• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Sinergis Pendidik dengan Orang Tua Peserta Didik dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Sinergis Pendidik dengan Orang Tua Peserta Didik dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo."

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI SINERGIS PENDIDIK DENGAN ORANG TUA

PESERTA DIDIK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER

SISWA DI KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh Musta’in Salim NIM. D71213123

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Musta’in Salim

NIM : D71213123

Jurusan/Prodi : Pendidikan Islam / Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa skripsi ini saya tulis benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemukakan hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 01 April 2017

Yang membuat pernyataan

Musta’in Salim

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Judul : Korelasi Sinergis Pendidik Dengan Orang Tua Peserta Didik Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Kelas X Madrasah

Aliyah Negeri Sidoarjo

Nama : Musta’in Salim

NIM : D71213123

Pembimbing I : Drs. Sutikno, M.Pd.I Pembimbing II : Moh. Faizin, M .Pd.I

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu : (1) Bagaimana sinergis antara pendidik dengan orang tua peserta didik? (2) Bagaimana karakter siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo? (3) Apakah ada korelasi sinergis Pendidik dengan Orang tua Peserta didik dalam pembentukan Karakter Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo ?

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah degradasi karakter moral dalam generasi bangsa dari zaman-kezaman yang semakin menurun. Thomas Lickona, berpendapat bahwa tanda-tanda bangsa yang sedang menuju jurang kehancuran ada 10, yakni: (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2) Pengunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh Peer – group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan sex bebas, (5) Semakin kaburnya pedamon moral baik dan buruk, (6) Menurunnya Etos kerja, (7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) Rendahnya rasa tangung jawab individu dan warga negara, (9) Membudayanya ketidak jujuran, dan (10) Adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.

(7)

Dengan demikian pendidik harus melakukan suatu kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam hal pembentukan karakter yang semestinya. Setelah kerjasama ini terjalin, selanjutnya apa-apa yang pelu dilakukan dapat dirancang bersama orang tua peserta didik agar pendidik mudah mengetahu psokolgi peserta didik yang sebenarnya. Pokok kerjasama orang tua dan pendidik dalam pembentukan karakter ini sangat penting terutama bagi orang tua itu sendiri karena menyangkut masadepan seorang anak itu sendiri.

Data-data penelitian ini dihimpun dari Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo sebagai obyek penelitian. Dalam mengumpulkan data menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Berkenaan dengan itu, penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif karena menggunakan dua variabel X (X1 dan X2) dan satu variable Y.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan dan perhitungan dengan menggunakan rumus Berdasarkan Hasil analisis penghitungan data lapangan, bahwa Besar Hubungan 0,681 dan masuk dalam Interval koefisien 0,60 – 0,799 dengan tingkat hubungan yang kuat. Berpengaruh atau tidaknya berbandingan antara R hitung dengan R tabel yakni Rh = 0,681 > R tabel dengan taraf signifikan 0, 681 > 0, 279 = taraf kesalahan 5 %, juga ,681 > 0,361 = taraf siknifikan 1 %.. Artinya dengan demikian Ha diterima karena

r

hitung >

r

tabel bila dibandingkan dengan taraf signifikas 0, 681 > 0, 279 = taraf kesalahan 5 %, juga ,681 > 0,361 = taraf siknifikan 1 %, maka Hipotesis penelitian ada pengaruh dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat dengan interval koefisien 0,60 – 0,766 yang berpatokan pada tabel 4.70 Interpretasi terhadap koefisien korelasi, sedangkan kontribusi atau sumbangan secara simultan pada variabel X1 dan X2 kepada Y 46, 4 = R Square. Sedangkan 53,6 di pengaruhi oleh

variabel yang lain. Dan hasil dari Uji F Ha diterima karena Fh > Ft, Dengan taraf kesalahan 5 % ditemukan F tabel 5, 10. Sedangkan F hitung 20, 32. Maka dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak karena Fh 20, 32 > F tabel 5, 10.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGATAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Penelitian Terdahulu ... 9

E. Hipotesis Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metodolgi Penelitian ... 12

H. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Sinergis Pendidik dengan Orang tua Peserta didik ... 24

B. Pembentukan Karakter Siswa ... 30

(9)

D. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rencana Penelitian... 59

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 62

C. Populasi dan Sampel ... 68

D. Metode Pengumpulan Data ... 70

E. Analisis Data ... 72

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 78

B. Penyajian Data ... 89

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 153

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 168

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 174

B. Saran-Saran ... 175

(10)

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

1.1 Jumlah siswa kelas X MAN SDA ... 12

3.1 Indikator variabel X1 dan X2 ... 63

3.2 Indikator variabel Y ... 65

4.1 Data Pendidik di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo tahun 2017 ... 83

4.2 Data Peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo tahun 2017 ... 86

4.3 Sarana prasarana ... 87

4.4 Luas Lahan ... 89

4.5 Nama Responden Variabel X1 ... 91

4.6 Nama Responden Variabel X2 ... 94

4.7 Jawaban Responden (pendidik sebagai Variabel X1) dari tiap butir redaksi soal ... 96

4.8 Jawaban Responden (Orang tua siswa sebagai Variabel X2) dari tiap butir redaksi soal ... 98

4.9 Hasil Angket Korelasi Sinergis Pendidik (Variabel X1) dengan orang tua Peserta didik (Variabel X2) di MAN Sidoarjo ... 100

4.10 Analisis Redaksi soal No 1 ... 103

4.11 Analisis Redaksi soal No 2 ... 104

4.12 Analisis Redaksi soal No 3 ... 104

4.13 Analisis Redaksi soal No 4 ... 105

4.14 Analisis Redaksi soal No 5 ... 106

4.15 Analisis Redaksi soal No 6 ... 107

4.16 Analisis Redaksi soal No 7 ... 108

4.17 Analisis Redaksi soal No 8 ... 109

4.18 Analisis Redaksi soal No 9 ... 109

4.19 Analisis Redaksi soal No 10 ... 110

(11)

