PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN METODE UMMI
(Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Keislaman Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Oleh A. Yusuf MS.
NIM : F1.3.2.12.163
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi (Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)
Penulis : A. Yusuf MS.
NIM : F1.3.2.12.163
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Kata Kunci : Penggunaan Media Visual, Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ( Studi Kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo)
Penelitian ini pada dasarnya untuk mendeskripsikan serta menganalisis sejauh mana upaya yang dilakukan oleh SD Al Falah Assalam Sidoarjo mengenai penggunaan media visual (Peraga Paralel) dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi, yang dalam penelitiannya dapat penulis analisis melalui proses dalam 3 rumusan masalah yaitu; Bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Model Ummi, Bagaimana hasil penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi, Apa saja kendala penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi serta pengambilan sampel. Teknis analisis data menggunakan analisis deskriptif, dan penelitian ini berlokasi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
TRANSLITERASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8
C.Rumusan Masalah ... 8
D.Tujuan Penelitian ... 9
E.Kegunaan Penelitian ... 9
F.Kerangka Teoritik ... 11
G.Penelitian Terdahulu ... 15
H.Metodologi Penelitian ... 19
BAB II: KAJIAN TEORI
A.Media Pembelajaran ... 26
1.Pengertian Media Pembelajaran ... 26
2.Ruang Lingkup dan Fungsi Media Pembelajaran ... 30
a, Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 30
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 32
c. Kedudukan Media dalam Pembelajaran ... 36
d. Media Visual ... 36
e. Istilah-istilah Pokok Seputar Media Pembelajaran ... 37
f. Prinsip Media Pembelajaran ... 41
g. Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran ... 42
h. Komponen-komponen Pembelajaran ... 44
B.Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 53
1.Buku atau Metode yang Bermutu ... 53
2.Guru yang Bermutu ... 53
3.Sistem yang Berbasis Mutu ... 54
C.Tujuh Program Dasar Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi59 1. Tashih Baca al-Qur’an ... 59
2. Tahsin ( Standarisasi Bacaan Guru) ... 59
3. Sertifikasi Guru al-Qur’an ... 60
4. Coach (Pendampingan Implementasi Metode Ummi) ... 60
5. Supervisi (Pemastian Panjagaan Mutu Metode Ummi) ... 60
6. Munaqashah (Kontrol Eksternal Kualitas ) ... 60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III: PENYAJIAN DATA ... 62
A.Tempat Penelitian ... 62
B.Sejarah Berdirinya SD Al Falah Assalam Sidoarjo ... 62
C.Program Pendidikan di Tingkat Dasar ... 64
D.Visi dan Misi ... 65
E.Strategi Penjamin Mutu ... 65
F.Gedung dan Sarana Prasarana ... 66
G.Struktur Organisasi SD Al Falah Assalam ... 69
H.Kepala Sekolah ... 70
I.Guru Pengajar Mata Pelajaran Umum ... 70
J.Guru Pengajar al-Qur’an ... 74
K.Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 75
1.Sejarah Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 75
2.Metodologi Mrtode Ummi ... 76
3.Tahapan-Tahapan Mengajar Metode Ummi ... 79
4.Target Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi ... 80
5.Pokok-Pokok Bahasan Buku Metode Ummi ... 82
6.Petunjuk Umum Mengajar al-Qur’an Metode Ummi ... 84
7.Metodologi Cara Mengajar Buku Metode Ummi ... 85
8.Metodologi Cara Menggunakan Peraga Metode Ummi .... 89
L.Data Rekapitulasi Lulus Munaqashah dan Khataman ... 95
BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 97
1. Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an 97
2. Sistematika Penggunaan Media Visual dalam Tahapan Pembelajaran al-Qur’an ... 98
3. Cara Penggunaan Media Visual Peraga Paralel ... 99
B. Hasil Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo ... 100
1. Rekap Nilai Harian Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 100
2. Nilai Tes Akhir Siswa dalam Pembelajaran al-Qur’an dengan Menggunakan Peraga Lama dan Peraga Paralel ... 103
3.Nilai Positif Media Visual Peraga Paralel ... 106
C. Kendala Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo . 112 1. Media Visual Peraga Paralel Sedikit Menyita Waktu Saat Tahapan Apperspsi ... 112
2. Harga Relatif Lebih Mahal ... 113
BAB V: PENUTUP ... 115
A. Simpulan ... 115
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119 DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mu‟jizat yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW, dengan perantara malaikat Jibril yang diriwayatkan
secara mutawattir, dan membacanya termasuk ibadah.1
Sebagai awal upaya untuk mencetak generasi Islam yang berwawasan
Qur'ani adalah mendidik mulai usia anak dan menanamkan kecintaan yang tinggi
terhadap al-Qur'an serta berusaha untuk mempelajarinya dengan baik. Bidang
pendidikan dan pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting, sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari
meriwayatkan dari Uthman bin „Affan R.A. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
ْه م ْمكرْيخ
هم
َ
لعو نآْرقْلا م
َ
لعت
Artinya: “Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya” (H.R. Bukhari) 2
Dari hadith di atas jelaslah bahwa Rasulullah SAW., memerintahkan kita
untuk mempelajari, mengkaji, mengajarkan, memahami dan mengamalkan isi dari
al-Qur‟an, karena setiap orang yang memelihara dan membaca al-Qur‟an
dilindungi oleh Allah SWT.
Membaca al-Qur'an tidak seperti membaca koran, majalah, buku atau
1 Ahsin al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur'an (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 1.
