• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBANGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA : STUDI KASUS SISWA KELAS XI MA HIDAYATUL ISLAMIYAH SUMBERAGUNG PLUMPANG TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBANGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA : STUDI KASUS SISWA KELAS XI MA HIDAYATUL ISLAMIYAH SUMBERAGUNG PLUMPANG TUBAN."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

“BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI

CLIENT

CENTERED

DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

SISWA”

(Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung

Plumpang Tuban

)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ana Rosyidah An-Nur

NIM. B73212094

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ana Rosyidah An-Nur (B73212094), Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa (Study Kasus Siswa Kelas Xi Ma Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban)

Fokus penelitian adalah (1) bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ? (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi pendekatan Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan analisa data menggunakan Deskriptif yaitu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, dalam hal ini penulis melakukan proses konseling terhadap salah satu siswa kelas XI MA Hidayatul Islamiyah yang mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya kesulitan belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam dirinya sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar seperti kondisi lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam belajar yang dipengaruhi oleh faktor eksternalnya berupa salah pergaulan dengan teman sepermainan yang megakibatkan klien memiliki kebiasan yang buruk. kesulitan itu ditunjukkan dengan sulitnya berkonsentrasi dan memfokuskan fikiran terhadap pelajaran sehingga mengakibatkan klien mengalami penurun dalam prestasi belajarnya.

Pada proses koseling dengan terapi client centered konselor hanya memberikan dorongan berupa pertanyan dan pernyataan yang bersifat membangun kesadaran pada diri klien. Setelah dilakukannya proses konseling dengan menggunakan terapi client centered klien mulai menyadari akan apa yang dialaminya dan berjanji akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi dan meninggalkan kebiasan buruknya, Agar bisa membanggakan orang tua dan juga dirinya sendiri.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar yang dilakukan oleh salah satu siswa MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban. Dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan cukup berhasil karena 50% dari gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Client Centered Therapy, Kesulitan

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 7

1. Bimbingan Konseling Islam ... 7

2. Client Centered Therapy ... 9

3. Kesulitan Belajar ... 13

F. Metode Penelitian ... 15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 16

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Tahap- tahap Penelitian ... 17

5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 27

a. Definisi Bimbingan Koseling Islam ... 27

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 28

c. Landasan Bimbingan Konseling Islam ... 29

d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam ... 30

e. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam .. 37

B. Terapi Client Centered ... 39

a. Definisi Terapi Client Centered ... 39

b. Pandangan Tentang Manusia ... 39

c. Tujuan Dan Terapi Client Centered ... 40

d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered ... 41

(8)

C. Kesulitan Belajar ... 44

a. Definisi Kesulitan Belajar ... 44

b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 46

c. Jenis Atau Karakteristik Kesulitan Belajar ... 50

d. Ciri-Ciri Dan Gejala Kesulitan Belajar ... 51

e. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 52

f. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar ... 54

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 55

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59

a. Diskripsi Objek Penelitian ... 59

b. Letak Geografis ... 59

c. Bangunan Fisik ... 59

d. Visi Misi dan Tujuan Madrasah ... 60

e. Profil Madrasah ... 61

B.Diskripsi Konselor ... 61

C.Diskripsi Klien ... 62

D.Diskripsi Masalah ... 65

E. Diskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Ciri-Ciri Atau Bentuk Kesulitan Belajar Pada Siswa 67 2. Diskripsi Proses Bimbingan Konselig Islam ... 67

a. Identifikasi Masalah ... 68

b. Diagnosis ... 71

c. Prognosis ... 71

d. Treatment ... 72

e. Follow-Up ... 79

f. Evaluasi Hasil Konseling ... 80

BAB IV : ANALISIS DATA A. Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa ... 82

a. Identifikasi Masalah ... 83

b. Diagnosis ... 83

c. Prognosis ... 83

d. Treatment Atau Terapi ... 84

e. Follow-Up ... 84

B. Hasil Dari Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar ... 87

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

[image:9.595.136.481.226.563.2]
(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman sangatlah berpengaruh bagi setiap manusia

terutama dalam hal pendidikan. Pendidikan sangat berkaitan dengan siswa,

karena Siswa merupakan generasi penerus bagi bangsa yang dituntut untuk

bisa berkembang secara baik agar dapat memahami dirinya sendiri sehingga

menjadi seseorang yang dewasa dan juga berprestasi dalam intelegensi yang

kelak bisa membanggakan Negara dan Tanah air ini. Tetapi setiap

perkembangan anak tidak semuanya sama atau semulus dan selancar yang

kita fikirkan terutama perkembangan pengetahuan saat belajar, adakalanya

perkembangan itu lambat dan juga ada yang berhenti atau tidak berkembang

sama sekali.

Pendidikan sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan

setiap manusia karena manusia merupakan bagian dari makhluk hidup yang

memiliki kebutuhan yaitu salah satunya belajar, karena dengan belajar

manusia dapat mengetahui apa saja yang ada didunia ini, terutama bagi

seorang siswa sangat penting memiliki pengetahuan yang lebih dengan

belajar. Siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pengetahuan

yang dimiliki dengan selalu tekun untuk belajar, karena siswa sebagai unsur

(11)

2

Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang

secara sadar yang mengakibatkan perubahan dalam diri berupa pengetahuan

dan kemahiran yang sifatnya semi permanen. Aktivitas belajar pada setiap

individu sangatlah berbeda beda dan tidak selamanya belajar dapat

berlangsung secara wajar dan baik karena pasti akan ada yang namanya

hambatan, dan salah satu hambatan yang bisa dilihat yaitu cepat lambatnya

daya tangkap seseorang terhadap pelajaran yang dipengaruhi oleh konsentrasi

yang disebut dengan kesulitan belajar.

Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan belajar

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.1

Nana Surdjana mengatakan, belajar adalah proses yang aktif belajar

mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah

proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami

sesuatu.2

Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban untuk memberikan

kesempatan belajar seluas-luasnya kepada setiap siswa (individu) untuk

mengembangkan dirinya (Self Realization) seoptimal mungkin sesuai dengan

potensi yang dimilikinya dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang

1 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), hal.4

2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987),

(12)

3

tersedia, namun disekolah sering ditemui siswa yang memperoleh prestasi

jauh dibawah rata-rata atau norma yang telah ditetapkan bila dibandingkan

dengan prestasi hasil bejar yang diperoleh teman-teman dikelasnya.3

Sekolah diharuskan untuk melakukan kegiatan lain yang berupa

layanan bimbingan dan konseling, sebagai layanan untuk membantu siswa

setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap

siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan

bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki

permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau

bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya.4

Masalah atau problem yang sering dialami siswa saat belajar

diistilahkan dengan learning disorder yang bisa disebut sebagai kekacauan

atau kesulitan belajar yang berarti keadaan dimana proses belajar seseorang

terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. karena pada dasarnya

potensi dasar siswa yang mengalami kekacauan tidak dirugikan, tetapi

belajarnya menjadi terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons

yang bertentangan sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari

potensi yang dimiliki.5

Kemampuan Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya

sering disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dimaksud

3 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 99

4 Dwi Tegar Yanuswantoro, Jurnal Penelitian Pendidikan Bimbingan Konseling.

Mahasiswi Bimbingan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

5 Dede rahmat hidayat dan herdi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental Disekolah,

(13)

4

disini adalah kesulitan dalam menerima pelajaran dan materi yang di berikan

oleh guru, factor yang mempengaruhi siswa dalam kesulitan belajar ada dua

factor yang mempengaruhi yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor

internal yaitu Intelegency Quation (IQ) rendah, emosi, tidak memiliki

cita-cita yang relevan, keadaaan fisik yang kurang baik, tidak ada motivasi

belajar. Dan factor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat sekitar (lingkungan sosial).

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar yaitu

pergaulan, pergaulan termasuk faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi

dalam sulitnya belajar siswa, terutama salah dalam memilih teman bisa

menimbulkan hal-hal negatif yang tidak pernah di inginkan oleh siapapun,

seperti halnya sering pulang malam karena begadang dengan teman,

meninggalkan sekolah tanpa izin yang akhirnya membuat dia seperti orang

linglung saat belajar disekolah karena terganggunya waktu dan ketinggalan

dengan pelajaran.

Dalam situasi yang seperti itu siswa sangatlah membutuhkan yang

namanya bantuan atau bimbingan dalam upaya untuk membantu siswa

mengatasi masalah atau hambatan dan kesulitan yang dirasakan. Maka dari

itu bukan tanpa alasan jika peneliti membahas permasalahan tersebut dalam

skripsi yang berjudul “BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN

TERAPI CLIENT CENTERED DALAM MENGATASI KESULITAN

BELAJAR SISWA (Study Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah

(14)

5

Dari uraian masalah diatas peneliti mencoba untuk melakukan

bantuan dengan menggunakan terapi Client Centered yaitu konseling yang

berpusat pada klien yang sering disebut sebagai keonseling teori diri (Self Theory). Teori ini di kembangkan oleh Carl Rogers yang menurutnya terapi client centered ini merupakan tehnik konseling dimana yang paling berperan

adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusinya sendiri

terhadap masalah yang dihadapi, hal ini memberikan pengertian bahwa klien

dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan

pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.6

Problem kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian yaitu

kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya berkonsentrasi saat

pembelajaran berlangsung dan sulit memahami pelajaran sehingga

mengakibatkan siswa tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru, tidak

bisa mengerjakan PR, tidak dipungkiri juga bahwa siswa sekarang sudah

berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran berlangsung siswa lebih

banyak memikirkan kekasihnya dan berani untuk smsan di dalam kelas.

Dari definisi yang telah dibahas diatas, fenomena kesulitan belajar

yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya prestasi belajar siswa.

namun kesulitan belajar siswa terbukti dengan munculnya kelainan pada

prilaku siswa yang sering tidak masuk dan minggat dari sekolah

6 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,(Bandung : Refika Aditama,

(15)

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas

XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar (Study Kasus Siswa Kelas

XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang Tuban) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan

terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study

Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang

Tuban).

2. Untuk Mengetahui hasil dari proses bimbingan konseling islam dengan

terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar siswa (Study

Kasus Siswa Kelas XI MA Hidayatul Islamiyah Sumberagung Plumpang

Tuban).

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat

memberikan manfaat dari hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis

(16)

7

1. Segi Teoritis

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap peneliti lain tentang

bimbingan konseling islam dengan pendekatan terapi Client Centered.

b) Untuk memperkokoh teori atau terapi yang ada didalam ilmu

bimbingan konseling islam mempunyai peranan dalam mengatasi

masalah atau problem seseorang terutama pada siswa.

