STUDI KOMPARASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN
SISWA YANG BERASAL DARI SD DAN DARI MI SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI DI SMPN 5
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
ANAA QURROTUL A’YUN FITHRIYANI
NIM. D71213079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi oleh :
Nama : ANAA QURROTUL A’YUN FITHRIYANI NIM : D71213079
Judul : STUDI KOMPARASI ANTARA KEMAMPUAN
MEMBACA AL QUR’AN SISWA YANG BERASAL DARI SD DAN DARI MI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI DI SMPN 5 SIDOARJO
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 30 Maret 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. A. Yusam Thobroni, M.Ag Dr. H. Syamsudin, M.Ag
197107221996031001 196709121996031003
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi oleh Anaa Qurrotul A’yunFithriyani ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Surabaya, 19 April 2017 Mengesahkan,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dekan,
Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag NIP. 196311161989031003
Penguji I,
Prof Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag, M.Pd.I NIP. 196301231993031002
Penguji II,
Yahya Aziz, M.Pd.I NIP. 197208291999031003
Penguji III,
Dr. H. A. Yusam Thobroni, M.Ag NIP. 197107221996031001
Penguji IV,
Dr. H. Syamsudin, M.Ag
ABSTRAK
Anaa Qurrotul A’yun, D71213079, 2017, Studi Komparasi Antara
Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa yang Berasal dari SD dan dari MI serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo.
Kata Kunci: Kemampuan Membaca Al Qur’an siswa, Prestasi Belajar
PAI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca Al Qur’an siswa berdasarkan latar belakang Pendidikan Dasar mereka serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI mereka di SMPN 5 Sidoarjo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan kemampuan membaca Al Qur’an siswa variable sebab dan prestasi belajar PAI variable akibat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.
Hasil dari penelitian ini adalah kemampuan membaca Al Qur’an siswa di SMPN 5 Sidoarjo berdasarkan latar belakang pendidikan dasarnya memiliki perbedaan serta memiliki pengaruh pula terhadap prestasi belajar PAI mereka. Hal tersebut didasarkan kepada hasil observasi, wawancara, dan daftar nilai mereka yang menunjukkan pengaruh kemampuan membaca Qur’an terhadap prestasi belajar PAI dengan signifikansi 0,04 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, dan dengan signifikansi 0,036 < 0,05, maka H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan antara
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penelitian Terdahulu ... 8
G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 12
I. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
J. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembahasan tentang Kemampuan Membaca Al Qur’an ... 19
1. Pengertian Al Qur’an dan Keutamaan Membacanya ... 19
2. Adab Membaca AL Qur’an ... 21
3. Ketentuan dalam Membaca AL Qur’an ... 24
4. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al Qur’an . 29 B. Pembahasan tentang Latar Belakang Pendidikan Dasar Siswa ... 33
1. Latar Belakang Pendidikan Siswa ... 33
2. Pendidikan Dasar... 36
3. SD (Sekolah Dasar) ... 37
4. MI (Madrasah Ibtidaiyah) ... 38
C. Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Pendidikan Menengah ... 40
1. Pendidikan Menengah ... 40
2. Kemampuan Membaca AL Qur’an Siswa berasal dari SD ... 42
3. Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa berasal dari MI ... 42
D. Prestasi Belajar PAI ... 43
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 43
xii
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 51
B. Populasi dan Sampel ... 53
C. Instrumen Penelitian ... 58
D. Teknik Pengumpulan Data ... 60
E. Teknik Analisis Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66
B. Penyajian Data ... 79
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 87
BAB V PENUTUP ... 97
1. Kesimpulan ... 97
2. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Tabel Ringkasan Perhitungan Analisis Varians ... 16
2.1 Ketentuan Hukum Bacaan Al Qur’an ... 26
2.2 Jenis Makarijul Huruf ... 28
3.1 Data Siswa sebagai Sampel Penelitian ... 54
3.2 Ringkasan Perhitungan ANAVA ... 62
4.1 Fasilitas Sekolah ... 67
4.2 Struktur Kurikulum Sekolah ... 75
4.3 Data Nilai Kemampuan Membaca AL Qur’an ... 81
4.4 Data Nilai Kemampuan Membaca Al Qur’an ... 82
4.5 Data Nilai Pendidikan Agama Islam ... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian 2. Surat Tugas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah sepatutnya kita menyadari bahwa Al Qur’an merupakan kitab suci
umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai mukjizat kepada Rasulullah
SAW. Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk untuk umat islam. Tentu kita sebagai
umat islam sangat diharuskan untuk mempelajari kitab suci ini, karena memang Al
Qur’an-lah pedoman hidup umat islam. Tidak semua umat islam mampu membaca
Al Qur’an disertai makna yang terkandung didalamnya. Jangankan menghayati
maknanya, untuk sekedar membacanya saja masih banyak yang tampak kesulitan. Bahkan juga tidak sedikit yang tidak dapat membaca kitab suci ini sama sekali, untuk mengenal satu ataupun dua huruf saja mereka enggan. Tidak dapat dipungkiri pula, bahwa diusia tua pun banyak umat islam yang masih buta akan huruf Al Qur’an. Padahal betapa pentingnya untuk kita mempelajarinya dengan baik dan benar. Entah mereka sadari atau tidak, hanya sekedar membaca satu huruf dalam al
Qur’an saja sudah dinilai hingga 10 kebaikan. Mereka yang membacanya dengan
terbata-bata pun juga diberikan pahala oleh Allah SWT. Namun tidak sedikit umat manusia yang meremehkan dan tidak mempedulikannya. Padahal betapa besar
kebaikan yang tersimpan didalam Al Qur’an, dan betapa luar biasa makna yang
terkandung didalamnya. Jika untuk mempelajari per hurufnya saja enggan, apalagi untuk mendalami makna yang terkandung didalamnya
2
Umat islam yang telah lanjut usia namun masih buta akan huruf Qur’an,
tentu dimasa kecilnya ia enggan mempelajarinya. Dapat pula jika memang orang tuanya yang tidak mengenalkannya kepada kitab suci ini. Entah apapun sebabnya,
jika seorang anak tidak segera dikenalkan dengan Al Qur’an maka tidak menutup
kemungkinan bahwa diusia tua ia akan menjadi kesusahan. Maka dinilai sangat
perlu untuk orang tua agar senantiasa menanamkan Al Qur’an dalam diri anak mereka. Terlebih jika sang ibu tengah mengandung, sangat baik untuknya
mendengarkan atau bahkan membacakan ayat suci Al Qur’an agar benar-benar berdampak baik untuknya kelak ketika usai dilahirkan.
Namun tidak sedikit pula anak-anak yang sudah mahir dalam membaca Al
Qur’an, tentu hal ini juga dikarenakan terbiasanya mereka dalam mempelajari Al
Qur’an. Hal ini juga bisa disebabkan karena latar belakang pendidikan mereka.
