• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis atas Teknik Fotografi dan Karya Editing (Retouch) Dihubungkan dengan Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis atas Teknik Fotografi dan Karya Editing (Retouch) Dihubungkan dengan Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EDITING (RETOUCH) DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) melindungi berbagai jenis ciptaan yang dilindungi, yaitu bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra dan teknologi dengan sub bidang yang bermacam-macam. Salah satu sub bidang tersebut adalah karya fotografi. Karya fotografi merupakan salah satu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Masuknya karya fotografi sebagai salah satu objek yang mendapat perlindungan hak cipta merupakan langkah nyata adanya perlindungan hukum terhadap dunia fotografi. Pada saat ini perkembangan dunia fotografi tidak terlepas dan terikat satu sama lain dengan penggunaan teknik fotografi dan proses karya editing (retouch), hanya saja pengaturan teknik fotografi dan karya fotografi yang telah dirubah melalui karya editing (retouch) dengan bantuan perangkat lunak (software) ini belum berjalan sinergis dengan peraturan terkait.

Permasalahan yang timbul sekarang adalah apakah suatu teknik fotografi dan karya editing yang (retouch) dimiliki oleh seorang fotografer, yang dapat menghasilkan suatu karya yang menarik dan mempunyai nilai ekonomi dapat dilindungi berdasarkan peratauran perundang-undangan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan bagaimana perlindungan hukum atas teknik fotografi dan karya editing (retouch) tersebut. Melihat tidak semua orang bisa menghasilkan dan melakukan hal tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini dalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian terhadap aturan-aturan hukum tertulis yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan wawancara.

Maka dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa teknik fotografi dapat dikatakan sebagai objek Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dapat dilindungi oleh rahasia dagang apabila tekniki fotografi yang dimiliki seorang fotografer tersebut memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 dan/atau Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, bahwa karya fotografi merupakan semua foto yang dihasilkan oleh kamera, akan tetapi karya editing (retouch) merupakan hasil karya fotografi yang dihasilkan oleh perangkant lunak (software). Karya editing (retouch) foto yang dihasilkan dari perangkat lunak (software) tersebut merupakan karya fotografi yang dihasilkan oleh kamera. Jadi karya editing (retouch) merupakan bagian dari objek ciptaan yang harus dilindung oleh Hak Cipta.

(2)

WORKS IN RELATIONS WITH LEGAL PROTECTION BASED ON THE fields of science, art, literature, technology with their varied sub-fields. One of the sub-fields is photography work. Photography work is one of the copyright works protected by Constitutions Number 28 Year 2014 about Copyright. The inclusion of photography work as one of the objects protected by copyright is an obvious effort of how law protects the photography field. Currently, the development of photography is a connection between photography technique with editing process (retouch). However, the setting of photography technique and edited works of photography with the help of software has not synergistically implements with the rule.

The current problem is whether the photography technique and edited works (retouch) owned by a photographer which is interesting and economically worthy can be protected by the constitutions of Intellectual Property Right, and how the legal protection of that particular photography technique and edited works (retouch). It relates to the fact that not all people are able to produce such work and able to do editing process.

The research method used is normative juridical, which is a research conducted on the written law rules in the Constitution using library-based and interview methods.

The result of the research demonstrates that photography technique can be considered as the object of Intellectual Property Right, protected by trade secret if the technique owned by a photographer complies the elements in the Article 1 no. 1 and/or Article 2 Constitution No. 30 Year 2000 about Trade Secret. Based on Article 2 no. 3 Constitution No. 28 Year 2014 about Copyright, photography work includes all photograph produced by camera, but edited works (retouch) considered as photography work produced by software. Edited photos produced by software is the photography works produced by camera. So, edited works (retouch) is included as an object which should be protected by copyright.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 10

3. Tujuan Penelitian ... 10

4. Kegunaan Penelitian... 11

5. Kerangka Pemikiran ... 12

6. Metode Penelitian... 18

7. Sistematika Penulisan... 21

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) BERUPA FOTOGRAFI, TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH) ... 24

(4)

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 24

2. Istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 26

3. Sejarah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 29

4. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 35

B. Tinjauan Umum Tentang Karya Fotografi dan Teknik Fotografi ... 50

1. Aspek Umum Fotografi ... 50

2. Sejarah Singkat Fotografi ... 52

3. Jenis-jenis Fotogarfi ... 54

4. Pengaturan tentang Karya Fotografi ... 57

5. Aspek Umum Teknik Fotografi ... 59

6. Unsur-unsur dalam Teknik Fotografi ... 60

7. Macam-macam Teknik Pengambilan Gambar (Type Of Shot) ... 62

C. Tinjauan Umum Tentang Karya Editing (Retouch) ... 64

1. Aspek-aspek Teknis dari Proses Editing Foto ... 64

2. Pemanfaatan Proses Editing Foto (Retouch) Terhadap Karya Fotografi ... 69

3. Karakteristik Fotografi yang Merupakan Hasil Editing ... 72

(5)

