“BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI
CLIENT
CENTERED
DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR
SISWA”
(Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung
Plumpang Tuban
)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ana Rosyidah An-Nur
NIM. B73212094
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Ana Rosyidah An-Nur (B73212094), Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa (Study Kasus Siswa Kelas Xi Ma Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban)
Fokus penelitian adalah (1) bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ? (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan analisa data menggunakan Deskriptif yaitu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, dalam hal ini penulis melakukan proses konseling terhadap salah satu siswa kelas XI MA Hidayatul Islamiyah yang mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya kesulitan belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam dirinya sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar seperti kondisi lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam belajar yang dipengaruhi oleh faktor eksternalnya berupa salah pergaulan dengan teman sepermainan yang megakibatkan klien memiliki kebiasan yang buruk. kesulitan itu ditunjukkan dengan sulitnya berkonsentrasi dan memfokuskan fikiran terhadap pelajaran sehingga mengakibatkan klien mengalami penurun dalam prestasi belajarnya.
Pada proses koseling dengan terapi client centered konselor hanya memberikan dorongan berupa pertanyan dan pernyataan yang bersifat membangun kesadaran pada diri klien. Setelah dilakukannya proses konseling dengan menggunakan terapi client centered klien mulai menyadari akan apa yang dialaminya dan berjanji akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi dan meninggalkan kebiasan buruknya, Agar bisa membanggakan orang tua dan juga dirinya sendiri.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar yang dilakukan oleh salah satu siswa MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban. Dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan cukup berhasil karena 50% dari gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Client Centered Therapy, Kesulitan
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep ... 7
1. Bimbingan Konseling Islam ... 7
2. Client Centered Therapy ... 9
3. Kesulitan Belajar ... 13
F. Metode Penelitian ... 15
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 15
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 16
3. Jenis dan Sumber Data ... 16
4. Tahap- tahap Penelitian ... 17
5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 18
6. Teknik Analisis Data ... 22
7. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23
G. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 27
a. Definisi Bimbingan Koseling Islam ... 27
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 28
c. Landasan Bimbingan Konseling Islam ... 29
d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam ... 30
e. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam .. 37
B. Terapi Client Centered ... 39
a. Definisi Terapi Client Centered ... 39
b. Pandangan Tentang Manusia ... 39
c. Tujuan Dan Terapi Client Centered ... 40
d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered ... 41
C. Kesulitan Belajar ... 44
a. Definisi Kesulitan Belajar ... 44
b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 46
c. Jenis Atau Karakteristik Kesulitan Belajar ... 50
d. Ciri-Ciri Dan Gejala Kesulitan Belajar ... 51
e. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 52
f. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar ... 54
D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 55
BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59
a. Diskripsi Objek Penelitian ... 59
b. Letak Geografis ... 59
c. Bangunan Fisik ... 59
d. Visi Misi dan Tujuan Madrasah ... 60
e. Profil Madrasah ... 61
B.Diskripsi Konselor ... 61
C.Diskripsi Klien ... 62
D.Diskripsi Masalah ... 65
E. Diskripsi Hasil Penelitian ... 67
1. Ciri-Ciri Atau Bentuk Kesulitan Belajar Pada Siswa 67 2. Diskripsi Proses Bimbingan Konselig Islam ... 67
a. Identifikasi Masalah ... 68
b. Diagnosis ... 71
c. Prognosis ... 71
d. Treatment ... 72
e. Follow-Up ... 79
f. Evaluasi Hasil Konseling ... 80
BAB IV : ANALISIS DATA A. Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa ... 82
a. Identifikasi Masalah ... 83
b. Diagnosis ... 83
c. Prognosis ... 83
d. Treatment Atau Terapi ... 84
e. Follow-Up ... 84
B. Hasil Dari Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar ... 87
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
[image:9.595.136.481.226.563.2]
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman sangatlah berpengaruh bagi setiap manusia
terutama dalam hal pendidikan. Pendidikan sangat berkaitan dengan siswa,
karena Siswa merupakan generasi penerus bagi bangsa yang dituntut untuk
bisa berkembang secara baik agar dapat memahami dirinya sendiri sehingga
menjadi seseorang yang dewasa dan juga berprestasi dalam intelegensi yang
kelak bisa membanggakan Negara dan Tanah air ini. Tetapi setiap
perkembangan anak tidak semuanya sama atau semulus dan selancar yang
kita fikirkan terutama perkembangan pengetahuan saat belajar, adakalanya
perkembangan itu lambat dan juga ada yang berhenti atau tidak berkembang
sama sekali.