4.21 Analisis Redaksi soal No 12 ... 112

4.22 Analisis Redaksi soal No 13 ... 113

4.23 Analisis Redaksi soal No 14 ... 114

4.24 Analisis Redaksi soal No 15 ... 114

4.25 Analisis Redaksi soal No 16 ... 115

4.26 Analisis Redaksi soal No 17 ... 116

4.27 Analisis Redaksi soal No 18 ... 117

4.28 Analisis Redaksi soal No 19 ... 118

4.29 Analisis Redaksi soal No 20 ... 119

4.30 Analisis Redaksi soal No 21 ... 119

4.31 Analisis Redaksi soal No 22 ... 120

4.32 Analisis Redaksi soal No 23 ... 121

4.33 Analisis Redaksi soal No 24 ... 122

4.34 Analisis Redaksi soal No 25 ... 123

4.35 Prosentase Keseluruhan Hasil Nilai Angket Variabel X1 ... 124

4.36 Prosentase Keseluruhan Hasil Nilai Angket Variabel X2 ... 125

4.37 Nama Responden pada Variabel Y ... 128

4.38 Jawaban Responden variabel Y dari tiap butir redaksi soal... 131

4.39 Hasil Angket Karekter Siswa Kelas X MAN Sidoarjo ... 133

4.40 Analisis Redaksi soal No 1 ... 136

4.41 Analisis Redaksi soal No 2 ... 136

4.42 Analisis Redaksi soal No 3 ... 137

4.43 Analisis Redaksi soal No 4 ... 137

4.44 Analisis Redaksi soal No 5 ... 138

4.45 Analisis Redaksi soal No 6 ... 139

4.46 Analisis Redaksi soal No 7 ... 139

4.47 Analisis Redaksi soal No 8 ... 140

(12)

4.49 Analisis Redaksi soal No 10 ... 141

4.50 Analisis Redaksi soal No 11 ... 142

4.51 Analisis Redaksi soal No 12 ... 142

4.52 Analisis Redaksi soal No 13 ... 143

4.53 Analisis Redaksi soal No 14 ... 144

4.54 Analisis Redaksi soal No 15 ... 144

4.55 Analisis Redaksi soal No 16 ... 145

4.56 Analisis Redaksi soal No 17 ... 146

4.57 Analisis Redaksi soal No 18 ... 146

4.58 Analisis Redaksi soal No 19 ... 147

4.59 Analisis Redaksi soal No 20 ... 148

4.60 Analisis Redaksi soal No 21 ... 148

4.61 Analisis Redaksi soal No 22 ... 149

4.62 Analisis Redaksi soal No 23 ... 150

4.63 Analisis Redaksi soal No 24 ... 150

4.64 Analisis Redaksi soal No 25 ... 151

4.65 Prosentase Keseluruhan Hasil Nilai Angket Variabel Y ... 152

4.66 Tabel Bantu Kerja Regresi ... 153

4.67 Tabel Kualifikasi korelasi sinergis pendidik dengan orang tua siswa .... 156

4.68 Tabel Kualifikasi Karakter Siswa MAN Sidoarjo ... 158

4.69 Perolehan Kualifikasi dan nilai interval dengan distribusi frekuensinya 159 4.70 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi 163 4.71 Tabel Bantu Regresi ... 164

4.72 Tabel Variables Entered/Removed ... 170

4.73 Model Summary ... 171

4.74 Tabel Anova ... 172

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran 1. Lampiran Surat Tugas

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hakikatnya pendididkan karakter merupakan suatu sistem yang berupaya untuk menanamkan nilai-nilai luhur warga madrasah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Dalam pelaksanaan karakter di Madrasah, semua komponen madrasah harus dilibatkan, termasuk kompenen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian , penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan madrasah, pelaksanaan aktivitas, atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga madrasah/lingkungan.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dan karakter dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan serta kepribadian dan akhlak yang mulia yang hal tersebut pasti akan diperlukan dirinya dalam bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara.1 Dari pengertian berikut pendidikan mempunyai pengertian yang luhur.

1

(15)

Disekolah menengah atas (SMA/MA) pembentukan karakter kurang diperhatiakan lagi disini, padahal dijenjang pendidikan yang dimana para remaja ini mulai memasuki rananya yakni menuju kependewasaan untuk bermasyarakat, dengan demikian pembentukan karakter seyogyanya ada dalam semua jenjang pendidikan tidak hanya dalam SD-SMP, SMA atau MA masih diperlukanya hal tersebut agar mereka ketika lulus dan keluar dari lembaga tersebut bisa mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Proses belajar mengajar di MA/SMA pada semua bidang studi yang diajarkan dikelas, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya mengembangkan karakter siswa dan kemampuan siswa, sehinga siswa mapu mengembangkan dirinya secara mandiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik dalam bernegara maupun bermayarakat sekitar.2

Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan

soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

2

(16)

Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Tidak hanya itu, oknum-oknum yang bersangkutan dan berperan didalam pengembangan karakter ini seharusnya tidak hanya dalam ruang lingkup sekolah saja, tetapi dalam ruang lingkup keluarga dan lingkungan dimana peserta didik itu tinggal, oleh karena itu seharusnya pendidik wajib untuk ber korelasi dengan orang tua peserta didik dalam kerjasama untuk membentuk karakter siswa yang berkopenten dan bijaksana, karena anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner.

Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.

(17)

pergaulan yang bermacam-macam bentuknya. Jika karakter anak itu sendiri tidak bisa memilah dan memilih mana yang baik untuk diikuti dan mana yang buruk untuk dihindari maka siswa mudah masuk kelubang pergaulan yang salah. Oleh karena itu tugas orang tua dan pendidik sangatlah diperlukan dalam pembentukan karakter kepribadian yang baik. Setiap orang tua dan semua guru ingin mendambangan anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji semua itu dapan diusakan pada semua jenjang pendidikan untuk pembentukan karakter, baik itu yang formal (disekolah) maupun yang informal (dirumah oleh orang tua).3 Oleh karena itu korelasi sinergis sangat diperlukan guna pembentukan karakter pada siswa.

Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Corltland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang hasrus diwaspadai karna jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda yang di maksud adalah (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2) Pengunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh Peer – group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan sex bebas, (5) Semakin kaburnya pedamon moral baik dan buruk, (6) Menurunnya Etos kerja, (7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) Rendahnya rasa tangung jawab individu dan warga negara, (9) Membudayanya ketidak jujuran, dan (10) Adanya rasa saling curiga dan

(18)

kebencian diantara sesama. Jika dicermati, ternyata ke sepuluh tanda-tanda zaman tersebut sudah ada diindonesia.

Padahal fungsi dari pendidikan Nasional sendiri adalah mngembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak ulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.4

Selain sepuluh tanda-tanda zaman tersebut, masalah lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistim yang ada sekarang ini terlalu berorientasikan pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otank kanan (efektif, empati dan rasa). Padahal pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan Agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (Hafalan atau hanya sekedar “tau”) pada

sisilain, pembentukan karakter harus dilaksanakan secara sistimasis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek ‘‘knowledge, feeling, loving, dan action’’. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body

(19)

builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus menerus agar menjadi kokoh dan kuat.5

Thomas Lickona (1991), mendefinisakan orang yang berkarakter sebagai sifat alamai seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang di manifestasikan dalam tindakannyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang di ungkapkan oleh Aristoteles bahwa karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus-menerus dilakukan.

Dengan demikian pendidik harus melakukan suatu kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam hal pembentukan karakter yang semestinya. Setelah kerjasama ini terjalin, selanjutnya apa-apa yang pelu dilakukan dapat dirancang bersama orang tua peserta didik agar pendidik mudah mengetahu psokolgi peserta didik yang sebenarnya. Pokok kerjasama orang tua dan pendidik dalam pembentukan karakter ini sangat penting terutama bagi orang tua itu sendiri karena menyangkut masadepan seorang anak itu sendiri. Oleh karena itu pendidik amat dianjurkan untuk merintis ini dengan berkonsultasi dahulu kepada kepala sekolah, dengan langkah pertama yakni, di adakanya rapat orang tua siswa dengan pendidik yang dihadiri langsung oleh kepala sekolah.6 Setelah kita mengetahui bagai mana kaadaan

5

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter, (PT Bumi Aksara Jakarta 2013), hal 35 6

(20)

pesertadidik dengan bekerja sama denga orang tua peserta didik, kita akan lebih mudah membentuk karakter yang baik dan luhur yang tetap berlandasan pada syaria agama.

Selanjutnya tingal mengembankannya dalam kegiatan proses pembelajaran, membentuk siswa berkarakter dapat dimulai dari pembuatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Karakter yang akan dikembangkan dapat ditulis secara eksplisit pada RPP. Dengan demikian, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru perlu menetapkan karakter yang akan dikembangkan sesuai dengan materi, metode, dan strategi pembelajaran. Ketika guru ingin menguatkan karakter kerjasama, disiplin waktu, keberanian, dan percaya diri, maka guru perlu memberikan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran sehari-hari. Guru perlu menyadari bahwa guru harus memberikan banyak perhatian pada karakter yang ingin dikembangkan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Seperti kita ketahui bahwa belajar tidak hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saja, namun juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam bentuk karya yang mencerminkan keterampilan dan meningkatkan sikap positif.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sinergis pendidik dengan orang tua peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo ?

(21)

3. Apakah ada korelasi sinergis Pendidik dengan Orang tua Peserta didik dalam pembentukan Karakter Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Mengetahui sinergis antara pendidik dengan orang tua peserta didik di kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

2. Mengetahui pembentukan karakter siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

3. Mengetahui Korelasi sinergis Pendidik dengan Orang tua Peserta didik dalam pembentukan Karakter pada Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, agar mengetahui secara langsung bagai mana proses mengenai korelasi sinergis pendidik dengan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter Siswa di kelas X MAN Sidoarjo.

2. Sebagai bahan informasi dan suatu pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik guna meningkatkan pengetahuan dalam mengelola proses pembelajaran.

(22)

pembentukan karakter lanjutan setelah SMP/MTS adalah sangat penting guna membentuk SDM yang arif dan bijaksana baik dalam bermasyarakat maupun dalam bernegara.

4. Sebagai Kontribusi bagi para guru dan orang tua peserta didik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik yang bukan hanya mengajarkan ilmu duniawi saja namun bisa berkemampuan dalam menanamkan karakter dan budi pekerti yang shalih.

5. Memberi inspirasi kepada sekolah MA/SMA untuk meningkatkan hubungan antara guru atau pendidik dengan keluarga peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas karakter generasi muda bangsa yang baik dan luhur.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu adalah penelitian yang judulnya terdapat kata yang sama dengan penelitian yang sebelumnya. Dalam hal ini peneliti menentukan hasil penelitian yang memiliki kedekatan pembahasan dengan penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang berjudulkan “ Pengaruh Kerjasama Guru dengan Orang tua terhadap

prestasi belajar bidang studi Aqidah Akhlak Di Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Mubtadi’in Sambong sawentar kecamatan Kanigoro kabupaten Blitar” dilakukan oleh

Wasilatun Ni’mah tahun 2007 dengan NIM. D06305003 jurusan PAI. Dalam skripsi

(23)

data. Analisis data tes menggunakan perhitungan Product moment yaitu dengan menguji hipotesa atas data-data yang berbentuk angka.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap persoalan-persoalan penelitian yang belum benar secara penuh dan kebenarannya itu harus dibuktikan dengan penelitian.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja (Ha), menyatakan bahwa ada korelasi sinergis antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

2. Hipotesis Nol (Ho), menyatakan bahwa tidak ada korelasi sinergis antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

F. Definisi Operasional

Agar Pembahasan isi penelitian ini lebih terarah, dan pembaca bisa mngetahui isi dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa penjelasan yang dianggap perlu untuk diketahui dari beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian ini. 1. Definisi Operasional Variabel X

(24)

kuantitatif. Dan korelasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.7 Sedangkan sinergis adalah gabungan atau

kerjasama yang bersifat menguntungkan dari beberapa pihak.8 Kerjasama tersebut terjalin antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam suatu lembaga. 2. Definisi Variabel Y