2 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi, Tarjamah Riadh as-Sha>lihin, Penerjemah : Salim
2
lainnya yang hanya sekedarnya saja. Tetapi membaca al-Qur‟an mempunyai
kaidah tertentu agar ketika membacanya tidak mengalami kekeliruan makna yang
akan berakibat dosa bagi para pembacanya.
Karena membaca al-Qur'an termasuk ibadah yang akan
mendapat pahala dari Allah SWT. Oleh karena itu, membaca al-Qur‟an dituntut
kebenaran, kelancaran, kefasihan dalam arti sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya.
Perintah membaca al-Qur‟an dalam wahyu pertama Q.S. al-„Alaq bukan
sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali
mengulang-ulangi bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai
batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
mengulang-ulangi bacaan Bismirabbika (demi karena Allah), al-Qur‟an akan
menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu juga.3
Begitu sentralnya posisi al-Qur‟an dalam agama Islam, maka tidak ada
satu bacaanpun selain al-Qur‟an yang dipelajari, dibaca dan dipelihara aneka
macam bacaannya, yang jumlahnya lebih dari sepuluh serta ditetapkan tata-cara
membacanya. Mana yang harus dipanjangkan atau dipendekkan, dipertebal
ucapannya atau diperhalus, dimana tempat-tempat berhenti yang boleh, yang
dilanjutkan atau dilarang, bahkan sampai pada lagu dan irama yang
diperkenankan dan yang tidak. Bahkan lebih jauh lagi, sampai pada
sikap dan etika membacapun mempunyai aturan-aturan tersendiri.4
3 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu'i Oleh Berbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 2007), 6.
3
Fungsi lain dari al-Qur‟an adalah menjadi bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW. sebagai utusan Allah SWT. Bukti kebenaran tersebut melalui
beberapa tahapan tantangan. Pertama, menantang siapapun yang meragukan
tentang keaslian susunan al-Qur‟an secara keseluruhan. Kedua, menantang mereka
yang meragukan al-Qur‟an untuk menyusun sepuluh surat semacam al-Qur‟an.
Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam al-Qur‟an.5
Sangat tepat sekali Allah memberikan nama al-Qur‟an, karena secara
harfiyah berarti “ bacaan sempurna “, karena tidak ada satu bacaanpun yang di
kenal manusia yang dapat menandingi keindahan dan keagungan al-Qur‟an. Bacaan
yang sempurna lagi mulia dan mendapat pahala bagi yang membacanya.
Tidak ada bacaan seperti al-Qur‟an yang dapat dipelajari tidak hanya
susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungan isinya yang
tersurat dan tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang ditumbuhkannya. Berangkat
dari fenomena ini kemampuan membaca al-Qur‟an merupakan dasar bagi ummat
Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam baik bagi
dirinya sendiri ataupun untuk disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu
upaya peningkatan kemampuan membaca al-Quran merupakan tuntutan yang
sangat mendesak untuk dilaksanakan, untuk itu mencari dan menentukan format
dan cara baru untuk mempermudah dan mempercepat belajar membaca al-Qur‟an
sangat diperlukan.
4
Saat ini banyak sekolah atau lembaga pendidikan Islam dalam muatan
kurikulumnya ada materi pembelajaran al-Qur‟an, dimana setiap siswa dituntut
mampu mambaca al-Qur‟an dengan baik dan benar.
SD Al Falah Assalam Sidoarjo merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam yang memberikan jaminan bahwa setiap siswa yang lulus dari sekolah
tersebut memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, artinya
mampu membaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.6
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satunya
terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin dicapai pada proses
pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal
pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu.
Dengan memahami karakteristik peserta didik, pendidik akan dapat
merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan
pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
Disamping itu masalah penting yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran, termasuk pembelajaran al-Qur‟an adalah memilih atau menentukan
media pembelajaran yang digunakan dan cara menggunakan media pembelajaran
yang ada.
6 Wawancara dengan Bapak Sholikuddin, Kepala Sekolah SD Al Falah Assalam Sidoarjo, Selasa, 18
5
Media merupakan alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang sengaja
digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi
pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.7
Dalam kegiatan belajar mengajar sering pula pemakaian kata media
pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan
pengajaran, komunikasi pandang-dengar, pendidikan alat peraga pandang,
teknologi pendidikan, alat peraga dan media penjelas.8
Fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun secara lebih
rinci dan utuh media pembelajaran berfungsi untuk :9
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran
b. Meningkatkan gairah belajar siswa
c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar
d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan
e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam
f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran
g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di era kemajuan teknologi saat ini, media pembelajaran juga mengalamai
kemajuan yang sangat banyak dalam berbagai hal, salah satunya adalah bentuk
maupun jenis dari media itu sendiri.
Dalam pembelajaran media memberikan manfaat yang cukup banyak
dalam membantu kenerhasilan proses belajar mengajar siswa. Salah satu media
7 HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran ( Jakarta: PT. Prestasi
6
yang membantu proses belajar mengajar adalah media visual. Dalam pembelajaran
al-Qur‟an media visual mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang materi yang akan disampaikan agar lebih mudah diterima dan dipahami
oleh siswa termasuk ketika guru mengajarkan atau mengenalkan huruf-huruf
hijaiyah dan huruf-huruf yang berharakat.
