• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONSEP DESAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONSEP DESAIN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

29

KONSEP DESAIN

4.1 Strategi Kreatif

4.1.1 Fakta Kunci

1. Sejarah singkat Wiji Thukul.

2. Peran Wiji Thukul dalam masyarakat dan politik Indonesia pada masa reformasi.

3. Tempat-tempat yang dilalui oleh Wiji Thukul saat melarikan diri dari pemerintah.

4. Orang-orang di sekitar Wiji Thukul. 5. Hilangnya Wiji Thukul.

4.1.2 Masalah yang Dikomunikasikan

Bagaiamana membuat sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang perjuangan seorang aktivis, dengan informatif sekaligus menarik perhatian masyarakat.

4.1.3 Tujuan Komunikasi

1. Menceritakan tentang perjuagan seorang aktivis dalam perjalanannya melawan pemerintahan Orde Baru.

2. Mengajak masyarkat Indonesia untuk sadar sejarah.

3. Mengingatkan bahwa terdapat beberapa aktivis yang hilang dalam melawan pemerintahan Orde Baru.

4.1.4 Target Audience

1. Demografi

Sex : Laki-laki dan perempuan Sosial : Pendidikan minimal SMA

(2)

Semua kalangan Usia : 16 tahun ke atas

2. Geografi

Seluruh masyarakat di Indonesia

3. Psikografi

- Tertarik dengan film dokumenter. - Tertarik dengan sejarah Indonesia.

- Tertarik dengan kisah yang berkaitan dengan orde baru.

4.1.5 Premis Cerita

Menceritakan secara singkat tentang perjalanan hidup Wiji Thukul dari awal, hingga dia hilang.

4.1.6 Penetapan Judul

Penulis memiliki beberapa pilihan judul untuk film dokumenter ini, seperti ‘Wiji Thukul’, ‘Si Penyair yang Hilang’ atau ‘Sang Penyair Pemberontak’. Melalui beberapa pertimbangan, penulis memilih ‘Wiji Thukul : Jejak Sang Penyair yang Hilang’ sebagai judul film dokumenter ini. Penulis memilih judul ini karena lebih mewakili isi film ini.

4.1.7 Ringkasan Cerita

Berikut penjabaran secara ringkas perihal cerita dari film dokumenter “Wiji Thukul : Jejak Sang Penyair yang Hilang”.

- Pengenalan Wiji Thukul secara singkat. - Penjabaran puisi-puisi Wiji Thuku.

- Penjabaran penghargaan yang didapat oleh Wiji Thukul. - Penolakan Orde Baru oleh puisi-puisi Wiji Thukul.

- Wiji Thukul yang hilang hingga sekarang akibat melawan pemerintahan Orde Baru.

(3)

- Lahir di Sorogenen, Solo pada tanggal 26 Agustus 1963 dengan nama Wiji Widodo.

- Pada tahun 1981, bergabung dengan sebuah bengkel teater melalui perkenalannya dengan Cempe Lawu Warta. Lawu memberikan nama Wiji Thukul kepadanya.

- Pada tahun 1988, bertemu dengan Sipon dan beberapa kemudian memutuskan untuk menikah dengannya,

- Pada tahun 1944, Thukul bersama 2 temannya, Semsar Siahaan dan Moelyono, membentuk Jaker (Jaringan Kesenian Rakyat).

- Pada Desember 1995, Thukul bersama beberapa aktivis Jaker mengikuti demo buruh PT. Sritex. Thukul mendapat luka di mata kanannya dalam demo ini.

- Pada April 1996, Thukul memasukkan Jaker ke menjadi bagian dari PRD secara sepihak.

- Pada tanggal 22 Juli 1996, PRD resmi berdiri dengan nama Partai Rakyat Demokratik.

- Pada tanggal 27 Juli 1996, terjadi bentrokan di markas PDI (Partai Perjuangan Indonesia). PRD dituduh sebagai dalang dibalik bentrokan ini. Pemerintah menetapkan beberapa aktivis PRD sebagai buronan. - Wiji Thukul melarikan diri ke beberapa daerah di Indonesia, seperti

Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Pontianak, Bengkulu, guna melarikan diri dari kejaran aparat pemerintahan.

- Dalam pelariannya, Wiji Thukul menggunakan beberapa nama samara, yaitu Martinus Martin, Aloysius Soemadi dan Paulus.

