• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL LITERASI STATISTIK SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL LITERASI STATISTIK SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

SKRIPSI

Oleh:

NIKMATUL KARIMAH

NIM D04212045

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)

Nama : Nikmatul Karimah

NIM : D04212045

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Matematika Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

(3)

Skripsi oleh :

Nama : NIKMATUL KARIMAH

NIM : D04212045

Judul : PROFIL LITERASI STATISTIK SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD

DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

(4)
(5)
(6)

Oleh : Nikmatul Karimah

ABSTRAK

Literasi statistik adalah kemampuan siswa untuk memahami, menginterpretasi, mengkomunikasikan suatu data berupa tabel, grafik, atau diagram yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara lisan atau tulisan. Siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda memiliki kemampuan literasi statistik yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi statistik siswa SMAyang ditinjau dari gaya kognitif field dependent dan

field independent.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 2 siswa bergaya kognitif field dependent dan 2 siswa bergaya kognitif field independent. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan wawancara, kemudian dianalisis berdasarkan indikator literasi statistik yang didasarkan pada elemen pengetahuan model Gal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang bergaya kognitif

field dependent mampu membaca data, namun kurang teliti dan percaya diri, menjelaskan data secara singkat, menyimpulkan data dengan melakukan perhitunga, dan mengomunikasikan data dengan bentuk diagram batang. Sedangkan subjek yang bergaya kognitif field independent mampu membaca data dengan teliti dan percaya diri, menjelaskan data belum menyeluruh, mengambil kesimpulan dengan mencoba menggabungkan informasi dari sumber lain, dan menyajikan data dalam bentuk grafik garis.

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Definisi Operasional ... 5

F. Batasan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Literasi Statistik... 7

B. Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent... 14

C. Keterkaitan antara Literasi Statistik dan Gaya Kognitif... 20

D. Penyajian Data... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 29

E. Keabsahan Data ... 32

(8)

Kognitif Field Dependent... 37

B. Deskripsi dan Analisis Literasi Statistik Siswa Bergaya Kognitif Field Independent... 66

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian... 94

B. Diskusi Hasil penelitian... 96

BAB VI PENUTUP A. Simpulan... 97

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA... 99

(9)

Tabel 2.1 Model Literasi Statistik... 10

Tabel 2.2 Indikator Literasi Statistik ... 13

Tabel 2.3 Tabel Data Keuntungan Barang/Jasa Koperasi Sekolah.... 22

Tabel 2.4 Tabel Data Jumlah Produksi Barang UKM di Yogyakarta 23 Tabel 2.5 Tabel Penjualan Smartphone... 24

Tabel 2.6 Tabel Penjualan Smartphone... 25

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Daftar Inisial Nama SubjekPenelitian... 29

Tabel 3.3 Daftar Validator Instrumen TLS dan Pedoman Wawancara 31 Tabel 4.1 Daftar Inisial Nama Subjek Penelitian... 35

Tabel 4.2 Literasi Statistik Subjek S1... 49

Tabel 4.3 Literasi Statistik Subjek S2... 62

Tabel 4.4 Literasi Statistik Subjek S1 danS2... 63

Tabel 4.5 Literasi Statistik Subjek S3... 78

Tabel 4.6 Literasi Statistik Subjek S4... 90

(10)

Gambar 2.1 Gambar Sederhana x ... 19

Gambar 2.2 Gambar yang Menyembunyikan Gambar Sederhana x . 19 Gambar 2.3 Gambar Sederhana x dalam Gambar Rumit ... 19

Gambar 2.4 Diagram Garis Jumlah Produksi UKM di Yogyakarta .. 24

Gambar 2.5 Diagram Lingkaran Banyak Penjualan Smarthphone.... 25

Gambar 2.6 Diagram Batang Banyak Penjualan Smarthphone... 26

Gambar 4.1 Jawaban Subjek S1 Poin a ... 37

Gambar 4.2 Jawaban Subjek S1 Poin b dan c ... 38

Gambar 4.3 Jawaban Subjek S2 Poin a, b dan c... 50

Gambar 4.4 Jawaban Subjek S3 Poin a ... 66

Gambar 4.5 Jawaban Subjek S3 Poin b dan c ... 67

Gambar 4.6 Jawaban Subjek S4 Poin a ... 79

Gambar 4.7 Jawaban Subjek S4 Poin b ... 80

(11)

LAMPIRAN A (Instrumen Penelitian)

Lampiran 1 Instrumen Tes GEFT ... 102

Lampiran 2 Instrumen Tes Literasi Statistik Saat Validasi ... 113

Lampiran 3 Instrumen Tes Literasi Statistik Revisi Validasi ... 114

Lampiran 4 Instrumen Tes Literasi Statistik Setelah Validasi... 115

Lampiran 5 Lembar Alternatif Jawaban ... 116

Lampiran 6 Pedoman Wawancara ... 124

LAMPIRAN B (Validasi Instrumen Penelitian) Lampiran 7 Lembar Validasi Tes GEFT ... 126

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Literasi Statistik ... 127

Lampiran 9 Lembar Validasi Pedoman Wawancara ... 129

LAMPIRAN C (Hasil Penelitian) Lampiran 10 Daftar Nama dan Hasil Tes GEFT ... 131

Lampiran 11 Jawaban Tertulis Subjek S1... 134

Lampiran 12 Jawaban Tertulis Subjek S2... 136

Lampiran 13 Jawaban Tertulis Subjek S3... 137

Lampiran 14 Jawaban Tertulis Subjek S4... 139

Lampuran 15 Transkip Wawancara Subjek S1... 142

Lampiran 16 Transkip Wawancara Subjek S2... 146

Lampiran 17 Transkip Wawancara Subjek S3... 150

(12)

Lampiran 20 Surat Tugas... 160

Lampiran 21 Surat Izin Penelitian ... 161

Lampiran 22 Surat Keterangan dari Sekolah ... 162

(13)

1

A. Latar Belakang

Statistika merupakan ilmu yang berkaitan dengan data, sedangkan statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data1. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data.

Pengetahuan statistika diperlukan oleh siswa untuk menjadi peserta didik (siswa) yang cerdas dalam menyimpulkan atau membuat keputusan yang akurat dari suatu informasi atau data. Senada dengan Adinawan dan Sugijono yang menyatakan bahwa statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara pengumpulan, penyusunan, dan pengolahan data serta membuat kesimpulan yang logis sehingga mengambil keputusan yang akurat2.

Di Indonesia, statistika merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam matematika baik pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Lulusan yang terkait dengan statistika di jenjang SMP antara lain: memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam pemecahan

masalah3. Pada jenjang SMA, siswa SMA harus mampu

memahami dan mengaplikasikan penyajian data dalam bentuk tabel, diagram, gambar, grafik dan ogive.

Kompetensi dasar tersebut merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran matematika tingkat sekolah sebagaimana yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam materi statistika adalah membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,

1 Wikipedia, “Statistika”, https://id.wikipedia.org/wiki/Statistika, diakses pata tanggal 25

januari 2017

2 Adinawan, C. M & Sugijono, “Seribu Pena Matematika SMP untuk Kelas IX”, Jakarta:

Erlangga

3 Awan Winato, “Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)”,

(14)

lingkaran dan ogive; menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran dan ogive.

Begitu pentingnya pengetahuan, tentang statistika, materi tersebut juga menjadi salah satu materi inti dalam Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, materi statistika sudah diberikan di tingkat SMP dengan kompetensi Dasar; memahami cara penyajian dari dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran dan grafik garis; mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik4. Kompetensi dasar pada jenjang SMA antara lain:

mendeskripsikan berbagai penyajian data dalam bentuk tabel atau diagram yang sesuai untuk mengomunikasikan informasi dari suatu kumpulan data; mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau diagram tertentu yang sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Berdasarkan tujuan pendidikan matematika dan standar kurikulum yang ditetapkan terkait pendidikan statistik di sekolah baik mengacu pada KTSP 2006 maupun Kurikulum 2013, maka salah satu tujuan penting dari pendidikan statitik di sekolah adalah literasi statistik.

