• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik kekuasaan kampus dalam tinjauan perilaku sosial: studi tentang pemilihan umum raya dewan eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016 perspektif pilihan rasional James S. Coleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik kekuasaan kampus dalam tinjauan perilaku sosial: studi tentang pemilihan umum raya dewan eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016 perspektif pilihan rasional James S. Coleman."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK KEKUASAAN KAMPUS

DALAM TINJAUAN PERILAKU SOSIAL

(Studi Tentang Pemilihan Umum Raya Dewan Eksekutif Mahasiswa

UIN Sunan Ampel Surabaya 2016 Perspektif Pilihan Rasional

James S. Coleman)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

AH. ROFIUL ASYHAR

NIM: B75213033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ah. Rofiul Asyhar, 2017, POLITIK KEKUASAAN KAMPUS TINJAUAN PERILAKU SOSIAL (Studi Tentang Pemilihan Umum Raya Dewan Eksekutif Mahasiswa UINSunan Ampel Surabaya 2016 Perspektif Pilihan Rasioal James S. Coleman).

Kata Kunci: Pemilihan Raya (PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama bagaimana proses politik pemilihan raya (PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016 dalam Tinjauan Perilaku Sosial. kedua bagaimana respon mahasiswa terhadap pemilihan umum raya mahasiswa (PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016

Penelitian ini dilakukan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Metode yang digunakan adalah motede deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitian ini adalah ketua Komisi Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (KOPURWA), sebagian anggota Komisi Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (KOPURWA), ketua partai PRM (Partai Revolusi Mahasiswa), ketua partai PAREM (Partai Republik Mahasiswa), dan sebagian mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Teknik dalam melakukan analisis data menggunakan pengumpulan data dan penyajian data. Dalam analisis sosial teori, penelitian Politik Kekuasaan Kampus pada saat pemilihan umum raya mahasiswa (PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan Teori Pilihan Rasional James S. Coleman.

(7)

ABSTRACT

Ah. Rofiul Asyhar, 2017, CAMPUS POLITICAL POWER, REVIEW OF SOCIAL BEHAVIOR (Study of the General Election of Student Executive Board of State Islamic University Sunan Ampel Surabaya 2016, in The Perspective of Rational Choice of James S. Coleman).

Keywords:General Election of Student Executive Board of Sunan Ampel State Islamic University Surabaya

The Issues that were examined in this study are, 1. How the political process of General Election used by Student Executive Board of UIN Sunan Ampel Surabaya in 2016 in the Review of Social Behavior. 2. How the respond of student toward Student’s General Election of Student Executive Board of State Islamic University Sunan Ampel Surabaya 2016.

This research was conducted at UIN Sunan Ampel Surabaya. The method used is qualitative descriptive with observation data collection techniques, interviews and documentation. The informants of this research are the head of the General Election Commission of Students (KOPURWA), some members of the General Election Commission of Students (KOPURWA), the chairman of the party PRM (Partai Revolusion Student), the chairman party of PAREM (Partai Republic Student), and some students UIN Sunan Ampel Surabaya. Techniques in performing data analysis using data collection and presentation of data. In the social analysis of the theory, the Political Research of Campus Power during the Student General Election (PEMIRA) Student Executive Board of UIN Sunan Ampel Surabaya uses Rational Choice Theory James S. Coleman.

(8)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... v

ABSTRACT ... vi

E. Definisi Konseptual ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II : KERANGKA ANALISA POLITIK KEKUASAAN KAMPUS PERSPEKTIF PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN A. Penelitian Terdahulu ... 19

G. Tinjauan Politik Kekuasaan Kampus ... 24

B. Pilihan Rasional James S. Coleman ... 42

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 51

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

BAB IV : POLITIK KEKUASAAN KAMPUS: STUDI TENTANG PEMILIHAN UMUM RAYA DEWAN EKSEKUTIF MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2016 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 63

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

(9)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara ... 117 2. Jadwal Penelitian ... 119 3. Biodata Peneliti ... 120 4. Lampiran-Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Logo UIN Sunan Ampel ... 69

Gambar 4.1: Logo DEMA-U ... 71

Gambar 4.1: Logo Partai Revolusi Mahasiswa... 77

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pergulatan kekuasaan, hingga kini, telah menjadi semacam takdir

kehidupan. Kekuasaan selalu saja, akan mendapatkan tantangan, penolakan,

sekaligus kurang percaya. Pilihan untuk berkuasa, pasti akan membawa

sejumlah resiko. Mandat bagi keberadaan kekuasaan tak lain adalah berlaku

adil, memihak kepentingan masyarakat sekaligus mampu menegakkan

hukum. Seseorang atau kelompok yang memegang kekuasaan, pada suatu

waktu, harus merelakan kepentingan pribadinya dikorbankan demi

kepentingan yang lebih besar, demi kepentingan kekuasaan politik1.

Demokrasi berarti kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Siapa

rakyat yang dimaksud adalah kesemuanya berarti manusia. Di Barat maupun

di Timur, di Utara maupun Selatan, di negara maju maupun terbelakang,

demokrasi semakin dipuja. Dalam rangka ikut menjunjung tinggi kedaulatan.

Jika demokrasi mengatakan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, maka

barangkali perlu di bedakan antara demokrasi yang formal-prosedural dan

demokrasi material-substansial. Yang pertama bicara soal bentuk dan

termasuk di dalamnya aturan main tentang siapa yang berhak mengambil

keputusan, maka yang kedua soal “isi”, substansi, tentang “siapa yang harus

diuntungkan” dengan keputusan itu. Sejauh ini demokrasi sebagai doktrin

kedaulatan rakyat, nampaknya masih berkutat dan cenderung hanya berkutat

(13)

2

pada tingkatan yang pertama, tingkatan formal prosedural. Dan sebaliknya

dalam tingkatan material-substansial, masih atau bahkan semakin diabaikan2.

Maka isunya adalah bahwa yang penting suatu keputusan didukung oleh

suara rakyat. Apakah keputusan yang dicap sebagai suara rakyat itu

benar-benar menguntungkan oleh rakyat.

Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan

diorganisasikan berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (popular

sovereignty), kesamaan politik (political equality), konsultasi atau dialog

dengan rakyat (political consultation), dan berdasarkan pada aturan

mayoritas3. Selain itu, demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang

kekuasaannya dalam mengambil keputusan untuk suatu negara ditetapkan

secara sah, bukan menurut golongan atau beberapa golongan, tetapi menurut

anggota-anggota dari suatu komunitas sebagai suatu keseluruhan.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa demokrasi

diartikan sebagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas

negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar

demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan

politik negara (eksekutif, yudikatif, dan, legislatif) untuk diwujudkan dalam

tiga jenis lembaga negara yang saling mengerjakan fungsinya masing-masing

tanpa keterkaitan (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu

sama lain.

2Masyhur Amin, Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial, (Jakarta:LKPSM,1993),4.

(14)

3

Kesejajaran dan independen ketiga jenis lembaga negara ini

diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling

mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances. Ketiga jenis

lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga-lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki

kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,

lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan

yudikatif, dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia)

yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif.

Mekanisme checks and balances dalam suatu demokrasi merupakan

hal yang wajar, bahkan sangat diperlukan untuk menghindari penyalahgunaan

kekuasaan oleh seseorang ataupun oleh sebuah institusi. Karena dengan

mekanisme seperti ini, antara institusi yang satu dengan yang lain akan saling

mengontrol atau mengawasi, bahkan saling mengisi4.

Selain itu dalam suatu negara demokrasi harus ada pemilihan umum.

Pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang sangat vital, karena salah

satu kriteria negara demokratis adalah adanya pemilihan umum yang bebas5.