2. Segi Praktis

a). Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien (siswa) agar dapat

menangani masalah dan memperbaiki prilakunya yang kurang baik

yang ada pada dirinya.

b). Konselor berharap bahwa hasil penelitian yang dilakukan dapat

dijadikan sebagai salah satu tehnik pendekatan yang efektif dan

efisien di sekolah.

E. Definisi Konsep

Penulis akan menjelaskan dan menegaskan tentang judul yang sudah

dipilih agar tidak terjadi kesalah fahaman, serta memudahkan pembaca untuk

memahaminya. Adapun judul skripsi ini adalah “Bimbingan Konseling Islam

dengan Terapi Client Centered Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Dari

judul diatas akan sedikit dijelaskan rincian definisinya sebagai berikut :

1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan konseling Islam menurut Ahmad Mubarok adalah suatu

(17)

8

individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir

batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah

yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan

ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya

kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.7

Sedangkan menurut Erhamwilda didalam bukunya Pudji

Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islami adalah bantuan yang

diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk

membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan Al-Qur’an

dan Hadist, sehingga klien mampu menggunakan potensi-potensinya untuk

menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar dan benar.8

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Konseling

Islam adalah proses pemberian bantuan kepada invidu maupun kelompok

secara sistematis agar dapat mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang

sesungguhnya. Bimbingan Dan Konseling Islam digunakan oleh peneliti

dalam memberikan bantuan dan bimbingan agar klien menyadari bahwa

belajar itu merupakan kewajiban bagi setiap manusia karena dengan

belajar dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi.

7 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta:

Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5

8 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press,

(18)

9

2. Client Centered Therapy

a. Pengertian Client Centered

Carl Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu

memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,

menentukan hidup dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan

konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah

perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Roger manusia

yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak

seperti yang diajukan oleh aliran Freud dan pengalaman seksual

sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat

bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana

seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga

kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi

sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

Client Centered berpusat pada klien bahwasannya klien diberi

kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan, dan

pikiran-pikirannya secara bebas. terapi client centered berakar pada

kesanggupan klien untuk menyadari dan membuat keputusan sendiri

dalam pemecahan masalahnya dan konselor hanya membantu

memberikan dorongan agar klien mampu menyadari apa yang telah

diperbuat sehingga dapat menelesaikan masalahnya sendiri.

Client Centered termasuk teknik konseling Non-Direktif, yang

(19)

10

klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan,

perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi

dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri tetapi oleh

karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat

berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Proses Konseling

Proses konseling pada pendekatan atau terapi client centered

memiliki 3 fase yaitu pengalaman akan meredanya ketegangan

(Tension), adanya pemahaman diri (Self Understanding), dan

perencanaan untuk kegiatan selanjutnya.

c. Tehnik-tehnik Client Centered Therapy

Tehnik-tehnik Client Centered Therapy dalam konseling adalah:

1. Aceptance (penerimaan)

2. Respect (rasa hormat)

3. Understanding (mengerti, memahami)

4. Reassurance (menentramkan hati, meyakini)

5. Encouragement (dorongan)

6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)

7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

d. Langkah-Langkah Konseling

Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan

(20)

11

Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan

langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :

1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela. Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.

2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.

3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas, berkaitan dengan masalahnya. Dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.

(21)

12

5) Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.

6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien. 7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul

perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya,

dan pemahaman(understanding)serta penerimaan diri tersebut.

(22)

13

3. Kesulitan Belajar

a. Definisi Kesulitan belajar

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana individu yang

melakukan kegiatan belajar mengalami kesulitan saat proses dalam

serangkaian aktivitas belajar.

Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana

anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.9

Definisi kesulitan belajar menurut USEO yang dikutip oleh

Abdurrahman menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suat

gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang

mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.10

Kesulitan belajar dapat diketahui dengan menurunnya prestasi

belajar dan berubahnya prilaku siswa seperti kesukaran berinteraksi

didalam kelas, sering tidak masuk sekolah. kesulitan belajar juga terjadi

karena kurang bisa berkonsentrasi, konsentrasi yaitu pemusatan

pemikiran terhadap suatu hal (mata pelajaran) dengan

mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan

pelajaran tersebut.11

Muhibbin Syah menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat

dialami oleh siswa siswi yang memiliki kemampuan rata-rata,

kemampuan lebih atau memiliki kemampuan yang kurang. Kemampuan

9 Drs.M.Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001), hal. 229

10 http/file:Pengertian Kesulitan Belajar, 20_20201071048.htm

11 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (yogyakarta : Center For Study Progress,

(23)

14

belajar (Learning Difficulty) yang dialami oleh siswa yang berkategori

diluar rata-rata karena tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk

berkembang sesuai dengan kapasitasnya, sedangkan bagi siswa

mengalami kemampuan rata-rata disebabkan oleh factor tertentu yang

menghambat prestasi belajar yang sesuai dengan harapan.12

Sedangkan kesulitan belajar yang menjadi bahan penelitian

memiliki definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi dari para ahli

yaitu kesulitan belajar siswa yang ditandai dengan sulitnya

berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung, sulit memahami

pelajaran sehingga tidak bisa untuk menjawab pertanyaan dari guru,

sering tidak mengerjakan PR, dan tidak dipungkiri juga bahwa siswa

sekarang sudah berani untuk berpacaran dan saat pembelajaran

berlangsung siswa lebih banyak memikirkan pacar dan berani untuk

smsan di dalam kelas.

