• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Islam dan budaya lokal dalam pengobatan tradisional: studi kasus di Yayasan Asy-Syifa' Dusun Banggle Desa Dapurkejambon Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai Islam dan budaya lokal dalam pengobatan tradisional: studi kasus di Yayasan Asy-Syifa' Dusun Banggle Desa Dapurkejambon Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DALAM

PENGOBATAN TRADISIONAL

(Studi Kasus di Yayasan Asy-

Syifa’

Dusun Banggle Desa

Dapurkejambon Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Oleh :

LAILATUN NIKMAH

NIM. E02213012

JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ’’Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengobatan Tradisional (Studi Kasus di Yayasan Asy-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengobatan Tradisional (Studi Kasus di Yayasan Asy-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang).

Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dokumentasi, dan tidak berupa angka-angka, dengan metode analisis data Studi Kasus dengan rancangan Singgle Case, dengan teknik pengolahan data yakni, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah proses pengobatan tradisional di yayasan asy- syifa’ menggunakan semua jenis ketrampilan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Ayat (1) Kepmenkes No. 1076 //MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan, ramuan, pendekatan agama dan supranatural, sedangkan fungsi nilai-nilai islam dan budaya lokal yang diterapkan pada masyarakat oleh yayasan as

syifa’ adalah masyarakat mampu mempertebal keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT, tidak bertentangan dengan akal sehat serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan, dan kemudharatan, dapat menumbuhkan kepercayaan pada hal-hal yang gaib yang memang dapat diakui eksistensinya karena diadopsinya budaya lokal seperti llmu bela diri dan meditasi yang dipadukan dengan energi prana, seperti menolak bala’, menyembuhkan dari gangguan jin dan lain sebagainya.

Berdasarkan penelitian di atas, diharapkan Yayasan Asy-Syifa’ bisa berkembang pesat serta mampu memberikan edukasi pada praktisi-praktisi lain untuk melakukan pengobatan tradisional dengan orientasi ketauhidan yang dipadukan dengan budaya lokal.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ……… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN ……… iv

PERSEMBAHAN ……… v

MOTTO ……… vi

ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TRANSILITERASI ……… Xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Kajian Pustaka 5

E. Kegunaan Hasil Penelitian / Teoritis 8

F. Penegasan Judul 9

G. Metode Penelitian 10

H. Sistematika Pembahasan 20

BAB II LANDASAN TEORI

A. Nilai-Nilai Islam 22

B. Budaya Lokal 37

(8)

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis Yayasan Asy-Syifa’ 52

B. Sejarah Berdirinya Yayasan Asy-Syifa’ 54

C. Aktifitas Keagamaan Yayasan Asy-Syifa’ 55

D.Perkembangan Yayasan Asy-syifa’ 57

BAB IV PENGOBATAN TRADISIONAL

A. Proses Pengobatan Tradisional pada Yayasan Asy-Syifa’ 64

B. Fungsi Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal pada Yayasan Asy-Syifa’ 73

BAB V ANALISA DATA

A. Analisis Proses Pengobatan Tradisional pada yayasan asy-syifa’ 77

B. Analisis Fungsi Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal pada yayasan asy-syifa’

81

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan 83

B. Saran 84

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena beragama dalam kehidupan manusia adalah fenomena yang

universal, unik, dan penuh misteri, sekalipun hanya kepercayaan kepada yang

ghaib, sakral, atau melakukan ritual dan mengalami kehidupan transendental.

Ekspresi religius telah ada di kalangan masyarakat primitif maupun modern.

Dalam masyarakat primitif, kehidupan beragama merupakan sosial budaya,

sedangkan dalam masyarakat modern, kehidupan beragama hanya salah satu

aspek saja dari kehidupan sehari-hari. Namun demikian, tidak ada aspek

kebudayaan lain selain agama yang pengaruh dan implikasinya sangat luas

terhadap kehidupan manusia. Tidak mengherankan kalau dikatakan agama

mewarnai dan membentuk suatu budaya.

Kata mistik berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya ’’menutup

mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang

berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Namun demikian, istilah tersebut

telah disimpangkan dan diperluas artinya untuk mencakup manifestasi-manifestasi

keagamaan yang dengan secara kuat ditandai dengan subjektivitas individualistik

dan dikuasai oleh mentalitas yang tidak dapat melihat apa-apa yang di atas

pandangan-pandangan eksoterisme.1

1

(10)

Mistisisme dalam Islam disebut dengan Tasawuf, dan oleh para orientalis Barat disebut dengan Sufisme. Kata sufisme dalam istilah orientalis khusus

dipakai dalam mistisisme Islam, dan tidak dipakai dalam agama-agama lain.2

Telah disadari bahwa dalam kata mistik terkandung sesuatu yang misteri yang

tidak dapat dicapai dengan cara biasa atau dengan usaha intelektual.3

Ninian Smart dalam History of Mysticism, The Ensiclopedia of Phylosophy

membedakan antara pengalaman mistik dengan pengalaman kenabian. Ciri dari

pengalaman kenabian adalah dengan merasakan kehadiran Tuhan (The Mysterium Tremendum et Fascinous), sedang pengalaman mistik introvert, di antara cirinya

adalah merasakan berhubungan dengan yang transenden dan rasa berhubungan itu

menimbulkan rasa bahagia.4

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap

keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh

terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdo’a, memuja dan

lainnya. Karena keinginan, petunjuk dan ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi

kalau manusia dan masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan

selamat.5

Melihat fenomena seperti ini, maka muncullah lembaga-lembaga

kesehatan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien dalam mengatasi

2

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm 56.

3

Titus Burchardt, An Introduction to Shufi Doctrine, alih bahasa Azyumardi Azra, Mengenal Ajaran-ajaran Kaum Sufi, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, cet. 1, 1984), hlm. 24.

4

Romdon, Tasawuf dan Aliran Kebatinan, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, cet. II, 1995), hlm. 8.

5

(11)

ketegangan jiwa, yaitu dengan mengkolaborasikan antara pengobatan alternatif

dengan ajaran agama Islam, sehingga dari hasil pengkolaborasian kedua aspek ini,

yaitu pengobatan alternatif dan ajaran agama Islam dapat membantu pasien dalam

mengatasi segala persoalan hidup dan tentunya pasien dapat hidup sehat kembali,

baik itu secara fisik maupun mental.

