PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
BUPATI KUNINGAN,
Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, perlu ditetapkan pedoman pelaksanaannya ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati Kuningan tentang Pedoman Pelaksanaan Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
5. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Kuningan;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah;
Kabupaten Kuningan.
MEMUTUSKAN : Menetapka
n
: PERATURAN BUPATI KUNINGAN TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN,
PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan.
3. Bupati adalah Bupati Kuningan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan. 7. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa dalam Kabupaten
Kuningan.
8. Pemerintahan Desa adalah Pemerintahan Desa dalam Kabupaten Kuningan.
9. Desa adalah Desa dalam Kabupaten Kuningan.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh badan permusyawaratan desa bersama kepala desa.
11. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah dalam wilayah kerja Kecamatan.
12. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah BPD dalam Kabupaten Kuningan.
13. Pembentukan Desa adalah penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
15. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau lebih menjadi Desa baru.
BAB II
PEMBENTUKAN DESA Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan Desa Pasal 2
(1) Usulan pembentukan desa sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf d Peraturan Daerah dalam bentuk Surat Pengajuan Pembentukan Desa baru, yang ditandatangani oleh Panitia Pembentukan Desa, diketahui oleh Kepala Desa disetujui oleh Ketua BPD dan direkomendasi oleh Camat, dilengkapi proposal pembentukan desa;
(2) Proposal pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :
a. Latar belakang; b. Tujuan;
c. Potensi Desa, antara lain : asal-usul desa, adat istiadat, sosial budaya, jumlah penduduk, aset/kekayaan desa hasil pembagian dengan desa induk, luas wilayah, infrastruktur, kondisi geografis, dan kondisi sosial ekonomi.
d. Peta Desa yang memuat secara jelas mengenai batas desa dengan desa induk dan desa di sekitarnya, batas dusun dalam wilayah desa baru hasil pembentukan yang penetapannya berdasarkan atas musyawarah antara Panitia Pembentukan Desa, Kepala Desa, Ketua BPD dan tokoh masyarakat dengan difasilitasi oleh Tim Kecamatan.
e. Peta desa dimaksud pada huruf d adalah sebanyak 3 (tiga) buah meliputi peta awal desa induk, peta calon desa baru hasil pembentukan dan peta desa induk setelah dikurangi calon desa baru hasil pembentukan.
(3) Potensi desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus dipenuhi oleh desa yang akan dibentuk berupa sarana dan prasarana kebutuhan dasar masyarakat desa,meliputi :
a. Jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1.500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga baik bagi desa induk maupun desa yang akan dibentuk, dibuktikan dengan Buku induk penduduk.
b. Terdapat tanah kas desa sebagai penghasilan Kepala Desa dan perangkat Desa yang berada di dalam desa baru hasil pemekaran, sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari luas tanah kas desa induk sebelum dimekarkan, dibuktikan dengan adanya berita acara kesepakatan penyerahan aset sebagai dasar pembentukan peraturan desa tentang pembagian aset setelah ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa
e. Terdapat sekurang-kurangnya 1 ( satu) buah masjid atau sarana peribadatan lainnya sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat;
f. Terdapat sarana pelayanan kesehatan masyarakat berupa Puskesmas Pembantu/Pos Bersalin Desa/Pos Kesehatan Desa dan Pos Pelayanan Terpadu;
g. Terdapat cikal bakal kantor pemerintah Desa;
h. Terdapat jaringan infrasturktur jalan desa dan atau jalan lingkungan yang mendukung aksebilitas masyarakat desa terhadap pusat pelayanan pemerintahan dan pelayanan dasar lainnya.
(4) Potensi sebagaimana dimaksud huruf d sampai dengan h pada ayat (3) dibuktikan dengan data aset desa yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Camat.
Bagian Kedua
Pembentukan Tim Observasi dan Tim Kecamatan Paragraf 1
Pembentukan Tim Observasi Pasal 3
(1) Untuk penelitian dan pengkajian pembentukan desa dibentuk Tim Observasi dengan Keputusan Bupati.
(2) Tugas Tim Observasi sebagaimana ayat (1) adalah : a. Melakukan penelitian potensi masing-masing desa; b. Melakukan pengkajian hasil penelitian potensi desa; c. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait; d. Menyampaikan pelaksanaan tugas kepada Bupati.
(3) Komposisi Tim Observasi sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Penanggungjawab, Wakil Penanggungjawab, Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris I, Sekretaris II dan Anggota.
(4) Anggota Tim Observasi sebagaimana dimaksud ayat (3) terdiri dari unsur SKPD terkait sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 4
Penelitian potensi desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a sekurang-kurangnya meliputi :
a. kekayaan desa yang akan menjadi kekayaan desa baru; b. Sumber daya alam;
e. Jumlah penduduk.
f. Kelengkapan administrasi meliputi surat pengajuan, dukungan dari penduduk lokasi calon desa baru, proposal pembentukan desa, berita acara kesepakatan pembagian kekayaan desa, peta desa dan bukti otentik hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan e.