Pendidikan sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan
setiap manusia karena manusia merupakan bagian dari makhluk hidup yang
memiliki kebutuhan yaitu salah satunya belajar, karena dengan belajar
manusia dapat mengetahui apa saja yang ada didunia ini, terutama bagi
seorang siswa sangat penting memiliki pengetahuan yang lebih dengan
belajar. Siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pengetahuan
yang dimiliki dengan selalu tekun untuk belajar, karena siswa sebagai unsur
2
Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang
secara sadar yang mengakibatkan perubahan dalam diri berupa pengetahuan
dan kemahiran yang sifatnya semi permanen. Aktivitas belajar pada setiap
individu sangatlah berbeda beda dan tidak selamanya belajar dapat
berlangsung secara wajar dan baik karena pasti akan ada yang namanya
hambatan, dan salah satu hambatan yang bisa dilihat yaitu cepat lambatnya
daya tangkap seseorang terhadap pelajaran yang dipengaruhi oleh konsentrasi
yang disebut dengan kesulitan belajar.
Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan belajar
sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.1
Nana Surdjana mengatakan, belajar adalah proses yang aktif belajar
mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu.2
Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban untuk memberikan
kesempatan belajar seluas-luasnya kepada setiap siswa (individu) untuk
mengembangkan dirinya (Self Realization) seoptimal mungkin sesuai dengan
potensi yang dimilikinya dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang
1 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), hal.4
2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987),
3
tersedia, namun disekolah sering ditemui siswa yang memperoleh prestasi
jauh dibawah rata-rata atau norma yang telah ditetapkan bila dibandingkan
dengan prestasi hasil bejar yang diperoleh teman-teman dikelasnya.3
Sekolah diharuskan untuk melakukan kegiatan lain yang berupa
layanan bimbingan dan konseling, sebagai layanan untuk membantu siswa
setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap
siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan
bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki
permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau
bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya.4
Masalah atau problem yang sering dialami siswa saat belajar
diistilahkan dengan learning disorder yang bisa disebut sebagai kekacauan
atau kesulitan belajar yang berarti keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. karena pada dasarnya
potensi dasar siswa yang mengalami kekacauan tidak dirugikan, tetapi
belajarnya menjadi terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari
potensi yang dimiliki.5
Kemampuan Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya
sering disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dimaksud
3 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 99
4 Dwi Tegar Yanuswantoro, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan Konseling.
Mahasiswi Bimbingan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
5 Dede rahmat hidayat dan herdi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental Disekolah,
4
disini adalah kesulitan dalam menerima pelajaran dan materi yang di berikan
oleh guru, factor yang mempengaruhi siswa dalam kesulitan belajar ada dua
factor yang mempengaruhi yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor
internal yaitu Intelegency Quation (IQ) rendah, emosi, tidak memiliki
cita-cita yang relevan, keadaaan fisik yang kurang baik, tidak ada motivasi
belajar. Dan factor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat sekitar (lingkungan sosial).
Salah satu yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar yaitu
pergaulan, pergaulan termasuk faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi
dalam sulitnya belajar siswa, terutama salah dalam memilih teman bisa
menimbulkan hal-hal negatif yang tidak pernah di inginkan oleh siapapun,
seperti halnya sering pulang malam karena begadang dengan teman,
meninggalkan sekolah tanpa izin yang akhirnya membuat dia seperti orang
linglung saat belajar disekolah karena terganggunya waktu dan ketinggalan
dengan pelajaran.
Dalam situasi yang seperti itu siswa sangatlah membutuhkan yang
namanya bantuan atau bimbingan dalam upaya untuk membantu siswa
mengatasi masalah atau hambatan dan kesulitan yang dirasakan. Maka dari
itu bukan tanpa alasan jika peneliti membahas permasalahan tersebut dalam
skripsi yang berjudul “BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN
TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN
BELAJAR SISWA (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah
5
Dari uraian masalah diatas peneliti mencoba untuk melakukan
bantuan dengan menggunakan terapi Client Centered yaitu konseling yang
berpusat pada klien yang sering disebut sebagai keonseling teori diri (Self Theory). Teori ini di kembangkan oleh Carl Rogers yang menurutnya terapi client centered ini merupakan tehnik konseling dimana yang paling berperan
adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusinya sendiri
terhadap masalah yang dihadapi, hal ini memberikan pengertian bahwa klien
dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan
pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.6
Problem kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian yaitu
kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya berkonsentrasi saat
pembelajaran berlangsung dan sulit memahami pelajaran sehingga
mengakibatkan siswa tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru, tidak
bisa mengerjakan PR, tidak dipungkiri juga bahwa siswa sekarang sudah
berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran berlangsung siswa lebih
banyak memikirkan kekasihnya dan berani untuk smsan di dalam kelas.
Dari definisi yang telah dibahas diatas, fenomena kesulitan belajar
yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya prestasi belajar siswa.
namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan munculnya kelainan pada
prilaku siswa yang sering tidak masuk dan minggat dari sekolah
6 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,(Bandung : Refika Aditama,
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas
XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?
2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas
XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan
terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study
Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang
Tuban).
2. Untuk Mengetahui hasil dari proses bimbingan konseling islam dengan
terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study
Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang
Tuban).