- Pada Februari 1998, Thukul menelepon istri nya di Solo untuk menanyakan kabarnya dan juga anak-anak. Dia juga mengatakan bahwa dirinya sedang berada di Jakarta dan dalam kondisi baik-baik saja. Setelah telepon ini, tidak ada kabar sama sekali dari Thukul.

(4)

4.1.8 Treatment Cerita

Berikut treatment dari film dokumenter “Wiji Thukul : Jejak Sang Penyair yang Hilang”.

1. Foto-foto korban penculikan 1997 / 1998 yang belum ditemukan. 2. Poster ‘orang hilang’ Wiji Thukul.

3. Judul Film.

4. Teks perkenalan sederhana Wiji Thukul. 5. Teks ‘Wiji Thukul’.

6. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Seorang penyair yang puisinya melawan Orde Baru’.

7. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Melalui puisinya…’ 8. Judul – judul puisi Wiji Thukul.

9. Gambar Soeharto dengan teks, ‘Perlawanan terhadap Orde Baru’.

10. Teks ‘Melalui pusisinya medapatkan penghargaan Yap Thian Hiem Award’.

11. Teks ‘Melalui puisinya mendapatkan penghargaan Westheim Encourage Award’.

12. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Akibat puisinya…’

13. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Thukul hilang hingga sekarang’. 14. Gambar Wiji Thukul menghilang.

15. Wawancara singkkat dengan Siti Dyah Sujirah, Istri Wiji Thukul. 16. Gambar wilayah Solo dengan teks ‘ Lahir di Sorogenen, Solo’. 17. Gambar wilayah Solo dengan teks ‘Pada tanggal 26 Agustus 1963’. 18. Gambar wilayah Solo dengan teks ‘Dengan nama Wiji Widodo’. 19. Gambar Cempe Lawu Warta, dengan teks ‘Cempe Lawu Warta’.

20. Gambar Cempe Lawu Warta, dengan teks ‘Seorang figure bagi Thukul’. 21. Gambar Cempe Lawu Warta, dengan teks ‘Memberikan nama thukul’. 22. Gambar sebatang daun yang sedang tumbuh.

23. Gambar Sipon, dengan teks ‘Siti Dyah Sujirah’.

24. Gambar Sipon, dengan teks ‘Biasa dipanggil dengan nama Sipon’.

25. Gambar Sipon dan Wiji thukul. Dengan teks ‘ Memutuskan untuk menikah’.

(5)

26. GambarWiji Thukul bersama dengan gambar Moleyono dan gambar Semsar Siahaan.

27. Gambar Semsar Siahaan, dengan teks ‘ Semsar Siahaan seorang pelukis’. 28. Gambar Moelyono, dengan teks ‘ Moelyono seorang perupa’.

29. Gambar Wiji Thuku , Semsar Siahaan dan Moelyono di dalam sebuah lingkaran bertuliskan JAKER.

30. Gambar ikon-ikon orang bermuculan di sekitar lingkaran. 31. Gambar tangan.

32. Gambar tangan dengan teks, ‘Thukul terlibat demo buruh di PT. SRITEX’.

33. Gambar Wiji Thukul dengan teks, ‘Terluka di mata kanannya’.

34. Gambar lingkaran bertuliskan JAKER dengan gambar Wiji Thukul didalamnnya.

35. Gambar lingkaran bertuliskan JAKER dengan gambar Wiji Thukul didalamnnya, dengan teks bertuliskan, ‘Bergabung dengan partai politik’. 36. Gambar lambang PRD, dengan teks bertuliskan, ‘Partai Rakyat

Demokratik’.

37. Gambar lambang PRD, dengan teks bertuliskan, ‘Hari pendeklarasian PRD’.

38. Gambar lambang PRD, dengan teks bertuliskan, ‘Thukul membacakan puisinya Peringatan’.

39. Gambar Wiji Thukul, dengan teks bertuliskan, ‘Hanya satu kata : Lawan!’.

40. Gambar tangan-tangan bermunculan. 41. Gambar lambang PDI

42. Gambar lambang PDI, dengan teks, ‘Bentok di markas PDI Jakarta’. 43. Gambar lambang PRD di poster bertuliskan ‘Dalang Kerusuhan’. 44. Gambar lambang PRD di poster bertuliskan ‘Buron Pemerintah’.