Umumnya anak yang sudah begitu mahir dalam membaca Al Qur’an adalah
seorang anak yang menempuh pendidikannya di sekolah-sekolah islam. Namun tidak jarang sekarang tiap sekolah umum pun menyediakan bimbingan belajar Al
Qur’an untuk tiap siswa. Akan tetapi tetap saja pendidikan ditimbang sangat
penting untuk menciptakan kualitas kemampuan seorang anak, sekalipun dalam hal
ini yang dibahas adalah kemampuan dalam membaca Al Qur’an.
3
kedewasaannya.1 Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa seperti apa seorang anak kelak, tentu pendidiklah salah satu penyebabnya. Apa yang telah diajarakan oleh seorang pendidik akan tertanam dalam diri anak hingga ia dewasa. Seorang anak yang diusia dini telah dibawa kepada seorang guru matematika, maka tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan dapat mengetahui ilmu hitung menghitung, sekalipun hanya ilmu penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika seorang anak sejak usia dini belum dikenalkan huruf-huruf Al Qur’an maka akan sedikit kemungkinan jika diusia dewasa ia bisa begitu mahir serta memahami
ilmu-ilmu dalam Al Qur’an.
Abidin Ibnu Rusn mengutip pendapat seorang ulama’ besar Al Ghozali
dengan cukup simple. Al Ghozali mengartikan pendidikan dengan “Proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia
sempurna.”2 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidik yang paling utama
adalah orang tua, jika orang tua tidak dapat memahami cara baca Al Qur’an maka
dinilai sangat perlu bagi orang tua agar menitipkan anaknya kepada orang yang
tepat untuk mendidiknya agar mampu membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
1 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), hal.113
2 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al Ghozali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
4
Karena sangat penting bagi umat islam untuk mampu memahami ilmu Al Qur’an,
kitab suci yang menjadi pedoman umat islam sekaligus mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Sejalan dengan berkembangnya pendidikan di Indonesia, sangat banyak didirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang diantaranya ialah lembaga pendidikan formal yang umum maupun lembaga pendidikan formal yang islami. Lembaga pendidikan formal umum seperti yang kita ketahui yakni SMP (Sekolah Menengah Pertama), kemudian MTs (Madrasah Tsanawiyah) yang merupakan lembaga pendidikan formal islami. Banyak guru agama yang sedikit merasa kesulitan ketika mengajar agama di SMP, dikarenakan tidak semua siswa mampu
membaca ayat al Qur’an dengan baik dan benar. Bahkan tidak menutup
kemungkinan bahwa siswa yang menempuh pendidikannya di lembaga pendidikan
formal islami juga masih belum lancar dalam membaca al Qur’an.
Perlu diketahui, bahwa latar belakang pendidikan siswa begitu berperan dalam hal tersebut. Jika sekarang mereka berada di bangku SMP maka sebelum ia berada di SMP, apakah sebelumnya ia telah berada di SD (Sekolah Dasar) ataukah MI (Madrasah Ibtidaiyah). Karena memang pada umumnya siswa yang sekolah di
MI lebih bisa membaca al Qur’an dengan baik dibandingkan dengan siswa yang
bersekolah di SD. Namun tidak menutup kemungkinan pula, jika siswa SD lebih
5
tersendiri ataukah di sekolah mereka menyediakan lembaga belajar al Qur’an tersendiri.
Terlepas dari itu semua, selain mata pelajaran BTQ dalam kemampuan
membaca Al Qur’an juga begitu diperlukan untuk pembelajaran mata pelajaran
PAI, dan mengingat adanya kemungkinan perbedaan antara kemampuan membaca
AL Qur’an siswa dan sisiwi di kelas tentu mungkin akan membuat guru PAI
menjadi sedikit lebih sulit untuk menyesuaikan nilai-nilai untuk menghafal ayat dalam pelajaran. Dengan adanya perbedaan tersebut, tentu juga akan menjadi banyak perbedaan terhadap prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran PAI ini.
Oleh karena itu, disini penulis sangat tertarik untuk membuat judul “Studi Komparasi antara Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa yang Berasal dari
SD dan dari MI serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar PAI di SMPN
5 Sidoarjo ” yang dalam hal ini penulis lebih fokus dengan siswa SMP dikaitkan
dengan cara mereka membaca al Qur’an pada tiap hurufnya, apakah mereka berasal
dari SD ataukah mereka berasal dari MI. Bisa jadi pula jika mereka memiliki latar
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an siswa-siswi di SMPN 5 Sidoarjo ?
2. Bagaimana perbedaan kemampuan membaca Al Qur’an antara siswa yang berasal dari SD dan dari MI di SMPN 5 Sidoarjo?
3. Bagaimana pengaruh kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berasal dari SD dan dari MI terhadap prestasi belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk dapat mengetahui kemampuan membaca al Qur’an dari masing-masing siswa di SMPN 5 Sidoarjo
2. Untuk dapat mengetahui letak perbedaan kemampuan membaca al Qur’an antara siswa dari SD dengan siswa dari MI di SMPN 5 Sidoarjo Sidoarjo 3. Untuk dapat mengetahui pengaruh kemampuan membaca Al Qur’an siswa
yang berasal dari SD dan dari MI terhadap prestasi belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo
D. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
7
a. Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang
Kemampuan Membaca Al Qur’an serta Pengaruhnya terhadap Prestasi
Belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo.
c. Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan dalam meningkatkan
Kemampuan Membaca Al Qur’an serta Prestasi Belajar PAI di SMPN 5
Sidoarjo. 2. Secara Praktis
Secara praktis, kegunaan penelitian ini lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, maka penulis dapat menambah pengetahuan tentang Kemampuan Membaca Al Qur’an berdasarkan latar belakang Pendidikan Dasar siswa serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar PAI. b. Bagi Siswa
8
c. Bagi Lembaga
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk meningkatkan Kemampuan
membaca AL Qur’an siswa serta Prestasi Belajar PAI mereka di SMPN 5
SIdoarjo.
d. Bagi Khalayak Umum
Sebagai sarana dakwah kepada masyarakat dalam rangka memberantas buta huruf Al-Qur’an, khususnya pada anak usia dini agar bisa lebih giat dalam mempelajari AL Qur’an tanpa ditekankan.
E. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan Kemampuan membaca Al
Qur’an adalah penelitian yang berjudul KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MERUPAKAN PENUNJANG PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI BAHASA
ARAB DI MADRASAH TSANAWIYAH DARUL FALAH KARANG BENDO KEC.
TEKUNG KAB. LUMAJANG.
Penelitian ini dilakukan oleh seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel yang bernama Mukhdor Ulum Fakultas Tarbiyah di sebuah Madrasah Tsanawiyah Lumajang yang bernama Darul Falah. Penelitian ini mengaitkan antara kemampuan
membaca Al Qur’an dengan prestasi dalam pembelajaran Bahasa Arab di sekolah
Madrasah Tsanawiyah tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan Kemampuan
9
sebagai variable terikatnya. Peneliti mengumpulkan data melalui tes tentang
kemampuan membaca Al Qur’an dari siswa Madrasah Tsanawiyah Darul Falah
Lumajang sebagai obyek penelitiannya. Peneliti menggunakan teknik analisa korelasi product moment.