Informasi-informasi statistik atau data sering disajikan dalam bentuk grafik atau tabel dimana datanya dihasilkan dari hasil penelitian atau pengamatan. Oleh karena itu, siswa perlu mengetahui cara membaca dan menginterpretasikan grafik atau tabel. Namun berdasarkan hasil penelitian, Ainley, et.al dalam Dasari mengatakan menginterpretasikan data yang sajiannya dalam bentuk grafik masih merupakan sesuatu yang dianggap sulit oleh beberapa kalangan5. Untuk menjadikan siswa yang memiliki

kemampuan literasi statistik, maka perlu diajarkan interprestasi data statistik kepada siswa sedini mungkin. Literasi statistik merupakan pengetahuan penting yang harus dikembangankan mulai pada usia dini dan dibangun disepanjang jenjang sekolah6.

4 Rian Maulana, Standar Kompetensi dan Kopentensi Dasar SMP”,

http://www.heruwono.web.id/katalog-137-standar-kompetensi--dan-kompetensi-dasar-matematika-smpmts.html, diakses pada tanggal 22 Januari 2017.

5 Dadan Dasari, “Kemampuan Literasi Statistik dan Implikasinya dalam Pembelajaran”,

(Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNY, Yogyakarta, 26 Maret 2006), 3.

6 Ruth Carver. (2012). President`s Message. “Statistical Literacy and the 2013

(15)

Membaca dan membuat grafik merupakan bagian dari literasi statistik. Banyak surat kabar menyajikan grafik atau data,

dimana pembaca diharapkan memahami informasi yang disajikan7.

Siswa dituntut untuk bisa membaca data sekaligus memahami maksud yang terkandung di dalam data tersebut, baik tersirat maupun tersurat8. Selain itu, siswa juga harus mampu menyajikan

data, agar data yang dihasilkan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain.

Istilah literasi statistik mengacu secara luas untuk dua komponen yang saling terkait, yaitu (a) kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi secara kritis informasi statistik yang mungkin mereka hadapi dalam berbagai konteks dan (b) kemampuan untuk mendiskusikan atau mengkomunikasikan informasi statistik, seperti pemahaman mereka tentang makna informasi, pendapat mereka tentang implikasi dari informasi atau pendapat mereka tentang kesimpulan yang diberikan9.

Literasi statistik merupakan kemampuan siswa untuk memahami, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan suata data berupa tabel, grafik atau diagram yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara lisan atau tulisan. Francois & Van Bendegem, et.al dalam Yolcu berpendapat bahawa literasi statistik memberikan kesempatan kepada siswa tidak hanya untuk membaca data, tetapi mengomunikasikan pesan statistik10. Menjadi

seseorang yang berliterasi statistik sangat penting untuk setiap individu agar dapat menginterpretasikan pesan statistik dalam berbagai macam konteks.

Siswa akan menghadapi informasi statistik dari berbagai macam konteks baik di dalam maupun di luar sekolah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka perlu untuk berpikir kritis ketika dihadapkan pada informasi atau

7 Ainley, (2000), “Transparency in Graph and Graphing Tasks An Iterative Design

Process”, Journal of Mathematical Behavior, Vol. 19, pp 365 – 384.

8 Wade, B. & Goodfellow, M., (2009), “Confronting Statistical Literacy in The

Undergraduate Social Science Curriculum”, Sociological Viewpoints, Pennsylvania.

9 Iddo Gal, “Adults' Statistical Literacy: Meanings, Components, Responsibilities”, International Statictical Review, 70: 1, (2002), 2-3.

(16)

data yang bertentangan dari sumber dan konteks yang beragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson bahwa untuk mengambil keputusan dari berbagai macam konteks didasarkan pada kemampuan berpikir kritis, dimana berpikir kritis salah satunya diperoleh dari literasi statistik11.

Doyle mengatakan bahwa literasi statistik dipengaruhi oleh keterampilan berpikir kritis siswa12. Perbedaan kemampuan siswa

dalam literasi statistik mungkin saja dipengaruhi oleh gaya kognitif. Gaya kognitif lebih spesifik mengacu pada proses berpikir individu dalam memahami informasi, mamaknai suatu konsep, menyelesaikan masalah, dan saling menghubungkan konsep yang mereka punya. Menurut Slameto siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih kritis dibandingkan dengan siswa bergaya kognitif field dependent13.

Terlihat dari perbedaan mendasar dari kedua gaya kognitif tersebut yaitu dalam hal bagaimana melihat suatu permasalahan. Berdasarkan beberapa penelitian di bidang psikologi, ditemukan bahwa siswa dengan gaya kognitif field independent cenderung lebih analitis dalam melihat suatu masalah dibandingkan dengan

siswa dengan gaya kognitif field dependent. Perbedaan

kemampuan yang ada pada setiap siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan tentang pentingnya literasi statistik serta perbedaan proses berpikir yang dimiliki siswa bergaya kognitif field dependent dan field independent. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Profil Literasi Statistik Siswa SMA Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent”.

11 Jane M. Watson, “Is Statistical Literacy Relevant for Middle School Students?”,

Vinculum, 42: 1, (2005), 165.

12 Ayse Yolcu, Op. Cit., halaman 108.

13 Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (Jakarta : PT. Rineka

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil literasi statistik siswa SMA yang memiliki gaya kognitif field dependent?

2. Bagaimana profil literasi statistik siswa SMA yang memiliki gaya kognitif field independent?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan profil literasi statistik siswa SMA yang memiliki gaya kognitif field dependent.

2. Mendeskripsikan profil literasi statistik siswa SMA yang memiliki gaya kognitif field independent.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru, sebagai informasi mengenai profil literasi statistik siswa SMA sehingga dapat digunakan guru sebagai pertimbangan untuk merancang pembelajaran berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki siswa dalam upaya perbaikan pengajaran di sekolah.

2. Bagi Siswa, melatih berliterasi statistik siswa SMA tentang materi statistika (penyajian data).

3. Bagi Peneliti Lain, sebagai masukkan dalam melakukan

penelitian serupa mengenai literasi statistik siswa SMA ditinjau dari gaya kognitif field independent dan field dependent.

E. Definisi Operasional

a. Profil adalah gambaran alami/menyeluruh tentang sesuatu

yang diungkap dengan deskripsi berupa kata-kata.

(18)

c. Gaya kognitif adalah cara seseorang (siswa) dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.

d. Field Dependent adalah gaya kognitif yang dimiliki siswa dimana siswa cenderung menggantungkan pada lingkungan. e. Field Independent adalah gaya kognitif yang dimiliki siswa

dimana siswa cenderung mandiri dan tidak terpengaruh oleh situasi lingkungan.

F. Batasan Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka dirasa perlu membatasi masalah penelitian. Batasan penelitian ini adalah:

1. Soal yang digunakan dalam tes literasi statistik hanya terbatas pada materi statistika (penyajian data).

2. Subjek dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas XI MIIA-I

di SMAN 10 Surabaya.

(19)

7

A. Literasi Statistik

Unesco et.al dalam Sholeh mengatakan literasi secara sederhana dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis, dan sering juga dikatakan dengan berhitung1. Literasi

identik dengan kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, akan tetapi titik tekannya ada pada pemahaman. Seseorang bisa dikatakan literate, jika orang tersebut mampu memahami apa yang dibaca dan mengomunikasikannya baik dengan bahasa tulis maupun lisan. Literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, mengkreasi, mengomunikasikan dan menghitung, dengan menggunakan alat tulis atau cetak yang dihubungkan dengan berbagai konteks2.

Literasi merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis dan

kemampuan untuk menggunakan angka sederhana3.