Dari definisi yang telah dibahas diatas fenomena kesulitan belajar

yang dialami siswa ditampakkan dengan menurunnya kinerja kademik

atau prestasi belajar siswa, namun kesulitan belajar siswa terbukti

dengan munculnya kelainan pada prilaku siswa yang sering tidak masuk

dan minggat dari sekolah.13

12 Muhibbin Syah, Psikologi Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Rineka Rosdakarya,

1995), hal. 170

(24)

15

F. Metode Penelitian

Penggunaan metode dalam penelitian sangat penting karena sangat

berhubungan dengan validitas dari hasil yang akan diperoleh yang dapat

dipertanggung jawabkan oleh peneliti sehingga ketepatan dan kesesuaian dari

pemakaian metode sangat menentukan hasil yang akan di capai. Metode yang

akan dilakukan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif.

Pengertian Metode penelitian kualitatif, Prof. Dr. Lexy J. Moleong,

M.A. mengemukakan defenisi penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutau konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.14

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

analisa data menggunakan Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini disebabkan adanya

penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15

Pada jenis penelitian ini peneliti menggunakan study kasus (case study) yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan

14 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Roasdakarya,

2005)

(25)

16

dengan suatu fase spesfik atau khas dari keseluruhan personalitas.16 Dalam

penelitian ini peneliti langsung terjun kelapangan dimana tempat

melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan terhadap orang-orang

yang akan dijadikan informan, sehingga data yang diperoleh lebih detail

dan secara menyeluruh.

2. Sasaran dan Lokasi penelitian

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti

mengambil data dari subjek penelitian yakni seorang siswa kelas XI MA

Hidayatul Islamiyah Plumpang Tuban sebagai sumber informan yang

mengalami kesulitan belajar dan disebut sebagai klien. Sedangkan

konselor dalam penelitian adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya, prodi Bimbingan Konseling Islam, sekaligus sebagai peneliti.

Dan lokasi penelitian bertempat di sekolah MA Hidayatul Islamiyah,

Sumberagung Plumpang Tuban.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang

bersifat non statistik, tetapi data yang diperoleh adalah dalam bentuk

verbal (diskripsi) bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data dalam

penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama

di lapangan. Di dalam data ini dapat diperoleh keterangan kegiatan

(26)

17

sehari-hari, tingkah laku, masalah konseli, dampak dari masalah

yang dialami, dan proses serta hasil yang dengan adanya bimbingan

dan konseling dengan menggunakan terapi client centered.

2. Data sekunder yaitu data yang di ambil dari sumber kedua atau dari

berbagai sumber guna untuk melengkapi data primer. Data sekunder

dapat diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan

lingkungan, riwayat pendidikan dan prilaku keseharian konseli.

b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh, sumber data

di bagi menjadi dua yakni :

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang di peroleh langsung dari

lapangan yaitu dari klien dan konselor

2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang

lain sebagai pendukung untuk melengkapi data yang di dapat oleh

penulis dari data primer.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam tahapan ini peneliti menggunakan tiga tahapan dalam

penelitian sebagaimana yang ditulih oleh Lexy J. Meleong dalam bukunya

“metode penelitian kualitatif”. tiga tahapan tersebut yaitu :

1) Tahap Pra Lapangan

Tahapan ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan

(27)

18

menyiapkan perlengkapan dan persoalan lapangan. semua digunakan

peneliti untuk memperoleh deskripsi secara global tentang obyek

penelitian yang akhirnya dapat menghasilkan rencana penelitian

selanjutnya.

2) Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti memahami penelitian, persiapan diri

memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data

yang ada di lapangan. Dari sini peneliti menindak lanjuti serta

memperdalam pokok permasalahan yang diteliti dengan cara

mengumpulkan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah

dilakukan.

3) Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisis data yang telah didapatkan

dari lapangan yakni degan menggambarkan dan menguraikan masalah

yang ada sesuai dengan kenyataan.

5. Instrument dan Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument adalah peneliti

itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus siap melakukan penelitian dengan

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti untuk memasuki objek

penelitian baik secara akademik maupun logistiknya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

(28)

19

memenuhi standar yang ditetapkan, Pengumpulan data dapat dilakukan

dalam berbagai setting, sumber dan berbagai cara.

Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai

berikut :

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan adanya prilaku yang tampak dan

adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa

perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat

dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang tampak,

potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk

kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan tertentu. Pengamatan

yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan

dari observasi adalah untuk mendiskripsikan lingkungan (site) yang

diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang

terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang

dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu

yang terlibat tersebut.17

Konselor akan melakukan observasi terhadap siti tentang

kebiasaan yang dilakukan saat berada disekolah. Observasi dilakukan

meliputi apa saja bentuk kebiasaan dan reaksi siti pada saat belajar

disekolah.

17 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika

(29)

20

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut.18 Tehnik wawancara yang akan dipakai yaitu tehnik

wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.19

Untuk penelitian ini wawancara yang dilakukan oleh konselor

berasal dari guru (wali kelas), teman konseli (sumpri), konseli sendiri

(siti). Isi pertanyaan dalam wawancara menyangkut permasalahan yang

dialami konseli meliputi : sejak kapan konseli mengalami kesulitan

belajar dan penurunan dalam prestasi belajar, apa yang menyebabkan

kesulitan belajar, dan tindakan apa saja yang sering konseli lakukan.

