• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. BAB IV RPJMD BAB IV RPJMD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "5. BAB IV RPJMD BAB IV RPJMD"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.

4.1.

Analisis Lingkungan Internal

Analisa lingkungan internal Kabupaten Musi Rawas dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan yang tersedia seperti posisi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta berbagai kelemahan yang dapat menghambat upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Musi Rawas dalam lima tahun mendatang (2010 - 2015).

4.1.1. Kekuatan

1. Letak geografis Kabupaten Musi Rawas yang dilintasi jalan arteri primer yang menghubungkan Pusat Kegiatan Nasional Bandar Lampung – Bengkulu – Palembang -Jambi dan Padang.

2. Lebih dari 70% wilayah Musi Rawas merupakan lahan datar, sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya secara optimal.

3. Tersedianya lahan produktif dengan luas lebih dari 989.266,13 Ha (9.892,66 Km²) yang terdiri dari kawasan lindung utama TNKS, lindung setempat dan sumber air, perkebunan, pertanian dan kehutanan;

4. Adanya potensi lahan untuk reboisasi, menguatnya kewenangan pemerintah daerah, masih berlakunya Keputusan Menteri Kehutanan serta ketatnya pengawasan dari pihak luar sehingga besar peluang untuk mengembalikan luasan, peran dan fungsi TNKS.

5. Terdapatnya potensi pertanian dan perkebunan seperti sawah (89.398 ha), karet (258.184 ha), kelapa sawit (142.339 ha), hutan produksi (350.440 ha).

6. Terdapatnya potensi pertambangan seperti minyak bumi (83.871,60 MSTB), gas bumi (1.563,01 BSCF), batubara (1,2 milyar ton), emas (10 juta ton), perak (7,5 juta ton), biji besi (800.000 metric ton) yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan modal dasar membangun pondasi masa depan Musi Rawas.

7. Terdapatnya sumber mata air / air baku yang menjadi hulu dari tiga sungai besar, yaitu Sungai Musi, Sungai Rawas dan Sungai Lakitan.

8. Tersedianya tenaga kerja produktif lebih kurang 277.350 jiwa.

9. Terdapatnya jaringan irigasi teknis sejumlah 22 daerah irigasi dan 2 buah bendungan yang mengairi lebih dari 22.000 Ha padi sawah.

10. Tersedianya infrastruktur (jalan dan listrik) yang telah menghubungkan dan melayani seluruh Ibu Kota Kecamatan.

(2)

12. Terdapatnya instalasi pengolah air bersih (untuk perkotaan).

13. Telah ditetapkannya (SK Bupati) pola pembangunan pertanian melalui pendekatan agropolitan.

14. Terdapatnya potensi alam sebagai sumber energi alternatif seperti CPO dan Kelapa untuk biodiesel, perbedaan ketinggian aliran air sungai yang dapat dijadikan tenga pemutar turbin (non konvesional) untuk pembangkit listrik.

4.1.2. Kelemahan

1. Terjadinya penurunan luas hutan / kawasan lindung dan beralih menjadi perkebunan (karet dan kelapa sawit) atau dari fungsi lindung menjadi fungsi budidaya.

2. Terdapatnya beberapa kawasan yangrawan banjir / genangan dan longsor.

3. Terjadinyapenurunan luas areal pertaniandanpenurunan debit airsungai/irigasi.

4. Terjadinya kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, terutama antara kawasan perkotaan dan desa tertinggal.

5. Belum optimalnya tingkatproduktivitas lahan, terutama kawasan dengan fungsi perkebunan karet dan tanaman lahan kering lainnya.

6. Kapasitas keuangan daerah untuk pembangunan infrastruktur yang memadai masih terbatas. Diperlukan upaya dan investasi yang besar untuk menciptakan Muara Beliti sebagai pusat pemerintahan dan pusat agropolitan, namun bersamaan dengan itu pelayanan publik tetap harus dilakukan dengan baik dan program pembangunan kawasan agropolitan tetap harus dijalankan.

7. Terdapatnya ribuan penduduk yang berada dalam kawasan TNKS yang mengandalkan mata pencahariannya pada hutan TNKS. Hal ini menyebabkan terjadinya perambahan hutan (illegal logging).

4.2.

Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam rangka mengidentifikasi peluang yang tersedia dan ancaman yang mungkin muncul dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Musi Rawas dalam lima tahun mendatang (2010 -2015) perlu dilakukan analisa lingkungan eksternal Kabupaten Musi Rawas.

4.2.1.

Peluang

1. Posisi strategis Kabupaten Musi Rawas memberikan peluang kepada Kabupaten Musi Rawas untuk menjadi pusat pertumbuhan di Sumatera bagian Selatan, mata rantai perekonomian yang menghubungkan wilayah Bandar Lampung, Bengkulu, Palembang, Jambi dan Padang.

(3)

5. Terdapatnya kebijakan pengembangan wilayah provinsi (RTRW Provinsi Sumsel 2006) yang memerankan Musi Rawas sebagai salah satu sumber utama pangan dan energi.

6. Tersedianya akses darat yang memadai (Jalur Lintas Tengah Sumatera) menuju Musi Rawas dari 4 arah, yaitu Utara (Jambi), Palembang (Timur), Lahat (Selatan) dan Rejang Lebong (Barat);

7. Terdapatnya berbagai program nasional dan internasional dalam menguatkan fungsi kawasan lindung, terutama TNKS.

4.2.2.