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

Terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 80

1. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum ... 80

2. Prinsip-prinisp Dasar Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 86

3. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) 89

B. Perlindungan Hukum dalam Konteks Internasional terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 94

1. Kongres Wina dan Traktat Paris (Paris Treaty) ... 95

2. Konvensi Berne... 99

3. World Intellectual Property Organizatio (WIPO) ... 106

4. Persetujuan Trade-Related Aspect Intellectual Property Rights (TRIPs) ... 107

C. Perlindungan Hukum dalam Konteks Nasional terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 111

BAB IV PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH) ... ... 120

A. Aspek Hukum Teknik Fotografi dalam rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 120

(6)

dan Karya Editing (retouch) berdasarkan Peraturan Perundang-undangan terkait Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) ... ... 140

1. Perlindungan Hukum Terhadap Teknik Fotografi Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 140

2. Hukum Terhadap Karya Editing (retouch) Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ... 146

BAB V PENUTUP ... 156

A. Kesimpulan ... 156

B. Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 161

LAMPIRAN

(Curriculum Vitae)

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku, bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari kekayaan intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh Undang-Undang. Kekayaaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi peciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan Negara.

Kekayaan seni dan budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat tersebut sangatlah erat kaitannya dengan Hak Kekayaan intelektual (selanjutnya disebut HKI)1. Seiring dengan semakin berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi, keberadaan HKI dalam hubungan antar manusia dan antar Negara menjadi sesuatu yang sangat penting. Adanya teknologi infomasi, telekomunikasi dan transportasi menyebabkan berbagai bidang kehidupan tersebut meningkat secara pesat. Hal

1 Berdasarkan keputusan menteri hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia No.

(8)

tersebut memberikan konsekuensi bagi Indonesia sebagai suatu negara diantara negara-negara lain di dunia untuk turut serta ke dalam era globalisasi.

Salah satu aspek hukum yang melindungi hak-hak manusia dalam hak intelektualnya adalah HKI. Di dalam membahas mengenai permasalahan HKI, tidak akan terlepas dari berbagai aspek yang menyertainya diantaranya aspek teknologi, industri, pendidikan, seni dan sebagainya. Diantara aspek-aspek tersebut perlu mendapat perlindungan dengan melakukan kajian terkait dari HKI. Aspek hukum ini diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan HKI. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya-karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi setiap manusia dan dapat memberikan penghargaan yang layak bagi para pencipta yang pada akhirnya bertujuan untuk keberhasilan perlindungan HKI.

Dalam konteks Negara Indonesia perlindungan hukum Hak atas Kekayaan Intelektual telah diakomodir melalui berbagai peraturan Perundang-Undangan seperti Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan perundang-undangan HKI lainnya seperti Udang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Udang- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

(9)

ekonomis. Oleh karena itu, objek yang diatur dalam HKI adalah karya yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia.2 Terkait dengan HKI, para ahli selalu mengaitkannya dengan tiga elemen yang penting, yaitu: (1) adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum, (2) hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan intelektual;, (3) kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi. 3

Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum merupakan penghargaan yang sesuai kepada inventor atau pencipta HKI. Melalui penghargaan tersebut, orang-orang yang kreatif didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk membantu kehidupan manusia. Tujuan utama sistem HKI adalah menjamin agar proses kreativitas tersebut terus berlangsung dengan menyediakan perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi tehadap pihak yang menggunakan proses kreativitas tersebut tanpa ijin. Dalam perkembangan selanjutnya, HKI merupakan suatu objek atau jasa yang memiliki nilai ekonomi yang sangat menjanjikan terutama bagi sejumlah negara yang menjadi produsen HKI. Alasan ini yang mendasari dimasukkannya HKI ke dalam sistem perdagangan internasional.

Oleh karena itu tujuan dari Perundang-undangan di bidang HKI menjadi sangat penting untuk memajukan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Hal ini pun dirasakan penting oleh Indonesia, sehingga Indonesia ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Perjanjian Agreement

2

Sudaryat (et.al). Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Oase Writers Management, 2010, hlm. 15.

3

(10)

Establishing World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan Tentang Aspek-aspek Dagang Hak

Kekaayaan Intelektual), selanjutnya disebut TRIP’s, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for The Protection of Artistic and Literary Works (Konvesi Berne Tentang

Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intelectual Property Organization Copyright Treatly (Perjanjian Hak Cipta WIPO), melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.

HKI terdiri dari Hak Cipta dan Hak-hak lain (Copyrights and Related Right), Merek (Trademarks), Indikasi Geografis (Geographical Indication), Desain Produk Industri (Industrial Design), Paten (Patens), Desain Tata Letas Sirkuit Terpadu (Layout Design Topographies of Intergrated Circuits), Perlindungan Terhadap Infomasi yang Dirahasiakan (Protection of Undisclosed Information) dan Pengendalian Praktik-praktik Persaingan Curang dalam Perjanjian Lisensi (Control of Anti Competitive Practices in Contractual Licenses). 4

HKI melindungi berbagai jenis ciptaan yang dilindungi, yaitu bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra dan teknologi dengan sub bidang yang bermacam-macam. Salah satu sub bidang tersebut adalah karya fotografi. Sub bidang karya fotografi ini dapat dikatakan memiliki kedudukan yang sangat cukup potensial,

(11)

mengingat karya fotografi bukan semata-mata hobi akan tetapi memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat besar sebagai peluang bisnis yang cukup menjajikan.