Pemilu dalam negara Indonesia merupakan suatu proses pergantian

kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan

prinsip-prinsip yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip-prinsip dalam pemilihan umum

yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan

yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara

4 Afan Gafar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Cetakan III (Yogjakarta: Pusaka Pelajar, 2002), 89.

(15)

4

berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan.

Suasana kehidupan yang demokratis merupakan dambaan bagi umat manusia

termasuk manusia Indonesia, karena itu demokrasi tidak boleh menjadi

gagasan yang utopis dan berada dalam alam retorika semata, melainkan

sebagai sesuatu yang mendesak dan harus untuk diimplementasikan dalam

interaksi sosial kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan6. Dari

prinsip-prinsip pemilu, kita juga dapat mengetahui bahwa pemilu merupakan

kegiatan politik yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan

kekuasaan dalam sebuah negara.

Demokrasi tidak hanya diterapkan di negara akan tetapi dalam dunia

kampus juga diterapkan sistem tersebut. Demokrasi kampus merupakan

sebuah sistem keorganisasian dimana kekuasaan berada di tangan mahasiswa

sebagai rakyat dalam dunia kampus. Layaknya sebuah negara yang

mempunyai susunan kepemerintahan, di kampus juga terdapat susunan

kepemerintahan sendiri, atau yang sering disebut dengan keorganisasian

kampus. Susunan dan istilah yang digunakan hampir sama dengan susunan

dalam sistem pemerintah.

Pemilu merupakan salah satu instrumen yang sangat penting dalam

membangun tradisi demokrasi di kampus yang diharapkan dapat

memperbaiki sistem pemerintahan baik di tingkat atas maupun bawah. Suatu

pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan

(16)

5

mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi7. Demokrasi harus dimulai dari

pemberdayaan politik mahasiswa. Dalam proses ini semua unsur mahasiswa

harus dilibatkan tanpa mengenal golongan manapun. Dan yang terpenting

masyarakat kampus harus memulai untuk berdemokrasi menemukan

konsep-konsep demokratisasi sejak dini agar nantinya mampu merealisasikan kepada

masyarakat sekitarnya.

Kesamaan sistem pemerintahan tersebut juga mengakibatkan adanya

beberapa kesamaan istilah-istilah. Misalnya dalam negara ada istilah Presiden

sebagai pemimpin negara, dalam kampus juga ada istilah Presiden, namun

istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi pemimpin Dewan Eksekutif

Mahasiswa Universitas (DEMA-U). Seperti contoh adanya Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), dalam kampus juga ada Musyawarah Senat

Mahasiswa (MUSEMA). Ada Gubernur dalam kampus juga ada Dewan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) , Senat Mahasiswa (SEMA-F),

Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

Beberapa istilah tersebut merupakan istilah yang ada dalam

keorganisasian mahasiswa yang jabatannya juga sama dengan sistem yang

ada di negara. Dan dari posisi-posisi itu yang sering kita artikan sebagai wakil

rakyat (mahasiswa) dalam lingkungan kampus.

Namun dalam prakteknya, para mahasiswa yang mempunyai

wewenang di DEMA, SEMA, dan yang lainnya belum bisa menjalankan

tugasnya secara maksimal. Mereka bahkan bisa dikatakan belum memihak

(17)

6

terhadap mahasiswa. Mereka menjalankan tugasnya hanya untuk kepentingan

individual dan kelompok. Bahkan mahasiswa hampir tidak dilibatkan dalam

pengambilan kebijakan atau keputusan. Untuk berkomunikasi antara mereka

dengan mahasiswa hampir tidak pernah. Mereka seharusnya tanggap dan

respek terhadap kondisi mahasiswa. Jika di lihat masih banyak program kerja

atau kegiatan yang belum bisa merangkul atau melibatkan sebagian besar

mahasiswa UIN Sunan Ampel. Hal ini dikarenakan mereka yang berada di

posisi wakil mahasiswa ditumpangi oleh partai politik mahasiswa. Dalam

kampus UIN Sunan Ampel sebenaranya terdapat banyak partai-partai

mahasiswa antara lain Partai Revolusi Mahasiswa (PRM), Partai Republik

Mahasiswa (PAREM), Partai Matahari Terbit (PMT), Partai Progresif

Mahasiswa (PPM), Partai Demokrasi Mahasiswa (PDM) dan masih banyak

lagi partai yang di UINSA. Di dalam partai mahasiswa tersebut ditumpangi

oleh organisas ekstra kampus mahasiswa yaitu organisasi PMII, HMI, GMNI

dan lainnya. Oleh karena itu posisi-posisi tersebut banyak diperebutkan.

Karena inti dari tujuan mereka adalah bagaimana merebut sebuah kekuasaan.

Hal ini yang mengakibatkan moment pemilu selalu menjadi bahan rebutan

bagi partai politik untuk meraih kekuasaan di kampus.

Di setiap tahun Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (PEMIRA) Dewan

Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U) akan selalu terjadi, baik secara

sadar maupun tanpa sadar. Tidak dapat dihindari mengenai kesiapan dengan

apa yang akan terjadi nantinya. Alasan berpolitik selalu menjadi berita segar

(18)

7

dalam pemilihan. Tetapi seiring berjalanya hal tersebut, masih banyak yang

menjadi bahan pertanyaan dipikiran selain berpikir tentang kekuasaan. Jika

berbicara tentang kekuasaan maka segala cara akan dilakukan oleh seseorang

untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Inilah yang menyebabkan pemilu di

kampus ini berjalan tidak sehat.

Pada umumnya Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (PEMIRA) yang

ada di UIN Sunan Ampel juga mempunyai regulasi undang-undang yang

mengatur jalannya sebuah Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (PEMIRA) dan

syarat-syarat pendaftaran calon Partai Politik Mahasiswa (PPM). Kedua

undang-undang tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. karena Undang-undang tersebut merupakan pedoman

pelaksanaan Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (PEMIRA) di UIN Sunan

Ampel. Sebelum adanya perumusan dan disepakatinya kedua undang-undang

tersebut terdapat kongres atau musyawarah yang bernama Kongres Keluarga

Besar Mahasiswa Universitas yang disingkat KBMU yang diikuti oleh

masing-masing dua perwakilan mahasiswa dari semua organisasi intra

kampus yang diadakan setiap tahun sekali. Secara global kongres ini

bertujuan menetapkan sistem dan undang-undang keorganisasian mahasiswa.

Sistem inilah yang nantinya juga menjadi pegangan dan rujukan bagi

organisasi intra kampus seperti pengurus MUSEMA, DEMA, SEMA, HMP

(Himpunan Mahasiswa Prodi), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan lainnya

(19)

8

Raya Mahasiswa (KOPURWA) dan anggotanya dalam proses

penyelenggaraan pemilu.

Dalam perumusan undang-undang pada saat Kongres Besar

Mahasiswa Universitas (KBMU) terdapat beberapa aturan terkait partai

politik mahasiswa, anatra lain: mengatur syarat terbentuknya partai, tugas,

hak, kewajiban, keuangan, pengawasan dan sangsi. Dan dalam

undang-undang tentang pemilihan umum juga mempunyai aturan-aturan sendiri,

antara lain mengatur tugas dan tanggung jawab Komisi Pemilihhan Umum

Raya Mahasiswa (KOPURWA), tempat pemilihan (TPS) dan jumlah kursi,

pelaksaan dan keorganisasian, pemantauan dan pengawasan pemilu, serta hak

pilih dan pencalonan. Dalam Kongres Besar Mahasiswa (KBMU) tersebut

yang mengatur sistem pemilu dan partai politik dengan berlandaskan asas

demokrasi.

