• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG DESAIN EARLY WARNING SYSTEM TSUNAMI BERDASARKAN SENSOR GELOMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG DESAIN EARLY WARNING SYSTEM TSUNAMI BERDASARKAN SENSOR GELOMBANG"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i PROPOSAL

PENELITIAN UNGGULAN DANA LOKAL ITS TAHUN 2020

RANCANG DESAIN EARLY WARNING SYSTEM TSUNAMI

BERDASARKAN SENSOR GELOMBANG

Tim Peneliti :

Dr. Ir. Amien Widodo (Departemen Teknik Geofisika /FTSPK / ITS) Kriyo Sambodho,S.T.,M.Eng.,Ph.D (Departemen Teknik Kelautan / FTK / ITS)

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PROGRAM PENELITIAN DANA MANDIRI TAHUN 2020

1. Judul Penelitian : Rancang Desain Early Warning System (EWS)

Tsunami Berdasarkan Sensor Gelombang

2. Ketua Tim

a. Nama Lengkap : Dr. Amien Widodo, M.S

b. NIP : 195910101988031002

c. Pangkat/Golongan : Penata/IVb d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Departemen : Departemen Teknik Geofisika

f. Fakultas : Fakultas Teknik Sipil,Perencanaan dan Kebumian

g. Laboratorium : Geofisika Teknik dan Lingkungan

h.Alamat Kantor : Gedung Teknik Geofisika ITS Keputih Surabaya i.Telp/HP/Fax : 08121780246

3. Jumlah Anggota : 1 orang 4. Jumlah Mahasiswa terlibat : 2 orang

5. Besaran Dana : Rp.108.550.000

Surabaya, 6 Maret 2020 Menyetujui,

Kepala Departemen, Ketua Tim Peneliti

Dr.Dwa Desa Warnana Dr.Amien Widodo

NIP.197601232000031001 NIP.195910101988031002

Mengesahkan, Direktur DRPM ITS

Agus Muhammad Hatta,S.T.,M.Si.,Ph.D NIP. 197809022003121002

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.v

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I RINGKASAN ... Error! Bookmark not defined. BAB II LATAR BELAKANG ... 2

2.1. Latar Belakang ... 2

2.2. Batasan Masalah ... 2

2.3. Tujuan... 3

2.4. Urgensi Penelitian ... 3

2.5. Target Luaran ... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 4

3.1.State Of The Art... 4

3.2.Road Map Penelitian ... 5

3.3. Teori Penunjang ... 6

BAB IV METODE ... 16

4.1. Alat dan Bahan ... 16

4.2. Alur Penelitian ... 17

4.3. Langkah Kerja ... 18

BAB V JADWAL DAN RANCANGAN ANGGARAN BIAYA ... 22

5.1. Anggaran Biaya ... 22

5.2. Jadwal Penelitian ... 23

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ... 24

BAB VII LAMPIRAN ... 25

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. State Of The Art ... 4

Tabel 3.2. Road Map Penelitian Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Tahun 2020-2024 ... 4

Tabel 5.1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Yang Diajukan Setiap Tahun ... 22

Tabel 5.2. Jadwal Penelitian Tahun -1 ... 22

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.Road Map Penelitian Early Warning System Prototype ... 6

Gambar 3.2. Peta Lempeng Utama Yang Berperan sebagai pembangkit aktivitas kegempaan di Indonesia (Rohadi, 2009) ... 7

Gambar 3.3. Ilustrasi pergerakan tsunami dengan panjang gelombang λ dan amplitudo A yang berpropagasi setelah fenomena ‘waterberg’ (Margaritondo, 2005) ... 8

Gambar 3.4. Ilustrasi proses terjadinya tsunami akibat gempa tektonik ... 9

Gambar 3.5.Ilustrasi proses terjadinya tsunami akibat aktivitas vulkanis ... 9

Gambar 3.6. Ilustrasi proses terjadinya tsunami akibat longsoran ... 10

Gambar 3.7.Skema pendekatan end-to end German-Indonesia Tsunami Early Warning System (BMKG,2010) ... 11

