e) Rongga Hidung َّـوشنلخا))
H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
I. Teknik Analisis Data
2. Temuan Khusus
Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.Dimana peneliti secara langsung terjun kelapangan melihat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan.Penelitian ini dilakukan di IAIN Batusangkar.
Data-data yang peneliti peroleh melalui dua metode, yaitu: metode wawancara dan dokumentasi. Dari beberapa sumber data yang terdiri
dari informan I selaku dosen placement test mahasisiwa PAI angkatan 2017, informan II selaku dosen placement test mahasisiwa PAI angkatan 2017 dan informan III selaku dosen tahsin mahasisiwa PAI angkatan 2017.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an, maka hasil penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa 1) Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid
Terkait dengan kemampuan membaca Al-Qur’an ada beberapa hal yang harus ditanyakan, yaitu:
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an berdasarkan
makhrijul huruf, informan I mengatakan:
Bahwa kemampuan mahasiswa membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijul huruf itu bervariasi, ada yang bagus dan ada yang kurang, tapi yang bagus bacaanya lebih banyak dari pada yang kurang. Karena mahasisiwa PAI ini adalah calon guru atau orang yang berkeinginan menjadi guru Pendidikan Agama Islam, sehingga pada umumnya mereka sudah bisa membaca Al-Qur’an. Dan adapun mereka yang susah mengucapkan huruf-huruf berdasarkan macam-macam
makhrijul huruf yaitu al-halaq dan huruf-huruf yang
berdekatan, seperti:
صَّشَّسَّثَّ,تَّطَّ,دَّض.
(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, beliau mengatakan:
Karena beragam latar belakang sekolah, ada yang dari SMA, SMK, MAN dan pesantren, sehingga kemampuan mahasiswa PAI dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijiul huruf juga beragam. Artinya ada yang mampu, cukup, kurang mampu bahkan tidak mampu sama sekali dalam melafazkan huruf berdasarkan makhrijul huruf. Untuk makhrijul
huruf kalau dalam bentuk tunggal sebagian besar sudah
bisa, tetapi kalau sudah berbentuk lafaz ada mereka yang bisa dan ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Kalau mahasiswa yang mengikuti tahsin ini memang rata-rata tidak bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan
makhrijul huruf, seperti membaca huruf-huruf ini:
َّ,حَّ,ق
ظَّ ,ط
Untuk pelajaran tahsin ini benar-benar dimulai dari huruf hijaiyah, karena mereka memang belum bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa sebagian besar dari mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijul huruf.Namun juga ada yang masih kurang bisa dan ada yang tidak bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijul huruf. Contoh makhrijul huruf yang susah diucapkan oleh mahasiswa PAI yaitu huruf yang keluar dari tenggorokan (al-halq). Adapun huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan adalah tenggorokan bagian bawah
: ءَّ ق,
tenggorokan bagian tengah:عَّ ح
, dan tenggorokan bagian atas:غَّخ
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum nun mati, informan I mengatakan:
Secara umum mereka bisa, namun sebagian ada yang tidak bisa.Sebagian besar mereka sudah bisa membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan iqlab serta mereka sudah mengetahui huru-huruf dari masing-masing hukum nun mati tersebut. Namun juga ada yang
grogi ketika membaca Al-Qur’an, ini disebabkan mereka sudah lama tidak membaca Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an itu unik, dia pada dasarnya bisa membaca, namun karena tidak diulang-ulang mereka bisa terbata-bata membacanya. Jangankan satu minggu, dua hari atau tiga hari tidak dibaca sudah berpengaruh kepada kemampuan membaca mahasiswa tersebut.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Untuk teori mendasar ada nun mati dan tanwin, kalau basic mereka madrasah atau pesantren mereka akan lebih bisa. Tapi jika mereka dari SMA atau SMK banyak yang belum bisa. Namun pada umumnya mahasiswa PAI sudah bisa dibagian ini (hukum nun mati).(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan hukum nun mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasaan hukum nun mati. Tapi masih ada yang kurang atau belum bisa sama sekali. Jika mereka berasal dari Madrasah atau Pesantren mereka akan lebih bisa dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Dan sebagian besar sudah bisa membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan iqlab serta mereka sudah mengetahui huruf-huruf dari masing-masing hukum nun mati tersebut. Contoh dari hukum-hukum
tersebut adalah idzhar halqi:
ٌَّمْيِلَحٌرْوُفَغ
idhgham biggunnah:َّْنَم
ََّعَن م
ikhfa:َّْمُكْنِم
dan iqlab:ٍَّةَرَرَػبٍَّـاَرِك
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum mim mati, informan I mengatakan:
Sama halnya dengan hukum nun mati tadi, sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan menggunakan hukum mim mati. Mereka sudah bisa membedakan anatara idhar syafawi dan ikhfa syafawi serta mereka juga mengetahui huru-huruf dari setiap hukum nun mati.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Sama seperti mim mati dan tanwin tadi, sebagian besar mereka sudah bisa. Namun masih ada yang kurang bisa dan belum bisa sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan hukum mim mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum mim mati.Mereka juga sudah membedakan antara idhar syafawi dan ikhfa syafawi serta mengetahui huruf-huruf dari setiap hukum nun mati tersebut.Contoh dari hukum
mim mati tersebut adalah ikhfa syafawi:
نِِبَِّ ْمُتْلَخَد
, idhghammimi:
ََّنَى ذْذِا
, idzhar syafawi:اَهْػيِفَّْمُىَك
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum idhgam, informan I mengatakan:
Karena idhgam ini sudah mulai susah, seperti:
mutamatsilain, mutaqoribain, dan mutajanisain.
