• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada tabungan investasi di bank Syariah Bukopin Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada tabungan investasi di bank Syariah Bukopin Sidoarjo."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH

BUKOPIN SIDOARJO SKRIPSI

Oleh:

Alivia Nur Safira Wardani NIM: C02213007

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil dari penelitian lapangan (field research) yang bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo. Dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan mendiskripsikan masalah yang ada pada aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, serta menggunakan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo dimana masing-masing tabungan investasi iB Rencana memperoleh proteksi asuransi jiwa. Bank bekerja sama dengan perusahaan asuransi yaitu PT Panin Dai-ichi Life. Obyek pertanggungan pada produk Tabungan Investasi iB Rencana adalah seluruh nasabah Tabungan Investasi iB Rencana. Premi setiap bulannya ditanggung oleh Bank Syariah Bukopin tanpa mengurangi dana nasabah. Premi tersebut diambilkan dari keuntungan Bank Syariah Bukopin selama 1 (satu) bulan. Setelah ditinjau dari hukum Islam tehadap Reasuransi pada tabungan investasi adalah dibolehkan, karena asuransi tersebut fasilitas untuk nasabah yang bersifat sosial dan atas dasar tolong-menolong, akad yang digunakan jelas serta tidak ada hal-hal yan membuatnya diharamkan, baik dalam bentuk perjanjian, proses pemberian, maupun konsep yang diterapkan. Adapun ketentuan berakhirnya Proteksi Asuransi Jiwa tidak bertentangan dengan hukum Islam karena perjanjian tersebut menguntungkan kedua belah pihak.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR & TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

H. Metode Penelitian ... 11

I. Lokasi Penelitian ... 11

J. Data yang Dikumpulkan ... 11

(8)

L. Teknik Pengumpulan Data ... 15

M. Teknik Pengolahan Data ... 16

N. Teknik Analisis Data ... 17

O. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II KONSEP ASURANSI DAN INVESTASI MENURUT HUKUM ISLAM A.Asuransi ... 20

1. Pengertian Asuransi Syariah ... 20

2. Dasar Hukum Asuransi Syariah ... 23

3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah ... 28

4. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional ... 33

5. Jenis-jenis Asuransi Syariah ... 35

B. Investasi Syariah 1. Pengertian Investasi Syariah ... 36

2. Dasar Hukum Investasi Syariah ... 37

3. Prinsip Dasar Investasi Syariah ... 40

C. Kafalah 4. Pengertian Kafalah ... 42

5. Dasar Hukum Kafalah ... 42

6. Rukun dan Syarat Kafalah ... 43

D. Investasi Syariah 7. Pengertian Investasi Syariah ... 36

8. Dasar Hukum Investasi Syariah ... 37

9. Prinsip Dasar Investasi Syariah ... 40

E. Mud}a>rabah 10. Pengertian Mud}a>rabah ... 44

11. Macam-macam Mud}a>rabah ... 46

(9)

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO

A.Gambaran Umum Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 48

1. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 48

2. Visi, Misi, dan ... 49

3. Struktur Organisasi, Personalia & Diskripsi Tugas ... 49

4. Produk & Aplikasi Akad ... 50

B.Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 64

BAB IV REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A.Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 72

B.Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 73

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR GAMBAR & TABEL

Gambar Halaman

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan

untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan

mendapat hasil.1

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan dua istilah yang

cukup dikenal dalam kegiatan bisnis dan perundang-undangan. Untuk

mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, seseorang

akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya ari waktu ke

waktu atau setidaknya berusaha bagaimana untuk mempertahankan tingkat

pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan

datang.2

Di samping hal tersebut, orang melakukan investasi karena dipicu

oleh kebutuhan di masa depan. Tetapi sangat disayangkan, banyak orang

belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal semakin ke depan,

biaya hidup seseorang pasti akan semakin bertambah. Bila orang menyadari

bahwa kebutuhan masa yang akan datang akan lebih bertambah besar, mereka

tentu akan menyempatkan diri berhemat dalam mengelola keuangannya,

1

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana Prenada,2012). 153

(12)

2

mereka psti akan melakukan investasi guna memenuhi kebutuhan yang

diperlukan di masa depan.

Selain kebutuhan akan masa depan, orang melakukan investasi karena

dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal-hal lain yang tak terduga.

Misalnya keterbatasan dana, kondisi kesehatan dan datangnya musibah secara

tiba-tiba. Oleh karena masalah ini tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka

diperlukan perencanaan yang baik dalam menghadapi hidup ini. Dengan

adanya alternatif investasi, memungkinkan seseorang bisa memenuhi

kebutuhan masa depannya dengan menentukan prioritas kebutuhan,

menetapkan perencanaan yang baik, dan implementasi secara disiplin.3

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tolong-menolong, kerja

sama atau melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian yang diderita di

masa yang akan datang. Seperti yang ada dalam QS. al-Maidah ayat 2:

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengajarkan) kebajikan dan taqwa,

dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.4

Ayat tersebut memuat perintah tolong-menolong antara sesama

manusia. Dalam bidang asuransi, para nasabah diharapkan dapat memberikan

sebagian uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai dana sosial

(tabarru’) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota asuransi yang

mengalami musibah.

3

Ibid. 153.

(13)

3

Selanjutnya dalam surat an-Nisa ayat 09, Allah SWT berfirman:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.5

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa segala musibah dan

kerugian yang diderita oleh manusia tidak dapat diketahui dengan pasti,

kapan musibah tersebut akan datang dan berapa besar kerugian yang akan

dideritanya. Dengan hal tersebut semestinya manusia berusaha agar

menghindari kerugian dan meminimalkan kerugian. Salah satu cara yang

berkaitan dengan hal tersebut yaitu manusia diharapkan mengelola resiko

yang terjadi akibat musibah itu dengan perlindungan (proteksi) jiwanya dan

hartanya yang diakibatkan dari kerugian tersebut.