45. Gambar lambang PRD beserta gambar ikon orang-orang di poster bertuliskan ‘Buron Pemerintah’.

46. Gambar Wiji Thukul di poster bertuliskan ‘Buron Pemerintahan’. 47. Gambar Kepulauan Indonesia.

48. Gambar Kepulauan Indonesia, dengan tanda di beberapa wilayah, yaitu di wilayah Solo, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Pontianak dan Bengkulu.

(6)

49. Gambar wilayah Yogyakarta. 50. Gambar wilayah Bandung. 51. Gambar wilayah Jakarta. 52. Gambar wilayah Pontianak. 53. Gambar wilayah Bengkulu.

54. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Menggunakan beberapa nama samaran.’

55. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Paulus’.

56. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Aloysius Soemadi’. 57. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Martinus Martin’. 58. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Thukul menghubungi…’

59. Gambar Wiji Thukul dan gambar Sipon, dengan teks, ‘Tukul menghubungi Sipon’.

60. Gambar Wiji Thukul mendekati kamera dan gambar sipon menjauhi kamera.

61. Teks kalimat penutup.

62. Gambar Wiji Thukul, dengan teks, ‘Wiji Thukul 1963-?’. 63. Credit.

4.1.9 Skenario / Naskah

SANG PENYAIR PEMBERONTAK

No

Visual

Audio / Narasi

1

Foto-foto para aktivis 1998 yang masih hilang, yang kemudian berubah menjadi Poster

‘orang hilang’ Wiji Thukul.

Suara risuh orang banyak Tabel 1.1 Naskah

(7)

2 Judul

“Wiji Thukul : Jejak Sang Penyair yang Hilang”. 3 Teks “Wiji Thukul, seorang penyair, seorang pejuang. Berani melawan pemerintah, Demi mencapai reformasi. Berikut adalah penggalan ceritanya. 4 Teks

“Maka hanya ada satu kata lawan”.

“Maka hanya ada satu kata lawan.” 5 Teks-teks berterbangan, yang kemudian membentuk wajah Wiji Thukul.

“Adalah salah satu syair karya Wiji Thukul.”

6 Muncul teks,

“Seorang penyair

“Seorang penyair yang terkenal, lewat puisi

(8)

yang puisinya melawan pemerintahan orde baru”. – puisinya yang melawan pemerintahan orde baru.” 7 Muncul teks, “Melalui puisinya”. Yang disusul dengan teks, “Peringatan, Sajak Suara, Bunga dan Tembok, Nyayian Akar Rumput, Tentang Sebuah Gerakan, Sajak Anak-Anak, Istirahatlah, Kata-Kata, Kenangan Anak-Anak, Seragam, Puisi Untuk Adik, Ayolah, Warsini, Di Bawah Selimut, Kedamaian Palsu, Aku Menuntut Perubahan, Mendongkel Orang-Orang Pintar, Sukmaku Merdeka, Kota, Para Jenderal Marah-Marah, Pepatah “Melalui puisinya seperti, peringatan, Sajak Suara, Bunga dan Tembok, Nyanyian Akar Rumput, dan puisi-puisi lainnya.”

(9)

Buron, Masih

Terang Bagi Kami, Penyair, Bukan Kata Baru”.

8 Zoom in muka Wiji Thukul, sembari transisi ke scene selanjutnya. “Melalui puisinya juga, 9 Gambar muka Soeharto Disusul dengan teks, “Perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru”. Disusul dengan coretan di gambar muka Soeharto. Thukul menyatakan perlawanannya terhadap pemerintahan Orde Baru.” 10 Muncul teks, “Melalui pusisinya, mendapatkan penghargaan”. “Melalui

puisi-puisinya juga, Thukul telah mendaptkan

beberapa penghargaan, seperti,

11 Muncul teks,

“Yap Thiam Hien

(10)

Award”.

Dengan gambar logo Yap Tham Hien

Award.

12 Muncul teks,

“Wertheim

Encourage Award”.

dan Wertheim Encourage

Award.”

13 Muncul teks,

“Akibat puisinya”.

“Namun, akibat puisi-puisinya juga,

14 Muncul gambar muka Wiji Thukul.

Disusul dengan teks,

“Thukul hilang hingga sekarang”.

Thukul hilang hingga sekarang.”

15 Kata-kata yang membentuk gambar muka Wiji Thukul, berterbangan

keluar layar.

