TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH
BUKOPIN SIDOARJO SKRIPSI
Oleh:
Alivia Nur Safira Wardani NIM: C02213007
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian lapangan (field research) yang bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo. Dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan mendiskripsikan masalah yang ada pada aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, serta menggunakan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi reasuransi pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo dimana masing-masing tabungan investasi iB Rencana memperoleh proteksi asuransi jiwa. Bank bekerja sama dengan perusahaan asuransi yaitu PT Panin Dai-ichi Life. Obyek pertanggungan pada produk Tabungan Investasi iB Rencana adalah seluruh nasabah Tabungan Investasi iB Rencana. Premi setiap bulannya ditanggung oleh Bank Syariah Bukopin tanpa mengurangi dana nasabah. Premi tersebut diambilkan dari keuntungan Bank Syariah Bukopin selama 1 (satu) bulan. Setelah ditinjau dari hukum Islam tehadap Reasuransi pada tabungan investasi adalah dibolehkan, karena asuransi tersebut fasilitas untuk nasabah yang bersifat sosial dan atas dasar tolong-menolong, akad yang digunakan jelas serta tidak ada hal-hal yan membuatnya diharamkan, baik dalam bentuk perjanjian, proses pemberian, maupun konsep yang diterapkan. Adapun ketentuan berakhirnya Proteksi Asuransi Jiwa tidak bertentangan dengan hukum Islam karena perjanjian tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR & TABEL ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Kegunaan Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 11
I. Lokasi Penelitian ... 11
J. Data yang Dikumpulkan ... 11
L. Teknik Pengumpulan Data ... 15
M. Teknik Pengolahan Data ... 16
N. Teknik Analisis Data ... 17
O. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II KONSEP ASURANSI DAN INVESTASI MENURUT HUKUM ISLAM A.Asuransi ... 20
1. Pengertian Asuransi Syariah ... 20
2. Dasar Hukum Asuransi Syariah ... 23
3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah ... 28
4. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional ... 33
5. Jenis-jenis Asuransi Syariah ... 35
B. Investasi Syariah 1. Pengertian Investasi Syariah ... 36
2. Dasar Hukum Investasi Syariah ... 37
3. Prinsip Dasar Investasi Syariah ... 40
C. Kafalah 4. Pengertian Kafalah ... 42
5. Dasar Hukum Kafalah ... 42
6. Rukun dan Syarat Kafalah ... 43
D. Investasi Syariah 7. Pengertian Investasi Syariah ... 36
8. Dasar Hukum Investasi Syariah ... 37
9. Prinsip Dasar Investasi Syariah ... 40
E. Mud}a>rabah 10. Pengertian Mud}a>rabah ... 44
11. Macam-macam Mud}a>rabah ... 46
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO
A.Gambaran Umum Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 48
1. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 48
2. Visi, Misi, dan ... 49
3. Struktur Organisasi, Personalia & Diskripsi Tugas ... 49
4. Produk & Aplikasi Akad ... 50
B.Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 64
BAB IV REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A.Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 72
B.Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo ... 73
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 75
B.Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR & TABEL
Gambar Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan
untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan
mendapat hasil.1
Istilah investasi dan penanaman modal merupakan dua istilah yang
cukup dikenal dalam kegiatan bisnis dan perundang-undangan. Untuk
mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, seseorang
akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya ari waktu ke
waktu atau setidaknya berusaha bagaimana untuk mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan
datang.2
Di samping hal tersebut, orang melakukan investasi karena dipicu
oleh kebutuhan di masa depan. Tetapi sangat disayangkan, banyak orang
belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal semakin ke depan,
biaya hidup seseorang pasti akan semakin bertambah. Bila orang menyadari
bahwa kebutuhan masa yang akan datang akan lebih bertambah besar, mereka
tentu akan menyempatkan diri berhemat dalam mengelola keuangannya,
1
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana Prenada,2012). 153
2
mereka psti akan melakukan investasi guna memenuhi kebutuhan yang
diperlukan di masa depan.
Selain kebutuhan akan masa depan, orang melakukan investasi karena
dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal-hal lain yang tak terduga.
Misalnya keterbatasan dana, kondisi kesehatan dan datangnya musibah secara
tiba-tiba. Oleh karena masalah ini tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka
diperlukan perencanaan yang baik dalam menghadapi hidup ini. Dengan
adanya alternatif investasi, memungkinkan seseorang bisa memenuhi
kebutuhan masa depannya dengan menentukan prioritas kebutuhan,
menetapkan perencanaan yang baik, dan implementasi secara disiplin.3
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tolong-menolong, kerja
sama atau melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian yang diderita di
masa yang akan datang. Seperti yang ada dalam QS. al-Maidah ayat 2:
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengajarkan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.4
Ayat tersebut memuat perintah tolong-menolong antara sesama
manusia. Dalam bidang asuransi, para nasabah diharapkan dapat memberikan
sebagian uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai dana sosial
(tabarru’) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota asuransi yang
mengalami musibah.
3
Ibid. 153.
3
Selanjutnya dalam surat an-Nisa ayat 09, Allah SWT berfirman:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.5
Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa segala musibah dan
kerugian yang diderita oleh manusia tidak dapat diketahui dengan pasti,
kapan musibah tersebut akan datang dan berapa besar kerugian yang akan
dideritanya. Dengan hal tersebut semestinya manusia berusaha agar
menghindari kerugian dan meminimalkan kerugian. Salah satu cara yang
berkaitan dengan hal tersebut yaitu manusia diharapkan mengelola resiko
yang terjadi akibat musibah itu dengan perlindungan (proteksi) jiwanya dan
hartanya yang diakibatkan dari kerugian tersebut.