Berdasarkan pembahasan teoritis yang dikuatkan oleh data yang peneliti peroleh, maka kesimpulan dari penelitian tersebut ialah prestasi belajar Bahasa Arab dengan kemampuan membaca Al Qur’an siswa di Mts. Darul Falah tersebut memiliki hubungan yang positif.
Berdasarkan r hitung (0.904) maka jika dihubungkan dengan kriteria tersebut,
berarti antara kemampuan membaca Al Qur’an dengan prestasi belajar Bahasa
Arab sangat berhubungan tinggi.
F. Batasan Masalah
Dalam skripsi yang direncanakan dengan judul Studi Komparasi antara
kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berasal dari SD dan yang berasal dari
MI serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo, kami
akan membahas tentang bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang
menempuh pendidikan menengah di SMPN 5 Sidoarjo.
10
membaca Al Qur’an berdasarkan latar belakang pendidikan dasar mereka masing -masing.
Karena siswa tersebut merupakan siswa SMPN 5 Sidoarjo, yakni siswa yang tengah menempuh pendidikan menengah maka pembahasan disini hanya akan fokus pada pendidikan dasar mereka. Kemudian pada penelitian ini akan dibatasi
pada kemampuan membaca Al Qur’an siswa serta latar belakang pendidikan dasar
mereka.
Setelah ditemukan adanya perbedaan antara kemampuan membaca AL
Qur’an mereka, maka peneliti akan mengaitkan dengan prestasi belajar mereka
yang tentunya dalam hal ini dikhususkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam hal ini, tentunya lebih tepatnya terdapat pada bagian Qur’an Hadits.
G. Definisi Oprasional
Agar pembahasan lebih terfokuskan pada sasaran pembahasan, maka kami paparkan beberapa kata kunci dalam definisi oprasional ini sesuai dengan judul kami yakni Studi Komperasi antara kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berasal dari SD dan yang berasal dari MI : Kasus di SMPN 5 Sidoarjo.
11
Kemampuan : kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman.
Membaca : membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan kognisi. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca.
Al Qur’an : Al Qur’an ialah nama yang diberikan kepada firman Allah yang
diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada manusia, yang dituliskan didalam mushaf, yang mutawatir penukilannya dan bersifat mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW, yang harus dibaca difahami dan diamalkan isinya oleh manusia agar tercapai kehidupan yang selamat dan bahagia didunia dan diakhirat.3
Pendidikan Dasar (SD/MI) : jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir masa pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari
3 Syahminan Zaini, Wawasan Al Qur’an Tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Jakarta
12
Ujian yang menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs).
Prestasi : Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti hasil bisnis. Prestasi yang diperoleh dari upaya yang telah dilakukan. Memahami pencapaian tersebut, rasa prestasi diri adalah hasil dari bisnis seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan dalam menghadapi semua aspek situasi kehidupan.4
Belajar : semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.5
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif melalui studi komparasi, karena membandingkan, yaitu siswa yang berasal dari SD dan siswa yang berasal dari MI. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif
13
adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif lebih sistematis, terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari perbandingan dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran perbandingan antara kemampuan membaca Al Qur’an siswa.
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 5 Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di SMPN 5 Sidoarjo tahun pelajaran 2016/2017.
14
ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta hipotesis.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Kemudian metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA (Analysis of Vaians). Untuk mengetahui, perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kumpulan data itu, dapat dilakukan dengan membandingkan rerata atau statistic lain dari kumpulan data tersebut, oleh karenanya penelitian ini menggunakan metode analisis Anava.
1. Hipotesis Penelitian
a. Terdapat perbedaan prestasi belajar PAI antara siswa yang berasal dari SD dan siswa yang berasal dari MI
b. Terdapat perbedaan prestasi belajar PAI antara siswa yang berasal dari SD dan yang berasal dari MI
c. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara latar belakang
pendidikan dasar dan kemampuan membaca Al Qur’an siswa terhadap
prestasi belajar PAI siswa
2. Hipotesis Statistik:
15
H1: µ1 ≠ µ2
b. H0: µ1 = µ2
H1: µ1 ≠ µ2
c. H0: Inter AB = 0 H1: Inter AB ≠ 0
Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan anava
1. Menghitung Jumlah Kuadrad Total (JKtot):
JKtot = ∑ Xtot2
2. Menghitung Jumlah Kuadrad Antar Kelompok (JKantar):
JKantar =
N X n X tot A A 2 2
3. Menghitunng Jumlah Kuadrad Dalam Kelompok (JKdal):
JKdal = JKtot─ JKantar
4. Menghitung Mean Kuadrad (Rerata Jumlah Kuadrat atau RJK) antar Kelompok
(RJKantar):
RJKantar =
1
a JKantar
a = jumlah kelompok
16
5. Menghitung Rerata Jumlah Kuadrat dalam Kelompok (RJKdal)
RJKdal =
a N JKdal
N = jumlah seluruh sampel
6. Menghitung harga Fhitung dengan rumus:
dalam antar RJK RJK
7. Konsultasikan pada table F dengan db pembilang (a-1) dan db penyebut (N-a) 8. Aturan keputusan : Jika F hitung lebih besar daripada F table pada taraf
signifikansi tertentu (Misalnya: ts 5% atau 1%), maka Ha diterima dan H0 ditolak.
9. Membuat kesimpulan, apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak 10. Membuat Tabel Ringkasan Analisis Varians untuk Menguji Hipotesis k Sampel
Tabel 1.1. Tabel Ringkasan Analisis Varians untuk Menguji
Hipotesis k Sampel
Sumber
Variasi
JK (SS) db
(df)
RJK
(MS)
Fh Ftab Taraf sig
0.05 0.01
antar A
AA n
X 2 a-1
1 a JK dal antar RJK RJK ….
N Xtot 2
17
dalam (error)
JKdal = JKtot─ JKantar N-a
a N
JKdal
-- --
Total
∑ Xtot2
N-1 -- -- --
dbA = a-1
RJKantar = JKantar : dbantar
db dalam = N – a RJKdal = JKdal : dbdal
Fhitung = RJKantar: RJKdal
I. Waktu dan Tempat Penelitian
Kami akan melakukan penelitian ini di SMPN 5 Sidoarjo Jalan Untung Suropati dengan waktu yang kami atur dengan menyesuaikan jadwal pribadi sehari hari yang kami miliki.
J. Sistematika Pembahasan
Untuk memahami alur skripsi yang nantinya akan kami tulis, maka kami akan memaparkan sistematika pembahasan pada skripsi yang telah kami rencanakan :
N Xtot 2
18
Bab pertama berisikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi oprasional dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang kajian teoritis yang membahas tentang tujuan umum tentang kemampuan membaca Al Qur’an, latar belakang pendidikan dasar siswa serta prestasi belajar PAI.
Adapun bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, informan dan subjek penelitian, instrument pengumpulan data, objek penelitian, teknik analisis data dan pengecekan keabsahan data
Kemudian bab keempat disajikan didalamnya yakni tentang hasil penelitian yang membahas penyajian data dan analisis data serta pembahasannya
Selanjutnya pada bab kelima atau bab penutup, didalamnya akan membahas terkait kesimpulan dari pembahasan skripsi ini serta saran-saran dari penulis tentang penulisan skripsi.