Berkaitan dengan literasi statistik, Watson awalnya mengembangkan pandangan literasi statistik yang berpusat pada laporan media dan terfokus pada pembaca data. Literasi statistik merupakan pengetahuan mengenai bagaimana data dihasilkan. Budget menambahkan bahwa kesadaran akan banyaknya kejadian sehari-hari dapat dipikirkan dari perspektif statistik, termasuk heuristik yang digunakan seseorang ketika menalar, juga merupakan bagian dari literasi statistik4. Literasi statistik adalah kemampuan

membaca, menulis atau berbicara. Literasi statistik adalah kemampuan membaca, menulis atau berbicara. Literasi statistik melibatkan dua keterampilan membaca yakni pemahaman dan interpretasi5.

1 Moh. Hafiyusholeh,(Juni 2015), “Literasi Statistik dan Urgensinya Bagi Siswa”, Jurnal Ilmiah Sains ✫■✁✂ Pendidikan, Wahana Vol. 64, No. 1, 2.

2 Ibid, halaman 3.

3 Walker, Helen M, (1951),”Statistical Literacy in the Social Sciences”, The American Statistician, Vol. 5, No. 1 (Feb., 1951). pp. 6 – 12.

(20)

Carmichael, et.al dalam Yolcu mendefinisikan literasi statistik sebagai kemampuan untuk menginterpretasi pesan statistik dan mengomunikasikan pesan-pesan statistik atau data tersebut secara tulisan atau lisan6. Wallman memberikan definisi literasi

statistik yaitu, kemampuan untuk memahami data yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan mengevaluasi secara kritis dengan berpikir statistik7. Dengan kata

lain literasi statistik diperlukan untuk siswa dalam mengambil keputusan dimana kehidupan sehari-hari dari individu atau kelompok dikaitkan dengan hasil statistika.

Schield mendefinisikan literasi statistik sebagai salah satu kemampuan berpikir kritis mengenai opini dengan mempertimbangkan statistik sebagai bukti dalam konteks kepentingan siswa8. Menurut Schield, siswa harus mampu

membedakan antara konteks yang sederhana dan kompleks, sampel dari statistik, parameter populasi, dan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan pengetahuan statistik.

Ben-Zvi dan Garfield membuat perbedaan literasi statistik yaitu penalaran, dan berpikir. Mereka mendefinisikan literasi statistik sebagai pemahaman dasar dan keterampilan pemahaman terhadap informasi statistik9. Pengorganisasian data, membuat

grafik dan tabel, representasi data, dan pemahaman terminologi dasar statistika merupakan kemampuan dasar literasi statistik.

Menurut Hayden, et.al dalam Sholeh mendefinisikan literasi statistik sebagai keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk menangani suatu informasi atau data yang muncul dalam kehidupan sehari-hari10. Forbes, berpendapat bahwa literasi statistik

menuntut kemampuan untuk bisa membuat dan mengomunikasikan data yang ada. Siswa dapat mengomunikasikan data dengan cara menyajikannya dalam bentuk diagram, grafik atau kata dan bilangan untuk mendukung tersampaikannya pesan secara efektif dan efisien.

6 Carmichael dalam Ayse Yolcu, Master’s Thessis: “ An Investigation of Eighth Grade Students’ Statistical Literacy, Attitudes Towards Statistics And Their Relationship”. (Turkey: Middle East Technical University, 2012 ), 9.

7 Ibid, halaman 10.

8 Milo Schield, “Statistical Literacy: Thinking Critically About Statistics”, As published in the Inaugural issue of the Journal “Of Significance”, diakses dari http://www.statlit.org/pdf/1999SchieldAPDU.pdf, pada tanggal 11 April 2016

(21)

Gal, et.al dalam Diah berpendapat bahwa literasi statistik berlaku untuk pembaca data dan menggambarkan kemampuan individu untuk menafsirkan dan mengevaluasi secara kritis informasi berbasis statistik dari berbagai sumber dan untuk merumuskan serta mengomunikasikan pendapat pada informasi tersebut11. Literasi statistik penting untuk semua individu, dimana

mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi dan analisis data yang berkaitan dengan sumber informasi yang ada. Gal menyebutkan dua komponen dari literasi statistik, yaitu pertama, kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi secara kritis informasi statistik yang mungkin mereka hadapi dalam berbagai konteks. Kedua, kemampuan untuk mendiskusikan atau mengkomunikasikan informasi statistik, seperti pemahaman mereka tentang makna informasi, pendapat mereka tentang implikasi dari informas atau pendapata mereka tentang kesimpulan yang diberikan12.

Prisip-prinsip literasi ditransformasikan ke dalam tiga komponen, yaitu:13 (1) Komponen konten, pada komponen ini berisi

tentang materi yang dipelajari di sekolah. (2) Komponen proses, komponen ini merupakan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan matematika. Kemampuan proses didefinisikan sebagai kemampuan dalam merumuskan, menggunakan, serta menafsirkan masalah matematika untuk dipecahkan. (3) Komponen konteks, merupakan situasi yang tergambar dalam suatu permasalahan.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas mengenai definisi literasi statistik, maka pada penelitian ini yang digunakan sebagai definisi literasi statistik adalah kemampuan siswa untuk memahami, menginterpretasi, dan mengomunikasikan suatu data berupa tabel, grafik, atau diagram yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara lisan atau tulisan.

11 Diah Ayuningtias, Tesis: “Profil Literasi Statistis Peserta Didik SMA/MA Ditinjau dari Gaya Kognitif” (Surabaya: UNESA, 2015), 14.

12 Iddo Gal, “Adults' Statistical Literacy: Meanings, Components, Responsibilities”, International Statictical Review, 70: 1, (2002), 2-3.

(22)

1. Kerangka Teori untuk Literasi Statistik

Setiap dasar pengetahuan berkontribusi untuk literasi statistik. Beberapa pengetahuan yang berkontribusi dalam literasi statitik dapat dilihat pada tabel 2.1. Literasi statistik model Gal terdiri dari elemen pengetahuan dan elemen disposisi. Elemen pengetahuan terdiri dari keterampilan literasi, pengetahuan statistika, pengetahuan matematika, pengetahuan konteks, dan pertanyaan kritis. Sedangkan elemen disposisi terdiri dari beliefs, perilaku, dan sikap kritis. Setiap elemen pengetahuan dan disposisi dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Model Literasi Statistik14

Elemen Pengetahuan Elemen Disposisi

1) Keterampilan literasi 2) Pengetahuan statistika 3) Pengetahuan

matematika

4) Pengetahuan konteks 5) Pertanyaan kritis

1) Beliefs 2) Perilaku 3) Sikap kritis

Literasi Statistik

a. Elemen Pengetahuan

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai elemen-elemen pengetahuan yang berkontribusi terhadap literasi statistik.

1) Keterampilan Literasi

Keterampilan literasi merupakan dasar kemampuan yang dibutuhkan untuk literasi statistik, mengingat bahwa hampir semua data-data atau informasi statistik disampaikan melalui lisan atau tulisan15. Pemahaman informasi statistik memerlukan

berbagai keterampilan pemrosesan teks sehingga memperoleh makna dari informasi yang disajikan kepada pembaca. Siswa juga perlu

(23)

mengkomunikasikan pendapatnya dengan jelas, lisan atau tertulis, dimana pendapat tersebut harus berisi informasi yang memiliki kebenaran atau bukti yang tepat.

Mosenthal dan Kirsch menyatakan bahwa berbagi jenis informasi statistik dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk (seperti tabel, diagram, atau grafik)16. Selanjutnya, Mosenthal dan Kirsch

mengungkapkan bahwa siswa perlu mendeskripsikan sajian data untuk mencari informasi yang termuat dalam sajian data tersebut, menghasilkan informasi baru, serta membuat kesimpulan17. Oleh karena itu,

siswa harus mempunyai keterampilan literasi agar dapat menyampaikan makna yang termuat dalam data tersebut.