Namun dalam praktenya pada penyelenggaraan Pemilihan Umum

Raya Mahasiswa (PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN

Sunan Ampel Surabaya 2016, untuk memenangkan sebuah kepemimpinan

Dewan Eksekutif Mahasiswa tahun 2016, mulai dari Kongres Besar

Mahasiswa (KBMU), pembentukan Komisi Pemilihan Umum Raya

Mahasiswa (KOPURWA), persyaratan-persyaratan untuk mencalonkan

hingga kebijakan-kebijakan yang di buat hanya menguntungkan satu calon

saja. Dalam proses pemilihan tersebut terdapat politik kekuasaan yang ada

dalam penyelenggaraannya antara lain dominasi sistem. Karena kebanyakan

(20)

9

tidak menjabat di organisasi intra adalah dari organisasi ekstra seperti PMII,

HMI, GMNI dan organisasi lain. apalagi jika diukur dengan proses

pelaksaannya pada saat pemilihan. Jadi tolak ukur untuk memenangkan

kepemimpinan organisasi intra kampus Dewan Eksekutif Mahasiswa

(DEMA) UIN Sunan Ampel adalah siapa yang mendominasi di struktur

organisasi intra tersebut maka mereka yang memiliki peluang besar untuk

memenangkannya.

Hal ini dalam praktek sistem Pemilihan Umum Raya Mahasiswa

(PEMIRA) Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan Ampel

Surabaya 2016, masih banyak terdapat kritikan dari beberapa pihak terhadap

penyelenggaraan pemilu, baik itu dari kubu partai, mahasiswa dan lain

sebagainya. Tidak hanya itu penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya

Mahasiswa (PEMIRA) tersebut juga menimbulkan konflik antar partai,

mahasiswa dan Komisi Pemilian Umum Raya Mahasiswa (KOPURWA),

bahkan banyak kritikan yang datang dari media masa kampus terhadap proses

penyelenggaraan pemilu.

Jadi, Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (PEMIRA) secara sehat yang di gemborkan masih minim dengan realitas yang ada. Sejauh ini pemilih yang

tidak membawa bendera dibelakangnya atau yang biasa disebut dengan

mahasiswa abu-abu selalu menjadi sasaran empuk perebutan massa.

Desas-desus muncul dari berbagai kubu. Saling tuding satu sama lain menimbulkan

banyak permasalahan di berbagai pihak. Bahkan terlalu banyak provokasi

(21)

10

oleh KOPURWA memaksa para kandidiat dan tim suksesnya untuk

menyusun beberapa strategi sebagai cara untuk memenangkan pemilu, hal ini

dikarenakan jarak waktu sosialisasi dan pencoblosan sangat singkat, dan ini

menjadi problema tersendiri, bagi mahasiswa selaku pemilih. Golput pun

tidak jarang menjadi pilihan mahasiswa. Karena rasa apatis, dan tidak tahu

apa dan siapa yang harus dipilih. Secara sosiologis dalam tindakan seseorang

atau kelompok dalam perebutan kekuasaan yang dilakukan para aktor

(organisasi ekstra) yang mendominasi di kampus tersebut bisa saja

mempengaruhi tingkat partisapan dan pembelajaran mahasiswa agar

bersimpati pada calon tertentu atau tidak. karena ilmu politik tidak lepas

hubungannya dengan masyarakat.

Maka melihat fenomena di atas, menarik untuk diteliti POLITIK KEKUASAAN KAMPUS DALAM TINJAUAN PERILAKU SOSIAL (Studi Tentang Pemilihan Umum Raya Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016 Perspektif Pilihan Rasional

James S. Coleman) untuk melihat lebih jauh bagaimana proses pertarunga kekuasaan politik kampus dalam ajang pemilihan Dewan Eksekutif

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Apakah proses pemilu raya DEMA

UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2016 sudah mencerminkan pemilu yang

demokratis sesuai dengan pemilu pada umumnya dengan perspektif

(22)

11

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses politik dalam Pemilihan Umum Raya Mahasiswa

Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016?

2. Bagaimana respon mahasiswa terhadap Pemilihan Umum Raya

Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami:

1. Proses politik kekuasaan kampus dalam Pemilihan Umum Raya

Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun 2016.

2. Respon mahasiswa terhadap Pemilihan Umum Raya mahasiswa Dewan

Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2016.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Bagi Akademisi

Dapat mengetahui bagaimana proses dan respon mahasiswa

terhadap politik kekuasaan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dalam

pemilihan umum raya mahasiswa periode 2016 dan menganalisisnya

(23)

12

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh,

khususnya dalam usaha menerapkan teori-teori yang sudah diperoleh dari

perkuliahan sebagai analisis masalah dalam penelitian.

E. Definisi Konseptual 1. Politik

Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Orang

Yunani kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya dengan suatu

usaha untuk mencapai masyarakat politik yang terbaik8.

Namun pada umumnya politik dikatakan sebagai usaha untuk

menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagai

besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama

yang harmonis. Usaha untuk menggapai the good life ini menyangkut

bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.

Dalam kegiatan ini dapat menimbuklkan konflik karena nilai-nilai

(baik yang materil maupun yang mental). Di negara demokrasi, kegiatan

ini juga memerlukan kerja sama kerena kehidupan manusia bersifat

kolektif. Dalam rangka ini politik pada dasarnya dapat dilihat sebagai

usaha penyelesaian konflik atau konsensus.

Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya, kegiatan

politik, disamping segi-segi yang baik, juga mencakup segi-segi yang

(24)

13

negatif. Disebabkan karena politik mencerminkan tabiat manusia, baik

naluri yang baik maupun naluri manusia yang buruk.

Peter Merkl merumuskan pengertian politik yang buruk yaitu

perebutan kekuasaan, kedudukan dan kekayaan untuk kepentingan diri

sendiri. Singkatnya politik adalah perebutan kuasaan, takhta dan harta.

2. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatau kelompok

untuk memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan

keinginan para pelaku.

Definisi kekuasaan menurut para ahli, seperti W. Connoly (1983)

dan S. Lukes (1974) 9 menganggap bahwa kekuasaan sebagai suatu

konsep yang dipertentangkan (a contested concep) yang artinya

merupakan hal yang tidak dapat dicapai suatu konsensus.

Menurut ahli sosiolog Max Weber dalam buku Wirtschaft und

Gessellshaft (1922) 10. Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu

hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami

perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini.

3. Kampus

Kampus adalah tempat semua kegiatan belajar mengajar di

Perguruan Tinggi11.

9 Ibid,17.

10 Ibid,60.

(25)

14

4. Perilaku Sosial

Dalam paradigma perilaku sosial12 ini, adalah tingkah laku

individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan

yang menghasilkan akibat-akibat dan perubahan itu menimbulakan

pengaruh terhadap perubahan individu. Jadi terdapat hubungan

fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam

lingkungan aktor. Biasanya dalam perilaku sosial ini, manusia dikontrol

oleh norma.

Paradigma perilaku sosial ini dalam metodenya antara lain,

menggunakan. Intervensi, kuisioner dan observasi. Ada dua teori yang

termasuk kedalam paradigma perilaku sosial ini.

a. Behavior teori, (teori ini memusatkan perhatian pada hubugan

antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan

aktor dengan tingkah laku aktor lain).

b. Exchange teori, (teori ini dibangun dengan maksud sebagai reaksi

terhadap paradigma fakta sosial).

5. Pemilihan Umum Raya

Pemilihan umum raya sama halnya dengan pemilihan umum lainnya.

Yang membedakanya adalah tempat dan pelakunya. Pemilu raya dilakukan

dalam wilayah kampus yang pelakunya adalah mahasiswa, sedangkan

pemilihan umum diselenggarakan dalam suatu negara dan pelakunya adalah

warga negara tersebut.