Nantinya aka ada simbol-simbol dari setiap hukum tersebut, apabila mereka tidak memahami, mereka akan kesulitan untuk melafazkan huruf yang menggunakan hukum tajwid idhgam ini. Namun bagi mahasiswa yang jeli dan bisa memahami mereka akan mudah melafazkannya. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan II, bahwa:
Ada yang bisa dan ada yang tidak bisa. Tapi yang jelas yang bisa membaca banyak dari pada yang tidak bisa membaca sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan hukum idgham.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas dapat dipahami, bahwa mahasiswa PAI ada yang bisa dan ada yang tidak bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum idgham.Bagi mereka yang jeli dan memahaminya maka mereka akan bisa melafazkan Al-Qur’an berdasarkan hukum idhgam ini. Contoh
dari hukum idhgham ini adalah idhgham mutamatsilain :
َّْبِرْضِا
ََّؾاَصَعِّػب
, idhgham mutaqaribain:ََّكِل ذَّ ْثَهْلَػي
, idhgham mutajanisain:با تْدَقَل
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum ghunnah, informan I mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih ada yang beum bisa.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa
Ada yang sudah bisa dan ada yang belum bisa. Contohnya ketika mereka membaca hukum wajibulghunnah:
ا نِا,
ada yang membaca inna saja tanpa mendengungkan. Jadi wajibulghunnah ada dua hurufnya yaituَّ ف
danـ
(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan hukum ghunnah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum ghunnah. Namun masih ada yang tidak mendengungkan ketika bertemu hukum ghunnah.Contoh hukum ghunnah ini adalah
َُّسا نلا
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum qolqalah, informan I mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa. Pada umumnya mahasiswa yang bisa qalqolah diakhir, tapi qalqolah ditengah ada mahasiswa yang bisa dan juga mahasiswa yang tidak bisa.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Secara umum mahasiswa PAI sudah bisa, namun ada yang belum bisa. Huruf qalqolah ada lima, yaitu:
َّ,جَّ,ب
ؽَّ ,طَّ ,د .