2) Pengetahuan Statistika

Siswa juga harus memiliki pengetahuan statistika. Dimana literasi statistika menuntut siswa untuk dapat menyajikan suatu data dalam berbagai bentuk (tabel, grafik atau diagram). Tidak hanya menyajikan data tetapi juga harus memahami cara mengumpulkan dan mengolah data. Hal tersebut dapat diperoleh dengan penguasaan konsep dasar statistika.

Gal merangkum beberapa bagian penting dari dasar pengetahuan statistika yang dibutuhkan untuk literasi statistik, yaitu: (a) bagaimana data dihasilkan, (b) mengetahui istilah dasar terkait dengan statistika, (c) familiar dengan tampilan grafik dan tabel, (d) mengetahui bagaimana kesimpulan diperoleh18.

3) Pengetahuan Matematika

Pengetahuan matematika seperti cara menghitung rata-rata dan presentase sangat diperlukan. Siswa perlu memiliki keterampilan berhitung agar dapat menginterpretasi secara tepat

16 Moshenthal, P.B. & Kirssch, I.S., “A New Measure for Assessing Document Complexity: The PMOSE/IKIRSCH Document Readability Formula”, Journal of Adolescent and Adult Literacy, 41(8), 638 – 657.

(24)

angka-angka yang digunakan dalam laporan statistik. Oleh karena itu, siswa harus memahami beberapa pengetahuan dan prosedur matematika yang dapat digunakan untuk menghasilkan informasi statistik. 4) Pengetahuan Konteks

Penjelasan yang tepat terhadap informasi statistik bergantung pada kemampuan siswa untuk menempatkan informasi tersebut ke dalam konteks. Menurut Moore dalam statistika, data dipandang sebagai angka-angka yang berkaitan dengan konteks, di mana konteks tersebut merupakan sumber makna dan dasar untuk menginterpretasi hasil yang akan diperoleh19. Pengetahuan konteks adalah penentu

utama dari pengenalan siswa dengan sumber-sumber untuk variasi dan kesalahan20. Jika siswa tidak

mengenal konteks dari data yang dikumpulkan, maka siswa akan lebih sulit membayangkan interprestasi alternatif yang mungkin ada.

5) Pertanyaan Kritis

Informasi yang muncul di media biasanya tidak selalu objektif. Oleh karena itu, pertanyaan kritis diperlukan untuk penyampaian informasi yang disajikan. Gal berpendapat pertanyaan kritis yang dimaksud yaitu, apakah grafik yang diberikan sudah benar, atau apakah justru mengubah kecenderungan dalam data, termasuk ke dalam informasi statistika21.

Masing-masing elemen pengetahuan mungkin tampak terpisah, namun seseorang yang memiliki literasi statistik menggunakan elemen-elemen ini saling bergantung dalam hubungan yang dinamis22.

b. Elemen Disposisi

Ide evaluasi kritis disorot di beberapa konsepsi dari literasi statistik. Literasi statistik tidak hanya melibatkan pengetahuan terminologi dan interpretasi yang

19 Ibid, halaman 15

(25)

pasif23. Untuk mengaktifkan elemen pengetahuan, elemen

disposisi seperti beliefs dan perilaku serta sikap kritis juga diperlukan.

Literator statistik harus memiliki pertanyaan yang mengarah ke pesan kuantitatif yang disebut worry question. Pertanyaan ini merupakan bagian dari sikap kritis dan merupakan bagian dari literasi statistik. Untuk mendapatkan sikap kritis pada data dan motivasi untuk melakukan sesuatu, beliefs dan sikap sangat diperlukan.

Berdasarkan penjabaran mengenai literasi statistik di atas. Maka indikator literasi statistik didasarkan pada elemen pengetahuan yang diadopsi dari model Gal. Indikator pada tabel 2.2 merupakan adaptasi dari tesis Diah Ayuningtias, mahasiswa pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Indikator literasi statistik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Indikator Literasi Statistik Aspek Literasi

Statistik Indikator Literasi Statistik Memahami Data Membaca data (dalam bentuk tabel

atau grafik/diagram)

Menjelaskan data yang disajikan Menginterpretasi Data

Mengambil kesimpulan berdasarkan data yang disajikan Mengomunikasikan

Data

Menyajikan data (dalam bentuk grafik/diagram)

(26)

B. Gaya Kognitif Field Dependent (FD) dan Field Independent (FI) 1. Gaya Kognitif

Cara individu untuk menerima dan mengolah suatu informasi pasti berbeda. Ada banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut terjadi, salah satunya adalah gaya kognitif. Messick, et.al dalam Maria menyatakan bahwa gaya kognitif sebagai kestabilan perilaku, preferensi, atau strategi kebiasaan yang menentukan model individu dalam mengingat, berpikir dan memecahkan masalah24. Alamolhodaei mengungkapkan

hasil beberapa penelitian yang sudah dilakukan, dimana disimpulkan bahwa siswa dengan gaya kognitif yang berbeda mempunyai cara pemrosesan informasi dan penyelesaian masalah yang berbeda25.

Woolfolk, et.al dalam Ratumanan berpendapat bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasikan informasi26. Menurut pendapat Hayes dan

Allison adalah gaya kognitif mempengaruhi bagaimana orang melihat lingkungan mereka untuk informasi, bagaimana mereka mengatur dan menginterpresentasikan informasi27. Gaya

kognitif secara umum mempertimbangkan kebiasaan dalam memproses informasi dan juga karakteristik individu dalam menginterpretasikan dan merespon lingkungan.

Menurut Woolfolk, gaya kognitif berkaitan dengan cara seseorang merasakan, mengingat, memikirkan, memechakan masalah, membuat keputusan, yang mencerminkan kebiasaan bagaimana memproses informasi28.Te

nnant mendefinisikan gaya kognitif sebagai karakteristik konsistensi individu untuk mengatur dan memproses informasi. Informasi yang dimaksud adalah teramasuk yang diterima siswa berupa materi pelajaran dari guru saat belajar, informasi

24 Maria Kozhevnikov, “Cognitive Styles in the

❈✄☎ ✆✝ ✞✄ ♦▼✄ ✟✝✠☎ Psychology Toward an Intergrated Framework of Cognitive Style”, Psychological Bulletin, 133: 3, (2007), 466. 25 Hasan Alamolhodaei, “Convergent/Diverget Cognitive Style and Mathematical Problem Solving”, Journal of Science and Education in S.E. ASIA, 24: 2, (2000), 342.

26 T. G Ratumanan & Laurens T., “Penilaian

❍✡☛ ☞✌ Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan”, (Unesa University Press, 2011), 15.

27 W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), 147.

(27)

yang diperoleh melalui bahan bacaan atau media lainnya, maupun informasi yang berupa tugas atau masalah yang harus diselesaikan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu dipertimbangkan dalam pendidikan, adalah gaya kognitif yang dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yakni, gaya kognitif field independent dan field dependent.

2. Gaya Kognitif Field Dependent

Witkin, dkk mengklarifikasikan beberapa karakteristik siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, antara lain: (1) cenderung berpikir global, mamandang objek sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan, (2) cenderung menerima struktur yang sudah ada karena kurang memiliki kemampuan merestrukturisasi, (3) memiliki orientasi sosial, sehingga tampak baik hati, ramah, bijaksana, baik budi dan penuh kasih sayang terhadap individu lain, (4) cenderung memilih profesi yang menekankan pada keterampilan sosial, (5) cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada, dan (6) cenderung bekerja dengan mengutamakan motivasi eksternal dan lebih tertarik pada penguatan eksternal, berupa hadiah, pujian atau dorongan dari orang lain29.

Menurut Charles, bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung mudah terganggu dan mudah bingung sehingga kurang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas serta cenderung berpikir global, mamandang objek sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan.

(28)

Gaya kognitif field dependent memiliki karakteristik menyukai hal-hal dalam konteks sosial, cara bicaranya yang lambat, lebih menyukai bidang humanistik dan kepekaan terhadap kritik ini lebih banyak terdapat di kalangan perempuan30.

