ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN (STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN BATUSANGKAR ANGKATAN 2017)
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh SESMILAWATI
14 101 116
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BATUSANGKAR 2019
i Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih adanya mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar yang belum bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid. Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa jurusan PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen placement test dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan 2017 dan sumber data lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data yaitu secara daskriptif kualitatif. Analisa data yang digunakan yaitu reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik keabsahan data dengan triangulasi yaitu menggunakan berbagai sumber, seperti wawancara peneliti dengan lebih dari satu orang informan dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang didapatkan dilapangan terdiri atas temuan umum dan temuan khusus. Temuan umum berkaitan dengan profil Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Sedangkan temuan khusus berkaitan dengan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid, namun masih ada yang belum bisa membaca AlQur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid. Sebagian besar kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 berada pada tingkatan tartil. Dan faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an meliputi minat dan motivasi dari diri mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah orang tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang sekolah mahasiswa tersebut.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK………...…...………...i KATA PENGANTAR…….………...…ii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL………...viii DAFTAR LAMPIRAN………...ix BAB I PENDAHULUAN ··· 1 A. Latar Belakang ··· 1 B. Fokus Penelitian ··· 8 C. Rumusan Masalah ··· 9 D. Tujuan Penelitian ··· 9
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ··· 9
F. Definisi Operasional ··· 10
BAB II KAJIAN TEORI··· 11
A. Landasan Teori ··· 11
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an··· 11
2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qur’an ··· 27
3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ··· 28
B. Penelitian Relevan ··· 29
BAB III METODE PENELITIAN ··· 31
A. Jenis Penelitian ··· 31
B. Metode Penelitian ··· 31
C.Latar dan Waktu Penelitian ··· 32
D. Subjek Penelitian ··· 32
iii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 38
A. Hasil Penelitan ··· 38
1. Temuan Umum ··· 38
2. Temuan Khusus ··· 40
a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa…...…...41
b. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa...……….64
B. Pembahasan………...……….70 BAB V PENUTUP ··· 78 A. Kesimpulan··· 78 B. Saran ··· 79 DAFTAR PUSTAKA………..……….80 LAMPIRAN………..82
v
3. Pedoman Wawancara………...85
4. Transkip Wawancara………...…...87
5. Daftar Asal Sekolah Mahasiswa Tahsin………..………101
6. Klasifikasi Nilai Placement Test………..…...102
7. Daftar Nilai Placement Test Mahasiswa PAI………..….……103
8. Daftar Nilai Tahsin Mahasiswa PAI Angkatan 2017………….…..……107
1
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupanmanusia, dimana pendidikan selalu mendampingi manusia dari semenjak manusia dilahirkan sampai meninggal dunia. Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan pendidikanlah seseorang mendapatkan berbagai pengetahuan untuk kehidupan masa sekarang maupun untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Dengan pendidikan manusia juga dapat mengembangkan potensi yang telah dimilikinya dan mendapatkan kemampuan baru yang dapat berguna bagi kehidupan.
Salah satu bentuk pendidikan dalam dunia Islam adalah Pendidikan Al-Qur’an. Pendidikan Al-Qur’an menjadi sangat penting dalam kehidupan ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Ketika manusia bisa berpegang teguh kepada Al-Qur’an maka selamat dan bahagialah kehidupannya, baik itu didunia maupun di akhirat.
Pendidikan Al-Qur’an merupakan dasar penting yang harus diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini merupakan salah satu pondasi Islam untuk mengembangkan Al-Qur’an sesuai dengan fitrahnya. Dengan mempelajari Al-Qur’an seorang anak akan mendapatkan cahaya-cahaya hikmah di dalam hatinya untuk menuntunnya menjalani kehidupan yang baik.
Menurut Ramli Abdul Wahid Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pedoman bagi hidup manusia. Sedangkan menurut Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang lafaznya memiliki kemukjizatan, membacanya
termasuk ibadah, dirurunkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas. (Hasan Zaini: 2011, 3)
Al-Qur’an merupakan anugrah yang diberikan kepada umat Islam sebagai petunjuk untuk kehidupan dunia dan akhirat. Allah memberikan banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya. Baik dalam segi membaca, menghafal, tafsir dan berbagai bidang keilmuan lainnya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt dalam surah Al-Qamar (54) ayat 17 yang berbunyi:
Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qur’an dan Terjemahan,
2013: 529)
Ayat di atas menjelaskan bahwa “Demi Allah, sungguh telah kami mudahkan Al-Qur’an ini untuk dihafal, direnungkan dan dijadikan pedoman mengingat isi kandungannya yang memuat aneka ragam petunjuk dan pelajaran. Ayat ini pada intinya menjadi dorongan, pemicu dan pemacu bagi siapa pun untuk mempelajari Al-Qur’an. Allah Swt benar-benar memudahkan dan meringankan bagi siapapun yang akan mempelajari Al-Qur’an baik itu dibaca, dihafal, ditafsirkan dan dipahami isi Al-Qur’an tersebut. (Muhammad Amin Suma, 2013: 29-30)
Begitu pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka setiap muslim wajib untuk membaca, menghafal, mempelajari, memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang tak kalah penting adalah mengajarkan kembali Al-Qur’an tersebut kepada orang lain, karena sebaik-baik muslim adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
َّ دَح
ََّةَليَِجََّ ِبَِأَُّنْبَّ ُؼْوَعَّاَنَرَػبْخَأََّفاَرُْحَُُّنْبَِّو للاَُّدْبَعَّاَنَػث دَحَّ ُؼا و صلاََّميِىاَرْػبِإَُّنْبَُّقَحْسِإَّاَنَػث
َّ
َُّو للاَّى لَصَِّو للاَّ ُؿوُسَرَّ َؿاَقَّ َؿاَقَِّّيِرَعْشَْلْاَّىَسوُمَّ ِبَِأَّْنَعََّةَناَنِكَّ ِبَِأَّْنَعَّ ٍؽاَرِْمَِِّنْبَِّداَيِزَّْنَع
َّْيَلَع
َِّويِفَّ ِلِاَغْلاَِّْيَْغَّ ِفآْرُقْلاَّ ِلِماَحَكَّ ِمِلْسُمْلاَِّةَبْي شلاَّيِذََّـاَرْكِإَِّو للاَّ ِؿ َلَْجِإَّ ْنِمَّ فِإََّم لَسَكَِّو
َِّط ِسْقُمْلاَِّفاَطْلُّسلاَّيِذََّـاَرْكِإَكَُّوْنَعَّ ِفِاَْلْاَك
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Ash Shawwaf berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Humran berkata, telah mengabarkan kepada kami Auf bin Abu Jamilah dari Ziyad bin Mikhraq dari Abu Kinanah dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Termasuk dari keagungan Allah adalah dimuliakannya seorang muslim yang telah beruban, para pembaca Al-Qur'an yang tidak bersikap belebihan di dalamnya (dalam membacanya memahaminya dengan mengikuti ayat-ayat mutsyabihat) dan tidak pula bersikap jauh darinya (dari membacanya, memahami maknanya dan mengamalkannya) dan penguasa yang adil.”