Untuk lebih jelasnya, konselor akan melampirkan

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada bebrapa narasumber dihalaman

lampiran.

18 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), hal. 186

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(30)

21

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode

dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti

kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek

melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau

dibuat langsung oleh subyek yang bersangkutan.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan (Life Histories), ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar,

patung, film dan lain-lain. Pada penelitian ini dokumentasi yang dipakai

oleh peneliti berupa biografi dan foto.

Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. untuk

memperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis data dan teknik

pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam tabel

(31)

22

Tabel I.I

Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data

Sumber Data TPD

A

Data Primer

1 Deskripsi tentang latar belakang klien dan permasalahannya.

Klien dan informan

W dan O

2 Bentuk kesulitan belajar siswa Klien W dan O

3 Terapi Client Centered dalam mengatasi kesulitan belajar

Klien dan konselor

W

B Data Sekunder

1 Gambaran penelitian lokasi Dokumen informan dan O dan D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

W : Wawancara

O : Observasi

D : Dokumenta

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama

di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Analisis memerlukan daya

kreatif serta kemampuan intelektual sehingga setiap peneliti harus mencari

sendiri metode yang dirasa cocok dengan sifat penelitiannya.

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di

lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data

agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi

[image:31.595.141.511.157.518.2]
(32)

23

menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan

dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang

peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat

koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual

dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan dan

pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus

secara simultan sepanjang proses penelitian.20

Adapun data yang akan dianalisis adalah indicator kesulitan belajar

siswa, proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi

Client Centered dalam Mengatasi Kesulitan Belajar siswa.

7. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam

penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data,

sehingga memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa

keabsahan data antara lain:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian. Peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak

mempelajari kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang

diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001),

(33)

24

dari responden, dan membangun kepercayaan subyek. Dengan

demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti guna

berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu

dipahami dan dihayati.21

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang

diteliti.

c. Trianggulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Penelitian menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain

menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. penerapan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk

menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh

benar-benar akurat.

21Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

(34)

25

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat difahami secara utuh dan

berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan,

yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara

keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan

penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan

Bimbingan Konseling Islam, terapi client centered, Tujuan terapi client centered, ciri-ciri terapi client centered, tehnik-tehnik client centered,

kemudian juga dibahas tentang pengertian kesulitan belajar, sebab-sebab

kesulitan belajar, gejala dan ciri-ciri kesulitan belajar, dan cara-cara

mengatasi kesulitan belajar. Dan juga peneliti meneliti penelitian terdahulu

yang relevan.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum objek penelitian

yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang

meliputi: deskripsi konselor, deskripsi klien dan deskripsi masalah.

(35)

26

kesulitan belajar pada anak, proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan

terapi client centered dalam mengatasi kesulitan belajar, serta deskripsi hasil

proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi pendekatan client centered dalam mengatasi kesulitan belajar.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini berisi laporan hasil penelitian yang berupa analisis proses

pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam yang meliputi identifikasi

masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Serta laporan

analisis hasil akhir dalam proses konseling Islam dengan terapi Clien Centered dalam mengatasi kesulitan belajar

BAB V : PENUTUP

(36)

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan Dan Konseling Islam

a. Definisi Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu usaha pemberian

bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental

dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan

kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari

kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah Swt, atau dengan kata lain

bimbingan dan konseling islam ditujukan kepada seseorang yang

mengalami kesulitan, baik kesulitan lahiriah maupun batiniah yang

menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai

kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan

dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya

dengan tetap berpegang pada nilai-nilai islam.22

Sedangkan menurut Erhamwilda di dalam bukunya Pudji

Rahmawati, Bimbingan dan Konseling Islam adalah bantuan yang

diberikan kepada klien oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk

membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntunan

Al-Qur’an dan Hadist, sehingga klien. mampu menggunakan

(37)

28

potensinya untuk menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar

dan benar.23

Bimbingan Konseling Islam juga dapat disimpulkan sebagai proses

pemberian bantuan yang terarah, continue dan sistematis kepada setiap

individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimiliki secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang

terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah kedalam diri

sehingga dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan

Hadist.24

Pada hakekatnya Bimbingan dan Konseling Islam sebagai upaya

membantu individu agar belajar mengembangkan fitrah atau kembali

pada fitrah dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal dan

kemauan yang dikaruniakaan oleh Allah Swt untuk mempelajari tuntunan

Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada diri individu agar

berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.25

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Tujuan yang ingin dicapai adalah agar fitrah yang dikaruniakan

Allah kepada individu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik

sehingga menjadi pribadi yang kaffah dan secara bertahap mampu

mengaktualisasikan apa yang di imaninya dalam kehidupan sehari hari

dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam

23 Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 6

(38)

29

melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi dan ketaatan dalam beribadah

dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-nya.26

c. Landasan Bimbingan Konseling Islam

Landasan (dasar pijak) utama Bimbingan dan Konseling Islami

adalah Al-Qur’an dan Hadist, sebab keduanya sumber dari segala sumber

pedoman hidup umat islami, dalam arti mencakup seluruh aspek

kehidupan, sabda Nabi Saw :

“aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua, yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah, sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah Rasul”.