Disinilah peran media yang lain yang memungkinkan secara spesifik
mampu memberikan kemudahan dan menjadi nilai tambah dalam memberikan
pemahaman materi yang disampaikan khususnya bagi siswa yang sedang belajar
diharapkan mendapatkan kemudahan dalam menerima materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Al Falah Assalam Sidoarjo, saat ini
pembelajaran al-Qur‟annya menggunakan Metode Ummi, yaitu salah satu dari
sekian banyak metode pembelajaran al-Qur‟an yang ada di Indonesia. 10
Pembelajaran al-Qur‟an di SD Al Falah Assalam Sidoarjo, dalam prosesnya
pembelajarannya menggunakan media visual dalam menyampaikan materi kepada
siswa. Media visual yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur‟an diantaranya
disebut dengan media paralel, yaitu media yang berbentuk persegi yang berisi
huruf-huruf tunggal atau huruf-huruf hijaiyah dari alif sampai ya‟ berharokat fathah
yang tersusun secara paralel menjadi 3 bagian, yang masing-masing huruf
8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 6.
9 Musfiqon, Pengembangan Media, 35.
10 Dalam pembelajaran “Metode Ummi” secara substansi memiliki nilai kelebihan dengan
7
diletakkan sejajar 3 huruf dan dipasang secara paralel yang dapat dibuka dan
ditutup setiap hurufnya serta bisa digunakan sesuai yang diinginkan.
Media visual (peraga paralel) di SD Al Falah Assalam Sidoarjo digunakan
pada siswa kelas 1 yang belajar al-Qur‟an buku Metode Ummi Jilid 1, karena buku
Metode Ummi Jilid 1 materinya tentang pengenalan huruf-huruf tunggal berharakat
fathah, misalnya seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1.1: Media visual (peraga paralel )
Penulis melihat kelompok pembelajaran al-Qur‟an yang menggunakan
8
belajar siswanya lebih antusias dalam mengikuti pelajaran serta kualitas hasil
belajar siswa terlihat lebih baik. Untuk itulah penulis mengkaji lebih mendalam
tentang pennggunaan media visual (peraga paralel) dalam keberhasilan
pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi siswa SD Al Falah Assalam Sidoarjo.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi suatu
permasalahan yaitu bagaimana penyampaian pembelajaran al-Qur’an yang baik
dan efektif?, bagaimana kualitas bacaan al-Qur’an yang baik, benar dan lancar?,
apa hubungan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dengan kualitas guru
al-Qur’an?, alat peraga atau media apa yang sebaiknya digunakan dalam
pembelajaran al-Qur’an?, apa yang harus dilakukan sekolah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas guru?
Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan lebih fokus, perlu
adanya pembatasan masalah yang dikaji. Maka masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah tentang bagaimana langkah-langkah penggunaan media
visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi dan bagaimana hasil
penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al
Falah Assalam Sidoarjo.
9
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam pembelajaran
al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
2. Bagaimana hasil penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an
Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
3. Apa saja kendala dalam penggunaan media visual dalam pembelajaran
al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penggunaan media visual dalam
pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil penggunaan media visual dalam
pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
3. Untuk mengetahui apa kendala penggunaan media visual dalam pembelajaran
al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo?
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang
telah ada dan temuan-temuan penelitian sebelumnya, serta dapat memberikan
motivasi dan dasar pijakan untuk penelitian sejenis pada masa yang akan
10
2. Secara praktis, dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
pada instansi pendidikan dan kalangan yang terkait sebagai berikut :
a. SD Al Falah Assalam Sidoarjo; bahwa hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran al-Qur‟an yang baik,
efektif dan inovatif dengan menggunakan media visual (peraga paralel),
dengan harapan dapat dijadikan motivasi dan dorongan bagi para guru
al-Qur‟an dalam meningkatkan efektifitas mengajar al-Qur‟an
b. Kepala Sekolah, koordinator al-Qur‟an serta guru-guru al-Qur‟an SD Al
Falah Assalam Sidoarjo; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
dasar pijakan pemilihan alternatif media atau alat peraga yang baik dan
lebih efektif yang dapat menunjang hasil pembelajaran al-Qur‟an di
lembaga.
c. UIN Sunan Ampel Surabaya; penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
literatur tambahan serta penggunaan media pembelajaran yang lain dalam
pembelajaran al-Qur‟an di sekolah atau di lembaga pendidikan Islam.
d. Ummi Media Center dan Lembaga Ummi Foundation; hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar pijakan pentingnya penggunaan media
yang lain dalam menunjang proses pembelajaran al-Qur‟an Metode
Ummi.
e. Peneliti; hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi peneliti dalam
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran al-Qur‟an dengan
menggunakan media visual atau alat peraga yang lain sebagai sebuah
11
media yang umumnya sudah ada dan biasa dipakai dalam pembelajaran
al-Qur‟an di lembaga atau di sekolah.
F. Kerangka Teoritik
Tesis ini berjudul “Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran
al-Qur‟an Metode Ummi” ( Studi kasus di SD Al Falah Assalam Sidoarjo).
Sebelum penulis membahas lebih lanjut, terlebih dahulu perlu penulis
menguraikan kata-kata yang terdapat pada judul di atas agar tidak terjadi salah
faham dalam memahami judul tersebut.
Adapun kata-kata yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan
Kata “Penggunaan” berasal dari kata “guna” kemudian mendapatkan
awalan “pe” dan akhiran “an”. Kata ini mempunyai arti proses, perbuatan,
cara mempergunakan sesuatu. 11 Penggunaan berarti proses atau cara
mempergunakan media visual ( peraga paralel) dalam pembelajaran
al-Qur‟an Metode Ummi dengan melalui proses tahapan-tahapan pembelajaran
yang telah direncanakan.
2. Media Visual (Peraga Paralel)
Memahami makna media, bahwa kata media berasal dari bahasa latin
12
„perantara‟ atau „pengantar‟.12 Pengertian media secara terminologi sangat
beragam, sesuai sudut pandang para pakar media pendidikan. Sebagaimana
yang dikutip oleh Sadiman dalam buku pengembangan media dan sumber
pembelajaran, bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.