Dalam rangka penulisan skripsi ini, peneliti memfokuskan penelitian di

yayasan AS-Syifa’, karena diantara sekian banyak lembaga kesehatan yang ada, pengobatan tradisional yang ada di yayasan AS-Syifa’ yang merupakan tempat dimana pasien memperoleh pertolongan dalam penyembuhan dari gangguan fisik

maupun mental, yaitu dengan memadukan antara pengobatan alternatif (meditasi

dan energi prana) dengan ajaran agama Islam. Dengan mengucapkan dzikir dan

doa dalam setiap pengobatan, dan ada yang mengatakan bahwa pengobatan di

yayasan AS-Syifa’ dipercaya karena manjur bahkan bisa menyembuhkan orang sakit, diharapkan nantinya pasien dapat lebih sabar dan lebih bertawakal dalam

menghadapi, mengatasi dan memecahkan setiap persoalan-persoalan kehidupan

dalam upaya meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, dan Islam selalu

dijadikan dasar dalam memperoleh hakekat kebenaran, mengingat pada dasarnya

manusia adalah makhluk religius.

Unsur spiritual dalam pengobatan tradisional ini lebih ditekankan dalam

upaya untuk meningkatkan semangat hidup pasien agar tidak merasa cemas dalam

menghadapi masalah-masalah hidup yang selalu datang. Untuk itu di yayasan

AS-Syifa’ ingin membantu pasien yang mengalami gangguan fisik maupun mental

(12)

Diterangkan dalam firman Allah :

مِلاَع

ِبْيَغْلا

اَف

رِهْظ ي

ىَلَع

ِهِبْيَغ

اًدَحَأ

Artinya :

(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. Al-Jin: 26).6

Melihat betapa pentingnya agama dalam diri manusia, maka penulis akan

membahas tentang psikoterapi Islam yang merupakan salah satu metode

pengobatan kejiwaan terhadap masyarakat muslim dengan berdasar pada Al

Qur'an dan Al Hadits. Ini sangat efektif dalam mengatasi ketegangan dan

kegoncangan jiwa, hilangnya makna hidup, cemas dan sebagainya dengan

mengaplikasikan dan mensistematisasi praktek-praktek tersebut dalam kerangka

ilmiah.

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menemukan permasalahan yang

menarik dalam pengobatan tradisional di yayasan AS-Syifa’. Peneliti tertarik

dalam pengobatan tradisional karena ingin mengetahui lebih dalam tentang

pengobatan di yayasan AS-Syifa’, di mana yayasan AS-Syifa' dalam pengobatan

tradisionalnya pada pasien mempunyai kepercayaan tersendiri. Di samping itu,

pengobatan ini juga menggunakan ritual yang mana setiap pasienya yang datang

akan diberi air yang ada do'anya. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul ’’ Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengobatan

Tradisional (Studi Kasus di Yayasan AS-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon

Kec. Jombang Kab. Jombang)’’.

6

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana tersebut di atas maka

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pengobatan tradisional pada Yayasan As-Syifa’ Dsn.

Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang ?

2. Bagaimana fungsi nilai-nilai Islam dan budaya lokal pada Yayasan

As-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagaimana berikut:

1. Untuk mengetahui proses pengobatan tradisional pada yayasan AS-Syifa’

Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam dan budaya lokal pada Yayasan

As-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon Kec. Jombang Kab. Jombang.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti, sehingga terlihat jelas

bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. Penelitian ini tentu tidak lepas

dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.

Adapun penelitian yang telah ada dan berkaitan dengan judul yang diteliti, seperti

(14)

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sri Astutik jurusan bimbingan

dan konseling islam fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul

Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam. dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada sasaran atau obyek psikopatologi menurut tinjauan

psikologi kontemporer dengan patologi-patologi yang terkait dengan gangguna

mental dan fisik jasmaniah. Fokus penyembuhan, perawatan atau pengobatan

dalam psikoterapi Islam adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan dengan

gangguan pada mental, spiritual, moral dan akhlaq, serta fisik (jasmaniah)

sekaligus.7

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ros Mayasari yang berjudul Islam Dan Psikoterapi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pada ajaran Islam dengan pendalaman materi dengan harapan seseorang setelah bisa

mendalami ajaran Islam nantinya orang akan mendapatkan ketenangan jiwa tanpa

ada rasa gelisah dan tidak mempunyai rasa dendam dan iri hati. 8

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zaini STAIN Kudus, Jawa

Tengah yang berjudul Shalat Sebagai Terapi Bagi Pengidap Gangguan Kecemasan Dalam Perspektif Psikoterapi Islam. Dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan pada sholat. karena menurut peneliti Ritual shalat memiliki faidah

yang sangat besar. Ibadah tersebut mampu menciptakan rasa tenang dan tenteram

dalam jiwa, menghilangkan perasaan berdosa pada diri seseorang, menyingkirkan

7

Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islami, (Jurnal- -Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

8

(15)

perasaan takut, gelisah, dan cemas, memberikan kekuatan spiritual yang dapat

membantu proses penyembuhan berbagai penyakit fisik maupun psikis.9

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah yang berjudul

Dialektika Islam dan Budaya Lokal: Potret Budaya Melayu Riau. Dalam

penelitian ini peneliti memfokuskan pada ajaran Islam dengan pendalaman materi.

Bahwa melayu identik dengan Islam. Karena adanya pepatah adat yang

menyebutkan “syarak mengata adat memakai”, yang mengandung arti bahwa adat

merupakan operasional dari nilai-nilai Islam. Di samping itu adat dalam

kebudayaan Melayu bersumber dari Islam dan tidak boleh ada pertentangan adat

dengan Islam, jika terdapat pertentangan maka adatlah yang harus mengalah. Hal

ini diungkapkan dalam pepatah adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi

kitabullah”.10

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Irfan Syuhudi, M.

Yamin Sani, M. Basir Said yang berjudul Etnografi Dukun: Studi Antropologi

Tentang Praktik Pengobatan Dukun di Kota Makassar. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada dukun yang tidak menggunakan jasa media sosial

tetapi tetap mempunyai banyak pasien. Dukun mengobati penyakit medis dan non

medis (akibat gangguan makhluk halus berupa jin dan setan) dengan cara-cara

tradisional berupa doa-doa, air putih yang diisi doa-doa, ramuan dari

tumbuh-tumbuhan, menekan titik-titik syaraf pada bagian tubuh, serta kekuatan

supranatural. Dukun juga menerapkan beberapa strategi budaya untuk

9 Ahmad Zaini, Shalat Sebagai Terapi Bagi Pengidap Gangguan Kecemasan Dalam Perspektif Psikoterapi Islam, (Jurnal- -STAIN Kudus Jawa Tengah, 2015).