Gambar 3.8. Tide gauges di Indonesia yang dipasang oleh GFZ, UHSLC, dan BIG (Lauterjung dan Letz, 2017) ... 11

Gambar 3.9. Bumi dan bulan dilihat dari atas kutub utara yang memperlihatkan lautan tertarik oleh gravitasi bulan (Mann dan Lazier, 2006) ... 12

Gambar 3.10. Arah gelombang datang dan gelombang pantul (Abdullah, 2017) ... 13

Gambar 3.11.Ilustrasi pengukuran metode time-of-flight (Webster, 1999). ... 14

Gambar 4.1.Komponen yang digunakan dalam pembuatan instrument ... 16

Gambar 4.2.Alur kerja penelitian. ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.3.Prinsip kerja instrumen ... 19

Gambar 4.4.Alur perintah pengambilan data. ... 19

Gambar 4.5.Alur perintah perangkat lunak penampil data. ... 20

Gambar 4.6.Desain Prototype instrumen,Unit Penerima Data ... 20

Gambar 4.7.Desain Prototype instrumen,Unit Pengambil Data. ... 20

(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua Tim Peneliti. ... 25

Lampiran 2. Biodata Anggota Tim Peneliti. ... 27

(7)

1

BAB I

RINGKASAN

Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik di bagian timur, Lempeng Samudera India-Australia di bagian selatan, dan Lempeng Eurasia di bagian utara, serta ditambah dengan lempeng laut Filipina. Pergerakan dari ketiga lempeng ini cenderung saling mendekati satu sama lain. Akibat dari pergerakan lempeng ini adalah penumpukkan tekanan mekanis di daerah pertemuannya. Ketika fase elastisitas batuan sudah tidak mampu menahan tekanan, batuan akan pecah dan memberikan gaya balik menuju posisi normal sebelum pembebanan tekanan. Gaya balik ini cukup untuk menginisiasi gelombang seismik kuat yang merambat ke segala arah. Lebih lanjutnya lagi, jika gelombang seismik kuat ini bersumber dari dasar laut, maka bencana alam tsunami dapat terjadi. Prinsip refleksi gelombang mampu memberikan informasi terkait parameter ketinggian air dan kecepatan surut air dengan bantuan sensor-sensor yang murah dan mudah dirawat. Maka dari itu, optimalisasi keberadaan teknologi ini perlu digencarkan untuk membuat instrumen pendeteksi dini tsunami (tsunami early warning system) yang tidak membutuhkan biaya besar, mudah dirawat, dan mampu memberikan informasi akurat sehingga bencana tsunami yang bisa terjadi di masa mendatang bisa diperkirakan dan tidak memakan korban jiwa kembali. Rancang desain (prototype) yang akan dibuat terdiri dari beberapa komponen elektronik yang berupa perangkat keras (hardware) yang memanfaatkan refleksi gelombang dengan ditunjang perangkat lunak (software) sebagai penangkap informasi yang ada. Perangkat keras instrumen ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Unit Pengambil Data dan Unit Penerima Data. Kedua unit tersebut menggunakan prinsip wireless sehingga penyampaian data bias dilakukan tanpa kabel dengan memanfaatkan frekuensi radio. Perancangan software dilakukan pada perangkat lunak Arduino IDE untuk perintah pengambilan data dan perangkat lunak Processing untuk menampilkan data. Dengan rancang dasain (prototype) ini diharapkan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi tektonik yang rawan akan bencana tsunami mampu membuat alat peringatan dini (early warning system) tsunami dengan murah tetapi memberikan informasi yang akurat.