Fotografi adalah sebuah produk teknologi baru hasil dari akumulasi berbagai inovasi, pengalaman, obsesi dan teknologi serta ilmu pengetahuan.5 Kesadaran manusia dalam upayanya untuk merekam dan mereproduksikan pengalaman indera visualnya, telah mampu menciptakan fasilitas dan media baru yang representatif guna menghadirkan kembali realitas alam dan lingkungan. Dampaknya, cita kreativitas seniman fotografi berkembang maju demikian pesat, karya-karya yang diciptakannya merupakan perpaduan dari penguasaan teknik yang baik dengan gagasan-gagasan yang ideal.

Karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan mengunakan kamera. Dalam hal ini memotret adalah proses kreativitas yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera. Dalam menciptakan sebuah karya foto kita harus

mempunyai ide (konsep) yang matang agar tidak mengalami kesulitan di lapangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah memahami tentang komposisi, ketajaman dan pencahayaan (teknis).6

Suatu teknik fotografi menentukan suatu foto menjadi menarik. Foto yang tidak memakai teknik fotografi yang baik tidak dapat memberikan hasil yang baik. Foto atau gambar adalah hasil kerja dari kamera foto. Dalam pengendalian kamera foto, fotografer harus lah menguasai dan memahami betul kamera foto tersebut.

5 Elvadevani. “Photography”, https://elvadevani.wordpress.com/2014/11/01/photography/, diaskes pada tanggal 7 September 2015, pukul 17.45 WIB.

6 Yuda Kurniawan. “Pengenalan Jenis-jenis Foto dan Teknis Dasar Pemotretan”,

(12)

Selain itu fotografer juga harus paham mengenai ilmu fotografi dan teknik-teknik dalam fotografi. Peran teknik dalam foto sangat penting, untuk membuat foto lebih baik dan indah perlu menggunakan teknik fotografi yang pas.

Fotografi tidak bisa lepas dari faktor teknis, karena fotografi sendiri selalu berhubungan dengan peralatan penunjang, baik sebelum saat maupun sesudah pemotretan. Peralatan tersebut meliputi kamera, lampu, komputer, dan peralatan cetak fotografinya. Selain itu, dalam perwujudan karya fotografi studio di era digital saat ini, fotografer sering menerapkan berbagai teknik fotografi yang bervariasi untuk menyempurnakan karya dan meningkatkan daya tariknya.

Berbicara mengenai fotografi, fotografer harus lah sudah memahami akan teknik-teknik atau tata cara pengambilan gambar agar menghasilkan foto yang berkualitas, tentu dalam menciptakan foto-foto yang berkualitas harus ada teknik atau cara-caranya, tidak hanya ahli dalam menggunakan alat, tetapi juga harus ahli bagaimana menciptakan teknik dalam berfotografi. Dalam perkembangannya saat ini, teknik memotret sendiri tidak diatur dalam peraturan Perundang-undangan HKI. Permasalah hukum yang timbul ialah, apakah suatu teknik memotret yang dilakukan seorang fotografer dapat diberikan perlindungan hukum karena tidak semua fotografer mengetahui teknik foto tersebut. Terlebih apabila teknik tersebut dirasa bermanfaat dan memberikan nilai ekonomi lebih.

(13)

sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut membawa fotografi ke era digitalisasi.

Ketika foto digital di atas tersebut bersentuhan dengan dunia teknologi infomasi dalam komputer, maka terjadilah suatu perubahan salah satunya adalah teknologi dalam mengedit foto guna meningkatkan nilai estetika pada ciptaan fotografi dan menghasilkan foto menjadi lebih baik atau biasa disebut karya editing (retouch).

Editing foto biasanya digunakan oleh fotografer untuk meningkatkan nilai estetika pada ciptaan fotografi dan menghasilkan foto menjadi lebih baik. Sebagai contoh ketika fotografer mendapatkan hasil fotonya sedikit gelap, maka dengan muda ia akan melakukan koreksi dengan bantuan perangkat lunak komputer (software). Ketika ia mendapatkan hasil foto dengan angle yang sangat datar, komputer mampu membuatnya lebih ekstrim.

(14)

Pada prinsipnya apabila karya fotografi yang dihasilkan oleh pihak ketiga telah mendapatkan persetujuan dari pihak pemegang hak atas karya fotografi yang digunakan, maka karya tersebut tidaklah menimbulkan masalah, akan tetapi pada saat karya fotografi yang dihasilkan belum mendapat persetujuan dari pemegang hak atas karya fotografi, yang kemudian diedit dengan menggunakan perangkat lunak yang mendukung untuk menghasilkan satu hasil karya fotografi yang lebih baik, maka hal tesebut membutuhkan suatu pengaturan lebih lanjut berkaitan dengan pelaksanaan peraturan dibidang HKI.

Untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis mengadakan peninjauan terhadap penelitian-penelitian dan memiliki relevansi dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian yang berjudul “Teknik Fotografi Pada Foto Jurnalistik Perayaan

Maulid Nabi 2013 di Surat Kabar Yogyakarta”, yang ditulis oleh Haris

(15)

apakah suatu teknik fotografi dapat dilindungi berdasarkan peraturan Perundang-Undangan terkait HKI.