(26)

15

Menurut Ali Murtopo dalam Pito13, pemilihan umum atau pemilu

adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya

dan merupakan lembaga demokrasi. Sedangkan menurut Aurel Croissant

dkk, pemilihan umum adalah bagian dari demokrasi. Tetapi pemilu saja

tidak menjamin demokrasi karena demokrasi memerlukan lebih dari sekedar

pemilu. Namun demokrasi perwakilan tergantung pada pemilu. Pemilu

bukan hanya mencerminkan kehendak rakyat dan mengintegrasikan warga

negara ke dalam proses politik saja, melainkan meligitimasi dan mengontrol

kekuasaan pemerintah14.

Pemilu Umum Raya yang selanjutnya disebut pemilu raya adalah

media pergantian pengurus dalam pemerintahan mahasiswa di Fakultas dan

Institut/universitas. Jadi pemilihan umum raya adalah istilah dari pemilu

yang diselenggarakan oleh mahasiswa dalam suatu kampus sebagai syarat

sistem demokrasi untuk mengadakan pergantian kepengurusan yang baik

dalam tingkat fakultas maupun tingkat institut.

6. Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Adalah Organisasi intra mahasiswa yang melekat pada pribadi

kampus UIN Sunan Ampel, dan memiliki kedudukan resmi di

lingkungan kampus tersebut. Organisasi ini mendapat pendanaan kegiatan

kemahasiswaan secara mandiri, dari pengelola perguruan tinggi UIN

Sunan Ampel dan dari Kementerian/Lembaga Pemerintah dan non

pemerintah untuk memajukan program kerja serta kemajuannya lainya.

13Toni Andrianus Pito,dkk, Mengenal teori-teori politik dari sistem politik sampai korupsi, Cet 1(Bandung: Penerbit Nuansa,2006), 299.

(27)

16

7. Politik Kekuasaan Kampus Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Lingkungan kampus merupakan simulasi dari kehidupan

masyarakat. Segala apa yang terjadi di dalam masyarakat juga terjadi di

lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, termasuk budaya

berpolitik. Kampus UIN Sunan Ampel merupakan miniatur negara,

seperti pemerintahan demokrasi yang sebenarnya. Di dalam kampus UIN

Sunan Ampel dalam lembaga mahasiswa juga ada yang namanya

lembaga eksekutif dan legislatif. Atau biasa disebut DEMA (Dewan

Eksekutif Mahasiswa) dan SEMA (Senat Mahasiswa). Dalam lembaga

tersebut tidak lepas yang namanya aroma politik. Budaya politik justru

mendapat tempat tersendiri di kampus ini. Bahkan organisasi-organisasi

ektra mahasiswa seperti, PMII, HMI, GMNI, dan lainnya yang

mempunyai kepentingan peran dan tujuan dalam dunia perpolikikan di

kampus. yaitu untuk menguasai pengkaderan yang ada di lingkungan

kampus khususnya mahasiswa. Maka dari itu, organisasi ektra mahasiswa

berbondong-bondong merebutkan jajaran kursi tertinggi lembaga

(28)

17

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penelitian memberikan gambaran tentang latar

belakang masalah yang akan diteliti. Selanjutnya, penelitian

menentukan fokus penelitian atau rumusan masalah dan

menyertakan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

konseptual, sistematika penelitian.

BAB II : KERANGKA ANALISA POLITIK KEKUASAAN KAMPUS PERSPEKTIF PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Serta peneliti memberikan gambaran tentang kajian pustaka yang

di arahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung

gambaran umum tema penelitian, kajian pustaka harus

digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus

memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam

menganalisis masalah yang akan dipergunakan guna adanya

implementasi judul penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang metode

(29)

18

yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, yang memuat apa

yang benar-benar peneliti lakukan di lapangan.

BAB VI :POLITIK KEKUASAAN KAMPUS: STUDI TENTANG PEMILIHAN RAYA DEWAN EKSEKUTIF MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2016

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang data-data

yang telah di analisis dan di sajikan. Selanjutnya peneliti akan

menganalisa dengan menggunakan teori-teori yang relevan

dengan tema penelitian. Peneliti juga memberikan gambaran

tentang data-data yang di peroleh, baik data primer maupun data

sekunder. Penyajian data akan di buat secara tertulis dan juga di

sertakan gambar-gambar atau tabel yang mendukung data. Dan

selanjutnya, akan di lakukan analisa data dengan menggunakan

teori yang sesuai penelitian.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari setiap

permasalahan dalam penelitian. Kesimpulan ini menjadi hal

terpenting pada bab penutup ini. Selain itu, peneliti juga

memberikan rekomendasi kepada para pembaca laporan

penelitian ini. Pada bab ini, menyertakan saran dan rekomendasi

(30)

BAB II

KERANGKA ANALISA POLITIK KEKUASAAN KAMPUS PERSPEKTIF PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN

A. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa karya tulis dari hasil penelitian yang terkait dengan judul

skripsi ini tentang

1. Skripsi Abdul Khalim, Dinamika Politik Mahasiswa (Studi Penolakan

Aliansi Partai Mahasiswa Untuk Perubahan dalam Pelaksanaan

Pemilihan Umum Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun

2013)1.

Isi pokok skripsi: bahwa aksi penolakan yang dilakukan APMP

terhadap pelaksanaan Pemilwa UIN Sunan Kalijaga Tahun 2013

dilandasi oleh dua faktor yaitu faktor subyektif dan faktor obyektif.

Faktor subyektif adalah kesadaran politik mahasiswa, perjuangan

ideologi partai politik mahasiswa, kepentingan untuk melakukan

perubahan dan menemukan sosok musuh bersama. Sementara faktor

obyektif adalah pembentukan undang-undang pemilwa yang tidak

aspiratif, partisipatoris, ketidak transparanan dalam pembentukan KPUM,

tidak dilibatkan dalam proses agenda Pemilwa dan dominasi partai

penguasa.

Kesamaan penelitian ini adalah membahas tentang politik

mahasiswa dalam pemilihan yang ada di kampus. Sedangkan perbedaan

(31)

20

penelitian ini adalah fokusnya, yaitu penelitian membahas tentang aksi

penolakan yang dilakukan APMP terhadap pelaksanaan pemilwa,

sedangkan penulis mengkaji masalah perebutan kekuasaan dan respon

mahasiswa pada saat pemira dengan tinjauan sosiologi pilihan rasional.

2. Skripsi Rahmatul Amaliyah, Strategi Pemenangan Pasangan Abdul

Khalid dan Siswadi (Aksi) dalam Pemilihan Umum Mahasiswa

(PEMILWA) UIN SUNAN KALIJAGA 20112.

Isi pokok skripsi: bahwa strategi pemenangan pasangan AKSI

dalam kontestasi Pemilwa UIN Sunan Kalijaga 2011, dimana terdapat

beberapa strategi yang dilakukan untuk proses pemenangan tersebut,

diantaranya: pertama, strategi keilmuan dengan mengajak pemilih

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga berdialektika tentang keilmuan maupun

tentang pendidikan politik bukan berbicara tentang politik praktis.

Kedua: melalui pendekatan ideologi partai. Dengan ideologi,

kekompakan simpatisasi partai maupun pemilih dapat diikat dalam satu

kesatuan tujuan. Ketiga, menjadi fakultas baru sebagai media untuk

mensosialisasikan visi, misi dan progam pasangan. Berangkat dari

mahasiswa fakultas yang terhitung baru, menjadikan harapan baru pula

dalam dinamika politik mahasiswa di kampus UIN Sunan Kalijaga.

Kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat masalah

pemilihan umum mahasiswa (PEMILWA) atau pemilihan raya

(PEMIRA) yang terjadi di kampus. Sedangkan perbedaannya adalah

(32)

21

tempat dan kajiannya. Perbedaan tempat, Pemilwa di UIN Sunan kalijaga

yogyakarta dan Pemira di UIN Sunan ampel surabaya. Perbedaan kajian,

penelitian ini mengkaji pada strategi pemenangan pasangan AKSI dalam

pemilwa UIN Sunan Kalijaga tahun 2011, penelitian penulis berfokus

pada proses perubutan kekuasaan dalam pemilihan raya UIN Sunan

Ampel Surabaya 2016.