16 Wawancara singkkat dengan Siti Dyah Sujirah, Istri Wiji Thukul.

(11)

17 Muncul gambar wilayah Solo Disusul dengan teks, “Lahir di Sorongenen, Solo”. “Lahir di Sorengenen, Solo.” 18 Muncul teks, “Pada tanggal 26 Agustus 1963”. “Pada tanggal 26 Agustus 1963.” 19 Muncul teks,

“Dengan nama Wiji Widodo”.

“Dengan nama Wiji Widodo.” 20 Panning ke kiri, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “1981”.

“Semangat puisi Wiji Thukul, mulai terlihat pada tahun 1981.”

21 Muncul gambar muka Cempe Lawu Warta.

“Saat dia bertemu dengan Cempe Lawu

(12)

Disusul dengan teks, “Cempe Lawu Warta”. Warta.” 22 Muncul teks,

“Figur guru bagi Thukul”.

“Yang merupakan figure seorang guru bagi

Thukul.”

23 Muncul gambar muka Wiji Thukul di sebelah gambar muka Cempe Lawu Warta. Yang disusul dengan teks, “Memberikan nama Wiji Widodo”. Yang kemudian, teks “Widodo” berganti dengan teks “Thukul”.

“Dia juga yang memeberikan nama Thukul, dalma nama Wiji Thukul.” 24 Panning ke atas kepala Wiji Thukul. Dari kepala Thukul, muncul

“Yang berarti biji yang tumbuh.”

(13)

gambar sebuah tunas yang baru tumbuh. 25 Panning ke kiri, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “1988”. “Pada tahun 1988,

26 Muncul gambar muka Sipon

Thukul bertemu dengan Siti Dyah Sujirah.”

27 Muncul teks,

“Biasa dipanggil dengan nama

Sipon”.

“Atau yang biasa

dipanggil dengan nama, Sipon.”

28 Muncul gambar muka Wiji Thukul di sebelah gambar muka Sipon Yang disusul dengan teks, “Memutuskan untuk

“Yang hanya dalam beberapa bulan

kemudian, memutuskan untuk menikah.”

(14)

menikah”.

29 Muncul teks,

“1994”.

“Pada tahun 1994,

30 Muncul gambar muka Semsar Siahaan dan gambar muka

Moelyono.

Thukul bersama dengan 2 orang temannya, 31 Zoom in gambar muka Semsar Siahaan. Disusul dengan teks, “Semsar Siahaan, seorang pelukis”.

Semsar Siahaan, yang merupakan seorang pelukis,

32 Zoom out gambar muka Semsar Siahaan, zoom in gmabra muka Moelyono. Disusul dengan teks, “Moelyono, seorang perupa”.

Dan Meolyono, yang merupakan seorang perupa.”

33 Gambar muka Wiji Thukul, gambar

“Mereka bertiga membentuk sebuah

(15)

muka Moelyono dan gambar muka Semsar Siahaan, dilingkupi oleh sebuah lingkaran. Disusul dengan teks, “Jaker” di atas lingkaran.

jaringan, yang bernama Jaker, 34 Muncul teks, “Jaringan Kesenian Rakyat”. Jaringan Kesenian Rakyat.” 35 Muncul gambar orang – orang disekeliling lingkaran Jaker. “Yang bertujuan sebagai wadah, bagi para seniman – seniman, untuk berkarya.” 36 Panning ke kiri, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “Pada tahun 1995.”

(16)

“1995”. 37 Gambar tangan-tangan mengepal muncul. Disusul dengan teks, “Demo buruh di PT. Sritex”. “ Thukul terlibat dalam demo buruh, di pabrik PT. Sritex.”

38 Muncul gambar muka Wiji Thukul. Disusul dengan teks, “Terluka di mata kanannya”. “Yang meninggalkan bekas luka di mata kanannya.”

39 Gambar muka Wiji Thukul dlingkupi lingkaran.

“Pada bulan April tahun 1996,

40 Gambar muka Wiji Thukul di dalam lingkaran Jaker. Thukul bersama-sama dengan Jaker, 41 Muncul teks, “Bergabung dengan partai politik”.

Bergabung dalam sebuah partai politik,

(17)

42 Muncul gambar lambang PRD bernama PRD, 43 Muncul teks, “Partai Rakyat Demokratik”. “Partai Rakyat Demokratik.” 44 Panning ke kanan, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “22 Juli 1996”.