(Lidwa E Software, Kitab Abu Daud, no.4203)
Perlu diketahui dalam belajar Al-Qur’an itu dapatlah dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan. Yaitu: pertama, belajar membaca sampai lancar dan baik, menuruti kaidah yang berlaku maupun tajwidnya. Kedua, mempelajari arti dan maknanya hingga mengetahui maksud dan maknanya. Dan ketiga adalah menghafal diluar kepala sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah. (Yunus Hanis Syam, 2008: 74-75)
Jadi dapat dipahami untuk mempelajari Al-Qur’an maka seseorang harus terlebih dahulu membaca Al-Qur’an, sebagaimana surat yang pertama kali diturunkan mendorong manusia untuk membaca yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al-Qur’an dan Terjemahan, 2013: 591)
Di dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca karena dengan membacalah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Kehidupan manusia akan maju apabila manusia mau membaca dan mempelajari apa yang ada di jagat raya ini. Membaca disini menurut penulis tidak hanya membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an) namun juga membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Dengan
demikian dengan membaca seseorang akan menjadi maju dan dapat mengembangkan potensi dirinya.
Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Membaca Al-Qur’an disini tidak hanya melihat dan menyuarakan namun juga memahami makna dari Al-Qur’an tersebut.
Oleh karena itu dalam membaca Al-Qur’an seseorang tidak boleh asal baca saja, harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tajwid yang telah ada. Jadi sudah kewajiban bagi seorang muslim membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, karena apabila salah dalam membaca Al-Qur’an akan merubah makna dari bacaan Al-Qur’an tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur’an dan apabila kita membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
Saat ini yang menjadi permasalahan adalah begitu banyak orang yang bisa membaca Al-Qur’an namun tidak memperhatikan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Banyak diantara mereka yang membaca dengan terbata-bata disebabkan karena jarang membaca Al-Qur’an.
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar memiliki empat fakultas yang masing-masing fakultas memiliki jurusan tersendiri. Salah satunya adalah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang memiliki jurusan Pendidikan Agama Islam yang merupakan jurusan yang menitikberatkan kepada pendidikan dan keguruan agama Islam yang nantinya mahasiswa pada jurusan ini akan lebih diharapkan untuk mengajarkan tentang keagamaan. Sebagaimana mahasiswa yang akan menjadi guru agama tentunya harus didukung dengan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid yang telah ada.
Pada dasarnya guru Pendidikan Agama Islam harus pandai membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena pelajaran dalam Pendidikan Agama Islam sebagian besar bersumber Al-Qur’an. Tidak
hanya membaca Qur’an guru PAI juga harus mampu mengajarkan Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.
Sebagaimana yang diketahui dalam proses pembelajaran tentunya guru harus pandai dari siswanya. Apabila guru PAI tidak pandai membaca Al-Qur’an akan menjadi masalah bagi dirinya sendiri serta akan berakibat kepada siswa yang diajarkannya. Jika guru tidak pandai membaca dan mengajarkan Al-Qur’an maka pelajaran tidak akan tersampaikan dengan baik dan proses pembelajaran akan terganggu sehingga akan berakibat kepada pengetahuan siswa dan hasil belajar siswa.
Ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga dapat dipahami untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menjadikan manusia yang cerdas dan berakhlak mulia maka seorang guru harus menguasai pelajaran yang akan diajarkannya. Maka seorang guru PAI harus benar-benar mampu membaca Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada siswa.
Namun yang terjadi di lapangan adalah masih ada mahasiswa PAI yangmemiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang kurang baik. Ada di antara mereka yang masih terbata-bata dalam melafazkan bacaan Al-Qur’an dan ada pula yang membaca Al-Al-Qur’an tanpa memperhatikan kaidah-kaidah tajwid.
Seperti fenomena yang terjadi di IAIN Batusangkar dalam test membaca Al-Qur’an pada jurusan PAI angkatan 2017, masih ada mahasiswa yang tidak lulus dalam test tersebut. Test membaca Al-Qur’an ini berguna untuk mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah PPI. Apabila ada mahasiswa yang tidak lulus dalam hasil test ini maka mahasiswa tersebut harus mengikuti kuliah Tahsin selama satu semester. Setelah lulus dalam mata kuliah tahsin ini mahasiswa baru bisa melaksanakan PPI pada semester berikutnya. Dalam test ini yang dinilai adalah kelancaran membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid yang ada.