10

(16)

mempertahankan pasiennya. Pengobatan tradisional perlu terus dilestarikan

karena merupakan salah satu kearifan lokal.11

Berdasarkan pada beberapa kajian pustaka di atas, belum ditemukan kajian

yang membahas tentang ’’ Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengobatan

Tradisional (Studi Kasus di Yayasan AS-Syifa’ Dsn. Banggle Ds. Dapurkejambon

Kec. Jombang Kab. Jombang)’’.

E. Kegunaan Hasil Penelitian / Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikitnya dua hasil sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran dan

bahan rujukan penelitian selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat

lainnya sebagai sarana pengembangan pengetahuan ilmiah, dan diharapkan

dapat mempercayai pengobatan tradisional, guna mendapatkan keberkahan

dalam dirinya, serta sebagai pengembangan untuk prodi studi agama

agama.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini kiranya dapat diketahui bahwa tidak ada aspek

kebudayaan lain selain agama yang pengaruh dan implikasinya sangat luas

terhadap kehidupan manusia. tidak mengherankan kalau dikatakan agama

mewarnai dan membentuk suatu budaya, serta kepercayaan terhadap

11

(17)

keyakinan adanya mistis, kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang

berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan

terhadap segala gejala alam.

F. Penegasan Judul

1. Nilai-Nilai: Suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi

seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai

suatu yang bermakna bagi kehidupannya.12

2. Islam: Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat

manusia melalui Nabi Muhammad SAW.13

3. Budaya: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.14

4. Lokal: Pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem

kepercayaan, Norma, dan budaya, serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos

yang dianut dalam jangka waktu yang lama.15

5. Pengobatan Tradisional: Metode pengobatan yang digunakan dalam berbagai

masyarakat sejak jaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan secara

bertahap dari generasi kegenarasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia

terhadap pengetahuan dari masa ke masa.16

12

http// Pengertian dan Konsep Nilai dalam Islam, akses Minggu, 12 Februari 2017.

13

Harun Nasution, Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 17.

14

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 180.

15

http// Membangun Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal Oleh Dadang Respati Puguh, akses Minggu, 12 Februari 2017.

16

(18)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (metode), dimana

peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau

dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang

seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai

catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan

catatan-catatan dan tidak berupa angka-angka.17

Tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan

realitas empiris dari pengobatan tradisional di yayasan AS-Syifa’ secara

mendalam, rinci dan tuntas. Kegiatan penelitian ini adalah mendeskripsikan

secara intensif dan terperinci tentang gejala dan fenomena sosial yang berada

di yayasan AS-Syifa’ yaitu mengenai masalah yang berkaitan dengan sejarah,

kepercayaan, ritual. Dengan demikian, penelitian ini berjenis deskriptif

analisis, karena hasil dari penelitian ini berupa data deskriptif dalam bentuk

kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati serta

hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah pengobatan tradisional.

Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian deskriptif kualitatif,

penulis berusaha untuk mencari tahu, menggambarkan data, mendeskripsikan

suatu kejadian atau informasi yang kemudian diidentifikasi (diteliti) dan

dievaluasi (dikoreksi). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana

17

(19)

Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengobatan Tradisional di

yayasan AS-Syifa’.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah data

yang berkaitan dengan, sejarah, latar belakang berdirinya yayasan AS-Syifa’,

kepercayaan yang digunakan untuk pengobatan tradisional, ritual dalam

pengobatan. Data-data diatas peneliti dapatkan dari sumber data yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data

yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.18 Sedangkan sumber

data sekunder adalah sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi

atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.19

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dari penelitian ini adalah dari stakeholder

(pelaku yayasan) yang ada di yayasan AS-Syifa’, client yang melakukan

pengobatan dan orang-orang yang berkaitan dalam penelitian ini. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung mengenai

permasalahan yang penulis teliti yakni tentang pengobatan tradisional pada

client, dimana objek penelitian tersebut adalah yayasan AS-Syifa’ yang

berada di kota Jombang. Narasumber yang diwawancarai adalah Terapis,

client, dan masyarakat sekitar.

18

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), 87.

19

(20)

b. Sumber Data Sekunder

Penelitian menggunakan sumber data sekunder ini untuk

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

dari data primer. Salah satu metode dalam pengumpulan data sekunder

adalah dokumen, dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang

berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dapat berupa

rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip, database, surat-surat,

rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan

masalah psikoterapi Islam. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa

diteliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip. Data dalam penelitian

kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara di yayasan AS-Syifa’. Akan

tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistic yang dimiliki yayasan AS-Syifa’.

Menurut Sugiyono studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan

kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika

melibatkan/menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian

kualitatifnya.20

3. Metode Pengumpulan Data

20

(21)

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, Sesuai dengan prosedur

tersebut, maka cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga

teknik pengumpulan data yaitu; 1) observasi (observation), 2) wawancara

(interview), dan 3) dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini selanjutnya

dikelompokkan dalam dua cara pokok yaitu metode interaktif yang meliputi

observasi dan wawancara, antara lain:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala

pada obyek penelitian. 21 Metode observasi yaitu studi yang sengaja

dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan

jalan pengamatan dan pencatatan.22

Terdapat bermacam-macam observasi, yaitu:

1. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber

data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleeh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Observasi ini dibagi lagi menjadi empat,

diantaranya:

21

Hadari Nawawi dan M. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial(Jogjakarta:Gadjah Mada Press,2006), 98.

22

(22)

a. Partisipasi aktif: Dalam hal ini peneliti datang di tempat

kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut.

b. Partisipasi moderat: Peneliti dalam mengumpulkan data ikut

observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif: Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan

oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap: Peneliti sudah terlibat sepenuhnya

terhadap apa yang dilakukan sumber data.