Ancaman

1. Hampir seluruh kabupaten di sekitar Musi Rawas mempunyai hasil pertanian / perkebunan dengan jenis komoditas yang sama, bahkan pengelolaannya lebih maju dari Musi Rawas, seperti agropolitan di Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu dan Musi Banyuasin yang sudah mengolah kelapa sawit denganby productberupa energi listrik (6 MW).

2. Musi Rawas mempunyai potensi alam yang sangat besar yang bila salah dalam pengelolaannya akan menjadi bencana bagi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

4.3.

Permasalahan Pembangunan

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Musi Rawas adalah:

1. Terbatasnya / kurangnya akses penduduk (transportasi, listrik, informasi, komunikasi, air bersih, pendidikan, kesehatan, serta pasar dan modal).

2. Masih lemahnya kelembagaan (Pemerintah, swasta, masyarakat).

3. Kualitas SDM yang masih lemah, baik SDM pemerintah (government), masyarakat (local community)dan swasta(private sektor).

4. Wilayah yang terlalu luas (1.236.582,66 Ha), sehingga mengakibatkan kurang efisiennya pelayanan terhadap masyarakat.

5. Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Musi Rawas masih relatif tinggi, walaupun secara signifikan setiap tahunnya telah menunjukkan penurunan.

6. Masalah lingkungan hidup sudah merupakan isu strategis global sehubungan dengan konteks pemanfaatan sumberdaya dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

7. Semakin meningkatnya penduduk pendatang terutama dari luar daerah dapat berakibat meningkatnya kriminalitas maupun pelanggaran terhadap Perda (Peraturan Daerah) dan Hukum.

(4)

4.4.

Isu-Isu Strategis Daerah

Dengan memperhatikan analisas lingkungan eksternal dan internal serta permasalahan pembangunan, maka isu strategis Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan (2010 - 2015) adalah sebagai berikut:

4.4.1. Agropolitan

Mengingat sebagian besar penduduk Kabupaten Musi Rawas bekerja di sektor pertanian, maka keberhasilan pembangunan di sektor ini sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan Kabupaten Musi Rawas di segala bidang. Dengan kata lain, agropolitan memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan Kabupaten Musi Rawas. Oleh karena itu, agropolitan merupakan isu strategis di Kabupaten Musi Rawas, yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kabupten Musi Rawas yang meliputi penurunan luas areal pertanian, kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, belum optimalnya produktivitas pertanian, kualitas SDM yang rendah, infrastruktur yang belum menunjang perekonomian. Selain itu, ditetapkannya agropolitan sebagai isu strategis karena merupakan salah satu prioritas janji politik Bupati yang perlu diwujudkan sebagaimana yang terdapat dalam visi dan misi Bupati, di samping merupakan salah satu urusan pilihan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(5)

Gambar 4.1.

Peta Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Musi Rawas

4.4.2. Pertambangan dan Energi

(6)

Peningkatan perekonomian daerah melalui peningkatan investasi terutama pertambangan tersebut bertumpu pada kemampuan daya dukung kawasan. Kegiatan investasi disektor pertambangan tersebut akan mendorong kegiatan di sektor-sektor lainnya, termasuk kegiatan ekspor. Kandungan bumi Musi Rawas yang berada di bagian barat provinsi Sumatera Selatan yang kaya akan tambang dipadukan dengan letak geografi (tempat bertemunya hulu Sungai Musi dan aliran Sungai Rawas merupakan peluang bagi Kabupaten Musi Rawas sebagai gerbang bagi keluar masuknya barang dan jasa, sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran hasil produksi pertanian dari dan ke seluruh wilayah Sumbagsel, sebagai sentra pengembangan industri sarat teknologi berbasis pertanian dan menjadi pusat pelayanan lalu lintas di Sektor Barat Sumatera Selatan.

4.4.3. Darussalam

Gambar

Gambar 4.1.Peta Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Musi Rawas

Referensi

Dokumen terkait

Kentang yang cocok untuk industri keripik harus mempunyai kandungan gula <0,05%, bobot kering >20%, kandungan bahan padatnya tinggi ( ≥ 16,7%), bentuk umbi baik, dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk periode 5

Pada kedalaman 3,50 m di perigi yang ditimbuni ini terdapat beberapa potongan batu bata merah yang dibakar, sepotong kecil tembikar (kereweng) dan sebuah gigi besar;

Kemudian jawaban yang diberikan oleh Nunung pada hakekatnya memiliki kesinambungan dengan dengan pertanyaan Andy, namun kalimat tersebut terasa tidak jelas karena tidak memiliki

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, simpulan yang dapat diambil adalah keterampilan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-8 SMA Negeri 1 Bae Kudus

Kewenangan Pembatalan Terhadap Peraturan Daerah yang sebelumnya diatur dalam pasal 251 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Kecelakaan ditempat kerja bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan dan keadaan lingkungan yang tidak

Namun, penelitian ini tidak mendukung hasil dari penelitian Pincus (1991) dan Kent et al., (2006) yang menyimpulkan bahwa tipe kepribadian yang dimiliki oleh seorang auditor