Tabel 1.Klasifikasi Nilai Placement Test
No Indikator Nilai Kategori Ket
1 Mampu membaca Al-Qur’an sesuaiilmu tajwid dan dengan irama/ lagu yang benar
85-100 Baik Sekali
Lulus
2 Mampu membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid dan dengan bacaan tartil
65-84 Baik Lulus
3 Tidak mampu membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid dan tartil
Kurangdari 65
Kurang Tidak lulus Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang dosen yang memberikan test membaca Al-Qur’an kepada mahasiswa PAI angkatan 2017, bahwa masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti test membaca Al-Qur’an (Placement Test). Banyak diantara mereka yang sudah lancar membaca Al-Qur’an dan juga masih ada yang belum lancer membaca Al-Qur’an. Masih ada mereka yang membaca Al-Qur’an tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Kaidah tajwid tersebut terbagi atas makhrijul huruf, shifathul huruf, , ahkamul huruf, mad wal
qasar dan waqaf wal ibtida‟.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Menurut dosen pengampu yang penulis wawancarai dalam membaca Al-Qur’an terlebih dahulu harus memperhatikan kaidah-kaidah tajwid. Karena kalau salah dalam membaca Al-Qur’an akan merubah makna dari ayat Al-Qur’an tersebut. Namun setelah melaksanakan test tersebut masih ada mahasiswa yang membaca Al-Qur’an tidak memperhatikan kaidah-kaidah tajwid diantaranya yaitu makhrijul huruf , hukum mad dan waqaf wal ibtida‟ yang ada dalam ayat Al-Qur’an. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Banyak mahasiswa menyamaratakan panjang pendek dalam bacaan Al-Qur’an, yang seharusnya dibaca panjang mereka membacanya pendek dan sebaliknya. Begitu juga dalam bacaan Al-Qur’an yang seharusnya
dengung namun mereka tidak mendengungkannya. Dan dalam melafazkan huruf mahasiswa juga tidak sesuai dengan makhraj yang benar. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Bukan hanya itu,dari wawancara yang penulis lakukan dengan dosen pengampu bahwa penyebab dari kurangnya kemampuan mahasiswa PAI dalam membaca Al-Qur’an adalah dasar membaca Al-Qur’an yang kurang memadai. Karena pada masa sekolah tidak ada mata pelajaran khusus mengenai membaca Al-Qur’an, walaupun ada disekolah yang mempelajari PAQ namun jam pelajaran untuk mata pelajaran tersebut sangat sedikit. Sebagian sekolah ada yang mengadakan tahsin tapi diperuntukkan kepada siswa yang minat saja,sehingga banyak siswa-siswa lain yang tidak mengikuti. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Berdasarkan keterangan dari dosen pengampu bahwa sekolah asal dari mahasiswa akan mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’annya. Mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantren akan lebih baik kemampuan membaca Al-Qur’annya dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Jadi dapat dipahami kemampuan membaca Al-Qur’an seseorang akan baik apabila ia mengikuti pendidikan Al-Qur’an yang baik juga, seperti diawali dengan belajar Al-Qur’an di TPA dan berlanjut ketika menempuh pendidikan disekolah. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Hal ini juga terlihat dari hasil placement test mahasisiwa PAI angkatan 2017 masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti test tersebut.
Tabel 2. Nilai Placement Test Mahasiswa PAI Institut Agama Islam Negeri Batusangkar angkatan 2017/ 2018
No Nilai Mutu Nilai Angka Jumlah Mahasiswa Keterangan 1 A 85-100 25 orang Lulus 2 A- 80-84 21 orang Lulus 3 B+ 75-79 25 orang Lulus 4 B 70-74 28 orang Lulus 5 B- 65-69 - - 6 C+ 60-64 19 orang Lulus 7 C 55-59 9 orang Tahsin 8 D 45-54 3 orang Tahsin 9 E <45 21 orang Tahsin
Berdasarkan data di atas jelas mahasiswa yang mengikuti
placement test sebanyak 151 orang dan mahasiswa yang dinyatakan lulus
sebanyak: 118 orang dan mahasiswa tidak lulus sebanyak: 33 orang. Berdasarkan wawancara penulis dengan mahasiswa yang tidak lulusplacement test, salah satu penyebab tidak lulusnya mereka disebabkan karena sebagian besar mereka berasal dari sekolah umum. Ketika sekolah, mereka kurang mendapatkan mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemamuan membaca Al-Qur’an.Adapun mata pelajaran yang mengajarkan Al-Qur’an yaitu PAQ, namun jam pelajarannya hanya 2 jam dalam satu minggu.Dn ini tidak memadai dalam meningkatkan kemampun membaca Al-Qur’an dari mereka.Jadi dapat dipahami masih ada mahasiswa PAI yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik meneliti tentang: “ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN
(STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dikemukakan fokus masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
2. Analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar?
2. Bagaimana analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikankemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
2. Untuk menganalisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
E. Manfaat dan Luaran Penelitian
1. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.
b. Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar
c. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat tentang kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.
d. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang meneliti permasalahan yang berkaitan dengan judul ini.
2. Luaran Penelitian ini adalah:
Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan dapat di proyeksikan untuk memperoleh Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
F. Definisi Operasional
Dalam penulisan ini terdapat beberapa istilah yang digunakan, yaitu:
1. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 623). Yang penulis maksud adalah kemampuan mahasiswa dalam menghafal dan menuliskan Al-Qur’an dengan baik dan benar.
2. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril a.s, membacanya dianggap ibadah, yangdimulai dari awal surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas yang disampaikan dari generasi kegenerasi secara mutawatir.
3. Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 72). Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada.Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan seseorang dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid.
11
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Sedangkan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 72 & 623)
Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim bacaan yang sempurna lagi mulia itu. (Muhammad Quraish Shihab, 1998: 3)
Secara terminologi, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, sampai kepada kita secara mutawatir. Ia dimulai dengan surah Al-Fatiha dan diakhiri dengan surah An-Nas, dan dinilai ibadah (berpahala) bagi setiap orang yang membacanya. (Kadar M. Yusuf, 2014: 1)
Jadi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan seseorang dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Dalam hal ini membaca Al-Qur’an tidak hanya melafazkan atau menyuarakan ayat yang ada dalam Al-Qur’an namun juga termasuk dalam memahami makna Al-Qur’an dengan baik.
b. Adab-adab Membaca Al-Qur’an
Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:
1) Tidak membaca dan menyentuh Al-Qur’an, kecuali sedang suci dari hadas dan najis.
