STRATEGI MANAJEMEN KOPERASI PONDOK PESANTREN
MODERN AL-AZHAR GRESIK SEBAGAI UNIT BISNIS
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
FINANCIAL
SKRIPSI
Oleh:
ELVIYATUR ROSYIDAH
NIM: C34212089
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Strategi Manajemen Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik Sebagai Unit Bisnis dalam Upaya Pengembangan
Financial”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai strategi manajemen Koperasi PPM Al-Azhar Gresik, upaya Koperasi dalam pengembangan financial Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik serta mengetahui faktor penghambat dan pendorong pengembangan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
Guna menjawab permasalahan diatas maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini bersifat kualitatif yang menghasilkan data yang dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Yang disesuaikan pada konteks penelitian di Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa strategi manajemen yang ada di Koperasi PPM Al-Azhar Gresik menggunakan manajemen syar’i, di mana semua barang yang ada di Koperasi PPM Al-Azhar Gresik ini digratiskan, hanya saja bershodaqoh seharga barang tersebut. Dengan cara inilah Koperasi PPM Al-Azhar Gresik menarik minat konsumen dan anggota untuk selalu bertransaksi di Koperasi Pesantren, karena dengan bertransaksi di Koperasi PPM Al-Azhar Gresik, kita bisa memenuhi kebutuhan sambil bershodaqoh melalui Koperasi Pondok Pesantren. Upaya koperasi sebagai unit bisnis dalam pengembangan financial Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik adalah dengan menjalankan beberapa unit usaha, unit usaha tersebut diantaranya adalah unit usaha pertokoan, unit usaha produksi air mineral berkhasiat “Al-Azhar”, unit usaha distribusi abaya, dan unit usaha pokok. Dari keempat unit usaha tersebut laba bersih rata-rata pertahunnya mencapai + 1 milyar. Dari hasil Koperasi PPM Al-Azhar tersebut dialokasikan pada pengembangan financial pesantren. Faktor pendorong dalam pengembangan Koperasi PPM Al-Azhar Gresik adalah Pengasuh Pesantren memberikan keleluasaan untuk mengoperasionalkan jalannya perekonomian di Koperasi PPM Al-Azhar Gresik. Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan Kopontren adalah kurangnya perhatian Pengurus Pesantren dengan keberadaan dan perkembangan koperasi, karena disibukkan oleh kepentingan lain.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diharapkan untuk kedepannya Kopontren bisa menambah beberapa unit usaha untuk meningkatkan financial
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM………... i
PERNYATAAN KEASLIAN……...……… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING….……… iii
PENGESAHAN SKRIPSI ……….... iv
DAFTAR TRANSLITERASI………...…. xii
DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii
DAFTAR TABEL……….. xiv
DAFTAR GAMBAR………. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…..……….…... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah……….……... 10
C. Rumusan Masalah……….……... 11
I. Sistematika Pembahasan………. 27
BAB II STRATEGI, MANAJEMEN, KEWIRAUSAHAAN DAN KOPERASI A. Strategi………...….. 29
B. Manajemen………...….….. 33
C. Kewirausahaan………..……….……. 40
BAB III STRATEGI MANAJEMEN KOPERASI PONDOK PESANTREN MODERN AL-AZHAR GRESIK
A. Gambaran Umum Koperasi PPM Al-Azhar Gresik... 63
B. Strategi Manajemen Koperasi PPM Al-Azhar Gresik…. 79 BAB IV ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN KOPERASI PONDOK PESANTREN MODERN AL-AZHAR GRESIK SEBAGAI UNIT BISNIS DALAM UPAYA PENGEMBANGAN FINANCIAL A. Analisis Strategi Manajemen PPM Al-Azhar Gresik... 89
B. Analisis Upaya Koperasi PPM Al-Azhar Gresik Sebagai Unit Bisnis dalam Pengembangan Financial... 93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 101
B. Saran... 103
DAFTAR PUSTAKA... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
2
jauh. Ketiga, Pondok Pesantren yang disamping memiliki kedua pola tersebut di atas dengan sistem weton dan sorogan, juga telah menyelenggarakan sistem pendidikan formal seperti madrasah. Keempat, Pondok Pesantren yang selain memiliki komponen-komponen fisik (seperti masjid dan asrama), pesantren juga memiliki sarana sebagai suatu tempat pendidikan keterampilan seperti peternakan, pertukangan, sawah/ladang, koperasi dan sebagainya, koperasi merupakan salah satu dari tanda perkembangan sebuah pesantren. Kelima, Pondok Pesantren yang memiliki pola keempat tersebut, ataupun dengan bangunan-bangunan seperti perpustakaan, dapur umum, ruang makan, kantor administrasi, toko, dan lain sebagainya.1
Keberadaan gerakan koperasi di kalangan pesantren sebenarnya bukanlah cerita baru, sebab pendiri koperasi pertama di bumi nusantara adalah Patih Wiriatmadja, seorang muslim yang sadar dan menggunakan dana masjid untuk menggerakan usaha simpan pinjam dalam menolong jama’ah yang membutuhkan dana. Tumbuhnya gerakan koperasi di kalangan santri merupakan salah satu bentuk perwujudan dari konsep ta’awun (saling menolong), ukhuwwah (persaudaraan), tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu) dan berbagai aspek ajaran Islam lainnya.2
1
Marwan Saridjo, et.al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Dharma Bhakti, 1979), 10.
2
3
Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-hari yang mereka butuhkan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan kerjasama yang akan berlangsung terus, oleh sebab itu, dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama itu.3 Bentuk
kerjasama tersebut mewujudkan pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan tersebut merupakan bentuk pembangunan manusia seutuhnya yang dilakukan bersama-sama dengan tujuan untuk mewujudkan Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut sesuai dengan isi Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Di dalam Penjelasan UUD 1945 tersebut diungkapkan bahwa membangun usaha yang sesuai adalah koperasi.4
Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan pelaksanaan tujuan di atas. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat mengumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama agar
4
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.
Ninik Widiyanti berpendapat bahwa koperasi bersifat terbuka untuk umum. Setiap orang tanpa memandang golongan, aliran, kepercayaan atau agama orang itu, dapat diterima sebagai anggota koperasi. Koperasi memang merupakan salah satu wadah persatuan orang-orang yang miskin dan lemah ekonominya, untuk bekerjasama memperbaiki nasib dan meningkatkan taraf hidup mereka.5
Pernyataan ini sesuai dengan asas usaha Koperasi Pondok Pesantren yang notabenenya koperasi yang berlandaskan syari’ah Islam yakni, berdasarkan konsep gotong royong dan tidak dimonopoli oleh salah satu orang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama rata dan proporsional. Asas tersebut telah sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat Al-maidah ayat 2 :
ۖ
ۚ
ۖ
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
5
5
Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-maidah: 2).6
Berdasarkan pada ayat al-Qur’an di atas kiranya dapat dipahami bahwa tolong-menolong dalam kebajikan dan dalam ketakwaan dianjurkan oleh Allah. Koperasi merupakan tolong-menolong, kerjasama, dan saling menutupi kebutuhan. Menutupi kebutuhan dan tolong-menolong dalam kebajikan adalah salah satu wasilah untuk mencapai ketakwaan yang sempurna.