Dana investasi merupakan salah satu produk bank syariah yang

berbeda dengan produk di perbankan konvensional. Produk ini dirancang

untuk masyarakat yang tertarik dengan sistem investasi bagi hasil. Berbeda

dengan dana simpanan, dana investasi tidak dapat ditarik sewaktu-waktu,

melainkan sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah (selanjutnya disebut

investor). Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari

produk ini, yaitu motif utama nasabah adalah investasi dan oengembalian

5

(14)

4

dana investasi dilakukan sesuai kesepakatan investasi seperti 1 bulan, 3

bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.6

Dengan karakternya yang demikian, maka produk ini dapat

menggunakan prinsip Mud{h>arabah. Konsekuensi dari penggunaan prinsip ini

adalah adanya sistem bagi hasil dari bank untuk investor. Dalam transaksi

ini, bank bertindak sebagai mud{ha>rib, sedangkan investor bertindak sebagai

s{ha>h{ibul ma>l.

Bank Syariah Bukopin Sidoarjo memiliki dua tujuan yaitu tabungan

yang ditujukan untuk berjaga-jaga dan tabungan yang ditujukan untuk

investasi. Atas dasar tujuan tersebut, Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

menyediakan produk berupa Tabungan investasi. Tabungan Investasi adalah

jenis tabungan berjangka yang diperuntukkan bagi perorangan dengan

potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan dimasa yang

akan datang sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis dan

rencana pendidikan atau multiguna dengan menggunakan prinsip bagi hasil.

Akad yang digunakan adalah mud{h>arabah mut{laqah.7

Mud{h>arabah mut{laqah merupakan jenis mud{h>arabah di mana pemilik

usaha (mud{ha>rib) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan

investasi oleh pemilik modal (shahibul mal).8

Tabungan Investasi tersebut hadir dengan berbagai manfaat. Manfaat

tersebut adalah terjaminnya dana, dapat dijadikan pembiayaan, bank-pun

6

Sutan Remy, Perbankan Islam(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,1999), 21. 7

www.syariahbukopin.co.id/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 8

(15)

5

dapat memberikan bonus namun tidak diperjanjikan di awal, dan satu lagi

manfaat untuk nasabah yang diperoleh dari Tabungan Investasi Bank

Syariah Bukopin Sidoarjo adalah nasabah berhak mendapatkan proteksi

asuransi jiwa jika rata-rata saldo nasabah dalam satu bulan mencapai di atas

Rp. 1.000.000,00.9

Jangka waktu minimal 1 tahun dan maksimal 18 tahun dengan bagi

hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian dalam satu bulan. Penabung

dijamin asuransi jiwa dengan premi dibayar oleh Bank Syariah Bukopin.

Dimana tertanggung adalah nasabah Bank Syariah Bukopin Sidoarjo dan

penanggung adalah Perusahaan Asuransi.10

Dana nasabah Tabungan Investasi yang dijamin asuransi jiwa, oleh

Bank Syariah Bukopin Sidoarjo diasuransikan kembali atau direasuransikan

ke perusahaan asuransi rekanan bank kecuali untuk pembiayaan yang

dilakukan secara sindikasi dengan klausa Banker’s Clause. Banker’s Clause

adalah suatu klausa yang melekat pada polis Asuransi bahwa dalam hal

terjadi kerugian, jika ada yang dapat dibayar dibawah polis tersebut, maka

akan dibayarkan kepada bank sampai jumlah yang menjadi haknya, termasuk

kewajiban tanpa mengurangi hak tertanggung atau selisihnya.11

Jika sisa jangka waktu asuransi agunan yang ditutup sendiri oleh

nasabah kurang dari tiga bulan, maka nasabah diwajibkan untuk

menyediakan dana sebagai cadangan perpanjangan asuransi pada asuransi

9

www.syariahbukopin.co.id/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 10

Dokumen Bank Syariah Bukopin Sidoarjo. 11

(16)

6

rekanan bank. Dalam hal pemilihan rekanan asuransi, di utamakan asuransi

yang berprinsip syariah. Penutupan asuransi adalah satu proses pemberian

perlindungan atau pengalihan resiko terhadap objek pertanggungan milik

tertanggung yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dimana apabila terjadi

resiko atas objek pertanggungan tersebut, maka penanggung (perusahaan

asuransi) akan memberikan penggantian sejumlah uang atau barang sesuai

perjanjian kepada tertanggung.12

Aspek utama dari setiap transaksi dalam Islam adalah akad, dimana

dalam beransuransi terdapat akad yang harus dipenuhi. Nasabah sebagai

penanggung hendaknya berakad terlebih dahulu dengan penanggung, dalam

hal ini perusahaan asuransi. Namun dalam hal ini tidak dijelaskan dimana

dana investasi tersebut diasuransikan, apakah diasuransi syariah atau

konvensional.

Dari penelitian ini, peneliti merasa hal ini menarik dan perlu diteliti

lebih dalam lagi sehingga peneliti mengambil penelitian dengan judul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Reasuransi Pada Tabungan Investasi Di

Bank Syariah Bukopin Sidoarjo”. Penulis lebih fokus untuk membahas

keterkaitan antara nasabah, bank syariah, dan asuransi rekanan bank dalam

aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin

Sidoarjo.

12

(17)

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi:

1. Ketentuan yang berlaku untuk nasabah yang tercover asuransi jiwa pada

Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.

2. Proses pemberian asuransi jiwa pada Tabungan Investasi di Bank Syariah

Bukopin Sidoarjo.

3. Latar belakang terjadinya pelaksanaan reasuransi

4. Aplikasi reasuransi

5. Tinjauan hukum Islam terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di

Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

Untuk menghasilkan penelitian yang lebih fokus pada judul diatas,

penulis membatasi penelitian yakni pada : Tinjauan hukum Islam terhadap

Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah BukopinSidoarjo,

dengan fokus bahasan antara lain :

1. Aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin

Sidoarjo

2. Tinjauan hukum Islam terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di

(18)

8

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka masalah yang akan peneliti

bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank

Syariah Bukopin Sidoarjo?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap aplikasi Reasuransi pada

Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang sudah ada13.