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat
memberikan manfaat dari hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis
7
1. Segi Teoritis
a) Memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap peneliti lain tentang
bimbingan konseling islam dengan pendekatan terapi Client Centered.
b) Untuk memperkokoh teori atau terapi yang ada didalam ilmu
bimbingan konseling islam mempunyai peranan dalam mengatasi
masalah atau problem seseorang terutama pada siswa.
2. Segi Praktis
a). Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien (siswa) agar dapat
menangani masalah dan memperbaiki prilakunya yang kurang baik
yang ada pada dirinya.
b). Konselor berharap bahwa hasil penelitian yang dilakukan dapat
dijadikan sebagai salah satu tehnik pendekatan yang efektif dan
efisien di sekolah.
E. Definisi Konsep
Penulis akan menjelaskan dan menegaskan tentang judul yang sudah
dipilih agar tidak terjadi kesalah fahaman, serta memudahkan pembaca untuk
memahaminya. Adapun judul skripsi ini adalah “Bimbingan Konseling Islam
dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Dari
judul diatas akan sedikit dijelaskan rincian definisinya sebagai berikut :
1. Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan konseling Islam menurut Ahmad Mubarok adalah suatu
8
individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir
batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya
kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.7
Sedangkan menurut Erhamwilda didalam bukunya Pudji
Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islami adalah bantuan yang
diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk
membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan Al-Qur’an
dan Hadist, sehingga klien mampu menggunakan potensi-potensinya untuk
menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar dan benar.8
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Konseling
Islam adalah proses pemberian bantuan kepada invidu maupun kelompok
secara sistematis agar dapat mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang
sesungguhnya. Bimbingan Dan Konseling Islam digunakan oleh peneliti
dalam memberikan bantuan dan bimbingan agar klien menyadari bahwa
belajar itu merupakan kewajiban bagi setiap manusia karena dengan
belajar dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi.
7 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5
8 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press,
9
2. Client Centered Therapy
a. Pengertian Client Centered
Carl Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,
menentukan hidup dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Roger manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak
seperti yang diajukan oleh aliran Freud dan pengalaman seksual
sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana
seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Client Centered berpusat pada klien bahwasannya klien diberi
kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan, dan
pikiran-pikirannya secara bebas. terapi client centered berakar pada
kesanggupan klien untuk menyadari dan membuat keputusan sendiri
dalam pemecahan masalahnya dan konselor hanya membantu
memberikan dorongan agar klien mampu menyadari apa yang telah
diperbuat sehingga dapat menelesaikan masalahnya sendiri.
Client Centered termasuk teknik konseling Non-Direktif, yang
10
klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan,
perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi
dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri tetapi oleh
karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat
berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Proses Konseling
Proses konseling pada pendekatan atau terapi client centered
memiliki 3 fase yaitu pengalaman akan meredanya ketegangan
(Tension), adanya pemahaman diri (Self Understanding), dan
perencanaan untuk kegiatan selanjutnya.
c. Tehnik-tehnik Client Centered Therapy
Tehnik-tehnik Client Centered Therapy dalam konseling adalah:
1. Aceptance (penerimaan)
2. Respect (rasa hormat)
3. Understanding (mengerti, memahami)
4. Reassurance (menentramkan hati, meyakini)
5. Encouragement (dorongan)
6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
d. Langkah-Langkah Konseling
Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan
11
Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan
langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :
1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela. Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.
2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.
3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas, berkaitan dengan masalahnya. Dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.
12
5) Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.
6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien. 7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul
perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya,
dan pemahaman(understanding)serta penerimaan diri tersebut.
13
3. Kesulitan Belajar
a. Definisi Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana individu yang
melakukan kegiatan belajar mengalami kesulitan saat proses dalam
serangkaian aktivitas belajar.
Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana
anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.9
Definisi kesulitan belajar menurut USEO yang dikutip oleh
Abdurrahman menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suat
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.10
Kesulitan belajar dapat diketahui dengan menurunnya prestasi
belajar dan berubahnya prilaku siswa seperti kesukaran berinteraksi
didalam kelas, sering tidak masuk sekolah. kesulitan belajar juga terjadi
karena kurang bisa berkonsentrasi, konsentrasi yaitu pemusatan
pemikiran terhadap suatu hal (mata pelajaran) dengan
mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan
pelajaran tersebut.11
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat
dialami oleh siswa siswi yang memiliki kemampuan rata-rata,
kemampuan lebih atau memiliki kemampuan yang kurang. Kemampuan
9 Drs.M.Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001), hal. 229
10 http/file:Pengertian Kesulitan Belajar, 20_20201071048.htm
11 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (yogyakarta : Center For Study Progress,
14
belajar (Learning Difficulty) yang dialami oleh siswa yang berkategori
diluar rata-rata karena tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk
berkembang sesuai dengan kapasitasnya, sedangkan bagi siswa
mengalami kemampuan rata-rata disebabkan oleh factor tertentu yang
menghambat prestasi belajar yang sesuai dengan harapan.12
Sedangkan kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian
memiliki definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi dari para ahli
yaitu kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya
berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung, sulit memahami
pelajaran sehingga tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru,
sering tidak mengerjakan PR, dan tidak dipungkiri juga bahwa siswa
sekarang sudah berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran
berlangsung siswa lebih banyak memikirkan pacar dan berani untuk
smsan di dalam kelas.