Menurut Crowl, et.al dalam Laksmi, orang yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung bergantung pada sumber informasi. Slameto mengatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif field dependent menerima sesuatu secara global dan mengalami kesulitan dalam memisahkan diri dari keadaan sekitarnya31.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa field dependent memperoleh sesuatu informasi secara global dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Mempunyai kecenderungan dalam merespon suatu stimulus menggunakan syarat lingkungan sebagai dasar persepsinya dan cenderung memandang suatu pola sebagai suatu keseluruhan serta tidak memisahkan bagian-bagiannya.

3. Gaya Kognitif Field Independent

Gaya kognitif field independent memiliki karakteristik tidak perduli dengan norma-norma orang lain, cara berbicara cepat, lebih menyukai bidang eksak serta dapat menerima kritik dengan baik, ciri seperti ini dijumpai di kalangan laki-laki, namun banyak yang overlapping32. Menurut Crowl, et.al dalam

Laksmi, orang yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung mandiri dalam mencermati informasi tanpa bergantung pada sumber informasi.

Witkin, dkk mengklarifikasikan beberapa karakteristik siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, antara lain: (1) memiliki kemampuan menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar, sehingga persepsinya tidak terpengaruh bila lingkungan mengalami perubahan; (2) mempunyai kemampuan mengorganisasikan objek-objek yang belum terorganisir dan mereorganisir objek-objek yang sudah terorganisir; (3) cenderung kurang sensitif, dingin, menjaga

30 Ibid, halaman 97

31 Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), 161.

(29)

jarak dengan orang lain, dan individualistis; (4) memilih profesi yang bisa dilakukan secara individu dengan materi yang lebih abstrak atau memerlukan teori dan analisis; (5) cenderung mendefinisikan tujuan sendiri; dan (6) cenderung bekerja dengan mementingkan motivasi intrinsik dan lebih dipengaruhi oleh penguatan instrinsik.

Musser menjelaskan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent belajar secara maksimal antara lain: (1) pembelajaran yang menyediakan lingkungan belajar secara individual, (2) disediakan lebih bayak kesempatan untuk belajar dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip, (3) disediakan lebih banyak sumber dan materi belajar, (4) pembelajaran yang hanya sedikit memberikan petunjuk dan tujuan, (5) mengutamakan instruksi dan tujuan secara individual, (6) disediakan kesempatan untuk membuat ringkasan, pola, atau peta konsep berdasarkan pemikirannya.

Slameto mengatakan bahwa seseorang dengan gaya kognitif field independent cenderung menyatakan suatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks sekitarnya lebih mudah33. Individu yang memiliki gaya kognitif field

independent lebih bersifat kritis, mereka dapat memilih stimulus berdasarkan situasi, sehingga persepsinya sebagian kecil terpengaruh ketika ada perubahan situasi34. Maka dapat

dikatakan, bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dalam memperoleh suatu informasi tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan karakteristik yang telah diungkapkan beberapa ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang bergaya kognitif field dependent dan field independent adalah sebagai berikut.

a. Siswa yang mempunyai gaya kogniti field dependent akan menerima sesuatu secara global sebagai mana bentuk keseluruhan dan kemampuan ini akan tampak sangat kuat jika objek yang diamati merupakan objek yang kurang terstruktur.

(30)

Siswa field dependent mengalami kesukaran untuk membuat objek yang terstruktur menjadi tidak terstruktur, namun mereka tidak kesulitan dalam memecahkan masalah sosial. Dalam orientasi sosial mereka cenderung perseptif dan peka.

b. Siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent akan menerima suatu stimulus atau gambaran secara lepas dari latar belakang gambaran tersebut (menerima sebagian dari keseluruhan) kemampuan ini akan meningkat jika objek yang diamati merupakan objek yang terstruktur. Siswa field independent mampu untuk membuat objek yang terstruktur menjadi tidak terstruktur. Siswa field independent cenderung sulit untuk memecahkan masalah sosial karena objek sosial merupakan objek rumit dan kurang terstruktur. Umumnya siswa field independent mampu memecahkan tugas-tugas yang kompleks, memerlukan pembedaan-pembedaan, dan analitis.

Adapun beberapa macam alat ukur yang digunakan untuk mengidentifikasikan gaya kognitif seseorang. Tiga alat ukur tersebut adalah The Roat Frame Test (RFT), The Body Adjusment Test (BAT), dan Embeded Figure Test (EFT).

Pada penelitian ini, penggolongan siswa ke dalam salah satu gaya kognit field dependent atau field independent dilakukan dengan memberikan tes perseptual. Witkin menyatakan bahwa The Embedded Figures Test (EFT) yang telah dikembangkan menjadi Group Embeded Figure Test (GEFT) merupakan tes perseptual yang menggunakan gambar. Rujukan kerangka luar yang disubsitusikan berupa suatu gambar yang rumit, yang menyembunyikan suatu gambar sederhana. Perhatikan gambar-gambar berikut ini:35

(31)

Siswa diminta untuk menemukan gambar sederhana yang diberikan dari gambar rumit dengan cara menebali garis setelah pada siswa diperlihatkan gambar sederhana tadi. Penggolongan gaya kognitif didasarkan atas penampilannya secara cepat atau tidak dalam menemukan gambar sederhana tersebut dalam batas waktu yang sudah disediakan.

Dalam Group Embeded Figure Test (GEFT) terdapat tiga kelompok soal yang terdiri dari 25 soal dimana sebuah gambar sederhana termuat di dalam sebuah gambar geometri yang rumit. Untuk kelompok pertama terdiri dari 7 soal, sedangkan kelompok kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 soal. Kelompok pertama merupakan soal-soal yang paling mudah atau sederhana. Soal-soal pada kelompok kedua dan ketiga lebih rumit jika dibandingkan dengan soal-soal pada kelompok pertama.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan GEFT ini ditetapkan bahwa untuk soal kelompok pertama yang terdiri dari 7 soal adalah 2 menit dan ini digunakan sebagai latihan. Sedangkan untuk soal kelompok kedua dan ketiga yang masing-masing terdiri dari 9 soal, masing-masing diberikan waktu 5 menit dan bagian ini sebagai tes yang sebenarnya36.

36 Ibid, halaman 39

Gambar 2.1 Gambar Sederhana x

Gambar 2.2 Gambar yang Menyembunyikan

Gambar Sederhana x

Gambar 2.3 Gambar Sederhana x

(32)

Jumlah total skor maksimal yang diperoleh dari tes GEFT adalah 18 jika benar semua. Untuk menggolongkan siswa yang memiliki tipe field dependent dan field independent digunakan patokan.37 Jika siswa yang memperoleh skor tes 0 – 11

dikategorikan sebagai siswa dengan tipe kognitif field dependent. Sedangkan siswa yang memperoleh skor tes 12 – 18 dikategorikan sebagai siswa dengan tipe kognitif tipe field independent. Ratumanan menyatakan bahwa dalam pemilihan subjek penelitian diusahakan memperoleh subjek dengan skor tes mendekati atau sama dengan 0 untuk kelompok gaya kognitif field dependent dan memperoleh subjek dengan skor tes mendekati atau sama dengan 18 untuk kelompok gaya kognitif field independent38.

C. Keterkaitan antara Literasi Statistik dan Gaya Kognitif

Yolcu telah melakukan penelitian pada siswa sekolah menengah, dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa perbedaan aspek literasi statistik berkembang sesuai dengan peningkatan kelas. Doyle mengatakan bahwa literasi statistik juga dipengaruhi oleh keterampilan berpikir kritis siswa39. Selain itu, Watson

mengemukakan bahwa untuk mengambil keputusan dari berbagai macam konteks didasarkan pada kemampuan berpikir kritis. Perbedaan kemampuan siswa dalam literasi statistik mungkin saja dipengaruhi oleh gaya kognitif. Gaya kognitif lebih spesifik mengacu pada proses berpikir individu dalam memahami informasi, mamaknai suatu konsep, menyelesaikan masalah, dan saling menghubungkan konsep yang mereka punya.