Dalam penelitian ini, Observasi dilakukan secara sistematis

(berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi

sampai cara-cara pencatatannya. Dalam penelitian ini menggunakan

observasi partisipasi aktif yakni peneliti memantau gejala pada obyek

penelitian yang akan diteliti, namun peneliti tidak ikut andil dan

observasi tersebut mengenai proses dan fungsi Nilai-Nilai Islam dan

Budaya Lokal yang diterapkan dalam Pengobatan Tradisional di

Yayasan AS-Syifa’.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan

penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui

komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik dalam situasi

sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.23 Berguna untuk melengkapi

23

(23)

metode observasi lapangan. Sedangkan data-data yang tidak diperoleh

dari wawancara dalam teknik ini digunakan teknik wawancara

mendalam tanpa struktur. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan interview yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24

Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi

langsung yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan

oleh pengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara

lisan oleh interview.25 Wawancara ditujukan pada penerapis, anak

penerapis, keluarga penerapis, client, keluarga client, dan masyarakat

sekitar, serta dokumen-dokumen yang ada di yayasan AS-Syifa’ yang

berkenaan dengan pengobatan tradisional terhadap client, guna

memperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian.

Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah merupakan

model pilihan apabila pewawancara mengetahui apa yang tidak

diketahuinya, dengan merumuskan atau membuat

pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu dan informan diharapkan menjawab dalam

hal-hal kerangka wawancara dan definisi serta ketentuan dari masalah.

Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada di tangan pewawancara

dan jawaban terletak pada informan, sehingga hal tersebut digunakan

untuk menggali data tentang (1). Sejarah berdirinya yayasan

24

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003), 117.

25

(24)

Syifa’, (2). Kepercayaan yang dipakai pengobatan tradisional, (3)

Ritual apa saja yang dilakukan pada waktu pengobatan tradisional di

yayasan AS-Syifa’. Dalam kegiatan ini, peneliti tidak menggunakan

instrumen wawancara terstandar. Sebelum wawancara dilakukan,

terlebih dahulu membuat dan menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai

dengan fokus penelitian yang akan dipertanyakan kepada informan.

Selain itu, pewawancara juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan

pendalaman di saat berlangsungnya wawancara dengan tujuan untuk

menggali data yang lebih mendalam lagi tentang hal-hal yang

diwawancarakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimulai dari hal-hal

yang bersifat umum dan mengarah pada hal-hal yang khusus.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan tertulis mengenai berbagai kegiatan

atau kejadian yang dari segi waktu relatif belum terlalu lama.26

Adapun kegiatan tertulis atau arsip-arsip yang ditelaah dalam

penelitian ini ialah arsip-arsip yang disimpan oleh yayasan AS-Syifa’,

penerapis, maupun yang berada di tangan perorangan, yang berupa

dokumen-dokumen sejarah, biografi, kepercayaan, ritual, rekaman

berwujud foto dan rekaman dengar. Dokumen-dokumen yang

diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan fokus penelitian.

Metode pengumpulan data di atas digunakan secara simultan,

dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan

26

(25)

data yang lain. Peneliti berusaha memperoleh keabsahan data sebaik

mungkin. Sebagai alat pengumpul data adalah tape recorder,

camera/foto, dan lembar catatan lapangan.

Diantara dokumen-dokumen yang akan dianalisis meliputi: (1).

Catatan sejarah berdiri dan perkembangannya, (2). Foto-foto yang

menjadi dokumen, terutama yang berkaitan dengan pengobatan

tradisional, (3). Standar operasional prosedur di yayasan AS-Syifa’.

4. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis data kualitatif bersifat iterative (berkelanjutan) dan dikerjakan

selama penelitian. Analisis data dilaksanakan mulai dari pengumpulan data

dan setelah data terkumpul.27

Sebelum data dianalisis, adapun langkah-langkah teknik pengolahan

data Menurut Miles Huberman yakni, dengan mengumpulkan data hingga

penelitian itu berakhir secara simultan terus menerus. Selanjutnya,

interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan

teoretis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Analisis data meliputi (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Mengambil

kesimpulan lalu diferifikasi.28

27

Imam Suprayogo, dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 192.

28

(26)

Cara mencari data melalui,

Model analisis Interaktif: Miles dan Huberman

a. Proses Reduksi data

Proses Reduksi data ialah suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan,

dan mengorganisasikan data yang sedemikian rupa sehingga diperoleh

kesimpulan akhir dan diverifikasi. Laporan-laporan reduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal pokok, dan difokuskan mana yang penting

dicari tema atau polanya dan disusun lebih sistematis.29

Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian

berlangsung. Peneliti mengumpulkan semua data hasil penelitian yang

berupa wawancara, foto-foto, dokumen-dokumen yayasan AS-Syifa’

serta catatan penting lainnya yang berkaitan dengan pengobatan

tradisional di yayasan AS-Syifa’ Jombang. Selanjutnya, peneliti

memilih data yang penting dan menyusunnya secara sistematis dan

disederhanakan.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data atau menyajikan data. Dengan mendisplaykan

29

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), 129.

Pengumpulan Data Reduksi Data

(27)

data atau menyajikannya, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah difahami tersebut.30

c. Penarikan kesimpulan

Menarik kesimpulan haruslah selalu mendasarkan diri atas

semua data-data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan

kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas

angan-angan atau keinginan peneliti.

Kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

penelitian berlangsung, yaitu pada awal peneliti mengadakan

penelitian di yayasan AS-Syifa’ dan selama proses pengumpulan data.

Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus

menerus akan diperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif). Dengan demikian, peneliti melakukan kesimpulan

secara terus menerus, sehingga akan memperoleh kesimpulan yang

bersifat menyeluruh dan semakin mendalam. Dan pada akhirnya,

peneliti melakukan kesimpulan secara terus menerus selama penelitian

berlangsung di yayasan AS-Syifa’ Jombang. Agar dalam meneliti

penelitian ini peneliti bisa mendalami mengenai nilai-nilai Islam dan

budaya lokal dalam pengobatan tradisional di yayasan AS-Syifa’.

30

(28)

H. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika penulisan untuk penelitian ini terdiri atas 6

Bab. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Bab Pertama,Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, kegunaan hasil penelitian, penegasan

judul, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab Kedua, merupakan bab tentang landasan teoritik dalam penelitian ini.