Dari definisi yang telah dibahas diatas fenomena kesulitan belajar
yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya kinerja kademik
atau prestasi belajar siswa, namun kesulitan belajar siswa terbukti
dengan munculnya kelainan pada prilaku siswa yang sering tidak masuk
dan minggat dari sekolah.13
12 Muhibbin Syah, Psikologi Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Rineka Rosdakarya,
1995), hal. 170
15
F. Metode Penelitian
Penggunaan metode dalam penelitian sangat penting karena sangat
berhubungan dengan validitas dari hasil yang akan diperoleh yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh peneliti sehingga ketepatan dan kesesuaian dari
pemakaian metode sangat menentukan hasil yang akan di capai. Metode yang
akan dilakukan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif.
Pengertian Metode penelitian kualitatif, Prof. Dr. Lexy J. Moleong,
M.A. mengemukakan defenisi penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutau konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.14
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
analisa data menggunakan Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini disebabkan adanya
penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15
Pada jenis penelitian ini peneliti menggunakan study kasus (case study) yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan
14 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Roasdakarya,
2005)
16
dengan suatu fase spesfik atau khas dari keseluruhan personalitas.16 Dalam
penelitian ini peneliti langsung terjun kelapangan dimana tempat
melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan terhadap orang-orang
yang akan dijadikan informan, sehingga data yang diperoleh lebih detail
dan secara menyeluruh.
2. Sasaran dan Lokasi penelitian
Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti
mengambil data dari subjek penelitian yakni seorang siswa kelas XI MA
Hidayatul Islamiyah Plumpang Tuban sebagai sumber informan yang
mengalami kesulitan belajar dan disebut sebagai klien. Sedangkan
konselor dalam penelitian adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya, prodi Bimbingan Konseling Islam, sekaligus sebagai peneliti.
Dan lokasi penelitian bertempat di sekolah MA Hidayatul Islamiyah,
Sumberagung Plumpang Tuban.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, tetapi data yang diperoleh adalah dalam bentuk
verbal (diskripsi) bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data dalam
penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama
di lapangan. Di dalam data ini dapat diperoleh keterangan kegiatan
17
sehari-hari, tingkah laku, masalah konseli, dampak dari masalah
yang dialami, dan proses serta hasil yang dengan adanya bimbingan
dan konseling dengan menggunakan terapi client centered.
2. Data sekunder yaitu data yang di ambil dari sumber kedua atau dari
berbagai sumber guna untuk melengkapi data primer. Data sekunder
dapat diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan
lingkungan, riwayat pendidikan dan prilaku keseharian konseli.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh, sumber data
di bagi menjadi dua yakni :
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang di peroleh langsung dari
lapangan yaitu dari klien dan konselor
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang
lain sebagai pendukung untuk melengkapi data yang di dapat oleh
penulis dari data primer.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam tahapan ini peneliti menggunakan tiga tahapan dalam
penelitian sebagaimana yang ditulih oleh Lexy J. Meleong dalam bukunya
“metode penelitian kualitatif”. tiga tahapan tersebut yaitu :
1) Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan
18
menyiapkan perlengkapan dan persoalan lapangan. semua digunakan
peneliti untuk memperoleh deskripsi secara global tentang obyek
penelitian yang akhirnya dapat menghasilkan rencana penelitian
selanjutnya.
2) Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti memahami penelitian, persiapan diri
memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data
yang ada di lapangan. Dari sini peneliti menindak lanjuti serta
memperdalam pokok permasalahan yang diteliti dengan cara
mengumpulkan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan.
3) Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini peneliti menganalisis data yang telah didapatkan
dari lapangan yakni degan menggambarkan dan menguraikan masalah
yang ada sesuai dengan kenyataan.
5. Instrument dan Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument adalah peneliti
itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus siap melakukan penelitian dengan
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti untuk memasuki objek
penelitian baik secara akademik maupun logistiknya.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
19
memenuhi standar yang ditetapkan, Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, sumber dan berbagai cara.
Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai
berikut :
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah pengamatan adanya prilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa
perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat
dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang tampak,
potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk
kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan tertentu. Pengamatan
yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan
dari observasi adalah untuk mendiskripsikan lingkungan (site) yang
diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang
terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang
dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu
yang terlibat tersebut.17
Konselor akan melakukan observasi terhadap siti tentang
kebiasaan yang dilakukan saat berada disekolah. Observasi dilakukan
meliputi apa saja bentuk kebiasaan dan reaksi siti pada saat belajar
disekolah.