Pembahasan mengenai masalah auransi telah banyak dibahas dan

ditulis dalam karya ilmiah sebelumnya yang dijadikan sebagai gambaran

penulisan, sehingga tidak ada pengulangan permasalahan yang sama.

Di sini penulis telah menemukan salah satu penelitian atau kajian

mengenai bank syariah khususnya dalam hal asuransi, penelitian tersebut

berjudul “Analisis Hukum Islam Terhdap Proteksi Asuransi Jiwa pada

Tabungan iB Siaga Bank Syariah Bukopin: Studi Kasus Di Bank Syariah

Bukopin Cabang Sidoarjo”. Singkatnya bahwa pembahasan skripsi ini lebih

13

(19)

9

fokus kepada proses pemberian proteksi asuransi jiwa kepada nasabah

Tabungan iB Siaga di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.14

Penelitian kedua yang mempunyai keterkaitan yaitu penelitian yang

berjudul “Pengaruh Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Perusahaan

Terhadap Tingkat Efisiensi Industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia

Tahun 2014-2015”. Singkatnya bahwa pembahasan penelitian ini lebih fokus

kepada pengaruh solvabilitas dana terhadap tingkat efisiensi industri

asuransi jiwa.15

Penelitian kedua yang mempunyai keterkaitan yaitu penelitian yang

berjudul “Analisis Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman

Umum Pemberian Santunan Jiwa Mu’awanah di BMT Sidogiri Cabang

Sepanjang”. Singkatnya bahwa pembahasan skripsi ini lebih fokus kepada

pedoman umum pemberian santunan jiwa.16

Dengan adanya kajian pustaka di atas jelas sangat berbeda dengan

penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Tinjauan hukum Islam

terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin

Sidoarjo”. Perbedaan hasil penelitian diatas berbeda dengan yang penelti

teliti, pada penelitian ini penulis memfokuskan pada sistem aplikasi

14

Shofiatun Zulfikah, Analisis Hukum Islam Terhadap Proteksi Asuransi Jiwa Pada Tabungan iB

Siaga Bank Syariah Bukopin (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin Cabang Sidoarjo), Skripsi

pada Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013. 15

Mafidah Rokhmah Diana, Pengaruh Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Perusahaan Terhadap

Tingkat Efisiensi Industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia Tahun 2014-2015, Pascasarjana

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. 16

Zahrul Haq, Analisis Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

(20)

10

reasuransi, agar mengetahui dan memahami masalah yang ada dalam

reasuransi tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank

Syariah Bukopin Sidoarjo

2. Untuk mengetahui Tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada

Tabungan Invesatasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian diatas, maka

diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi

pembaca maupun penulis sendiri, baik secara teoretis maupun secara praktis.

Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat ditinjau dari dua

aspek, yaitu:

1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperluas wawasan hukum Islam tentang aplikasi reasuransi.

b. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang muamalah yang berkaitan dengan asuransi

(21)

11

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan acuan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan

perbankan, atau ditempat lain untuk bermuamalah secara islam.

G. Definisi Operasional

Agar dalam pembahasan selanjutnya tidak menimbulkan penyimpangan

dari arah penulisan tugas akhir ini, maka penulis akan menjelaskan tentang

bagian terpenting dari judul penelitian skripsi ini, yaitu “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah

Bukopin Sidoarjo”. Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkenaan

dengan judul di atas.

Tinjauan Hukum Islam : Pandangan tentang peraturan dan ketentuan

mengenai kehidupan yang berdasarkan

al-Qur’an dan al-Hadist17.

Resauransi : Pertanggungan ulang yang dilakukan oleh

perusahaan asuransi pada perusahaan asuransi

lain.18

Tujuan reasuransi adalah untuk

memungkinkan penanggung membayar klaim

kepada tertanggung dalam hal terjadi sesuatu

17 Gemala Dewi, Aspek Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), 2.

18

(22)

12

yang menimbulkan kerugian, sedangkan pihak

penanggung khawatir jika dia tidak mampu

membayar klaim tersebut. reasuransi pada

dasarnya dilakukan untuk meringankan

bebabn penanggung.

Tabungan Investasi : Jenis tabungan berjangka yang

diperuntukkan bagi perorangan degan potensi

bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi

kebutuhan dimasa yang akan datang dengan

potensi bagi hasil yang kompetitif guna

memenuhi kebutuhan dimasa yang akan

datang sekaligus memberikan manfaat

proteksi asuransi jiwa gratis untuk rencana

pendidikan atau multiguna dengan prinsip

bagi hasil.19

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode penilitan

kualitatif ialah metode penelitian yang meletakkan peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan.

Analisis data bersifat deduktif, dan lebih menekan akan makna dari pada

19 www.syariahbukopin.co.id/

(23)

13

generalisasi.20 Yakni tentang tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi

pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.

Sedangkan pendekatan penelitian ini ialah bersifat deskriptif

analisis. Penulis akan mendeskripsikan data yang diperoleh dari subyek

penelitian secara apa adanya. Serta penulis memberikan interprestasi

dan analisis terhadap data yang diperoleh.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

yakni penelitian yang dilakukan dalam kontek lapangan yang benar-benar

terjadi adanya reasuransidi Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.

3. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas,

maka data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data tentang aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank

Syariah Bukopin Sidoarjo.

b. Data tentang asuransi syariah dan mudharabah yang diambil dari buku,

jurnal dan skripsi terdahulu.

4. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data akan digali, sumber

tersebut dapat berupa orang, dokumen pustaka, keadaan, atau lainnya.21

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta.2008). 9 21

(24)

14

Data-data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data

sebagai berikut:

a. Sumber Primer yaitu sumber utama data yang diperoleh langsung dari

objek yang diteliti22, Dalam penelitian ini yaitu data-data yang

diperoleh langsung dari Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, yaitu

keterangan dari pihak-pihak yang terkait dengan asuransi,

diantaranya:

a) Pimpinan Cabang Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

b) Customer Service Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

c) Relation Officer Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

d) Nasabah Tabungan Investasi Bank Syariah Bukopin Sidoarjo yang

mendapatkan proteksi asuransi jiwa

b. Sumber Sekunder, informasi yang telah dikumpulkan pihak lain23.

Dalam penelitian ini, merupakan data yang bersumber dari

buku-buku; catatan-catatan; publikasi atau dokumen tentang apa saja yang

berhubungan dengan penelitian, antara lain:

a) Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah.

b) Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.

c) D. Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah

d) M. Muslehuddin, Asuransi dalam Islam.

e) M. Yusuf Qardawi. Halal dan Haram dalam Islam.

23

(25)

15

f) Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik Upaya

Menghilangkan Gharar.

g) Muhammad Syakir Sulu, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep

dan Sistem Operasional.

h) Rahmat Syafe’i, Fiqh Muamalah.

i) Suharwadi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam.

j) Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah

k) Sutan Remy, Perbankan Islam.

l) Syafiq M. Hanafi, Sistem Ekonomi Islam dan Kapitalisme.

m) Veitzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori,

Konsep, dan Aplikasi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara)24. Dimana

wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada pimpinan

24

(26)

16

bank, customer service, relation officer, dan nasabah Tabungan

Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.Wawancara sebagai alat

pengumpul data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan

dengan sistematis dan berlandasaskan pada tujuan penelitian.

Wawancara yang peneliti lakukan, yaitu dengan:

b. Dokumentasi

Sebagai pelengkap dalam pengumpulan data maka penulis

menggunakan data dari sumber-sumber yang memberikan informasi

terkait dengan permasalahan yang dikaji.

c. Obeservasi

Obeservasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu

teknik pengumpulan data apabila telah sesuai dengan tujuan

penelitian, direncanakan dan dicatat secara sitematis, dan dapat di

control keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya

(validitasnya).25

Dalam hal ini penulis akan terjun ke lapangan yakni di Bank Syariah

Bukopin Sidoarjo.

6. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap

sumber-sumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Editing

25

(27)

17

yaitu memeriksa kembali lengkap atau tidaknya data-data yang

diperoleh dan memperbaiki bila terdapat data yang kurang jelas atau

meragukan26.Teknik ini betul-betul menuntut kejujuran intelektual

(intelectual honestly) dari penulis agar nantinya hasil data konsisten

dengan rencana penelitian.

b. Organizing

yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian

rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan

rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh27.

Dengan teknik ini diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran

secara jelas tentang aplikasi reasuransi di Bank Syariah Bukopin

Sidoarjo.

c. Analyzing

yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil editing dan

organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber penelitian,

dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga diperoleh

kesimpulan28.

7. Teknik Analisis Data

Hasil dari penggumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian

dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan

26

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 125. 27

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 153. 28

(28)

18

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.

a. Pola Pikir Deskriptif, yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan

serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan metode ini adalah

untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian

secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang telah diselidiki29. Metode ini

digunakan untuk memberikan penjelasan lebih jelas lagi mengenai

aplikasi reasuransi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.

b. Pola Pikir Induktif, Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola

pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta

yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan

pemecahan persoalan yang bersifat umum30. Pola pikir ini digunakan

untuk mengemukakan fakta-fakta dari hasil penelitian di Bank

Syariah Bukopin Sidoarjo yang kemudian di analisis secara umum

menurut hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Penulisan sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk

memudahkan pembaca dalam mengetahui secara menyeluruh melalui uraian

29

Moh, Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63. 30

(29)

19

singkat materi skripsi. Sistematika dalam pembahasan skripsi ini, mencakup

lima bab yaitu:

Penelitian ini dimulai dengan Bab pertama yaitu pendahuluan.Dalam

bab ini, penulis cantumkan beberapa sub bab yaitu; latar belakang masalah,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

dan sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas mengenai landasan teori investasi dan asuransi

syariah yang meliputi definisi, dasar hukum, pendapat para ahli hukum Islam

terhadap asuransi, prinsip-prinsip asuransi syariah serta tentang kafalah dan

mud{a>rabah.

Bab ketiga memaparkan mengenai Bank Syariah Bukopin Sidoarjo,

meliputi latar belakang berdirinya Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, visi dan

misi, keadaan geografis, struktur kepengurusan, ketentuan-ketentuan dan

landasan kerja yang menjadi pedoman Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, serta

aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin

Sidoarjo.

Bab keempat berisi tentang Analisis hukum Islam terhadap

Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo

Bab kelima yaitu penutup dari pembahasan skripsi ini yang berisikan

(30)

BAB II

KONSEP ASURANSI DAN INVESTASI MENURUT HUKUM ISLAM

A. Asuransi

1. Pengertian Asuransi Syariah

Kata asuransi dambil dari bahasa Belanda dengan sebutan

“assurantie”, sedangkan dalam hukum Belanda disebut dengan

“verzekering” yang berarti pertanggungan. Isitilah ini kemudian

berkembang menjadi “assuradeur” yang berarti penanggung dan

tertanggung disebut “geassureerde”.1

Dalam konsep asuransi syariah, asuransi disebut dengan takaful,

ta’min, dan Islamic insurance. Takaful mempunyai arti saling

menanggung antar umat manusia sebagai makhluk sosial. Ta’min

berasal dari kata “amanah” yang bebrarti memberikan perlindungan,

ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa takut. Adapun Islamic

insurance mengandung makna “pertanggunga” atau “saling

menanggung”. Istilah takaful pertama kali digunakan oleh Daar al

Mal al Islami, sebuah perusahaan asuransi Islam yang berpusat di

Genewa 1983.2

1 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional (PT Alex Media Komputindo: Jakarta, 2006) hlm 2.

2Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama

(31)

21

Asuransi disebut pula takaful, ta’min, atau tadhamun, yaitu usaha

saling melindungi dan saling tolong menolong diantara sejumlah

orang melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ melalui akad

sesuai dengan syariah.3

Musthafa Ahmad Az-Zarqa mengatakan bahwa sistem asuransi

syariah adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan

untuk menutupi kerugian atau musibah-musibah. Tugas ini dibagikan

kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari

kumpulan premi-premi mereka.4

Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap

ta’awun yang telah diatur dengan sitem yang sangat rapi, antara

sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisispasi suatu

peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka

semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut

dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan masing-masing

peserta. Dengan pemberian tersebut, maka dapat menutupi kerugian

yang dialami oleh peserta yang mengalami musibah.5

Definisi yang lebih jelas tentang asuransi syariah dikemukakan

dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

3Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor:Ghalia Indonesia, 2012)

hlm 301.

4Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah, Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta:

Gema Insani, 2004), hlm 24.

(32)

22

No:21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Dalam ketentuan umum poin 1 disebutkan6:

Asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha

saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah

orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Dalam definisi yang dikemukakan oleh DSN MUI di atas

dinyatakan bahwa pola pengembalian dilakukan melalui akad yang

sesuai dengan syariah. Ini mengandung arti bahwa akad dalam

asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar

(ketidakpastian), maisir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),

risywah (suap), barang haram, dan maksiat.7

Dalam pengertian asuransi di atas, menunjukkan bahwa asuransi

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya pihak tertanggung

b. Adanya pihak penanggung

c. Adanya perjanjian asuransi

d. Adanya pembayaran premi

e. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan (yang

diderita tertanggung)

6

Ma’ruf Arif dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2014), 394.

(33)

23

f. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.8

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan

bahwasannya asuransi takaful merupakan pihak yang tertanggung

penjamin atas segala risiko kerugian, kerusakan, kehilangan, atau

kematian yang dialami oleh nasabah (pihak tertanggung). Dalam hal

ini, si tertanggung mengikat perjanjian (penjaminan resiko) dengan si

penanggung atas barang atau harta, jiwa dan sebagainya berdasarkan

prinsip bagi hasil yang mana kerugian dan keuntungan disepakati

oleh kedua belah pihak.9

2. Dasar Hukum Asuransi Syariah

1. Al-Quran

Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas

dalam al-Quran, tidak ada sebuah ayatpun secara nyata

menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-quran hanya

mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai

dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar

tolong-menolong, kerja sama atau semangat untuk melakukan proteksi

terhadap peristiwa kerugian yang diderita di masa yang akan

datang. Dengan hal ini, praktik asuransi tidak dilarang dalam

8Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 11.

9Hendi Suhendi dan Deni K Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoritis Ke Praktik, (Bandung:

(34)

24

syariat Islam, karena prinsip dalam praktik asuransi dalam Islam

adalah mengajak kepada kebaikan sesama manusia.10

Di antara ayat ayat Al-Qur’an yang mempunyai muatan

nilai nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah:

a. Al-Baqarah (2) ayat 177:

 suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.11

Firman Allah SWT tersebut merupakan anjuran normatif

untuk saling bersedekah di jalan Allah dan melakukan kegiatan

sosial untuk menolong orang-orang fakir dan miskin. Praktik

10Ibid, hm 246.

11Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Bandung: CV.

(35)

25

asuransi yang dapat disarikan arti ayat ini adalah dengan

membayar premi asuransi yang bersifat tabarru’. Hal ini

merupakan suatu wujud dari penginfakan harta pada jalan Allah

SWT, karena pembayaran itu diniatkan untuk saling membantu

anggota perkumpulan asuransi jika mengalami musibah di

kemudian hari.12

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.13

Ayat tersebut memuat perintah tolong-menolong antara

sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang

asuransi, para nasabah diharapkan dapat memberikan sebagian

uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai dana sosial

(tabarru’) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota

asuransi yang mengalami musibah.14

c. Surat Yusuf (12) ayat 72:

12

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional..., 246.

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,106.

14

(36)

Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.16

Ayat tersebut memuat perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan.

Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya". (HR. Muslim dari Abu Hurairah)17

15

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,360.

16Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ..., 548.

17Bukhari, KitabBukhari, Hadist No. 2262, LidwahPustaka i-Software-Kitab Sembilan

(37)

27

ٌوْضَع ُِْم ىَكَتْشا اَذِإ ِدَسَْْا ُلْثِم ْمِهِفُطاَعَ تَو ْمِهُُِاَرَ تَو ْمِّداَوَ ت ِِْ َِِْْمْؤُمْلا ُلَثَم

رشب نب نامع لا نع ملسم اور( ىَمُْْاَو ِرَهّسلاِب ِدَسَْْا ُرِئاَس َُل ىَعاَدَت

(

Artinya:

Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita". (HR. Muslim dari Nu'man bin Basyir)18

Dalam Hadis tersebut, tersirat adanya anjuran untuk saling

membantu antara sesama muslim di dunia ini dengan

menghilagkan kesukaran hidup yang dideritanya. Bagi yang

membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan dan apabila

ini dilakukan, maka Allah SWT akan menghilangkan kesusahan

baginya dari kesusahan hari kiamat. Dalam kaitan dengan

asuransi, Hadis ini terlihat anjuran agar melaksanakan pembayaran

premi asuransi dalam bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’)

yang akan digunakan untuk membantu dan mempermudah urusan

bagi orang atau anggota yang mendapatkan musibah dan bencana.