2. Penelitian yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Fotografi Parodi Dihubungkan Dengan Hak Eksklusif Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2012 Tentang Hak Cipta”, yang ditulis oleh Dinda Oktri Lestari, Program Kekhususan Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung Tahun 2014. Dalam skrispi nya, Dinda Oktri Lestari menjelaskan mengenai apakah fotografi parodi dapat dianggap sebagai ciptaan dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan bagaimana perlindungan hukum terhadap karya fotografi parodi. Namun yang membedakan tulisan Dinda Oktri Lestari dengan penulis yaitu terletak pada karya editing (retouch). Apakah suatu karya editing (retouch) dapat dilindungi oleh peraturan Perundang-undangan terkait HKI.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, penulis akan melakukan penelitian mengenai perlindungan hukum bagi fotografer atas teknik fotografi dan karya editing (retouch) yang kemudian dituangkan dalam sebuah bentuk penulisan skrispsi dengan judul:

“TINJAUAN YURIDIS ATAS TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA

EDITING (RETOUCH) DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN

HUKUM BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi pokok masalah sebagai berikut:

1. Apakah suatu teknik fotografi dapat dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait HKI?

2. Apakah karya editing (retouch) dapat dilindungi berdasarkan peratura

perundang-undangan terkait HKI?

3. Bagaimana perlindungan hukum atas teknik fotografi dan karya editing (retouch) berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait HKI?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui apakah teknik fotografi dapat dilindungi oleh peraturan perundang-undangan terkait HKI.

2. Untuk mengetahui apakah karya editing (retouch) dapat dilindungi sebagai karya ciptaan fotografi menurut peraturan perundang-undangan terkait HKI.

(17)

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan dibidang hukum khusunya bidang hukum Hak Kekayaan Inteleketual (HKI). 2. Kegunaan Praktis

a. Kegunaan bagi akademisi

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum Hak Kekayaan Inteleketual (HKI) khususnya terkait teknik fotografi dan karya editing (retouch).

b. Kegunaan bagi praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi bagi Fotografer.

c. Kegunaan bagi pemerintah

(18)

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teoritis

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar fisafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang yang dibahas dalam bahasa dan sistem pemikirian para ahli hukum sendiri.7

Untuk mengkaji mengenai tinjauan yuridis dalam konteks perlindungan terhadap fotografer terkait hak kekayaan intelektual dipergunakan teori perlindungan hukum.

Menurut Harjono para pengkaji hukum belum secara komprehensif mengembangkan konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum. Banyak tulisan-tulisan yang dimaksudkan sebagai karya ilmiah ilmu hukum baik dalam tingkatan skripsi, tesis, maupun disertasi yang mempunyai tema pokok bahasan tentang perlindungan hukum. Namun tidak secara sepesifik mendasarkan pada konsep-konsep dasar keilmuan hukum secara cukup dalam mengembangkan konsep perlindungan hukum bahkan dalam banyak bahan pustaka, makna dan batasan–batasan mengenai perlindungan hukum sulit ditemukan, hal ini mungkin didasari pemikiran bahwa orang telah dianggap tahu secara umum apa yang dimaksud perlindungan hukum. Konsekuensi dari tidak adanya konsep tersebut akhirnya menimbulkan

7

(19)

keragaman dalam pemberian maknanya, padahal perlindungan hukum selalu jadi tema pokok dalam setiap kajian hukum.8

Padanan kata perlindungan hukum dalam bahasa inggris adalah legal protection dalam bahasa belanda rechtsbecherming. Kedua istilah tersebut

juga mengandung konsep atau pengertian hukum yang berbeda untuk memberi makna sesungguhnya dari perlindungan hukum. Di tengah langkannya makna perlindungan hukum itu kemudian Harjono berusaha membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum, menurutnya perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditunjukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum.9

Dari batasan tersebut jelaslah bahwa konsep-konsep umum dari perlindungan hukum adalah perlindungan dan hukum. Perlindungan hukum terdiri dari dua suku kata, yaitu perlindungan dan hukum artinya perlindungan menurut hukum dan undang-undang yang berlaku.

Perlindungan hukum atas karya seseorang lahir dengan dasar pemikiran para ahli. Pemikiran tentang ciptaan-ciptaan atau karya cipta seperti yang dikemukakan oleh seorang pakar HKI Arpad Bogsch, menjadi dasar suatu Negara untuk menjamin sepenuhnya perlindungan segala macam ciptaan

8

Harjono. Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 80.