“Pada tanggal 22 Juli tahun 1996, 45 Muncul gambar lambang PRD. Disusul dengan teks, “Hari pendeklarasian berdirinya PRD”. pada saat pendeklarasian berdirinya PRD

(18)

46 Muncul gambar muka Wiji Thukul. Disusul dengan teks, “Thukul membacakan puisinya Peringatan”. Thukul membacakan salah satu puisinya, yang berjudul

peringatan.”

47 Gambar muka Wiji Thukul.

“Yang terkenal akan salah satu baitnya yang berbunyi,

48 Muncul teks,

“Maka hanya ada satu kata : Lawan!”

“Maka hanya ada satu kata : Lawan!” 49 Panning ke kanan, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “27 Juli 1996”.

“Pada tanggal 27 Juli tahun 1996,

(19)

tangan mengepal. Disusul dengan munculnya gambar lambang PDI. Disusul dengan teks, “Bentrok di markas PDI Jakarta”.

dua kubu PDI, di markas PDI, di Jakarta.” 51 Panning ke kanan. Muncul Gambar poster bertuliskan, “Dalang Kerusuhan”. “Oleh pemerintah, PRD dituduh sebagai dalang kerusuhan.” 52 Muncul gambar lambang PRD dan orang – orang di dalam poster “Dalang Kerusuhan” “Akibatnya, pemerintah menetapkan beberapa aktivis PRD, 53 Teks “Dalang Kerusuhan”, berganti menjadi, “Buron Pemerintah”. Sebagai buron.”

54 Muncul gambar muka Wiji Thukul.

“Termasuk Wiji Thukul.”

(20)

55 Gambar muka Wiji Thukul dengan tulisan buron pemerintah disebelahnya.

“Thukul yang sekarang berstatus sebagai buron,

54 Muncul gambar Kepulauan Indonesia.

memutuskan untuk pergi dari rumahnya di Solo,

55 Muncul gambar muka Wiji Thukul di beberapa wilayah di Kepulauan Indonesia. Ke berbagai tempat di Indonesia.” 56 Zoom in ke arah gambar muka Wiji Thukul di Pulau Jawa. “Seperti, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, 57 Panning ke Pulau Kalimantan. Pontianak, 58 Panning ke Pulau Sumatera. Dan Bengkulu.” 59 Zoom in ke gambar muka Wiji Thukul.

“Dalam pelariannya ini,

60 Muncul teks, Thukul juga sempat menggunakan beberapa

(21)

“Thuku sempat menggunakan nama samaran”.

nama samaran, yaitu

61 Muncul teks, “Paulus”. Paulus, 62 Muncul teks, “Aloysius Soemedi”. Aloysius Soemedi, 63 Muncul teks, “Martinus Martin”.

dan Martinus Martin.”

65 Panning ke kanan, disertai dengan garis yang memenjang mengikuti arah panning. Dan diakhiri dengan muncul teks, “Februari 1998”. “Pelariannya berakhir, pada bulan Februari tahun 1998.”

66 Muncul gambar muka Sipon.

Disusul dengan teks,

Thukul menghubungi Sipon, istrinya,

(22)

“Thukul menghubungi Sipon”.

67 Zoom in perlahan gambar muka Wiji Thukul.

untuk memberi kabar bahwa, dirinya sedang berada di Jakarta, dan dalam keadaan yang…

68 Cut to black Baik-baik saja.”

69 Teks,

“Sejak saat itu, tidak pernah terdengar kabar dari Wiji Thukul”.

70 Teks “Dengan puisinya, dia mengobarkan semangat.” “Dengan puisinya, dia melawan pemerintah.” “Dengan puisinya, Impian akan reformasi telah tercapai.

(23)

71 Teks

“Dialah,

Wiji Thukul.

72 Zoom in perlahan foto Wiji Thukul, dengan tulisan, “Wiji Thukul 1963-?” di bawahnya.

(24)

4.2 Strategi Desain

Untuk Strategi desain, berikut bentuk-bentuk desain yang penulis anggap bisa mempresentasikan film ini dengan baik.

4.2.1 Desain Aset

Beberapa aset yang digunakan, akan berbentuk siluet hitam. Dan untuk sebagian besar aset lainnya, akan terbentuk dari susunan-susunan tipografi. Berikut referensi yang penulis gunakan.