Dana investasi merupakan salah satu produk bank syariah yang
berbeda dengan produk di perbankan konvensional. Produk ini dirancang
untuk masyarakat yang tertarik dengan sistem investasi bagi hasil. Berbeda
dengan dana simpanan, dana investasi tidak dapat ditarik sewaktu-waktu,
melainkan sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah (selanjutnya disebut
investor). Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari
produk ini, yaitu motif utama nasabah adalah investasi dan oengembalian
5
4
dana investasi dilakukan sesuai kesepakatan investasi seperti 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.6
Dengan karakternya yang demikian, maka produk ini dapat
menggunakan prinsip Mud{h>arabah. Konsekuensi dari penggunaan prinsip ini
adalah adanya sistem bagi hasil dari bank untuk investor. Dalam transaksi
ini, bank bertindak sebagai mud{ha>rib, sedangkan investor bertindak sebagai
s{ha>h{ibul ma>l.
Bank Syariah Bukopin Sidoarjo memiliki dua tujuan yaitu tabungan
yang ditujukan untuk berjaga-jaga dan tabungan yang ditujukan untuk
investasi. Atas dasar tujuan tersebut, Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
menyediakan produk berupa Tabungan investasi. Tabungan Investasi adalah
jenis tabungan berjangka yang diperuntukkan bagi perorangan dengan
potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan dimasa yang
akan datang sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis dan
rencana pendidikan atau multiguna dengan menggunakan prinsip bagi hasil.
Akad yang digunakan adalah mud{h>arabah mut{laqah.7
Mud{h>arabah mut{laqah merupakan jenis mud{h>arabah di mana pemilik
usaha (mud{ha>rib) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan
investasi oleh pemilik modal (shahibul mal).8
Tabungan Investasi tersebut hadir dengan berbagai manfaat. Manfaat
tersebut adalah terjaminnya dana, dapat dijadikan pembiayaan, bank-pun
6
Sutan Remy, Perbankan Islam(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,1999), 21. 7
www.syariahbukopin.co.id/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 8
5
dapat memberikan bonus namun tidak diperjanjikan di awal, dan satu lagi
manfaat untuk nasabah yang diperoleh dari Tabungan Investasi Bank
Syariah Bukopin Sidoarjo adalah nasabah berhak mendapatkan proteksi
asuransi jiwa jika rata-rata saldo nasabah dalam satu bulan mencapai di atas
Rp. 1.000.000,00.9
Jangka waktu minimal 1 tahun dan maksimal 18 tahun dengan bagi
hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian dalam satu bulan. Penabung
dijamin asuransi jiwa dengan premi dibayar oleh Bank Syariah Bukopin.
Dimana tertanggung adalah nasabah Bank Syariah Bukopin Sidoarjo dan
penanggung adalah Perusahaan Asuransi.10
Dana nasabah Tabungan Investasi yang dijamin asuransi jiwa, oleh
Bank Syariah Bukopin Sidoarjo diasuransikan kembali atau direasuransikan
ke perusahaan asuransi rekanan bank kecuali untuk pembiayaan yang
dilakukan secara sindikasi dengan klausa Banker’s Clause. Banker’s Clause
adalah suatu klausa yang melekat pada polis Asuransi bahwa dalam hal
terjadi kerugian, jika ada yang dapat dibayar dibawah polis tersebut, maka
akan dibayarkan kepada bank sampai jumlah yang menjadi haknya, termasuk
kewajiban tanpa mengurangi hak tertanggung atau selisihnya.11
Jika sisa jangka waktu asuransi agunan yang ditutup sendiri oleh
nasabah kurang dari tiga bulan, maka nasabah diwajibkan untuk
menyediakan dana sebagai cadangan perpanjangan asuransi pada asuransi
9
www.syariahbukopin.co.id/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 10
Dokumen Bank Syariah Bukopin Sidoarjo. 11
6
rekanan bank. Dalam hal pemilihan rekanan asuransi, di utamakan asuransi
yang berprinsip syariah. Penutupan asuransi adalah satu proses pemberian
perlindungan atau pengalihan resiko terhadap objek pertanggungan milik
tertanggung yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dimana apabila terjadi
resiko atas objek pertanggungan tersebut, maka penanggung (perusahaan
asuransi) akan memberikan penggantian sejumlah uang atau barang sesuai
perjanjian kepada tertanggung.12
Aspek utama dari setiap transaksi dalam Islam adalah akad, dimana
dalam beransuransi terdapat akad yang harus dipenuhi. Nasabah sebagai
penanggung hendaknya berakad terlebih dahulu dengan penanggung, dalam
hal ini perusahaan asuransi. Namun dalam hal ini tidak dijelaskan dimana
dana investasi tersebut diasuransikan, apakah diasuransi syariah atau
konvensional.
Dari penelitian ini, peneliti merasa hal ini menarik dan perlu diteliti
lebih dalam lagi sehingga peneliti mengambil penelitian dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Reasuransi Pada Tabungan Investasi Di
Bank Syariah Bukopin Sidoarjo”. Penulis lebih fokus untuk membahas
keterkaitan antara nasabah, bank syariah, dan asuransi rekanan bank dalam
aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin
Sidoarjo.
12
7
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi:
1. Ketentuan yang berlaku untuk nasabah yang tercover asuransi jiwa pada
Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.
2. Proses pemberian asuransi jiwa pada Tabungan Investasi di Bank Syariah
Bukopin Sidoarjo.