Penelitian akan keberadaan pesantren baik sebagai wadah pelatihan
skill maupun sebagai unit bisnis dalam sebuah lembaga pendidikan, menjadi suatu keniscayaan. Catatan positif tentang koperasi adalah jumlah kelahiran koperasi baru yang terus bertambah. Namun demikian, fenomena ini justru diiringi penambahan yang lebih besar jumlah koperasi yang tidak aktif, termasuk di antaranya mati atau tidak berjalan lagi. Permasalahan klasik yang sering dihadapi koperasi adalah masalah organisasi dan manajerial, permodalan, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang mengelola.7
Oleh karena itu, Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) harus memiliki nilai tambah. Strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan inovasi terhadap usahanya. Inovasi terhadap produk atau jasa yang dihasilkan,
6
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:Diponegoro 2005), 106.
7
6
sehingga yang ditawarkan oleh Koperasi Pondok Pesantren adalah sesuatu yang khas dan unik untuk memperbanyak peluang usaha lainnya.
Bila suatu koperasi mempunyai keunggulan dalam menawarkan produk kepada anggotanya dibanding dengan nonkoperasi, maka dengan sendirinya anggota akan bertransaksi lewat koperasi. Demikian halnya dengan Koperasi Pondok Pesantren, jika Koperasi Pondok Pesantren mempunyai keunggulan dalam menawarkan alternatif investasi kepada investor, maka investor akan menanamkan dananya kepada Koperasi Pondok Pesantren. Oleh karena itu, strategi dalam pengelolaan Koperasi Pondok Pesantren sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.
7
Romadhon 1432 H, yang menempati area tanah wakaf seluas 562 m2, dengan bangunan yang terdiri dari 7 lantai, dan masing-masing blok terdapat ruang kelas, asrama santri, dapur, koperasi, dan lain-lain.
Meskipun menurut usia Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik terbilang muda, akan tetapi terus berusaha untuk meningkatkan perkembangan di segala bidang. Awal mula kegiatan pendidikan yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik adalah kegiatan pengajian rutin Jama’ah Majelis Ta’lim Nurul ‘Izzah, kemudian Pondok Pesantren Modern Al-Azhar ini mengembangkan metode tercepat menghafal al-Qur’an 30 Juz dalam waktu 40 hari, yang saat ini program tersebut sedang diikuti oleh 250 orang santri dan telah mewisuda 22 santri pada angkatan pertamanya,8 serta mewisuda 155 santri hafidzul Qur’an di angkatan
keduanya pada tanggal 18 Juli 2016.
Seiring dengan perkembangan zaman yang penuh dengan kompetisi, para santri tidak hanya dibekali dengan pengetahuan religi saja, namun, mereka juga dibekali dengan keahlian berwirausaha. Bidang kewirausahaan santri Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik telah terbina sejak beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2012, di mana Pondok
8
Chusnul Cahyadi, “Tingkatkan Memori Santri secara Ilmiah dan Nonilmiah”,
8
Pesantren Modern Al-Azhar Gresik berhasil mendirikan sebuah Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) dengan nama Koperasi PPM Al-Azhar Gresik.
Pada tahun 2008, Kabupaten Gresik merupakan penerima Piagam Penghargaan sebagai Penggerak Koperasi dengan Klasifikasi A atau sangat baik dari Menteri Koperasi Surya Dharma Ali yang diserahkan melalui Gubernur Jawa Timur. Kepala Kantor Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Gresik, Budy Agustomo menjelaskan, Kabupaten Gresik menerima Piagam Penghargaan Koperasi karena berhasil menghidupkan koperasi, khususnya dalam penguatan modal, itu terlihat dari pesatnya perkembangan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren),9 dan perkembangan Kopontren ini terjadi juga
pada Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik yang pada mulanya bermodalkan sangat minim, namun saat ini, telah berkembang pesat dan telah mampu melebarkan sayapnya. Hal ini dapat dilihat dari didirikannya Koperasi PPM Al-Azhar Gresik II di daerah Suci-Manyar-Gresik, di mana koperasi ini tidak hanya menyediakan kebutuhan santri saja, melainkan juga menyediakan kebutuhan untuk masyarakat luar Pondok Pesantren, mulai dari kebutuhan sehari-hari, perabotan rumah tangga, hingga bahan-bahan bangunan. Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik adalah suatu organisasi masyarakat (santri beserta pengelola pesantren) yang sekaligus berfungsi sebagai sarana melatih keterampilan para santri dalam
9
9
berwirausaha, yang kemudian disambung dengan usaha-usaha lain yang dapat memenuhi kebutuhan warga Pondok Pesantren maupun diluar Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
10
dengan berkembangnya fasilitas pembelajaran tersebut, memacu juga perkembangan pesantren dibidang non fisik. Dengan demikian, Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik mempunyai andil besar dalam membantu pengembangan financial pesantren, baik dibidang fisik maupun non fisik, terutama dibidang pembangunan Pondok Pesantren. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai strategi manajemen koperasi dalam upaya pengembangan financial di lingkungan Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah, seperti :
1. Keberadaan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) yang menjadi salah satu dari tanda perkembangan sebuah pesantren.
2. Peran gerakan koperasi dikalangan santri dalam mewujudkan aspek ajaran Islam.
3. Ketetapan pemerintah menjadikan koperasi sebagai tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat.
4. Konsep Koperasi Pondok Pesantren sebagai koperasi yang berlandaskan syari’ah Islam.
11
6. Strategi manajemen Kopontren dalam upaya pengembangan financial
Pondok Pesantren.
7. Kontribusi Kopontren terhadap pengembangan pesantren dibidang fisik maupun non fisik.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah, sehingga penelitian tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Untuk itu penulis akan membatasi masalah yakni hanya akan menjawab permasalahan pada nomor enam dan tujuh, yaitu fokus pada masalah strategi manajemen Koperasi Pondok Pesantren dalam upaya pengembangan financial pesantren.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana strategi manajemen Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik ?
2. Bagaimana upaya koperasi sebagai unit bisnis dalam pengembangan
financial Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik ?