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya adalah landasan ideal dan

konseptual bimbingan konseling islam. Dari kedua dasar tersebut

gagasan, tujuan dan konsep-konsep Bimbingan Konseling Islam. Segala

usaha atau perbuatan yang dilakukan manusia selalu membutuhkan

adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni

agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam

melaksanakan Bimbingan Konseling Islam didasarkan pada petunjuk

Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi

isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.

Jadi landasan utama bimbingan dan konseling islam adalah

Al-Qur’an dan Hadist. Al-Al-Qur’an dapat menjadi sumber bimbingan dan

(39)

30

konseling islam, nasehat dan obat bagi manusia.27 firman Allah dalam

surat Al-Isra’ ayat 82

ه ض

سبسخ

ا

إ يىبظىا ذيضي

ا

ي ؤ يى خ حس ءبفش ٕ ب آشقىا

ً ا

“Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.( Al-Isra’: 82).

d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan

Hadis atau sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis

dan landasan keimanan.

Asas-asas ini adalah prinsip yang dijadikan rujukan dalam

penyelenggaraan konseling islam namun karena penyelenggaraannya

demikian kompleks dan kompleksitas manusia menjadi titik tolaknya

maka asas tersebut merupakan prinsip-psinsip dasar., karena islam adalah

agama sempurna yang menjadi “way of life” dalam menggapai

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat maka maksud illahi yang termaktub

dalam Al-Qur’an dan hadist merupakan jawaban pasti terhadap

permasalahan kehidupan manusia.

Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas atau

prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling islam sebagai

berikut:

(40)

31

1. Asas-Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Tujuan Bimbingan Konseling Islam adalah membantu klien

untuk mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh

setiap muslim, firman Allah

و

سبىا ة ازع بق خسح حشخ

آ

ا يف خسح بيذىا يف بتآ بثس ه قي

“Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah : 201)

Bagi seorang muslim kebahagiaan hidup didunia hanya

sementara dan kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama

sebab kebahagian akhirat adalah kebahagiaan yang abadi.

Kebahagiaan akhirat akan tercapai jika manusia hidup didunia selalu

mengingat Allah. Maka islam mengajarkan hidup dalam

keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan dunia dan

akhirat.28 firman Allah

َ

سحأ بم سحأ بيذىا لجيص ظ ت

ا

حشخ

آ

ا ساذىا

َ

كبتآ بيف غتثا

يذسفىا تحي

ا

َ

إ ضس

ْ

ا يف دبسفىا غجت

ا

ليىإ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (qs. Al-Qashash : 77)

(41)

32

2. Asas Fitrah (Ar-Rum, 30 : 30)

Menurut Islam manusia dilahirkan dalam dan dengan membawa

fitrah yaitu berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan

sebagai muslim. Bimbingan dan Konseling Islam membantu klien

untuk mengenal dan memahami fitrahnya serta menghayatinya

sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup

didunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.

Firman Allah dalam surat

لىر

َ

قيخى ويذجت

ا

بييع ط بىا شطف يتىا

َ

حشطف بف

يح يذيى ل ج قأف

يعي

ا

ط بىا شثمأ نى يقىا يذىا

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama allah; (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum, 30 : 30)

3. Asas Lillahi Ta’ala An’am, 6:162), (Adz-Dzariyat, 51:56),

(Al-Bayinah, 98: 5)

Bimbingan Konseling Islam di lakukan semata-mata karena

Allah, bimbingan melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan,

tanpa pamrih dan yang di bombing menerima atau meminta bantuan

dengan ikhlas dan rela karena semua yang dilakukan semata-mata

karena dan pengabdian kepada Allah sesuai dengan fungsi dan

tugasnya sebagai makhluq Allah yang harus senantiasa mengabdi

kepada-Nya.29 Firman Allah dalam surat

(42)

33

ً ق

يىبعىا ة س

ل

يتب يبيح ينس يت

ا

ص إ ه

“Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am, 6 : 162)

و

حبمضىا ا تؤي ح

ا

صىا ا يقي ءبفح يذىا ى يصيخ

َ

ا ذجعيى

ا

إ ا شأ ب

يد لىر

خ يقىا

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(Qs. Al-Bayyinah: 5)

4. Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup tidak ada yang sempurna. Dalam kehidupan

manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan, maka dari

itu bimbingan dan konseling islam sangat diperlukan. Selain dilihat

dari kenyataan hidup manusia bimbingan konseling dapat dilihat dari

sudut pendidikan.

5. Asas Kesatuan Jasmaniah-Rohaniah

Manusia hidup didunia merupakan satu kesatuan antar jasmani

dan rohani. Bimbingan Konseling Islam membantu kliennya sebagai

makhluq jasmaniah-rohaniah bukan sebagai makhluq biologis semata

atau rohaniah semata.

6. Asas Keseimbangan Rohaniah ( Al-A’raf, 7 : 179)

Orang yang di bombing diajak untuk mengetahui apa yang

perlu diketahui kemudian memikirkan apa yang perlu difikirkan

(43)

34

mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya, bukan

hanya mengikuti hawa nafsu. Firman Allah

ا

يعأ ى بث قفي

ا

ة يق ى ظ

إ

ا جىا اشيثم جى بأسر ذقى

ىأ وضأ ٕ وث بع

ْ

بم لئـىأ بث ع سي

ا

ارآ ى بث شصجي

ٕ لئـ

يفبغىا

ً َ

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf, 7 : 179)

7. Asas Kemaujudan Individu ( Al-Qomar, 54 : 49)

Menurut agama islam bimbingan konseling berlangsung pada

citra manusia yaitu memandang individu merupakan suatu maujud

(eksistensi). Manusia mempunyai hak dan kemerdekaan pribadi

sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental potensi

rohaniahnya.

Perbedaan individu dapat difahami dari ayat berikut :

ٓبقيخ سذقث ءيش وم بإ

(44)

35

8. Asas Sosialitas Manusia ( An-Nisa, 4 : 1).

Manusia merupakan makhluq sosial. Dalam bimbingan

konseling islam sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak

individu dalam batas tanggung jawab sosial.30

ثث بج ص ب قيخ حذحا ظ ف نقيخ يزىا نثس ا قتا ط بىا ب أ بي

ب

س

ْ

ا ث ىءبست يزىا

َ

ا قتا ءبس اشيثم

ا

بجس

تيقس نييع بم

َ

إ بح

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” ( An-Nisa, 4 : 1).

9. Asas Kekholifahan Manusia

Manusia diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung

jawab yang besar, dengan kata lain manusia sebagai khalifah harus

memelihara kesinambungan ekosistem, sebab problem-problem

kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem yang

diperbuat oleh manusia itu sendiri.

10.Asas Keselarasan Dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

keserasian dengan segala segi, dengan kata lain islam menghendaki

manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak

alam semesta dan juga hak Allah Swt. Oleh karena itu harus ada

keseimbangan dan keharmonisan antara semuanya.

(45)

36

11.Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Menurut pandangan islam manusia memiliki sifat-sifat yang

baik, sekaligus sifat-sifat yang lemah. Bimbingan dan konseling islam

membantu klien memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan

sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi

Rasulullah diutus oleh Allah Swt.31

12.Asas Kasih Sayang

Setiap manusia memerlukan cinta, kash sayang dan rasa sayang

dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan

menundukkan banyak hal. Maka dari itu Bimbingan dan konseling

islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab dengan

kasih sayang pemberian bimbingan dan konseling akan menyentuh

hati dan tujuan akan cepat tercapai.32

13.Asas Saling Mnghargai Dan Menghormati

Dalam bimbingan dan konseling, pada dasarnya kedudukan

konselor dan klien sama atau sederajat, perbedannya hanya terletak

pada fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien

menerima bantuan. Hubungan antara konselor dan klien merupakan

hubungan yang saling menghormati kedudukan masing-masing

sebagai makhluk Allah Swt.

31 Werdayani, asas-asa bimbingan konseling islami (http//:blogspot.com. html, diakses 12 – 2009)

(46)

37

14.Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan asas

musyawarah yang artinya antara konselor dan klien terjadi dialog

yang baik, tidak ada rasa tertekan, yang ada hanya keterbukaan dalam

berpendapat.

15.Asas keahlian

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dilakukan

oleh orang-orang yang memilikikemampuan dan keahlian dibidang

tersebut, baik keahlian metodelogi dan tehnik-ehnik bimbingan dan

konseling islam, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan

bimbingan dan konseling.33

Sebagai petugas Bimbingan Dan Konseling Islam, konselor harus

mencapai taraf kematangan pribadi,m spiritualitas, dan keilmuan pada

tingkat yang dikehendaki. Konselor sebagai pribadi dituntut agar bisa

menjalankan tugas-tugas profesionalnya, seperti terampil mengempati dan

menerima, dan memiliki akhlak yang terpuji menurut islam.34

e. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

a.Identifikasi

Identifikasi Adalah langkah untuk mengumpulkan data dari

berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus

beserta gejala-gejala yang Nampak.

(47)

38

b.Diagnosis

Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau

mengidentifikasi masalah. Langkah diagnosis adalah langkah

menemukan masalahnya atau mengidentifikasi masalah. Langkah ini

meliputi proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala

masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran

data dalam kaitannya dengan perkiraan penyebab masalah konselor

atau pembimbing haruslah menentukan penyebab masalah yang paling

mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling

logis dan rasional. Inti masalah yang diidentifikasi oleh konselor atau

pembimbing dalam langkah diagnosis mungkin lebih dari satu.35

c. Prognosis

Prognosis adalah langkah meramalkan akibat yang mungkin

timbul dari masalah itu dan menunjukan perbuatan-perbuatan yang

dapat dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah

mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan

kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang

ditemukan dalam rangka diagnosis.

d. Konseling atauTreatment

Langkah ini merupakan pemeliharaan yang berupa inti

pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha, yaitu:

menciptakan hubungan yang baik antara koselor dan klien,

(48)

39

menafsirkan data, memberikan berbagai informasi, serta

merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama klien.

e.Tindak Lanjut (Follow-Up)

Langkah Follow-Up atau tindak lanjut merupakan suatu langkah

penentuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah

dilaksanakannya. Langkah ini merupakan membantu klien melakukan

program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali

memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah

semula.36

B. Terapi Client Centered

a. Definisi Terapi Client Centered

Terapi Client Centered merupakan bagian dari aliran psikologi

humanistic yang dikembangkan oleh Carl Rogers, pendekatan client

centered menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk

mengikuti jalan terapi untuk menemukan arahnya sendiri.