19 BAB II
KAJIAN TEORI
Penelitian dengan judul Studi Komparasi antara Kemampuan Membaca AL
Qur’an Siswa yang Berasal dari SD dan dari MI serta Pengaruhnya Terhadap
Prestasi Belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo ini, akan membahas mengenai perbedaan
kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an didasarkan pada latar belakang pendidikan dasar mereka. Selain daripada itu, dalam penelitian ini juga akan
dijelaskan bagaimana pengaruhnya perbedaan kemampuan membaca Al Qur’an
mereka terhadap prestasi belajar mereka pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Oleh karenanya, sebelum beranjak pada penelitian yang menjawab semuanya, maka akan peneliti uraikan terlebih dahulu kajian teori mengenai penelitian ini.
A. Tinjauan Teoritik tentang Kemampuan Membaca Al Qur’an
1. Pengertian Al Qur’an dan Keutamaan Membacanya
Secara bahasa kata Al Qur’an adalah mashdar dari kata kerja qara’a,
yang berarti bacaan atau yang dibaca. Secara istilah, Al Qur’an ialah nama
20
dibaca difahami dan diamalkan isinya oleh manusia agar tercapai kehidupan yang selamat dan bahagia didunia dan diakhirat.1
Dari definisi tersebut diatas, dapat difahami bahwa Al Qur’an
merupakan sebuah kitab suci yang berisi firman-firman Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat Islam. Al Qur’an juga merupakan mukjizat untuk Nabi Muhammad SAW, oleh karenanya kita sebagai umat Islam sangat diharuskan untuk mempelajarinya.
Al Qur’an antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas
kerasulan Muhammad SAW, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.2
Agama Islam, yang mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui dasar dan
perundang-undangannya melalui Al Qur’an. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlaq dan perbuatan dapat dijumpai sumbernya yang asli dalam ayat-ayat Al Qur’an. Allah SWT berfirman :
1Syahminan Zaini,Wawasan Al Qur’an Tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya,(Jakarta Pusat :
Penerbit Kalam Mulia, 1986),h.2
2Drs. Abudin Nata, M.A.,Al Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I),(Jakarta : Raja Grafindo
21
ُمَوْ قَأ َيِ َِِْلِل ْيِدْهَ ي َنآْرُقلا اَذ َنِأ
“Sesungguhnya Al Qur’an ini menunjukkan kepadamu jalan yang
lurus.”3
ءْيَش ِ لُك لاًنا َيْ بِت ,َبا َت ِك ْلا َك ْيَلَع ا َنْلَزَ نَو
“Kami menurunkan Al Qur’an kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.”4
Begitu istimewanya Al Qur’an, bahkan masih banyak yang belum kita
sadari keajaiban-keajaiban dari Al Qur’an. Untuk sekedar membacanya saja sudah dinilai ibadah oleh Allah SWT. Lebih-lebih jika gemar untuk memahami makna yang terkandung didalamnya serta senantiasa untuk mengamalkannya.
Al Qur’an adalah petunjuk dan rahmat bagi manusia. Juga merupakan
penawar bagi kegelisahan dan kegundahan hati.5 Sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”6
2. Adab membaca Al Qur’an
Bagi orang-orang beriman mengambil manfaat dari Al Qur’an tidak saja dapat diraih melalui pengamalannya, tetapi juga melalui pembacaannya.
3QS 17:9
4QS 16:89
5Su’aib H. Muhammad, M.Ag.,Lima Pesan Al Qur’an,(Malang : UIN-Maliki Press.2011),Jilid 2,h.66
22
Menurut Rasulullah SAW, setiap orang yang membaca al Qur’an akan
mendapat satu kebaikan dari setiap huruf yang dibacanya, bahkan boleh jadi ditambah dengan 10 kebaikan yang semisal. 7
Al Qur’an merupakan kitab suci, kitab suci yang menjadi pedoman bagi
umat Islam, kitab suci yang merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, sangat penting bagi umat Islam untuk sangat menghormati
kitab suci Al Qur’an. Umat Islam dianjurkan memperhatikan setiap adabnya
dalam membaca Al Qur’an.
Disunnahkan bagi umat Islam ketika membaca Al Qur’an hendaklah: a. Membaca Al Qur’an dengan tartil (pelan-pelan sambil memperhatikan
tajwidnya).
b. Disunnahkan merenungi dan memahami kandungan Al Qur’an sebab hal itu merupakan maksud dan tuntutan yang paling mulia
c. Disunnahkan dengan mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an, atau membacanya dengan jahr yakni dengan suara yang keras lebih utama, sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi yang artinya:
“Allah tidak mendengarkan sesuatu selain suara merdu Nabi yang
membacakan Al Qur’an dengan suara jahr.”(HR.Bukhori dan Muslim)8
7 Ibid.Su’aib H. Muhammad, M.Ag.,Lima Pesan Al Qur’an,h.67
23
Membaca Al Qur’an tentunya berbeda dengan membaca kitab-kitab
lain. Membaca Al Qur’an harus memperhatikan adab dan sopan santunnya.9 Sebagaimana beberapa adab, sopan dan santun membaca Al Qur’an yang telah diuraikan diatas.
Diantara adab dan sopan santun itu, dijelaskan pula oleh Imam
As-Suyuti dalam “al-Itqan”, ringkasnya ialah seseorang yang membaca AL Qur’an hendaklah10:
a. Dalam keadaan suci dari hadas besar atau kecil, dan mengambilnya dengan tangan kanan kemudian dipegang dengan kedua belah tangan b. Membaca di tempat yang bersih, menghadap kiblat, dan dengan disertai
kekhusyu’an dan ketenangan jiwa
c. Meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan dengan membaca
ta’awudz () sebelum membacanya (QS. Al-Nahl, 16:98)
d. Sebelum atau sesudah membaca ta’awudz | baiklah dibaca do’a sebagai berikut :
Artinya :
“Ya Allah, bukanlah kiranya kepada kami hikmah-Mu, Ya Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
24
e. Membaca dengan tertib (pelan-pelan dan tenang) serta merenungi isi kandungannya apabila telah mengerti arti dan maksud ayat-ayat yang dibaca (QS. 73 : 4; 4:82) bila membaca ayat tasbih, tahmid, istighfar, atau ayat azab, maka bertasbih, bertahmid, beristighfar, dan mintalah perlindungan kepada Allah SWT dari adzab tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan lisan atau cukup dalam hati saja. Kecuali itu apabila kebetulan membaca ayat-ayat sajadah, maka disunnahkan melakukan sujud tilawah.