12
D. Kajian Pustaka (Review Kajian Terdahulu)
Review kajian terdahulu diperlukan untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang sama, serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu. Dari penelitian terdahulu ditemukan hasil penelitian sebagai berikut, di mana masing-masing peneliti mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam penelitian mereka.
1. “Strategi Pusat Koperasi Syariah dalam Upaya Pengembangan Koperasi Primer Syariah” (Studi pada Pusat Koperasi Syariah Sakinah Cianjur Jawa Barat).10 Pada skripsi ini dibahas mengenai peran dan upaya Pusat
Koperasi Syariah Sakinah dalam pengembangan koperasi-koperasi syariah sebagai mitranya untuk mengahadapi persaingan dengan koperasi simpan pinjam yang tidak menjadi mitra Puskopsyah. Berbeda dengan skripsi di atas, pada skripsi ini penulis membahas kinerja Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik dari sisi strategi, program dalam mengembangkan financial pada Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
13
2. “Strategi Pengelolaan Usaha Koperasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik”.11 Pada skripsi
ini dibahas mengenai bagaimana strategi pengelolaan usaha dari segi pemasaran produknya yang diterapkan di Koperasi Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Gresik, dan hubungan dengan judul skripsi ini adalah peneliti mencoba untuk mengembangkan dan melanjutkan penelitian tentang strategi pengelolaan dalam upaya pengembangan
financial di Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
E. Tujuan Penelitian
Memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui strategi manajemen yang dilakukan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
2. Mengetahui upaya koperasi sebagai unit bisnis dalam pengembangkan
financial Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
14
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoretis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan atau referensi bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan bagi jurusan Ekonomi Syari’ah pada umumnya, khusunya pada grand teori Manajemen Strategi, serta sebagai pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan mahasiswa Ekonomi Syari’ah, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai perbandingan yang diterapkan secara nyata.
15
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan tentang makna operasional yang ada dalam judul penelitian ini, yang nantinya akan dijadikan sebagai landasan pada pembahasan selanjutnya. Pemilihan definisi operasional yang tepat mempunyai perspektif yang baik untuk mencapai kesuksesan penelitian dan agar peneliti tidak multi tafsir terhadap permasalahan-permasalahan yang akan diteliti.
1. Strategi Manajemen
Strategi menurut bahasa adalah untuk mencapai suatu maksud.12
Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan proses atau perencanaan dari Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik untuk menentukan tujuan dalam memenuhi misinya, yakni sebagai koperasi berlandaskan syariah yang berbeda dengan koperasi lainnya.
Manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap anggota Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik untuk mencapai tujuan dari strategi yang dikehendaki. Jadi yang dimaksud strategi manajemen dalam penelitian ini adalah gambaran strategi keseluruhan dari Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik yang diterapkan dalam empat fungsi meliputi
16
planning (perencanaan), controlling (pengawasan), actuating (perintah), dan organizing (pengorganisasian).
2. Koperasi
Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik merupakan jenis koperasi produksi dan distribusi. Koperasi PPM Al-Azhar Gresik ini merupakan koperasi produksi karena memiliki produksi air mineral berkhasiat “Al-Azhar” sebagai unit usaha utamanya. Di samping memiliki produksi sendiri, Koperasi PPM Al-Azhar Gresik ini juga mendistribusikan produk-produk anggota dan masyarakat, sehingga tergolong juga sebagai koperasi distribusi.
3. Financial
Financial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keuangan pesantren, yakni meliputi perputaran dan pengelolaan uang dari pihak Kopontren kepada pihak Pondok Pesantren. Hal tersebut dilakukan dengan mengelola, meningkatkan, dan mengalokasikan keuangan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik untuk perkembangan pesantren baik dibidang fisik maupun non fisik.
H. Metode Penelitian
17
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang berusaha mengetahui strategi pengelolaan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
Definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut pendekatan ini, penelitian diarahkan pada latar dan individu tersebut secara (holistic) utuh. Tetapi, perilaku memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.13 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis (deskriptif)
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang diakumulasikan data dasar dalam cara deskriptif.14 Atau data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif yang dijadikan kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Laporan hasil penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
Oleh karena itu, peneliti mengunakan pendekatan penelitian kualitatif dari jenis deskriptif untuk memberikan gambaran yang utuh, yaitu tentang bagaimana strategi pengelolaan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik dalam upaya pengembangan financial pesantren.
18
1. Data yang dikumpulkan
Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah data yang berkaitan dengan sejarah dan latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, program kerja koperasinya, struktur organisasi, unit-unit usaha Koperasi PPM Al-Azhar Gresik, serta strategi manajemen yang digunakan Koporasi PPM Al-Azhar Gresik. Data-data di atas peneliti dapatkan dari sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.15 Menurut
Lofland, sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.16 Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah :
a) Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh dari informan, yaitu orang – orang yang dapat memberikan informasi tentang segala hal mengenai penelitian di Koperasi Pondok Pesantren Al-Azhar Gresik. Adapun sumber data tersebut terdiri dari: pertama, sumber data berupa orang (person), yaitu Kiai Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik dan Ketua Koperasi dan Pengurus Koperasi Pondok Pesantren
15
19
Modern Al-Azhar Gresik serta beberapa santri selaku anggota dari koperasi. Kedua, sumber data berupa tempat (place) misalnya sarana prasarana koperasi, aktivitas dan kinerja pengurus dan anggota serta keadaan lokasi penelitian. Dan yang ketiga, sumber data berupa simbol (paper), yaitu dokumen-dokumen koperasi seperti program kerja dan perjalanan koperasi, struktur koperasi, jadwal kegiatan belajar mengajar, dan pembagian tugas mengajar guru dan beberapa catatan lainnya.
b) Sumber data skunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari dokumen, baik internet, televisi, makalah-makalah, koran, majalah dan lain sebagainnya yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian.
3. Subjek Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah Kiai Pondok Pesantren Moderen Al-Azhar Gresik sebagai pengasuh sekaligus pendiri dari Pondok Pesantren, kemudian ketua koperasi, pengurus serta anggota dari Koperasi Pondok Pesantren Moderen Al-Azhar Gresik.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.17 Sedangkan pengumpulan data adalah
prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan,
17
20
sehingga selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Interview (wawancara)
Interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).18
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.19
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deep interview (wawancara mendalam) dengan pendekatan yang menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.
18
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 234.