Bab ini akan ditujukan untuk membahas tentang wacana teoritik yang digunakan

sebagai dasar dan tujuan di dalam melakukan penelitian. Selain itu, bab ini juga

ditujukan untuk membahas nilai-nilai Islam dan budaya lokal dalam pengobatan

tradisional.

Bab Ketiga, merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum

yayasan AS-Syifa’. Yang meliputi gambaran tentang letak geografis, sejarah

berdirinya dan aktivitas keagamaan pada yayasan AS-Syifa’.

Bab Keempat, Pada bab ini membahas tentang meditasi, energi prana

dalam pengobatan tradisional di yayasan AS-Syifa’. Selain itu, bab ini akan

membahas implementasi nilai-nilai Islam dan budaya lokal dalam pengobatan

tradisional yang ada di yayasan AS-Syifa’.

Bab Kelima, Pada bab ini akan membahas tentang hasil analisis terhadap

proses pengobatan tradisional yang di berikan pada pasien. Dan akan membahas

mengenai nilai-nilai Islam dan budaya lokal yang ada di yayasan AS-Syifa’.

Bab Keenam, pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang

(29)

uraian yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan ini

merupakan jawaban dari masalah berdasarkan data yang diperoleh dan akan

disajikan secara ringkas dan jelas. Sehingga dalam bab ini akan diuraikan

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai-Nilai Islam

1. Pengertian Nilai-Nilai Islam

Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata

“salima” yang mempunyai arti “selamat”.Dari kata “salima” tersebut maka

terbetuk kata “aslama” yang memiliki arti “menyerah, tunduk, patuh, dan taat”.

Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang

terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau

masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat,

menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama”

maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari

kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun” dan“salamun”yang berarti “damai”.

Maka Islam dipahami sebagai ajaran yang cinta damai. Karenanya seorang yang

menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama

manusia.1

Pada dasarnya konsep umum yang ada dalam masyarakat kita tentang istilah

nilai merupakan konsep ekonomi.Hubungan suatu komoditi atau jasa dengan

barang yang mau dibayarkan seseorang untuk memunculkan konsep

nilai.Sedangkan makna spesifikasi nilai dalam ekonomi adalah segala sesuatu

1

(31)

yang di inginkan dan diminta oleh manusia yang dapat memenuhi kebutuhan,

maka barang itu mengandung nilai.2

Akan tetapi makna nilai dalam pembahasan ini berbeda dengan konsep nilai

dalam bidang ekonomi dan karena pembahasan ini berobjek pada manusia dan

prilakunya, maka kita akan berbicara mengenai hal-hal yang dapat membantu

manusia agar dapat lebih bernilai dari sudut pandang Islam.

Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat

keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan

corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun

perilaku.3

Kalau definisi nilai merupakan suatu keyakinan atau identitas secara umum,

maka penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan

pelakasanaannya disebut dengan norma. Dengan kata lain, norma merupakan

penjabaran dari Nilai sesuai dengan sifat dan tata nilai.

Adapun definisi nilai yang benar dan dapat diterima secara universal menurut

Linda dan Ricard Eyre adalah sesuatu yang menghasilkan perilaku dan perilaku

berdampak positif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain.

2. Nilai yang Terkandung Dalam Agama Islam

Luasnya materi ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang mukmin

yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan tetapi dari kesemuanya

itu yang juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai-nilai atau

unsur-unsur yang terkandung dalam agama Islam.

2

M. Taqi Mishbah, Monoteisme Sebagai Sistem Nilai dan Aqidah Islam, (Jakarta : Lentera, 1984), hal.111.

3

(32)

Pendidikan Islam dikalangan umatnya merupakan salah satu bentuk

manifestasi cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan, menanamkan,

dan mentransformasikan nilai-nilai Islam kepada pribadi penerusnya.Dengan

demikian pribadi seorang muslim pada hakikatnya harus mengandung nilai-nilai

yang didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai

sumber mutlak yang harus ditaati.

Ketaatan kepada kekuasaan Allah SWT yang mutlak itu mengandung makna

sebagai penyerahan diri secara total kepadanya. Dan bila manusia telah 14

bersikap menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada

dalam dimensi kehidupan yang dapat mensejahterakan kehidupan didunia dan

membahagiakan kehidupan di akhirat.

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-nilai ideal Islam dapat

dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu:

1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup

manusia didunia.

2) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih

kehidupan di akhirat yang membahagiakan.

3) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan

hidup duniawi dan ukhrawi.4

Dari dimensi nilai-nilai kehidupan tersebut, seharusnya ditanam tumbuhkan

didalam pribadi muslim secara seutuhnya melalui proses pembudayaan secara

paedagogis dengan sistem atau struktur kependidikan yang beragam.

4

(33)

Dari sinilah dapat kita ketahui bahwa dimensi nilai-niali Islam yang

menekankan keseimbangan dan keselarasan hidup duniawi ukhrawi menjadi

landasan ideal yang hendak dikembangkan/dibudayakan dalam pribadi muslim

melalui pendidikan sebagai alat pembudayaan.

Adapun nilai pendidikan Islam pada dasarnya berlandaskan pada

nilai-nilai Islam yang meliputi semua aspek kehidupan.Baik itu mengatur tentang

hubungan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.Dan

pendidikan disini bertugas untuk mempertahankan, menanamkan, dan

mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islam tersebut.

Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat

digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

1) Nilai Ilahi Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan

hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah

mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti

selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami

perubahan sesuai dengan zaman dan lingkungannnya.

2) Nilai Insani Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas

kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih

maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan

alam.5

5

(34)

Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari AlQur’an dan

Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang

sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan nilai bila ditinjau dari orientasinya dikategorikan kedalam empat

bentuk nilai yaitu:

1) Nilai etis Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada ukuran

baik dan buruk.

2) Nilai Pragmatis Nilai Pragmatis adalah nilai yang mendasari orientasinya

pada berhasil atau gagalnya.

3) Nilai Efek Sensorik Nilai efek sensorik adalah nilai yang mendasari

orientasinya pada hal yang menyenangkan atau menyedihkan.

4) Nilai Religius Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada

dosa dan pahala, halal dan haramnya.