3. Latar belakang terjadinya pelaksanaan reasuransi
4. Aplikasi reasuransi
5. Tinjauan hukum Islam terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di
Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
Untuk menghasilkan penelitian yang lebih fokus pada judul diatas,
penulis membatasi penelitian yakni pada : Tinjauan hukum Islam terhadap
Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah BukopinSidoarjo,
dengan fokus bahasan antara lain :
1. Aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin
Sidoarjo
2. Tinjauan hukum Islam terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di
8
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut maka masalah yang akan peneliti
bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank
Syariah Bukopin Sidoarjo?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap aplikasi Reasuransi pada
Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang sudah ada13.
Pembahasan mengenai masalah auransi telah banyak dibahas dan
ditulis dalam karya ilmiah sebelumnya yang dijadikan sebagai gambaran
penulisan, sehingga tidak ada pengulangan permasalahan yang sama.
Di sini penulis telah menemukan salah satu penelitian atau kajian
mengenai bank syariah khususnya dalam hal asuransi, penelitian tersebut
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhdap Proteksi Asuransi Jiwa pada
Tabungan iB Siaga Bank Syariah Bukopin: Studi Kasus Di Bank Syariah
Bukopin Cabang Sidoarjo”. Singkatnya bahwa pembahasan skripsi ini lebih
13
9
fokus kepada proses pemberian proteksi asuransi jiwa kepada nasabah
Tabungan iB Siaga di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.14
Penelitian kedua yang mempunyai keterkaitan yaitu penelitian yang
berjudul “Pengaruh Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Perusahaan
Terhadap Tingkat Efisiensi Industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia
Tahun 2014-2015”. Singkatnya bahwa pembahasan penelitian ini lebih fokus
kepada pengaruh solvabilitas dana terhadap tingkat efisiensi industri
asuransi jiwa.15
Penelitian kedua yang mempunyai keterkaitan yaitu penelitian yang
berjudul “Analisis Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman
Umum Pemberian Santunan Jiwa Mu’awanah di BMT Sidogiri Cabang
Sepanjang”. Singkatnya bahwa pembahasan skripsi ini lebih fokus kepada
pedoman umum pemberian santunan jiwa.16
Dengan adanya kajian pustaka di atas jelas sangat berbeda dengan
penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Tinjauan hukum Islam
terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin
Sidoarjo”. Perbedaan hasil penelitian diatas berbeda dengan yang penelti
teliti, pada penelitian ini penulis memfokuskan pada sistem aplikasi
14
Shofiatun Zulfikah, Analisis Hukum Islam Terhadap Proteksi Asuransi Jiwa Pada Tabungan iB
Siaga Bank Syariah Bukopin (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin Cabang Sidoarjo), Skripsi
pada Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013. 15
Mafidah Rokhmah Diana, Pengaruh Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Perusahaan Terhadap
Tingkat Efisiensi Industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia Tahun 2014-2015, Pascasarjana
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. 16
Zahrul Haq, Analisis Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
10
reasuransi, agar mengetahui dan memahami masalah yang ada dalam
reasuransi tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank
Syariah Bukopin Sidoarjo
2. Untuk mengetahui Tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi pada
Tabungan Invesatasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian diatas, maka
diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi
pembaca maupun penulis sendiri, baik secara teoretis maupun secara praktis.
Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu:
1. Secara Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan hukum Islam tentang aplikasi reasuransi.
b. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang muamalah yang berkaitan dengan asuransi
11
2. Secara Praktis
a. Dapat dijadikan acuan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
perbankan, atau ditempat lain untuk bermuamalah secara islam.
G. Definisi Operasional
Agar dalam pembahasan selanjutnya tidak menimbulkan penyimpangan
dari arah penulisan tugas akhir ini, maka penulis akan menjelaskan tentang
bagian terpenting dari judul penelitian skripsi ini, yaitu “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah
Bukopin Sidoarjo”. Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkenaan
dengan judul di atas.
Tinjauan Hukum Islam : Pandangan tentang peraturan dan ketentuan
mengenai kehidupan yang berdasarkan
al-Qur’an dan al-Hadist17.
Resauransi : Pertanggungan ulang yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi pada perusahaan asuransi
lain.18
Tujuan reasuransi adalah untuk
memungkinkan penanggung membayar klaim
kepada tertanggung dalam hal terjadi sesuatu
17 Gemala Dewi, Aspek Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), 2.
18
12
yang menimbulkan kerugian, sedangkan pihak
penanggung khawatir jika dia tidak mampu
membayar klaim tersebut. reasuransi pada
dasarnya dilakukan untuk meringankan
bebabn penanggung.
Tabungan Investasi : Jenis tabungan berjangka yang
diperuntukkan bagi perorangan degan potensi
bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi
kebutuhan dimasa yang akan datang dengan
potensi bagi hasil yang kompetitif guna
memenuhi kebutuhan dimasa yang akan
datang sekaligus memberikan manfaat
proteksi asuransi jiwa gratis untuk rencana
pendidikan atau multiguna dengan prinsip
bagi hasil.19
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode penilitan
kualitatif ialah metode penelitian yang meletakkan peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan.
Analisis data bersifat deduktif, dan lebih menekan akan makna dari pada
19 www.syariahbukopin.co.id/
13
generalisasi.20 Yakni tentang tinjauan hukum Islam terhadap reasuransi
pada tabungan investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.
Sedangkan pendekatan penelitian ini ialah bersifat deskriptif
analisis. Penulis akan mendeskripsikan data yang diperoleh dari subyek
penelitian secara apa adanya. Serta penulis memberikan interprestasi
dan analisis terhadap data yang diperoleh.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yakni penelitian yang dilakukan dalam kontek lapangan yang benar-benar
terjadi adanya reasuransidi Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.
3. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas,
maka data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank
Syariah Bukopin Sidoarjo.
b. Data tentang asuransi syariah dan mudharabah yang diambil dari buku,
jurnal dan skripsi terdahulu.
4. Sumber Data
Sumber data adalah sumber dari mana data akan digali, sumber
tersebut dapat berupa orang, dokumen pustaka, keadaan, atau lainnya.21
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta.2008). 9 21
14
Data-data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data
sebagai berikut:
a. Sumber Primer yaitu sumber utama data yang diperoleh langsung dari
objek yang diteliti22, Dalam penelitian ini yaitu data-data yang
diperoleh langsung dari Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, yaitu
keterangan dari pihak-pihak yang terkait dengan asuransi,
diantaranya:
a) Pimpinan Cabang Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
b) Customer Service Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
c) Relation Officer Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
d) Nasabah Tabungan Investasi Bank Syariah Bukopin Sidoarjo yang
mendapatkan proteksi asuransi jiwa
b. Sumber Sekunder, informasi yang telah dikumpulkan pihak lain23.
Dalam penelitian ini, merupakan data yang bersumber dari
buku-buku; catatan-catatan; publikasi atau dokumen tentang apa saja yang
berhubungan dengan penelitian, antara lain:
a) Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah.
b) Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.
c) D. Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah
d) M. Muslehuddin, Asuransi dalam Islam.
e) M. Yusuf Qardawi. Halal dan Haram dalam Islam.
23
15
f) Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik Upaya
Menghilangkan Gharar.
g) Muhammad Syakir Sulu, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep
dan Sistem Operasional.
h) Rahmat Syafe’i, Fiqh Muamalah.
i) Suharwadi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam.
j) Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah
k) Sutan Remy, Perbankan Islam.
l) Syafiq M. Hanafi, Sistem Ekonomi Islam dan Kapitalisme.
m) Veitzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori,
Konsep, dan Aplikasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara)24. Dimana
wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada pimpinan
24
16
bank, customer service, relation officer, dan nasabah Tabungan
Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.Wawancara sebagai alat
pengumpul data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan
dengan sistematis dan berlandasaskan pada tujuan penelitian.
Wawancara yang peneliti lakukan, yaitu dengan:
b. Dokumentasi
Sebagai pelengkap dalam pengumpulan data maka penulis
menggunakan data dari sumber-sumber yang memberikan informasi
terkait dengan permasalahan yang dikaji.
c. Obeservasi
Obeservasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu
teknik pengumpulan data apabila telah sesuai dengan tujuan
penelitian, direncanakan dan dicatat secara sitematis, dan dapat di
control keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya
(validitasnya).25
Dalam hal ini penulis akan terjun ke lapangan yakni di Bank Syariah
Bukopin Sidoarjo.
6. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap
sumber-sumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Editing
25
17
yaitu memeriksa kembali lengkap atau tidaknya data-data yang
diperoleh dan memperbaiki bila terdapat data yang kurang jelas atau
meragukan26.Teknik ini betul-betul menuntut kejujuran intelektual
(intelectual honestly) dari penulis agar nantinya hasil data konsisten
dengan rencana penelitian.
b. Organizing
yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian
rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan
rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh27.
Dengan teknik ini diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran
secara jelas tentang aplikasi reasuransi di Bank Syariah Bukopin
Sidoarjo.
c. Analyzing
yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil editing dan
organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber penelitian,
dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga diperoleh
kesimpulan28.
7. Teknik Analisis Data
Hasil dari penggumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
26
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 125. 27
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 153. 28
18
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.
a. Pola Pikir Deskriptif, yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan
serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan metode ini adalah
untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang telah diselidiki29. Metode ini
digunakan untuk memberikan penjelasan lebih jelas lagi mengenai
aplikasi reasuransi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo.
b. Pola Pikir Induktif, Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola
pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta
yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan
pemecahan persoalan yang bersifat umum30. Pola pikir ini digunakan
untuk mengemukakan fakta-fakta dari hasil penelitian di Bank
Syariah Bukopin Sidoarjo yang kemudian di analisis secara umum
menurut hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca dalam mengetahui secara menyeluruh melalui uraian
29
Moh, Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63. 30
19
singkat materi skripsi. Sistematika dalam pembahasan skripsi ini, mencakup
lima bab yaitu:
Penelitian ini dimulai dengan Bab pertama yaitu pendahuluan.Dalam
bab ini, penulis cantumkan beberapa sub bab yaitu; latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas mengenai landasan teori investasi dan asuransi
syariah yang meliputi definisi, dasar hukum, pendapat para ahli hukum Islam
terhadap asuransi, prinsip-prinsip asuransi syariah serta tentang kafalah dan
mud{a>rabah.
Bab ketiga memaparkan mengenai Bank Syariah Bukopin Sidoarjo,
meliputi latar belakang berdirinya Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, visi dan
misi, keadaan geografis, struktur kepengurusan, ketentuan-ketentuan dan
landasan kerja yang menjadi pedoman Bank Syariah Bukopin Sidoarjo, serta
aplikasi reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin
Sidoarjo.