(20)

yang merupakan hasil karya intelektual manusia sebagai produk olah pikir baik di bidang ilmu pengetahuan, maupun seni, sastra dan teknologi.10

Indonesia menganut sistem hukum sipil (Civil Law System), atau yang dikenal dengan Doktrin Hukum Alam yang menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal. Atas dasar Doktrin Hukum Alam, seseorang dapat menciptakan berbagai ciptaan yang kemudian memperoleh perlindungan hukum atas ciptaan yang termasuk dalam kekayaan intelektual. Pasal 27 ayat (1) Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, menetapkan:

“Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapat

perlindungan atas kepentingan-kepentingan moral dan materi yang merupakan hasil dari ciptaanya dibidang ilmu pengetahuan, sastra dan

seni”

Dengan adanya pengakuan secara universal ini, sudah tidak diragukan lagi bahwa suatu ciptaan mempunyai manfaat ekonomi bagi kehidupan manusia (life worth) dan mempunyai nilai ekonomi sehingga menimbulkan adanya

tiga macam konsep, yaitu:11 1. Konsepsi kekayaan; 2. Konsepsi hak;

3. Konsepsi perlindungan hukum.

Kehadiran tiga konsepsi ini lebih lanjut lagi berkontribusi pada pembangunan hukum dalam berbagai perundang-undangan, misalnya tentang pembangunan hukum ini, Mochtar Kusumaatmadja mempunyai pendapat dan pemikiran bahwasannya hukum adalah sebagai sarana bagi pembangunan dan

10 Eddy Damian. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumnni, 2009, hlm. 15.

11

(21)

sarana pembaharuan masyarakat.12 Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa tanpa kepastian hukum dan ketertiban masyarakat yang dijelmakan olehnya tidak mungkin mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal di dalam masyarakat tempat ia hidup.13

Selaras dengan pemikiran yang dikemukakan di atas, kita mengetahui bahwa pengembangan bakat-bakat dan kemampuan manusia memerlukan adanya upaya-upaya untuk mewujudkannya termasuk melalui penumbuhan berbagai aturan yang mendukungnya sehingga tercapai suatu kepastian hukum. Penumbuhan berbagai aturan ini diperlukan sehingga timbullah sikap dan kebutuhan masyarakat yang memberi penghargaan, penghormatan dan perlindungan tehadap bakat-bakat dan kemampuan yang dipunyai seseorang, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk karya.14

Dalam kerangka pembahasan mengenai HKI, maka dari segi substansi, norma hukum yang mengatur tentang HKI itu tidak hanya terbatas pada norma hukum yang dikeluarkan oleh suatu negara tertentu, tetapi juga terikat pada norma-norma hukum internasional. Hal ini merupakan keharusan karena perlindungan HKI secara domestik saja tidaklah cukup dan hal ini pula membawa manfaat dalam menumbuhkan kreativitas para pencipta. Kreativitas dan aktivitas para pencipta dalam rangka memacu pertumbuhan untuk mendorong karya cipta tentu sangat berarti jika perlindungan itu di

12

Mochtar Kusumaatmadja. Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan. Bandung: Alumni, 2006, hlm. 13-14.

13

Eddy Damian., Op.Cit, hlm.17.

(22)

setiap saat dan tempat, sehingga kepastian hukum yang diharapkan itu benar-benar mereka (pencipta) peroleh. Untuk perlindungan HKI secara internasional saat ini ada beberapa Konvensi Internasional antara lain Persetujuan TRIP’s, Berne Convention yang menjadi acuan atau pedoman pengaturan.

Dalam konvensi Berne sebagaimana telah diubah dan disempurnakan beberapa kali, dan terakhir pada tanggal 24 Juli 1971 di Paris, secara garis besarnya memuat tiga prinsip dasar, yang menimbulkan kewajiban negara peserta untuk menerapkan dalam perundang-undangannya di bidang di hak cipta, yaitu:

1. Prinsip national treatment

Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian harus mendapat perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara sendiri.

2. Prinsip automatic protection

Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung tanpa harus memenuhi syarat apapun (no conditional upon with any formality).

3. Prinsip Independence of protection

(23)

2. Kerangka Konseptual

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh hasil penelitain yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut:15

a. Hukum adalah himpunan aturan yang diciptakan berwenang dan bertujuan mangatur tata kehidupan bermasyarakat, serta sifatnya memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi si pelanggar hukum.

b. Perlindungan hukum adalah kepastian akan perlindungan yang diberikan oleh aturan-aturan atau norma-norma yang telah dibuat dengan tujuan untuk menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara tanpa membedakan suku, agama, ras, adat istiadat karena semua warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum.

c. Menurut penjelasan Pasal 40 ayat (1) Huruf K Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang dimaksud dengan “Karya

Fotografi” meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan

kamera.

d. Teknik merupakan metode atau suatu cara mengerjakan atau membuat sesuatu.

(24)

e. Fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya, untuk menghasilkan suatu karya tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta.

f. Karya editing (retouch) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah tampilan foto menjadi seperti yang kita inginkan dengan cara menambahkan efek-efek tertentu atau dengan merubah tekstur, warna, kecerahan, kontras, dan ketajaman hasil foto yang bertujuan untuk menghasilkan foto menjadi lebih baik.

F. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum, serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. 16

2. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan gejala-gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti, menjelaskan suatu gejala, peristiwa yang sedang diteliti dan berkaitkan dengan kejadian sekarang. 17 Dalam penelitian ini penulis mencoba menjelasakan bagaimana perlindungan hukum bagi fotografer terkait

16 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).

Jakarta: Rajawali Pers, 2001, hlm. 13-14. 17

(25)

teknik fotografi dan karya editing (retouch) berdasarkan peraturan perundang – undangan terkait HKI.