Kemudian sebagian para ahli memandang bentuk nilai berdasarkan bidang apa

yang dinilainya, misalnya nilai hukum, nilai etika, nilai estetika, dan lain

sebagainya. Namun pada dasarnya, dari sekian nilai diatas dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian, yaitu:

a) Nilai formal

Yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk,

lambang, serta simbol-simbol.Nilai ini terbagi menjadi dua macam,

yaitu nilai sendiri dan nilai turunan.

(35)

Yaitu nilai yang berwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan

jasmani. Nilai ini juga terbagi menjadi dua macam, yaitu: nilai rohani

yang terdiri dari : nilai logika, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi,

yang kedua yakni nilai jasmani yang terdiri dari : nilai guna, nilai

hidup, dan nilai ni’mat.

Dan untuk memperjelas mengenai nilai-nilai diatas, maka akan dirinci

mengenai nilai-nilai yang mendominasi jika ditinjau dari segala sudut pandang,

yaitu antara lain:

1) Nilai etika

Nilai etika adalah nilai yang mempunyai tolak ukur baik atau buruk.Sedangkan

pandangan baik dan buruk dalam nilai etika sangatlah beragam.Hal ini karena

sudut pandang tinjauannya berbeda.

2) Nilai estetika

Nilai estetika ini mutlak mutlak dibutuhkan oleh manusia, karena merupakan

bagian hidup manusia yang tak terpisahkan, yang dapat membangkitkan semangat

baru dan gairah berjuang.Nilai ini merupakan fenomena sosial yang lahir dari

rangsangan cipta dalam rohani seseorang. Rangsangan tersebut untuk memberikan

ekspresi dalam bentuk cipta dari suatu emosi, sehingga akan melahirkan rasa yang

disebut dengan indah.

3) Nilai logika

Nilai logika merupakan nilai yang banyak mencakup pengetahuan, penelitian,

keputusan, penuturan, pembahasan, teori atau cerita.Nilai ini bermuara pada

(36)

4) Nilai religi

Nilai religi merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat

budi, juga sifatnya mutlak kebenarannya, universal, dan suci.

Jadi dari sekian banyak nilai yang disebutkan, untuk mengetahui bentuk

konkrit dari nilai-nilai itu, maka kita harus dapat melihat nilai dari sudut pandang

mana kita meninjaunya.Karena hal ini mempermudah bagi kita semua untuk

mengetahui apakah sesuatu yang kita lakukan sudah mengandung nilai-nilai Islam

atau belum.

3. Landasan Nilai-Nilai Islam

Landasan atau dasar nilai-nilai Keislaman dapat dibagi menjadi dua

kategori,yaitu:

a. Dasar pokok, yakni meliputi Al-Qur’an dan hadits 1) Al-Qur’an

Menurut Abdul Khallaf Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan

melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz

bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi 19 hujjah bagi Rasulullah atas

kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta

beribadah membacanya.

Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW.Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang

(37)

berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal yag disebut syari’ah.6

Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, pada masa awal petumbuhan

Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping

Sunnah beliau sendiri.

Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek

kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan umat Islam

adalah bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur’an.

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami

dari ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah:

َ ِمْ يمْ َ ل ًةَ ْحَ َ ًد هَ ِهيِف ا فَلَتْخٱ ِ لٱ م هَل َ يَب تِل َِ َب َتِ ْلٱ َ ْيَلَع اَ ْلَز َأ اَمَ

“Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) ini, melainkan

agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihan itu

dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. Surat? “. (Q.S. An

-Nahl: 64)

Dan firman Allah dalam

ِب َبْلَ ْْٱ ا ل أ َر َ َتَيِلَ ِهِت َياَء ا ر دَيل َر َب م َ ْيَلِ ه َْلَز َأ ب َتِ

ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah

supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Q. S. as-Shad: 29)

Sehubungan dengan masalah ini Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan

sebagai berikut: “Pada hakikatnya Al-Qur’an itu sebagai perbendaharaan yang

6

(38)

besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya

merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan , moril (akhlak), dan spiritual

kerohanian”.7

2) Sunnah

As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah SAW.

Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain

yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu

berjalan.

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al

-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk untuk

kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat

menjadi manusia seutuhnya atau manusia yang bertakwa.Untuk itu Rasulullah

menjadi pendidik yang utama.Beliau sendiri yang mendidik, pertama dengan

menggunakan rumah Al-Arqam ibnu Abi Al-Arqam, kedua dengan

memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan

mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah

pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.

Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena Sunnah menjadi sumber

utama pendidikan Islam, karena Allah SWT menjadikan nabi Muhammad SAW

sebagai teladan bagi umatnya.

Firman Allah SWT:

7

(39)











“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.

Al-Ahzab: 21)

Konsepsi dasar yang dicontohkan Rasulullah SAW swbagai berikut:

a) Disampaikan sebagai rahmatan lil-„alamin

َ يِ َل َعْلل ًةَ ْحَ َِ َ َْلَسْ َأ اَمَ

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya’: 107)

b) Disampaikan secara universal

c) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak

َ ظِف َحَل هَل ا ِ َ َرْ لٱ اَ ْلزَ ْحَ ا ِ

”Sesungguhnya kami-lah yangmenurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya”. (Q.S. Al-Hajr: 9)

c) Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.

َ ر َهَ ىَس م َ

“(yaitu) Tuhan Musa dan Harun”. (Q.S. Al-Syura: 48)

d) Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya











“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
(40)

Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan AsSunnah, karena

keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup telah mendapat jaminan Allah dan

Rasul-Nya.

Prinsip menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam

bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata.Lebih jauh

kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang

sehat dan bukti sejarah.Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita

kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah dalam Al-Qur’an.

Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 2

َ يِ ت ْلل ًد ه ِهيِف َبْيَ ََ ب َتِ ْلٱ َ ِل َ

“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah: 2)

b. Dasar tambahan

1) Perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat

Pada masa khulafaul Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah

mengalami perkembangan.Selain Al-Qur’an dan Sunnah juga perkataan, sikap,

dan perbuatran para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena

Allah sendiri didalam Al-Qur’an yang memberikan pernyataan:

َ يِقِد صلٱ َعَم ا َ ََٱ ا تٱ ا َماَء َ يِ لٱ اَهيَأ َي

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu

(41)

Yang dimaksud orang yang benar dalam ayat diatas adalah para sahabat Nabi.