3. Ijma’

Para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan) dalam hal

aqilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Adanya

ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan tidak adanya sahabat

lain yang menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah iuran

darah yang dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki (as}abah) dari si

18

(38)

28

pembunuh (orang yang menyebabkan kematian oran lain secara

tidak sewenangwenang). Dalam hal ini, kelompoklah yang

menanggung pembayarannya karena si pembunuh merupakan

anggota dari kelompok tersebut. Dengan tidak adanya sahabat

yang menentang Khalifah Umar, dapat disimpulkan bahwa telah

terdapat ijma’ dikalangan sahabat Nabi SAW mengenai persoalan

ini.19

3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Menurut Abdul Manan prinsip-prinsip asuransi syariah ada 3, yaitu:20

1. Saling Betanggung Jawab

Kehidupan di antara sesama muslim terikat dalam suatu

kaidah yang sama dalam menegakkan nilai-nilai Islam. Sehubungan

dengan hal ini, kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi

tanggung jawab sesama muslim. Asuransi syariah memiliki rasa

tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta

lain yang mengalami musibah dengan niat okhlas, karena memikul

tanggung jawab dengan niat ikhlas itu merupakan ibadah kepada

Allah SWT.

2. Saling Bekerja Sama (Tolong-Menolong)

19Widyaningsih, dkk.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Media Group,

2006), 194.

(39)

29

Para peserta asuransi syariah diharapkan saling bekerja sama

dan saling bantu membantu dalam mengatasi kesulitan yang dialami

karena suatu musibah yang dideritanya.

Para peserta asuransi syariah diharapkan dapat berperan

sebagai pelindung bagi peserta lain yang sedang menderita kerugia

atau terkena musibah.

Sedangkan menurut A. Dzajuli danYadi Jazwari, prinsip dasar asuransi

syariah yaitu:

1. Tauhid (Unity)

Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk

bangunan yang ada dalam syariat Islam. Setiap Bangunan dan

aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid.

Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum

harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.

2. Keadilan (justice)

Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya

nilai-nilai keadilan (justice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad

asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam

menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan

asuransi.

3. Tolong-menolong (ta’awun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan

(40)

30

(ta’awun) antara anggota. Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal

harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan

meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan

musibah atau kerugian.

4. Kerja sama (cooperation)

Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu

ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang

mendapatkan mandat dari Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian

dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai makhluk individu

dan sebagai makhluk sosial.

5. Amanah (trustworthy)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud

dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan

melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini

perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi

nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan

keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus

mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam

bermuamalah dan melalui auditor public.

6. Kerelaan (al-ridha)

Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap

(41)

31

merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan keperusahaan

asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial

memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu anggota

(nasabah) asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugiaan.

7. Larangan riba

Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang

pengayaan diri dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam

menghalalkan perniagaan dan melarang riba.

8. Larangan maisir (judi)

Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisi<r (judi) artinya

adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru

mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis

dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa

reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan

tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali

sebagaian kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi

oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi sebagai

hasil dari ketetapan.

9. Larangan Gharar (ketidak pastian)

Gharar dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu

(42)

32

4. Rukun dan Syarat Asuransi Syariah

Menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah (tanggungan) hanya ada satu,

yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama lainnya, rukun dan

syarat al-kafalah (tanggungan) adalah sebagai berikut:

a. Kafil, atau za’im (orang yang menanggung), dimana persyaratannya

adalah sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan

hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.

b. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang

berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan

dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal

tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.

c. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.

d. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar

dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun

akan tetap.21

Terdapat persyaratan dan larangan bagi sahnya suatu akad. Akad yang

tidak memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari salah

satu larangan ini adalah batal. Adapun akad yang memenuhi semua

persyaratan dan tercegah dari semua larangan, maka akad itu adalah sah,

meskipun akad itu merupakan akad yang baru. Di antara sejumlah

persyaratan itu misalnya:

a. Baligh (dewasa).

21

(43)

33

b. Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh

orang yang kehilangan akal adalah tidak sah, maka perasuransiannya

pun batal.

c. Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi

yang tidak disukai.

d. Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini

terdapat di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila

barang yang di jual tidak diketahui, dan tidak sah pembayaran harga

atas sesuatu yang tidak diketahui. Karena transaksi tersebut seperti

perjudian.

e. Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba.22

5. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara asuransi

syariah dengan konvensional. Asuransi konvensional umumnya

memakai dasar ikatan pertukaran, ialah pertukaran antara pembayaran

premi asuransi dengan uang pertanggungjawaban. Dalam syariat islam,

pertukaran ini harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa

yang harus diterima sehingga mengandung unsur ketidakpastian akad.

Permasalahan lainnya apabila putus di tengah jalan, tidak bisa

dipastikan berapa haknya yang akan diperoleh dan kemungkinan besar

22Murtadha Muthahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba, Terjemah: Irwan

(44)

34

hangus sehingga mengandung unsur zalim. Dana yang dihimpun oleh

lembaga asuransi kemudian mereka investasikan untuk usaha, jadi

dasar pijakannya adalah sistem bunga, sehingga mengandung unsur

riba. Dengan hal ini dapat diketahui bahwa praktik asuransi

konvensional hukumnya menurut syariat Islam adalah haram.23

Sehubungan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat

tiga keberatan dalam praktik asuransi konvensional yakni: pertama,

unsur gharar atau ketidakpastian; kedua, maysir atau untung-untungan;

dan ketiga, ada unsur riba. Tentang unsur gharar (ketidakpastian)

tercermin dalam bentuk akad dan sumber akad. Dalam asuransi

konvensional, akad yang digunakan adalah akad tabaduli, yaitu akad

jual beli. Lazimya dalam akad jual beli menurut syariat Islam, harus

jelas siapa pembeli, penjual, barang yang diperjualbelikan, harga, dan

ijab kabulnya. Dalam asuransi konvensional semua jelas, kecuali harga

(premi) yang harus dibayar tidak jelas karena dikaitkan dengan

kematian. Hanya Allah SWT yang tahu kapan seseorang akan

meninggal dunia. Di damping itu, peserta suransi tidak memiliki

kepastian apakah ia akan menerima uang asuransi atau tidak. Oleh

karena itu, akad dalam asuransi konvensional mengandung gharar atau

ketidakpastian. Adapun dalam asuransi syariah menggunakan akad

tolong-menolong (akad takaful) yaitu akad tolong- menolong pada

23

(45)