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Undang-Undang (statue approach) dan pendekatan Konseptual (conseptual approach). Pendekatan Undang-Undang (statue approach) dilakukan

dengan menelaah undang-undang dan regulasai yang relevan dengan isu hukum yang sedang ditangani. 18 Misalnya pendekatan konseptual (conseptual approach) berangkat dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan, doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, akan menghasilkan pengetian hukum, konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan.19

4. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data sekunder. Data sekuder berupa semua publikasi tentang hukum meliputi buku-buku, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan penelitian ini.20 Terdiri dari bahan hukum:

a. Bahan Hukum Primer, berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual, yaitu :21

18 Johnny Ibrahim. Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publising,

2007, hlm. 302

19 Ibid., hlm. 306 20 Ibid., hlm. 392.

21 Soerjono Soekanto. Pengantar Peneltian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press,

(26)

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta; 3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten; 4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;

5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang; 6) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri; 7) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan

Varietas Tanaman;

8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

9) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights;

10) Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic

Works.

11) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Permintaan Paten.

(27)

bidang hukum, dan artikel22.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum skunder, seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.23 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori-teori, pendapat-pendapat yang berkenaan dengan permasalahan mengenai teknik fotografi dan karya editing (retouch). Berkenaan dengan metode yuridis normatif yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini maka penulis melakukan penelitian dengan memakai studi kepustakaan yang merupakan data sekunder yang berasal dari literatur.24

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Teknik analisis data kualitatif adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya hubungan variabel-variabel yang sedang diteliti sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.25

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun dengan cara membagi dalam empat bab, yang mana di dalam tiap bab terdapat beberapa sub bab dengan pokok-pokok pembahasan

22 Ronny Hanitijo Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, cetakan kelima.,

(28)

utama yang terkandung dalam bab. Berikut akan diuraikan secara rinci dari keseluruhan skripsi ini, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diawali dengan menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Keaslian Penulis, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian yang terdiri dari Sifat Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis Data, serta Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data, dan diakhiri dengan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAKAYAAN (HKI)

INTELEKTUAL BERUPA FOTOGRAFI, TEKNIK

FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH)

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian menurut peraturan peundang-undangan, menurut para ahli, dan teori mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Penulis juga akan menjelaskan mengenai pengertian Fotografi, Teknik Fotografi, Karya Editing (retouch) serta perlindungan hukum.

BAB III: PERLINDUNGAN HUKUM TERKAIT HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL (HKI) DALAM KONTEKS

INTERNASIONAL MAUPUN NASIONAL

(29)

dan teori. Penulis juga akan menjelaskan mengenai perlindungan hukum dalam konteks internasional maupun nasional terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

BAB IV : PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELKTUAL (HKI)

TERHADAP FOTOGRAFI TEKNIK FOTOGRAFI DAN

KARYA EDITING (RETOUCH)

Pada bab ini, analisis berdasarkan identifikasi masalah akan dibahas secara detail. Penulis akan mencoba menganalisa bagaimana aturan hukum positif di Indonesia digunakan. Penulis akan menjelaskan bagaimana perlindungan hukum atas teknik dan karya editing (retouch) yang dilakukan oleh fotografer berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(30)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai tinjaun yuridis

atas teknik fotografi dan karya editing (retouch) dihubungkan dengan

perlindungan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait hak

kekayaan intelektual (HKI), maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000

tentang Rahasia Dagang, rahasia dagang adalah informasi yang tidak

diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai

ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya

oleh pemilik rahasia dagang. Rahasia dagang meliputi metode produksi,

metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang

teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi, tidak diketahui

oleh masyarakat umum dan dijaga kerahasiannya. Berdasarkan penjelasan

diatas apabila kita kaitkan dengan teknik fotografi maka suatu teknik dapat

dikatakan sebagai rahasia dagang dan dapat dilindungi oleh rahasia dagang

apabila suatu teknik fotografi yang dimiliki oleh seorang fotografer

tersebut tidak diketahui oleh siapapun saat teknik fotografi itu pertama kali

ditemukan dan fotografer haruslah menjaga kerahasiaannya baik saat

(31)

Menjaga kerahasiaan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara

apapun sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Dalam hal ini

teknik fotografi dapat dikatakan sebagai objek yang dilindungi oleh

rahasia dagang oleh karena unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1 angka

1 dan/atau Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang

Rahasia Dagang terpenuhi.

2. Beradasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, karya editing merupakan hasil karya yang dihasilkan

atas kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian

yang diekspresikan dalam bentuk nyata dan karya fotografi merupakan

semua foto yang dihasilkan oleh kamera, akan tetapi karya editing

merupakan karya fotografi yang dihasilkan oleh perangkat lunak

(software). Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa karya

fotografi merupakan semua foto yang dihasilkan oleh kamera, akan tetapi

karya editing merupakan karya fotografi yang dihasilkan oleh perangkat

lunak (software). Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya editing

(retouch) foto yang dihasilkan dari perangkat lunak tersebut merupakan

karya fotografi yang dihasilkan oleh kamera. Jadi karya editing (retouch)

merupakan bagian dari objek ciptaan yang harus dilindungi oleh hak cipta.