Sedangkan media visual (peraga paralel) sendiri merupakan bagian dari
hasil pengembangan media flash card . Flash card berasal dari bahasa Inggris
flash (cepat), card (kartu). Jadi flash card merupakan media sederhana yang
menggunakan kartu kecil, yang berisi gambar, teks atau tanda symbol yang
mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
gambar itu.13 Flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm atau dapat disesuaikan
dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad misalnya dapat
digunakan untuk latihan mengeja lancar (dalam bahasa arab atau bahasa
inggris). Kartu yang berisi gambar-gambar (benda, binatang dan sebagainya)
dapat digunakan untuk melatih siswa, mengeja dan memperkaya kosa kata.
Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk
memberikan respon yang diinginkan. Misalnya dalam latihan memperlancar
bacaan-bacaan sholat, gambar setiap gerakan dalam sholat dibuat di atas flash
card.14
11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 286.
13
Sedangkan media visual dalam bentuk paralel sendiri merupakan media
yang berbentuk persegi yang berisi huruf-huruf tunggal atau huruf-huruf
hijaiyah dari alif sampai ya‟ berharokat fathah yang tersusun secara paralel
menjadi 3 bagian yang masing-masing huruf diletakkan sejajar 3 huruf dan
dipasang secara paralel yang dapat dibuka dan ditutup setiap hurufnya serta
bisa digunakan sesuai yang diinginkan.15
Sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya Levie
and Levie yang berjudul Pictorial Memory Processes, menunjukkan hasil-hasil
penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau
visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil
belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.16
Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini
merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding hypothesis
(hipotesis koding ganda) dari Paivio.
3. Pembelajaran al-Qur‟an
15Pada dasarnya pembelajaran Metode Ummi identik dengan pemikiran seorang tokoh teori
pembelajaran Burrhus Frederick Skiner yaitu lebih menekankan pada penguatan atas stimulus dan respon, artinya (1) Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang-ulang; dan (2) Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan. Atau seperti yang terdapat pada latar belakang awal bahwa sebuah penguatan adalah segala sesuatu yang meningkatkan probabilitas terjadinya kembali suatu respons. B.R. Hergenhahn Matthew H. Olson, Theories Of Learning, (America: hamline University, 2008), 84-85.
16 Levie, W. Howard dan Levie, Diane, Pictorial Memory Processes, (AVCR. Vol. 23 No.1 Spring
14
Kata “Pembelajaran” berasal dari kata “ajar” kemudian mendapat
awalan “pe” dan akhiran “an”. Kata ini mempunyai arti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan.17
Pembelajaran al-Qur‟an berarti proses cara mengajar atau mengajarkan
huruf-huruf al- Qur‟an atau mengajarkan cara membaca huruf-huruf al-Qur‟an.
Pemahaman pada tingkat pembelajaran al-Quran dirasa masih membutuhkan
perhatian dan bantuan terutama pada tingkat materi yang akan disampaikan
oleh guru.
4. Metode Ummi
Metode Ummi adalah sebuah metode pembelajaran al-Qur‟an dengan
menggunakan pendekatan bahasa ibu, yaitu: metode langsung (tidak banyak
penjelasan), senantiasa diulang-ulang, dan diajarkan dengan penuh kasih
sayang yang tulus serta penuh kesabaran.18
Dalam hal ini, maka yang di maksud dengan pembelajaran al-Qur‟an
Metode Ummi adalah cara yang di tempuh oleh guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran al-Qur‟an secara mudah, menyenangkan, cepat dan efektif
dengan menggunakan buku Belajar Mudah Membaca al-Qur‟an Metode Ummi
yang cara pembelajarannya dengan cara langsung dibaca, diulang-ulang dan
diajarkan dengan penuh kasih sayang serta penuh kesabaran.
5. SD Al Falah Assalam Sidoarjo
17 EM Zul Fijri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), 50.
18 Masruri, Modul Sertifikasi Guru al-Qur’an Metode Ummi (Surabaya: Lembaga Ummi
15
SD Al Falah Assalam Sidoarjo adalah kelompok belajar al-Qur‟an
siswa SD Al Falah Assalam Sidoarjo yang berdomisili di Jalan Wisma
Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.
Dari penjelasan tentang judul tesis yang penulis susun bahwa
pengembangan media itu seharusnya digunakan oleh setiap guru dalam upaya
untuk mensukseskan pembelajaran al-Qur‟an serta untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran al-Qur‟an.
Penelitian diawali dengan menyusun proposal tesis, mengkaji berbagai
referensi yang berkaitan dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan
pembimbing, penyempurnaan proposal berdasarkan masukan dari penguji proposal
tesis. Setelah melakukan penelitian atas semua hasil, maka kegiatan yang dilakukan
adalah menyusun laporan dan menyempurnakan laporan.
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SD Al Falah Assalam Sidoarjo,
dengan alamat Jalan Raya Wisma Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.
G.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu disini adalah bentuk penelitian ilmiah yang sudah
pernah dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa karya tulis dalam bentuk tesis, disertasi dan jurnal.
1. Zuni Rahmawati, Pengembangan Model Flash Card dalam Meningkatkan
16
Mambaul Ulum Kecamatan Semampir Surabaya.19 Melalui penelitian
lapangannya dengan model penelitian eksperimen di MI Mambaul Ulum
Kecamatan Semampir Surabaya didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
kemampuan mengingat antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,
sehingga dalam hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model flash
card terhadap peningkatan daya ingat siswa dalam pembelajaran bahasa arab.