f. Membacanya sesuai dengan tata cara atau ketentuan yang ditetapkan
dalam ilmu tajwid dan ilmu qiro’at. Meskipun melagukannya dengan
suara nyaring dan merdu itu sunnah, namun jangan sampai melanggar
ketentuan dua ilmu tersebut (ilmu tajwid dan qiro’at)
g. Sedapat mungkin tidak memutuskan bacaannya hanya karena hendak berbicara dengan orang lain, kecuali telah selesai membaca satu ayat. Juga tidak diperkenankan tertawa-tawa, bermain-main, dan semisalnya, karena pekerjaan itu tidak pantas dilakukan sewaktu membaca Kalamullah 3. Ketentuan dalam membaca Al Qur’an
Rasulullah SAW bersabda : “orang yang membaca Al Qur’an dengan mahir, kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan para Rasul
25
mahir, membacanya tertegun-tegun, tidak lancar dia akan mendapat dua
pahala.”Riwayat bukhori dan Muslim dari St. A’isyah ra.11
Sebagaimana hadits yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW,
alangkah baiknya jika sebagai umat Islam dapat membaca Al Qur’an dengan
baik dan benar. Membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sebagaimana ketentuan-ketentuan yang perlu untuk dipelajari, sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini :
a. Ilmu Tajwid
Ialah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan betul, baik huruf yang berdiri sendiri maupun huruf dalam rangkaian.12 Dengan mempelajari ilmu tajwid maka kita telah mempelajari bagaimana cara membaca Al
Qur’an dengan baik dan benar. Kemudian dengan kita bisa memahami
ilmu tajwid dan mengamalkannya, maka kita bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid.
Mempelajari ilmu tajwid hukumnya Fardlu Kifayah. Membaca
Al Qur’an dengan baik sesuai dengan Ilmu Tajwid hukumnya Fardlu
‘Ain.13 Oleh karenanya sangat dianjurkan bagi tiap muslim yang masih
belum mahir dalam membaca Al Qur’an, ketika hendak membaca Al
Qur’an hendaknya ditemani dan disimak oleh seseorang muslim lainnya
11Abdullah Asy’ari BA, Pelajaran Tajwid,(Surabaya : Apollo Lestari,1987),h.5 12 Ibid.Abdullah Asy’ari BA, Pelajaran Tajwid, h.7
26
yang lebih mahir. Sehingga diharapkan muslim yang telah mahir tersebut bisa membenarkan bacaan yang salah ketika muslim yang belum mahir tadi membacanya.
Macam-macam hukum bacaan dalam ilmu tajwid ialah Nun sukun dan tanwin, Miem sukun, Nun bertasydid dan Mim bertasydid,
[image:38.612.156.531.224.679.2]Idghom, Lam Ta’rif, Tarqiq – Tafkhiem, Lam sukun, Qolqolah, Mad dan Waqaf. Berikut perinciannya :
Tabel 2.1 : Ketentuan Hukum Bacaan Al Qur’an
Jenis Hukum Bacaan Macam - Macamnya
Nun Sukun dan Tanwin Idhar Chalqi, Idghom bighunnah, idghom bila
ghunnah, iqlab, ikhfaa’
Miem sukun Idhar Syafawi, Ikhfaa’ Syafawi, Idghom Miemi
Nun Bertasydid dan Miem Bertasydid
Ghunnah
Idghom Idghom Mutamatsilain, Idghom
Mutajanisain, Idghom Mutaqoribain
Lam Ta’rif Idhar Qomariyah dan Idghom
Syamsiyah
Tarqiq – Tafkhiem Lam Al Mufakhomah, Lam Al
Muroqqoqoh, Ro’ Al
27
Lam sukun Lam sukun yang terdapat dalam
kata kerja
Idhar : bila setelah lam tidak ada
huruf lam dan ro’
Idghom : bila setelah huruf lam
terdapat huruf ro’ dan lam
Qolqolah Qolqolah Sughro dan Qolqolah Kubro
Mad Mad Thobi’ie, Mad Wajib
Muttashil, Mad Jaiz Munfashil, Mad Lazim Mutsaqqol kilmi, Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi,
Mad Lain, Mad ‘Aridl
Lissukuun, Mad Shilah Qoshiroh, Mad Shilah
Thowilah, Mad ‘Iwadl, Mad
Badal, Mad Lazim Charfi Mukhoffaf, Mad Lazim Charfi Mutsaqqol, Mad Lazim
Musyabba’
Waqaf Harus berhenti, boleh lanjut dan
sebagainya sebagaimana tanda waqafnya masing-masing
Itulah beberapa keterangan terkait ilmu bacaan Tajwid dalam Al
Qur’an yang merupakan suatu ketentuan dalam membaca Al Qur’an
28
b. Makharijul Khuruf
[image:40.612.158.529.238.632.2]Makharijul Khuruf adalah tempat atau letak darimana huruf-huruf itu dikeluarkan.14 Dalam membaca Al Qur’an perlu diberhatikan letak makharijul khurufnya pula, karena jika salah dalam melafadzkan khurf maka akan menjadi berbeda artinya. Berikut merupakan jenis makharijul khuruf :
Tabel 2.2 : Jenis Makharijul Huruf
Jenis Makharijul Huruf Huruf
Jauf (Dalam)
ي ، و ، ا
Chalq (Tenggorokan)
ع ، ح ، غ ، خ ، ء ، ه
Lisan ( Lidah)
ش ، ي ، ض ، ل ، ق ، ك ، ج
، ص ، ز ، ظ ، ن ، ر ، ط ، د ،
ث ، ذ ، ت
Syafatani (Dua bibir)
م ، ف ، و ، ب
29
Khoisyum (Dalam Hidung)
ن ٌ ً
، م
-
ن ، ب
-
م ، م
-
م
Demikian penjelasan tentang ilmu makharijul khuruf yang juga merupakan suatu ketentuan atau indikator dalam kemampuan membaca Al
Qur’an.
4. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al Qur’an
Seseorang dapat mampu bahkan hingga mahir dalam membaca Al
Qur’an tentu memiliki factor tersendiri, ntah itu dari keturunan, dorongan keluarga, masyarakat, dan juga karena latar belakang pendidikannya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al Qur’an menurut penulis
kiranya tidak begitu berbeda dengan tri pusat pendidikan, antara lain : a. Lingkungan Keluarga
Tiap pengaruh lingkungan yang paling berpengaruh bagi anak adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah lembaga tidak formal yang didalamnya terdapat ayah dan ibu serta saudara-saudara sebagai keluarga inti.15 Dari keluarga anak cenderung akan meniru segala perilaku dari orang tua maupun saudara-saudaranya. Bila orang tua sudah terbiasa
membaca Al Qur’an di rumah, maka secara tidak langsung hal tersebut
30
akan menjadi contoh bagi si anak. Terlebih lagi bila sang orang tua
senantiasa mendidik anaknya untuk belajar membaca Al Qur’an.
Tingkah laku dalam hubungan antara sesama orang tua, orang tua dengan anak-anaknya, antara sesama anak, dan sebagainya mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan emosi anak.16 Dengan demikian anak akan semakin mudah untuk diajak belajar membaca Al
Qur’an jika keluarganya senantiasa membaca Al Qur’an didalam
rumahnya.
Sikap emosionil dari orang tua pada lahirnya anak dan taraf cinta kasih yang diberikan kepada si anak selama hidupnya mempunyai efek tertentu pada tingkah lakunya, juga bagaimana cara orang tua mendidiknya.17 Oleh karenanya penting adanya kasih sayang keluarga dalam mendidik seorang anak, jika sekedar mendidiknya namun tanpa memberi contoh maka sangat kecil kemungkinan untuk seorang anak bisa patuh pada apa yang diajarkan oleh orang tua.