Slameto mengatakan siswa dengan field independent lebih kritis dibandingkan dengan siswa field dependent40. siswa dengan

field independent cenderung memandang keadaan sekeliling lebih secara analitis41. Dengan kata lain siswa yang mempunyai gaya

kognitif field independent mempunyai kecenderungan dalam respon stimulus menggunakan persepsi yang dimilikinya sendiri dan lebih

37 Davis Gregory.A., “Learning Style and personality type Preferences of Comminity development extension education, journal, of agricultural education volume 47, number 1 pp. 90-99, The Ohio State univercity”

(33)

analitis. Sedangkan, siswa field dependent cenderung berpikir global, memandang objek sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan.

Slameto mengatakan bahwa seseorang yang bergaya kognitif field independent dalam membaca cenderung membuat kesalahan yang lebih sedikit daripada seseorang yang bergaya kognitif field dependent42. Dengan kata lain siswa yang mempunyai

gaya kognitif field independent mempunyai kemampuan membaca lebih baik. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari literasi statistik yaitu diharapkan siswa mampu membaca data.

Menurut S. Nasutiaon, gaya kognitif field independent memiliki karakteristik cara berbicara cepat dan lancar. Sedangkangkan gaya kognitif field dependent memiliki karakteristik cara berbicara yang lambat. Dengan kata lain siswa yang memiliki gaya kognitif field independent mempunyai kemampuan berkomunikasi lebih lancar dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari literasi statistik yaitu mengomunikasikan data.

Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent akan lebih cepat dalam menyelesaikan masalah karena pada umnya orang field independent tidak mudah terganggu dan tidak mudah bingung sehingga memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan cenderung memiliki kemampuan menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar, sehingga persepsinya tidak terpengaruh bila lingkungan mengalami perubahan. Sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung mudah terganggu dan mudah bingung sehingga kurang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah serta cenderung berpikir global, mamandang objek sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan.

Berdasarkan kecenderungan tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan literasi statistik siswa, dimana indikator literasi statistik yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, siswa diharapkan mampu membaca, menjelaskan, membuat kesimpulan

(34)

atau keputusan, sampai pada mengomunikasikan hasil yang telah diperoleh secara lisan atau tulisan.

D. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu elemen penting dalam mempelajari statistika. Penyajian data yang baik akan mempermudah kita untuk membaca dan untuk selanjutnya mengolah data tersebut. Bentuk penyajian data dapat berupa tabel atau diagram/plot.

1. Penyajian Data dalam Bentuk Tabel

Dalam statistik, tabel dibedakan dengan dua jenis yaitu tabel sederhana dan tabel distribusi frekuensi yang sering dipakai pada data berkelompok.

Misalkan:

Siti ditugaskan guru untuk melakukan survei data terhadap keuntungan penjualan barang/jasa selama satu tahun melalui buku kas koperasi sekolah. Data yang diperoleh sebagai berikut (dalam satuan ribu rupiah) : Keuntungan penjualan buku tulis, pensil, ballpoint, keping cd, tinta printer, makanan ringan, fotocopy secara berturut-turut adalah 400, 300, 550, 200, 325, 750, dan 525. Sajikan data tersebut dalam bentuk tabel!

Data di atas, dapat disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.3

Tabel Data Keuntungan Barang/Jasa Koperasi Sekolah

Jenis Barang/Jasa Jumlah Keuntungan (Satuan Ribu Rupiah)

Buku tulis 400

Pensil 300

Ballpoint 550

Keeping CD 200

Tinta Printer 325

Makanan Ringan 750

Fotocopy 525

2. Penyajian dalam bentuk Diagram

(35)

a.

Diagram Garis

Penyajian data dalam diagram garis berarti, menyajikan data statistik dengan menggunakan garis-garis lurus yang menghubungkan komponen-komponen pengamatan (waktu dan hasil pengamatan jumlah produksi). Diagram garis biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi yang berlangsung secara kontinu, misalnya data jumlah penduduk, perkembangan nilai tukar mata uang suatu negara, dan jumlah penjualan barang.

Misalkan:

Sebuah lembaga survey menemukan bahwa terdapat 10 Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tersebar di propinsi D.I. Yogyakarta yang memproduksi berbagai produk, seperti: kerajinan tangan, makanan kering, dan aksesoris. Lembaga survei tersebut memperoleh data produksi sepuluh UKM untuk tahun 2012 yakni sebagai berikut (dalam satuan Unit). Sajikan dalam bentuk diagram garis!

Tabel 2.4

Tabel Data Jumlah Produksi Barang UKM di Yogyakarta

UKM Jumlah Produksi (unit)

A 400

B 550

C 600

D 700

E 350

F 450

G 650

H 600

I 750

J 600

(36)

A C E G I

Diagram Garis Jumlah Produksi UKM di Yogyakarta

Diagram Garis Jumlah Produksi UKM di Yogyakarta

b.

Diagram Lingkaran Misal:

Sebuah toko handphone mencatat penjualan produk smartphone yang dijual dalam kurun waktu sebulan. Gambarkan data penjualan smartphone dari tabel berikut ke dalam bentuk diagram lingkaran.

Penjualan 35 25 20 40 10 50

(37)

tiap bagian data terhadap total sudut lingkaran yaitu 360°. Dengan pembulatan desimal maka besar persentase dan besar sudut lingkaran tiap bagian data penjualan smartphone adalah:

Tabel 2.6

Tabel Penjual Smartphone

Dengan memperoleh besaran persentase tiap bagian pada data penjualan smartphone tersebut maka bentuk diagram lingkaran dalam bentuk persentase adalah sebagai berikut:

Tipe I, 19%

Tipe II, 14% Tipe III,

11% Tipe IV,

22% Tipe V, 6%

Tipe VI, 28%

Banyak Penjualan Smarthphone

Diagram 2.2

(38)

Rumus:

c.

Diagram Batang

(39)
(40)

28 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Karena dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mendeskripsikan profil literasi statistik siswa SMA yang berdasarkan dari gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Data hasil penelitian akan dideskripsikan untuk memperoleh gambaran alami (profil) literasi statistik.

B. ❲ ✗✘ ✙✚ dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 10 Surabaya. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 8 – 17 November 2016. Berikut adalah jadwal penelitian yang disajikan pada tabel 3.1:

Tabel 3.1

❏ ✗✛✜ ✗✢ Penelitian

No Tanggal Kegiatan

1. 1 November 2016 Permohonan ijin penelitian kepada Waka Kurikulum

2. 8 November 2016 Pemberian tesGEFT di kelas XI

MIIA-1

3. 16 November

2016

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan hasil tes GEFT bersama guru bidang studi matematika

4. 17 November

2016

Pelaksanaan tes literasi statistik dan wawancara subjek penelitian

✣ ✤ Subjek Penelitian

Siswa yang diambil sebagai subjek penelitian adalah 4 siswa kelas XI MIIA-1 SMAN 10 Surabaya semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang telah mendapat materi statistika (penyajian data). Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan tes gaya

kognitif bentuk Group Embedded Fingures Test (GEFT) yang

(41)

dalam tes GEFT memperoleh skor antara 0-11, sedangkan siswa field independent yang memperoleh skor antara 12-18. Selain itu pemilihan subjek juga didasarkan pada pertimbangan guru mata pelajaran di sekolah.

Adapun siswa yang terpilih menjadi subjek penelitian tercantum dalam tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Daftar Inisial Nama Subjek Penelitian

No Inisial

Nama Subjek Kode Subjek Tipe Subjek

1 AD S1 FD

2 IIP S2 FD

3 AE S3 FI

4 IA S4 FI

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes Group Embedded Figure Test (GEFT)

Tes Group Embedded Figure Test (GEFT) adalah tes yang diadopsi dari hasil pengembangan Witkin. Tes ini digunakan untuk mengetahui gaya kognitif siswa yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent.