2. Nur Syahriyani, Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal Display (LCD)
terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Ditinjau Dari Minat Belajar
Siswa di SMA Negeri 15 Surabaya.20 Melalui penelitian lapangannya yang
dilaksanakan di SMA Negeri 15 Surabaya bahwa pemanfaatan media elektronik
seperti transparansi LCD dibidang pembelajaran telah banyak dilakukan di
sekolah-sekolah. Agar pelajaran lebih menarik, maka perlu dikemas dengan
disampaikan menggunakan multimedia yaitu dengan menggunakan LCD. Dari
penelitian itu prestasi belajar PAI siswa yang pengajarannya menggunakan
media LCD lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran tanpa media LCD.
Disamping itu pembelajaran dengan menggunakan media LCD minat belajar
siswa lebih baik dibanding dengan siswa yang pembelajarannya tanpa media.
3. Ahmad Dian Bahtian Syah, Pembelajaran Model Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) dengan Model Gambar di SDN Gambor
19 Zuni Rahmawati, Pengembangan Model Flash Card dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada
Materi Pembelajaran Bahasa Arab, Tesis, (Surabaya: Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011).
20 Nur Syahriyani, Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal Display (LCD) terhadap Prestasi
17
Banyuwangi, Universitas Jember.21 Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan penerapan pembelajaran model kooperative siswa secara klasikal
setiap pertemuan mengalami peningkatan. Dalam model pembelajaran ini
terdapat stimulus yang mampu menyatukan pemahaman materi secara klasikal
yang didasarkan pada sebuah target yang sudah dikonsepkan sebelumnya.
Sedangkan antara materi baru yang akan diajarkan ada sebuah kesinambungan
dengan materi sebelumnya. Model pembelajaran tersebut juga memberi
kemudahan dalam menangkap materi melalui gambar-gambar visual.
4. Febrian Kusuma Jaya, Evektifitas Pemanfaatan Media Visual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X.22
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan media visual
perhatian dan minat siswa terhadap materi lebih tampak dan antusias jika
dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan media visual. Hal ini dapat
memberikan sebuah stimulus dan respon sehingga anak lebih mudah untuk
dikondisikan serta mudah dalam pengontrolan. Secara logis, upaya transfer
knowledge mengenai materi baru mudah ditangkap oleh siswa sebab lebih
sederhana dan fokus.
5.Wahjoedi, Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa.23 Dalam penelitian ini
21 Ahmad Dian Bahtian Syah, Pembelajaran Model Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC), Desertasi (Jember: Pasca Sarjana Universitas Negeri Jember,2013).
22 Febrian Kusuma Jaya, Evektifitas Pemanfaatan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X, Desertasi (Pasca sarjana, Unesa: 2009).
23 Wahjoedi, Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk
18
dilakukan sebagai proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis,
empiris dan terkontrol.
6. Lisnasari, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Belajar Siswa.24 Pembelajaran yang dilaksanakan
selama ini banyak menggunakan metode ceramah dan menjawab soal LKS.
Dalam hal ini siswa cenderung pasif, kemudian mengerjakan atau menjawab
soal. Pembelajaran berlangsng menjadi satu arah dimana guru merupakan
satu-satunya yang lebih aktif di dalam kelas. Sedangkan materi yang diajarkan
kurang memiliki makna dalam kehidupan siswa.
Model penelitian ini merupakan bentuk pemecahan masalah yang
dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sehingga setiap materi yang
diajarkan mampu memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahaminya
serta lebih aktif.
7. Ita Purnama Sari, Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang
Narasi Siswa Sma Tanjung Pinang.25 Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. dalam hal ini tujuan
media pembelajaran khususnya media visual dimaksudkan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya nalar siswa. Media gambar ini dapat
digunakan guru untuk memancing siswa supaya lebih aktif bertanya dan
memberi pendapat mengenai cerita yang ingin dituangkan siswa kedalam sebuah
24 Linasari, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
19
karangan. Dalam hal ini media visual mengungkapkan bahwa lambang visual
atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar tersebut.
Adapun perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
penulis teliti adalah jenis obyek yang diteliti yang penekanannya lebih pada
aspek penggunaan media yang didasari oleh eksperimen yang ada. Sedangkan
bila ditinjau dari aspek persamaannya dalam hal ini sama-sama merupakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif dengan cara menyajikan kondisi pembelajaran
yang ada di lembaga kemudian diolah dalam bentuk karya ilmiah.
H. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dari perilaku yang
dapat dicermati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (utuh).26
1. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini secara spesifik dilakukan di SD Al Falah
Assalam Sidoarjo, di Jalan Wisma Tropodo FG-20 Waru Sidoarjo.
2. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan dalam penelitian yang penulis gunakan merupakan
jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini didesain menggunakan pendekatan
25 Ita Purnama Sari, Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang Narasi Siswa SMA
Tanjung Pinang, Jurnal, Cet. 2010.
20
kualitatif dengan jenis metode deskriptif kualitatif,27 yaitu sebagaimana misal
penulis langsung mengamati kegiatan pembelajaran al-Qur‟an di SD Al Falah
Assalam, serta mengamati secara langsung fenomena atau peristiwa yang juga
didukung dengan dokumen-dokumen kegiatan yang telah di program baik
berupa data maupun arsip-arsip.
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek
dari mana data dapat diperoleh.28 Untuk mempermudah mengidentifikasi
sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan huruf p
dari bahasa inggris, yaitu:
P = Person, sumber data berupa orang
P = Place, sumber data berupa tempat
P = Paper, sumber data berupa symbol
Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain sebagainya) dan
bergerak . (misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, kegiatan belajar
mengajar).