Secara teori mereka paham, namun didalam praktek ada yang belum bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan hukum qalqolah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum qalqolah.Namun ada mahasiswa PAI yang belum bisa mempraktekkan hukum qalqolah ini. Contoh hukum qolqolah ini adalah
َّْلَعَْنََّ,ََّمْيِىأَرْػبِا
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum huruflam, informan I mengatakan:
Mahasiswa PAI sudah bisa melafazkan lam jalalah ini. Ada tafkhim (tebal) dan ada yang tarqiq (tipis). Kalau
yang tafkhim apabila huruf lam berbaris fathah dan
dhommah, dan yang tarqiq apabila huruf lam berbaris
kasrah. Rata-rata mahasiswa PAI sudah bisa
membedakan dan melafazkannya.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Hukum lam ini ada yang tafkhim (tebal) da ada tarqiq (tipis). Hampir seluruhnya mahasiswa yang sudah belajar tajwid, mereka paham teori namun dalam praktek masih ada yang tidak bisa. Ini dikarenakan banyak diantara mahasiswa yang tidak mengulang membaca Al-Qur’an setiap hari.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Sebagian mahasiswa tahsin sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum lam ini, namun masih ada yang tidak bisa. (Rifqa Dewi, M.Pd. I,Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas, dapat dipahamibahwa sebagian besar mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan huruf lam, namun sebagian kecil ada yang belum bisa. Ini dikarenakan mereka tidak mengulang membaca Al-Qur’an setiap hari. Hukum bacaan lam ini ada dua yaitu tafkhim:
َُّؿْوُسَر
وّللا
dan tarqiq:َِّوّللَِّمْسِب
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum bacaan raa, informan I mengatakan:
Rata-rata mahasiswa sudah bisa membaca A-Qur’an berdasarkan hukum bacaan raa.Mereka sudah bisa membedakan hukum bacaan raa yang mana harus dibaca tebal dan mana yang harus dibaca tipis.Diantara
hukum bacaa raa yang harus dibaca tebal apabila huru
raa berbaris didepan dan berbaris dhommah, sedangkan
huruf raa yang harus dibaca tipis diantaranya apabila huruf raa berbaris dibawah.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan II, bahwa:
Sama dengan lam tadi, ada yang tafkhim (tebal)dan ada yang tarqiq (tipis), ada yang muraqqaqah dan ada yang
mufakhamah. Mereka hafal tajwidnya, namun
kadang-kadang terpeleset dalam melafazkannya. Cuma ketika mereka membaca karena gugup atau tidak serius, jadi ketika membaca Al-Qur’an mereka tidak mempraktekkan hukum-hukum tajwid tersebut. Secara umum mereka bisa atau banyak yang bisa dari pada yang tidak bisa. Tapi yang sama sekali tidak bisa membaca berdasarkan hukum tajwid juga ada, namun sedikit.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh informan III, bahwa:
Sama halnya dengan hukum lam tadi, sebagian mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum raa ini. (Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum raa. Mereka sudah bisa membedakan mana hukum raa yang dibaca tafhkim seperti:
اَن ػبَر
dan mana hukumraa yang harus dibaca tarqiq sperti:
اًقْزِر
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukummad, informan I mengatakan:
Yang namaya mad itu banyak, ada mad yang panjang satu alif dan ada juga mad yang panjangnya tiga alif. Sekitar 60% mahasiswa PAI sudah bisa menguasainya dan mempraktekkannya didalam membaca Al-Qur’an.Namun masih ada mahasiswa yang seharusnya dibaca panjang tiga alif, mereka membacanya panjang satu alif. Seperti mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil panjangnya tiga ali, ada yang membacanya hanya satu alif. dan sebagian besar mereka sudah bisa menguasai mad tabi’i dan membacanya panjang satu alif. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Pada umumnya mahasiswa sudah bisa, tapi masih ada yang patut dipanjangkan mereka membacanya pendek dan yang patut dipendekkan mereka membacanya panjang. Mad ini juga ada bagiannya, kadang mad wajib muttasil dikatakan mad jaiz munfasil, berapa panjang masing-masing mad itu pun mereka ada yang tidak tau.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh informan III, beliau mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa menguasainya, namun ada mereka yang membaca panjang yang seharusnya tidak dipanjangkan dan membaca pendek yang seharusnya dipanjangkan. (Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum mad.Namun masih ada mereka yang memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek dan memendekkan bacaan yang seharusnya dibaca panjang.Juga ada mahasiswa yang membaca panjang tiga alif padahal hukum bacaannya hanya satu alif dan juga ada begitupun sebaliknya mereka memanjangkan satu alif padahal harus dibaca panjang 3
alif. Contoh hukum mad yang dibaca panjang satu alif adalah