Definisi operasional dalam variabel Y adalah pembentukan Karakter pada Siswa. Karakter menurut Hornby dan Parnwell (1972:49), secara harafiah berarti “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Sedangkan

menurut M. Furqon Hidayatullah (2010:13), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong atau penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter ketika orang tersebut telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwadarminto, karakter diartikan sebuah tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

7 Team Penyusun Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Reality Publisher, surabaya 2008), Hal

386

(25)

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

G. Metodelogi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk bahan, penulis menggunakan metode penelitian diantaranya:

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian, atau seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi: “Populasi adalah semua individu, yang diperoleh dari sampel

yang digeneralisasikan.9

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa populasi adalah totalitas yang menjadi sasaran penelitian yang memiliki karakteristik tertentu dan diketahui secara jelas. Dengan demikian, untuk menentukan sasaran dari penelitian ini perlu kiranya penulis menetapkan adanya populasi yaitu seluruh orang tua/ wali murid kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo yang berdatakan pada kelas IPA dan IPS dibawah ini

No Kelas IPA Jumlah Siswa Kelas IPS Jumlah Siswa

1. IPA 1 38 IPS 1 32

2. IPA 2 38 IPS 2 33

3. IPA 3 38 IPS 3 32

(26)

4. IPA 4 38 IPS 4 24

5. IPA 5 39 IPS 5 33

6. IPA 6 38

7. IPA 7 39

8. IPA 8 39

Jumlah Keseluruan Siswa IPA 307 Jumlah Keseluruan Siswa IPS 154

Maka keseluruhuan jumlah siswa kelas X IPA dan IPS adalah 461

2. Sampel

Apabila populasi yang diteliti jumlahnya banyak, karena mengingat keterbatasan dari peneliti baik itu berupa waktu, materi dan biaya maka dapat diteliti dengan sampel. Adapun pengertian sampel adalah:

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki atau yang diteliti. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah jika kita meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian ini disebut penelitian sampel.10 Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sampel adalah sejumlah individu yang diselidiki sebagai wakil dari individu secara keseluruhan.

Populasi yang akan penulis teliti ini bersifat homogen, maka teknik pengambilan sampelnya adalah dengan menggunakan random sampling yaitu

10

(27)

dengan jalan semua individu diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel kemudian dikasih nomor dan diambil secara acak. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 461 orang tua siswa dari kelas X IPA dan IPS, untuk itu penulis ambil 20 % dari jumlah populasi tersebut sehingga akan diketahui jumlah sampel yang diambil, yakni 92 orang tua siswa. Jadi jumlah anggota sampel pada penelitian ini adalah 92 orang tua siswa.

3. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.11 Pada dasarnya variabel dibagi menjadi dua yakni:

a. Variabel bebas (Independent variabel) yaitu variabel yang bersifat mempengaruhi. Adapun dalam penelitian ini variabel yang mempengaruhi adalah pendidik dan orang tua peserta didik.

b. Variabel terikat (Dependen Variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi. Sedangkan yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah Pembentukan Karakter Siswa.

4. Data-data yang dibutuhkan

Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi dua sumber data, yakni:

(28)

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka-angka, yang dimaksud data kualitatif disini penulis peroleh dari dokumen, arsip, observasi maupun interview pada obyek penelitian. Seperti beberapa dokumen yang sudah diperoleh peneliti dibawah ini:

1. Sejarah singkan berdirinya Sekolahan MAN Sidoarjo

2. Letak geografis dari sekolahan Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo 3. Stuktural kelembagaan Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo

4. Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo

5. Keadaan karyawan dan sarana-prasarana Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo Data-data tersebut peneliti peroleh dari dokumen yang ada pada obyek penelitian.

b. Data Kuantitatif

Yang dimaksud dengan data kuantitatif disini adalah data-data yang bersifat kuantitatif namun di kwalitatifkan (diangkakan) sehingga dijadikan dalam bentuk jumlah. Adapun data yang bersifat kwalitatif namun di kwantitatifkan seperti beberapa data dibawah ini yang meliputi permasalahan 1. Kerjasama orang tua peserta didik dengan pendidik di Madrasah Aliyah

(29)

2. Data selanjutnya diperoleh dari angket yang disebarkan kepada wali murid / orang tua peserta didik kelas X MANSDA.

3. Bisa juga dilihat dari dokumen rapot dalam melihat kemajuan siswa dalam berperilaku baik itu ketertipan sekolah maupun kedisiplinan.

5. Metode Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, penulis penulis menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang diteliti guna mecari keakuratan yang falid dari hasil penelitian ini. Penulis memilih beberapa metode dalam pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang ada. Adapun metode yang digunakan sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti sendiri. atau suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti langsung mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian untuk melihat fenomena yang berhubungan dengan penelitian judul skripsi ini. Hasil observasi akan memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara dan angket. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.

(30)

(validitasnya). Metode observasi ini peneliti tempuh guna mengungkap data yang berkaitan dengan letak geografis, kondisi fisik, sarana dan prasarana yang ada di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

b. Metode Interview (wawancara)

Metode Interview adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi langsung serta lisan dengan sumber data (manusia), dalm hal ini Sutrisno Hadi mengatakan bahwa: “Interview dapat dipandang sebagai metode

pengumpulan data dengan jakan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penyelidikannya.12

Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data-data tentang hal yang kurang jelas yang tealah diperoleh metode lain. Dengan metode ini penulis mengunakan interview kepada orang tua wali dan kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

c. Metode Quesioner (Angket)

Metode Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang yang menjawab).13

Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk menggali data tentang korelasi sinergis pendidik dengan orang tua peserta didik dalam

12

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 193

13

(31)

pembentukan karakter peserta didik di kelas X MAN Sidoarjo, dan hasil yang diperoleh dari angket ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian penilaian tentang karakter siswa baik dirumah maupun disekolahan.

d. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi asal katanya adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis, dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.14 Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat sumber-sumber dokumen yang ada kaitannya dengan jenis data yang diperlukan. Metode dokumentasi adalah cara yang efisien untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan metode interview dan observasi.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tertulis, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang terkait dengan judul tersebut. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu mengumpulkan informasi yang benar-benar akurat dan real.