3. Jurnal Dyah Ayu Herlyne Luvitasari, Partisipasi Politik Mahasiswa

dalam Pemilihan Umum Raya Jurusan Tahun 2013 Sebagai Upaya

Pembentukan Kehidupan Demokrasi di Lingkungan PMPKN FIS

UNESA3.

Isi pokok: bahwa untuk mendeskripsikan tingkat partisipasi politik

mahasiswa PMP-KN FIS UNESA dalam Pemilihan Umum Raya

(PEMIRA) Himpunan Mahasiswa Program Studi ( HIMAPRO) jurusan

PMP-KN tahun 2013 dan persepsi mahasiswa PMP-KN FIS UNESA

terhadap peran kegiatan PEMIRA HIMAPRO jurusan PMP-KN tahun

2013 dalam perwujudan nilai-nilai demokrasi. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan data partisipasi politik

mahasiswa PMP-KN angkatan 2007 rendah (33,84%) dan termasuk

partisipasi politik tertekan (apatis), partisipasi politik mahasiswa

PMP-KN angkatan 2008 rendah (46,90%) dan termasuk partisipasi politik

militant radikal, partisipasi politik mahasiswa PMP-KN angkatan 2009

rendah (47,02) dan termasuk partisipasi politik militant radikal,

(33)

22

partisipasi politik mahasiswa PMP-KN angkatan 2010 tinggi (51,69%)

dan termasuk partisipasi politik militant radikal, partisipasi politik

mahasiswa PMP-KN angkatan 2011 tinggi (56,72%) dan termasuk

partisipasi politik aktif, partisipasi politik mahasiswa PMP-KN angkatan

2012 tinggi (69,43%) dan termasuk partisipasi politik aktif. Hasil kedua

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa PMP-KN

FIS UNESA menyatakan bahwa kegiatan PEMIRA HIMAPRO jurusan

PMP-KN tahun 2013 berperan dalam perwujudan nilai-nilai demokrasi.

Kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat tema

tentang politik mahasiswa. Perbedaan penelitian adalah tempat, kajian

dan metode penelitian. Perbedaan tempat, penelitian ini bertempat di

UNESA dan penulis meneliti di UIN Sunan Ampel Surabaya. Perbedaan

kajian penelitian mengkaji masalah Partisipasi Politik Mahasiswa dalam

Pemilihan Umum Raya Jurusan Tahun 2013 Sebagai Upaya

Pembentukan Kehidupan Demokrasi. Penulis meneliti tentang masalah

perebutan kekuasaan kampus. Dan terakhir perbedaan metode penelitian.

Peneliti memakai metode penelitian kuantitatif, sedangkan penulis

memakai metode penelitian kaalitatif.

4. Skripsi Saepudin, MODEL PEMBELAJARAN DEMOKRASI

(34)

23

(Studi Kasus Terhadap Organisasi Kemahasiswaan di Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung)4.

Isi pokok skripsi ini, membahas tentang penyelenggaraan

pemilihan pimpinan organisasi di Ormawa tingkat Universitas melalui

mekanisme Pemilihan Umum (PEMIRA). Akan tetapi tingkat partisipasi

mahasiswa dalam penyelenggaraan Pemilu Raya Presiden dan Wakil

Presiden BEM REMA UPI masih dirasa kurang, hal tersebut nampak dari

jumlah pemilih yang memberikan suaranya dalam Pemilu. Dari 36.024

mahasiswa UPI yang terdaftar dalam Daftar Pemilih tetap (DPT) hanya

9.502 mahasiswa yang memberikan suara dalam Pemira. Kemelekan

politik sebagian pemilih dalam menentukan pilihan masih rendah, dalam

arti tidak semua pemilih melihat sosok pilihannya dari kapabilitas dan

eksistensinya sebagai aktivis mahasiswa. akan tetapi dari fisik calon serta

dari kedekatan antara pemilih dengan calon. Untuk meningkatkan

kemelekan politik mahasiswa, Ormawa di UPI menyelenggarakan

diskusi politik yang dikemas melalui kegiatan kajian yang membahas

isu-isu kampus sampai pada isu-isu-isu-isu seputar permasalahan politik di

Indonesia, seminar pendidikan politik, pelatihan legislatif mahasiswa,

dan lain sebagainya.

Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan organisasi

kemahasiswaan adalah gejala apatisme mahasiswa terhadap organisasi

(BEM REMA UPI) yang disebabkan oleh kurangnya pembinaan

(35)

24

kemahasiswaan oleh lembaga, kurangnya minat mahasiswa untuk

bergabung dalam organisasi, menurunnya tingkat kepercayaan

mahasiswa terhadap kinerja BEM REMA UPI, serta pembentukan

paradigma cepat lulus oleh Universitas. Pembelajaran demokrasi melalui

pengembangan organisasi kemahasiswaan dapat dilakukan dengan

menerapkan student organization models.

Kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat masalah

pemilihan umum mahasiswa (PEMIRA) yang terjadi di kampus.

Sedangkan perbedaannya adalah tempat dan kajiannya. Perbedaan

tempat, Peneliti betempat di Universitas Pendidikan Indonesia di

Bandung dan Penulis bertempat di UIN Sunan ampel surabaya.

Perbedaan kajian, penelitian ini mengkaji pada Pembelajaran demokrasi

melalui pengembangan organisasi kemahasiswaan, penelitian penulis

berfokus pada demokrasi sebagai proses perubutan kekuasaan.

B. Tinjauan Politik Kekuasaan Kampus 1. Politik

Sejak akhir abad XIX (ke-19) ilmu politik, secara bertahap

semakin kuat posisi dan kedudukannya, walaupun agak lambat

perkembangannya secara metodologi ilmiah pada masa lampau. Telah

pula ditegaskan keabsahan dan kemandiriannya sebagai suatu disiplin

ilmu tersendiri. Jadi jika ditinjau dari tahap perkembangannya sebagai

ilmu memang tak dapat disangkal bahwa ilmu politik agak tertinggal jika

(36)

25

Lalu mengapa ada pakar ilmu politik yang menyebut ilmu ini

sebagai ratu ilmu kemasyarakatan? Kemungkinan alasannya antara lain,

karena ilmu politik mempelajari serta memusatkan kajiannya pada

hal-ihwah yang menyangkut gejala-gejala yang paling hakiki dan yang

mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perjuangan untuk kekuasaan

(struggle for power), atau minimal perjuangan untuk hidup (struggle for

life) di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Selain itu, ilmu poitik

juga mempelajari negara dan pemerintahan yang merupakan organisasi

pada peringkat tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara bagi umat manusia. Hasrat untuk memperoleh kekuasaan, tak

dapat dihindari ada pada setiap manusia. Namun, hubungan-hubungan

antara menusia yang berdasarkan hasrat yang satu ini perlu pengaturan

dan pengendalian.

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang politik. Di awal perlu

dibahas tentang pengertian politik. Ilmu politik adalah ilmu yang

mempelajari politik atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai

kehodupan yang lebih baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gernah

ripah loh jinawi5.

Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak

dahulu masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat

masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber kehidupan, atau perlu

dicari suatu cara untuk distribusi sumber daya agar semua warga merasa

(37)

26

bahagia dan puas. Ini adalah politik6. Aristoteles memulai pembahasan dalam bukunya politics (ditulis tahun 335 SM), dengan kata-kata bahwa

“secara alamiah manusia adalah makhluk yang berpolitik” atau disebut

dengan zoon politikon. Yang dimaksud Aristoteles adalah bahwa politik

merupakan hakikat keberadaan manusia dalam bermasyarakat. Jika dua

orang atau lebih berinteraksi satu sama lain dalam menjalani kehidupan

di dunia, maka mereka tidak lepas dari keterlibatan dalam hubungan

yang bersifat politik.