Paragraf 2
Pembentukan Tim Kecamatan Pasal 5
(1) Tim Kecamatan dibentuk dengan surat tugas Camat (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Penanggungjawab : Camat dan unsur Muspika b. Ketua : Sekretaris Kecamatan
c. Anggota : Para Kepala Seksi Kantor Kecamatan, Unsur UPT dan UPTD lingkup Kecamatan (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. Memfasilitasi panitia pembentukan desa dan pemerintah desa untuk mempersiapkan bahan-bahan mengenai persyaratan pembentukan desa.
b. Memfasilitasi tim observasi untuk melakukan penelitian potensi desa.
c. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui tim observasi.
Bagian Ketiga Peresmian Desa
Pasal 6
(1) Peresmian desa hasil pembentukan dilakukan setelah mendapatkan nomor registrasi dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
(2) Dalam kurun waktu setelah ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sampai dengan ditetapkannya nomor registrasi desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyelenggaraan pemerintahan desa masih dilakukan oleh desa induknya sambil melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mempersiapkan penataan kewilayahan desa meliputi dusun,
RW dan RT.
b. Mempersiapkan calon perangkat desa; c. Mempersiapkan calon anggota BPD;
d. Mempersiapkan calon Penjabat Kepala Desa;
(3) Selama desa baru hasil pembentukan belum diresmikan, maka desa induk masih mempunyai kewajiban untuk mengalokasi biaya pembangunan secara proporsional.
BAB III
PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN DESA Pasal 7
(1) Desa yang karena perkembangan tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat digabung dengan Desa lain atau dihapus.
(2) Penggabungan atau penghapusan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh Pemerintah Desa dan BPD dengan masyarakat desa masing-masing.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam Keputusan Bersama Kepala Desa yang bersangkutan.
(4) Keputusan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh salah satu Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat.
(5) Hasil penggabungan atau penghapusan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB IV
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Pasal 8
(1) Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat. (2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa yang mempunyai hak pilih.
(3) Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat :
a. luas wilayah tidak berubah;
b. jumlah penduduk paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 KK untuk wilayah;
c. prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai bagi terselenggaranya pemerintahan Kelurahan;
d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produk serta keanekaragaman mata pencaharian;
e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status penduduk dan perubahan nilai agraris ke jasa dan industri; dan
f. meningkatnya volume pelayanan.
(4) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.
(1) Desa yang berubah status menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang tersedia di Daerah.
(2) Kepala Desa dan Perangkat Desa serta anggota BPD dari Desa yang diubah statusnya menjadi Kelurahan, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberikan penghargaan sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat.
Pasal 10
Tata cara pengajuan dan penetapan perubahan status Desa menjadi Kelurahan adalah sebagai berikut :
a. adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk status Desa menjadi Kelurahan;
b. masyarakat mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD dan Kepala Desa;
c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan;
d. Kepala Desa mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada Bupati melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD;
e. dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati menugaskan Tim Kabupaten bersama Tim Kecamatan melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya menjadi Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati;
f. bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan, Bupati menyiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan;
g. Bupati mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD;
h. DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan, dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa;
i. rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah;
j. penyampaian rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf i, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama;
k. rancangan peraturan daerah tentang perubahan status desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf j, ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama;
Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut di dalam Lembaran Daerah.
Pasal 11
Berubahnya status Desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumber-sumber pendapatan Desa menjadi kekayaan Daerah.
Pasal 12
Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB V PEMBIAYAAN
Pasal 13
(1) Pembiayaan pembentukan, penggabungan dan penghapusan desa serta perubahan status desa menjadi Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan;
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasional yang timbul sebagai akibat dibentuknya tim observasi, biaya rapat-rapat pembahasan sampai dengan penerbitan Peraturan Daerah dan pelaporan;
(3) Biaya yang timbul sebagai akibat pengusulan dari tingkat desa, biaya operasional panitia dan pihak terkait tingkat desa serta biaya lainnya, menjadi beban pihak yang mengusulkan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan status Desa menjadi Kelurahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui pemberian pedoman umum, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi.
BAB VII
PERUBAHAN ASET Pasal 15
(1) Pembagian aset Desa induk dan Desa hasil pemekaran dilakukan secara proporsional dan dituangkan dalam Peraturan Desa.
(2) Aset Pemerintah Desa Induk berupa barang tidak bergerak yang berada di wilayah desa pemekaran menjadi aset Pemerintah Desa Pemekaran.
(4) Aset desa yang digabungkan menjadi aset desa hasil penggabungan.
(5) Penetapan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Pembentukan desa berdasarkan hasil musyawarah/kesepatakan yang sudah dilakukan sebelum ditetapkan Peraturan Daerah Pembentukan Desa.
Pasal 16
(1) Aset Desa yang berubah status menjadi Kelurahan, menjadi aset Pemerintah Kabupaten dan dapat dikelola oleh Kelurahan untuk kepentingan masyarakat setempat.
(2) Dalam hal Pemerintah Kabupaten memerlukan aset tersebut untuk kepentingan Pemerintah Daerah, maka hak kelurahan untuk mengelola aset tersebut dicabut.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 17
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kuningan.
Ditetapkan di Kuningan Pada tanggal
BUPATI KUNINGAN
AANG HAMID SUGANDA Diundangkan di Kuningan
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
Drs. H. YOSEP SETIAWAN, M.Si
Pembina Utama Madya NIP. 19580217 198503 1 003