6. Metode Analisis data

Metode Analisis data digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian. Karena penelitian ini menggunakan kuantitatif maka peneliti di

(32)

sini menggunakan teknik analisis statistic yang digunakan dalam rangka menguji hipotesis dan sekaligus memperoleh suatu kesimpulan yang tepat, untuk itu disini peneliti menggunakan rumus Korelasi Ganda.

Yakni analisis pertama adalah menganalisis Bagaimana sinergis antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Analisis kedua, bagaimana karakter pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

Korelasi Ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dari satu variabel dependen.15 Pemahaman tentang korelasi ganda dapat dilihat dari gambar simbol dibawah ini:

r

3

X1 = Pendidik

X2 = Orang tua Peserta didik

Y = Siswa

R = Korelasi Ganda

(33)

Pada bagian ini di kemukakan korelasi ganda (R) untuk dua variabel independen yakni hubungan pendidik dengan orang tua peserta didik dan satu dependen yakni siswa. Pada bagian itu persamaan-persamaan yang ada pada regresi ganda dapat dimanfaatkan untuk menghitung korelasi ganda dua variabel secara bersama-sama. Rumus korelasi dua variabel seperti berikut:

Dimana

R y.X1.X2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y

r y X 1 = Korelasi Product Moment Antara X1 dengan Y

r y X 2 = Korelasi Product Moment Antara X2 dengan Y

r X 1 X 2 = Korelasi Product Moment Antara X1 dengan X2

(34)

H. Sitematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan pembatasan masalah, definisi operasional, sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tinjauan tentang beberapa pengrtian dalam variable penelitian seperi; Korelasi sinergis antara pendidik dengan orang tua pesreta didik yang meliputi, Pengertian korelasi dan sinergis, pengertian pendidik, pengertian orang tua peserta didik dan hubugan antara pendidi dengan oran tua. Pembentukan karakter siswa yang meliputi; Pengertian karakter, pengertia siswa, bentuk-bentuk karaker, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa. Dan yang terakhir variable XY nya yakni; Hubungan kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik dalam hal pembentukan karakter siswa. BAB III : METODELOGI PENELITIAN

(35)

a. Korelasi sinergis pendidik dengan orang tua peserta didik b. Karakter pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo c. Hubungan Sinergis dalam pembentukan karakter siswa

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang:

A. Profil Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, meliputi: sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, letak geografis Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, visi-misi dan susunan pengurus Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, program kegiatan Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, keadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, keadaan para guru Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

B. Penyajian data, meliputi data tentang korelasi sinergis pendidik dengan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter peserta didik di kelas X MAN sidoarjo,dari penyajian data, Uji Validitas dan reabilitas, analisis dan evaluasi, uji asumís klasik sampai Pengujian Hipotesis. C. Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian

BAB V : PENUTUP

(36)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Sinergis Pendidik dengan Orang tua Peserta didik

1. Pengertian Sinergis

Sinergis adalah gabungan atau kerjasama yang bersifat menguntungkan dari beberapa pihak.1 Dengan demikian korelasi sinergis adalah hubungan kerjasama

yang dimana bisa dijalin antar individu atau kelompok guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan atau disepakati.

2. Pengertian Pendidik dan Orang tua Peserta didik

Pendidik adalah seseorang yang mengajarkan suatu ilmu dan seseorang yang dapat dijadikan tiruan guna dicontoh dalam ucapan maupun tingkah lakunya. Pendidik dalam bahasa jawa bisa disebut sebagai GURU dan sangat memiliki tugas yang berat karena sebuah perkataan dan perbuatan guru mempunyai nilai yang agung dan sakral. Kata guru bila diambil dari pepatah Jawa yang merupakan kepanjangan dari kata (GU) yang berasal dari gugu, yang artinya di percaya, dan dapat dipegang kata-katanya, sedangkan kata (RU), yakni diartikan sebagai tiruan/ditiru yakni dapat diteladani tingkah lakunya.2

1 Team Penyusun Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Reality Publisher, surabaya 2008), h 597

2

(37)

Sedang menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam disebutkan bahwa pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid biasanya adalah pendidik yang memegang mata pelajaran disekolah.”3

Setelah memperhatikan pengertian pendidik diatas baik itu ditinjau dari segi istilah maupun pendapat para ahli, seorang pendidik sendiri memiliki posisi untuk didengar dan ditaati segala ucapan dan perintahnya. Disamping itu pendidik juga bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik juga kedewasaan peserta didik. Jadi pada prinsipnya seorang pendidik adalah orang yang pekerjaannya mendidik (anak) agar supaya anak mempunyai pengetahuan dan berkepribadian yang baik dan lebih cenderung dalam segi ilmiah atau inteleknya.

Sedangkan orang tua adalah seseorang yang mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak dengan penuh tangung jawab dan dengan kasih sayang. Orang tua disebut juga sebgaia keluarga yang bertangung jawab paling utama perkembangan karakter dan kemajuan belajar anaknya.

ةراجحۡل ٱو ساذنل ٱ اهدوقو اٗرَ ُۡيلۡهَٱو ُۡسفنَٱ آوق اونماء ني ذَ ٱ ا هَُأ ي

….

٦

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Dan kata dirimu disini berarti orang tua yakni ayah atau ibu terhadap keluarganya (anaknya). Sejalan dengan ayat diatas orang tua atau keluarga adalah sebagai lingkungan

3

(38)

pertama bagi individu dimana dia berinteraksi atau memperoleh unsur-unsur perilakau dan karakter kepribadian yang melambangkan lingkungan keluarganya.4

Orang tua dalam hal ini terdiri dari ayah, ibu serta saudara adik dan kakak. Orang tua atau biasa disebut juga dengan keluarga, atau yang identik dengan orang yang membimbing anak dalam lingkungan keluarga. Dalam keluarga orang tua sangat berperan sebab dalam kehidupan anak waktunya sebagian besar dihabiskan dalam lingkungan keluarga apalagi anak masih di bawah pengasuhan atau anak usia sekolah dasar yaitu antara usia (0-12 tahun), terutama peran seorang ibu.5

Anak mulai bisa mengenyam dunia pendidikan dimulai dari kedua orang tua bahkan saat anak masih berada dalam masa kandungan, ayunan, berdiri, sampai berjalan dan seterusnya. Makadari itu orang tualah sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Demikianlah yang menjadikan orang tua sebagai faktor penting guna mendidik anak-anaknya baik itu ditinjau dari segi agama, sosial, kemasyrakatan, sampai ahlak dan tingkah laku seorang anak.