Oleh karena itu, politik pada hakikatnya adalah bagian dari pada

umat manusia. Dan tidak bisa dipisahkan dari keterpaduannya dengan

berbagai aspek kehidupan. Setiap manusia melakukan hal-hal yang

bersifat politik serta berada dalam lingkungan yang disebut “sistem

politik”7.

Jika melihat definisi-definisi ilmu politik, yang sampai kini cukup

banyak ragamnya, dapat kita simpulkan bahwa ilmu politik adalah

hubungan antara manusia satu sama lain dalam bentuk adanya

pemahaman, penghayatan, sampai pengaturan mengenai hal-hal untuk

memperoleh, mempertahankan dan menyelenggarakan kekuasaan dalam

kehidupan masyarakat. Baik timbul dari hasrat manusia sendiri maupun

yang timbul dari proses interaksi di dalam masyarakat atau kesatuan

yang terorganisasi.

6 Ibid,14

(38)

27

Secara garis besar politik adalah berkenaan dengan kekuasaan

pengaruh, kewenangan pengaturan, dan ketaatan atau ketertiban. Maka

hal-hal yang menyangkut politik antara lain:

a. Kekuasaan (power)

b. Kewenangan (authority)

c. Ketaatan atau ketertiban (order)

Ilmu politik dalam hal yang sempit, memang menyangkut

hal-hal tentang negara dan pemerintahan. Namun, dalam arti yang luas

adalah mencakup sekitar 5 objek, sasaran atau pusat perhatian yaitu:

a. Negara (state)

b. Kekuasaan (power)

c. Pengambilan keputusan ( decisionmaking)

d. Kebijaksanaan (policy)

e. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)

1) Negara

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang

memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

Negara sebagai inti dari ilmu politik, memusatkan perhatiannyya

pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formalnya.

Roger F.soltau misalnya, dalam bukunya yang berjudul

introduktion to politich mengatakan bahwa “ilmu politik

(39)

28

yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara

dengan warganya serta hubungan antar negara.

2) Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok

untuk mengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai

dengan keinginan para pelaku.

Kekuasaan sebagai inti dari politik. Bahwa politik

menyangkut masalah tentang merebutkan dan mempertahankan

kekuasaan. Biasaanya dianggap sebagai perjuangan kekuasaan

dengan mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh

masyarakat.

3) Pengambilan keputusan

Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan di antara

beberapa alternatif, sedangkan istilah penggambilan keputusan

menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.

Pengambila keputusan sebagai konsep pokok dari politik

menyangkut keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan

masyarakat, dan dapat pula menyangkut kebijakan-kebijakan yang

diambil secara kolektif mengikat seluruh masyarakat.

Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula

(40)

29

4) Kebijakan umum

Kebijaka adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil

oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih

tjuan dan cara untuk mencapai tujuan itu, pada prinsipnya, pihak

yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai keputusan untuk

melaksanakannya.

Kebijakan umum menganggap bahwa setiap masyarakat

mempunyai beberapa tujuan bersama. Cita-cita bersama ini ingin

dicapai melalui usaha bersama, dan untuk itu perlu ditentukan

rencana-rencana yang mengikat, yang dituangkan dalam kebijakan

oleh pihak yang berwenang dalam hal pemerintahan.

5) Pembagian atau alokasi

Pembagian dan alokasi adalah pembagian dan penjatahan

nilai-nilai dalam masyarakat. Politik tidak lain dan tidak bukan

adalah Pembagian dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat.

Yang ditekankan oleh mereka adalah bahwa bagian ini sering tidak

merata dan karena itu menyebabkan konflik.

Dalam ilmu sosial, nilai adalah sesuatu yang dianggap baik

dan benar, diinginkan, mempunyai harga dan oleh karenanya

dianggap baik dan benar, sesuatu yang ingin dimiliki oleh manusia.

Nilai ini dapat bersifat absrak seperti penilaian atau suatu asas

(41)

30

mimbar. Nilai juga bisa bersifat konkret (material), seperti

kekayaan8.

2. Kekuasaan Sebagai Konsep Ilmu Politik

Diantara konsep politik yang banyak dibahas adalah kekuasaan.

Hal ini tidak mengerankan sebab konsep ini sangat krusial dalam ilmu

sosial pada umumnya dan dalam ilmu politik khususnya, malahan

pada suatu ketika politik dianggap identik dengan kekuasaan.

Biasanya kekuasaan diselenggarakan melalui isyarat yang jelas.

Ini sering dinamakan kekuasaan manifes (manifest power). Namun

kadang-kadang isyarat itu tidak ada.

Esensi dari kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi. Cara

untuk menyelenggaraka kekusaan berbeda-beda. Upaya yang paling

ampuh adalah kekerasan fisik. Kekuasaan dapat juga diselenggarakan

lewat kuersi (ceorcion), yaitu melalui ancaman akan diadakan sanksi.

Suatu upaya yang sedikit lebih lunak adalah melalui persuasi yaitu

proses penyakinan, argumentasi atau menunjuk pada pendapat seorang

ahli. Selain itu dapat digunakan pula cara lain. Cara lain ini adalah

dengan tidak mengatakan denda tetapi member ganjaran (reward) atau

isentif, imbalan, atau kompensasi.

3. Politik Sumber Kekuasaan

Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan, atau

kepercayaan. Selanjutnya kita perlu membedakan antara dua istilah

(42)

31

yang menyangkut konsep yaitu scope of power dan domain of power.

Cakupan kekuasaan (scope of power) menunjuk pada kegiatan,

perilaku, serta sikap dan keputusan yang menjadi obyek dari

kekuasaan. Dan istilah kekuasaan (domain of power) menjawab

pertanyaan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau kelompok

yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelaku, kelompok organisasi atau

kolektivitas yang kena kekuasaan.

Dalam suatu hubungan kekuasaan (power relationship) selalu

ada satu pihak yang lebih kuat dari pihak lain. Jadi, selalu ada

hubungan tidak seimbang atau asimetris. Ketidakseimbangan ini

sering menimbulkan ketergantungan (dependency) dan lebih timpang

hubungan ini, lebih besar pula sifat ketergantungannya. Hal ini oleh

generasi pemikir dekade 20-an sering disebut sebagai dominasi,

hegemoni dan penundukan.

4. Otoritas/Wewenang dan Legitimasi Sebagai Sumber Kekuasaan Ada beberapa pengertian yang erat dengan kekuasaan, yaitu

otoritas, wewenang dan legitimasi atau keabsahan. Seperti dengan

konsep kekuasaan, disini pun bermacam-macam perumusan

penemuan. Perumusan yang paling mengenai sasaran adalah definisi

yang dikemukakan oleh Robert Bierstedt dalam karangannya An

Analysis of Social Power yang mengatakan bahwa wewenang adalah

kekuasaan yang di lembagakan (institutionalized power). Dengan nada

(43)

32

dalam buku power and society wewenang adalah kekuasaan formal

(formal power). Dianggap bahwa yang mempunyai wewenang

(authoroty) berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat

paeraturan-peraturan serta berhak untuk mengharapkan kepatuhan

terhadap peraturan-peraturannya.

Selain konsep wewenang juga dikenal konsep legitimasi

(legitimacy) yang terutama penting dalam suatu sistem politik.

Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan anggota-anggotan

masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok,

atau penguasa adalah wajar dan patut dihormati. Kewajaran ini

berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan wewenang itu sesuai dengan

asas-asas dan prosedur yang sudah diterima secara luas dalam

masyarakat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan prosedur yang

sah. Jadi, mereka diperintah menganggap bahwa sudah wajar

peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang dikeluaran oleh

penguasa dipatuhi. Dilihat dari sudut penguasa, dapat disebut disini

ucapan A.M. Lipset legitimasi mencakup kemampuan untuk

membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa

lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang peling wajar

untuk masyarakat itu.