17 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika
20
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut.18 Tehnik wawancara yang akan dipakai yaitu tehnik
wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.19
Untuk penelitian ini wawancara yang dilakukan oleh konselor
berasal dari guru (wali kelas), teman konseli (sumpri), konseli sendiri
(siti). Isi pertanyaan dalam wawancara menyangkut permasalahan yang
dialami konseli meliputi : sejak kapan konseli mengalami kesulitan
belajar dan penurunan dalam prestasi belajar, apa yang menyebabkan
kesulitan belajar, dan tindakan apa saja yang sering konseli lakukan.
Untuk lebih jelasnya, konselor akan melampirkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada bebrapa narasumber dihalaman
lampiran.
18 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 186
19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
21
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau
dibuat langsung oleh subyek yang bersangkutan.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan (Life Histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar,
patung, film dan lain-lain. Pada penelitian ini dokumentasi yang dipakai
oleh peneliti berupa biografi dan foto.
Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis data dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam tabel
22
Tabel I.I
Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data
Sumber Data TPD
A
Data Primer
1 Deskripsi tentang latar belakang klien dan permasalahannya.
Klien dan informan
W dan O
2 Bentuk kesulitan belajar siswa Klien W dan O
3 Terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar
Klien dan konselor
W
B Data Sekunder
1 Gambaran penelitian lokasi Dokumen informan dan O dan D
Keterangan:
TPD : Teknik Pengumpulan Data
W : Wawancara
O : Observasi
D : Dokumenta
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Analisis memerlukan daya
kreatif serta kemampuan intelektual sehingga setiap peneliti harus mencari
sendiri metode yang dirasa cocok dengan sifat penelitiannya.
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis
secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di
lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data
agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi
[image:31.595.141.511.157.518.2]
23
menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan
dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang
peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat
koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual
dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan dan
pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus
secara simultan sepanjang proses penelitian.20
Adapun data yang akan dianalisis adalah indicator kesulitan belajar
siswa, proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi
Client Centered dalam Mengatasi Kesulitan Belajar siswa.
7. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam
penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data,
sehingga memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa
keabsahan data antara lain:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian. Peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak
mempelajari kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang
diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun
20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001),
24
dari responden, dan membangun kepercayaan subyek. Dengan
demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti guna
berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu
dipahami dan dihayati.21
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti.
c. Trianggulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Penelitian menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain
menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. penerapan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk
menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh
benar-benar akurat.
21Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
25
G. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini dapat difahami secara utuh dan
berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan,
yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara
keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan
penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan
Bimbingan Konseling Islam, terapi client centered, Tujuan terapi client centered, ciri-ciri terapi client centered, tehnik-tehnik client centered,
kemudian juga dibahas tentang pengertian kesulitan belajar, sebab-sebab
kesulitan belajar, gejala dan ciri-ciri kesulitan belajar, dan cara-cara
mengatasi kesulitan belajar. Dan juga peneliti meneliti penelitian terdahulu
yang relevan.
BAB III : PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum objek penelitian
yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang
meliputi: deskripsi konselor, deskripsi klien dan deskripsi masalah.
26
kesulitan belajar pada anak, proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan
terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, serta deskripsi hasil
proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi pendekatan client centered dalam mengatasi kesulitan belajar.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi laporan hasil penelitian yang berupa analisis proses
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam yang meliputi identifikasi
masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Serta laporan
analisis hasil akhir dalam proses konseling Islam dengan terapi Clien Centered dalam mengatasi kesulitan belajar
BAB V : PENUTUP
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan Dan Konseling Islam
a. Definisi Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu usaha pemberian
bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental
dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari
kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah Swt, atau dengan kata lain
bimbingan dan konseling islam ditujukan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan, baik kesulitan lahiriah maupun batiniah yang
menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai
kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan
dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya
dengan tetap berpegang pada nilai-nilai islam.22
Sedangkan menurut Erhamwilda di dalam bukunya Pudji
Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islam adalah bantuan yang
diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk
membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan
Al-Qur’an dan Hadist, sehingga klien. mampu menggunakan
28
potensinya untuk menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar
dan benar.23
Bimbingan Konseling Islam juga dapat disimpulkan sebagai proses
pemberian bantuan yang terarah, continue dan sistematis kepada setiap
individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimiliki secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah kedalam diri
sehingga dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
Hadist.24
Pada hakekatnya Bimbingan dan Konseling Islam sebagai upaya
membantu individu agar belajar mengembangkan fitrah atau kembali
pada fitrah dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal dan
kemauan yang dikaruniakaan oleh Allah Swt untuk mempelajari tuntunan
Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada diri individu agar
berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.25
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Tujuan yang ingin dicapai adalah agar fitrah yang dikaruniakan
Allah kepada individu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik
sehingga menjadi pribadi yang kaffah dan secara bertahap mampu
mengaktualisasikan apa yang di imaninya dalam kehidupan sehari hari
dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam
23 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 6
29
melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi dan ketaatan dalam beribadah
dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-nya.26
c. Landasan Bimbingan Konseling Islam
Landasan (dasar pijak) utama Bimbingan dan Konseling Islami
adalah Al-Qur’an dan Hadist, sebab keduanya sumber dari segala sumber
pedoman hidup umat islami, dalam arti mencakup seluruh aspek
kehidupan, sabda Nabi Saw :
“aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua, yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah, sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah Rasul”.