2) Dianjurkan untuk bersiwak dan membersihkan sisa-sisa makanan disela-sela gigi sebelum membaca Al-Qur’an
3) Membaca sambil duduk-duduk dengan tenang dan tegak, kecuali dalam sholat.
4) Memakai pakaian yang bersih dan indah karena sedang bermunajat (mengobrol) dengan Allah Swt.
5) Menyimpan Al-Qur’an diatas labunan atau sesuatu yang tinggi saat membaca. (Deden M. Makhyaruddin, 2013: 189)
6) Memilih tempat yang bersih
Dianjurkan tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karenanya, sebagian ulma mensunnahkan membaca Al-Qur’an didalam mesjid, karena terkumpul didalammnya kebersihan dan merupakan yang terbaik.
7) Disunatkan membaca Al-Qur’an sambil menghadap kiblat 8) Membaca ta‟awudz
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk”
9) Membaca basmallah
َّ
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang”
10)Khusyu’
Apabila telah memulai membaca Al-Qur’an, maka pusatkanlah pikiran dan perhatian kepada bacaannya. Seperti
firman Allah SWT dalam surah Ash-Shad ayat 29: (Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf, 2007: 82-84)
“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.
11)Membaca Al-Qur’an secara tartil
Makna membaca dengan tartil adalah dengan perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya. As-Suyuthi mengatakan bahwa disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan tartil. (Yusuf Al-Qaradhawi, 2000: 231). Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4:
“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan”.
12)Disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan irama dan suara yang indah
13)Membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid 14)Dan tutuplah dengan membaca shadaqalah
Shodaqollah Hul‟azhiim
15)Berdoalah setelah membaca Al-Qur’an kepada Allah Swt (Firdaus Mansur RS, 2005: 9)
c. Tajwid
Tajwid menurut bahas berasal dari kata
-َّ
َّدَّ ّوجَّاديوتج
َّ
–
َّدَّ ّويج
yang berarti bagus atau membaguskan. Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Qur’an dengan baik. Dalam ilmu qiraah, tajwidberarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang yang dimilikinya. Jadi, ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an.
Tujuan ilmu tajwid sendiri adalah untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan dan untuk memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Jadi untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, maka diharuskan untuk belajar tajwid.(Arif Hidayat, 2011: 43)
Hukum tajwid dalam membaca Al-Qur’an: 1) Makhrijul Huruf
Makhrijul huruf berasal dari kata makhoj dan huruf. Makhroj adalah daerah artikulasi (dalam pengucapan/sistem ajaran), sistem pengucapan yang tepat, ketepatan ucapan dalam melafalkan rangkaianhuruf-huruf. Jadi makhorijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah.
Makhraj (tempat keluarnya) huruf secara umum ada 5 tempat, yaitu : a) Rongga Mulut
)ؼولخا(
Huruf:كَّيَّا
b) Tenggorokan)قللحا(
(1) Pangkal tenggorokan:قَّء
(2) Tengah tenggorokan:حَّع
(3) Puncak tenggorokan:َّخَّغ
c) Lidah)
فاسلا(
(1) Pangkal lidah mengenai langit:
َّؽ
(2) Pangkal lidah yang akan kedepan mengenai langit-langit: ك
(3) Tengah lidah mngenai tengah langit-langit: ي ح ش ج (4) Sisi (kanan kiri ) lidah mengenai gigi geraham atas
sebelah dalam lidah memanjang: ض
(5) Sisi bagian depan lidah mengenai seri pertama: ل (6) Ujung lidah mengenai seri pertama yang atas: ن
(7) Ujung lidah agak kedalam mengenai gusi seri pertama ل : ر
(8) Ujung lidah mengenai pangkal seri pertama atas sampai mengenai gusinya
:َّتَّدَّط
(9) Ujung lidah menghadap dan mendekat diantara gigi seri atas dan bawah:
رَّسَّص
(10) Ujung lidah mengenai dua gigi seri pertama atas:
َّدَّظ
ث
d) Dua Bibir
)فاتفشلا(
(1) Bibir bawah bagian dalam mengenai 2 gigi seri atas: ف (2) Kedua bibir atas bawah
:َّـَّبَّك
e) Rongga Hidung
َّـوشنلخا))
Rongga pangkal hidung:
قَّتَّؼَّرَّح
2) Shifatul HurufTujuan mempelajari sifat huruf adalah agar huruf yang keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf Al-Qur’an. Huruf yang sudah tepat makhrajnya
belum tentu benar sifatnya. Sifat huruf dalam Al-Qur’an secara umum dibagi 2, yaitu :
a) Sifat huruf yang memiliki lawan (1) Dari Segi Nafas (Hams >< Jahr)
(2) Dari Segi Suara (Syiddah >< Rakhawah) (3) Dari Posisi Pangkal Lidah (Isti‟la‟ >< Istifaal)
(4) Dari Menutup-tidaknya Lidah ke Langit-langit (Ithbaq >< Infitah)
(5) Dari Susah-mudahnya Huruf Dikeluarkan (Idzlaq >< Ishmaat)
b) Sifat huruf yang tidak memiliki lawan
(1) Shafiir (2) Qalqalah (3) Lain (4) Inhiraf (5) Takrir (6) Tafasyi (7) Istithalah 3) Ahkamul Huruf
a) Hukum Nun sukun dan tanwin
(1) Idhar (terang atau jelas)
(a) Idhar Halqi
Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi yang enam, yaitu,
خَّ,َّغَّ,َّعَّ,َّحَّ,َّقَّ,َّء
َّ
maka hukum bacaannya idhar halqi. Disebut dengan huruf halqi karena makhrajnya atau tempat keluar suara dari mulut, ada pada kerongkongan atau tenggorokan. Contoh:ٌَّمْيِلَحٌرْوُفَغَّ,َُّوْنِم
(b) Idhar wajib
Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu:
كَّ,َّـَّ,فَّ,َّي
dalam satu kalimat maka harus dibaca dengan jelas dan terang. Contoh:َّاَيْػنُد
(2) Idhgham(memasukkan atau mentasdidkan)
Jadi saat ada tulisan jenis ini maka hukum bacaannya adalah harus masukkan atau ditasdidkan kedalam huruf yang mengikutinya.