Jika suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai

dasar-dasar dan tujuan-tujuan masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan

(44)

33

setiap rezim dapat ditetapkan sampai minimum. Maka dari itu

pemimpin dari suatu sistem politik akan selalu mencoba membangun

dan mempertahankan keabsahan di kalangan rakyat karena hal itu

merupakan dukungan yang paling mantap.

5. Kekuasaan Sebagai Pengaruh

kekuasaan adalah pengaruh. Pada umumnya masyarakat

berpendapat bahwa kekuasaan dapat mengadakan sanksi dan

pengaruh. Namun dalam forum diskusi ilmiah sering dipertayakan

apakah kekuasaan dan pengaruh merupakan dua konsep yang berbeda,

dan apakah satu diantaranya merupakan konsep pokok. Jika benar

demikian yang manakah yang pengertian pokok.

Kekuasaan adalah untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan

orang lain melalui sanksi yang sangat berat yang akan benar-benar

dilaksanakan atau berupa ancaman sanksi. Pengaruh adalah suatu tipe

kekuasaan yang, jika seseorang yang dipengaruhi agar bertindak

dengan cara tententu, dapat dikataan terdorong untuk bertindak

demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan

motivasi yang mendorongnya.

Pengaruh biasanya tidak merupakan satu-satunya faktor yang

menentukan perilaku seseorang dan sering bersaing dengan faktor

lain. Bagi pelaku yang dipengaruhi masih terbuka alternatif lain untu

bertindak. Akan tetapi, sekalipun pengaruh sering kurang efektif

(45)

34

unsur psikologis dan menyentuh hati dan karena itu sering kali cukup

berhasil9.

6. Konsep Gramsci Tentang Hegemoni Kekerasan dan Konsensus

Hegemoni adalah suatu kelas dan anggotanya menjalankan

kekuasaan terhadap kelas-kelas dibawahnya dengan cara kekerasan

dan persuasi10. Gramsci menggunakan centaur metologi yunani yaitu setengah binatang setengah manusia, sebagai simbol dari suatu

tindakan politik. Antara lain, kekuatan dan konsensus, otoritas dan

hegemoni, kekerasan dan kesopanan. Hegemoni bukanlah hubungan

dominasi dengan menggunakn kekuasaan, melainkan hubungan

persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi.

Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus. Gramsci menggunakan

kata direzione (kepemimpinan, pengarahan) secara pergantian dengan

egemonia (hegemoni) dan berlawanan dengan dominazione

(dominasi).

7. Hubungan Masyarakat Dengan Proses Politik a. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan bagian dari kajian politik

dalam pengertian proses. Oleh karena itu, pengertian sosialisasi

politik senantiasa berkaitan dengan segenap proses dalam

kehidupan politik. Sosialisasi secara mendasar adalah proses hasil

(46)

35

belajar dari suatu pengalaman11. Sosialisasi memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam batas yang luas,

baik terkait dengan pengetahuan atau informasi, motif atau nilai

maupun sikap.

Dengan demikian, pengertian sosialisasi politik sedekit

banyak tidak bisa lepas darii pengertian-pengertian sosialisasi.

Sosialisasi politik adalah proses pengenalan sistem politik pada

seseorang, kelompok atau masyarakat serta respon yang mereka

berikan terhadap gejala-gejala politik yang ada dan mereka

hadapi. Lebih sederhana lagi, sosialisasi politik adalah proses

pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.

Sikap dan orientasi ini mendapatkan pengaruh kuat terhadap

tingkah partisipasi politik.

Dari segi bentuk dan metode penyampaian pesan politik,

sosialisasi politik dibagi menjadi dua kategori. Yaitu:

1. pendidikan politik.

2. indoktrinisasi politik.

Pendidikan politik merupakan suatu proses yang dialogik

antara pemberi dan penerima pesan. Mulai proses ini masyarakat

mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma dan simbol politik

negara dari berbagai pihak sistem politik.

(47)

36

Pendidikan politik cenderung hidup dan berkembang

dalam masyarakat dan sistem politik demokrasi. Fungsi lembaga

politik atau partai politik yang berada dalam payung sistem

politik demokrasi adalah pendidikan politik. Dengan demikian

sistem politik demokrasi, partai politik sesungguhnya memiliki

fungsi sosialisasi.

Indoktrinisasi politik adalah proses sepihak ketika

penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat

untuk menerima nilai, norma dan simbol yang mereka anggap

sebagai ideal dan baik.

b. Partisipasi Politik

Penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi yang

lebih luas dalam proses politik yaitu, adanya modernisasi disemua

bidang, perubahan struktur kelas, pengaruh kaum intelektual atau

kominikasi modern, konflik antar kelompok pemimpin politik dan

keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial,

ekonomi dan kebudayaan. Secara spesifik, kita dapat melihat

seorang individu dalam memberikan partisipasi politik.

Adapun definisi partisipasi politik menurut para ahli

sebagai berikut12:

Samuel Huntington dan Joan M. Nelson adalah kegiatan

warga preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi

(48)

37

pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Konsepnya berupa

kegiatan bukan sikap-sikap dan kepercayaan, memiliki tujuan

memengaruhi kebijakan publik dan dilakukan oleh negara

preman.

Michael Rush dan Philip Althoff adalah keterlibatan

individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik.

Konsepnya berupa keterliibatan individu dalam sistem politik dan

memiliki tingkatan partisipasi.

Miriam Budiarjo adalah kegiatan seseorang atau

kelompok untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan politik

yaitu dengan cara memilih pemimpin negara dan secara langsung

atau tidak langsung, memengaruhi kebijaka pemerintahan.

Konsepnya berupa kegiatan idividu atau kelompok dan bertujuan

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan

publik atau memengaruhi kebijakan publik.

Berdasarkan beberapa definisi diatas terdapat substansi

mengenai partisipasi politik antara lain:

1) Kegiatan nyata.

2) Bersifat sukarela.

3) Dilakukan oleh warga negara atau masyarakat biasa baik

individu maupun kelompok.

4) Memiliki tujuan ikut serta dalam kehidupan politik,

(49)

38

5) Memiliki tingkatan partisipasi.

c. Demokrasi

Demokrasi merupakan suatu perkembangan sekaligus

pilihan dari sistem politik yang digunakan dalam suatu negara.

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos artinya rakyat

atau penduduk setempat dan kartos yang artinya pemerintahan.

Secara bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat banyak.

Dan manurut istilah adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,

untuk rakyat. Jadi kekuasaan negara berada ditangan rakyat dan

segala tindakan negara ditentukan oleh kehendak rakyat13.

Dalam pelaksanaannya, demokrasi sangat membutuhkan

berbagai lembaga politik yang dapat menompang

keberlangsungan suatu sistem demokrasi yang baik. Ada 6

lembaga yang dibutuhkan dalam penerapan sistem demokrasi

yakni:

1) Para pejabat yang dipilih.

2) Pemilihan umum.

3) Kebebasan berpendapat.

4) Akses informasi alternatif.

5) Otonomi asosiasional.

6) Hak kewarganegaraan yang inklusif.

(50)

39

8. Kampus Sebagai Kantong Perubahan

Pembicaraan tentang kampus segera mengingat seseorang akan

kehidupan ilmiah dengan ciri utama kebebasan berfikir dan

berpendapat, kreatifitas, argumentatif, tekun dan melihat jauh kedepan

sambil mencari manfaat praktis dari suatu ide atau penemuan14. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kampus adalah tempat

semua kegiatan belajar mengajar di Perguruan Tinggi15. Perpaduan ciri tersebut dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup

tersendiri yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang

menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat atau

sering sebut dengan agen of change and control.

Peran kampus sebagai pusat pembaharuan masyarakat telah

menjadi fokus baru kehidupan kampus sampai awal kemerdekaan.

Revolusi dan kemerdekaan dengan segala aspirasi serta inisiatif yang

dibuahkannya telah memberikan peran aktif maupun pasif kampus di

dalam proses politik.

Tinjauan terhadap intelektual kampus dengan lingkungannya

yaitu masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadapnya

membawa kita kepada dua kemungkinan. Pertama, kampus

mengambil inisiatif melalui penawaran karya, gerakan pembaharuan

sampai gerakan politik. Dan kedua, kampus bersikap pasif maksutnya

hanya menanpung dan memberikan reaksi kepada inisiatif pihak luar

(51)

40

sehingga kampus dijadikan arena kekuatan-kekuatan politik atau

patner yang sederajat dengan birokrasi16. 9. Makna Politik Dari Organisasi Mahasiswa

Selain ilmu, apakah yang menarik diperbincangkan bagi

kalangan aktifis mahasiswa? Jawaban yang muncul pertama kali

adalah politik. Ya, politik tidak bisa lepas dari aktifis kampus. Selain

politik sebagai alat mewujudkan cita-cita organisasi, politik juga

memiliki pelajaran implementasi pelatihan kepemimpina yang digeluti

mahasiswa.

Tidak asing lagi, organisasi mahasiswa seperti PMII, HMI,

GMNI, PMKRI dan organisasi mahasiswa lainnya, yang pertama

diajarkan adalah memberikan nilai-nilai dasar masing-masing

organisasi. Karena organisasi membutuhkan proses regenerasi,

tentunya diperlukan pelatihan kepemimpinan, berlomba-lomba

menjadi pucuk pimpinan dalam suatu organisasi adalah fenomena

yang lazim dikalangan aktifis.

Dinamika pergerakan adalah bagian dari proses politik. Makna

politik memang banyak, setiap orang memiliki kesimpulan tersendiri

dalam mengartikan politik. Salah satu arti politik bagi kalangan aktifis

adalah sebagai alat perjuangan17. Ya, politik diartikan sebagai alat memperjuangkan ideologi organisasi. Dengan politik, perwakilan

organisasi bisa dikirimkan menduduki posisi strategis. Sebagai

(52)

41

contoh, dalam memperebutkan kepengurusan senat mahasiswa biasa

akan diwarnai dari aktifis barbagai organisasi. Saat itulah mereka akan

merebutkan posisi tertinggi.

Siapa yang menag dalam kompetesi merebutkan senat, itulah

yang akan mudah mewujudkan misi organisasi. Alasannya jelas,

dengan merebutkan sektor di senat mahasiswa, organisasi memiliki

wewenang membuat kebijakan. Kebijakan itulah yang dimanfaatkan

sebagai penyalur misi organisasi.

Proses merebutkan senat, proses membuat kebijakan, bagaimana

stategi kebijakan, hingga siapa sasaran kebijakan adalah bagian dari

politik. Atau tepatnya, bagi kalangan mahasiswa adalah proses belajar

politik.

Proses politik mahasiswa biasanya terjadi.

Kontruksi-dekontruksi-rekontruksi adalah bagian tak terpisahkan bagi pelajaran

politik mahasiswa. Apalagi konflik, adalah bagian yang harus ada

dalam sebuah proses politik. Tujuannya, membuat karakter dan mental

pemimpin dalam berorganisasi. Bahkan kritik pribadi.

Sedikitnya begitulah fungsi politik bagi kalangan aktifis

mahasiswa. Mereka akan mampu memahami banyak watak dan kultur

dari banyak orang. Itulah pentingnya belajar politik.

(53)

42

C. Pilihan Rasional James S. Coleman

Dalam penelitian ini menggunakan teori Pilihan Raional James S.

Coleman. Teori Pilihan Rasional secara umum berada pada posisi marginal

dalam arus utama teori sosiologi. Teori pilihan rasional menjadi salah satu

teori “panas” dalam sosiologi kontemporer.

Coleman berargumen bahwa sosiologi seharusnya memusatkan

perhatian pada sistem sosial namun fenomena makro tersebut harus

dijelaskan oleh faktor di dalamnya, dengan individu sebagai prototepinya. Ia

lebih suka bekerja pada level ini karena beberapa alasan, termasuk fakta

bahwa biasanya data dikumpulkan pada level individu dan selanjutnya harus

disusun agar berkembang pada level sistem. Di antara alasan memilih fokus

pada level individu adalah bahwa individulah tempat “ intervensi” pada

awalnya untuk menciptakan perubahan sosial. Inti perspektif Coleman

adalah gagasan bahwa teori sosial tak hanya merupakan latihan akademis,

tetapi harus dapat mempengaruhi kehidupan sosial melalui “intervensi”

tersebut18.

Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan

dasarnya bahwa “tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan

juga tindakan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)”. Namun

kemudian coleman berargumen bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia

memerlukan konsep yang yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang

berasal dari ilmu ekonomi, konsep yang melihat aktor memilih

(54)

43

tindakan yang akan memaksimalkan keuntungan, atau pemuasan kebutuhan

dan keinginannya.

Ada dua elemen kunci dalam teorinya yaitu aktor dan sumber daya.

Sumber daya adalah hal-hal yang dikendalikan aktor dan yang

diinginkannya. Berdasarkan dua elemen ini, Coleman memerinci bagaimana

interaksi keduanya mengarah pada level sistem :

Basis minimal bagi sistem tindakan sosial adalah dua aktor, yang

masing-masing memiliki kontrol atas sumber daya kepentingan satu sama

lain. Adalah kepentingan setiap orang akan sumber daya agar berada di

bawah kontrol orang lain, yang bawa keduanya, sebagai aktor yang memiliki

tujuan, terlibat dalam tindakan yang melibatkan satu sama lain. Satu sistem

tindakan adalah struktur ini, bersama dengan fakta bahwa aktor memiliki

tujuan, masing-masing memiliki tujuan untuk memaksimalkan realisasi

kepentingannya, yang memeberikan karakter interdependen, atau karakter

sistemis, kepada tindakan-tindakan mereka19.

Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu

berperilaku rasional, tetapi ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh

pada teorinya. Ia berasumsi bahwa ramalan teoritis yang ia buat adalah

untuk melihat apakah aktor bertindak tepat menurut rasionalitas atau

menyimpang dari cara-cara yang diamati (menyimpang dari rasionalitas).

Tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan

perhatian pada masalah hubungan makro-mikro atau bagaimana cara

Gambar

Tabel 3.1: Daftar Informan Penelitian ...........................................................
Gambar  4.1: Logo Partai Republik Mahasiswa ..........................................
Gambar. 4.1
  Gambar 4.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITAS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI UIN SUNAN AMPEL

Sebagai Mahasiswa yang besar di kota Surabaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel merupakan Dalam penelitian ini Mahasiswa Universitas Islam Negeri Surabaya merupakan sekelompok

Dan dapat disimpulkan bahwa perspektif etika dalam melihat perilaku individual pengguna smartphone di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, menyatakan bahwa

2. Deskripsi Hasil Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif untuk Men angani Gangguan Sikap Avoidant pada Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah menjalankan tahap

Terdapat empat motif yang didapat dari penelitian ini, diantaranya adalah (1) Motif untuk menemukan informasi, mahasiswa Ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Motivasi mahasiswa berinvestasi di pasar modal syari’ah melalui Galeri Investasi Syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya yang utama ialah motivasi memperoleh keuntungan

Objek material dari penelitian ini adalah fenomena gaya hidup generasi langgas di UIN Sunan Ampel Surabaya, menfokuskan pada kesenangan mahasiswa yang meliputi cara mereka

Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Religious Faith dengan Happiness pada Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya Angkatan 2016. Hasil penelitian