Tes GEFT ini diberikan kepada semua siswa kelas

XI MIA-1 SMAN 10 Surabaya yang berjumlah 36 siswa untuk mengelompokkan siswa berdasarkan gaya kognitif yang dimilikinya yaitu gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Kemudian diambil 2 siswa tiap kategori untuk dijadikan subjek penelitian. Pada pelaksanaan penelitian siswa diarahkan untuk menebali gambar sederhana yang terdapat dalam gambar rumit.

b. Tes Literasi Statistik (TLS)

Tes literasi statistik ini berupa tes tulis disusun untuk memperoleh data tentang profil literasi statistik siswa berdasarkan dari gaya kognitif field dependent dan

(42)

❝ ✥ Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada siswa yang terpilih sebagai subjek penelitian setelah mengerjakan soal tes literasi statistik untuk mengetahui secara mendalam gambaran/profil literasi statistik siswa berdasarkan dari gaya kognitif field dependent dan field independent. Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah tidak baku dan tidak terstruktur yang bersifat informal, artinya baik urutan pertanyaan, kalimat yang digunakan maupun penyampaiannya tidak sama untuk setiap subjek penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan langkah-langkah berikut :

1) Peneliti memberikan pertanyaan kepada subjek berdasarkan lembar pedoman wawancara yang telah dibuat dan divalidasi

2) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti sesuai dengan apa yang dikerjakan dan dipikirkan dalam mengerjakan soal TLS

3) Peneliti mencatat hal-hal penting untuk data tentang literasi statistik siswa

4) Peneliti merekam proses wawancara berlangsung dengan recorder

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(43)

b. Soal Tes Literasi Statistik (TLS)

Soal tes literasi statistik ini berupa tes tertulis disusun untuk memperoleh data tentang profil literasi statistik siswa berdasarkan dari gaya kognitif field dependent dan field independent. Bentuk tes yang diberikan kepada siswa adalah soal tes uraian terdiri dari 3 soal yang diadaptasi dari tesis Diah Ayuningtias. Sebelum digunakan, soal TLS ini divalidasi oleh ahli matematika yang dalam hal ini adalah dosen pendidikan matematika UIN Sunan Ampel Surabya. Hasil validasi soal tes literasi statistik dapat dilihat di bagian lampiran ke-8. Validator tersebut tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Daftar Validator Instrumen TLS dan Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan untuk melakukan wawancara agar dalam pelaksanaannya tidak ada informasi yang terlewatkan dan wawancara menjadi terarah. Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah tidak baku dan tidak terstruktur yang bersifat informal, artinya baik urutan pertanyaan, kalimat yang digunakan maupun penyampaiannya tidak sama untuk setiap subjek penelitian.

(44)

E. Keabsahan Data

Data yang diperoleh dari wawancara ini digunakan untuk melengkapi informasi-informasi profil literasi statistik yang tidak ditemukan dalam hasil tes tertulis. Selanjutnya, data yang dikumpulkan melalui tes tertulis dan wawancara tersebut diuji keabsahannya dengan triangulasi. Triangulasi merupakan usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh oleh peneliti dari berbagai sudut pandang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan data dan analisis data. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, artinya membandingkan hasil tes tertulis dan wawancara dari subjek satu dengan subjek yang lain.

Hal ini berarti data yang diperoleh dari sumber pertama akan dibandingkan dengan sumber kedua. Jika data tersebut menunjukkan kecenderungan yang sama, maka dikatakan valid. Tetapi jika data tersebut menunjukkan kecenderungan berbeda, maka dibutuhkan sumber ketiga. Setelah itu data yang diperoleh dari sumber ketiga dideskripsikan sehingga dari ketiga sumber dibandingkan mana saja yang memiliki kecenderungan yang sama.

F. Teknis Analisis Data 1. Analisis Tes GEFT

Analisis tes GEFT ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil tes GEFT dengan kunci jawaban dari tes tersebut yang terlampir di belakang halaman tes GEFT. Kemudian memperhatikan jumlah skor yang diperoleh setelah melakukan perhitungan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat ditentukan gaya kognitif masing-masing siswa sesuai dengan kriteria berikut:

a. Siswa yang memperoleh skor 0 – 11 bertipe gaya kognitif

field dependent

b. Siswa yang memperoleh skor 12 – 18 bertipe gaya kognitif

field independent

2. Analisis Data Soal TLS dan Pedoman Wawancara

(45)

masing-masing tipe gaya kognitif. Sebelumnya, dilakukan keabsahan data kualitatif dengan menggunakan triangulasi sumber dengan cara membandingkan hasil tes tertulis dan wawancara yang dilakukan pada subjek penelitian satu dengan subjek penelitian yang lain.

Proses analisis data dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data kualitatif, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Data kualitatif TLS dan wawancara selesai diperiksa, maka dilakukan beberapa langkah berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data dilakukan setelah membaca, mempelajari dan menelaah hasil wawancara. Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut: (1) memutar hasil rekaman secara berulang-ulang agar peneliti dapat menuangkan jawaban subjek dengan tepat, (2) mentranskip hasil wawancara subjek penelitian yang telah diberi kode berbeda untuk setiap subjek. (3) memeriksa kembali hasil transkip utuk mengurangi kesalahan dalam penyusunannya. Adapun pengkodean dalam wawancara, disusun dalam bentuk Sabc dengan perincian sbb:

Keterangan: P : Pewawancara S : Subjek Penelitian

a : Subjek Penelitian ke-a, a = 1, 2, 3, 4 b : wawancara Soal ke-b, b = 1, 2, 3

c : Pertanyaan atau Jawaban ke-c = 1, 2, 3, …… Berikut contohnya:

P2.2.3 : pewawancara untuk subjek ke-2 pada soal ke-2 pertanyaan ke-3

S2.2.3 : subjek ke-2 pada soal ke-2 jawaban ke-3

b. Menyajikan Data

(46)

memahami apa yang terjadi dan dapat menarik kesimpulan dari data tersebut.

c. Menarik Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data, selanjutnya dilakukan penarikan simpulan dari data yang telah dikumpulkan yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil literasi statistik siswa berdasarkan dari gaya kognitif field dependent dan field independent. Setelah dianalisis, data hasil tes dan wawancara dari setiap subjek dengan gaya kognitif yang sama akan dibandingkan dan di cari kesamaannya, kemudian diperoleh data profil literasi statistik siswa dengan gaya kognitif field dependnet dan

(47)

✸ ✦

Pada bab IV ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang profil literasi statistik siswa SMA kelas ❳✭ berdasarkan gaya kognitif field dependent dan field independent. Subjek yang terpilih sebayak empat siswa, dengan rincian 2 subjek bertipe gaya kognitif field dependent dan 2 subjek bertipe gaya kognitif field independent. Subjek penelitian yang terpilih kemudian mengerjakan soal tes literasi statistik tertulis yang dilanjutkan dengan wawancara pada masing-masing subjek.