3. Hubungan Antara Pendidik dengan Orang tua Peserta didik

Hubungan Antara pendidik dengan orang tua peserta didik bisa dilihat dari kerjasama pendidik dengan orang tua peserta didik, serta fungsi dan tujuan pendidik dan orang tua peserta didik kepada siswa itu sindiri.

4

Mansur, MA, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005), hal 354. 5

(39)

Seperti halnya, keikutsertaan orang tua dan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat banyak. Orang tua yang mendorong serta membimbing waktu anak berada di lingkungan keluarga. Dengan hubungan orang tua dan anak yang baik secara langsung akan ikut membatu dalam perkembangan dan kecerdasan anak.

Sedangkan guru meskipun hanya berada di lingkungan sekolah, akan tetapi mempunyai peranan yang sangat luas, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Adams & Dickey, bahwa peran guru yang sangat luas meliputi:

a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor) b. Guru. sebagai pembimbing (teacher as counsellor) c. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist) d. Dan Guru sebagai pribadi (teacher as persen).6

Dengan demikian kerjasama antara pendidik dengan orang tuan peserta didik perlu dibagun guna mendidik siswa, baik itu ketika dirumah maupun disekolahan. Dengan melihat kebiasaan siswa ketika dirumah guru bisa melihat psikologi belajar siswa dengan baik, begitu juga sebaliknya dengan melihat anak di sekolah sebagai siswa, orang tua bisa mengetahui perkembangan dari anaknya. Oleh karna itu kerjasama ini perlu dibangun, baik itu dalam forum formal atau

6

(40)

furum Non formal guna membahas dan shearing seputar apa yang sudah terjadi didalam ruang lingkup sekolah atau ruang lingkup keluarga.

Sedangkan fungsi dari pendidik dan orang tua peserta didik sendiri memiliki beberapa kesamaan, seperti :

a. Sama-sama sebagai pendidik, baik itu dalam rana intelektual, social, sampai pada pembentukan karakter siswa

b. Sebagai panutan atau suri teladan yang baik serta patut ditiru dari apa yang sudah diajarkan

c. Sebagai pembimbing sekaligus pendamping dalam pengembangan sikologi anak sampai mereka dewasa dan menajadi orang yang bersocial dan bermasyarakat.

Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik dengan orang tua peseta didik dalam kerjasamanya guna mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan dari awal, seperti ;7

a. Pendidik dan orang tua peserta didik membangun kerjasama dalam mendidik agama terutama agama Islam, dengan harapan agar siswa bisa membawa sikap toleransi, social yang tinggi, serta berahlak mulia ketika mereka bermasyarakat

7

(41)

b. Pendidik dan orang tua peserta didik bisa bekerjasama dalam membangun dan mengembangkan kecerdasan emosional

c. Bekerjasama dalam membangun kreativitas anak, karena ke kreatifan anak mudah dikembangkan di dini sampai dia beranjak dewasa, dengan adanya pengembangan kreatifitas anak diharapkan dapat lebih aktif lagi ketika belajar maupun berfikir

d. Pendidik dan orang tua peserta didik bisa bekerjasama dalam mendisiplinkan peserta didik dengan kasih saying. Dalam pembelajaran disini pendidik sendiri bisa lebih mudah mengetahui macam-macam latar belakang siswa serta sikap dan potensi yang ada pada siswa yang semuanya itu dapat berpengaruh tehadap pembelajaran ketika di sekolah maupun di ruang lingkup keluarga dengan cara dibangunya korelasi sinergis dari pendidik dan orang tua siswa dengan tujuan untuk pembentukan jati diri siswa, membangun karakter disiplin siswa, serta dapat membangun situasi pembelajaran yang nyaman bagi para siswa

e. Memberikan nafsu belajar siswa atau stimulus bagi siswa, dengan cara pendidik dan orang tua peserta didik seringkali menasehati, memberi contoh, dan bertugas sebagai motivator bagi para siswa

(42)

dengan orang tua siswa, agar kedua belah pihak mengetahui kondisi serta perkembangan anak baik itu disolahaman maupun ketika dirumah.

B. Pembentukan Karakter Siswa 1. Karakter Siswa

Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha untuk meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, siswa secara global diartikan luas menjadi peserta didik atau bisa disebut juga sebagai Murid.

Sedangkan karakter sendiri berasal dari bahasa Ingris yakni character yang berarti kualitas mental dan moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Sedangkan menurut kamus, adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat atau watak. Berkarakter sendiri berati mempunyai watak dan mempunyai kepribadian.8

Menurut psokilogi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Karakter menurut psokilogi juga berarti integrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk satu unitas atau kesatuan dan juga berarti dari kepribadian seseorang yang dipandang dari titik etis dan titik moral.9

8

H Abd. Haris, M.Ag. Pendidikan Karakter Berbasis Tauhid, (Al-Afkar Press, Sidoarjo Waru 2012), hal 101.

(43)

Karakter secara terminologis berarti kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.10 M Furqon Hidayatullah menyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadikan pendorong dan penggerak, serta menjadi pembeda antara individu satu dengan individu yang lain.11

Dari beberapa pengertian karakter diatas dapat disimpulkan, bahwasanya karakter siswa adalah kepribadian yang menjadikan karakteristik seorang pelajar yang sedang membuka potensi baik itu dalam rana intelektual maupun rana sosial yang dimana karateristik tersebut menjadikan gaya atau sifat khas dari seseorang yang tercipta dari bentukan-bentukan yang telah dia terima dari lingkangan mapun bawaan dari setiap individu itu sendiri. Oleh karenaya karakter yang baik bisa dibentuk oleh lingkungan yang baik pula, baik itu dalam suatu ruang lingkup lembaga ataupun didalam ruang lingkup suatu keluarga.