35

sesama peserta. Bila ada peserta terkena musibah, peserta lain ikut

membantu, melalui iuran kebajikan (tabarru’).24

Unsur maysir (perjudian) atau untung-untungan dalam konsep

asuransi konvensional tampak pada adanya kontribusi premi kecil dari

tertanggung dan harapan klaim yang berlipat ganda kelak di kemudian

hari, namun apabila evenement tidak terjadi maka premi yang telah

dibayarkan tersebut hangus, serta adanya kemungkinan perusahaan

asuransi akan defisit bila klaim lebih besar dari kontribusi nasabah.25

6. Jenis-jenis Asuransi Syariah

Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah

yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah

kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk

asuransi takaful keluarga meliputi :

1. Takaful berencana

2. Takaful pembiayaan

3. Takaful pendidikan

4. Takaful dana haji

5. Takaful berjangka

6. Takaful kecelakaan siswa

(46)

36

7. Takaful kecelakaan diri

8. Takaful khairat keluarga26

b. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi

syariah yang memberikan perlindungan finansial dalam

menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik

peserta takaful. Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :

1. Takaful kebakaran

2. Takaful kendaran bermotor

3. Takaful pengangkutan27

B.Investasi Syariah

1. Pengertian Investasi

Istilah investasi merupakan kata dari bahasa Inggris, yaitu

investment. Kata invest merupakan kata dasar dari investment yang

memiliki arti ‘menanam’. Dalam Kamus Istilah Pasar Modal dan

Keuangan menurut Wirasasmita (1999), kata investasi diartikan sebagai

penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk

tujuan memperoleh keuntungan. Sementara dalam Kamus Lengkap

Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan

bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak

26

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), 138-139.

27

(47)

37

yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya

menghasilkan pendapatan.28

Menurut Adiwarman A. Karim, investasi adalah penanaman dana

dengan maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan/ di

kemudian hari, mencakup hal-hal antara lain:29

1. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa keuntungan

dalam bentuk finansial atau uang (financial benefit)

2. Badan usahanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan berupa

uang, sedangkan badan sosial dan Badan-badan Pemerintah

lainnya lebih bertujuan untuk memberikan manfaat sosial (social

benefit) dibandingkan dengan keuntungan finansialnya.

3. Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari

Bank harus mampu memperoleh keuntungan finansial (financial

benefit) agar dapat hidup dan berkembang serta memenuhi

kewajibannya kepada bank.

2. Dasar Hukum Investasi Syariah

Investasi dalam Islam, selain sebagai pengetahuan, juga bernuansa

spiritual, karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan

hakikat dari sebuah ilmu yang bersifat amaliyah. Oleh karenanya

investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan

28

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah ..., 225.

29Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT.

(48)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.30

Ayat tersebut ditafsirkan dengan ‘hitung dan introspeksilah diri

kalian sebelum diintrospeksi, dan lihatlah apa yang telah kalian simpan

(invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after here investment) sebagai

bekal kalian menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk

keselamatan diri di depan Allah SWT. Demikian Allah SWT

memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk

melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal shaleh sejak dini

sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.31

Dalam al-Quran surat Luqman ayat 34, secara tegas, Allah SWT

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa

30

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ..., 548.

(49)

39

yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.32

Dalam ayat tersebut memiliki makna yakni usaha untuk bekal akhirat

ataupun untuk bekal dunia.

Konsep investasi dalam ajaran Islam yang diwujudkan dalam bentuk

nonfinansial yang berimpilkasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat

juga tertuang dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 9 sebagai berikut:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.33

Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan

mempersiapkan generasi yang kuat , baik aspek intelektualitas, fisik,

maupun aspek keimanan, sehingga terbentuklah sebuah kepribadian

yang utuh dengan kapasitas:

1. Memiliki akidah yang benar;

2. Ibadah dengan cara yang benar;

3. Memiliki akhlak yang mulia;

(50)

40

5. Mampu untuk bekerja/mandiri;

6. Disiplin atas waktu; dan

7. Bermanfaat bagi orang lain.

Dengan tujuh bekal tersebut diharapkan sebuah generasi sebagai

hasil investasi jangka panjang, para orang tua dapat menjalani

kehidupan dengan baik, sejahtera, dan tentram.

Selain itu, larangan Allah SWT bagi seluruh hamba untuk

memakan harta secara batil dan perintah untuk melakukan aktivitas

perniagaan yang didasari oleh rasa saling ridha di antara para pihak

terlibat, sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran surat an-Nisa

ayat 29:

3. Prinsip Dasar Investasi Syariah

Ada bebrapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi

keuangan yang ditawarkan, menurut Pontjowinoto (2003) sebagai

berikut:

1. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan

menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang

memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.

2. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan yang

fungsinya adalah sebagai alat pertukaran. Nilai yang

menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sementara

manfaat atu keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas

(51)

41

3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau

unsur penipuan di salah satu pihak, baik secara sengaja maupun tidak

sengaja.

4. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak

menimbukan risiko yang besar atau melebihi kemampuan

menanggung risiko.

5. Dalam Islam, setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus

bersedia menanggung risiko.

6. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak

mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia

serta menjaga lestarinya lingkungan hidup.

Dalam berinvestasi, Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan

petunjuk dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap

muslim yang beriman. Di antara rambu-rambu tersebut adalah:

a. Terbebas dari Unsur Riba

b. Terhindar dari Unsur Gharar

c. Terhindar dari Unsur Judi

d. Terhindar dari Unsur Haram

(52)

42

C. Kafalah

1. Pengertian Kafalah

Dalam pengertian bahasa, kafalah berarti ad-dhammu yaitu

menggabungkan. Kafalah juga disebut d}aman berarti jaminan,

hamalah yaitu beban, dan za’amah yang berarti tanggungan.34

Pengertian kafa>lah secara syara’ menurut ulama Malikiyah,

Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah menggabungkan tanggungan

dhamin (pihak yang menjamin) kepada tanggungan al-madhmun

‘anhu (pihak yang dijamin) didalam kewajiban menunaikan hak,

maksudnya didalam kewajiban menunaikan hutang. Jadi, berdasarkan

definisi ini utang yang ada menjadi tanggungan kedua belah pihak,

yaitu pihak yang menjamin dan pihak yang dijamin.35

Dalam pengertian yang lain, kafalah juga berarti mengalihkan

tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada

tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.36

2. Dasar Hukum

Kafalah

Dalam Alquran surat Ali Imran ayat 37:

34

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Kamaluddin A. Marzuki jilid 14 (Bandung: Al-Ma’arif,

1998), 157.

35Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqhu al-Islamy Wa Adillatuhu, Terj. Abdul hayyie al-Kattani et al. jilid.V (Jakarta: Gema Insani, 2001), 36.

36

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik(Jakarta: Gema Insani,

2001 ),

(53)

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.37

Dalam Alquran surat Yusuf ayat 72 Allah berfirman:



Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".38

3. Rukun dan Syarat Kafalah

Menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah (tanggungan) hanya

ada satu, yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama

lainnya, rukun dan syarat al-kafalah (tanggungan) adalah sebagai

berikut:

a. Kafil, atau za’im (orang yang menanggung), dimana

persyaratannya adalah sudah baligh, berakal, tidak dicegah

37

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,81.

38

(54)

44

membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya

sendiri.

a. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa

yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin.

Disyaratkan dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama

dalam hal tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan

kedisiplinan.

b. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.

c. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar

dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun

akan tetap.39

D.

Mudarabah

1. Pengertian Mudharabah

Mud}a>rabah berasal dari kata arb, yang berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya

adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan

usaha. Dalam bahasa Arab, kata ini termasuk ke dalam kata yang

memiliki banyak arti. Namun dibalik keluwesan kata ini, dapat

ditarik benang merah yang dapat mencerminkan keragaman makna

39

(55)

45

yang ditimbulkannya, yaitu bergeraknya sesuatu kepada sesuatu

yang lain.40

Secara lengkap mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha

antara dua pihak, dimana pihak pertama (sa>hibul ma>l) menyediakan

seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola

keuntungan usahasecara mud}a>rabah dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung

oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya itu diakibatkan karena kecurangan atau

kelalaian si pengelola, maka ia harus bertanggung jawab atas

kerugian tersebut.41Seperti yang dijelaskan dalam Allah dalam

Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu42

Praktik pembiayaan mud}a>rabah antara Khadijah dengan nabi,

saat itu khadijah mempercayakan barang daganganya untuk dijual

oleh Nabi Muhammad Saw Ke luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah

40Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pusat Studi

Ekonomi Islam STIS Yogyakarta, 2003), 80.

41

Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,... 95.

(56)

46

berperan sebagai pemilik modal (sa>hibul ma>l) sedangkan Nabi

Muhammad Saw. Berperan sebagai pelaksana usaha (mud}a>rib).

Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak satu pihak

berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah

modalnya untuk dikolah oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha,

dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mud}a>rabah.

Atau singkatnya, akad mud}a>rabah adalah persetujuan kongsi antara

harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.43

2. Macam-macam Mud}a>rabah

Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu

mud}a>rabah muthlaqahdan mud}a>rabah muqayyadah.

a. Mud}a>rabah mut}hlaqah adalah bentuk kerja sama antara

s}a>h}ibul ma>l dan mua>ribyang cakupannya sangat luas dan

tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah

bisnis.

b. Mud}a>rabah muqayyadahadalah kebalikan dari mud}a>rabah

mut}hlaqah. Disini mua>ribdibatasi dengan batasan jenis

usaha, waktu atau tempat usahanya.44

3. Rukun-rukun Mud}a>rabah

Rukun yang harus ada dalam akad mud}a>rabah adalah:

a. Adanya pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha).

43Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan..., 113. 44

(57)

47

b. Obyek mud}a>rabah (modal dan kerja).

c. Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab dan qabul).

d. Nisbah keuntungan.45

45

(58)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN REASURANSI PADA

TABUNGAN INVESTASI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Bukopin1

Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank

umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank

Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah

Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari

Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11

Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.

Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang

saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam

rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah

dengan pelayanan terbaik.

Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank

Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban

Usaha Syariah-nya kedalam PT Bank Syariah Bukopin.

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap berkat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Kulit Alpukat (Persea

Berkenaan dengan proteksi generator dan motor di antaranya Rele Diferensial pada Generator, Rele Gangguan Tanah pada Generator, Proteksi Under dan Upper Frekuensi pada

Memori pada intinya berfungsi untuk ‘mengingat’ atau menyimpan suatu informasi. Memori penting bagi sistem MCS-51 karena semua program dan data tersimpan dalam

salina baik pada fraksi, ekstrak maupun senyawa yang diperoleh, menunjukkan korelasi nyata bahwa tumbuhan paliasa merupakan tumbuhan obat yang telah digunakan secara

gambaran secara umum penduduk Kabupaten Poso Hasil SP 2010, sehingga dapat.. memberikan wacana awal bagi para pengambil keputusan dalam

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan bahwa terdapat pengaruh penerapan media macromedia flash terhadap hasil belajar

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan model TAI dengan media video untuk peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV yang telah

Selain disiplin dalam bekerja, motivasi juga menjadi sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan, semakin besar tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, maka