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya adalah landasan ideal dan
konseptual bimbingan konseling islam. Dari kedua dasar tersebut
gagasan, tujuan dan konsep-konsep Bimbingan Konseling Islam. Segala
usaha atau perbuatan yang dilakukan manusia selalu membutuhkan
adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni
agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam
melaksanakan Bimbingan Konseling Islam didasarkan pada petunjuk
Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi
isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.
Jadi landasan utama bimbingan dan konseling islam adalah
Al-Qur’an dan Hadist. Al-Al-Qur’an dapat menjadi sumber bimbingan dan
30
konseling islam, nasehat dan obat bagi manusia.27 firman Allah dalam
surat Al-Isra’ ayat 82
ه ض
سبسخ
ا
إ يىبظىا ذيضي
ا
ي ؤ يى خ حس ءبفش ٕ ب آشقىا
ً ا
“Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.( Al-Isra’: 82).
d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadis atau sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis
dan landasan keimanan.
Asas-asas ini adalah prinsip yang dijadikan rujukan dalam
penyelenggaraan konseling islam namun karena penyelenggaraannya
demikian kompleks dan kompleksitas manusia menjadi titik tolaknya
maka asas tersebut merupakan prinsip-psinsip dasar., karena islam adalah
agama sempurna yang menjadi “way of life” dalam menggapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat maka maksud illahi yang termaktub
dalam Al-Qur’an dan hadist merupakan jawaban pasti terhadap
permasalahan kehidupan manusia.
Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas atau
prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling islam sebagai
berikut:
31
1. Asas-Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Tujuan Bimbingan Konseling Islam adalah membantu klien
untuk mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh
setiap muslim, firman Allah
و
سبىا ة ازع بق خسح حشخ
آ
ا يف خسح بيذىا يف بتآ بثس ه قي
“Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah : 201)
Bagi seorang muslim kebahagiaan hidup didunia hanya
sementara dan kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama
sebab kebahagian akhirat adalah kebahagiaan yang abadi.
Kebahagiaan akhirat akan tercapai jika manusia hidup didunia selalu
mengingat Allah. Maka islam mengajarkan hidup dalam
keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan dunia dan
akhirat.28 firman Allah
َ
سحأ بم سحأ بيذىا لجيص ظ ت
ا
حشخ
آ
ا ساذىا
َ
كبتآ بيف غتثا
يذسفىا تحي
ا
َ
إ ضس
ْ
ا يف دبسفىا غجت
ا
ليىإ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (qs. Al-Qashash : 77)
32
2. Asas Fitrah (Ar-Rum, 30 : 30)
Menurut Islam manusia dilahirkan dalam dan dengan membawa
fitrah yaitu berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan
sebagai muslim. Bimbingan dan Konseling Islam membantu klien
untuk mengenal dan memahami fitrahnya serta menghayatinya
sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.
Firman Allah dalam surat
لىر
َ
قيخى ويذجت
ا
بييع ط بىا شطف يتىا
َ
حشطف بف
يح يذيى ل ج قأف
يعي
ا
ط بىا شثمأ نى يقىا يذىا
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama allah; (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum, 30 : 30)
3. Asas Lillahi Ta’ala An’am, 6:162), (Adz-Dzariyat, 51:56),
(Al-Bayinah, 98: 5)
Bimbingan Konseling Islam di lakukan semata-mata karena
Allah, bimbingan melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan,
tanpa pamrih dan yang di bombing menerima atau meminta bantuan
dengan ikhlas dan rela karena semua yang dilakukan semata-mata
karena dan pengabdian kepada Allah sesuai dengan fungsi dan
tugasnya sebagai makhluq Allah yang harus senantiasa mengabdi
kepada-Nya.29 Firman Allah dalam surat
33
ً ق
يىبعىا ة س
ل
يتب يبيح ينس يت
ا
ص إ ه
“Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am, 6 : 162)
و
حبمضىا ا تؤي ح
ا
صىا ا يقي ءبفح يذىا ى يصيخ
َ
ا ذجعيى
ا
إ ا شأ ب
يد لىر
خ يقىا
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(Qs. Al-Bayyinah: 5)
4. Asas Bimbingan Seumur Hidup
Manusia hidup tidak ada yang sempurna. Dalam kehidupan
manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan, maka dari
itu bimbingan dan konseling islam sangat diperlukan. Selain dilihat
dari kenyataan hidup manusia bimbingan konseling dapat dilihat dari
sudut pendidikan.