Bab keempat berisi tentang Analisis hukum Islam terhadap
Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo
Bab kelima yaitu penutup dari pembahasan skripsi ini yang berisikan
BAB II
KONSEP ASURANSI DAN INVESTASI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Asuransi
1. Pengertian Asuransi Syariah
Kata asuransi dambil dari bahasa Belanda dengan sebutan
“assurantie”, sedangkan dalam hukum Belanda disebut dengan
“verzekering” yang berarti pertanggungan. Isitilah ini kemudian
berkembang menjadi “assuradeur” yang berarti penanggung dan
tertanggung disebut “geassureerde”.1
Dalam konsep asuransi syariah, asuransi disebut dengan takaful,
ta’min, dan Islamic insurance. Takaful mempunyai arti saling
menanggung antar umat manusia sebagai makhluk sosial. Ta’min
berasal dari kata “amanah” yang bebrarti memberikan perlindungan,
ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa takut. Adapun Islamic
insurance mengandung makna “pertanggunga” atau “saling
menanggung”. Istilah takaful pertama kali digunakan oleh Daar al
Mal al Islami, sebuah perusahaan asuransi Islam yang berpusat di
Genewa 1983.2
1 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional (PT Alex Media Komputindo: Jakarta, 2006) hlm 2.
2Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama
21
Asuransi disebut pula takaful, ta’min, atau tadhamun, yaitu usaha
saling melindungi dan saling tolong menolong diantara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ melalui akad
sesuai dengan syariah.3
Musthafa Ahmad Az-Zarqa mengatakan bahwa sistem asuransi
syariah adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan
untuk menutupi kerugian atau musibah-musibah. Tugas ini dibagikan
kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari
kumpulan premi-premi mereka.4
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap
ta’awun yang telah diatur dengan sitem yang sangat rapi, antara
sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisispasi suatu
peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut
dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan masing-masing
peserta. Dengan pemberian tersebut, maka dapat menutupi kerugian
yang dialami oleh peserta yang mengalami musibah.5
Definisi yang lebih jelas tentang asuransi syariah dikemukakan
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
3Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor:Ghalia Indonesia, 2012)
hlm 301.
4Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah, Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta:
Gema Insani, 2004), hlm 24.
22
No:21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
Dalam ketentuan umum poin 1 disebutkan6:
Asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dalam definisi yang dikemukakan oleh DSN MUI di atas
dinyatakan bahwa pola pengembalian dilakukan melalui akad yang
sesuai dengan syariah. Ini mengandung arti bahwa akad dalam
asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar
(ketidakpastian), maisir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram, dan maksiat.7
Dalam pengertian asuransi di atas, menunjukkan bahwa asuransi
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Adanya pihak tertanggung
b. Adanya pihak penanggung
c. Adanya perjanjian asuransi
d. Adanya pembayaran premi
e. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan (yang
diderita tertanggung)
6
Ma’ruf Arif dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2014), 394.
23
f. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.8
Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwasannya asuransi takaful merupakan pihak yang tertanggung
penjamin atas segala risiko kerugian, kerusakan, kehilangan, atau
kematian yang dialami oleh nasabah (pihak tertanggung). Dalam hal
ini, si tertanggung mengikat perjanjian (penjaminan resiko) dengan si
penanggung atas barang atau harta, jiwa dan sebagainya berdasarkan
prinsip bagi hasil yang mana kerugian dan keuntungan disepakati
oleh kedua belah pihak.9
2. Dasar Hukum Asuransi Syariah
1. Al-Quran
Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas
dalam al-Quran, tidak ada sebuah ayatpun secara nyata
menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-quran hanya
mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai
dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar
tolong-menolong, kerja sama atau semangat untuk melakukan proteksi
terhadap peristiwa kerugian yang diderita di masa yang akan
datang. Dengan hal ini, praktik asuransi tidak dilarang dalam
8Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 11.
9Hendi Suhendi dan Deni K Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoritis Ke Praktik, (Bandung:
24
syariat Islam, karena prinsip dalam praktik asuransi dalam Islam
adalah mengajak kepada kebaikan sesama manusia.10
Di antara ayat ayat Al-Qur’an yang mempunyai muatan
nilai nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah:
a. Al-Baqarah (2) ayat 177:
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.11
Firman Allah SWT tersebut merupakan anjuran normatif
untuk saling bersedekah di jalan Allah dan melakukan kegiatan
sosial untuk menolong orang-orang fakir dan miskin. Praktik
10Ibid, hm 246.
11Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Bandung: CV.
25
asuransi yang dapat disarikan arti ayat ini adalah dengan
membayar premi asuransi yang bersifat tabarru’. Hal ini
merupakan suatu wujud dari penginfakan harta pada jalan Allah
SWT, karena pembayaran itu diniatkan untuk saling membantu
anggota perkumpulan asuransi jika mengalami musibah di
kemudian hari.12
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.13
Ayat tersebut memuat perintah tolong-menolong antara
sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang
asuransi, para nasabah diharapkan dapat memberikan sebagian
uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai dana sosial
(tabarru’) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota
asuransi yang mengalami musibah.14
c. Surat Yusuf (12) ayat 72:
12
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional..., 246.
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,106.
14
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.16
Ayat tersebut memuat perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan.
Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya". (HR. Muslim dari Abu Hurairah)17
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,360.
16Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ..., 548.