َُّػق
اْوُلْو
(mad tabi‟i) dan mad yang dibaca panjang tiga alif seperti:َّْمُتْػنأََّلاَك (
mad jaiz munfashil)Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum qasar, informan I mengatakan:
Hukumqasar ini sebagian besar sudah bisa dikuasai oleh mahasiswa PAI, karena ini merupakan paling dasar sekali dalam membaca Al-Qur’an.Namun masih ada yang bisa menguasainya, tapi jarang sekali.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh informan III, beliau mengatakan:
Sebagian mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin sudah bisa, namun masih ada yang tidak bisa.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa menguasai hukum qasar ini.Yaitu mahasiswa sudah bisa menahan atau membaca huruf panjang tidak lebih dari satu alif.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum waqaf, informan I mengatakan:
Hukum waqaf berat sekali bagi mahasiswa, karena ada yang wajib dan ada yang washol. Mahasiswa kurang
bisa karena tidak menguasai simbol, seperti:
لق
(lebih baik berhenti),لص
(lebih baik lanjut), لا (lebih baik lanjut). Sebagian besar mahasiswa tidak memahami simbol-simbol seperti ini. Dan ini sangat erat hubungannya dengan bahasa Arab, karena banyak mahasiswa PAI tidak menguasai arti dari kata-kata dan tujuan dari kalimat didalamnya sehingga mereka tidak bisa menggunakan hukum waqaf ini dengan baik. Jadi seorang mahasiwa PAI harus memahami bahasa Arab agar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Karena hukum waqaf ini banyak yang tidak memahami, maka banyak yang tidak mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Karena memang hukum wakaf ini agak rumit, sehingga mereka kurang memahami hukum tajwid ini.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh informan III, beliau mengatakan:
Mahasiswa sangat kesulitan dalam hukum waqaf ini, karena mereka tidak mengetahui dari hukum tersebut. (Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa mahasiswa PAI tidak mengetahui atau tidak memahami hukum
waqaf ini, sehingga mereka tidak mempraktekkannya dalam
membaca Al-Qur’an. Mereka tidak mengetahui simbol-simbol dari waqaf tersebut, seperti:
لق
(lebih baik berhenti),لص
(lebih baik lanjut), لا (lebih baik lanjut). Selain tidak mengetahui simbol-simbol tersebut, banyak mahasiswa PAI tidak menguasai bahasa Arab sehingga mereka tidak mengetahui arti kata dari simbol tersebut dan tidak mengetahui tujuan darikalimat dalam ayat Al-Qur’an. Contoh simbol dari waqaf ini adalah
apabila dalam membacaAl-Qur’an simbol waqaf seperti
ج
maka lebih utama berhenti. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai ibtida‟ yang benar, informan I mengatakan:Berhubungan dengan waqaf tadi, ibtida‟ yang diawal rata-rata mahasiswa PAI bisa. Namun apabila sudah membaca, dimana lagi dimulai kembali mereka banyak yang tidak bisa. Ini dikembalikan lagi kepada pemahaman mereka terhadap hukum waqaf tadi. Karena mahasiswa tidak memahami jumlah atau kalimat dalam bahasa Arab, oleh sebab itu ibtida‟ mereka agak berantakan.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan II, bahwa:
Ibtida‟ artinya memulai atau bagaimana memulai yang
baik. Secara umum sama dengan waqaf tadi, makna
ibtida‟ itupun mereka tidak tau. Jadi mereka memahami
tajwid tersebut hanya pada tataran makhrijul huruf,
idhgam, iqlab, izhar, mad. Hanya itu saja yang mereka
kuasai dan itu yang mudah mereka tau. Mereka tidak familiar dengan kebiasaan membaca berdasarkan
ibtida‟, jadi hukum tajwidnya terbatas saja.(Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh informan III, beliau mengatakan:
Sama dengan hukum waqaf tadi mahasiswa tidak mengenal hukum ibtida‟ ini.Sehingga mereka tidak bisa mempraktekkannya dalam membaca Al-Qur’an.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI belum bisa menggunakan
ibtida‟ dengan baik. Karena mereka tidak memahami waqaf
dan bahasa Arab dengan baik, sehingga ini berpengaruh kepada kemampuan membaca berdasarkan ibtida‟ yang benar. Contohnya seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 6 yaitu
اُرَفَكََّنْيِذ لاَّ فِأ
Dapat dipahami bahwa, sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid. Ini juga terlihat pada nilai hasil placement test mahasiswa PAI sebagaimana yang terlampir dilampiran, telah banyak mahasiswa yang lulus dalam melaksanakan placement
test. Sebanyak 151 orang mahasiswa PAI angkatan 2017,
terdapat mahasiswa yang lulus sebanyak 118 orang dan mahasiswa yang tidak lulus sebanyak 33 orang.
2) Kemampuan Mahasiswa PAI Angkatan 2017 dalam Membaca Al-Qur’an
Setiap mahasiswa PAI akan memiliki kemampuan berbeda dalam membaca Al-Qur’an. Ada beberapa tingkatan dalam membaca Al-Qur’an, diantaranya yaitu at tahqiq