5. Asas Kesatuan Jasmaniah-Rohaniah
Manusia hidup didunia merupakan satu kesatuan antar jasmani
dan rohani. Bimbingan Konseling Islam membantu kliennya sebagai
makhluq jasmaniah-rohaniah bukan sebagai makhluq biologis semata
atau rohaniah semata.
6. Asas Keseimbangan Rohaniah ( Al-A’raf, 7 : 179)
Orang yang di bombing diajak untuk mengetahui apa yang
perlu diketahui kemudian memikirkan apa yang perlu difikirkan
34
mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya, bukan
hanya mengikuti hawa nafsu. Firman Allah
ا
يعأ ى بث قفي
ا
ة يق ى ظ
إ
ا جىا اشيثم جى بأسر ذقى
ىأ وضأ ٕ وث بع
ْ
بم لئـىأ بث ع سي
ا
ارآ ى بث شصجي
ٕ لئـ
يفبغىا
ً َ
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf, 7 : 179)
7. Asas Kemaujudan Individu ( Al-Qomar, 54 : 49)
Menurut agama islam bimbingan konseling berlangsung pada
citra manusia yaitu memandang individu merupakan suatu maujud
(eksistensi). Manusia mempunyai hak dan kemerdekaan pribadi
sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental potensi
rohaniahnya.
Perbedaan individu dapat difahami dari ayat berikut :
ٓبقيخ سذقث ءيش وم بإ
35
8. Asas Sosialitas Manusia ( An-Nisa, 4 : 1).
Manusia merupakan makhluq sosial. Dalam bimbingan
konseling islam sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak
individu dalam batas tanggung jawab sosial.30
ثث بج ص ب قيخ حذحا ظ ف نقيخ يزىا نثس ا قتا ط بىا ب أ بي
ب
س
ْ
ا ث ىءبست يزىا
َ
ا قتا ءبس اشيثم
ا
بجس
تيقس نييع بم
َ
إ بح
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” ( An-Nisa, 4 : 1).
9. Asas Kekholifahan Manusia
Manusia diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung
jawab yang besar, dengan kata lain manusia sebagai khalifah harus
memelihara kesinambungan ekosistem, sebab problem-problem
kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem yang
diperbuat oleh manusia itu sendiri.
10.Asas Keselarasan Dan Keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,
keserasian dengan segala segi, dengan kata lain islam menghendaki
manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak
alam semesta dan juga hak Allah Swt. Oleh karena itu harus ada
keseimbangan dan keharmonisan antara semuanya.
36
11.Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah
Menurut pandangan islam manusia memiliki sifat-sifat yang
baik, sekaligus sifat-sifat yang lemah. Bimbingan dan konseling islam
membantu klien memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan
sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi
Rasulullah diutus oleh Allah Swt.31
12.Asas Kasih Sayang
Setiap manusia memerlukan cinta, kash sayang dan rasa sayang
dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan
menundukkan banyak hal. Maka dari itu Bimbingan dan konseling
islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab dengan
kasih sayang pemberian bimbingan dan konseling akan menyentuh
hati dan tujuan akan cepat tercapai.32
13.Asas Saling Mnghargai Dan Menghormati
Dalam bimbingan dan konseling, pada dasarnya kedudukan
konselor dan klien sama atau sederajat, perbedannya hanya terletak
pada fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien
menerima bantuan. Hubungan antara konselor dan klien merupakan
hubungan yang saling menghormati kedudukan masing-masing
sebagai makhluk Allah Swt.
31 Werdayani, asas-asa bimbingan konseling islami (http//:blogspot.com. html, diakses 12 – 2009)
37
14.Asas musyawarah
Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan asas
musyawarah yang artinya antara konselor dan klien terjadi dialog
yang baik, tidak ada rasa tertekan, yang ada hanya keterbukaan dalam
berpendapat.
15.Asas keahlian
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dilakukan
oleh orang-orang yang memilikikemampuan dan keahlian dibidang
tersebut, baik keahlian metodelogi dan tehnik-ehnik bimbingan dan
konseling islam, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan
bimbingan dan konseling.33
Sebagai petugas Bimbingan Dan Konseling Islam, konselor harus
mencapai taraf kematangan pribadi,m spiritualitas, dan keilmuan pada
tingkat yang dikehendaki. Konselor sebagai pribadi dituntut agar bisa
menjalankan tugas-tugas profesionalnya, seperti terampil mengempati dan
menerima, dan memiliki akhlak yang terpuji menurut islam.34
e. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam
a.Identifikasi
Identifikasi Adalah langkah untuk mengumpulkan data dari
berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus
beserta gejala-gejala yang Nampak.