17Bukhari, KitabBukhari, Hadist No. 2262, LidwahPustaka i-Software-Kitab Sembilan
27
ٌوْضَع ُِْم ىَكَتْشا اَذِإ ِدَسَْْا ُلْثِم ْمِهِفُطاَعَ تَو ْمِهُُِاَرَ تَو ْمِّداَوَ ت ِِْ َِِْْمْؤُمْلا ُلَثَم
رشب نب نامع لا نع ملسم اور( ىَمُْْاَو ِرَهّسلاِب ِدَسَْْا ُرِئاَس َُل ىَعاَدَت
(
Artinya:
Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita". (HR. Muslim dari Nu'man bin Basyir)18
Dalam Hadis tersebut, tersirat adanya anjuran untuk saling
membantu antara sesama muslim di dunia ini dengan
menghilagkan kesukaran hidup yang dideritanya. Bagi yang
membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan dan apabila
ini dilakukan, maka Allah SWT akan menghilangkan kesusahan
baginya dari kesusahan hari kiamat. Dalam kaitan dengan
asuransi, Hadis ini terlihat anjuran agar melaksanakan pembayaran
premi asuransi dalam bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’)
yang akan digunakan untuk membantu dan mempermudah urusan
bagi orang atau anggota yang mendapatkan musibah dan bencana.
3. Ijma’
Para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan) dalam hal
aqilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Adanya
ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan tidak adanya sahabat
lain yang menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah iuran
darah yang dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki (as}abah) dari si
18
28
pembunuh (orang yang menyebabkan kematian oran lain secara
tidak sewenangwenang). Dalam hal ini, kelompoklah yang
menanggung pembayarannya karena si pembunuh merupakan
anggota dari kelompok tersebut. Dengan tidak adanya sahabat
yang menentang Khalifah Umar, dapat disimpulkan bahwa telah
terdapat ijma’ dikalangan sahabat Nabi SAW mengenai persoalan
ini.19
3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah
Menurut Abdul Manan prinsip-prinsip asuransi syariah ada 3, yaitu:20
1. Saling Betanggung Jawab
Kehidupan di antara sesama muslim terikat dalam suatu
kaidah yang sama dalam menegakkan nilai-nilai Islam. Sehubungan
dengan hal ini, kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi
tanggung jawab sesama muslim. Asuransi syariah memiliki rasa
tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta
lain yang mengalami musibah dengan niat okhlas, karena memikul
tanggung jawab dengan niat ikhlas itu merupakan ibadah kepada
Allah SWT.
2. Saling Bekerja Sama (Tolong-Menolong)
19Widyaningsih, dkk.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Media Group,
2006), 194.
29
Para peserta asuransi syariah diharapkan saling bekerja sama
dan saling bantu membantu dalam mengatasi kesulitan yang dialami
karena suatu musibah yang dideritanya.
Para peserta asuransi syariah diharapkan dapat berperan
sebagai pelindung bagi peserta lain yang sedang menderita kerugia
atau terkena musibah.
Sedangkan menurut A. Dzajuli danYadi Jazwari, prinsip dasar asuransi
syariah yaitu:
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk
bangunan yang ada dalam syariat Islam. Setiap Bangunan dan
aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid.
Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum
harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya
nilai-nilai keadilan (justice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad
asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam
menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan
asuransi.
3. Tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan
30
(ta’awun) antara anggota. Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal
harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan
meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan
musibah atau kerugian.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu
ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang
mendapatkan mandat dari Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian
dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai makhluk individu
dan sebagai makhluk sosial.
5. Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud
dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan
melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini
perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi
nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus
mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
bermuamalah dan melalui auditor public.
6. Kerelaan (al-ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap
31
merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan keperusahaan
asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial
memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu anggota
(nasabah) asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugiaan.
7. Larangan riba
Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang
pengayaan diri dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam
menghalalkan perniagaan dan melarang riba.
8. Larangan maisir (judi)
Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisi<r (judi) artinya
adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru
mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis
dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa
reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan
tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali
sebagaian kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi
oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi sebagai
hasil dari ketetapan.
9. Larangan Gharar (ketidak pastian)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu
32
4. Rukun dan Syarat Asuransi Syariah
Menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah (tanggungan) hanya ada satu,
yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama lainnya, rukun dan
syarat al-kafalah (tanggungan) adalah sebagai berikut:
a. Kafil, atau za’im (orang yang menanggung), dimana persyaratannya
adalah sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan
hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
b. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang
berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan
dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal
tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
c. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
d. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar
dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun
akan tetap.21
Terdapat persyaratan dan larangan bagi sahnya suatu akad. Akad yang
tidak memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari salah
satu larangan ini adalah batal. Adapun akad yang memenuhi semua
persyaratan dan tercegah dari semua larangan, maka akad itu adalah sah,
meskipun akad itu merupakan akad yang baru. Di antara sejumlah
persyaratan itu misalnya:
a. Baligh (dewasa).
21
33
b. Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh
orang yang kehilangan akal adalah tidak sah, maka perasuransiannya
pun batal.
c. Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi
yang tidak disukai.
d. Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini
terdapat di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila
barang yang di jual tidak diketahui, dan tidak sah pembayaran harga
atas sesuatu yang tidak diketahui. Karena transaksi tersebut seperti
perjudian.
e. Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba.22
5. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara asuransi
syariah dengan konvensional. Asuransi konvensional umumnya
memakai dasar ikatan pertukaran, ialah pertukaran antara pembayaran
premi asuransi dengan uang pertanggungjawaban. Dalam syariat islam,
pertukaran ini harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa
yang harus diterima sehingga mengandung unsur ketidakpastian akad.
Permasalahan lainnya apabila putus di tengah jalan, tidak bisa
dipastikan berapa haknya yang akan diperoleh dan kemungkinan besar
22Murtadha Muthahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba, Terjemah: Irwan
34
hangus sehingga mengandung unsur zalim. Dana yang dihimpun oleh
lembaga asuransi kemudian mereka investasikan untuk usaha, jadi
dasar pijakannya adalah sistem bunga, sehingga mengandung unsur
riba. Dengan hal ini dapat diketahui bahwa praktik asuransi
konvensional hukumnya menurut syariat Islam adalah haram.23
Sehubungan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
tiga keberatan dalam praktik asuransi konvensional yakni: pertama,
unsur gharar atau ketidakpastian; kedua, maysir atau untung-untungan;
dan ketiga, ada unsur riba. Tentang unsur gharar (ketidakpastian)
tercermin dalam bentuk akad dan sumber akad. Dalam asuransi
konvensional, akad yang digunakan adalah akad tabaduli, yaitu akad
jual beli. Lazimya dalam akad jual beli menurut syariat Islam, harus
jelas siapa pembeli, penjual, barang yang diperjualbelikan, harga, dan
ijab kabulnya. Dalam asuransi konvensional semua jelas, kecuali harga
(premi) yang harus dibayar tidak jelas karena dikaitkan dengan
kematian. Hanya Allah SWT yang tahu kapan seseorang akan
meninggal dunia. Di damping itu, peserta suransi tidak memiliki
kepastian apakah ia akan menerima uang asuransi atau tidak. Oleh
karena itu, akad dalam asuransi konvensional mengandung gharar atau
ketidakpastian. Adapun dalam asuransi syariah menggunakan akad
tolong-menolong (akad takaful) yaitu akad tolong- menolong pada
23
35
sesama peserta. Bila ada peserta terkena musibah, peserta lain ikut
membantu, melalui iuran kebajikan (tabarru’).24
Unsur maysir (perjudian) atau untung-untungan dalam konsep
asuransi konvensional tampak pada adanya kontribusi premi kecil dari
tertanggung dan harapan klaim yang berlipat ganda kelak di kemudian
hari, namun apabila evenement tidak terjadi maka premi yang telah
dibayarkan tersebut hangus, serta adanya kemungkinan perusahaan
asuransi akan defisit bila klaim lebih besar dari kontribusi nasabah.25
6. Jenis-jenis Asuransi Syariah
Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah
yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah
kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk
asuransi takaful keluarga meliputi :
1. Takaful berencana
2. Takaful pembiayaan
3. Takaful pendidikan
4. Takaful dana haji
5. Takaful berjangka
6. Takaful kecelakaan siswa
36
7. Takaful kecelakaan diri
8. Takaful khairat keluarga26
b. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi
syariah yang memberikan perlindungan finansial dalam
menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik
peserta takaful. Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :
1. Takaful kebakaran
2. Takaful kendaran bermotor
3. Takaful pengangkutan27
B.Investasi Syariah
1. Pengertian Investasi
Istilah investasi merupakan kata dari bahasa Inggris, yaitu
investment. Kata invest merupakan kata dasar dari investment yang
memiliki arti ‘menanam’. Dalam Kamus Istilah Pasar Modal dan
Keuangan menurut Wirasasmita (1999), kata investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk
tujuan memperoleh keuntungan. Sementara dalam Kamus Lengkap
Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan
bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak
26
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), 138-139.
27
37
yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya
menghasilkan pendapatan.28
Menurut Adiwarman A. Karim, investasi adalah penanaman dana
dengan maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan/ di
kemudian hari, mencakup hal-hal antara lain:29
1. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa keuntungan
dalam bentuk finansial atau uang (financial benefit)
2. Badan usahanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan berupa
uang, sedangkan badan sosial dan Badan-badan Pemerintah
lainnya lebih bertujuan untuk memberikan manfaat sosial (social
benefit) dibandingkan dengan keuntungan finansialnya.
3. Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari
Bank harus mampu memperoleh keuntungan finansial (financial
benefit) agar dapat hidup dan berkembang serta memenuhi
kewajibannya kepada bank.
2. Dasar Hukum Investasi Syariah
Investasi dalam Islam, selain sebagai pengetahuan, juga bernuansa
spiritual, karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan
hakikat dari sebuah ilmu yang bersifat amaliyah. Oleh karenanya
investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan
28
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah ..., 225.
29Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.30
Ayat tersebut ditafsirkan dengan ‘hitung dan introspeksilah diri
kalian sebelum diintrospeksi, dan lihatlah apa yang telah kalian simpan
(invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after here investment) sebagai
bekal kalian menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk
keselamatan diri di depan Allah SWT. Demikian Allah SWT
memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk
melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal shaleh sejak dini
sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.31
Dalam al-Quran surat Luqman ayat 34, secara tegas, Allah SWT
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ..., 548.
39
yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.32
Dalam ayat tersebut memiliki makna yakni usaha untuk bekal akhirat
ataupun untuk bekal dunia.
Konsep investasi dalam ajaran Islam yang diwujudkan dalam bentuk
nonfinansial yang berimpilkasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat
juga tertuang dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 9 sebagai berikut:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.33
Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan
mempersiapkan generasi yang kuat , baik aspek intelektualitas, fisik,
maupun aspek keimanan, sehingga terbentuklah sebuah kepribadian
yang utuh dengan kapasitas:
1. Memiliki akidah yang benar;
2. Ibadah dengan cara yang benar;
3. Memiliki akhlak yang mulia;
40
5. Mampu untuk bekerja/mandiri;
6. Disiplin atas waktu; dan
7. Bermanfaat bagi orang lain.
Dengan tujuh bekal tersebut diharapkan sebuah generasi sebagai
hasil investasi jangka panjang, para orang tua dapat menjalani
kehidupan dengan baik, sejahtera, dan tentram.
Selain itu, larangan Allah SWT bagi seluruh hamba untuk
memakan harta secara batil dan perintah untuk melakukan aktivitas
perniagaan yang didasari oleh rasa saling ridha di antara para pihak
terlibat, sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran surat an-Nisa
ayat 29:
3. Prinsip Dasar Investasi Syariah
Ada bebrapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi
keuangan yang ditawarkan, menurut Pontjowinoto (2003) sebagai
berikut:
1. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan
menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang
memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.
2. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan yang
fungsinya adalah sebagai alat pertukaran. Nilai yang
menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sementara
manfaat atu keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas
41
3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau
unsur penipuan di salah satu pihak, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.
4. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak
menimbukan risiko yang besar atau melebihi kemampuan
menanggung risiko.
5. Dalam Islam, setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus
bersedia menanggung risiko.
6. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak
mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia
serta menjaga lestarinya lingkungan hidup.
Dalam berinvestasi, Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan
petunjuk dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap
muslim yang beriman. Di antara rambu-rambu tersebut adalah:
a. Terbebas dari Unsur Riba
b. Terhindar dari Unsur Gharar
c. Terhindar dari Unsur Judi
d. Terhindar dari Unsur Haram
42
C. Kafalah
1. Pengertian Kafalah
Dalam pengertian bahasa, kafalah berarti ad-dhammu yaitu
menggabungkan. Kafalah juga disebut d}aman berarti jaminan,
hamalah yaitu beban, dan za’amah yang berarti tanggungan.34
Pengertian kafa>lah secara syara’ menurut ulama Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah menggabungkan tanggungan
dhamin (pihak yang menjamin) kepada tanggungan al-madhmun
‘anhu (pihak yang dijamin) didalam kewajiban menunaikan hak,
maksudnya didalam kewajiban menunaikan hutang. Jadi, berdasarkan
definisi ini utang yang ada menjadi tanggungan kedua belah pihak,
yaitu pihak yang menjamin dan pihak yang dijamin.35
Dalam pengertian yang lain, kafalah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.36
2. Dasar Hukum
Kafalah
Dalam Alquran surat Ali Imran ayat 37:
34
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Kamaluddin A. Marzuki jilid 14 (Bandung: Al-Ma’arif,
1998), 157.
35Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqhu al-Islamy Wa Adillatuhu, Terj. Abdul hayyie al-Kattani et al. jilid.V (Jakarta: Gema Insani, 2001), 36.
36
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik(Jakarta: Gema Insani,
2001 ),
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.37
Dalam Alquran surat Yusuf ayat 72 Allah berfirman:
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".38
3. Rukun dan Syarat Kafalah
Menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah (tanggungan) hanya
ada satu, yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama
lainnya, rukun dan syarat al-kafalah (tanggungan) adalah sebagai
berikut:
a. Kafil, atau za’im (orang yang menanggung), dimana
persyaratannya adalah sudah baligh, berakal, tidak dicegah
37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia…,81.
38
44
membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya
sendiri.
a. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa
yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin.
Disyaratkan dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama
dalam hal tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan
kedisiplinan.
b. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
c. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar
dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun
akan tetap.39
D.
Mudarabah
1. Pengertian Mudharabah
Mud}a>rabah berasal dari kata ḍarb, yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usaha. Dalam bahasa Arab, kata ini termasuk ke dalam kata yang
memiliki banyak arti. Namun dibalik keluwesan kata ini, dapat
ditarik benang merah yang dapat mencerminkan keragaman makna
39
45
yang ditimbulkannya, yaitu bergeraknya sesuatu kepada sesuatu
yang lain.40
Secara lengkap mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak, dimana pihak pertama (sa>hibul ma>l) menyediakan
seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
keuntungan usahasecara mud}a>rabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, maka ia harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.41Seperti yang dijelaskan dalam Allah dalam
Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 29:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu42
Praktik pembiayaan mud}a>rabah antara Khadijah dengan nabi,
saat itu khadijah mempercayakan barang daganganya untuk dijual
oleh Nabi Muhammad Saw Ke luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah
40Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pusat Studi
Ekonomi Islam STIS Yogyakarta, 2003), 80.
41
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,... 95.
46
berperan sebagai pemilik modal (sa>hibul ma>l) sedangkan Nabi
Muhammad Saw. Berperan sebagai pelaksana usaha (mud}a>rib).
Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak satu pihak
berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah
modalnya untuk dikolah oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha,
dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mud}a>rabah.
Atau singkatnya, akad mud}a>rabah adalah persetujuan kongsi antara
harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.43
2. Macam-macam Mud}a>rabah
Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu
mud}a>rabah muthlaqahdan mud}a>rabah muqayyadah.
a. Mud}a>rabah mut}hlaqah adalah bentuk kerja sama antara
s}a>h}ibul ma>l dan muḍa>ribyang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
bisnis.
b. Mud}a>rabah muqayyadahadalah kebalikan dari mud}a>rabah
mut}hlaqah. Disini muḍa>ribdibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu atau tempat usahanya.44
3. Rukun-rukun Mud}a>rabah
Rukun yang harus ada dalam akad mud}a>rabah adalah:
a. Adanya pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha).
43Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan..., 113. 44
47
b. Obyek mud}a>rabah (modal dan kerja).
c. Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab dan qabul).
d. Nisbah keuntungan.45
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN REASURANSI PADA
TABUNGAN INVESTASI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Bukopin1
Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank
umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank
Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah
Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari
Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11
Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.
Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang
saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam
rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik.
Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank
Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban
Usaha Syariah-nya kedalam PT Bank Syariah Bukopin.