(a) Idhgham bi ghunnah
Hukum bacaan ini manakala berlaku dalam kata atau kalimat ada nun mati dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu
َّ,َّفَّ,َّـَّ,
يك
. Contoh:ََّعَن مَّْنَم
(b) Idgham bila ghunnah
Hukum bacaan ini berlaku manakala ada nun
sukun dan tanwin bertemu dengan huruf:
ؿ
danَّ ر
.Jika hal itu dijumpai maka hukum bacaannya adalah dengan jalan memasukkan ke huruf berikutnya tanpa dengan mendengung. Contoh:
َّْ لَّّْنَم
(3) Iqlab(membalik atau menukar)
Jika ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf
ب
maka cara membacanya adalah dibaca dengan dibalik atau ditukar denganـ
.
Contoh:ٍَّةَرَرَػبٍَّـاَرِك
(4) Ikhfa(menyamar atau sembunyikan)
Hukum bacaan ini berlaku apabila nun mati dan
tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang 15,
diantaranya:
َّ,ظََّّ,طَّ,ضَّ,صَّ,شَّ,سَّ,زَّ,ذَّ,دَّ,جَّ,ثَّ,ت
ؾَّ ,ؽ
. Apabila terdapat tulisan yang mengandung unsur diatas, maka cara membacanya adalah samar-samar. Contoh:َّْمُكْنِم
b) Hukum Mim sukun
(1) Ikhfa syafawi
Yang dimaksud disini adalah cara membaca huruf
mim sukun ketika bertemu huruf baa maka hukum
bacaannya adalah ikhfa syafawi . saat membacanya haruslah samar-samar di bibir dan didengungkan. Contoh:
نِِبَِّْمُتْلَخَد
(2) Idhgham mimi
Hukum bacaan ini berlaku apabila ada mim sukun
kemudian disusuloleh huruf mim kembali, cara membacanya adalah dengan jalan memasukkan kedalam huruf selanjutnya. Contoh:
ََّنَى ذْذِا
(3) Idhar syafawi
Hukum ini berlaku disaat ada mim sukun bertemu dengan salah satu huruf dari semua huruf hijaiyah kecuali mim dan baa, cara membacanya adalah dibaca dengan terang dibibir dengan mulut tertutup. Contoh:
َّْمَُلَ
ََّوْيِّػف
c) Idhgam
(1) Idhgham Mutamatsilain
Hukum bacaan ini berlaku dengan situasi dimana ada dua huruf yang benar-benar sama, sedangkan huruf yang pertama dalam keadaan sukun dan huruf yang kedua dalam keadaan hidup. Contoh:
ََّؾاَصَعِّػبَّْبِرْضِا
(2) Idhgham Mutaqoribain (dua berdekatan)
Jika ada huruf kembar yang bertemu, juga ada huruf yang berdekatan. Maksudnya walaupun hurufnya berlainan tetapi tetapi cara pelafalnya sangat mendekati. Hukum ini berlaku apabila:
(a)
َّْت
bertemuَّذ
(b)َّْب
bertemuَّـ
(c) فbertemuكUntuk situasi yang demikian cara membacanya adalah dengan memasukkan kedalam huruf yang kedua. Contoh:
ََّكِل ذَّْثَهْلَػي
(3) Idhgham mutajanisain
Cara membaca ketika menemui huruf mati dalam kalimat yang mengandung beberapa huruf sebagai berikut: (a)
َّْت
bertemuط
(b)َّْت
bertemuد
(c)َّْط
bertemuت
(d)َّْد
bertemuت
(e)َّْؿ
bertemuر
(f)
َّْذ
bertemuظ
Maka cara membacanya adalah memasukkan kedalam huruf yang kedua. Contoh:
با تْدَقَل
d) Ghunnah
Dalam kalimat biasa ditemui huruf mim bertasdid
atau huruf nun bertasdid. Dalam hal ini cara membacanya adalah dengan memunculkan bunyi dengungan. Contoh:
َُّسا نلا
e) Lam Ta‟rief
(1) Lam ta‟rief sebagai idhar qomariah
Idhar qomariah adalah alif lam tersebut dibaca
terang. Hal ini apabila alif lam tersebut bertemu dengan salah satu huruf 14:
خَّؼَّؽَّ يَّـَّقَّءَّبَّغَّ عَّحَّجَّؾَّك
. Contoh:َُّةْنَْلْا
(2) Lam ta‟rief sebagai idhgham syamsiyah
Ini terjadi apabila alif lam bertemu dengan huruf
yang 14 yakni selain huruf qomariyah, yang dikenal dengan huruf syamsiyah. Contoh:
َُّـَّلَ سلا
f) Lam tebal dan tipis
(1) Apabila lam dalam perkataan Allah didahului oleh harkat fathah atau dhomah maka harus dibaca tebal atau “woh”. Contoh:
وّللاَُّؿْوُسَر
(2) Apabila lam dalam perkataan Allah itu didahului oleh harkat kasroh, dan semua lam yang tidak dalam perkataan Allah heruslah dibaca dengan tipis (muraqqoqoh). Contoh:
َِّوّللَِّمْسِب
g) Qolqolah
Qolqolah dalam bahasa Arabberarti getaran suara.
