Lecture Demonstrations: Active Learning in Introductory Physics. New York : Wiley Press.

Sudjana, M.A. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

(41)

58

Tika Rohayati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan

Tn. (2007). Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0. Semarang : Wahana Komputer dan Andi.

Widodo. (2011). Pembelajaraan Biologi Berbasis Masalah dengan Pendekatan Guided Inquiry dan Modified Inquiry Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Materi Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Kelas Vii Tahun Pelajaran 2001. Skripsi pada

FPMIPA UNS Wonogiri. [Online]. Tersedia :

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=23649 [18 Januari 2013].

Wenning, C. J. (2004). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. [Online]. Tersedia : http://www.dlsu.edu.ph /offices/asist/documents/Levels_of_Inquiry.pdf. [21 September 2012].

____________. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications /assessing_scinq. [21 Sepetember 2012].

. (2012a). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstu .edu/pte/publications/learning_sequences.pdf [21 September 2012]

. (2012b). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/LOI-model-of-science-teaching.pdf [21 September 2012].

Yunita, F., Fakhrudin, Z. dan Nur M. (2012). Hubungan antara Sikap Ilmiah SIswa dengan Hasil Belajar Fisika di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. [Online]. Tersedia:http://repository.unri.ac.id/bitsstream/123456789/1508/ 1jurnal%20frima%20Yunita.pdf [17 Juni 2013].

Zahara, O. (2012). Analisis Capaian Literasi Sains Siswa SMA Pada Konsep Biologi Dalam Soal Pisa Dihubungkan Dengan Penalarannya. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Butir Soal Literasi Sains
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas Butir Soal
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Daya Pembeda Butir Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

Hasil yang diperoleh dari pengujian test bed kompresor torak dua tingkat yaitu daya adiabatik maksimal 1,69 HP, daya listrik maksimal yang terpakai sebesar 1,72

Unt uk link dow nload gam e diblog, saya coba lew at kan di server adf.ly, jika belum pernah m endow nload.. lew at link server t ersebut silahkan lihat

Gambar 4.6 Jawaban Siswa yang Melakukan Kesalahan untuk Soal Nomor 6 74. Gambar 4.7 Jawaban Siswa yang Melakukan Kesalahan

1.Pendapat dan saran tentang Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi Siswa.. Pendapat tentang Program Bimbingan dan Konseling bagi

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung terselenggaranya tertib administrasi pemerintahan, dipandang perlu menyempurnakan Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang

Sebagai tindak lanjut dari surat Menteri Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah kepada para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan