• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini di Desa Kenongo Tulangan Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini di Desa Kenongo Tulangan Sidoarjo."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

KEHARMONISAN PERNIKAHAN PEMUDA DEWASA DINI

DI DESA KENONGO TULANGAN SIDOARJO

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh: Mariyatin Iftiyah

F520915020

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Batas usia minimum yang berlaku pada Undang-Undang pernikahan di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara-negara lain. Karenanya tidak heran banyak pihak mendesak untuk mereformasi aturan batas minimum usia pernikahan. Melalui Pogram Pendewasaan Usia Pernikahan, pemerintah (BKKBN) berusaha untuk menaikkan batas minimum usia pernikahan. Dengan alasan Kesehatan reproduksi wanita serta meminimalisir banyaknya angka perceraian yang disebabkan oleh pernikahan di usia dini, yang dianggap para pemuda ini belum mencapai usia yang matang untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Dalam penelitian Tesis yang berjudul Keharmonisan Pernikahan Pemuda dewasa dini ini memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan terkait keharmonisan pernikahan, diantaranya adalah memberi gambaran terkait keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini, menjelaskan faktor-faktor yang mendukung keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini, dan strategi yang dilakukan oleh para pemuda dewasa dini untuk mewujudkan keharmonisan pernikahan.

Untuk menjawab permasalahan di atas, maka penulis melakukan penelitian kualitatif, melalui pendekatan fenomenologi. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan cara mengamati lingkungan dan kondisi temapt tinggal informan serta wawancara dengan informan. Dalam hal ini, informannya adalah 10 pasang pemuda (yang masih dalam usia dewasa dini).

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 15

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Tujuan Penelitian ... 16

E. Kegunaan Penelitian ... 16

F. Kerangka Teoritik ... 17

G. Penelitian Terdahulu ... 19

H. Metode Penelitian ... 21

I. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KAJIAN TEORI... 27

A. Tinjauan tentang Pernikahan ... 27

1. Pengertian Pernikahan ………... 27

2. Asas dan Prinsip Pernikahan ... 31

3. Tujuan Pernikahan ... 32

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Batas Usia Pernikahan Menurut Islam ... 35

2. Batas Usia Pernikahan Menurut Hukum Nasional ... 38

C. Pernikahan dini atau Pernikahan di bawah umur ... 45

D. Keharmonisan Pernikahan ... 47

1. Pengertian Keluarga Harmonis ... 47

2. Konsep Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah ... 50

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan ... 52

4. Proses Keluarga yang Harmonis ... 55

5. Kriteria Keluarga Harmonis ... 59

E. Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) ... 62

1. Pengertian PUP ... 62

2. Latar Belakang PUP ... 63

3. Materi PUP ... 64

F. Masa Dewas dini Menurut Hurlock ... 67

1. Pembagian Masa Dewasa ... 67

2. Pengertian Masa Dewasa Dini ... 68

3. Ciri-Ciri Masa Dewasa Dini ... 68

4. Kondisi-Kondisi yang mempengaruhi Minat pada Masa Dewasa Dini ... 73

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 74

B. Lokasi Penelitian ... 76

C. Jenis dan Sumber Data ... 77

D. Teknik Pengumpulan Data ... 81

E. Analisis Data ... 84

F. Validasi Data ... 85

BAB IV PAPARAN DATA ... 88

A. Deskripsi Subyek ... 88

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 98

A. Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini ... 98

B. Faktor-Faktor yang Mendukung Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini ... 102

C. Strategi yang dilakukan oleh Pemuda Dewasa Dini untuk Mewujudkan Keharmonisan Pernikahan ... 106

D. Urgensi Usia Dewasa dalam Keharmonisan Pernikahan Pemuda ... 112

BAB VI PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa sakral yang tidak dapat

dilepaskan dari sisi kehidupan manusia. Satu sama lain manusia di dunia

bisa membentuk suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah

pernikahan inilah manusia memulai lembar kehidupannya yang baru

dengan orang yang pada awalnya bukan bagian dari anggota keluarganya

dan akhirnya menjadi anggota terpenting dalam keluarganya. Tanpa

adanya sebuah pernikahan, maka tidak ada pula sebuah keluarga.

Pernikahan bisa mewujudkan sebuah tali kekeluargaan.

Melalui sebuah pernikahan, mampu membentuk kehidupan yang

tenang, rukun dan bahagia, menimbulkan saling mencintai dan saling

menyayangi, mendapatkan keturunan yang sah, meningkatkan ibadah

(takwa) kepada Allah swt., menimbulkan keberkahan hidup, menenangkan

hati orang tua dan famili.1

Sebuah hubungan suami istri dalam ikatan pernikahan tidak dapat

disepelekan, karena Allah memberikan hukum sesuai dengan martabatnya

berupa pernikahan demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan

manusia. Sehingga hubungan laki-laki dan wanita diatur secara terhormat

dan berdasarkan saling meridhai, yang dengan dilaksanakannya akad nikah

1

Moch. Anwar, Fiqih Islam (Subang: PT. Al-Ma’arif, 1980), 114.

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

sebagai lambang adanya rasa ridha meridhai, dengan dihadiri para saksi

yang menyaksikan kedua pasangan laki-laki dan perempuan telah saling

terikat.2

Keputusan menikah bukanlah keputusan yang mudah untuk dibuat.

Pasangan suami istri harus memperhatikan kesatuan yang harmonis.

Memang kesatuan dalam pikiran antar suami dan istri tidak mudah dicapai

tanpa usaha-usaha khusus. Walaupun kedua pribadi dalam pernikahan

memasuki lingkungan yang sama, mereka masih akan memasuki

lingkungan-lingkungan lain yang tidak memberikan

pengalaman-pengalaman yang sama. Dengan demikian, keduanya masih mengalami

berbagai perubahan dan masih memerlukan pengenalan lebih mendalam.

Misalnya, melalui penyesuaian dalam kehidupan psikis masing-masing

melalui kontak-kontak psikis. Hal ini bisa tercapai melalui hubungan

suami istri yang saling mengisi, yaitu hubungan yang terlihat dalam

bentuk hubungan yang akrab.3

Mempersatukan dua manusia untuk tinggal satu atap selamanya

bukanlah hal yang bisa dibilang mudah. Bahkan, saat ini banyak orang

yang melanggar janji suci pernikahan hanya dikarenakan masalah sepele

dan tidak membuat keputusan awal dengan tepat. Hal ini bisa dikarenakan

usia menikah yang terlalu dini sehingga pasangan belum cukup dewasa

dalam menyikapi masalah. Bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan,

2

Muhammad Thalib, Perkawinan Menurut Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), 1. 3

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pergaulan, ekonomi, atau faktor lainnya. Sehingga ada beberapa daerah di

Indonesia memiliki catatan angka perceraian cukup tinggi, salah satunya

adalah di Sidoarjo.

Sidoarjo merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Timur. Kabupaten Sidoarjo berbatasan langsung dengan Kabupaten

Gresik dan Kota Surabaya di bagian Utara, Kabupaten Pasuruan Selatan,

Kabupaten Mojokerto di bagian Barat dan selat Madura di bagian timur.

Wilayah Sidoarjo berada di dataran rendah dan sering di kenal dengan

sebutan Kota Delta. Sebutan itu di karenakan Kabupaten Sidoarjo terletak

diantara dua muara sungai besar yaitu kali porong dan kali mas. Sidoarjo

termasuk dalam kawasan Gerbang kertosusila yang merupakan kawasan

andalan di Provinsi Jawa Timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi

yang sangat pesat dan menjadi kawasan strategis nasional.

Namun di balik keunggulan Kabupaten Sidoarjo di bidang

perekonomian, Sidoarjo belum bisa memberi solusi di bidang keperdataan,

yakni meningkatnya angka perceraian. Diberitakan dalam koran Jawa Pos

pada hari Sabtu, tanggal 21 Januari 2017, bahwasanya angka perceraian di

kota Delta terus bertambah. Lebih dari 3000 pada tiap tahunnya perkara

perceraian masuk ke Pengadilan Agama Sidoarjo. Baik itu Cerai gugat

maupun cerai talak. Faktor penyebab perceraian tertinggi adalah faktor

ketidakharmonisan. Berdasarkan data dari Pengadilan Agama sidoarjo,

perkara perceraian pada tahun 2015 mencapai 3.959 kasus dengan rincian

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

2016 jumlah perceraiannya jauh lebih tinggi atau mengalami peningkatan

yakni mencapai 3.962 perkara dengan rincian 2.711 adalah cerai gugat dan

1.251 adalah cerai talak. Kalau dibuat rata-rata maka dapat diperhitungkan

bahwa setiap bulan terdapat 330 orang yang mengajukan perkara

perceraian ke pengadilan. Faktor penyebab yang tertinggi adalah ketidak

harmonisan. Meskipun ada faktor lain seperti gangguan pihak ketiga,

masalah ekonomi, kurangnya tanggung jawab, dan cemburu, namun

penyebab yang tertinggi adalah tetap pada ketidak harmonisan keluarga.4

Sementara itu, Mansur SH, salah satu pengacara mengatakan, faktor ini

dikarenakan ketidak dewasaan antara yang bersangkutan. Mereka tidak

mengerti apa makna dari perkawinan dan lebih mementingkan diri sendiri

sehingga mempertahankan ego masing-masing dan menimbulkan

pertengkaran dan perselingkuhan.

Untuk menanggulangi ketidakdewasaan tersebut hadir dalam

sebuah pernikahan, maka dalam Hal ini BKKBN sebagai lembaga

pemerintah non departemen merupakan perwakilan pemerintah dalam

mengatur kependudukan dan perencanaan keluarga indonesia. Yang

merupakan representasi pemerintah dalam menjalankan tugasnya yang

mengatur lajunya pertumbuhan penduduk yang setiap tahun semakin

meningkat. Selain program 2 anak cukup, yang selama ini sudah terkenal.

BKKBN juga mengupayakan pengaturan masalah kependudukan dan

keluarga Indonesia, dengan strategi lain, yaitu : pendewasaan usia

4May, “Setiap Bulan Tambah Ratusan Janda Baru”,

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

perkawinan atau yang disingkat dengan istilah PUP. PUP merupakan

bagian dari Program KB untuk generasi muda dengan sebutan Genre

(Generasi Berencana). Dalam generasi berencana, generasi remaja pada

masa transisi merencanakan kapan akan menikah dengan menunda usia

perkawinan sampai minimal 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk

pria.5 Salah satu tujuan dari program ini, diharapkan mampu mengurangi

jumlah pemuda yang melakukan pernikahan dini.

Pernikahan dini atau pernikahan di bawah umur yang merupakan

praktik pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang salah satu atau

keduanya berusia masih muda dalam pandangan kekinian.6 Praktik

pernikahan ini dipandang perlu memperoleh perhatian dan pengaturan

yang jelas. Maka, selain usia minimum pernikahan ditetapkan, beberapa

negara mengatur cara untuk mengantisipasi masih mungkinnya pernikahan

seperti itu dilaksanakan, antara lain aturan yang memberikan keringanan

(dispensasi).

Pernikahan anak dibawah umur, yang dalam bahasa inggris bisa

disebut child marriage atau early marriage, sedang mendapatkan perhatian serius dari dunia internasional. Beberapa penelitian dilakukan untuk

mengatasi masalah pernikahan dini. Penelitian-penelitian tersebut

menemukan bahwa pernikahan dini merugikan pihak perempuan.

Beberapa kerugian yang dapat dialami oleh wanita yang melakukan

pernikahan dini diantaranya adalah kematian ibu (maternal mortality) di

5

BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Remaja (Jakarta: 2010), 19. 6

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

usia muda akibat kehamilan prematur (prematur pregnancy) dan kebutaaksaraan perempuan (illiteracy) yang diakibatkan oleh hilangnya kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan dasar (primary education). Selain itu, kerugian lain yang terkait dengan kesehatan (health problems) yaitu banyak dari mereka yang melakukan nikah dini disinyalir tidak memperoleh layanan-layanan kesehatan reproduksi yang bersifat

dasar (Basic Reproduktif Health Issues and Services). Banyak diantara mereka juga mengalami kekerasan rumah tangga (abuse and violence) dan hidup dalam lingkungan kemiskinan (the cycle of poverty).7

Karena alasan-alasan tersebut, Hak Asasi Manusia internasional

berusaha mendorong banyak pihak untuk meningkatkan usia minimum

pernikahan. Menurut Konvensi Hak-hak Anak (KHA) yang ditetapkan

lewat forum majelis umum PBB tahun 1989, anak adalah seorang yang

belum mencapai usia 18 tahun. Meratifikasi konvensi tersebut, pemerintah

Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Perlindungan Anak pada tahun

2002, antara lain, UU Perlindungan Anak No. 23/2002 dan menjelaskan

dalam pasal 1 ayat 1 bahwa anak adalah seseorang yang belum 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dengan kata lain, aturan tentang usia minimum pernikahan dibeberapa

negara muslim termasuk Indonesia yang mencantumkan batasan usia

menikah dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 adalah

16 Tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki dapat dikatakan

7

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

masih tidak sesuai dengan aturan hukum internasional, terutama terkait

dengan aturan usia minimum bagi perempuan yang ditetapkan dibawah 18

tahun, yaitu 16 tahun.8

Islam tidak menjelaskan batasan menikah yang jelas bagi

seseorang menurut usia, namun dalam hadis Rasulullah Saw yang berisi

anjuran untuk melaksanakan perkawinan ditegaskan kepada umatnya

tentang pelaksanaan pernikahan yakni bagi yang dianggap mampu untuk

melaksanakannya, karena dengan perkawinan seseorang akan mampu

menjaga pandangan dan kehormatannya sebagaimana yang dinyatakan

dalam sabda Nabi Muhammad Saw yaitu:

م

ّشلا رشْعم ي م س و هي ع ه ى ص ه وسر نل ق ق ه د ع نع

ن

ْعطتْسي ْمل ْنم و .جْرفْ ل نصْحا و رص ْ ل ّضغا هّن ف ،ْجّوزتيْ ف ء لْا م ْنم ع طتْسا

ء جو هل هّن ف ْوّصل ب هْي عف

“Dari Abdullah berkata : Rasulullah Saw bersabda kepada kami: wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mempunyai kemampuan dalam hal ba’ah, kawinlah. Karena sesungguhnya, pernikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barangsiapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu dapat menjadi tameng (gejolak hasrat seksual).”(HR. Muslim)9

Anjuran Islam untuk menikah ini ditujukan bagi siapapun yang

sudah memiliki kemampuan (ba’ah). Kemampuan dapat diartikan dalam

dua hal yaitu mampu secara material dan spiritual (jasmani dan rohani),

sehingga mereka yang sudah merasa mampu dianjurkan untuk segera

8

Ibid., 48.

9 Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al

-Bukhari,

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

melaksanakan pernikahan, dengan menikah bisa menjaga diri dari

perbuatan yang bertentangan dengan syari'at agama.10

Dalam hadis di atas juga disebutkan bahwa bagi orang yang belum

mampu melaksanakan pernikahan hendaknya berpuasa, karena dengan

berpuasa maka diharapkan akan cukup bisa menjadi pelindung dan

penahan dari perbuatan-perbuatan yang keji dan munkar. Puasa merupakan

ibadah yang diharapkan dapat menjaga hawa nafsu sehingga bagi siapa

saja yang sudah berhasrat untuk menikah tapi belum ba’ah (mampu) maka dianjurkan untuk menahan diri dengan berpuasa.

Al-ba'ah maknanya adalah bekal.11 Makna tersirat dari hadis tentang anjuran menikah di atas adalah bahwa hendaknya perkawinan atau

pernikahan itu dipersiapkan secara matang baik dari segi materi ataupun

non-materiil. Kata al-ba'ah dalam redaksi hadis tersebut mengacu pada dua makna yaitu, (1) Al-Muzairi mengatakan al-ba'ahpada asalnya bermakna keinginan untuk menikahi perempuan, (2) al-Nawawi12

mengatakan bahwa kata al-ba'ah tersebut menurut para ulama memiliki beberapa arti diantaranya: menurut ahli bahasa, al-ba’ahberarti jima'

(bersetubuh), maka maksud al-ba'ah dalam hadis ini adalah orang yang telah mampu ber-jima’ dan mampu memberi nafkah lahir batin. Sedangkan

bagi orang yang belum mempunyai kemampuan dalam kedua hal tersebut

hendaknya melakukan ibadah puasa untuk meredakan syahwat dan

10

M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008), 7.

11

An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i bi Syarhi wa Hasyiyah al-Sanadi, Juz VI (Beirut: Dar al-Fikr, 1348 H/1930 M), hal 56.

12

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

membendung perasaan buruk serta untuk membentengi diri dari kejahatan

zina.

Al-San'ani memaparkan bahwa pengertian istatha'a al-Ba'ahdalam redaksi hadis ini mengisyaratkan dua hal yaitu, pertama,

mampu melakukan hubungan seksual secara normal karena salah satu

tujuan pernikahan adalah untuk melestarikan keturunan dan meneruskan

sejarah hidup manusia. Kedua, mampu memberi nafkah, kebutuhan hidup serta kebutuhan keluarga. Kemampuan menafkahi ini tidak mensyaratkan

adanya pekerjaan serta penghasilan tetap dan berlimpah, namun yang

terpenting adalah kemampuan dan kesanggupan untuk mengupayakan

nafkah yang halal.13

Melihat anjuran menikah tersebut yang mana anjuran itu

ditekankan bagi pemuda yang telah mampu, sesuai dengan yang dijelaskan

pada paragraf sebelumnya. Maka, yang menjadi persoalan saat ini adalah

ketika seseorang yang masih dianggap belum mampu mengarungi bahtera

rumah tangga, misalnya dengan usia yang terlalu muda (dini) sedangkan

orang tersebut harus menikah dan menjalani sebuah pernikahan. Sedikit

banyak hal ini akan menimbulkan persoalan. Karena waktu yang

seharusnya digunakan untuk bermain dan belajar, harus dihabiskan untuk

sibuk dengan urusan rumah tangga. Pelaku pernikahan dini adalah

calon-calon pemuda masa depan. Lalu bagaimana pemuda tersebut bisa

menjalankan tugas dan perannya sebagai pemuda pada umumnya jika

13

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

mereka harus kehilangan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan

diri dengan kemajuan teknologi karena terlalu sibuk mengurusi keluarga

barunya.

دغلا لاجر مويلا نابش

(Pemuda hari ini pemimpin esok hari) ”,

suatu kalimat yang sederhana namun memiliki makna yang jauh dari

sederhana. Sama halnya dengan perkataan Soekarno “Beri aku sepuluh

pemuda, maka akan ku guncang dunia”. Beberapa ungkapan ini tersirat

makna yang luar biasa, yang pada intinya mengarah pada suatu

kesepakatan betapa pemuda memegang peranan penting dalam hampir

setiap gerakan pencapaian tujuan.

Definisi pemuda menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pemuda adalah

warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan

perkembangan yang 16 (enam belas) tahun hingga 30 (tiga puluh)

Tahun.14 Mengenai hal-hal yang terkait dengan kepemudaan, yaitu potensi,

tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita

pemuda. Salah satu bentuk pembangunan kepemudaan adalah dengan cara

memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan hal-hal yang bertaian

dengan kepemudaan. Adapun pelayanan kepemudaan adalah penyadaran,

pemberdayaan, dan pengembangan kepemimpinan, kewurausahaan, serta

kepeloporan pemuda. Yang dimaksud dengan penyadaran pemuda adalah

kegiatan yang diarahkan untuk memahami dan menyikapi perubahan

14

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan pemberdayaan pemuda adalah

kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Yang dimaksud

dengan pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan

mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruahan, serta

penggerakan pemuda. Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah

kegiatan mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha.

Dan selanjutnya yang dimaksud dengan pengembangan kepeloporan

pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi dalam merintis jalan,

melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar

atas berbagai masalah.15 Melihat peran pemuda yang dijelaskan secara

gamblang dalam Undang-Undang tersendiri tentang kepemudaan,

membuktikan bahwa peran pemuda sangat di perhatikan dan menjadi hal

penting yang tidak dapat dilepaskan perannya dalam membangun bangsa.

Melihat hal tersebut, alangkah baiknya sebuah pernikahan

dilakukan oleh pemuda yang sudah matang secara psikis dan kemampuan

berpikirnya atau dalam istilah lain sering disebut dengan dewasa. Agar

pemuda bisa memiliki bekal untuk masa depannya sebelum ia melepaskan

masa lajangnya dan melangkah pada jenjang selanjutnnya yakni

pernikahan tanpa harus mengabaikan hak dan perannya sebagai pemuda.

Secara psikologis, dikatakan sebagai orang dewasa adalah orang yang

perkembangannya sudah sampai sampai pada tingkat kematangan jiwanya.

Jika dilihat dari periodisasi perkembangan berdasarkan konsep tugas

15

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

perkembangan di antaranya dikemukakan oleh Robert J. Havighurst

seperti dikutip Desmita, bahwa masa dewasa itu meliputi masa awal

dewasa (usia 18-30), masa dewasa pertengahan (usia 30-50 tahun), dan

masa tua (usia 50 tahun ke atas).16

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa dalam (1) masa

dewasa dini yang dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun,

saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai

berkurangnya kemampuan reproduktif. (2) masa dewasa madya, yaitu

dimulai dari usia 40 tahun sampai usia 60 tahun, yakni saat baik

menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas tampak pada

setiap orang. (3) masa dewasa lanjut (usia lanjut) yang juga dikenal masa

senescence, dimulai pada usia 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini, baik kemampuan fisik, maupun psikologis cepat menurun. Tetapi, teknik

pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan,

memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan

seperti kala mereka lebih muda.17

Jika periodisasi yang dikemukakan oleh 2 pakar psikologi di atas

dikaitkan dengan periodisasi berdasarkan konsep Islam, masa dewasa itu

melampaui masa tamyiz, yaitu masa saat anak sudah bisa membedakan antara baik dan buruk, juga sudah mencukupi masa baligh atau taklif, yaitu masa ketika anak sudah mengalami perubahan pertumbuhan fisik dan

perkembangan psikologisnya secara penuh. Anak pada masa ini sudah

16

Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) 153. 17

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dibebankan kewajiban-kewajiban agama yang disebut sebagai mukallaf.

Jika pada usia 40 tahun sudah memasuki usia kematangan, kearifan dan

kebijakan, sebagaimana Muhammad Saw. Diangkat sebagai rasul.18

Pada umumnya semua pasangan suami istri menginginkan

pernikahan yang harmonis, baik pasangan pernikahan dini maupun

pasangan yang menikah usia dewasa. Keharmonisan merupakan cita-cita

umum dari seluruh pasangan suami-istri bukan tanpa alasan. Pada pasal 3

KHI dijelaskan bahwasanya pernikahan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Sesuai

dengan Firman Allah dalam surah Al-rum ayat 21 :









































Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.19

Menurut ayat tersebut, keluarga Islam terbentuk dalam keterpaduan

antara ketentraman (sakinah), penuh rasa cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Ia terdiri dari istri yang patuh dan setia, suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh kasih sayang dan ramah, ibu yang lemah

lembut dan berperasaan halus, putra-putri yang patuh dan taat serta kerabat

yang saling membina silaturrahmi dan tolong-menolong. Hal ini dapat

18

Ibid.,154 19

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

tercapai bila masing-masing anggota keluarga tersebut mengetahui hak

dan kewajibannya.20

Melihat ayat tersebut, sesuai dengan definisi keluarga harmonis

yang di sampaikan oleh Gunarsa, keluarga harmonis adalah bilamana

seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya

ketegangan, kekecewaan, dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan

dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental,

dan sosial.21

Menurut Hurlock, faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan

keluarga adalah komunikasi interpersonal, tingkat ekonomi keluarga, sikap

orang tua, ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga).22

Berangkat dari Kampanye BKKBN terkait Pendewasaan usia

perkawinan, yang bertujuan untuk membentuk pasangan yang sudah siap

mental dan fisik dalam mengarungi bahtera pernikahan. Peneliti tertarik

untuk meneliti keharmonisan pernikahan pemuda di usia dewasa dini,

Oleh karenanya munculah beberapa pertanyaan yang akan dirumuskan

pada penelitian ini, diantaranya bagaimana keharmonisan pemuda dewasa

dini dalam suatu pernikahan, lalu apa saja faktor-faktor yang mendukung

keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini dan strategi apa saja yang

mereka lakukan untuk mencapai keharmonisan.

20

Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah; Kajian Hukum Islam Kontemporer (Bandung: Angkasa, 2005), 134.

21

Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 50. 22Rif’an Fauzi,

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari berbagai uraian latar belakang masalah di atas, ada beberapa

masalah dalam penelitian ini yang dapat diidentifikasi dalam unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Batas minimal usia menikah menurut Undang-Undang Perkawinan

No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

2. Pendewasaan usia perkawinan oleh BKKBN

3. Motif para pemuda menikah di usia dewasa dini

4. Keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini

5. Faktor-faktor yang mendukung keharmonisan pernikahan pemuda

dewasa dini

6. Strategi yang dilakukan oleh para pemuda dewasa dini untuk

mencapai keharmonisan dalam pernikahan.

Untuk mempermudah pembahasan, penulis membatasi masalah

dalam pembahasan ini yaitu :

1. Keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini

2. Faktor-faktor yang mendukung keharmonisan pernikahan pemuda

dewasa dini

3. Strategi yang dilakukan oleh pemuda dewasa dini untuk mencapai

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

C. Rumusan Masalah

Demi tercapainya tujuan penulisan yang baik dan terarah, perlu

untuk mengajukan rumusan masalah yang lebih sistematis lagi. Dalam

penelitian ini, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini ?

2. Faktor-faktor apa yang mendukung keharmonisan pernikahan pemuda

dewasa dini?

3. Strategi apa yang dilakukan oleh pasangan pemuda dewasa dini untuk

mencapai keharmonisan dalam pernikahan ?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

pokok dalam penelitian ini ialah untuk :

1. Untuk memberi gambaran tentang keharmonisan pernikahan pemuda

dewasa dini

2. Untuk menjelaskan tentang faktor-faktor apa saja yang mendukung

keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini

3. Untuk menggambarkan tentang strategi yang dilakukan oleh pemuda

dewasa dini guna mencapai keharmonisan pernikahan

E. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa bermanfaat, paling tidak

dari dua hal di bawah ini :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

dewasa dini, serta pengetahuan tentang analisis psikologis terhadap

keharmonisan pernikahan pemuda dewasa dini.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan acuan atau literatur bagi lembaga BKKBN, BAPEMAS dan KB,

Dosen, Peneliti, mahasiswa, dan para pembaca pada umumnya.

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Keharmonisan Pernikahan

a) Secara terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yang

berarti serasi, selaras. Titik berat dari Keharmonisan adalah

kedaan selaras atau serasi, keharmonisan bertujuan untuk

mencapai keselarasan dan keserasian, dalam kehidupan rumah

tangga perlu menjaga kedua hal tersebut untuk mencapai

keharmonisan rumah tangga.23 Menurut Gunarsa, keluarga

harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa

bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

kekecewaan, dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan

dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik,

mental, dan sosial.24

Keharmonisan dalam Islam disebut dengan sakinah, mawaddah,

warahmah.

b) Pengertian pernikahan menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara

23

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989), 299.

24

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Disebutkan juga dalam Kompilasi Hukum Islam No. 1 Tahun

1991 bahwa yang dimaksud pernikahan adalah akad yang sangat

kuat untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.

2. Pengertian Pemuda Dewasa Dini

a) Definisi pemuda menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan pada pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa

Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari usia

16 (enam belas) tahun hingga 30 (tiga puluh) Tahun.25

b) Pengertian Dewasa dini :

Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah

adolescene – adolescere yang berarti dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena

itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan

pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat

bersama dengan orang dewasa lainnya.26

25

Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan 26

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi 3

bagian, yakni masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa

dewasa lanjut (usia lanjut). Masa dewasa dini dimulai pada umur

18 Tahun sampai kira-kira 40 tahun. Saat perubahan-perubahan

fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan

reproduktif.27

Berdasarkan data di atas, Peneliti membatasi pengertian pemuda

dewasa dini adalah pemuda yang berusia mulai dari 20 tahun sampai

dengan 25 tahun.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Endah Cahyani yang ditulis

dalam bentuk tesis yang berjudul “Keharmonisan keluarga dan

kecenderungan kenakalan remaja di SMA Darul Arafah Bumi Ratu

Nuban” pada Tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa

menciptakan suasana religius di rumah mampu menciptakan keluarga yang

harmonis dan anak-anak shaleh, jauh dari kenakalan remaja. Selanjutnya

faktor dari dalam yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah emosi

yang belum terkondisikan, sedangkan faktor dari luar adalah lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tindakan pencegahannya adalah

27

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

memberi aturan, hukuman, dan motivasi berupa nasehat dan suri

tauladan.28

Penelitian yang dilakukan oleh Hardsen Julsy Emanuel Najoan

yang ditulis dalam Jurnalnya yang berjudul “Pola Komunikasi Suami Istri

dalam Menjaga Keharmonisan Keluarga di Desa Tondegesan II

Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa” pada tahun 2015. Hasil

Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam menjaga keharmonisan keluarga,

ketika suami dan istri mengahadapi permasalahan dalam segala hal, selalu

mengedepankan berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Cara

berkomunikasi dengan nada yang lembut sering di lakukan dalam menjaga

hubungan suami istri, namun yang sering kali menggunakan nada lembut

dalam berkomunikasi adalah istri sementara suami masih cenderung agak

kasar dalam berkomunikasi dengan istri ketika menyelesaikan

permasalahan. Hal ini di pengaruhi oleh beban serta tekanan pekerjaan

serta tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Pola Komunikasi

antara suami istri dalam menjaga keharmonisan keluarga, selalu

melakukan cara berkomunikasi secara langsung atau verbal komunikasi,

dengan berkomunikasi secara langsung, hubungan semakin baik, karena

didasari keterbukaan, kejujuran dan rasa saling percaya antara suami dan

istri.29

28

Sri Endah Cahyani, “Keharmonisan keluarga dan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Darul Arafah Bumi Ratu Nuban” (Tesis—Universitas Lampung, Lampung, 2016). Dalam

http://digilib.unila.ac.id diunduh pada tanggal 27 Januari 2017 Pukul 14:22 WIB. 29

Hardsen Julsy Imanuel Najoan, “Pola Komunikasi Suami Istri dalam menjaga keharmonisan

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Penelitian yang dilakukan oleh Adin Suryadin dalam sebuah tesis

yang berjudul “Hubungan Keharmonisan Keluarga dan Dukungan Sosial

Teman dengan Konsep diri pada Siswa Madrasah Mualimin

Muhammadiyah Yogyakarta” pada Tahun 2014. Hasil dari penelitian ini

adalah adanya hubungan yang signifikan antara keharmonisan keluarga

dan dukungan social teman dengan konsep diri yang cukup besar.30

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas

adalah sama-sama membahas tentang keharmonisan bagaimana mereka

menjalaninya dan bagaimana mereka bisa mewujudkan. Sedangkan

perbedaannya, penelitian ini ada batasan keharmonisan pasangan suami

istrinya dari segi usia mereka menikah. Yang mana hal ini belum pernah

dibahas pada penelitian-penelitian sebelumnya.

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian

kualitatif menurut John A Cress Well adalah penelitian yang dimulai

dengan asumsi dan penggunaan kerangka penafsiran / teoritis yang

membentuk atau mempengaruhi studi tentang permasalahan riset yang

terkait dengan makna yang dikenakan oleh individu atau kelompok

30

Adin Suryadin, “Hubungan Keharmonisan Keluarga dan Dukungan Sosial Teman dengan

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

pada suatu permasalahan sosial atau manusia.31 dalam penelitian

kualitatif ini peneliti menggunakan pendekatan studi fenomenologis

yakni mendeskripsikian pemaknaan umum dari sejumlah individu

terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep

atau fenomena.32 Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan

fenomenologi adalah hal yang akan diteliti merupakan sebuah

pengalaman individu yang banyak dialami oleh sebagian besar orang.

2. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian yang menjadi objek kajian dalam

penelitian ini adalah Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo. Peneliti memilih Desa Kenongo sebagai lokasi penelitian

dikarenakan desa kenongo merupakan salah satu desa di Kabupaten

Sidoarjo yang kebanyakan penduduknya sudah menikah di atas usia 20

tahun.

3. Sumber Data

Sumber data adalah semua hal yang mencakup informasi dalam

bentuk kata atau gambar.33 Peneliti membagi Data ke dalam dua jenis

yaitu :

a) Data primer yaitu data yang didapatkan peneliti langsung dari

sumber pertamanya.34 Adapun yang menjadi sumber data

31

Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015), 59

32

Ibid.,105. 33

Ibid., 70. 34

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

primer dalam penelitian ini adalah para informan, yaitu

Pasangan Pemuda yang menikah di usia dewasa dini.

Informan dalam Wawancara ini adalah 10 pasangan pemuda

yang menikah di usia dewasa dini dan usia perkawinan tidak

lebih dari 5 tahun. Adapun alasan kenapa tidak lebih dari 5

tahun agar informan masih masuk dalam kategori pemuda yaitu

maksimal berusia 30 tahun yang bisa memberi informasi lebih

terkait perannya sebagai pemuda.

b) Sumber data sekunder yaitu data yang didapatkan peneliti tidak

langsung dari sumber pertamanya melainkan melalui perantara.

Data ini digunakan sebagai pendukung data primer. Dapat juga

dikatakan data yang tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen.35 Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah

dokumen-dokumen penting seperti akta nikah, data pasangan

yang menikah dari Kantor Urusan Agama dan pasangan yang

bercerai dari Pengadilan Agama Sidoarjo, serta data-data

pendukung lainnya.

4. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data yang telah disebutkan di atas,

maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Observasi (Pengamatan)

35

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Pengamatan dilakukan untuk membuat catatan tentang lingkungan

atau hal-hal yang bersinggungan dengan para informan yang dilihat

dan diamati langsung oleh peneliti.

b) Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada

suatu masalah tertentu yang merupakan proses tanya jawab lisan,

di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.36

c) Studi Dokumen

Studi ini dilakukan dengan mempelajari beberapa

dokumen yang memuat data-data terkait yang ditemukan di

lapangan, seperti buku nikah, data pernikahan dari KUA, data

Perceraian di PA.

5. Analisis data

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis

data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif

yaitu suatu analisis yang bertujuan untuk menggambarkan fakta yang

ada di lapangan. Selanjutnya penulis menggunakan pola pikir induktif,

yakni berangkat dari satuan analisis yang sempit (seperti

pernyataan-pernyataan penting dari para informan) menuju satuan yang lebih luas,

kemudian menuju deskripsi yang detail yang merangkum dua unsur,

apa yang dialami oleh para informan, dan bagaimana mereka

mengalaminya.

36

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

6. Keabsahan data

Penelitian kualitatif mengungkap kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif itu sangat

penting. Melalui keabsahan data, kredibilitas (kepercayaan) penelitian

kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan

keabsahan data, maka dilakukan dengan triangulasi. Adapun

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain atau data pendukung diluar data

utama itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data utama itu.37

Triangulasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan hal tersebut dan temuan-temuan hasil observasi.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan jaminan bahwa pembahasan yang termuat

dalam penulisan ini benar-benar mengarah kepada tercapainya tujuan yang

ada maka peneliti membuat sistematika sebagai berikut:

Bab pertama tentang pendahuluan, bab ini berfungsi sebagai pola

umum yang menggambarkan seluruh bahasan tesis ini yang di dalamnya

mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaannya, penelitian

37

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan, dan outline

Penelitian.

Bab kedua adalah kajian pustaka, bab ini membahas tentang teori

keharmonisan menurut Islam dan psikologi keluarga serta membahas

tentang psikologi perkembangan.

Bab ketiga memuat paparan data yang berkenaan dengan gambaran

umum tentang kehidupan yang meliputi keharmonisan dalam pernikahan

pemuda dewasa dini, faktor-faktor pendukung dan strategi yang dilakukan

oleh pemuda dewasa dini untuk mencapai keharmonisan.

Bab keempat tentang analisis. Bab ini tentang analisis tentang

pernikahan pemuda dewasa dini dalam perspektif Islam dan psikologi.

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG PERNIKAHAN

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

yang maha esa.1

Pernikahan dalam Islam adalah sebuah perjanjian, aqad atau

sebuah kontrak, dan perjanjian hanya dapat tercapai antara dua pihak

yang telah saling kenal dan saling tau. Perjanjian antara dua pihak

yang tidak saling mengenal, tidak dapat diikat. Dan perjanjian yang

sudah diikat tidak mudah untuk dibatalkan.2

Pernikahan tidak hanya sebuah akad atau perjanjian antara dua

belah pihak, tetapi juga sebagai ketetapan Allah SWT (Sunnatullah).

Sebab, manusia telah diciptakan dengan berpasang-pasangan, yaitu

antara lelaki dan perempuan. Sebagaimana Firman Allah SWT pada

surat adz-dzariyat ayat 49 :







1

Bag. M. Letter, Tuntunan Rumah tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Raya, 1983), 10.

2

Harun Nasution, Islam dan Pembangunan Keluarga Bahagia dalam “Islam Rasional”, (Bandung: Mizan, 1996), 438.

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.”3

Pernikahan juga merupakan sunnah-sunnah rasul sejak dahulu sampai

rasul terakhir sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat

ar-Rad ayat 38:













“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu).”

Pernikahan harus dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :4

a. Perkawinan dilihat dari segi hukum

Dari segi hukum, pernikahan itu merupakan suatu perjanjian,

Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat : 21











“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari

kamu Perjanjian yang kuat.”5

Pernikahan adalah perjanjian yang sangat kuat, dimana dalam

ayat al-Quran tersebut disebutkan pada kata-kata mitsaqon

3

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, 522. 4

Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pres, 2006) 157. 5

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

gholidzan. Adapun sebab dikatakan bahwa sebuah perkawinan itu

adalah perjanjian ialah karena adanya :

1) Telah ada aturan mengenai Cara melaksanakan sebuah ikatan

pernikahan yaitu dengan akad nikah dan dengan rukun dan

syarat tertentu.

2) Cara memutuskan sebuah ikatan pernikahan juga sudah diatur

sebelumnya, yaitu dengan prosedur talak, fasakh, syiqoq, dan

sebagainya.

b. Pernikahan dilihat dari segi sosial

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, menganggap

bahwa seesorang yang telah menikah atau sudah berkeluarga

mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari pada mereka yang

belum menikah.

c. Pernikahan dilihat dari segi agama

Dalam agama, pernikahan itu dianggap suatu hal yang suci

atau sakral. Upacara perkawinan adalah upacara yang suci, yang

mana kedua belah pihak ditemukan menjadi sepasang suami-istri

atau saling meminta satu sama lain untuk menjadi pasangan

hidupnya dengan menggunakan kalimat Allah SWT sebagaimana

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 30















“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”6

Maksud kalimat daripadanya menurut jumhur mufassirin

ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam, berdasarkan dari

hadis bukhori dan muslim. Di samping itu, ada pula yang

menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah

yang dari padanya Adam diciptakan.

Adapun pengertian pernikahan menurut peraturan

perundang-undangan pernikahan yang berlaku di Indonesia yakni

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pada Bab I

Dasar Perkawinan Pasal I, Yaitu “Perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

6

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

2. Asas dan Prinsip Pernikahan

Asas dan prinsip pernikahan adalah sebagai berikut :7

a. Asas sukarela

b. Partisipasi Keluarga

c. Perceraian dipersulit

d. Poligami dibatasi secara ketat

e. Kematangan Calon Mempelai

f. Memperbaiki derajat kaum wanita

Dr. Musdah Mulia menjelaskan bahwa prinsip pernikahan ada 4, yaitu:8

a. Prinsip Kebebasan dalam memilih jodoh

b. Prinsip mawaddah wa rahmah

c. Prinsip saling melengkapi dan melindungi

d. Prinsip Musyawarah Bil Ma’ruf

Asas pernikahan menurut UU No. 1 Tahun 1974 adalah :

a. Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal

b. Sahnya pernikahan sangat tergantung pada ketentuan hokum agama

dan kepercayaan masing-masing

c. Asas monogami

d. Calon suami dan istri harus telah dewasa jiwa dan raganya

e. Mempersulit terjadinya perceraian

f. Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang

7

R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bandung : Sumur, 1960), 41. 8

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Asas pernikahan menurut hukum islam ada 3 (tiga), yaitu :9

a. Asas absolut abstrak

Asas absolut abstrak ialah suatu asas dalam hokum pernikahan

dimana jodoh atau pasangan suami istri itu sebenarnya sejak dulu

sudah ditentukan oleh Allah SWT. Atas permintaan manusia yang

bersangkutan

b. Asas selektivitas

Asas selektifitas adalah suatu asas dalam suatu pernikahan dimana

seorang yang hendak menikah itu harus menyeleksi lebih dahulu

dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa ia tidak boleh

menikah

c. Asas legalitas

Asas legalitas adalah suatu asas dalam pernikahan, wajib

hukumnya dicatatkan.

3. Tujuan Pernikahan

Bila dilihat dari kaca mata Islam, terbentuknya keluarga bermula

dari terciptanya jalinan antara lelaki dan perempuan melalui

pernikahan yang halal, memenuhi rukun dan syarat-syarat yang sah,

yang bertujuan untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka

mendirikan dan membina keluarga yang harmonis, sejahtera serta

bahagia di dunia dan akhirat.10

9

Idris ramulyo, Asas-asas hokum islam, (Jakarta: sinar grafika, 1997), 54. 10

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Harmonis maksudnya adalah dalam hal menggunakan hak dan

kewajiban anggota keluarga, dan sejahtera disebabkan terpenuhinya

ketenangan lahir dan batin sehingga timbullah kebahagiaan yakni kasih

sayang antar anggota. Selain itu pembentukan keluarga adalah untuk

memenuhi naluri manusiawi antara lain berupa keperluan biologis.11

Tujuan pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

warahmah.12

Adapun pendapat lain mengatakan Tujuan Pernikahan dapat dirinci

sebagaimana berikut :13

a. Menyalurkan libido seksual

b. Memperoleh keturunan

c. Mencari Kebahagiaan

d. Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW.

e. Menjalankan perintah Allah.

Menurut Imam Ghazali, melalui kitab ihya’ulumuddin menjelaskan bahwa

tujuan perkawinan yaitu:14

a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

Pentingnya keturunan bagi suatu keluarga adalah sebagai penerus

kehidupan. Generasi-generasi yang saling mewarisi dan saling

berwasiat.

11

Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Bogor: Kencana, 2003), 22. 12

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1992), 114. 13

Slamet Abidin Aminuddin, Fiqih Munakahat, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 12. 14

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya.

Sempurnanya Islam sebagai agama adalah memenuhi kebutuhan

naluri manusia termasuk memenuhi syahwat sepasang kekasih.

c. Memenuhi panggilan agama, memlihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

Orang-orang yang tidak menikah akan mengalami dan

menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri atau

orang lain bahkan masyarakat.

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima

hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh

harta kekayaan yang halal.

Dengan adanya sebuah keluarga maka akan dapat menimbulkan

gairah bekerja dan rasa tanggung jawab serta berusaha dan mencari

harta yang halal.

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang

tentram dan kasih sayang.

Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Masyarakat

yang sejahtera hanya akan dihasilkan dari keluarga yang sejahtera

dan bahagia.

B. BATAS USIA PERNIKAHAN

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

Permasalahan batas usia perkawinan dalam Al Qur’an maupun

Hadis tidak dijelaskan secara spesifik. Persyaratan umum yang lazim

dikenal adalah baligh, berakal sehat, mampu membedakan mana yang

baik dan buruk sehingga dapat memberikan persetujuannya untuk

menikah, maka sebenarnya ia sudah siap untuk menikah. Usia baligh

ini berhubungan dengan penunaian tugas-tugas seorang suami maupun

istri. Dalam surat An Nisa ayat 6 digambarkan tentang sampainya

waktu seseorang untuk menikah (bulūg alnikāḥ) dengan kata “rusyd”:

















Gambar

Tabel 2.1. : Batas Usia Minimal Menikah di Beberapa Negara
Tabel 3.1 : Kriteria ke-I Pemuda yang menikah di atas usia 20
Tabel 3.4 Kriteria Significant Other
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data
+2

Referensi

Dokumen terkait

Phlebitis post infus juga sering di laporkan kejadiannya sebagai akibat pemasangan infus. Phlebitis post infus adalah peradangan pada vena yang didapatkan 48 – 96 jam

dilantik; Kedua , pasca pelantikan kepala daerah tersebut dapat diberhentikan sementara berdasarkan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004; Ketiga , wakil

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini berisikan tentang latar belakang proyek, pengenalan perusahaan dan pelaksanaan kegiatan yang diamati pada Pembangunan Jembatan Ciliwung

Dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah pada BMT Insan Samawa dilakukan dengan persyaratan yang telah ditentukan dan kesepakatan antara kedua belah pihak,

Hasil analisisnya adalah tidak ada hubungan, yang berarti tingkat pengetahuan lingkungan peserta didik tidak berpengaruh terhadap perilaku prolingkungan di

Peningkatan kemampuan memberi penjelasan pada siswa kelas eksperimen terbukti secara signifikan lebih tinggi di banding kontrol, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, ³ apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar mahasiswa melalui model

Banyak kasus yang terjadi memperlihatkan bahwa proses sosialisasi politik yang tidak berjalan dengan baik telah menimbulkan dampak terhadap jalannya Pemilu yang tidak sesuai