21
Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Petunjuk ini mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara sebenarnya.20
Metode ini penulis gunakan untuk mencari informasi tentang gambaran singkat sejarah berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik dan Koperasi Pesantrennya, strategi manajemen Kopontren, serta faktor pendukung dan penghambat kinerja Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
b. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan sistematika fenomena yang ada.21 Observasi yaitu cara
pengumpulan data melalui proses pencatatan perilaku subjek (orang),
20 Lex J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif …, 136. 21
22
objek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.22
Peneliti menggunakan metode observasi agar dapat melihat secara langsung kondisi Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, yaitu keadaan atau suasana Koperasi Pesantren, unit usaha Koperasi Pesantren, barang-barang yang tersedia untuk kebutuhan santri dan anggota, serta keadaan sarana dan prasarana Koperasi Pondok Pesantren Moderen Al-Azhar Gresik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.23 Menurut Irawan studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian.24
Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara cenderung
22 Anwar Sanusi, Metode Penelitian Praktis untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi, (Malang: Buntara Media, 2003), 97-98.
23
merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, struktur kepengurusan Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, visi dan misi, program kerja Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, sarana dan prasarana, keadaan dan jumlah pengurus serta anggota.
5. Teknik Pengolaan Data (Uji Validitas)
Uji Validitas merupakan pembuktian bahwa apa yang telah dialami oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada. Untuk mengetahui keabsahan data peneliti menggunakan beberapa teknik, antara lain:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
24
Peneliti dalam hal ini membandingkan pendapat informan yang satu dengan yang lainnya agar keabsahan data tersebut benar-benar terjamin.
Triangulasi Teknik : Peneliti mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara dicek dengan observasi atau dokumentasi, ketika terjadi perbedaan data diantara sudut pandang tersebut, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
25
b. Kecukupan Referensial
Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.25
Peneliti dalam hal ini menggunakan tape-recorder sebagai alat perekam yang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul. Jadi, bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu-waktu diadakan analisis data.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitiatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasian data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.26
Proses analisa data ini dimulai dengan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu: wawancara, observasi dan dokumentasi yang
25 Ibid., 181.
26
pernah ditulis dalam catatan lapangan, yang selanjutnya diklarifikasikan sesuai dengan deskripsi kualitatif yang menggambarkan kondisi latar penelitian yang diperoleh di lapangan dituangkan sekaligus pengukuran pendapat, rumusan-rumusan atau hukum-hukum teoritik yang dibangun.
Dipihak lain, analisis data kualitatif, prosesnya berjalan sebagai berikut :
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.27
Untuk langkah selanjutnya dari data yang telah terkumpul dan selanjutnya dilakukan ialah mengola data tersebut secara induktif yaitu menyimpulkan teori dari data. Pengelolaan data tersebut menggambarkan kondisi riil akan lapangan atau objek yang diteliti dengan bentuk penulisan. Hal tersebut tentu saja berlandaskan kepada teori-teori yang telah disebutkan di atas, yaitu antara lain menggambarkan atas kondisi lapangan melalui proses
27
wawancara langsung dengan pihak Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik.
I. Sistematika Pembahasan
Penelitian yang akan dijadikan laporan penelitian ini, peneliti menyusun menjadi 5 bab dan sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan diuraikan bab per bab sebagai berikut:
Bab pertama berisi tentang apa yang menjadi landasan pemikiran dalam penulisan penelitian ini yang dituangkan dalam pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
28
Bab ketiga berisi tentang penyajian data gambaran secara umum Koperasi Pondok Pesantren Modern Al-Azhar. Hal ini dianggap penting karena Kopontren tersebut yang menjadi objek dan sasaran dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan dipaparkan sejarah singkat Pondok Pesantren Modern Al-Azhar Gresik, gambaran umum Kopontren Al-Azhar Gresik, strategi manajemen Kopontren, dan upaya Kopontren dalam pengembangan financial
pesantren.
Bab keempat berisi tentang analisis terhadap data penelitian yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, yaitu berisi tentang jawaban atas rumusan masalah penelitian berdasarkan data yang dihasilkan selama penelitian. Selanjutnya dipaparkan temuan penelitian yang merupakan hasil dari analisis data tersebut.
29
BAB II
STRATEGI, MANAJEMEN,
KEWIRAUSAHAAN DAN KOPERASI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Banyak ahli telah menggunakan definisi strategi dengan sudut
pandang yang berbeda-beda, namun, pada dasarnya kesemuanya
mempunyai makna yang sama yakni pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien. Strategi ini merupakan rencana besar dan rencana penting
setiap organisasi yang dikelola secara baik walapun tidak dinyatakan
secara eksplisit. Diantara para ahli yang merumuskan tentang definisi
strategi adalah :
a) Menurut Alfred Chandler strategi adalah penetapan sasaran dan
arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
b) Menurut Kennet Andrew strategi adalah pola sasaran, maksud atau
tujuan kebijakan, serta rencana. Rencana penting untuk mencapai
30
tujuan, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis
yang dianut dan jenis atau menjadi jenis apa perusahaan itu.28
Dari definisi strategi yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa strategi ialah : proses dimana untuk
mencapai suatu tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk
berinteraksi pada suatu persaingan guna mencapai tujuan. Strategi
dibutuhkan oleh semua perusahaan atau organisasi termasuk lembaga
keuangan syariah dan bahkan diperlukan oleh individu dalam
mencapai tujuan, karena dengan adanya strategi yang dibuat atau
direncanakan akan mudah untuk mencapai suatu sasaran yang
diperlukan.
Ada beberapa alasan tentang pentingnya strategi dalam
perusahaan atau organisasi yaitu :
1) Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.
2) Membantu perusahaan atau organisasi beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
3) Membuat perusahaan atau organisasi menjadi efektif.
4) Mengidentifikasi keunggulan komperatif suatu perusahaan atau
organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko.
31
5) Aktifitas yang tumpang tindih akan dikurangi.
6) Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
7) Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
8) Kegiatan pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan
perusahaan atau organisasi tersebut untuk mencegah munculnya
masalah di masa yang akan datang.29
2. Model-Model Pembuatan Strategi
Henri Minntz Berg dari Universitas Mc.Gill dalam artikel “tiga
model pembuatan strategi”30 tahun 1973, telah meneliti proses
pembuatan strategi dalam ekonomi kebijakan publik dan manajemen
ia menyimpulkan ada 3 model pembuatan strategi yaitu :
a) Model Entrepreneur (Entrepreneur Mode)
Dalam model ini pimpinan (CEO) sangat aktif mencari
peluang-peluang baru, sehingga pimpinan yang mempunyai
kekuatan dalam bisnis, berani mengambil resiko tinggi dalam
saat-saat krisis dari pada hanya mengandalkan pada alternatif yang
aman. Model ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang masih
muda atau kecil dengan tujuan utama dalam pertumbuhan.
29
Agustini Sri Wahyudi, Manajemen Strategi, (Jakarta : Binapura Aksara, 1996), 19.