38
b.Diagnosis
Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau
mengidentifikasi masalah. Langkah diagnosis adalah langkah
menemukan masalahnya atau mengidentifikasi masalah. Langkah ini
meliputi proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala
masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran
data dalam kaitannya dengan perkiraan penyebab masalah konselor
atau pembimbing haruslah menentukan penyebab masalah yang paling
mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling
logis dan rasional. Inti masalah yang diidentifikasi oleh konselor atau
pembimbing dalam langkah diagnosis mungkin lebih dari satu.35
c. Prognosis
Prognosis adalah langkah meramalkan akibat yang mungkin
timbul dari masalah itu dan menunjukan perbuatan-perbuatan yang
dapat dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah
mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan
kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang
ditemukan dalam rangka diagnosis.
d. Konseling atauTreatment
Langkah ini merupakan pemeliharaan yang berupa inti
pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha, yaitu:
menciptakan hubungan yang baik antara koselor dan klien,
39
menafsirkan data, memberikan berbagai informasi, serta
merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama klien.
e.Tindak Lanjut (Follow-Up)
Langkah Follow-Up atau tindak lanjut merupakan suatu langkah
penentuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah
dilaksanakannya. Langkah ini merupakan membantu klien melakukan
program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali
memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah
semula.36
B. Terapi Client Centered
a. Definisi Terapi Client Centered
Terapi Client Centered merupakan bagian dari aliran psikologi
humanistic yang dikembangkan oleh Carl Rogers, pendekatan client
centered menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk
mengikuti jalan terapi untuk menemukan arahnya sendiri.
Pendekatan atau terapi Client Centered ini berusaha untuk
memahami secara penuh terhadap keunikan dan subyektifitas
pengalaman klien.37
b. Pandangan Tentang Manusia
Client Centered memandang manusia memiliki kemampuan untuk
mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
36 Ibid
40
psikisnya. Manusia dipercaya karena pada dasarnya kooperatif dan
konstruktif maka tidak perlu lagi diadakan pengendalian terhadap
dorongan-dorongan agresifnya.
Individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi
maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat. Model terapi
client centered menolak konsep yang memandang terapis sebagai otoritas
terbaik dan memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya
mengikuti perintah-perintah terapis.
c. Tujuan Dan Terapi Client Centered
Pendekatan terapi client centered memiliki tujuan untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha dalam membantu klien
untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh dan agar klien bisa
memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikanakannya. 38
Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak kearah yang
lebih actual sebagai berikut:
1. Keterbukaan Pada Pengalaman
Memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya agar sesuai
dengan struktur diri yang tersusun.
2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Membangun rasa percaya diri dengan mencari saran dan
jawaban dari luar, karena pada dasarnya manusia tidak mempercayai
kemampuan diri untuk mengarahkan hidupnya sendiri.
41
3. Tempat evaluasi internal
Memusatkan perhatian pada diri sendiri untuk mencari
jawaban dari setiap permasalahan yang dialami sehingga dapat
membuat keputusan dan pilihan bagi hidupnya.
4. Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Sebagai tujuan akhir dalam mencari sejenis formula untuk
membangun keberhasilan dan kebahagiaan yang diinginkan, dan
memberikan kesadaran bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang
berkesinambungan.39
d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered
a) Rogers tidak memengemukakan teori client centered sebagai suatu
pendekatan terapi yang tetap dan tuntas, akan tetapi ia
mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai prinsip
percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses terapi dan
bukan sebagai suatu dogma.
b) Pendekatan Client Centered difokuskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan klien untuk mengemukakan cara menghadapi
kenyataan secara lebih penuh.
c) Pendekatan Clien Centered menekankan dunia fenomenal klien.
d) Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap tertentu pada pihak
terapis yang membentuk kondisi yang diperlukan dan memadai bagi
keefektifan terapeutik pada klien.
42
e) Teori Client Centered dikembangkan melalui penelitian tentang
proses dan hasil terapi.
e. Tehnik Terapi Client Centered
Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling Client Centered
Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan
langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :
1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.
Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus
mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan
kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap
dalam pemecahan masalahnya.
2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai
bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab
untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana
dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada
kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.
3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
bebas, berkaitan dengan masalahnya.dengan menunjukkan sikap
permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar
dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk
mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya
43
4) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien
yang sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan
menjernihkan kembali perasaan negatif dari klien.
5) Setelah perasaan negatfi dari klien terungkapkan,maka secara
psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi
positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan
berkembang.
6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.
7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul
perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya
dan pemahaman (Understanding) serta penerimaan diri tersebut.
8) Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan
menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah
memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan
timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil
keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.40
44
C. Kesulitan Belajar
a. Definisi Kesulitan Belajar
Sebelum kita membahas tentang kesulitan belajar alangkah baiknya
kita membahas tentang pengertian belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, perubahan yang ditunjukakan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.41
Abu Ahmadi menjelaskan dalam bukunya psikologi belajar,
bahwasannya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri sebagai hasil interaksi
lingkungannya.42
Dari kedua pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada individu setelah
belajar yang terjadi melalui proses pengamatan.
Kesulitan belajar adalah suatu kead