2. Bentuk-Bentuk Karakter Siswa

Bentuk-bentuk karakter pada siswa terbagi penjadi beberapa segi karakter yakni dalam segi fisik, segi kognitif (kreatifitas, berfikir kritis), emosi, sosial, bahasa, moral dan ahlak.

a. Karakteristik dalam segi fisik

10Fathul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoriitik dan Praktik, (Yogykarta: Ar-Ruzz Media,

2011), hal 160.

11 M Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta; UNS

(44)

Karakteristik anak usia remaja yakni 12-21 tahun, yang merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang tua dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri ( ego identity) dalam hal ini masa remaja ditandai dengan munculnya beberapa perubahan karakter dalam segi fisik yakni:12

1) Tinggi Badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terlambat.

2) Berat Badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka

12 Desmita, M.Si. Psikologi Perkembangan peserta didik, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2012), hal

(45)

bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik (gemuk pendek).

3) Proposi Tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.

4) Organ Seks

Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian. Ada pula Ciri-ciri seks yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan pada perempuan ditandai dengan membesarnya payudara.

5) Sistem Pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

(46)

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

7) Sistem Pernafasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahu; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.

8) Sistem Endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

9) Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.

b. Karakter dalam Segi Kognitif

(47)

persoalan tentang berbagai gagasan. Pertumbuhan otak siswa mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) siswa dapat digambarkan sebagai berikut:13

1) Secara intelektual siswa mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.

2) Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi pada siswa yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah dalam rana berfikirnya

3) Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.

4) Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis. 5) Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif

untuk mencapainya psikologi remaja.

6) Mulai menyadari proses berfikir yang efisien dan belajar berinstropeksi. 7) Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan,

moralitas, dan identitas (jati diri).

8) Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses kognitif tersebut efisien atau tidak efisien.

9) Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.

13

(48)

10)Membuka cakrawala berfikir yang sangat luas.

c. Karakter Emosional

Pada masa ini, tingkat karateristik emosional siswa akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para siswa di usia remaja ini seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita harus mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah laku dalam perkembangan siswa, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan siswa. Perkembangan pada masa SMA (remaja) merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.14

Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidak jelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut

14

(49)

sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.15

Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.16

d. Karakter Moral

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.

15

Ibid., hal 61

16 Agus Wibowo. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.

(50)

Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi. 17

Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.18

Melalui pengalaman atau berinteraksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk

17

Thomas Lichona, Edicating For Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter), (Jakarta: Bumi Aksara 2012), hal 18.

18

(51)

memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).19 e. Karakter Sosial

Karakter sosial remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum mamahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma seksual dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat.

Adapun ciri dari berkembangnya karakter sosial pada masa remaja, seperti;

1) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebayanya, baik itu dalam hal berinteraksi dan berkomunikasi.

2) Dapat menerima dan belajar peranan dalam bersosial sebagai pria atau wanita dewasa yang di junjung tinggi oleh masyarakat

3) Menerima kadaan fisik dan mampun mengaplikasikanya secara efektif 4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainya. 5) Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat dan

kemampuanya.

19

(52)

6) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan dan berlatih untuk hidup berkeluarga dan bermasyarakat sosial

7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang di perlukan sebagai warga bernegara

8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.20

Adapula beberapa karakter yang dituliskan oleh Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Character Matters, dalam buku trersebut dituliskan secara umum beberapa karakter baik yang ada dalam diri manusia, seperti: 1) Karakter Jujur

Jujur adalah sifat manusia yang benar dan sebenarnya yang di ungkapkan dari manusia baik itu dalam bersosial dan spiritual, yang dimana kebenaran ini bisa berupa pernyataan yang menyakitkan bagi seseorang. Karakter ini memiliki sifat yang baik bagi penggunanya guna melihat suatu kebenaran yang hak dan guna menetapkan skala prioritas. Seperti apa yang sudah dikatakan oleh pakar etika Richard Gula “Kita tidak akan bisa melihat kebenaran sebelum kita melihat suatu hal yang benar.21

20

Dra. Desmita, M.Si. Psikologi Perkembangan peserta didik, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2012), hal 36.

(53)

2) Karakter Adil

Keadilan menurut Yunani Kuno adalah kebajikan yang dimana kita menghormati hak-hak semua orang. Aturan Emas (The Golden Rule), yang mengarahkan kita untuk memperlakukan orang lain sebagai mana kita ingin diperlakukan oleh orang lain, karakter adil sendiri tidak memihak antara satu sama lain sebelum melihat hal yang benar-benar sudah benar. Karakter adil ini merupakan sebuah pripsip yang ditamkan oleh budaya dan agama diseluruh dunia.

3) Karakter Keberanian

Karakter keberanian adalah karakter baik yang memungkinkan kita untuk melakukan apa yang sudah pasti benar dalam hal menghadapi kesulitan. Keputusan yang tepat dalam hidup dari masing-masing individu yang sulit untuk dilakukan juga membutuhkan sebuah keberanian guna menghadapinya. Sebuah motto yang sering di ucapkan oleh siswa berusia remaja yakni “Lakukan hal yang sulit tapi benar dari

pada hal yang mudah tapi salah” motto ini yang menandakan bahwa siswa

di usia remaja memiliki keberanian yang absolut, namun jika keberanian-keberanian ini tidak dikontrol oleh sifat dan karakter yang baik akan disalah gunakan kearah yang lebih negatif.

(54)

mengatasi atau menahan suatu kesulitan, ketakutan, ketidak nyamanan sampai rasa sakit yang mendalam, semua hal tersebut dapat dipukul mundur oleh karakter keberanian.

4) Karakter Pengendalian diri

Pengendalian diri adalah karakter dimana kita mampu mengendalikan, mengatur dan mengontrol diri kita sendiri tanpa adanya egoisitas pada diri sendiri. Hal ini memungkinkan kita guna mengontrol emosional, sensual, nafsu, egoisme, dan karakter-karakter buruk lainya pada diri manusaia itu sindiri.22

5) Karakter Kasih sayang

Karakter Kasih sayang adalah keinginnan untuk mengorbankan diri demi kepintingan yang lain. Karakter ini melebihi dari karakter adil karena memberikan sesuatu guna kepentingan dari orang lain, meski itu nyawa dari diri manusia itu sendiri. Beberapa bentuk sifat dari karakter kasih sayang ini meliputi: Empati, kedermawanan, pengorbanan, pelayanan, loyalitas, patriotisme (Cinta Negara), pemberian maaf sebagai bentuk kebaikan cinta.