32
b) Model Penyesuaian (Adative Mode)
Model ini dicirikan oleh pembuatan strategi sebagai reaksi
timbulnya suatu masalah, sehingga pembuatan strategi harus
fleksibel dan mudah beradaptasi pada lingkungan yang dinamis
dan kelompok.
c) Model Perencanaan (Planning Mode)
Model ini menitik beratkan pada analisa sistematis yang
dilakukan berdasarkan analisa biaya dan keuntungan perencanaan
strategi jangka panjang dibuat pada saat lingkungan berada pada
keadaan yang stabil. Tujuan perusahaan menganut model ini
adalah efisiensi pertumbuhan.
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi digunakan untuk mengetahui keberhasilan
sebuah strategi. Setelah implementasi dijalankan maka kemudian
dipelajari kembali dimana letak keberhasilannya serta dimana letak
kesalahannya dari sebuah formulasi strategi. Kemudian evaluasi
strategi juga diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan formulasi strategi di periode selanjutnya.31
33
B. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen ini sulit didefinisikan karena dalam
kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara
universal. Manajemen dapat didefinisikan dengan berbagai rumusan
tergantung kepada cara pandang si pembuat definisi.32
Definisi manajemen yang diberikan oleh para ahli, yaitu
sebagai berikut : Orday Tead, dalam buku “The Art Administration”:
menyatakan bahwa management is process agency wich direct and
guides operation of organization in the realizing of established aims
(manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta
membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan).33 Sedangkan John D. Millet, buku
“Management in the public service” menyatakan bahwa management
is the process of directing and facilitating the work of people
organized in formal group to achieve a desired end (manajemen ialah
proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan
orang-orang yang terorganisir kelompok formil untuk mencapai suatu
tujuan yang dikehendaki.34
32 Efendy, E, M, Manajemen, (Jakarta : Bhatara Karya Aksara, 1986), 20.
34
John M. Pfiffner, dalam bukunya “Public Administration”
menyatakan bahwa management is concernedwith the direction of
these individuals and function to achieve ends previously determined
(manajemen bertalian dengan pembimbingan orang-orang dan
fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya).35
2. Tujuan Manajemen
Pada umumnya setiap aktifitas atau kegiatan selalu mempunyai
tujuan yang ingin dicapai, seperti halnya tujuan individu maupun
organisasi. Tujuan individu ingin memenuhi kebutuhan secara batiniah
maupun rohani. Sedang organisasi menginginkan laba atau pelayanan
atau pengabdian melalui proses manajemen itu sendiri.
Menurut G. R. Terry tujuan adalah hasil yang diinginkan yang
melalui sikap yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha
seorang manajer.
Tujuan yang diinginkan selalu ditetapkan dalam suatu rencana
(plan), oleh karena itu hendaknya tujuan ditetapkan dengan jelas,
realistis, dan cukup menantang, maka usaha-usaha untuk mencapainya
cukup besar. Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau
terlalu muluk, maka motivasi untuk mencapainya rendah.
35
Tujuan ini dapat kita kaji dari beberapa sudut dan dibedakan
sebagai berikut :
a) Menurut tipe-tipenya, tujuan dibagi atas :
1) Provit Objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi
pemiliknya.
2) Service Objectives, bertujuan untuk memberikan pelayanan
yang baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang
dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
3) Social Objectives, bertujuan meningkatkan nilai guna yang
diciptakan perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat.
4) Personal Objectives, bertujuan agar para karyawan secara
individual economic social psychological mendapat kepuasan
di bidang pekerjaan dalam perusahaan.
b) Menurut prioritasnya :
1) Tujuan primer
2) Tujuan skunder
3) Tujuan individual
4) Tujuan jangka pendek
c) Menurut jangka waktunya :
1) Tujuan jangka panjang
2) Tujuan jangka menengah
36
d) Menurut sifatnya :
1) Manajemen Objectives, tujuan dan segi efektif yang harus
ditimbulkan oleh manajer.
2) Manajerial Objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya
kreativitas-kreativitas yang bersifat manajerial.
3) Administrative Objectives, tujuan-tujuan yang pencapaiannya
memerlukan administrasi.
4) Economic Objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi
untuk mencapainya.
5) Social Objectives, tujuan suatu tanggung jawab terutama
tanggung jawab normal.
6) Tehnical Objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja
dan detail karya.
7) Work Objectives, yaitu tujuan-tujuan merupakan kondisi
kemampuan suatu pekerjaan.
e) Menurut tingkatnya :
1) Overall Enterprise Objectives adalah tujuan semesta yang
harus dicapai oleh badan usaha secara keseluruhan.
2) Divisional Objectives adalah tujuan yang harus dicapai oleh
37
3) Individual Objectives adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
oleh masing-masing individu.
f) Menurut bidangnya :
1) Top Level Objectives adalah tujuan-tujuan umum, menyeluruh,
dan menyangkut berbagai bidang sekaligus.
2) Finance Objectives adalah tujuan-tujuan tentang modal.
3) Production Objectives adalah tujuan-tujuan tentang produksi.
g) Menurut motifnya :
1) Public Objectives adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang negara.
2) Organizational Objectives adalah tujuan-tujuan yang harus
dicapai berdasarkan anggaran dasar, anggaran rumah tangga.
3) Personal Objectives adalah tujuan pribadi atau individual
walaupun mungkin berhubungan dengan organisasi yang
dalam usaha pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh selera
ataupun pandangan pribadi.36
3. Fungsi Manajemen
Selama kurang lebih tiga seperempat abad ini pandangan
fungsional melandasi pendekatan yang paling terkenal untuk
menggambarkan apa yang dilakukan oleh manajer. Pada tahun 1916,
36 Melafu S. P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara,
38
Henry Fayol, industriawan Prancis sebagai pelopor pendekatan
fungsional mengemukakan ilmu sebagai fungsi manajemen sekaligus
menandai urutan proses manajemen, yaitu planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), command (perintah), coordination
(koordinasi) dan control (pengawasan).37
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi dan penentu strategi, kebijakan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.38
2) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang
mengelola orang dan memberikan tugas, menjalankan tugas,
menjalankan tugas misi, karena terbatasnya kemampuan seseorang
dan meningkatnya volume pekerjaan dalam suatu perusahaan yang
bertumbuh, perlu adanya pembagian kerja yang jelas agar
memperoleh hasil yang maksimal.39
37 Zaini Mochtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta : Al-Amin Press, Cet.I, 1996),
38
39
3) Penyusunan (staffing)
Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan
(recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan
pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif.
4) Pengarahan (leading)
Fungsi pengarahan secara sederhana adalah untuk membuat
atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan,
dan harus mereka lakukan.
5) Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara untuk
menjamin bahwa rencana dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Pengawasan disini juga dapat positif maupun negatif.
Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan
organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Pengawasan
negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak
diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.40
4. Pentingnya Manajemen
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi. Semua usaha
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit apabila tanpa
manajemen. Ada 3 alasan utama diperlukannya manajemen :
40
a. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan
pribadi.
b. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan,
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.
c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, suatu organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda salah satu cara yang
umum adalah efisiensi dan efektivitas.
Pada mulanya manajemen tumbuh dan berkembang di
kalangan industri dan perusahaan (business), akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya ternyata sangat diperlukan dan bermanfaat
bagi setiap usaha di berbagai bidang. Pada zaman modern sekarang ini
boleh dikatakan tidak ada suatu usaha kerjasama manusia untuk
mencapai tujuan tertentu yang tidak mempergunakan manajemen.41
C. Kewirausahaan
1. Pengertian Usaha
Pada tahap awal berdirinya suatu perusahaan, selain
dibutuhkan tersedianya sumber daya atau faktor produksi juga
diperlukan adanya jiwa kewirausahaan yang tangguh dari
pengelolaannya. Kewirausahaan atau dulu juga disebut
41
kewiraswastaan merupakan suatu profesi yang timbul karena interaksi
antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal
dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerja
yang diberikan dalam praktek.
Menurut Siswanto Sudomo, kewirausahaan adalah segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, dan oleh karena itu
dapat diartikan sebagai :
1) Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh seorang wirausaha.
2) Kemampuan-kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang
wirausaha.
3) Tindakan atau kegiatan yang dimiliki oleh seorang wirausaha.
4) Hasil karya atau dampak tindakan yang dilakukan oleh seorang
wirausaha.42
Menurut Abdullah Gymnastiar yang tekenal dengan panggilan
Aa Gym, seorang muballigh dan juga pengusaha sukses menjelaskan
bahwa wirausaha (entrepreneur) adalah kemampuan kita untuk
mengcreate atau menciptakan manfaat dari apapun yang ada dalam diri
kita dan lingkungan kita.43
42 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis …, 40.
43
42
2. Unsur Wirausaha
Wiraswasta sesungguhnya mencangkup beberapa unsur penting
yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan tidak lepas dalam
kehidupan sehari-hari yaitu :
1) Unsur pngetahuan atau unsur kognitif menciptakan tingkat
penalaran (reasoning) yang dimiliki oleh seseorang, yaitu tingkat
kemampuan berfikir seseorang yang umumnya lebih banyak
ditentukan oleh tingkat pendidikannya baik pendidikan formal
maupun nonformal.
2) Keterampilan atau unsur psikomotorik lebih berasosiasi pada fisik
anggota badan, terutama bagian badan, tangan, kaki dan mulut
(suara) untuk kerja dan berkarya. Tingkat keterampilan seseorang
akan makin tinggi karena ada ulangan kerja. Penguasaan
keterampilan yang baik dan jelas akan memberikan lapangan kerja
dan penghasilan yang baik bagi yang bersangkutan selain juga
memberikan kepercayaan diri yang tinggi.
3) Unsur kewaspadaan merupakan panduan unsur kognitif dan sikap
mental terhadap sesuatu yang akan datang, kewaspadaan adalah
pemikiran atau rencana tindakan seseorang terhadap sesuatu yang
mungkin atau diduga akan dialaminya.44
43
3. Langkah-Langkah Memulai Usaha
1) Empat Langkah Memulai Usaha
Menurut Sri Bramantara Abdinagoro, seseorang pengamat
bisnis dan juga seorang entrepreneur, untuk memulai usaha bisnis
sendiri, calon pengusaha biasa menggunakan titian empat langkah
yang di rumuskan dengan huruf : A + C + T = ACT
(1) Langkah pertama adalah A : Amati, ide bisnis dapat dimulai
dengan pengamatan.
(2) Langkah kedua adalah C : Cermati, jika menurut pikiran anda
ide tersebut memungkinkan untuk ditindaklanjuti, maka
cermati lebih dalam lagi seluk beluknya.
(3) Langkah ketiga adalah T : Tetapkan Hati, langkah ini saatnya
anda membulatkan tekat dan siap menjalankan bisnis,
walaupun dalam skala yang sangat kecil.
(4) Langkah keempat adalah ACT : Action atau Aksi, disinilah
anda memulai melaksanakan ide itu atau khayalan yang telah
ditulis dalam perencanaan bisnis.
A’a Gym seorang mubaligh dan juga seorang
pengusaha sukses, selalu menyatakan : “kalau kita ingin mengubah
nasib dan ingin maju, maka kita harus melangkah dan berbuat
mulai sekarang, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan
44
2) Ikhtiar Do’a dan Tawakkal
Sebagai seorang entrepreneur atau wirausaha yang
beriman, tentu meyakini bahwa segala tergantung pada ketentuan
dan ketetapan Allah, takdir Allah memang di atas segalanya, tetapi
sudah tahukah kita mengenai tentang takdir Allah itu? Sering
orang mengatakan bahwa kondisi kemiskinannya sudah takdir,
padahal ia belum usaha secara maksimal, sikap demikian hanyalah
sikap pemalas yang bersembunyi dibalik takdir.
Ketika suatu usaha sudah mulai berjalan perlu kekuatan
spiritual untuk menjaga stabilitas usaha tersebut dalam hal ini bisa
digunakan prinsip IDT, yaitu :
(1) I = Ikhtiar, yaitu usaha yang kita lakukan dalam bentuk usaha
kerja keras dan berkesinambungan.
(2) D = Do’a, yaitu kerja yang diiringi do’a memohon karunia
Allah.
(3) T = Tawakkal, yaitu setelah kita lakukan bisnis dengan sebaik
baiknya, masalah hasilnya diserahkan kepada Allah yang
maha menentukan.45
3) Ketentuan yang Harus Dipenuhi
Ketika bisnis kita telah mulai berkembang dan
mengalami kemajuan, ada beberapa ketentuan yang harus
45
diperhatikan, agar bisnis kita berjalan dengan lancar sesuai dengan
peraturan, ketentuan tersebut meliputi badan hukum, keuangan,
dan masalah sumber daya manusia.46
a) Badan Hukum
Bentuk usaha merupakan landasan dalam mengelola
sebuah usaha, ini penting karena akan menunjukkan kemana
bisnis itu akan dibawa. Dalam memilih dan menentukan badan
hukum perlu di perhitungkan keuntungan dan kerugiannya.
b) Pembukuan
Masalah keuangan harus dikelola secara baik dan rapi,
setiap pengelolaan dan pemasukan harus dilakukan dengan
baik dan jelas.