Adapun siswa yang terpilih menjadi subjek penelitian tercantum dalam tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel ✹ ✮✯

Daftar Inisial Nama Subjek Penelitian

No Inisial Nama Subjek

Kode Subjek

Tipe Subjek

Skor GEFT

1 AD S1 FD 9

2 IIP S2 FD 7

3 AE S3 FI 12

4 IA S4 FI 14

✰ ✱✲✱✳✴ ✵✶✴✵✿

(48)

Soal yang disajikan peneliti untuk mengungkap literasi statistik siswa berdasarkan gaya kognitif field dependent dan field independent

adalah sebagai berikut:

✻ ✼✽✾

TES LITERASI STATISTIK

Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengatakan bahwa kasus kematian bayi dikarenakan masih adanya persalinan oleh dukun sebesar

❀ ❁✺❂ ❃ dan masih adanya ibu hamil resti atau komplikasi yang

belum ditangani sebanyak 9,09%. Berdasarkan laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB tahun 2012 terjadi kematian bayi. Kasus kematian bayi yang dilaporkan di setiap

❦ ❄❅❆ ❇ ❄❉ ❊❋ ●❦ ▲❉ ❄ Provinsi NTB tahun 2008 – 2012 terlihat pada tabel

di bawah ini :

◆❖P ◗❘ ❖❚❯ ❱❨ ◆❩❚ ❖

Tahun

❬❭ ❭❪ ❬ ❭❭❫ ❬❭❴ ❭ ❬ ❭❴❴ ❬❭❴❬

Mataram 27 43 39 39 48

Lombok Barat ❵ ✺❛ 199 ❜✺ ❜ 143 139

Kabupaten Lombok Utara 0 28 47 ❂ ✺ ❞❂

Lombok Tengah 288 184 ❜✺ ❜ ❜❂ ❡ 237

Lombok Timur 431 ❡✷ ✺ ❂❞❀ ❂❢❂ ✺❵ ❛

Sumbawa ❜ ❜❂ 104 102 121 ❞✺

Kabupaten Sumbawa 27 39 48 ✺❜ 37

Dompu 39 39 ❂❜ 29 ❂❞

Bima 173 ❜❜✺ 104 ❜ ❜❂ 94

Kt.Bima 23 28 ✷✺ ❵❂ 28

Jumlah ❴❣❪❣ ❴❬❴❤ ❴❣ ❣❪ ❴❣❴ ❪ ❴✐ ❣❬

❥❖❚ ❖❧♠❖❚ ❖ ❴❣❪♥ ❣ ❴ ❬❴♥❤ ❴❣❣♥❪ ❴❣❴♥❪ ❴✐❣♥❬ Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun ♣qr ♣

a. Sajikan data tersebut dalam bentuk st❄✉✈❦●✇✈❄st❄① yang paling

sesuai untuk mengkomunikasikan data di ❄❉ ❄②③

b. Jelaskan informasi apa saja yang kalian peroleh dari tabel atau

s t❄✉✈❦ ●✇✈❄s t❄①❉ ❊t②❊ ❅❆❉④

(49)

Berikut adalah deskripsi dan analisis data dari keempat subjek yang telah disebutkan di atas.

A. Deskripsi dan Analisis Data Subjek ⑤ ⑥⑦ ⑧⑨⑦ Tipe Gaya ⑩❶ ⑧⑦❷❸ ❷❹ Field Dependent

Bagian ini akan menyajikan deskripsi dan analisis data hasil penelitian literasi statistik subjek S1 dan subjek S2.

1. Subjek S1

a. Deskripsi Data Subjek S1

Berikut adalah jawaban tertulis subjek S1:

Gambar ❺ ❻❼

(50)

Gambar ❽❾❿

Jawaban Subjek S1 Poin b dan c

Berdasarkan jawaban yang telah ditulis oleh subjek S1, pada poin a terlihat bahwa subjek S1 menyajikan data dalam bentuk diagram batang untuk mengomunikasikan data yang tersaji. Pada poin b, berdasarkan diagram yang disajikan terlihat bahwa subjek S1 menjelaskan tentang rata-rata kematian bayi di Provinsi NTB dengan mengurutkan tahun dari yang terkecil ke terbesar, namun tidak menuliskan besaran

➀➁ ➂➃➄ ➀➃ ➂➅ ➆➁ ➂➇➈ ➇➂➃ ➂ rata-rata kematian bayi pertahunnya

serta tidak melakukan pembulatan angka. Subjek S1 menjelaskan sesuai dengan data yang tersaji pada soal. Pada poin c subjek S1 menyimpulkan data dengan menyebutkan faktor penyebab naik ➉ ➇➈ ➇➂➂➊➃➅ ➋➃ ➂➊ ➃ ➀➂➊➃

kematian bayi Provinsi NTB sesuai dengan sumber informasi yang ada pada soal serta melakukan perhitungan (rata-rata).

(51)

kematian bayi di Provinsi NTB tahun 2008 – 2012, pada sumbu ➌ menyatakan tahun dimulai dari yang kecil ke

besar (2008 – 2012) dan sumbu y menyatakan rata-rata kematian dengan skala 10, subjek S1 memberi keterangan bahwa sumbu ➌ adalah tahun dan sumbu y adalah rata-rata

kematian. Selain itu subjek S1 menuliskan nilai (rata-rata) pada setiap batangnya dan member motif garis-garis, jarak antara gambar batang satu dengan yang lainnya sama.

Pada poin b, dari diagram yang dibuat, subjek S1 menjelaskan rata-rata kematian bayi dan keterangan tahun, yaitu pada tahun 2008 kematian bayi pada Provinsi NTB dengan rata-rata 138,3, pada tahun 2009 kematian bayi pada Provinsi NTB dengan rata-rata ➍➎ ➍➏➐➏ pada tahun

2010 kematian bayi pada Provinsi NTB dengan rata-rata 133,8, pada tahun 2011 kematian bayi pada Provinsi NTB dengan rata-rata 131,8, pada tahun 2012 kematian bayi pada Provinsi NTB dengan rata-rata 143,2.

Sedangkan kesimpulan yang diambil oleh subjek S1 adalah naik ➑ ➒➓ ➒➔➔→ ➣↔ ↕ ➣➔→➣➙ sedikitnya rata-rata

kematian bayi di Provinsi NTB tahun 2008 – 2012 dikarenakan beberapa faktor karena persalinan oleh dukun sebesar ➛➏➐➜ ➝ dan ibu hamil yang berkomplikasi tidak

ditangani dengan cepat 9,09% hal ini sangat mempengaruhi, jadi dari data tersebut kematian bayi di NTB pada tahun 2008 – 2012 masih tergolong tinggi dengan rata-rata 133,74.

Berdasarkan jawaban tertulis di atas dilakukan wawancara untuk mengungkap literasi statistik siswa. Berikut adalah kutipan hasil wawancara subjek S1 terkait literasi statistik pada aspek memahami, menginterpretasi, dan mengomunikasikan data yang akan dideskripsikan.

1) Literasi Statistik dalam Memahami Data

Pada aspek memahami data ini, akan diungkap tentang bagaimana subjek S1 dalam membaca tabel atau ➞➓ ➣➟➠➙ ↔➡➠➣➞➓ ➣➢➤ Berikut ini

Gambar

Tabel 2.1. Model Literasi Statistik14
tabel 2.2 merupakan adaptasi dari tesis Diah Ayuningtias,
Gambar 2.1Gambar
Tabel 2.3Tabel Data Keuntungan Barang/Jasa Koperasi Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dugaan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan berpikir geometri siswa yang menjadi subjek penelitian berdasarkan perbedaan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa penalaran matematis subjek dengan gaya kognitif Field Dependent dalam pemecahan masalah

Matematika dipandang sebagai suatu ilmu dalam menyelesaikan permasalahan, hal ini menunjukan bahwa matematika pada dasarnya bermanfaat dalam menyelesaikan

Proses berpikir lateral pada subjek FI dalam memecahkan masalah matematika adalah subjek menerima masalah yang diberikan dengan membaca dan memahami maksud soal dengan

informasi yang ditunjukkan dengan mengaitkan informasi yang diterima dari soal dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini ditunjukkan subjek dengan menyebutkan bahwa akan

informasi yang ditunjukkan dengan mengaitkan informasi yang diterima dari soal dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini ditunjukkan subjek dengan menyebutkan bahwa akan

Subjek FD selalu terpaku pada pola (rumus) yang ada, sehingga ketika peneliti meminta subjek FD mencoba cara baru yang berbeda dengan rumus yang ada, subjek FD

Analisis Data Kemampuan Pengajuan Soal Gaya Kognitif Field Dependent Subjek MH 1 Memahami Informasi Soal Gambar 4.1 Jawaban Tes Pengajuan Soal Subjek MH Dari gambar 4.1 dapat