- The Brief History of Indonesia

Gambar 4.2 Screenshot dari “The Brief History of Indonesia”.

(25)

- Gambar-Gambar yang Tersusun dari Tipografi

4.2.2 Mood Style

Style yang akan diterapkan oleh penulis, menggunakan film dokumenter

berikut sebagai referensi.

- Film Dokumenter “Once Upon a Time in Benbrook”

- Film Dokumenter Pendek “Madiba”

Gambar 4.3 Gambar-Gambar yang Tersusun dari Tipografi .

Sumber : (google.com)

Gambar 4.4 Screenshot dari Dokumenter “ Once Upom a Time in Benbrook”.

(26)

4.2.3 Desain Visual

Penulis akan menggunakan graphics motion sebagai teknik dalam membuat film dokumenter ini. Berikut beberapa referensi yang digunakan sebagai pembanding dalam pembuatan film.

- Jokowi Ahok Short Animation

- Poster-Poster Bernuansa Perjuangan

Gambar 4.5 Screenshot dari Short Dokumenter “Madiba”.

Sumber : ( https://www.youtube.com/watch?v=YKJYUtVNhDY )

Gambar 4.6 Screenshot dari Jokowi Ahok Short Animation.

(27)

4.3 Pipeline Produksi

Berikut adalah tahap-tahap yang akan dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan film dokumenter ini.

4.3.1 Pre-produksi

- Brain Storming dan Observasi

Pengumpulan data dari berbagai macam sumber dan kemudian digunakan sebagai pengembangan cerita.

- Naskah

Cerita yang masih merupakan premis dan sinopsis, dijabarkan menjadi sebuah treatment, yang kemudian dikembangkan menjadi naskah.

Gambar 4.7 Poster – Poster bernuansa perjuangan

(28)

- Storyboard dan Animatic

Naskah yang telah jadi, dikembangkan menjadi storyboard yang sudah sesuai dengan angel kamera. Lalu kemudian dikembangkan menjadi

animatic, untuk menyesuaikan timing per shot nya.

4.3.2 Produksi

- Aset dan Elemen Visual

Proses pembuatan aset dan elemen visual lainnya yang akan digunakan dalam film.

- Animasi

Proses menggerakkan setiap aset dan elemen-elemen visual lainnya, sesuai dengan animatic yang ada.

4.3.3 Post-produksi

- Compositing dan Editing

Proses penggabungan setiap shot yang sudah selesai, dan kemudian diberikan beberapa efek untuk mencapai mood dan style yang sesuai.

- Sound Effect

Memberikan backgound music yang sesuai.

- Final Render

Gambar

gambar sebuah  tunas yang baru  tumbuh.  25  Panning ke kiri,  disertai dengan  garis yang  memenjang  mengikuti arah  panning
Gambar 4.2 Screenshot dari “The Brief History of Indonesia”.
Gambar 4.3  Gambar-Gambar yang Tersusun dari Tipografi .
Gambar 4.6 Screenshot dari Jokowi Ahok Short Animation.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan panjang dengan lebar pada daun mudanya sedikit lebih panjang.. Bentuk pangkal pada daun mudanya bulat (

Dalam pengujian dilakukan pengambilan data level arus r.m.s., frekuensi, gelombang arus, level noise dan level TDD ( Total Demand Distortion ) pada operasi real time ,

Negara berpendapatan menengah yang terjebak ke dalam middle income trap memiliki tiga ciri utama, yaitu pertumbuhan ekonomi yang melambat, TFPG relatif terhadap

3 Bank bertindak sebagai Penyedia Fasilitas Likuiditas - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal). 4 Bank bertindak sebagai

Pembentukan karakter peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Busthanuth Tholibin Sumberdadap Pucanglaban maupun MI Al-Hidayah Demuk Pucanglaban Tulungagung tidak

Tugas akhir ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalah pemasangan DG yaitu penentuan letak dan kapasitas DG menggunakan metode Hybrid Particle Swarm Optimization (HPSO)

Substansi dari Program Kerja Pemerintah Kota Depok Tahun 2016 tersebut merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan program unggulan serta program andalan Kota Depok yang

Tujuan : mengetahui perbedaan ekspresi dari Vascular Endothelial Growth Factor pada karsinoma WHO tipe 3 stadium III dan stadium IV, overekspresi VEGF