Para sejarawan mencatat perkataan sikap sahabatsahabat tersebut yang dapat

dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam Islam diantaranya yaitu:

a) Setelah Abu Bakar di bai’at menjadi khalifah ia mengucapkan pidato

sebagai berikut:

“Hai manusia saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku

bukan orang terbaik diantara kamu.Jika aku menjalankan tugasku dengan baik,

ikutilah aku.Tetapi jika aku berbuat salah, betulkanlah aku, orang yang kamu

pandang kuat, saya pandang lemah sehingga aku dapat mengambil hak

daripadanya, sedangkan orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat,

sehingga aku dapat mengembalikan haknya.Hendaklah kamu taat kepadaku

selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tak menaati Allah

dan Rasul-Nya, kamu tak perlu mentaati aku.8

b) Umar bin Khattab terkenal dengan sifatnya yang jujur, adil, cakap, berjiwa

demokrasi yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifatsifat umar ini

disaksikan dan dirasakan sendiri oleh masyarakat pada waktu itu sifat-sifat seperti

ini sangat perlu dimiliki oleh seorang pendidik, karena didalamnya terkandung

nilai-nilai pedagogis dan teladan yang baik yang harus ditiru.

Muhammad shalih samak menyatakan bahwa contoh teladan yang baik dan

cara guru memperbaiki pelajarannya, serta kepercayaan yang penuh kepada tugas,

8

(42)

kerja, akhlak, dan agama adalah kesan yang baik untuk sampai kepada matalamat

pendidikan agama.9

b) Usaha-usaha para sahabat dalam pendidikan Islam sangat menentukan

bagi perkembangan pendidikan Islam sampai sekarang, diantaranya:

• Abu Bakar melakukan kodifikasi Al-Qur’an.

• Umar bin khatab sebagai bapak reaktutor terhadap ajaran Islam yang

dapat dijadikan sebagai prinsip strategi pendidikan.

• Utsman bin Affan sebagai bapak pemersatu sistematika penulisan

ilmiah melalui upaya mempersatukan sistematika penulisan Al-Qur’an.

• Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep pendidikan.

2) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha’, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh

ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan atau

menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum

ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah.

Dengan demikian ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqaha’-fuqaha’

Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam

Al-Qur’an dan Sunnah dengan syarat-syarat tertentu.Ijtihad dapat dilakukan dengan

ijma’, qiyas, istihsan, mashalih mursalah, dan lain-lain.

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk

aspek pendidikan, tetapi juga berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.

9

Muhammad Salih Samak, Terjemahan Wan Amnah Yacob dkk, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa

(43)

Ijtihad haruslah mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid dan

tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah tersebut.Karena itulah

ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan

sepanjang masa setelah 27 Rasulullah wafat.Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu

yang diperlukan dalam kehidupan yang senantiasa berkembang.

Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam yang

terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hanya berupa prinsip-prinsip pokok

saja.Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin

maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja dibidang materi atau isi,

melainkan juga dibidang sistem dalam artinya yang luas.

Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut agar

perubahan oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan

berkembang.Melaui ijtihad yang dituntut agar perubahan situasi dan kondisi sosial

yang tumbuh dan berkembang pula, dapat disesuaikan dengan ajaran Islam.

Dengan demikian untuk melengkapi dan merealisir ajaran Islam itu memang

sangat dibutuhkan ijtihad, sebab glogalisasi dari AlQur’an dan sunnah saja belum

menjamin tujuan pendidikan Islam akan tercapai.

Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam dipandang

sebagai hal yang sangat penting bagi perkembangan teori pendidikan pada masa

yang akan datang, sehingga pendidikan Islam tidak melegitimasi status quo serta

terjebak dengan ide 28 justifikasi terhadap khazanah pemikiran para orientalis dan

sekuralis. Allah sangat menghargai kesungguhan para mujtahid dalam berijtihad.

(44)

“Apabila hakim telah menetapkan hukum, kemudian dia berijtihad dan

ijtihadnya itu benar, maka baginya dua pahala, akan tetapi apabila ia

berijtihad dan ternyata ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala”. (H.R.

Bukhari Muslim dan Amr bin Ash).

3) Maslahah Mursalah

Mashlahah mursalah adalah menetapkan peraturan atau ketetapan

undang-undang yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah atas pertimbangan

penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan.10

Para ahli pendidikan sejak dini harus mempunyai persiapan untuk merancang

dan membuat peraturan sebagai pedoman pokok dalam proses berlangsungnya

pendidikan sehingga pelaksanaan pendidikan islam tidak mengalami hambatan.

Kegiatan ini tidak semuanya diterima oleh Islam, dibutuhkan catatan khusus

sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf sebagai berikut:

a) Keputusan yang diambil tidak menyalahi keberadaan-keberadaan Qur’an

dan Sunnah.

b) Apa yang di usahakan benar-benar membawa kemashlahatan dan menolak

kemudharatan setelah melalui tahapan-tahapan observasi penganalisaan.

c) Kemashlahatan yang diambil merupakan kemashlahatan yang baru universal

yang mencakup totalitas masyarakat.11

Masyarakat yang berada disekitar lembaga pendidikan Islam berpengaruh

terhadap berlangsungnya pendidikan, maka dalam setiap pengambilan kebijakan

10

Mustafa Zaid, Al-mashlahah fi al-Islami wa Najmudin al-Thufi wa an-Nasyar, (mishr : Dar al- Fikr, 1964), cet ke-2, hal. 149.

11

(45)

hendaklah mempertimbangkan kemashlahatan masyarakat supaya jangan terjadi

hal-hal yang dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.

4) Urf (Nilai-nilai adat Istiadat Masyarakat)

Urf adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian

dan akan diterima oleh tabiat.12

Urf adalah suatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan jiwa merasa tenang

mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh

tabiat yang sejahtera, namun tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar ideal

pendidikan Islam,melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi

mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar pendidikan Islam itu haruslah:

1) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik itu Al-Qur’an maupun

Hadits

2) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiah

sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan, dan kemudharatan.