(8)

2

BAB II

LATAR BELAKANG

2.1.Latar Belakang

Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik di bagian timur, Lempeng Samudera India-Australia di bagian selatan, dan Lempeng Eurasia di bagian utara, serta ditambah dengan lempeng laut Filipina. Pergerakan dari ketiga lempeng ini cenderung saling mendekati satu sama lain. Akibat dari pergerakan lempeng ini adalah penumpukkan tekanan mekanis di daerah pertemuannya. Ketika fase elastisitas batuan sudah tidak mampu menahan tekanan, batuan akan pecah dan memberikan gaya balik menuju posisi normal sebelum pembebanan tekanan. Gaya balik ini cukup untuk menginisiasi gelombang seismik kuat yang merambat ke segala arah. Lebih lanjutnya lagi, jika gelombang seismik kuat ini bersumber dari dasar laut, maka bencana alam tsunami dapat terjadi. (Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 2012)

Tsunami merupakan gelombang air laut yang bergerak menuju daratan dengan kecepatan yang sangat besar. Sebagai negara yang memiliki garis pantai yang panjang, Indonesia tergolong rawan terhadap bencana tsunami ini. Hingga awal tahun 2018, BNPB mencatat bahwa pernah terjadi tsunami sejumlah 29 kali di perairan Indonesia. BNPB juga mencatat sebanyak 173.618 jiwa meninggal dunia akibat bencana ini. Penyebab jatuhnya banyak korban ini adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda sebelum terjadinya tsunami, seperti surutnya air laut. Dengan adanya tanda-tanda seperti surutnya air laut ini, mitigasi bencana tsunami seharusnya bisa dikembangkan untuk memprediksi tsunami dengan bantuan prinsip-prinsip fisika seperti refleksi gelombang (Badan Nasional Penaggulangan Bencana, 2018)

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (2010), Indonesia pada dasarnya memiliki alat deteksi dini untuk tsunami akibat aktivitas tektonik yang merupakan hibah dari beberapa negara. Namun, kondisi alat-alat ini sudah tidak layak pakai atau bahkan sudah tidak diketahui posisinya. Oleh karena ketidak adaan instrumen ini, peringatan dini tsunami di Indonesia pada saat ini hanya mengandalkan metode pemodelan gempa yang tentunya berpengaruh pada kecepatan penyampaian informasi bencana. Dalam Webster (1999) dikatakan bahwa prinsip refleksi gelombang mampu memberikan informasi terkait parameter ketinggian air dan kecepatan surut air dengan bantuan sensor-sensor yang murah dan mudah dirawat. Sebelumnya hanya ada studi Early Warning System dari gelombang Hidroakustik (Cecionia, 2013) dan melalui Remote Sensing (Chaturvedi,2017) tetapi belum mencapai tahap pembuatan rancang desain (prototype).Maka dari itu, optimalisasi keberadaan teknologi ini perlu digencarkan untuk membuat instrumen pendeteksi dini tsunami yang tidak membutuhkan biaya besar, mudah dirawat, dan mampu memberikan informasi akurat sehingga bencana tsunami yang bisa terjadi di masa mendatang bisa diperkirakan dan tidak memakan korban jiwa kembali.

2.2.Batasan Masalah Penelitian

(9)

3 1. Instrumen pendeteksi dini tsunami dirancang menggunakan sensor gelombang yang

memanfaatkan prinsip refleksi gelombang 2. Instrumen dirancang dalam skala laboratorium

3. Pengujian instrumen dilakukan untuk 2 jenis tsunami, yaitu tsunami akibat aktivitas tektonik dan tsunami akibat longsoran dalam lautan

2.3.Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :

1. Membangun prototype instrumen pendeteksi dini tsunami dengan memanfaatkan prinsip refleksi gelombang serta pengiriman informasi sinyal ke perangkat lunak.

2.4.Urgensi Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami (tsunami early warning sytem) di Indonesia yang saat ini masih kurang berkembang. Rancang desain ini menggunakan prinsip refleksi gelombang yang cukup murah pembuatannya sehingga nantinya akan dapat dimanfaatkan pada kondisi kepulauan Indonesia yang rentan akan bencana tsunami. Bagi pengembang sistem pendeteksi dini tsunami di Indonesia, penelitian ini harapannya bisa dijadikan pedoman dalam membangun sistem yang lebih baik. 2.5.Target Luaran

Keluaran yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Perangkat keras prototype instrumen pendeteksi dini tsunami dan perangkat lunak (software) penampil data dan informasi pengukuran instrument

2. Tahun ke 1 dan 2 : Jurnal Internasional terindeks scopus atau Thompson Reuters (Marine Technology and Society Journal) atau ( Journal Of Ocean Engineering and Science) 3. Tahunn ke 2 dan 3 : Artikel prosiding terindeks scopus atau Thompson Reuters

(10)

4

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. State Of The Art

Dalam penelitian ini digunakan beberapa penelitian sebelumnya dalam bentuk jurnal yang relevan yang dipilih untuk memberikan referensi yang cukup untuk perbandingan dan pengembangan.