Tidak hanya itu, situasi keluarga misalnya ada ketegangan-ketegangan, keluarga yang pecah karena kematian atau perceraian, mengakibatkan problem-problem kepribadian pada si anak.18 Akan sulit untuk mendidik
16 Ibid,h.188
31
dengan baik dan benar anak yang lahir dari keluarga yang penuh dengan masalah.
b. Lingkungan Masyarakat
Pengaruh lingkungan masyarakat telah mulai dialami anak sejak individu tersebut menyadari bahwa lingkungannya demikian luas (kurang lebih pada usia 4-6 tahun), pengaruh tersebut akan terus dialami individu sampai ia meninggal dunia.19 Lingkungan dimana keluarganya tinggal juga begitu berpengaruh bagi anak. Pengaruh lingkungan masyarakat tersebut biasanya timbul dari teman-teman sebaya, anak-anak tetangga, orang-orang dewasa disekitarnya dan sebagainya.
Sebagai contoh, ketika seorang anak hendak belajar mengaji namun tiba-tiba ada teman lainnya yang mengajaknya untuk bermain maka anak tersebut cenderung akan lebih memilih untuk bermain dengan temannya jika tidak ada penguatan yang khusus ditekankan dari keluarganya. c. Lingkungan sekolah
Berbeda dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, sekolah merupakan lembaga formal yang memiliki program-program yang direncanakan, dilaksanakan serta dinilai secara formal berdasarkan peraturan-peratuan yang berlaku.20 Sekolah tempat seorang anak menempuh pendidikannya lepas dari orang tua, orang tua akan lepas
32
tangan selama anak sudah mulai masuk di wilayah sekolah. Segala apa yang dilakukan oleh anak akan menjadi tanggung jawab dari pihak sekolah.
Dari sekolah anak akan mendapatkan ilmu serta pendidikan yang lebih banyak, dari guru-guru di sekolah, teman-teman maupun kakak kelasnya. Namun demikian, perlu bagi orang tua untuk memilih sekolah yang baik bagi anaknya agar anaknya benar-benar bisa tumbuh berkembang dengan baik. Karena ketika anak sudah berada di sekolah, besar kemungkinan ia akan mendapatkan pengaruh-pengaruh yang banyak dari teman-teman sebayanya, dan tidak semua anak lahir dari keluarga yang baik-baik. Anak yang nakal bisa saja mempengaruhi anak-anak yang lainnya, seperti bolos sekolah, merokok dan lain sebagainya.
Akan lebih baik jika anak disekolahkan di sekolah yang berpendidikan Islam, atau sekolah yang memiliki program belajar membaca Al Qur’an. Agar anak bisa semakin mengenal Al Qur’an, serta semakin mudah dalam
mempelajari Al Qur’an.
33
juga menetap di pesantren, akan lebih bisa menjamin bahwa anak akan semakin bisa dalam membaca Al Qur’an. Namun jika anak yang tidak menetap di pesantren akan tetapi pada lingkungan sekelilingnya sangat
mendukung untuknya dalam mempelajari Al Qur’an maka tidak menutup
kemungkinan baginya bisa semakin bisa membaca Al Qur’an.
Tidak jarang di lingkungan masyarakat banyak adanya TPA (Taman
Pendidikan Al Qur’an) baik itu berdiri sendiri, privat ataupun terdapat pula
di masjid. Sehingga orang tua juga bisa mempercayakan anakanya untuk
belajar Al Qur’an ditempat tersebut.
B. Tinjauan Teoritik tentang Latar Belakang Pendidikan Dasar Siswa
1. Latar Belakang Pendidikan Siswa
Mendidik dan pendidikan adalah dual hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja, pendidikan adalah kata benda.21
Fungsi dari proses pendidikan ialah untuk meningkatkan perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan.22 Bayi yang baru lahir hanya dapat melakukan gerakan-gerakan yang terbatas, tetapi semakin hari ia akan mendapatkan cara-cara baru untuk tumbuh kembangnya.
Nah berbicara tentang latar belakang pendidikan siswa, yang dimaksud dengan latar belakang pendidikan siswa adalah bagaimana dan dimana saja
34
siswa tersebut menempuh pendidikan selama ini, dari mulai ia belum mengerti apa-apa hingga ia bisa mengerti banyak hal. Berdasarkan jenjang dan jenisnya, latar belakang pendidikan seorang siswa terdapat empat tingkatan yakni pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan pra sekolah bertujuan membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.23 Pendidikan pra sekolah ini sangat berperan untuk persiapan seorang anak melangkah menuju pendidikan dasar.
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai, pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk pendidikan menengah.24 Maka kesiapan seorang siswa untuk menempuh pendidikan menengah tergantung segala apapun yang ia persiapkan ketika ia berada di pendidikan dasar.
Pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
35
teknologi, dan kesenian.25 Dengan tercapainya prestasi seorang siswa di pendidikan menengah maka ia bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan tinggi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan juga mengembangkan dan menyebarluaskannya.26 Pada jenjang inilah seseorang cenderung akan dikenal sebagai orang yang berpendidikan. Akan tetapi tentu akan sangat disayangkan apabila seorang muslim yang telah berpendidikan
tinggi namun belum mahir dalam membaca Al Qur’an.
Jadi, apabila ketika ia sudah berada di jenjang pendidikan tinggi namun
belum mahir dalam membaca Al Qur’an tidak menutup kemungkinan ketika ia
dalam pendidikan dasar, ia belum menerima pembelajaran terkait Al Qur’an,
ntah itu dari sekolah, keluarga maupun masyarakat. Namun bukan berarti pula siswa berlatar belakang pendidikan (sekolah) umum tidak bisa membaca Al
Qur’an sama sekali, karena tidak jarang yang lebih mempengaruhi kemampuan
siswa bisa membaca Al Qur’an adalah pendidikan keagamaannya.
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama
36
dan/atau menjadi ahli agama.27 Namun karena pada penelitian ini peneliti lebih fokus terhadap latar belakang pendidikan dasar siswa SMPN 5 Sidoarjo, maka disini peneliti hanya akan membahas pendidikan dasarnya saja, yakni SD (sekolah dasar) dan MI (Madrasah Ibtidaiyah) saja.
2. Pendidikan Dasar
Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir masa pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian yang menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs).
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pengembangan kemampuan peserta didik sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk28:
a. Memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan b. Membiasakan untuk berperilaku yang baik
37
c. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar d. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani
e. Memberikan kemampuan untuk belajar
f. Membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri 3. SD (Sekolah Dasar)
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya : sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).29
SD (Sekolah Dasar) merupakan pendidikan dasar umum, yang menjadi dasar untuk mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjeng menengah. Adapun sekolah dasar (SD) ini merupakan sekolah yang dimana didalamnya mencakup mata pelajaran umum, didalamnya pun terdapat siswa-siswi berbagai macam agama.