Karya editing tidak perlu di daftarkan ke dirjen HKI, karena karya editing

merupakan hasil karya fotografi yang telah diubah oleh pencipta yang

memiliki hak moral atas karya fotografi yang telah di daftrakan ke dirjen

(32)

tersebut dapat dilindungi oleh paten atau rahasia dagan karena berkaitan

dengan suatu penemuan di bidang teknologi.

3. Perlindungan atas teknik fotografi dan karya fotografi dengan

menggunakan proses karya editing (retouch) merupakan hal yang penting

untuk dilindungi secara nyata dan berhak memiliki perlindungan yang

sama dengan karya fotografi lainnya. Oleh karena itu, tindakan yang

dilakukan dalam kerangka perlindungan ini tidak saja dilakukan secara

preventif, namun juga semestinya dilakukan dengan perlindungan hukum

secara represif apabila dalam realitasnya telah terjadi suatu pelanggaran

atas karya fotografi. Perlindungan hukum preventif dapat melalui

pendaftaran, pembuatan perjanjian kontrak kerja antara pihak-pihak yang

terlibat langsung dalam pembuatan karya fotografi, dan dengan melalui

mekanisme lisensi, sedangkan perlindungan hukum represif dapat

dilakukan dengan memberikan sanksi perdata dan pidana untuk

menghindari terajadinya pelanggaran terhadap karya fotogarfi atas teknik

fotografi dan karya fotografi dengan menggunakan proses karya editing

(retouch).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemerintah dianggap perlu mengadakan tinjauan ulang, dan pembaharuan

terhadap Undang-Undang Hak Cipta, untuk lebih mengakomodir

(33)

menghasilan metode-metode baru dalam suatu ciptaan, sehingga dianggap

perlu untuk mendapat pengaturan secara jelas dalam Undang-Undang Hak

Cipta sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap kepentingan pencipta

nantinya. Salah satu metode baru pemutakhiran teknologi dibidang

fotografi adalah fotografi digital yang menggunakan sebuah teknik

fotografi untuk menghasilkan foto yang sangat bagus dan bernilai

ekonomis yang dimiliki seoarang fotografer.

2. Perlunya sosialisasi dan edukasi secara luas kepada pihak-pihak terkait

dalam hak cipta terutama seorang pencipta yang memiliki kepentingan

terutama menyangkut hak eksklusif seorang pencipta sebagaimana telah

diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta. Mengingat kemajuan teknologi

juga sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu ciptaan, terutama

dengan munculnya metode-metode baru dalam pembuatan ciptaan, salah

satunya adalah karya editing (retouch).

3. Untuk memberikan perlindungan hukum terhadap teknik fotografi dan

karya editing (retouch) atas karya fotografi akan lebih baik jika adanya

pembaharuan ataupun perbaikan peraturan perundang-undangan yang

perlu disempurnakan. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta khususnya Pasal 12 sampai dengan Pasal 15 yang

mengatur tentang hak ekonomi atas potret di dalamnya tidak ditemukan

adanya pengaturan tentang teknik fotografi dan karya editing (retouch).

Masuknya karya fotografi sebagai salah satu objek yang mendapat

(34)

hukum terhadap dunia fotografi. Pada saat ini perkembangan dunia

fotografi tidak terlepas dan terikat satu sama lain dengan penggunaan

teknik fotografi dan proses karya editing (retouch), hanya saja pengaturan

teknik fotografi dan karya fotografi yang telah melalui karya editing

(retouch) dengan bantuan perangkat lunak (software) ini belum berjalan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Adami Chazawi, Tindak Pidana HaKI, Malang: Bayumedia Publishing,

2007.

Ajidarma, Seno Gumira, Kisah Mata: Perbincangan Tentang Anda,

Yogyakarta: Galang Press, 2003.

Audy Mirza Alwi, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa,

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Asdani Kindarto, Memotret dan Mengolah Foto Digital, Bandung: Gramedia,

2007.

Aunur Rohim Faqih, (et.al), HKI, Hukum Islam, & Fatwa MUI, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010.

Bachtiar Anwar dan Bambang Setiadi, Cetak Foto Digital, Palembang:

Maxikom, 2004.

Bambang Kesewo, Pengatar Umum Mengenai Hak-hak Atas Kekayaan

Intelektual (HKI) di Indonesia, Jakarta: Seketariat Negara RI, 1999.

Destria Widiatmoko dan Jimmy Wahyudi Bharata, 101 Tip dan Trik Dunia

Fotografi dan Seni Digital, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.

Edi S Mulyanta, Pengelolaan Digital Image Dengan Photoshop CS3,

Yogyakarta: Andi Publisher, 2007.

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumnni, 2009.

Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, Jakarta: Puspa Swara,

2001

Harjono, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2008

Heliantoro, Undang-Undang Paten Berwawasan Nasional dan Internasional,

(36)

Hidayat Aini (et.al), Belajar Mudah Fotografi Digital, Jakarta: JAL

publishing, 2011.

HS. Kartadjomena, GATT,WTO, dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: UI

Press, 1997, hlm. 254.

Huala Adolf , Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Edisi revisi

ke-4, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

I Komang Sudarman, Fotografi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.

Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publising, 2007.