Tabel 3.1. State Of The Art

No Judul Penelitian Ringkasan

1 Tsunami Early Warning System based on real-time measurements of hydro-acustic wave

Author :

C. Cecionia (a),∗ , G. Bellottia (a), A. Romanoa (a) , A. Abdolalia (a) , P. Sammarco (b), L. Francoa (a)

(a)University of Roma TRE, via Vito Volterra 62, Rome 00146, Italy

(b)University of Rome Tor Vergata, via del Politecnico 1, Rome 00133, Italy

Dipresentasikan dalam 12th International Conference on Computing and Control for the Water Industry, CCWI2013

Penelitian ini

memanfaatkan gelombang akustik pada air dan dihitung formulanya menggunakan metode numeric. Penelitian ini selanjutnya dapat meramalkan kondisi pergerakan gelombangnya tetapi kelemahan dari penelitian ini proses rancang desain untuk alatnya terkendala biaya yang cukup mahal

2 A brief review on tsunami early warning detection using BPR approach and post analysis by SAR satellite dataset

Author :

Sudhir Kumar Chaturvedi (a), Pankaj Kumar Srivastava (b), Ugur Guven (a)

(a)Department of Aerospace Engineering, University of Petroleum & Energy Studies, Dehradun 248007, India

(b) Department of Petroleum Engineering & Earth Sciences, University of Petroleum & Energy Studies, Dehradun 248007, India

Penelitian ini

memanfaatkan Bottom Pressure Rate (BPR) untuk media deteksi nya dan analitikalnya menggunakan SAR data satelit. Secara umum penelitian ini lebih menekankan kepada manfaat remote sensing untuk early warning system tsunami. Tetapi pada penelitian ini belum ada hasil rancang desain (prototype) yang signifikan yang dapat dimanfaatkan.

(11)

5

Diterbitkan pada Journal Of Ocean Engineering and Science pada tahun 2017

3.2. Road Map Penelitian

Dalam menindaklanjuti rencana strategis atau penelitian unggulan pada Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang ada pada pedoman penyusunan penelitian ITS tahun 2020, yang termasuk dalam Road Map Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim maka penelitian ini memiliki rencana jalan (road map) penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.2. Road Map Penelitian Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (2020-2024)

Dalam Road Map tersebut penelitian ini mengacu pada topik penelitian Simulasi Tsunami untuk persiapan atau studi awal pembuatan modelling, modelling- prototyping, hingga Prototyping implementing dengan uraian persiapan dan pengumpulan data hingga membuat rancang desain (prototype) dan perangkat lunak (software) untuk pendukung.

Sehingga untuk menindaklanjuti Road Map Pusat Penelitian tersebut penelitian ini juga memiliki peta jalan (road map) yang dibuat berkesinambungan sehingga tujuan dan luaran yang diharapkan dari Pusat Penelitian dapat terwujud dan terlaksana.

Di bawah ini adalah gambar peta jalan (road map) penelitian ini yang ditunjukan pada gambar 3.1.

(12)

6 Gambar 3.1. Road Map Penelitian Tsunami Early Warning System Prototype

3.3. Teori Penunjang

Lempeng tektonik merupakan konsep sains yang relatif baru, dikemukakan sekitar 30 tahun yang lalu, namun sudah merevolusi pandangan terhadap kedinamisan planet bumi. Teori ini menggabungkan pemahaman tentang paleontologi hingga seismologi hingga mampu memberikan penjelasan terhadap spekulasi ilmuwan selama berabad-abad terkait bagaimana terjadinya gempabumi dan pembentukan gunung api. Ilmuwan kini telah memahami dengan baik bagaimana lempeng bergerak dan hubungannya dengan aktivitas kegempaan di dunia. Mayoritas pergerakan lempeng terjadi di sepanjang zona sempit antar lempeng dimana ditemukan bukti yang sangat jelas akibat tenaga tektonik lempeng. Ada 3 tipe batas lempeng yang berkembang di dunia, yaitu divergent dimana kerak terbentuk ketika dua lempeng atau lebih bergerak saling menjauhi, convergent dimana suatu lempeng menyusup ke bawah lempeng lainnya, dan transform dimana suatu lempeng bergerak secara horizontal melewati lempeng lainnya. (Kious dan Tilling, 1996)

Gempabumi adalah sebuah istilah dimana terjadi suatu getaran di permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan mendadak pada suatu tubuh batuan karena proses pelepasan dari akumulasi regangan energi di luar batas elastisitas batuan. Kebanyakan gempabumi disebabkan dari suatu tegangan pada lempeng yang bergerak kemudian melepaskan energi. Semakin lama tegangan itu semakin membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tegangan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh massa batuan. Besar kekuatan gempabumi dapat diukur dengan menggunakan 3 skala, yaitu berdasarkan energi yang dilepaskan di pusat gempa, berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa, dan berdasarkan percepatan batuan dasar maksimum. (Salsabil dkk., 2018)

(13)

7 Kegempaan di wilayah Indonesia merupakan konsekuensi dari aktivitas empat lmpeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, dan lempeng laut Filipina, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1. Sedangkan, struktur tektonik busur sunda terbentuk akibat tumbukan lempeng Eurasia sekitar 50 juta tahun yang lalu. Lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke arah utara bertemu dengan lempeng Eurasia yang relatif diam. Kecepatan dari lempeng Indo-Australia ini sekitar 5,5 cm/tahun pada daerah Sumatera dan sekitar 6,5 cm/tahun di daerah Jawa. Sedangkan, pada bagian timur Indonesia aktivitas kegempaan merupakan aktivitas pada batas kontinen Australia, Asia Tenggara, lempeng Samudera Pasifik, dan lempeng Filipina yang bertemu dengan kecepatan 8-11 cm/tahun. (Rohadi, 2009)

Gambar 3.2 Peta lempeng utama yang berperan sebagai pembangkit aktivitas kegempaan di Indonesia (Rohadi, 2009)

Dalam penelitian tentang seismotektonik di wilayah Nusa Tenggara Barat yang dilakukan oleh Devalentino dan Sunardi (2015), dikemukakan bahwa distribusi gempabumi nampak lebih menyebar di zona subduksi bagian Selatan dan zona back arc thrust di bagian utara. Terdapat banyak gempabumi dengan fix depth 10 km membentuk pola garis lurus pada kedua zona tersebut. Hiposenter gempabumi lebih terkonsentrasi pada suatu pola struktur Keadaan ini diinterpretasi sebagai akibat dari satu mekanisme gempabumi yang sama dan terletak saling berdekatan pada satu pola bidang patahan atau struktur.

3.3.1. Tsunami

Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi karena adanya gangguan impulsif pada dasar laut. Gangguan impulsif terjadi karena perubahan bentuk struktur geologi dasar laut secara vertikal utamanya dan dalam waktu singkat. Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempabumi tektonik, letusan gunung api, atau letusan yang terjadi di dasar laut. (Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 2012)

Hal yang paling menyebabkan tsunami adalah aktivitas tektonik. Selama lebih dari 2000 tahun, gempabumi telah menyebabkan 82,3% dari jumlah tsunami yang terjadi di Samudera Pasifik. Perpindahan mantel bumi sejauh beberapa meter pada saat gempabumi bawah laut terjadi dapat memberikan energi yang sangat besar bagi air di atasnya. Walaupun begitu, hanya 2/3 dari tsunami di Samudera Pasifik tergolong sebagai tsunami yang menghancurkan. Tsunami tersebut berasosiasi dengan gempabumi yang memiliki besar gelombang permukaan lebih dari atau sama dengan 7,5 satuan magnitudo. (Bryant, 2008)

(14)

8 Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2012), Gempabumi yang dapat memicu tsunami memiliki beberapa kriteria, salah satunya adalah merupakan gempabumi yang terjadi di bawah laut. Kekuatan gempabumi tersebut lebih besar atau sama dengan 7 Skala Richter dengan kedalaman gempabumi kurang dari 100 km. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, yang dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun, dan mengangkat atau menurunkan kolam air di atasnya.

Gambar 3.3 Ilustrasi pergerakan tsunami dengan panjang gelombang λ dan amplitudo A yang berpropagasi setelah fenomena ‘waterberg’ (Margaritondo, 2005)

Menurut Margaritondo (2005), kecepatan tsunami sebenarnya tergantung oleh lokasi gempabumi di lautan yang menyebabkan gelombang laut dangkal dimulai. Diketahui dari teori gelombang, bahwa gelombang memindahkan energi bukan memindahkan zat. Dimisalkan pergerakan gelombang tsunami terjadi setelah fenomena waterberg. Gambar 2.1 di bawah menjelaskan tentang perkembangan gelombang ke arah kanan. Pergerakan yang melingkar menunjukkan bahwa permukaan air meregang dan menginisiasi riak atau gelombang kapiler yang mampu mengumpulkan molekul lebih banyak ketika bergerak. Ada 2 arah gerak kecepatan, yaitu kecepatan horizontal pada arah sumbu-x dan kecepatan vertikal pada arah sumbu-y yang direpresentasikan dengan VH dan VV secara berurutan. Sesuai dengan informasi

yang diketahui, amplitudo yang terbentuk pada kondisi ini dimisalkan sebagai A, dimana A ≤ h ≤ λ. Dengan menggunakan pendekatan fisika tentang pergerakan satu gelombang pada Gambar 2.2 dan energi potensial dan kinetiknya, serta mengingat sifat gelombang terhadap pergerakan elipsoidal lokal dari partikel air, maka persamaan untuk kecepatan gelombang air dangkal didefinisikan sebagai berikut :

𝑣 = √𝑔 ℎ𝑤 (1)

Energi E, kecepatan v, dan panjang gelombang λ berkurang, sedangkan amplitudo A bertambah ketika gelombang tsunami mencapai daratan. Perubahan tinggi gelombang ketika mendekati pesisir pantai membuat tsunami sulit untuk dideteksi pada fase awal. Dicontohkan pada kasus tsunami Aceh tahun 2004, perhitungan energi gempabumi menggunakan persamaan GR memberikan informasi bahwa ‘ledakan’ besar energi di bawah laut yang berjarak 160 km Sumatra Utara kira-kira setara dengan 1 gigaton TNT atau 80.000 bom atom Hiroshima “Little Boy”. Hanya 1% dari keseleruhan energi ini yang berpindah ke energi waterberg atau sekitar 800 bom atom Hiroshima, yang merupakan awal pergerakan gelombang tsunami. Kemudian pada saat tsunami bergerak, energi gelombang tsunami hanya 10% dari energi waterberg yang setara 80 bom atom Hiroshima berkecepatan serupa kecepatan pesawat Boeing dengan panjang gelombang yang besar. Energi tersebut akan melemah sesuai dengan

(15)

9 fenomena pengurangan energi dengan kecepatan yang lebih rendah saat mencapai daratan. (Halif dan Sabki, 2005)

Gambar 3.4 Ilustrasi proses terjadinya tsunami akibat gempa tektonik

Dalam Diposaptono dan Budiman (2006), dikatakan oleh Prof. Yoshiaki Kawata selaku Kepala Pusat Penelitian Bencana Besar, Institut Penelitian Pencegahan Bencana, Universitas Kyoto, bahwa tsunami terjadi akibat pergerakan air dalam volume besar secara vertikal. Dimana pergerakan tersebut terjadi akibat 3 hal, yaitu gempa tektonik, longsoran, dan aktvitas vulkanis. Ilustrasi dari tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik ditampilkan pada Gambar 2.3 di atas. Dalam Gambar 2.3 ditampilkan peristiwa melentingnya lempeng benua yang menyebabkan gelombang tsunami. Untuk tsunami akibat aktivitas vulkanis, peristiwa-peristiwa yang terjadi diilustrasikan pada Gambar 2.4 di bawah.