Dalam sekolah ini tidak banyak terdapat pelajaran yang bernilai keIslaman seperti Fiqh, Aqidah dan lain sebagainya. Mata pelajaran terkait agama yang diajarkan dalam sekolah dasar ini merupakan hanya mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam).
38
Oleh karenanya, sangat jarang dalam sekolah dasar diterapkan
pembelajaran Al Qur’an yang baik dan benar. Adapun pembelajaran Al Qur’an
biasanya diterapkan atau diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Siswa dan siswi beragama Islam yang menempuh jenjang pendidikan dasarnya di sekolah dasar Negeri ataupun sejenisnya ini pada umumnya
menerima pembelajaran terkait Al Qur’an di lembaga luar atau TPQ dan TPA
disekitar rumahnya. Waktu mereka belajar Al Qur’an pun berada diluar waktu
mereka bersekolah. Itupun jika orang tua mereka benar-benar memahami atau benar-benar menginginkan anknya untuk memahami ilmu Al Qur’an.
4. MI (Madrasah Ibtidaiyah)
MI atau sekolah Dasar Islam merupakan jenjang pendidikan dasar sama halnya dengan Sekolah Dasar biasa yang memiliki jangka waktu selama 6 tahun pembelajaran. Hanya saja, dalam sekolah dasar tidak terdapat banyak mata pelajaran umum. Namun dalam sekolah atau madrasah ini mencakup banyak mata pelajaran yang terkait keIslaman. Bahkan dalam Madrasah Ibtidaiyah benar-benar sekolah yang sangat tercium aroma keIslamannya. Setiap siswi di madrasah ini diwajibkan memakai jilbab. Nilai-nilai keIslaman benar-benar tertanam dalam madrasah atau sekolah Islam ini.
39
banyak sekolah Islam yang merupakan Sekolah Dasar Islam dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Dasar sejenis ini merupakan sekolah yang didalamnya tidak hanya mencakup pendidikan umum saja, akan tetapi juga sangat menekankan pendidikan keagamaan.
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.30
Madrasah Ibtidaiyah umumnya jauh lebih banyak terdapat di pedesaan. Sekolah dasar Islam yang banyak dijumpai biasanya memiliki nama seperti SD Al Hikmah, SD Khodijah, SD Bahrul ‘Ulum dan lain sebagainya. Sekolah Islam seperti inilah yang keberadaannya jauh lebih banyak di kota-kota besar, dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah.
Dalam madrasah atau sekolah Islam, banyak diantaranya telah
memasukkan pembelajaran Al Qur’an didalamnya. Umumnya terdapat
pembelajaran Al Qur’an sebelum memasuki jam pelajaran sekolah ataupun
setelahnya. Jelas tidak ada siswa siswi yang buta akan huruf Al Qur’an di sekolah ini, karena memang sekolah ini telah mendidik siswa siswinya agar tidak hanya pintar dalam ilmu-ilmu dunia saja, akan tetapi sekolah ini sudah
40
benar menjadikan siswa-siswinya selain pintar akan ilmu umum dan agama,
juga pandai dalam membaca serta memahami Al Qur’an.
C. Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Pendidikan Menengah
1. Pendidikan Menengah
Siswa yang berada di pendidikan menengah merupakan siswa yang telah selesai menuntaskan jenjang pendidikannya selama 6 tahun di pendidikan dasar. Bentuk pendidikan menengah ini pun juga sama halnya dengan pendidikan dasar, ada sekolah yang didalamnya hanya mencakup pendidikan umum saja dan ada sekolah yang didalamnya juga mencakup pendidikan keagamaan sekaligus. Pada pendidikan menengah ini, siswa yang telah lulus dari pendidikan dasarnya, terlebih dahulu mereka akan melanjutkan pada sekolah menengah pertama, sebelum selanjutnya mereka menuju ke sekolah menengah atas dan sejenisnya.
Pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Selain itu juga meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.31
41
Adapun bagi siswa yang baru berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dimana didalamnya hanya mencakup pendidikan umum saja, kemampuan membaca Al Qur’an mereka tetap akan terlihat perbedaannya karena tentu mereka terlahir dari latar belakang pendidikan dasar yang berbeda, ada yang diantaranya dari SD (Sekolah Dasar), adapula yang dari MI (Madrasah
Ibtida’iyah) atau Sekolah Dasar Islam. Begitupun dengan mereka yang baru berada di sekolah menengah pertama yang didalamnya juga mencakup pendidikan keagamaan, yang dalam hal ini merupakan Madrasah Tsanawiah
(MTs), kemampuan membaca Al Qur’an mereka tetap akan terlihat
perbedaannya karena tentu mereka terlahir dari latar belakang pendidikan dasar yang berbeda, ada yang diantaranya dari SD (Sekolah Dasar), adapula yang dari
MI (Madrasah Ibtida’iyah) atau Sekolah Dasar Islam.
Namun apabila mereka sudah berada di sekolah tersebut beberapa waktu, akan terlihat bagaimana perkembangannya. Karena dalam Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun sekarang juga telah disediakan mata pelajaran
atau muatan loal Baca Tulis Qur’an (BTQ) yang bentuknya wajib. Meskipun
dalam beberapa sekolah masih berbentuk sebagai ekstra kulikuler (tidak wajib). Berbeda dengan SMP, siswa yang berada di MTs tentu akan memiliki perkembangan yang jauh lebih cepat. Hal ini dikarenakan sekolah ini sama
halnya dengan Madrasah Ibtida’iyah, yaitu juga mencakup pendidikan
42
dikarenakan latar belakang pendidikan dasar mereka, tetapi pada umumnya sekolah atau Madrasah Tsanawiyah tetap bisa menutupi perbedaan tersebut dikarenakan sekolah ini juga sangat menekankan pendidikan keagamaannya. 2. Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa yang berasal dari SD
Memang pada umumnya siswa yang berlatar pendidikan SD memiliki
kemampuan membaca Al Qur’an yang tidak begitu baik. Akan tetapi tentu kita
tetap saja tidak bisa hanya serta merta menganggap remeh kemampuan mereka dan langsung begitu saja menjudge mereka kurang mahir. Karena tidak menutup kemungkinan, siswa yang berlatar belakang pendidikan SD memiliki
kemampuan membaca Al Qur’an yang luar biasa baik karena diluar jam sekolah
ia juga tekun dalam belajar AL Qur’an, ntah privat ataupun melalui TPQ.
Oleh karenanya kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berlatar
belakang pendidikan SD tidak dapat dipastikan bagaimana kemampuan
membaca Al Qur’an mereka dengan tepat.
3. Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa yang berasal dari MI
Berbeda dengan SD, siswa yang berasal dari MI atau Sekolah Dasar Islam tentu memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan mereka yang
berasal dari SD. Kemampuan membaca Qur’an mereka sudah terasah sejak
mereka berada di jenjang pendidikan dasar, dan itu sudah pasti karena memang dalam sekolahnya sudah menanamkan pendidikan keagamaan didalmnya,
43
Akan tetapi, ketika mereka sudah lulus dari pendidikan dasar dan beranjak pada pendidikan menengah akan sia-sia jika kemampuannya tidak diasah kembali dengan baik, kecuali jika dia sudah memiliki iq tinggi atau
talenta tersendiri. Perlu adanya tindak lanjut dalam mempelajari Al Qur’an agar
kemampuannya dalam membaca tidak terhitung sia-sia.