Maksudnya adanya getaran suara seperti harus membaik atau berkumandang ketika huruf-huruf qolqalah itu sukun dan matinya berasal matinya berasal dari kata-kata bahasa Arab atau berhenti karena waqaf. Huruf qolqolah yang dimaksud adalah:
دَّجَّبَّطَّؽ
. Contoh:َّْلَعَْنََّ,ََّمْيِىأَرْػبِا
h) Bacaanraa
(1) Membaca huruf raa yang ditebalkan (mufakhamah)
(a) Raa fathah, contoh:
َّاَن ػبَر
(b) Raa dhomah, contoh:
ََّبْقِزُر
(c) Raa sukun sedangkan huruf sebelumnya berbaris
fathah atau dhomah, contoh:
َُّةَيِضْرَم
(2) Raa sukunyang dibaca tipis (muraqqaqah) adalah: (a) Apabila huruf raa berharkat kasrah baik dalam
permulaan kata maupun dalam pertengahan kata atau penghabisan kata. Contoh:
َّاًقْزِر
(b) Apabila sebelum raa itu ada yaa sukun, contoh:
ٌَّرْػيِدَق
4) Mad wal Qashar
a) Mad (bacaan panjang)
(1) Mad Ashali
Yaitu Mad thabi‟i. Dari perkataannya dapat diartikan, mad (panjang) dan thabi‟i (biasa). Jadi cara membacanya adalah sepanjang 2 harakat (satu alif).
Dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan: (a) Ada alif sesudahfathah, contoh:
ٌَّؿَّاَم
(b) Ada yaa sukun sesudah kasrah, contoh:
َِّوْيِف
(c) Ada waw sukun sesudah dhamah, contoh:
َّاْوُلْوُػق
(2) Mad Far‟i
Adalah panjang bacaan yang bertambah dari ukuran mad ashli, dengan sebab disambut oleh hamzah atau sukun. (Ismail Tekan, 2006: 102)
Macam-macam Mad Far‟i:
(a) Mad wajib muttashil
Mad ini terbentuk sebagai akibat dari pertemuan antara mad thabi‟i dengan hamzah didalam satu kata (kalimat). Cara membacanya adalah wajib membaca sepanjang 5 harakat.Contoh:
ٌَّءَّاَوَس
(b) Mad jaiz munfashil
Ketika ada mad thabi‟i bertemu dengan hamzah
tetapi hamzah itu berada pada lain kalimat (kata). Cara membacanya adalah boleh dipanjangkan sebanyak lima harakat dan boleh juga seperti mad
thabi‟i, namun yang terbaik adalah dibaca lima
harakat. Contoh:
َّْمُتْػنأََّلاَك
(c) Mad lazim mutsaqqal kilmi
Dalam hal ini berlakunya dikarenakan adanya pertemuan antara mad thabi‟i dengan tasydid dalam satu perkataan (kalimah). Cara membacanya adalah herus panjang yaitu enam harakat. Contoh:
ََّْيِّْلآ ضِلاَلاَك
(d) Mad lazim mukhafaf kilmi
Mad ini timbul sebagai akibat dari pertemuan antara mad thabi‟i bertemu dengan huruf mati. Cara membacanya adalah sepanjang 6 harakat. Didalan Al-Qur’an kata yang mengandung hukum ini hanyalah ada satu perkataan saja yaitu:
فلاا
, yang terdapat dalam QS Yunus.(e) Mad layin
Apabila ada huruf waw atau yaa‟ sukun sedangkan harakat pada huruf sebelumnya adalah
fathah maka berlaku hukum bacaan ini. Cara
membacanya adalah sekedar lunak atau lemas. Contohnya:
ٌَّدْيَز
(f) Mad aridh lissukun
Hukum bacaan ini berlaku apabila terdapat
waqaf atau pemberhentian saat membaca,
sedangkan sebelum waqaf tersebut adalah mad
thabi‟i atau mad layin. Untuk cara membacanya ada
tiga macam yaitu:
(a) Lebih utama supaya dibaca panjang (enam harakat)
(b) Yang pertengahan dibaca 4 harakat (c) Yang pendek, yakni dibaca dua harakat. Contoh:
ََّْيِْنِسْحُمْلا
(g) Mad shilah qashirah
Hukum bacaan ini hanya berlaku apablia ada
huruf hidup (berharakat), cara membacanya adalah panjang seperti mad thabi‟i (dua harakat). Contoh:
ََّفاَكُه ػنِا
(h) Mad shilah thowilah
Hukum bacaan mad ini berlaku apabila dalam satu kalimat ada mad shilah qoshirah yang bertemu dengan hamzah. Cara membacanya adalah dipanjangkan seperti mad jaiz munfasil (lima harakat). Contoh:
هَدَلْخَأَُّو
ََّلاَم
(i) Mad iwad
Hukum mad iwal ini berlaku apabila terdapat
fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian)
pada akhir kalimat. Cara membacanya adalah seperti mad thobi‟i. Contoh:
ا
ًَّمْيِكحاَمْيِلَع
(j) Mad lazim harfi musyabba‟
Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an, dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang delapan:م
َّؾَّؿَّسَّعَّصَّؽَّف
ََّّ
. Contoh:َّلّا
(k) Mad lazim harfi mukhaffaf
Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an, dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang lima:
َّ رَّ قَّ طَّ يَّ ح
. Untuk aturan membacanya adalah sepanjang mad tabi’i atau 2 harakat. Contoh:َّرلا
b) Qashar
Qashr menurut bahasa artinya “menahan”.
Sedangkan menurut istilah qashr adalah membaca huruf panjang tidak lebih dari satu alif. (Ahmad Munir, 1994: 48)
5) Waqafwal Ibtida‟
a) Waqaf
Yang dimaksud dengan waqaf adalah cara menyembunyikan kalimat ketika berhenti. Waqaf adalah menghentikan pembacaan, baik untuk tidak diteruskan atau untuk mengambil nafas, agar dapat diteruskan pembacaan itu. (Yaldi Sandra, 2014: 37)
Secara umum waqaf dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
(1) Waqaf Idhtiraari
Waqaf ini artinya terpaksa. Biasanya dilakukan oleh qari‟ bila kehabisan nafas, batuk, lupa dan sebagainya.
(2) Waqaf intidzhaari
Artinya waqaf yang dipilih karena menunggu. Maksudnya, pembaca berhenti pada sebuah kata yang perlu, untuk menghubungkan dengan kalimat wajah lain pada bacaannya, ketika ia menghimpun beberapa bacaan karena adanya perbedaan riwayat.
(3) Waqaf Ikhtibaari
Artinya berhenti karena diuji. Maksudnya adalah ketika pembaca menerangkan kata yang terpotong.
(4) Waqaf Ikhtiyaari
Artinya berhenti yang dipilih, tidak seperti waqaf-waqaf sebelumnya.
Tanda-tanda waqaf:
(1) Huruf
ـ
(waqaf lazim) artinya lebih utama diwaqafkan. (2) Hurufلا
(laa waqfa fiihi) artinya lebih utama washol (3) Hurufَّط
(muthlaq) artinya lebih utama waqaf (4) Hurufج
(waqaf jaiz) artinya lebih utama waqaf (5) Hurufفق
(waqaf aula) artinya lebih utama waqaf (6) Hurufلق
(alwaqfu aula) artinya lebih utama waqaf (7) Hurufلص
(alwashlu aula) artinya lebih utama washol (8) Hurufَّز
(waqaf mujawwaz) artinya lebih utama washol (9) Hurufص
(waqaf murakhash) artinya lebih utama washol (10) Hurufَّ ؽ
(qiila „alaihi waqfu) artinya lebih utamawashol
(11) Titik tiga (waqaf mu‟anaqah) artinya berhenti pada salah satu tanda
(12)
وتكس
(saktah) artinya berhenti sejenak tanpa nafas(Arif Hidayat, 2011: 62-68)
b) Ibtida‟
Adalah memulai pembacaan kembali sesudah menghentikannya seketika untuk mengambil nafas. (Ismail Tekan, 2006: 127)
d. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1) At-Tahqiq
Yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk
belajar (latihan) dan mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada waktu sholat atau menjadi imam.
2) At Tartil
Yaitu Membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, bak asli maupun baru datang (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat). Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad an-Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan memyempurnakan harokat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyamakan “tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat berhenti (waqaf). Berbeda dengan Ibnu Katsir yang mengartikan “tartil” sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat membantu menuju tingkat pemahaman dan perenungan Al-Qur’an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam tafsirnya mengatakan “tartil” adalah memperjelas dan menyempurnakan bacaan semua huruf dengan memberikan semua hak-haknya dengan cara tidak tegesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an.
3) Al-Hadr
Yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya. Perlu diingat yang dimaksud dengan cepat disini adalah dengan meggunakan ukuran terpendek dalam batas peraturan tajwid.
4) At-Tadwir
Yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan ini lebih dikenal dengan bacaan sedang tidak terlalu cepat juga
tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan antara keduanya. (Muhammad Rizki: 2015, 25)
e. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Bagi umat Islam membaca Al-Qur’an merupakan satu perbuatan yang sangat mulia. Bahkan melalui sabda Rasulullah Saw dinyatakan bahwa dengan membaca Al-Qur’an maka akan memdapatkan pahala yang berlipat. Bukan dinilai dari banyaknya atau kata yang dibaca, tetapi akan mendapatkan pahala dari setiap hurufnya.
Dengan membaca Al-Qur’an akan mendapatkan satu manfaat, bukan saja sebagai amal kebajikan namun juga bisa menjadi obat bagi mereka yang sedang dirundung sakit baik jasmani atau rohani. (Yunus Hanis Syam, 2008: 38-39)
Banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw yang mendorong kita untuk membaca Al-Qur’an dengan menjanjikan pahala dan balasab besardengan membacanya itu:
Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 29-30:
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
30.Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri
ََّلَعَّ َوُىَكَِّويِفَُّعَتْعَػتَتَػيَكَّ َفآْرُقْلاَُّأَرْقَػيَّيِذ لاَكَِّةَرَرَػبْلاَّ ِـاَرِكْلاَِّةَرَف سلاََّعَمَّ ِفآْرُقْلاِبَّ ُرِىاَمْلا
َِّوْيَّ
َُّوَلَّ ٌّؽاَش
َِّفاَرْجَأ
"Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam
membacanya, maka ia mendapat dua pahala."(HR Muslim)
Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Quran ia akan mendapatkan dua pahala. Karena ia diberikan pahala dengan membacanya dan mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia rasakan dalam membaca yang menunjukkan kesungguhan membaca Al-Qur’an dan kekuatan semangatnya, meskipun sulit ia rasakan. (Yusuf Al-Qaradhawi, 2000: 225-226)
Dari penjelasan diatas dapat dipahami seseorang yang membaca Al-Qur’an akan banya mendapatkan manfaat dan mendapatkan pahala dari setiap huruf yang dibacanya.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan, terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian saudariAs’AdiyahJurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2008) dengan judul “Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Siswi SMP IT Ihsanul Fikri Pabelan Kabupaten Magelang yang Berasal dari MI dan SD”.
Dalam penelitian ini, ada relevansi antara kemampuan membaca AlQur’an yang dibahas oleh saudari As’Adiyah dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, akan tetapi ada perbedaan yang mendasar dari dua penelitian ini. Penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih terfokus kepada kemampuan membaca Al-Qur’an Al-Qur’an mahasiswa PAI.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah terdapat pada penelitian saudara Muhammad Ubaidillah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negri Antasari Banjarmasin (2015) dengan judul
“Kamampuan Membaca Al-Qur’an Dikalangan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 Institut Agama Islam Negri Antasari Banjarmasin”.
31
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di suatu lokasi, ruang yang luas atau ditengah-tengah masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan di IAIN Batusangkar pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2017.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. (Lexy J. Moleong, 2009: 6)
Sedangkan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti. (Rulam Ahmadi, 2014: 15)
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan dan memahami gejala dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar serta menjelaskan gambaran yang terjadi dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an (Studi pada Mahasiswa Jurusan PAI Angkatan 2017 IAIN Batusangkar).
C. Latar dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini maka peneliti akan melakukan penelitian di IAIN Batusangkar. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2018 sampai bulan November 2018.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah orang-orang yang mengetahui, berkaitan dan menjadi pelaku dari sesuatu kegiatan yang diharapkan dapat memberikan informasi atau lebih ringkasnya ialah sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Subjek dalam penelitian ini adalah dosen yang memberikan test membaca Al-Qur’an (placement test) dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan 2017.
E. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (Sugiyono, 2013: 225)
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah dosen sebanyak 3 orang, yaitu dosen placement test dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan 2017.
2. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data seperti melalui orang lain atau dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah nilai placement test mahasiswa PAI angkatan 2017.
F. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif itu siap melakukan penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk pada objek penelitian, baik secara akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal dalam memasuki lapangan.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dngan data yang telah ditemukan melalui wawancara. Dan instrument yang peneliti gunakan adalah kisi-kisi wawancara dan pedoman wawancara.Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap
focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan
membuat instrumen. (Sugiyono, 2013: 222-224) G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah: (Riduwan, 2005: 74-77)
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.
Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah dosen yang memberikan tes membaca Al-Qur’an (placement test) kepada mahasiswa PAI angkatan 2017 dan dosen tahsin mahasiswa PAI, untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa dan mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian , meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, dan data yang relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti akan mempelajari dokumen yang berkaitan dengan data nilai hasil placement test baca Al-Qur’an mahasiswa dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017, untuk mengetahui tingkat kemampauan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017.
H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Teknik pengamatan yang tekun merupakan peningkatan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca buku maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau tidak.
Dalam menvalidasi dan reliabilitas data, peneliti juga mengunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber adalah mengecek data yang telah diperoleh mealui beberapa sumber. Kemudian triangulasi waktu, yaitu data yang dikumpulkan degan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih validsehingga lebih kredibel. (Sugiyono, 2013: 272-274)
I. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan lain-lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2016: 88)
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengelolahan dan analisis data. Yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami diri sendiri dan juga orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data peneliti menggunakan model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman ada tiga tahap dalam menganalisis data, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah melakukan melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Oleh karena itu data yang telah didapat melalui wawancara, observasi dan dokumentasi akan dianalisis sehingga dapat memuculkan deskripsi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasisiwa PAI angkatan 2017.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau masih gelap sehingga menjadi jelas. (Sugiyono, 2013: 247-253)
Dari keterangan yang dijabarkan diatas, maka langkah-langkah yang akan ditempuh setelah melakukan wawancara dan observasi ialah melakukan teknik analisis data. Dimana data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi akan penulis analisis berdasarkan langkah-langkah diatas, yakni dengan memilih data yang dibutuhkan dan kemudian dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Setelah itu penulis akan menyajikan dalam kata-kata yang bersifat narasi sehingga lebih memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Hasil kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti yaitu tentang analisis kemampuan membaca Al-Qur’an (studi pada mahasiswa jurusan PAI IAIN Batusangkar angkatan 2017).
38
1. Temuan Umum (Profil Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar)
a. Visi-Misi dan Tujuan IAIN Batusangkar 1) Visi IAIN Batusangkar
“ INTEGRATIF DAN INTERKONEKTIF DALAM KEILMUAN, BERKEARIFAN LOKAL, BEREPUTASI GLOBAL ”
2) Misi IAIN Batusangkar
a) Menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual, spritual, emosional, sosial, dan berdaya saing dalam dunia kerja.
b) Mewujudkan pendidikan tinggi Islam yang berdaya saing internasional untuk kepentingan umat, bangsa, dan kemanusiaan.
c) Mewujudkan pendidikan/pengajaran secara integratif dan interkonektif yang relevan dengan perkembangan keilmuan internasional dan tuntutan pengguna serta kearifan lokal. d) Menghasilkan penelitian yang berbasis integratif,
interkonektif, dan berbasis kearifan lokal.
e) Mempelopori kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berbasis riset dan kearifan lokal.
3) Tujuan
a) Terwujudnya program studi yang unggul dalam pengembangan keilmuan yang interaktif dan inter-konektif. b) Terbangunnya iklim akademik yang mendukung terhadap
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi berbasis riset dan kearifan lokal.
c) Terwujudnya hasil riset yang kompetitif dan berdaya guna untuk umat, bangsa dan kemanuasiaan.
d) Penguatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang cerdas dan professional.
e) Terwujudnya lulusan yang cerdas secara intelektual, spiritual, emosional, sosial dan berdaya saing dalam dunia kerja.
f) Terbangunnya tata kelola yang akuntabel, bersih dan modern berbasis ICT (Information, Communication and
Technology).
g) Bertambahnya kerjasama dengan berbagai pihak dalam pencapaian visi dan misi institusi.
b. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) 1) Visi Jurusan PAI
Menjadi Program Studi yang unggul dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang Integratif, interkonektif, dan berkearifan lokal, pada tahun 2020.
2) Misi Jurusan PAI
a) Menyelanggarakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang integratif dan interkonektif.
b) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan penelitian dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang integratif, interkonektif, dan berkearifan lokal.
c) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang integratif dan interkonektif.
d) Melaksanakan kerjasama dengan user atau stakeholders
dalam rangka mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang Pendidikan Agama Islam.
3) Tujuan Jurusan PAI
a) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, serta bertanggung jawab.
b) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang menguasai materi PAI di madrasah/sekolah.
c) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah/sekolah.
d) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu melakukan penelitian dalam bidang agama Islam di sekolah/madrasah.
e) Menghasilkan penelitian dengan melibatkan mahasiswa agar menghasilkan tenaga pendidik PAI yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah.
f) Terimplementasinya hasil penelitian melalui pengabdian masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama Islam melalui kolaborasi dengan Program Studi PAI pada perguruan tinggi lain dengan melibatkan mahasiswa agar mampu berkiprah dalam masyarakat.
2. Temuan Khusus
Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.Dimana peneliti secara langsung terjun kelapangan melihat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan.Penelitian ini dilakukan di IAIN Batusangkar.
Data-data yang peneliti peroleh melalui dua metode, yaitu: metode wawancara dan dokumentasi. Dari beberapa sumber data yang terdiri