27 Penggunaan kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktifitas sodial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dan data yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
21
Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka
“paper” bukan terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata
“paper” dalam bahasa inggris.29
Adapun yang menjadi sumber data untuk melakukan pengkajian
tentang penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode
Ummi di SD Al Falah Assalam ini, dengan cara purpusive yaitu menetapkan
jumlah informan sebagai orang kunci pemberi informasi untuk perolehan data.
Adapun informan yang ditetapkan yaitu kepala sekolah, koordinator
al-Qur‟an, guru al-Qur‟an serta siswa yang mengikuti pembelajaran al-Qur‟an
Metode Ummi
4. Metode Pengumpulan Data
Sebagai penunjang terlaksananya penelitian ini, maka dalam
implementasinya menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya
observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan
aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh penelitian lain.
Selain itu hasil observasi harus memberi kemungkinan untuk
menafsirkannya secara ilmiah.30
29 Ibid., 172.
22
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini
diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.31
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non partisipan,32
karena peneliti hanya mengamati apa yang terjadi di lokasi penelitian,
peneliti tidak termasuk bagian objek penelitian.
Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan dengan partisipasi
pengamat jadi partisipan atau tanpa partisipasi, pengamat jadi non
partisipan.
b. Wawancara
Pada dasarnya wawancara itu merupakan suatu percakapan antara dua
orang, antara seseorang yang bertanya dan seseorang yang menjawab
pertanyaan.33
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.34
Dalam definisi lain bahwa wawancara juga dapat diartikan sebagai
sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, dengan pertanyaannya
31 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Social (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 69. 32 Observasi non partisipan adalah peneliti bukan merupakan bagian dari kelompok yang diteliti,
kehadiran peneliti hanya sebagai pengamat kegiatan. lihat S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 107-108.
23
diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian
untuk dijawab. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama
dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang
diperoleh berupa transkip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi
penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi
partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.35 Sama sekali belum diketahui
karakternya, oleh karena itu, adakalanya wawancara diawali dengan
permohonan izin: pembuatan kesepakatan mengenai kontrak waktu, tempat
dan durasi waktu yang diperlukan.
Penulis mengadakan pengamatan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada sumber data. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis
adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran al-Qur‟an Metodde Ummi
jilid 1 dengan menggunakan media visual (peraga paralel) di SD Al Falah
As Salam Sidoarjo.
Selanjutnya dalam penelitian ini wawancara atau interview
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara berdialog dengan kepala
sekolah SD Al Falah Assalam, dengan koordinator al-Qur‟an, guru pengajar
al-Qur‟an serta para siswa yang sedang belajar al-Qur‟an Metode Ummi
untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan media visual (peraga
paralel) dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi dan lain sebagainya.
24
Dalam penelitian ini penulis melakukan kontak langsung atau
melakukan wawancara sendiri dengan sumber data, agar pertanyaan yang
disampaikan mengarah pada sasaran yang diharapkan, maka penulis
menggunakan pedoman wawancara.36
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu, mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya.37
Untuk memperoleh data tentang bagaimana penggunaan media
visual dalam pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi di SD Al Falah
Assalam, melalui dokumentasi, maka peneliti hadir dan mengamati serta
mengambil dokumentasi pada saat media visual peraga paralel dipakai
ketika pembelajaran al-Qur‟an Metode Ummi berlangsung.
Selanjutnya melalui metode dokumentasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data tertulis yang berupa catatan-catatan program kegiatan,
serta foto-foto, gambar yang relevan dengan masalah penelitian yang terjadi
di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.
36 Agar lebih terarah penelitian melalui kegiatan wawancara, maka kegiatan wawancara yang
25
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami hasil penelitian secara sistematis
dan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh dalam
penelitian ini, maka perlu diuraikan sistematika pembahasan. Adapun sistematika
pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :
Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan sebagai pengantar
pembahasan selanjutnya. Secara garis besar bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian terdahulu,prosedur penelitian
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori, kerangka
berfikir, hal ini meliputi pemaparan tentang media pembelajaran, definisi media
pembelajaran, ruang lingkup dan fungsi media pembelajaran, kedudukan media
dalam pembelajaran, media visual (peraga paralel) pembelajaran al-Qur’an,
penjelasan tentang penggunaan media visual (peraga paralel) dalam pembelajaran
al-Qur’an Metode Ummi serta mutu pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi .
Bab ketiga, dalam bab ini membahas tentang penyajian data, yang
membahas kondisi lapangan secara langsung meliputi: sejarah berdirinya
lembaga, lokasi penelitian, struktur organisasi lembaga, visi dan misi lembaga,
daftar guru dan karyawan, guru pengajar al-Qur’an Metode Ummi, pembelajaran
al-Qur’an Metode Ummi dan sebagainya.
26
Bab keempat, pada bab ini merupakan laporan hasil penelitian dan
pembahasan yang meliputi penyajian dan analisis tentang data dan temuan
penelitian pada bab ketiga tentang penggunaan media visual (peraga paralel)
dalam pembelajaran al-Qur’an Metode Ummi di SD Al Falah Assalam Sidoarjo.
Bab kelima, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.
26
BAB II KAJIAN TEORI
Salah satu tahapan yang harus disusun dalam penelitian adalah kajian teori.
Proses menyusun kajian teori merupakan proses yang sangat menentukan langkah
penelitian berikutnya. Hal ini merupakan kajian teori yang dapat dijadikan landasan
penelitian mengenai penggunaan media visual dalam pembelajaran al-Qur’an Metode
Ummi
A.Media Pembelajaran
Berikut merupakan pemaparan makna media pembelajaran dari berbagai
pakar pendidikan atau pendapat para tokoh pendidikan.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
“tengah”, “perantara” atau “pengantar”.1 Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara (wasa>il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.2
Sebagaimana yang telah dikutip dalam buku media pembelajaran karangan Azhar
Arsyad, bahwa seorang tokoh pembelajaran dari Amerika bernama Gerlach
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini buku,
teks, dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
1Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), 448.
2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), 320.
27
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi verbal atau visual.3
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian
diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media menjadi segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Memahami media pembelajaran paling tidak ditinjau dari dua aspek, yaitu
pengertian bahasa dan terminology. Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
“perantara” atau “pengantar”. Sedangkan kata kunci media adalah “perantara”.
Pengertian media secara terminology cukup beragam, sesuai sudut
pandang para pakar media pendidikan. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh
Sadiman dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” mengatakan bahwa
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam bahasa arab media juga berarti “wasa>il” yaitu perantara.4
Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Oemar
Hamalik dalam bukunya berjudul “Media Pendidikan”, dimana ia melihat bahwa
hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil maksimal apabila
menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.5 Sementara itu Gagne
dan Briggs seorang tokoh pendidikan secara implisit mengatakan bahwa media
3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Grafindo Persada), 3.
4 Sadiman, Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), 18.
28
pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video
recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan kompter.
Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi intsruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.6
Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata
“teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos
(Bahasa Indonesia “ilmu”).
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media
pembelajaran atau (al wasa>il al-ta’limiah) digantikan dengan istilah-istilah seperti
alat pandang dengar, bahan pengajaran (intrucsional material). Komunikasi
pandang dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang
(visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga (al
wasa>il al I>>>dho>h) dan media penjelas (al wa>il al taukhikhiyah).
Dari beberapa penjelasan tentang definisi media di atas dapat disimpulkan
secara lebih utuh mengenai media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu
berupa fisik mapun non fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara
guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan
efisien. Sehingga materi pembelajran lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta
menarik minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Pendek kata, media merupakan
29
alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang disesuaikan ntuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.7
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut
dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar,
atau diraba dengan pancaindera.
b. Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras
yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas
e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau
perorangan (misalnya: modul, computer, radio tape, video recorder).
g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
30
2. Ruang Lingkup dan Fungsi Media Pembelajaran
a. Ciri-ciri Media Pendidikan
Ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan
dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak
mampu atau kurang efisien melakukannya.8
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti
fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek
yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera
dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu
waktu tertentu ditransformasikan tanpa mengenal waktu.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadiaan-kejadian atau objek
yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat
digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali dapat
diabadikan atau disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur
laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian
direproduksikan berapa kalipun pada saat diperlukan. Demikian pula
kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian di analisis oleh siswa sejawat
baik secara perorangan maupun secara kelompok.
31
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi satu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulative. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time – lapse recording.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransformasikan melalui ruang, dan bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative
sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya
terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam
suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio,
disket computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan
kapan saja.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat
direproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan
diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir
sama dengan aslinya.9
32
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting
adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode
mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai.
Meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih
media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa.10
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik dalam bukunya yang
berjudul media pendidikan, dijelaskan bahwa pemakaian media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan mendekatkan
informasi.
33
Sejalan dengan uraian ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Yunus
dalam bukunya yang berjudul al-tarbiyatu wa al-ta’li>m memberikan
pemahaman sebagaimana berikut:11
“Sesungguhnya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi
indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkannnya
tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang
dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan juga
mendengarnya. Selanjutnya Ibrahim juga menjelaskan dalam bukunya yang
berjudul media pembelajaran.”
Dalam definisi lain pemahaman media menjelaskan sebagai kutipan berikut:
“Media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan
gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka. Serta membantu
memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan
pelajaran.”
Levie dan Lent yang telah dikutip dalam bukunya Azhar yang berjudul
media pembelajaran mengemukakan terdapat empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan
fungsi kompensatoris.12
Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
34
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi
pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media
pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disaajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.
Pandangan lebih luas tentang media pembelajaran disampaikan oleh
Yudhi Munadi dalam bukunya tentang Media Pengajaran, menyatakan media
berfungsi secara sosio-kultural. Keberadaan media dapat mengatasi hambatan
35
dalam pembelajaran.13 Sangat mungkin terjadi, sebuah pembelajaran yang latar
belakang siswanya heterogen dari sisi budaya. Namun dengan media tertentu
keragaman budaya dan sastra sosial dapat disatukan melalui media
pembelajaran.
Berbagai paparan di atas menunjukkan bahwa fungsi media
pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun secara lebih rinci dan utuh media
pembelajaran berfungsi untuk:14
1) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran
2) Meningkatkan gairah belajar siswa
3) Meningkatkan minat dan motivasi belajar
4) Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan.
5) Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam
6) Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran
7) Meningkatkan kualitas pembelajaran
Dari berbagai fungsi media di atas, tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dibangun
melalui komunikasi yang efektif. Sedangkan komunikasi yang efektif hanya
terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dan
siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan peserta
didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.
36
c. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen.
Dalam pembelajaran terdapat komponen tujuan , komponen materi atau bahan,
komponen strategi, komponen alat dan media, serta komponen evaluasi. Dari
sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen dalam proses
pembelajaran. Sehingga kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai alat bantu
mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran.15
Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting. Sebab media
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Bahkan kalau dikaji lebih jauh
media tidak hanya sebagai penyalur pesan yang harus dikendalikan sepenuhnya
oleh sumber berupa orang, tetapi dapat juga menggantikan sebigian tugas guru
dalam penyajian materi pelajaran.
Dengan optimalisasi penggunaan media, pembelajaran dapat berlangsung
dan mencapai hasil optimal. Guru dan siswa sama-sama bisa belajar dan
menguasai materi dengan bantuan media yang telah ditentukan sesuai isi dan
tuuan materi pembelajaran.
d. Media Visual
Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media
pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran
yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan.
37
Istilah visual merupakan bentuk bagian dari jenis media, dalam kamus
ilmiah istilah visual memiliki arti sesuatu hal yang berdasarkan penglihatan,
dapat dilihat.16
Apabila kita kaitkan antara media visual dan pembelajaran maka
pembelajaran akan terlihat menarik, efektif dan efisien. Sedangkan media visual
sendiri memiliki banyak manfaat diantara:17
1) Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari
faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan
buku, dan lain sebagainya.
2) Media visual memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya.
3) Media visual dapat menanamkan konsep dasar, konkrit dan realistis
4) Media visual akan membangkitkan perubahan efektif, kognitif dan
psikomotorik
5) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Dengan demikian media visual sangatlah berperan penting dalam proses
belajar mengajar karena media visual memiliki peran penting yaitu memudahkan
dalam penyampaian materi kepada peserta didik.
e. Istilah-istilah Pokok Seputar Media Pembelajaran.
Berikut ini adalah istilah-istilah pokok seputar media pembelajaran, diantaranya:
38
1. Teknologi Pembelajaran atau Teknologi Pendidikan
Selain istilah media pembelajaran, terdapat pula istilah-istilah lain yang
berkaitan dengan itu seperti teknologi pembelajaran atau teknologi pendidikan,
sumber belajar (learning resources), dan alat peraga. Seiring dengan kemajuan
teknologi dewasa ini, AECT mengembangkan definisi mutakhir pada tahun
2008, sebagai berikut:
Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik etis untuk memfasilitasi
belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan
mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai.18
Berdasarkan definisi teknologi pendidikan (pembelajaran) seperti telah
dijabarkan di atas, maka dapat dikatan bahwa:
a) Teknologi pembelajaran pada perkembangan awalnya sama dengan media
pembelajaran yang lahir dari revolusi komunikasi
b) Dalam perkembangan selanjutnya teknologi pembelajaran merupakan satu
disiplin ilmu tersendiri yang bukan hanya terbatas pada media dalam bentuk
peralatan fisik semata, melainkan merupakan kajian dan praktik etis dalam
mendesain, mengembangkan, menggunakan, mengelola, dan mengevaluasi
proses dan sumber teknologi yang sesuai untuk memfasilitasi belajar dan
memperbaiki kinerja tenaga pendidik, peserta didik, dan organisasi
kependidikan.
c) Media pembelajaran yang dipandang sebagai segala bentuk peralatan fisik
komunikasi berupa hardware dan software merupakan bagian kecil dari
39
teknologi pembelajaran yang harus diciptakan (didesain dan
dikembangkan), digunakan, dan dikelola (dievaluasi) untuk kebutuhan
pembelajaran dengan maksud untuk mencapai efektivitas dan efisiensi
dalam proses pembelajaran.
d) Oleh karena itu, media pembelajaran sebagai peralatan fisik tidak sama
dengan teknologi pembelajaran sebagai suatu disiplin ilmu.
2. Sumber Belajar
Istilah sumber belajar dipahami sebagai perangkat, bahan (materi),
peralatan, pengaturan, dan orang dimana pembelajar dapat berinteraksi
dengannya yang bertujuan untk memfasilitasi belajar dan memperbaiki
kinerja.19 Istilah sumber di sini bukan hanya terbatas pada peralatan dan bahan
yang digunakan dalam proses belajar dan mengajar, melainkan juga orang,
anggaran, dan fasilitas. Pendeknya, sumber belajar di sini mencangkup dan
menunjukkan kemampuan dan teknologinya.
Berdasarkan definisi sumber belajar sebagaimana diberikan di atas,
maka media pembelajaran dan sumber belajar memiliki kesamaan di suatu sisi
dan juga perbedaan di sisi lain. Persamaannya, ketika media berfungsi sebagai
sumber untuk membantu individu dalam proses pembelajaran. Misalnya, media
video yang berisi materi atau bahan pembelajaran digunakan untuk membantu
proses pembelajaran baik dalam ruang kelas ataupun diluar ruang kelas, maka
kedudukan media video tersebut sama dengan sumber belajar. Tetapi, jika
40
media visual yang ada hanya berfungsi sebagai peralatan fisik saja berfungsi
sebagai perantara antara sumber dengan penerima informasi, maka peralatan
visual tersebut hanyalah media dan bukan sebagai sumber belajar. Dari
perspektif ini, media pembelajaran lebih sempit dari sumber belajar.
3. Alat Peraga
Alat peraga yang dimaksud adalah media alat bantu pembelajaran, dan
segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.20
Alat peraga di sini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang masih
bersifat abstrak, kemudian di konkritkan dengan menggunakan alat agar dapat
dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan
dirasakan. Dengan demikian alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi
pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi pelajaran
yang bersifat abstrak. Beberapa contoh alat peraga dapat dilihat seperti
dibawah ini:
Gambar 2.1 Alat Peraga Model Kalender Gambar 2.2 Peraga flash card