Bisa jadi siswa yang berasal dari SD memiliki kemampuan yang jauh lebih baik ketika sudah belajar dengan baik di pendidikan menengahnya yang berjenis SMP, jika siswa yang berasal dari MI atau Sekolah Dasar Islam tidak memiliki kesungguhan dalam belajar dikarenakan tempat ia sekolah sekarang bukan merupakan sekolah yang juga menanamkan pendidikan keagamaan yang lebih sebagaimana di MI atau MTs dan MA.
D. Prestasi Belajar PAI
1. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar erat kaitannya dengan prestasi belajar. Ada juga yang menyebut prestasi belajar dengan istilah hasil belajar. Karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar itu yang biasanya dinyatakan dengan nilai.
44
tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai yang terdapat dalam kurikulum.32
Dapat diartikan dari pengertian diatas, bahwa prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang merupakan perubahan lebih baik pada diri seseorang dari sebelumnya. Dalam hal ini, bisa diartikan bahwa kegiatan tersebut
merupakan “belajar”.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.33 Belajar merupakan suatu proses yang membuat perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja, yaitu usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbullah kecakapan baru dalam dirinya. Kecakapan baru sebagai tingkah laku manusia itu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, dan budi pekerti.
Karena belajar merupakan suatu proses, maka dari proses tersebut menghasilkan sebuah hasil. Hasil proses belajar itulah yang merupakan prestasi belajar. Prestasi belajar ditunjukkan dengan adanya penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran pada diri siswa,
32Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1991),h.21
45
yang pada lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor yang akan diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu.34
prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan setelah seseorang melakukan suatu proses yang disebut dengan belajar. Dalam belajar seseorang akan mengalami suatu perubahan serta peningkatan atau keberhasilan, yang mana peningkatan tersebut disebut dengan sebuah prestasi. Berkaitan dengan prestasi belajar, dimana hal ini akan tercapai apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui latihan maupun melalui pengalaman, untuk mencapai hal tersebut harus memulai dari diri sendiri.
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an yang Artinya : ….Sesungguhnya
Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…35
Dari ayat diatas jelaslah dapat diambil suatu pengertian bahwa keberhasilan seseorang akan didapatkan jika ada kesungguhan dari dalam dirinya sendiri, ada usaha serta tekad yang kuat dari dalam dirinya. Karena
46
itulah betapa pentingnya suatu proses yang disebut dengan belajar dalam diri seseorang.
2. Prestasi Belajar PAI
Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.36
Menurut Muhaimin, ia mengemukakan pengertian Pendidikan Islam dalam dua aspek, pertama pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.37
Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan.38
36 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. Ke-4; Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001, h. 32
37 H. Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Islam “Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, cet. 2; Jakarta: Kencana, 2010, h. 4
47
Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu kegiatan dimana didalamnya mencakup tentang ajaran-ajaran agama Islam, diantaranya yaitu seperti aqidah,
syari’at, hukum-hukum Islam dan lain sebagainya. Dalam pengertian dari pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam, banyak yang berpendapat bahwa keduanya memiliki makna yang berbeda, terdapat juga beberapa pendapat yang menyamakan arti dari keduanya.
Mengingat bahwa disini membahas terkait prestasi belajar PAI, maka dapat diambil suatu pengertian secara umum bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar tersebut terdapat dalam Al
Qur’an dan Hadits. Kemudian terkait dengan prestasi belajar PAI, berdasarkan
dengan pengertian-pengertin yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar PAI adalah sebuah hasil yang dicapai oleh siswa berdasarkan pengalaman dan latihan dalam mata pelajaran PAI yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
48
perasaan dan kesadaran.ketiga; aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.39 Ketiga aspek ini harus ditanamkan kepada para siswa secara maksimal, dan setidaknya ketiga aspek tersebut diberikan dalam porsi yang seimbang kepada mereka.
Pada dasarnya masing-masing siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, termasuk perbedaan dalam prestasi belajar secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau lingkungan.40
Sesuai dengan uraian diatas dapat diartikan bahwa prestasi belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yang mana faktor yang pertama dating dari siswa itu sendiri, antara lain cara belajar siswa, semangat belajar siswa, keadaan siswa tersebut dan lain sebagainya yang datangnya dari siswa itu sendiri. Kemudian faktor yang kedua yakni datang dari lingkungan, karena apapun kondisi siswa tentu lingkungan pun juga sangat mendukung dalam perkembangan prestasi belajar siswa.
Beberapa ahli memang memiliki pendapat masing-masing terkait faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Namun, secara garis besar maksud dari pendapat mereka tidak jauh berbeda.
39Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet. I,h.197.
49
Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan pengalaman serta latihan dalam proses belajarnya di mata pelajaran PAI meliputi ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang disajikan dalam bentuk rapot.
Pada umumnya siswa dikatakan memiliki prestasi yang tinggi, jika hasil belajar mereka begitu memuaskan, dan begitupun sebaliknya. Siswa dikatakan memiliki prestasi yang cukup apabila hasil yang diperolehnya dinilai cukup, dan siswa dikatakan memiliki prestasi yang kurang atau rendah apabila hasil belajar mereka jauh dari yang diharapkan. berkaitan dengan mata pelajaran PAI tersebut, maka seorang siswa telah mempelajari berbagai macam ilmu yang telah dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu PAI. Karena dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, didalamnya sudah mencakup ilmu tentang
Al Qur’an Hadits, Fiqh, Aqidah Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Oleh karenanya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian
dengan judul Studi Komparasi antara kemampuan membaca Al Qur’an siswa
yang berasal dari SD dan dari MI serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI ini tidak lain merupakan suatu penelitian yang membahas tentang
kemampuan membaca Al Qur’an siswa. Penelitian ini membandingkan
kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berasal dari SD dan yang berasal
50
sample dari kelas VIII. Digunakannya atau dipilihnya kelas VIII sebagai sample dalam penelitian ini dikarenakan siswa kelas VIII telah menerima pembelajaran
terkait Al Qur’an selama satu tahun di sekolah tersebut melalui adanya mata
pelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Adapun pelajaran tersebut sudah merupakan suatu muatan lokal sekolah dalam mata pelajarannya. Dari hasil perbandingan tersebut nantinya akan pula diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI mereka.
51 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Adapun metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.1 Sedangkan penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.2 Jadi, dapat sedikit disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran dalam sebuah penelitian.
Penelitian dengan judul Studi Komparasi antara kemampuan membaca Al Qur’an siswa yang berasal dari SD dan yang berasal dari MI serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI di SMPN 5 Sidoarjo ini jenis penelitiannya adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.3
1Winarno Surachmad,Pengantar Penelitian Ilmiah,(Bandung : Tarsito,1998),h.131 2Sutrisno Hadi,Metodelogi Research,(Yogyakarta : Andi Offset,2001),h.4
52
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistemati