BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Awal
Deskripsi data awal dari kedua kelas sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini :
Tabel 6
Deskripsi Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen 34 40.00 85.00 57.9118 13.21011
Kontrol 33 40.00 80.00 59.6061 10.93429
Valid N
(listwise) 33
Hasil analisis data pada Tabel 6 terlihat bahwa jumlah subjek (N) kelas eksperimen adalah 34 siswa, nilai minimum 40, nilai maksimum 85, rata‐rata 57.91 dan standar deviasi (!) 13.21, sedangkan pada kelas kontrol jumlah subjek (N) adalah 33 siswa, nilai minimum 40, nilai maksimum 80, rata‐rata 59.61 dan standar deviasi (!)10.93. Hasil belajar matematika dikategorikan dalam tiga kategori yaitu : Tinggi, Sedang, dan Rendah. Penentuan lebar interval kelas kategori hasil belajar menggunakan rumus sebagai berikut (Suwiyadi, 2006) :
Interval Kelas= !"#$%#&
!"#$"%#$" !"#$%&'(
Berdasarkan kategori hasil belajar tersebut, pengukuran hasil belajar matematika dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7
Deskripsi Nilai Hasil Belajar
No Interval Kategori Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 70<!≤85 Tinggi 8 5
2 55≤!≤70 Sedang 11 20
3 40≤!<55 Rendah 15 8
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang mendapat nilai kategori tinggi berjumlah 8 siswa (23,53%). Siswa yang mendapat nilai kategori sedang berjumlah 11 siswa (32,35%), dan siswa yang mendapat nilai kategori rendah berjumlah 15 siswa (44,17%).
Pada kelas kontrol, siswa yang mendapat nilai pada kategori tinggi berjumlah 5 siswa (15,15%), siswa yang mendapat nilai kategori sedang berjumlah 20 siswa (60,61%), dan siswa yang mendapat nilai pada kategori rendah berjumlah 8 siswa (24,24%).
B. Beda Rerata Data Awal 1. Uji Prasyarat
Uji beda rerata dengan menggunakan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, oleh sebab itu, sebelum pengujian dilakukan harus dilakukan pengujian normalitas data (Sugiyono, 2009).
a. Uji Normalitas
Analisis untuk mengetahui normalitas data digunakan uji normalitas Saphiro‐Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Jika !>0.05 maka sebaran data normal, sedangkan bila !<0.05 maka sebaran data tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows diperoleh data seperti pada Tabel 8 di bawah ini :
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest
Kelas
Kolmogorov‐Smirnova Shapiro‐Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Kontrol .108 33 .200* .961 33 .274
Eksperimen .109 34 .200* .939 34 .058
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil pengujiam Normalitas diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen 0.274 > 0.05 dan kelas kontrol 0.058 > 0.05, yang berarti kedua data berdistribusi normal, sehingga dapat dilakukan uji beda rata‐rata dengan menggunakan independent t‐test antara kedua kelas. Diagram kenormalan data dapat dilihat pada grafik 1 untuk kelas eksperimen dan grafik 2 untuk kelas kontrol.
Grafik 1
Grafik Kenormalan Pretest Kelas Eksperimen
Grafik 2
Grafik Kenormalan Pretest Kelas Kontrol
2. Uji Beda Rerata kedua kelompok
Uji beda rata‐rata dilakukan dengan menggunakan independent t‐test. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
Tabel 9
Hasil Uji Beda Nilai Pretest
Levene's Test
for Equality of
Variances t‐test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2‐ tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances assumed
2.755 .102 .571 65 .570 1.69430 2.96737 ‐4.23195 7.62054
Equal variances not assumed
.573 63.435 .569 1.69430 2.95898 ‐4.21796 7.60655
apabila signifikansi ! < 0,05 maka kedua varians dinyatakan tidak sama dan untuk membandingkan rata‐rata digunakan Equal variances not assumed. Berdasarkan tabel diatas terlihat hasil !!!"#$% levene test sebesar 2.755 dengan probabilitas 0.102 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang sama.
Berdasarkan hasil pengujian kesamaan varians maka untuk perbandingan rata‐rata yang digunakan adalah Equal variances assumed. Nilai !!!"#$% pada Equal variances assumed adalah 0.571 dan probabilitas signifikansi ! > 0.05 (0.570 > 0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa karakteristik hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah sama atau dapat dikatakan seimbang. Hal ini terlihat dari rata‐ rata kelas eksperimen sebesar 57,91 dan rata‐rata kelas kontrol sebesar 59,60.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10
Analisis Deskriptif Nilai Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 22.50 96.25 55.0735 20.31229
Kontrol 33 25.00 72.50 45.9470 13.93354
Valid N (listwise) 33
Tabel 11
Deskripsi Nilai Hasil Belajar
No Interval Kategori Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
1 71,66<!≤96,25 Tinggi 8 1
2 47,08≤!≤71,66 Sedang 14 15
3 22,50≤!<47,08 Rendah 12 17
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang mendapat nilai kategori tinggi berjumlah 8 siswa (23,53%). Siswa yang mendapat nilai kategori sedang berjumlah 14 siswa (41,18%), dan siswa yang mendapat nilai kategori rendah berjumlah 12 siswa (35,29%).
Pada kelas kontrol, terdapat seorang siswa (3,03%) yang mendapat nilai kategori tinggi. Siswa yang mendapat nilai kategori sedang berjumlah 15 siswa (45,45%), dan siswa yang mendapat nilai pada kategori rendah berjumlah 17 siswa (51,52%).
D. Uji Beda Rerata Hasil Penelitian 1. Uji Prasyarat
Uji beda rerata dengan menggunakan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, oleh sebab itu, sebelum pengujian dilakukan harus dilakukan pengujian normalitas data (Sugiyono, 2009).
a. Uji Normalitas
Analisis untuk mengetahui normalitas data digunakan uji normalitas Shapiro‐Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Jika !>0.05 maka sebaran data normal, sedangkan bila !<0.05 maka sebaran data tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows diperoleh data seperti pada Tabel 12 di bawah ini:
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest
Kelas
Kolmogorov‐Smirnova Shapiro‐Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Eksperimen .142 34 .079 .945 34 .086
Kontrol .104 33 .200* .951 33 .143
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Hasil pengujian Normalitas diperoleh nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar 0.086 > 0.05 dan kelompok kontrol 0.143 > 0.05, yang menunjukkan kedua data berdistribusi normal, sehingga dapat dilakukan uji beda rata‐rata dengan menggunakan independent t‐test antara kedua kelas. Diagram kenormalan data dapat dilihat pada grafik 3 untuk kelas eksperimen dan grafik 4 untuk kelas kontrol.
Grafik 3
Grafik Kenormalan Hasil Penelitian Kelas Eksperimen
Grafik 4
Grafik Kenormalan Hasil Penelitian Kelas Kontrol
2. Uji Beda Rata‐rata
Uji beda rata‐rata dilakukan dengan menggunakan independent t‐test. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 11
Uji Beda Rerata Nilai Posttest
Levene's
Test for Equality of
Variances t‐test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2‐ tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances assumed
7.183 .009 2.138 65 .036 9.12656 4.26800 .60278 17.65034
Equal variances not assumed
2.150 58.560 .036 9.12656 4.24477 .63145 17.62167
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa analisis data dilakukan dalam dua tahapan. Analisis yang pertama adalah pengujian kesamaan varians, apabila signifikansi ! > 0,05 maka kedua varians dinyatakan sama dan untuk membandingkan rata‐rata digunakan dasar Equal variances assumed, sebaliknya apabila signifikansi ! < 0,05 maka kedua varians dinyatakan tidak sama dan untuk membandingkan rata‐rata digunakan Equal variances not assumed. Berdasarkan tabel diatas terlihat hasil !!!"#$% levene test sebesar 7.183 dengan probabilitas 0.009 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang berbeda.
Berdasarkan hasil pengujian kesamaan varians maka untuk perbandingan rata‐rata yang digunakan adalah Equal variances not assumed. Nilai !!!"#$% pada Equal variances not assumed adalah 2.150 dan probabilitas signifikansi ! < 0.05 (0.036 < 0.05) yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata‐rata hasil belajar kelas eksperimen 55,07 lebih besar dari rata‐rata kelas kontrol 45,94. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil belajar kelas kontrol. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif mampu memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa.
E. Pembahasan
Berdasarkan data pada kondisi awal dari data pretest kedua kelompok diperoleh informasi bahwa rata‐rata kemampuan awal kelompok eksperimen sebesar 57.91 dengan nilai maksimum 85.00 dan nilai minimum 40.00, sedangkan rata‐rata pada kelompok kontrol sebesar 59.60, nilai maksimum 80.00 dan nilai minimum 40.00. Berdasarkan uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.570 (> 0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan analisis hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa rata‐ rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata‐ rata hasil belajar kelas kontrol. Namun demikian, apabila dilihat dari hasil analisis data awal dan analisis hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil belajar kedua kelompok cenderung mengalami penurunan meskipun diberi perlakuan yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai maksimum, nilai minimum, dan rata‐rata hasil belajar siswa kedua kelompok yang cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum diberi perlakuan. Pada kelompok eksperimen, rata‐rata hasil belajar mengalami penurunan dari 57.91 menjadi 55.07, nilai maksimum meningkat dari 85.00 menjadi 96.25, dan nilai minimum mengalami penurunan dari 40.00 menjadi 22.50. Pada kelompok kontrol, meskipun pendekatan yang digunakan sama dengan pendekatan yang digunakan oleh bapak guru pada materi sebelumnya, yaitu konvensional, rata‐ rata hasil belajar siswa juga mengalami penurunan dari 59.61 menjadi 45.95, nilai maksimum mengalami penurunan dari 80.00 menjadi 72.50, dan nilai minimum mengalami penurunan dari 40.00 menjadi 25.00. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendekatan pembelajaran saja, namun juga dipengaruhi oleh faktor‐faktor yang lain, seperti guru sebagai perancang pembelajaran, instrumen pembelajaran yang meliputi materi ajar dan soal, minat siswa, bakat siswa, dan lingkungan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang menyatakan bahwa selain pendekatan pembelajaran, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa, yang meliputi kondisi jasmani siswa, inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang meliputi lingkungan sosial (guru, tenaga kependidikan, masyarakat, dan keluarga) dan lingkungan non sosial (gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat‐alat belajar, dan waktu belajar yang digunakan siswa).
Hasil belajar kedua kelompok tersebut kemudian dianalisis secara inferensial dengan menggunakan uji t. Data pada uji t menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.036 (< 0.05) sehingga !! ditolak, yang berarti terdapat
pendekatan metakognitif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif membuat siswa menjadi lebih terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pada awalnya sebelum dilakukan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif, proses pembelajaran yang berlangsung terpusat pada guru dan siswa hanya berperan sebagai penerima pembelajaran saja. Siswa cenderung hanya mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis dan pasif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sering berbicara sendiri dengan temannya dan terlihat tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran maupun menjawab soal‐ soal yang diberikan. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif, siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Hal ini terlihat dari adanya pertanyaan siswa sebelum memulai pembelajaran yang bertanya apakah pembelajaran hari ini akan berdiskusi kelompok dan kemudian mengerjakan secara individu lagi atau tidak. Setelah mendapat jawaban bahwa proses pembelajaran akan seperti itu, mereka tampak ceria dan terlihat bersemangat. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, seluruh siswa sudah mulai sadar untuk berkonsentrasi dan mendengarkan apa yang disampaikan guru, siswa sangat aktif dalam menjawab pertanyaan‐pertanyaan yang diberikan, siswa fokus untuk mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi, dan tidak berbicara sendiri dengan temannya.
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif membuat siswa mendapat kesempatan lebih banyak dalam mengeksploitasi materi bersama guru dan teman‐temannya melalui kegiatan diskusi. Melalui kegiatan diskusi tersebut, siswa mulai bertukar pendapat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi, yang pada akhirnya membuat siswa menjadi lebih kritis. Siswa menjadi lebih berani dalam menyampaikan apa yang ada dipikirannya, baik itu pertanyaan ataupun cara yang digunakannya dalam menyelesaikan persoalan.
menjadi lebih sadar untuk memeriksa kembali jawaban yang diperolehnya, apakah jawabannya sudah benar ataukah terjadi kesalahan dalam mengerjakannya. Apabila mereka ragu, mereka akan bertanya kepada teman atau guru tentang jawabannya tersebut. Disini mereka sudah dapat menjelaskan cara mereka memperoleh jawaban dari soal yang dihadapi dan menyampaikan hal‐hal yang dirasa janggal, misalnya jawaban akhir yang diperoleh dirasa tidak masuk akal. Pada saat proses pembelajaran akan berakhir, siswa yang awalnya cenderung hanya berperan sebagai pendengar dalam penarikan kesimpulan, kini sudah dapat menyimpulkan sendiri inti dari materi atau persoalan yang dipelajari.
Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif yang telah dilakukan ini melatih siswa dalam menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol apa yang diketahui, apa yang diperlukan untuk mengerjakan, dan bagaimana melakukannya. Proses pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa dan membantu atau membimbing siswa jika ada kesulitan saat belajar matematika. Siswa dalam proses pembelajaran, tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru, tetapi mereka menemukan sendiri inti dari materi atau persoalan yang diberikan. Siswa diarahkan untuk memahami masalah, merencanakan strategi pemecahan, menggunakan atau menerapkan strategi yang telah direncanakan, dan menilai hasil pekerjaan. Proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa lebih mudah mengerjakan soal‐ soal yang diberikan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2010) bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berpengaruh terhadap hasil belajar.
temannya melalui kegiatan diskusi, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fashikun (2008) dan Arifah (2012) yang memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Kesimpulan yang diperoleh Fashikun (2008) dan Arifah (2012) serta hasil penelitian yang penulis lakukan memperkuat anggapan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.