• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan individu. Masa usia dini adalah masa yang sangat tepat digunakan untuk memberikan dorongan dan stimulasi sebagai upaya pengembangan potensi diri agar anak dapat berkembang secara optimal.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah melalui pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 (Anonim, 2015:3) menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sesuai dengan hal diatas, maka pendidikan anak usia dini diharapkan mampu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya secara keseluruhan. Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 10 ayat 1 (Anonim, 2015:7) menjelaskan

(2)

bahwa lingkup perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.

Keenam aspek perkembangan diatas penting untuk dikembangkan secara optimal agar dapat menjadi bekal bagi anak menuju pendidikan selanjutnya serta memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menjalani setiap kehidupannya dimasa depan. Adapun salah satu aspek perkembangan yang sangat penting untuk dikembangkan dan diberi rangsangan sejak dini adalah perkembangan kognitif.

“Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui pancainderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain” (Hasnida, 2014:44).

Dalam lingkup perkembangan kognitif terdiri dari beberapa aspek pengembangan. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini lampiran 1 standar isi tentang tingkat pencapaian perkembangan anak (Anonim, 2015:46-48) yang mana lingkup perkembangan kognitif terdiri dari aspek belajar dan pemecahan masalah, aspek berpikir logis, dan aspek berfikir simbolik.

Selanjutnya Piaget menjelaskan bahwa anak usia dini berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini pencapaian utamanya ialah perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan objek di dunia ini Pemikiran tetap egosentris dan terpusat (Sofyan, 2014:38). Kemampuan yang demikian mencirikan bahwa anak telah dapat berfikir

(3)

secara simbolik dengan lebih baik. Selain itu, Bruner (dalam Khadijah, 2016:81) mengungkapkan bahwa anak-anak belajar dari konkret ke abstrak melalui 3 tahap yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Pada tahap symbolic, anak mulai belajar berfikir abstrak. Artinya anak sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau melakukan manipulasi dengan menggunakan simbol.

Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini lampiran 1 Standar Isi tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun (Anonim, 2015:48) menyatakan bahwa berfikir simbolik, mencakup kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1-10, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, mengenal berbagai macam lambang huruf vocal dan konsonan, serta mampu merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil).

Pendapat mengenai berfikir simbolik juga dikemukakan oleh Khadijah (2016:70) yang menyatakan bahwa dalam subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Dimensi baru tersebut dapat berupa, berbagai pengetahuan baru mengenai konsep pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kemampaun berfikir simbolik juga berkaitan dengan pemahaman mengenai suatu konsep pembelajaran seperti konsep bilangan dan huruf. Dengan penguasaan

(4)

terhadap konsep tersebut dapat menjadi dasar bagi pengembangan kemampuan-kemampuan yang lain bagi anak, misalnya membaca, menulis, berhitung dan lain sebagainya yang berawal dari pengetahuan tentang simbol angka maupun huruf.

Oleh karena itu, berfikir simbolik merupakan komponen perkembangan kognitif yang penting untuk diperhatikan. Menurut Mursid (2015:100) kemampuan untuk berfikir secara simbolik ini membuka peluang bagi anak untuk menyerap kata baru yang akan memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Ketika ia menggunakan simbol, ia akan memberikan nama dan menggunakan kata-kata yang memiliki arti. Selain itu, anak dapat berfikir simbolik dengan adanya penggunaan simbol atau lambang dalam pembelajaran, seperti lambang huruf dan bilangan yang merupakan salah satu contoh kata-kata yang memiliki arti. Dengan demikian kemampuan berfikir simbolik anak dapat dilihat dari kemampuan berbahasanya.

Fakta saat ini menunjukkan bahwa seharusnya anak usia 5-6 tahun sudah memiliki kematangan dalam hal perkembangan kognitif salah satunya pada aspek berfikir simbolik. Menurut Piaget (dalam Susanto, 2011:50) usia 5-6 tahun ini merupakan pra-operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi objek simbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakteristik penting dalam tahap ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan yang tertunda dan dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.

Kemudian peneliti melakukan pengamatan lanjutan pada tanggal 18 Oktober 2019 di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi khususnya kelas B1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkembangan kognitif tentang

(5)

kemampuan berfikir simbolik anak usia 5-6 tahun sudah cukup baik, meskipun juga masih ditemui beberapa anak yang kemampuan berfikir simboliknya belum berkembang dengan optimal yaitu AHR, VGL, NST, MAIS, NNS, ADA, RA, AA, AAZ, AS. Hal tersebut ditandai dengan, dari keseluruhan indikator yang ada, masih ditemui beberapa indikator yang rendah tingkat ketercapaiannya. Gejala rendahnya indikator tersebut ditunjukkan dengan masih ada anak yang belum tahu nama masing-masing lambang bilangan. Selain itu juga ditemui anak yang dalam meniru tulisan bilangan 1-10 masih ada beberapa angka yang ditulis terbalik serta masih ada anak yang belum bisa menggunakan lambang bilangan untuk menghitung tanpa ada bendanya. Hal tersebut disebabkan karena pemahaman anak terhadap bilangan masih sebatas menghafal, Sehingga anak usia 5-6 tahun sudah dapat menyebutkan bilangan 1-10 secara berurutan dengan tepat. Namun saat diminta menunnjukkan lambang bilangannya masih ada anak yang kebingungan.

Hal diatas menunjukkan bahwa telah terjadi kesenjangan dalam perkembangan kognitif tentang kemampuan berfikir simbolik anak usia dini. Kondisi ini menyebabkan anak didik menjadi kesulitan untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara simboliknya dengan optimal. Akibatnya lingkungan pembelajaran menjadi tidak kondusif. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mencari solusi yang tepat dari masalah diatas.

Selanjutnya juga diketahui bahwa dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik juga telah mengajak anak untuk mengenal konsep bilangan, dengan kegiatan menyebutkan urutan bilangan, menghitung benda, menunjukkan

(6)

simbol dari bilangan, meniru tulisan, mengenalkan huruf-huruf vokal dan konsonan serta mendorong anak untuk terus berkresi dan berimajinasi. Semua contoh kegiatan diatas telah mengarah pada upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya pada indikator berfikir simbolik anak. Artinya pendidik di TK tersebut sudah turut aktif dalam mengembangkan kemampuan berfikir simbolik anak.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengangkat topik dalam penelitian ini yaitu “Identifikasi Perkembangan Kognitif Tentang Berfikir Simbolik Anak Usia Dini Di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi”.

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini menjadi lebih terfokus dan tidak menyimpang dari pokok masalah yang akan diteliti maka perlu untuk dibuat batasan masalahnya yaitu:

1. Penelitian ini akan dibatasi pada perkembangan kogntif tentang berfikir simbolik anak usia dini. Berfikir simbolik pada anak usia dini mencakup kemampuan anak dalam mengenal, menyebutkan serta menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

2. Penelitian ini hanya dibatasi pada indikator yang berkenaan dengan konsep bilangan. Indikator yang dimaksud adalah menyebutkan lambang bilangan 1-10, menggunakan lambang bilangan untuk berhitung, dan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.

(7)

3. Penelitian ini dibatasi hanya anak TK usia 5-6 tahun khususnya kelas B1 di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek menyebutkan lambang bilangan 1-10 di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?.

2. Bagaimanakah tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek menggunakan lambang bilangan untuk menghitung di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?.

3. Bagaimanakah tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek menyebutkan lambang bilangan 1-10. 2. Untuk mendeskripsikan tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir

simbolik anak usia dini pada aspek menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.

(8)

3. Untuk mendeskripsikan tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan atau wawasan mengenai berfikir simbolik serta pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian .

2. Bagi Guru

Diharapkan agar dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pendidik dalam pengembangan berfikir simbolik agar berfikir simbolik anak didik dapat berkembang dengan optimal.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan agar dapat menjadi referensi dan dasar pengembangan selanjutnya mengenai penelitian tentang kemampuan berfikir simbolik.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan uraian diatas, maka pertanyaan penelitian ini yaitu :

1. Pada tingkat manakah perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek menyebutkan lambang bilangan 1-10 di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?

(9)

2. Pada tingkat manakah perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek menggunakan lambang bilangan untuk menghitung di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?

3. Pada tingkat manakah perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini pada aspek mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan di TK Negeri Pembina 1 Kota Jambi?

1.7 Definisi Operasional

Identifikasi perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan melihat dan mengumpulkan data dan informasi yang ada dilapangan mengenai tingkatan perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik anak usia dini yang meliputi kemampuan mengenal, menyebutkan dan menggunakan konsep bilangan khususnya pada kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1-10, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, dan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan di TK lokasi penelitian.

(10)

1.8 Kerangka Konseptual

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka dapat disusun suatu kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Anonim (2015:48).

IDENTIFIKASI

PERKEMBANGAN KOGNITIF TENTANG BERFIKIR SIMBOLIK

ANAK USIA DINI

MENCOCOKKAN BILANGAN DENGAN LAMBANG BILANGAN MENGGUNKAN LAMBANG BILANGAN UNTUK MENGHITUNG MENYEBUTKAN LAMBANG BILANGAN 1-10

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Buku Ringkasan Eksekutif ini memberi gambaran ringkas tentang jumlah proyek, realisasi penyerapan masing-masing kreditor, dan penyerapan kumulatif dari sampai dengan

Hakikatnya, seorang pekerja pada hari ini perlu melakukan sesuatu perkerjaan yang sentiasa betul, bijak dalam menyelesaikan masalah dan meminimumkan kesalahan serta

Saudara diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan aspek inderawi kerupuk yang meliputi tekstur, rasa, warna, dan aroma dengan memberikan tanda cek (  )

Perluasan akuan usaha adalah di=ersiikasi usaha ekono"is yan ditandai oleh iaya  roduksi total /ersa"a.Cara ini /isa dilakukan denan "ena"/ah $enis

Tabungan Dian lebih banyak daripada jumlah tabungan Anis, Benny, dan Kinar.. Tabungan Anis lebih banyak daripada

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Mutu Perilaku Merokok

/sbin File-file executable yang dibutuhkan untuk boot sistem serta program- program maintenance seperti lilo, ifconfig, mkfs, dll dan hanya dapat dieksekusi oleh user root..

tanggungjawab para ulama, juru dakwah dan organisasi Islam serta lembaga-lembaga keuangan yang dapat membantu perekonomian masyarakat, seperti perbankan syariah,