c) Sumber Daya Manusia (SDM)
Kelangsungan hidup suatu usaha bergantung pada
sumber daya manusia (SDM) yang ada. Ada beberapa kriteria
khusus yang harus ada pada pekerja yang notabenenya organ
penggerak perusahaan yaitu jujur, dapat dipercaya,
komunikatif dan inovatif, sekecil apapun perusahaan apabila
ditangani oleh pekerja yang mempunyai kemampuan
berinovasi tinggi tentu akan lebih mudah berkembang
dibandingkan dengan karyawan yang hanya mengikuti atasan
46
saja, karena itu pengembangan SDM di lingkungan perusahaan
menjadi keniscayaan.47
D. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Bermacam-macam definisi yang diberikan para pakar koperasi,
dan apabila kita teliti lebih jauh lagi, maka tampak berkembang sesuai
perkembangan zaman.
a) Menurut Muhammad Hatta koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong-menolong.48
b) Menurut Arifinal Chaniago koperasi adalah suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang
memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar,
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha
untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.49
c) Menurut Dr.Fay koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan
berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan usaha
selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian
rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya
47 Ibid.
48 Sukamdiyo, Manajemen Koperasi, (Jakarta : Erlangga, 1996), 5.
47
sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan
pemanfaatan mereka terhadap organisasi.50
a. Sejarah Koperasi
Koperasi modern yang berkembang dewasa ini lahir pertama
kali di Inggris, yaitu di kota Rochdale pada tahun 1844.51
Pada tanggal 16 Desember 1895 Raden Ngabei Anawiriat
Madja Patih Purwokerto, bersama kawan-kawan, telah mendirikan
bank simpan pinjam untuk menolong sejawatnya para pegawai negeri
pribumi melepaskan diri dari cengkraman pelepas uang, yang dikala
itu merajalela. Bank simpan pinjam tersebut, semacam bank tabungan
jika dipakai istilah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perbankan, diberi nama “De Poer Ivokertosche Holp –
En Sepaar Bank Der In Landsche Hoofden”. Dalam bahasa Indonesia
artinya kurang lebih sama dengan simpan pinjam para “priyayi”
Purwokerto. Dalam bahasa Inggris (bagi generasi pasca Belanda) sama
dengan “Purwokerto Mutual Loan And Savings Bank Por Native Civil
Sevants”. Para pegawai (punggawa atau amtenaar) pemerintah
Colonial Belanda bisa disebut “Priyayi”, sehingga banknya disebut
50 Hendrojogi, Koperasi, Azas-Azas, Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000),
20.
48
“Bank Priyayi”. Gerakan patih Wiriat Madja ini mendapat dukungan
penuh Asisten Residen Purwokerto E.Sieburg.
Tidak lama E. Sieburg diganti oleh WPD Dc Wolf Van
Westerode yang baru datang dari Belanda, dan ingin menujukkan
cita-citanya menyediakan kredit bagi petani melalui konsep koperasi
Raiffesien. Koperasi tersebut adalah koperasi kredit yang dicetuskan
Friedrich Wilhelm Raiffesin (Jerman) yang dipelajari De Wolf Van
Westerode selama ia cuti di negara itu. De Wolf Van Westerode
memperluas jangkauan dan lingkup “De Poer Woker Torce Hulp En
Spaarbank Der Inlan Dsche Hoof Den” sampai ke desa-desa dan
mencakup pola kredit pertanian, sehingga pada tahun 1896 berdirilah
“De Poer Wokertosche Hulp, Spaar En Land Bouw Credit Bank” atau
bank simpan pinjam dan kredit pertanian tersebut dan sekaligus
sebagai perwujudan gagasan membangun koperasi, maka didirikanlah
lumbung-lumbung desa di pedesaan Purwokerto. Lumbung desa
adalah lembaga simpan pinjam para petani dalam bentuk bukan uang,
namun In-Natura (simpan padi, pinjam uang), maklum seabad yang
silam uang (tunai) teramat langka di pedesaan.
Perlu diingat Indonesia baru mengenal perundang-undangan
koperasi pada tahun 1915. Maka pada tahun 1895 badan hukum
koperasi belum dikenal di Indonesia. Pada tahun 1920, diadakan
49
Advisior Voor Volks. Credietwezen komisi ini diberi tugas untuk
menyelidiki apakah manfaat koperasi di Indonesia. Hasilnya
diserahkan pada bulan September 1921. Dengan kesimpulan bahwa
koperasi dibutuhkan untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Seiring
dengan perkembangan zaman dan tuntutan lingkungan strategis, maka
pada tahun 1927 dikeluarkanlah Pegeling Inlandede Cooperative
Vereenigingen (Sebuah peraturan tentang koperasi yang berlaku bagi
golongan bumi putra). Untuk menggiatkan koperasi yang diatur
menurut peraturan koperasi 1927. Pada akhir tahun 1930 didirikanlah
jawatan koperasi. Jawatan koperasi itu dipimpin oleh Prof. Jh Boeke.
Sejak lahirnya jawatan koperasi (1930-1934) masuk dalam lingkungan
departemen BB (departemen dalam negeri) kemudian pada tahun 1935
jawatan koperasi dipindahkan ke departemen EZ (departemen
kehakiman).
Pada tanggal 12 Juli 1947, diselenggarakan kongres gerakan
koperasi se-Jawa di Tasikmalaya. Dengan kongres tersebut,
diputuskan terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia yang disingkat SOKRI, menjadikan tanggal 12 Juli sebagai
hari jadi koperasi, serta menganjurkan diadakannya pendidikan
koperasi dikalangan pengurus, pegawai dan masyarakat. Dalam proses
perjuangan gerakan koperasi, pada tahun 1951 di Jawa Barat dan
50
sumber penerangan dan pendidikan bagi anggota koperasi. Di Jawa
Barat didirikan bank propinsi Jawa Barat yang dimaksudkan untuk
mengadakan pemusatan usaha dalam jasa keuangan bagi gerakan
koperasi di Jawa Barat.
Pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor.140 tentang penyaluran bahan pokok dan
menugaskan koperasi sebagai pelaksananya. Kemudain pada tahun
1961, diselenggarakan musyawarah nasional koperasi (MUSNASKO
I) di Surabaya untuk melaksanakan demokrasi terpimpin dan ekonomi
terpimpin. Sejak saat itu langkah-langkah mengelompokkan koperasi
mulai nampak.