Kholis Roisah, Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sejarah,

Pengertian, dan Filosofi Pengakuan HKI dari Masa ke Masa, Malang:

Setara Press, 2015.

Mahadi, Hak Milik Immateril, Jakarta: BPHN-Bina Cipta, 1985.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan,

Bandung: Alumni, 2006.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastina Hukum bagi Investor di Indonesia,

Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, 2003.

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah

Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung: Citra Aditya Bakti,

2003.

Nuktoh Arfawie Kurdie, Telaah Kritis Teori Negara Hukum, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.

Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjuan Khusus Hak Cipta Lagu,

Neigbouring Rights dan Collecting Society, Bandung: Alumni, 2008

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2009

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:

(37)

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 2011.

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Bandung: Alumni,

2003.

Rangga Aditiawan dan Ferren Bianca, Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan

Bisnis, Jakarta: Dunia Komputer, 2011.

Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia, Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.

R.M Soelarko, Komposisi Fotografi, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka,

1990.

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Cetakan Kelima, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

Satjipto Raharjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas,

2003.

Sentosa Sembiring, Prosedur Dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan

Intelektual Di Bidang Hak Cipta, Paten dan Merek, Bandung: Yrama

Widya, 2001.

Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001.

Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia (UI) Press, 1986.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia (UI) Press, 1986

Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, Jakarta: Universitas Trisakti,

2007.

Sudaryat (et.al), Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: Oase Writers

(38)

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:

Liberty, 1991.

Taryana Sunandar, Perlindungan HAKI Di Negara-Negara ASEAN, Jakarta:

Sinar Grafika, 2007.

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

W.Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo, 1996

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas

Tanaman

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on

Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights;

Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Berne

Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

Keputusan menteri hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia No.

M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Surat No. 24/M/PAN/1/2000.

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Permintaan

(39)

C. Rujukan Elektronik

Dinni Harina Simanjuntak, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum

Bagi Franchise Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35732/6/Chapter

III-V.pdf, 2011.

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Petika Resmi Ciptaan Terdaftar”,

http://119.252.161.174/?p=292

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Pendaftaran Merek”, http://119.252.161.174/?p=428,

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Pendaftaran Paten”, http://119.252.161.174/?p=343

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Pendaftran Desain Industri”, http://119.252.161.174/?p=483

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Pendaftran Desain Industri”,

http://119.252.161.174/?p=701

Direktorat Jendral HAKI, “Permohonan Pendaftaran DTSLT”, http://119.252.161.174/?p=674

Elvadevani, Photography,

https://elvadevani.wordpress.com/2014/11/01/photography/

Ibid, Elvadevani. “Photography”,

https://elvadevani.wordpress.com/2014/11/01/photography/,

Komputer Lamongan, Menggunakan Notepad Untuk Membedakan Foto Asli

Dan Editan Menggunakan Photoshop,

http://komputerlamongan.com/menggunakan-notepad-untuk-membedakan-foto-asli-dan-editan-menggunakan-photoshop/

M. Hajar A.K, “Mengenal Macam-Macam Teknik Pengambilan Gambar

(Type Of Shot)”, http://www.kelasfotografi.com/2015/02/mengenal-macam-macam-teknik-pengambilan.html, di akses pada tanggal 18

(40)

Rizki Pradana, “Jenis-jenis Bidang Photography (bag.1)”.

http://rizkipradana.blogspot.co.id/2011/10/jenis-jenis-bidang-photography-bag1.html,

Yuda Kurniawan, “Pengenalan Jenis-jenis Foto dan Teknis Dasar

Pemotretan”

,https://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/pengenalan-jenis-jenis-foto-dan-teknis-dasar-pemotretan/,

D. Lain-lain

Iwan Irawan, “Pentingnya Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Bagi

Perkembangan Kewirausahaan (The Importance Of Protection

Intellectual Property Rights For Development Of Entrepreneurship)”,

Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 10 No. 02, Juni 2013.

Lista Widiastuti, “Perkembangan Sistem Perlindungan HKI di Indonesia,

Jakarta: Media HKI vo. V/Nomor 3/ Juni 2008.

Michael Freeman, “the complete guide to digital photography”, Januari

2008.

Mieke Komar dan Ahmad M. Ramli. 1998. “Perlindungan Hak Atas

Kepemilikan Intelektual Masa Kini dan Tantangan Menghadapi Era

Globalisasi Abad 21”. Makalah. Seminar Pengembangan Budaya

Menghargai HKI di Indonesia Mengahadapi Era Globalisasi Abad 21.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Busse et al, 10 remaja yang berkomunikasi dengan teman tentang seks cenderung meningkatkan ke- jadian inisiasi seks pranikah di antara remaja berusia 14 – 16 tahun

28 Muncul gambar muka Wiji Thukul di sebelah gambar muka Sipon Yang disusul dengan teks, “Memutuskan untuk.. “Yang hanya dalam

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BANK BRI TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI KOTA MAKASSAR.. Oleh :

Hasil dari penelitian ini yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan variabel ini mempunyai signifikan terhadap Investasisaham.aspek manufaktur Secara parsial

Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan berbagai macam pukan yang diberikan pada musim tanam pertama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

Kerjakan soal di bawah ini dengan benar1. Tentukan panjang

[r]