6) Karakter Positif

Karater ini adalah karakter yang melambangkan harapan bagi setiap individu yang bersifat fleksibel, dan harapan tersebut terbentuk dari

22

(55)

pemikiran setiap individu dalam memikir dan memdang sesuatu dalam sudut pandang yang luas, dan tidak serta merta menjastis sesuatu hal yang belun tentu kebenaranya.

7) Karakter Moral

Moral adalah Integritas, yakni menjaga keseluruhan baik itu tingkahlaku, perkataan, tindakan, pemikiran, cara berfikir dengan batasan-batasan peraturan, baik itu dari negara maupun dari agama. Moral dibagi menjadi dua menurut nilainya, yakni Moral secara univerlas dan

Nonuniversal, seperti menghormati orang lain secara baik, menghormati pilihan dari hidup, serta menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan penghargaan diri.23

8) Karakter Penyukur

Syukur adalah karakter baik yang dimiliki oleh setiap manusia tapi sulit untuk dikembangkan dan dilakukan karena itu syukur adalah tolak ukur dimana manusia dapat mencari kebahagiaan yang hak.24

9) Karakter Rendah hati

Karakter rendah hati adalah karakter baik yang dimana setiap individu merasa akan ketidak sempurnaanya sebagai seorang Hamba, dan hamba disini berusaha untuk menjadi hamba yang baik dihadapan sang

23

Thomas Lichona, Edicating For Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter), (Jakarta: Bumi Aksara 2012), hal 62.

24

(56)

penciptanya guna mendapatkan kesehjahtraan dalam hidup. Seorang pendidik mengatakan bahwa rendah hari adalah mengakui kedudukanya sebagai hamba yang memiliki kemampuan yang tidak mampu (lemah), serta menekan kemampuan manusia itu sendiri kedalam bentuk pelayanan tanpa menarik perhatian atau

mengharapkan sebuah tepuk tangan.25 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter Siswa

Sebagaimana menurut Aqib dan Sujak, mengemukakan bahwa karakter mulia berarti individu yang memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti refllektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, redah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hidup hemat/efesien, menghargai waktu, pengabdian,/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, dan tertib. Tetapi, adapun faktor-faktor yang dapat menghambat pembentukan karakter diatas yakni timbulnya masalah kesenjangan karakter (buruk).26

25

Thomas Lickona, Character Matters. hal 20.

26 Aqib, Zainal & Sujak. Panduan Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yrama Widya, 2011), hal

(57)

Adapun beberapa faktor yang dapat menghambat pembentukan karakter baik pada siswa yakni faktor intrern dan faktor ektern;

a. Faktor Intern

Faktor intern atau faktor dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter individu adalah faktor pembawaan atau faktor yang timbul dari individu itu sendiri, yaitu segala sesuatu yang telah ada dan dibawa sejak lahir, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat psikis. Keadaan pisik, seperti panjang pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan syaraf dan sebagainya. Keadaan psikis, seperti pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, dan ingatan dapat mempengaruhi sebuah karakter dari setiap individu.27

Faktor intern bisa juga dari faktor biologis yang dinamakan faktor genetika (HEREDITAS), Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.

Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan 23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis individu atau yang memnentukan potensi-potensi hereditasnya.

27

(58)

Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampun-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung karena dipengaruhi gen secara langsung adalah kualitas system syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.

Dengan demikian faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap karakter individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya karakter secara fisik yang maksimal.28 Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

28

(59)

2) Faktor Psikologis

Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda. Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.29

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang mempunyai karakter baik bisa jadi dari turunan ataupun dari lingkungan

b. Faktor Ekstern

Karakter seseorang yang telah dipengaruhi sesuatu dari faktor ajar ataupun faktor dari luar. Faktor dari luar ialah segala sesuatu yang datang dari luar, bisa itu beupa lingkungan, kebudayaan, pendidikan, agama, pekerjaan sampai profesi dari setiap individu,30 seperti yang akan peneliti sampaikan dibawah ini:

29 Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, hal 46.

(60)

1) Faktor Lingkungan Sosial

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi pembentukan karakter dan sikap siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, anak jalanan dan anak telantar juga dapat memengaruhi karakter dari siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman bergaul yang baik, teman yang bisa dijadikan suri teladan yang baik, teman untuk belajar, diskusi, atau samapai teman untuk berbagi pengalamanya masing-masing.

2) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan keluarga ini bisa sanggat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter siswa yang biak, jika kondisi keluarga biak dalam arti, percontohan perilaku yang baik, kata-kata yang jujur, sikap yang toleransi, akan membantu membentuk siswa guna mempunyai karakter sosial yang tinggi, begitu juga sebaliknya.

3) Faktor Lingkungan Sekolah

(61)

bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. Namun jika dari tiga komponen diatas melambangkan karakter yang menyimpang

Gambar

Tabel 3.2 Indikator variabel Y
Table 4.1 Data Pendidik di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo tahun 2017
Tabel 4.4 LUAS (M2) STATUS TANAH
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, penelitian oleh Puspitawati (2008) menunjukkan bahwa komunikasi yang baik antara orang tua dengan remaja dapat menjadi penya- ring terhadap pengaruh buruk

Sulfur oksida ( berasal proses pembakaran kendaraan bermotor yang terdapat didaerah pettarani dimana kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan (

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan serta anugerah kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Metode pengumpulan data yang digu- nakan dalam penelitian ini yang utama adalah dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data primer yang ter- kait dengan

Hasil penelitian dan pembahasan tentang peran kader dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut peran

Budaya Islami akan menjadi ciri khas tersendiri nilai keIslaman yang terkandung di dalam lembaga pendidikan Islam merupakan modal utama untuk mewujudkan sebuah

Berangkat dari data tersebut, jika dikaitkan dengan teori tahapan perumusan strategi sumber daya manusia menurut Ati Cahayani yang telah dikemu- kakan di sebelumnya,