B. Budaya Lokal

Nurcholish Madjid salah-satu tokoh intelektual muslim Indonesia

mengungkapkan bahwasanya antara agama (Islam) dan budaya adalah dua bidang

yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak

berubah menurut perubahan waktu dan tempat.Tetapi berbeda dengan budaya,

sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat

ke tempat.Kebanyakan budaya berdasarkan agama, namun tidak pernah terjadi

sebaliknya, agama berdasarkan budaya.Oleh karena itu, agama adalah primer, dan

12

(46)

budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup keagamaan, karena

iasub-kordinat terhadap agama.13

Secara bahasa kata kebudayaan adalah merupakan serapan dari kata

Sansekerta, “Budayah” yang merupakan jamak dari kata “buddi” yang memiliki

arti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan dengan

hal-hal yang bersangkutan dengan akal.Kebudayaan adalah hal-hal yang

merupakan hasil dari keseluruhan system gagasan, tindakan, cipta, rasa dan karsa

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang semua itu tersusun dalam

kehaidupan masyarakat.14

Secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya memiliki arti

pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah

berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah

sukar diubah.Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat

istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi

pedoman tingkah lakunya.15

Berbicara masalah kebudayaan tidaklah mudah, sebab ada banyak perbedaan

pendapat dari masing-masing tokoh dalam mendefinisikan kebudayaan.Berikut ini

definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.16

13

Yustion dkk.,Islam dan Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok (Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1993), hal. 172.

14

Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur‟an dan hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 1996), hal. 22.

15

Sugono, Kamus Besar ..., hal. 169.

16

(47)

Menurut Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh

seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern Kebudayaan mencakup keseluruhan yang

meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang

kesemuanya merupakan warisan sosial.

Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.17

Menurut Clifford Geertz yang dikutip Nur Syam dalam bukunya menjelaskan

bahwasanya pengertian kebudayaan memiliki dua elemen, yaitu kebudayaan

sebagai sistem kognitif serta sistem makna dan kebudayaan sebagai sistem

nilai.Dalam hal ini Geertz memberikan contoh bahwasanya upacara keagamaan

yang dilakukan oleh suatu masyarakat itu adalah merupakan sistem kognitif dan

sistem makna, sedangkan sistem nilainya adalah ajaran yang diyakini

kebenarannya sebagai dasar atau acuan dalam melakukan upacara keagamaan.18

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap

keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh

terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala

alam.kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu setiap berdo’a, memuja dan

lainnya. Karena keinginan petunjuk dan ketentuan kekuatan gaib harus di patuhi

17

Ibid.

18

(48)

kalau manusia dan masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan

selamat.19

Mistisime dalam islam disebut dengan Tasawuf, dan oleh para orientalis barat disebut dengan Sufisme. Kata Sufisme dalam istilah orientalis khusus dipakai

dalam mistisme islam dan tidak dipakai dalam agama-agama lain. Telah disadari

bahwa kata mistik terkandung sesuatu yang misteri yang tidak dapat dicapai

dengan cara biasa atau dengan usaha intelektual.20

Bahwasannya mengenai keagamaan sudah selayaknya disandingkan dengan

istilah budaya, karena keberadaan agama itu terkonstruk dari adanya sistem

budaya. Budaya akan selalu membawa dampak yang signifikan terhadap

bangunan kehidupan keagamaan yang ada, walaupun agama dan budaya

mempunyai watak yang berbeda.21

C. Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional sebagai salah satu pengobatan di luar ilmu kedokteran

juga dirumuskan pada Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Kepmenkes

No.1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan

Tradisional bahwa pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya

pengobatan dan /atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu

keperawatan. Pengobatan tradisional sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

19

Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan manusia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Ed. 1-2, 2007), hal. 1-2.

20

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hal. 56.

21

(49)

dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan penyakit, dan/atau pemulihan kesehatan.

Metode pengobatan tradisional meskipun di luar ilmu kedokteran namun tetap

dipercaya dan diminati oleh masyarakat, hal ini karena tidak semua lapisan

masyarakat dapat menerima pengobatan secara medis yang pada umumnya

menggunakan obat-obatan melalui proses kimia. Pemerintah menerbitkan aturan

melalui Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan

Pengobatan Tradisional.Peraturan tersebut dibentuk oleh Pemerintah, hal ini

membuktikan bahwa pengobatan tradisional mendukung peningkatan derajat

kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan tradisional didasarkan pada pengalaman dan keterampilan

yang didapat secara turun menurun. Pengobatan tradisional dalam

perkembangannya terbagi dua yaitu: ada yang bersifat tradisional irasional dan

tradisional rasional. Pengobatan tradisional rasional yang dimaksud adalah

pengobatan tradisional yang dapat diteliti secara ilmiah.22

Sarana pengobatan umumnya ditempuh oleh seorang yang sakit/tidak sehat

dengan menjalani pengobatan baik secara medis (konvensional) maupun secara

tradisional (nonkonvensional).Medis memiliki makna yang berhubungan dengan kedokteran.Pengobatan medis ditangani tenaga medis yang dapat

dipertanggungjawabkan dan telah diakui oleh ilmu pengetahuan di bidang

kedokteran, sedangkan pengobatan tradisional (nonkonvensional) merupakan pengobatan yang bersifat turun-temurun dan diakui oleh kalangan masyarakat.

22

(50)

Peraturan pengobatan tradisional tersebut dibentuk sebagai upaya mendukung

peningkata

Gambar

 Gambar 2.1
  Tabel 2.1
Tabel  4.1

Referensi

Dokumen terkait

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

37 Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Bus Antara Perseroan Terbatas (PT) Promits dengan Comanditaire Venootschap (CV) Nilam Sari Electrik di

Saran yang dapat disampaiakan adalah pemanfaatan, desiminasi, dan saran pengembangan produk lebih lanjut agar lebih sempurna dan terbaru. Saran pemanfaatan produk

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) citra penginderaan jauh Quickbird dapat digunakan untuk mengektraksi parameter kondisi fisik kualitas permukiman secara mendetail, (2)

The primary objectives of the seminar were to bring together leading and promising young researchers in the different communities to discuss scheduling problems that arise in

Dalam kalimat (5a) di atas, interferensi terjadi pada predikat *totemo nigiyaka desu ‘ramai’ yang seharusnya bentuk morfologisnya disesuaikan dengan kata keterangan

DIPA Petikan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk (Nama Program, Unit Organisasi dan Kementerian Negara/Lembaga).. DIPA Petikan ini dicetak secara

Dari penelitian ini menunjukkan motif interaksi dan integrasi sosial merupakan motif tertinggi dalam penggunaan aplikasi Blackberry Messenger, yang artinya wanita