Pendekatan atau terapi Client Centered ini berusaha untuk

memahami secara penuh terhadap keunikan dan subyektifitas

pengalaman klien.37

b. Pandangan Tentang Manusia

Client Centered memandang manusia memiliki kemampuan untuk

mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah

36 Ibid

(49)

40

psikisnya. Manusia dipercaya karena pada dasarnya kooperatif dan

konstruktif maka tidak perlu lagi diadakan pengendalian terhadap

dorongan-dorongan agresifnya.

Individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi

maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat. Model terapi

client centered menolak konsep yang memandang terapis sebagai otoritas

terbaik dan memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya

mengikuti perintah-perintah terapis.

c. Tujuan Dan Terapi Client Centered

Pendekatan terapi client centered memiliki tujuan untuk

menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha dalam membantu klien

untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh dan agar klien bisa

memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikanakannya. 38

Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak kearah yang

lebih actual sebagai berikut:

1. Keterbukaan Pada Pengalaman

Memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya agar sesuai

dengan struktur diri yang tersusun.

2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri

Membangun rasa percaya diri dengan mencari saran dan

jawaban dari luar, karena pada dasarnya manusia tidak mempercayai

kemampuan diri untuk mengarahkan hidupnya sendiri.

(50)

41

3. Tempat evaluasi internal

Memusatkan perhatian pada diri sendiri untuk mencari

jawaban dari setiap permasalahan yang dialami sehingga dapat

membuat keputusan dan pilihan bagi hidupnya.

4. Kesediaan untuk menjadi suatu proses

Sebagai tujuan akhir dalam mencari sejenis formula untuk

membangun keberhasilan dan kebahagiaan yang diinginkan, dan

memberikan kesadaran bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang

berkesinambungan.39

d. Ciri-Ciri Terapi Client Centered

a) Rogers tidak memengemukakan teori client centered sebagai suatu

pendekatan terapi yang tetap dan tuntas, akan tetapi ia

mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai prinsip

percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses terapi dan

bukan sebagai suatu dogma.

b) Pendekatan Client Centered difokuskan pada tanggung jawab dan

kesanggupan klien untuk mengemukakan cara menghadapi

kenyataan secara lebih penuh.

c) Pendekatan Clien Centered menekankan dunia fenomenal klien.

d) Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap tertentu pada pihak

terapis yang membentuk kondisi yang diperlukan dan memadai bagi

keefektifan terapeutik pada klien.

(51)

42

e) Teori Client Centered dikembangkan melalui penelitian tentang

proses dan hasil terapi.

e. Tehnik Terapi Client Centered

Menurut Carl Rogers beberap langkah yang dapat digunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling Client Centered

Therapy, namun langkah tersebut dapat diubah-ubah karena bukan

langkah yang baku, langkah-langkah tersebut yaitu :

1) Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.

Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus

mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan

kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap

dalam pemecahan masalahnya.

2) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai

bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab

untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana

dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada

kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.

3) Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara

bebas, berkaitan dengan masalahnya.dengan menunjukkan sikap

permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar

dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk

mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya

(52)

43

4) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien

yang sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan

menjernihkan kembali perasaan negatif dari klien.

5) Setelah perasaan negatfi dari klien terungkapkan,maka secara

psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi

positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan

berkembang.

6) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.

7) Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul

perkembangan terhadap wawasan (Insight) klien mengenal dirinya

dan pemahaman (Understanding) serta penerimaan diri tersebut.

8) Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan

menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah

memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan

timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil

keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.40

(53)

44

C. Kesulitan Belajar

a. Definisi Kesulitan Belajar

Sebelum kita membahas tentang kesulitan belajar alangkah baiknya

kita membahas tentang pengertian belajar.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, perubahan yang ditunjukakan sebagai

hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.41

Abu Ahmadi menjelaskan dalam bukunya psikologi belajar,

bahwasannya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri sebagai hasil interaksi

lingkungannya.42

Dari kedua pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada individu setelah

belajar yang terjadi melalui proses pengamatan.

Kesulitan belajar adalah suatu kead

Gambar

TABEL 4.1  .................................................................................
Gambaran lokasi
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka diusulkan untuk dibangun aplikasi untuk percetakan Zahra Books berbasis web, yang dapat mempermudah pihak pemesan

Susilaningsih, M.Bus., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pengarahan dan izin

masih dapat dipindahkan akan tetapi pada kedalaman 75 cm dari permukaan dijumpai batu yang besar dan tidak memungkinkan lagi untuk melakukan penggalian sampai 100 cm. Hal

Laporan Perizinan SIP TERAPIS OKUPASI tanggal 23/Sept/2019 Total : 0 Total : 0 Total : 0.. No Jenis Izin No Permohonan Tgl Permohonan No SK

Kompensasi merupakan hal yang penting yaitu sebagai dorongan motivasi seorang karyawan untuk bekerja, hal ini berarti bahwa karyawan menggunakan

Kab.. Ruang Kelas Baru dan Meubelair SDN Brumbun Kec. Ruang Kelas Baru dan Meubelair SDN Winong 02 Kec. Ruang Kelas Baru dan Meubelair SDN Sugihwaras 01 Kec. Ruang Kelas Baru

Oleh sebab itu untuk mengoptimalisasi output yang diinginkan dengan informasi yang lengkap dibutuhkan query dalam bentuk complex view pada oracle dalam

Hal ini disebabkan karena Trichoderma harzianum mampu menghasilkan enzim sellulase yang mampu menghidrolisis bahan-bahan yang mengandung kadar sellulosa yang tinggi