Pada tahun 1965, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1965 dimana prinsip NASAKOM diterapkan pada
koperasi. Pada tahun itu juga dilaksanakan MUNASKOP II di Jakarta,
yang merupakan pengambilan alih koperasi kekuatan-kekuatan politik
sebagai pelaksanaan Undang-Undang baru perlu diketahui bahwa pada
tahun yang sama pula pada pemberontakan Gerakan Tiga Puluh
September yang digerakkan oleh partai komunis Indonesia (G30
S/PKI) yang berpengaruh terhadap perkembangan koperasi.
Pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian yang
51
Undang-Undang ini, semua koperasi wajib menyesuaikan diri dan
dilakukan penertiban koperasi. Keharusan menyesuaikan diri dengan
Undang-Undang tersebut mengakibatkan penurunan jumlah koperasi
dari sebagian 64.000 unit, selebihnya tidak dapat menyesuaikan diri.
Pada tahun 1992 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tersebut
disempurnakan dan diganti menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang perkoperasian.
Disamping Undang-Undang Nomor 25 tersebut, pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1995
tentang kegiatan usaha simpan pinjam oeh koperasi dalam usaha jasa
keuangan yang membedakan koperasi di sektor moneter dan sektor
ril.52
2. Azas-Azas Koperasi
Azas koperasi atau dalam bahasa inggrisnya disebut
Cooperative Principles ini berasal dari bahasa latin. Principium yang
berarti basis atau landasan dan juga mempunyai beberapa pengertian
yaitu sebagai cita-cita utama, kekuatan atau peraturan dari organisasi.
Menurut Muhammad Hatta dalam Almanak koperasi 1957-1958
membagi azas-azas Rochdale tersebut dalam dua bagian :
52
1) Dasar-Dasar Pokok :
(1) Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudian
pengelolaan dan tanggung jawab adalah berada ditangan
anggota sendiri.
(2) Dasar pemasaran hak suara.
(3) Tiap orang diperbolehkan menjadi anggota.
(4) Demokrasi ekonomi, keuntungan dibagi kepada anggota
menurut jasa-jasanya.
(5) Sebagian dari keuntungan diperuntukkan pendidikan anggota.
2) Dasar-Dasar Moral
(1) Tidak boleh dijual dan digadaikan barang-barang palsu.
(2) Harga barang harus sama dengan barang-barang setempat.
(3) Ukuran dan timbangan barang harus sama dan dijamin.
(4) Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan
hati orang untuk membeli diluar kemampuan.53
3. Tujuan Koperasi
Dalam bab II Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1992 dilakukan bahwa koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
53
mewujudkan masyarakat yang maju adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
4. Jenis Koperasi
Sesuai ketentuan yang terdapat dalam pasal 16 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 beserta penjelasannya
dikatakan bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan
dan kepentingan ekonomi anggotanya.” Penjelasan koperasi dapat
ditinjau dari berbagai sudut pendekatan antara lain sebagai berikut :54
1) Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, sesuai
dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal
jenis-jenis koperasi sebagai berikut :
a) Koperasi Konsumsi
b) Koperasi Produksi
c) Koperasi Jasa
d) Koperasi Distribusi (Pemasaran)
2) Berdasarkan golongan fungsional maka dikenal jenis koperasi
sebagai berikut:
a) Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
b) Koperasi Angkatan Darat (KOPAD)
c) Koperasi Angkatan Laut (KOPAL)
54 Muhammad Firdaus, Perkoperasian, Sejarah, Teori, dan Praktek (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002),
54
d) Koperasi Angkatan Udara (KOPAU)
e) Koperasi Angkatan Kepolisian (KOPOL)
f) Koperasi Pensiunan Angkatan Darat
g) Koperasi Pensiunan (KOPPEN)
h) Koperasi Karyawan (KOPLAR)
i) Koperasi Sekolah
3) Berdasarkan laporan usaha, maka dikenal beberapa jenis koperasi
antara lain sebagai berikut :
a) Koperasi Desa
b) Koperasi Konsumsi
c) Koperasi Pertanian
d) Koperasi Peternakan
e) Koperasi Perikanan
f) Koperasi Kerajinan/Industri
g) Koperasi Simpan Pinjam/Kredit
h) Koperasi Asuransi
i) Koperasi Unit Desa
5. Modal Koperasi
Koperasi sebagaimana dengan bentuk usaha kumpulan modal
bisa saja memilih usahanya berdasarkan kemungkinan untung yang
sebesar-besarnya. Akan tetapi, mengingat koperasi adalah bentuk
55
keuntungannya, untuk menunjang usaha mereka masing-masing atau
meningkatkan daya beli atas demokrasi usaha.
Modal koperasi berasal dari simpanan-simpanan pokok,
simpanan wajib, dan simpanan sukarela dari anggotanya,
pinjaman-pinjaman dan penyisihan. Penyisihan merupakan modal intern dan
ekstern yang sama-sama potensial guna membiayai usaha dan
pengembangan koperasi.
Modal intern berasal dari simpanan anggota dan sisa-sisa hasil
usaha yang dikhususkan sebagai cadangan. Modal ekstern berasal dari
simpanan atau pinjaman dari luar anggota yang jumlahnya akan
tergantung dari kepercayaan yang dapat dipupuk oleh koperasi itu
sendiri, kemudian masing-masing jenis simpanan tersebut dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 didefinisikan sebagai berikut :
1) Simpanan pokok adalah simpanan tertentu yang diwajibkan
kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu
seseorang masuk menjadi anggota koperasi tertentu, besarnya
sama untuk semua anggota simpan pinjam pokok ini tidak bisa
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota
, simpanan pokok ikut menanggung kerugian.
2) Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada
anggotanya untuk membayar kepada koperasi pada waktu tertentu.
56
koperasi menerima kredit dari koperasi, simpanan wajib ini tidak
ikut menanggung kerugian.
3) Simpanan sukarela diadakan oleh anggota sukarela yang
berdasarkan perjanjian atau perjanjian khusus. Simpanan sukarela
tersebut bisa saja diadakan, misalnya dalam rangka hari raya dan
simpanan untuk suatu jasa tertentu dimana pemiliknya diberikan
suatu imbalan jasa.55
Sedangkan penambahan modal dari luar dapat dilakukan asal
perbandingan antar modal sendiri dan modal dari luar ini tetap
menjamin adanya kemampuan membayar kembali tanpa
mengorbankan kekayaan (aset), koperasi dapat mencari tambahan
modal dari luar dalam bentuk pinjaman, antara lain adalah :
1) Pinjaman dari bank.
2) Pinjaman dari lembaga keuangan non bank.
3) Kredit dari perusahaan asing.
4) Hibah.
5) Pinjaman dari pihak ketiga.
6) Kredit levaransir.56
55 Hendrojogi, Koperasi, Azas-Azas …, 184.
56 Mochtar Effendy, Membangun Koperasi di Madrasah dan Pondok Pesantren, (Jakarta : Bina Karya