Gambar 3.5 Ilutrasi proses terjadinya tsunami akibat aktivitas vulkanis

Gambar 2.4 menampilkan proses keluarnya lava atau material lain dari dalam bumi yang kemudian masuk ke laut dan menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air. Gelombang yang disebabkan oleh masuknya material tersebut kemudian bergerak ke daratan terdekat dan menjadi semakin tinggi. Hal inilah yang dianggap sebagai tsunami. Sedangkan, untuk tsunami akibat longsoran ditampilkan pada Gambar 2.5.

(16)

10 Gambar 3.6 Ilustrasi proses terjadinya tsunami akibat longsoran

Dalam Gambar 2.5 ditampilkan proses terbentuknya gelombang tsunami. Gelombang tsunami terjadi akibat masuknya sebagian tubuh gunung ke dalam laut akibat longsoran. Penambahan volume akibat masuknya tubuh gunung tersbut membuat permukaan air laut naik. Gelombang tersebut kemudian bergerak ke arah daratan terdekat dengan gelombang yang semain tinggi. Gelombang inilah yang dianggap sebagai tsunami akibat longsoran.

3.3.2. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Sistem peringatan dini adalah kombinasi kemampuan teknologi dan kemampuan masyarakat untuk menindaklanjuti hasil dari peringatan dini tersebut. Peringatan dini sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana tidak hanya mengenai peringatan yang akurat secara teknis, tetapi juga harus membangun pemahaman risiko yang baik dari suatu peringatan, menjalin hubungan antara penyedia dengan pengguna peringatan, dan juga meningkatkan kemampuan otoritas dan masyarakat untuk bereaksi secara benar terhadap peringatan dini. Jika salah satu komponen tersebut tidak terpenuhi, maka sistem peringatan dini tidak akan berhasil secara keseluruhan. Dalam rangka mengurangi risiko bencana, sistem peringatan dini tsunami seperti BMKG (Indonesia Tsunami Early Warning System) harus mengeluarkan dan menyebarluaskan peringatan dengan cepat, tepat sasaran, dan teruji secara ilmiah dan jelas agar mudah untuk dimengerti dan dipahami. Namun sistem tersebut dianggap efektif dan sukses jika peringatan-peringatan yang dibuat dapat memicu reaksi yang tepat dan masyarakat mampu menyelamatkan diri sendiri sebelum tsunami datang. Hal ini menunjukkan bahwa peringatan dini lebih dari sekedar teknologi saja. (Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 2012)

(17)

11 Gambar 3.7 Skema pendekatan end-to-end German-Indonesia Tsunammi Early Warning

System (Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 2010)

Macam-macam sensor, seperti sistem seismik, Global Positioning System, dan Tide Gauge System sudah dipasang oleh instansi terkait di Indonesia dan rekan internasional lainnya. Data-data tersebut digabungkan dan diintegrasikan pada Pusat Sistem Peringatan Dini Tsunami di BMKG. Sistem yang dikembangkan menggunakan konsep end-to-end dengan skema seperti Gambar 2.6 di atas ini. Parameter gempabumi, seperti lokasi dan kekuatan merupakan parameter-parameter masukan untuk simulasi tsunami. Gempabumi yang besar tidak hanya berpengaruh lokal, melainkan membuat pecahan atau patahan sejauh ratusan kilometer dan memiliki distribusi yang heterogen. Maka dari itu, strategi untuk deteksi dini tsunami perlu dibedakan menjadi 2, yaitu far-field tsunami dan near-field tsunami. Near-field tsunami merupakan tipe tsunami yang sering melanda Indonesia, dimana jarak perpindahan gelombang tsunami ke pesisir terdekat sama dengan ukuran patahan. Tsunami jenis ini dapat bergerak dari sumbernya hingga mencapai pesisir hanya dalam waktu 20-40 menit. Maka dari itu GITEWS perlu untuk menggabungkan data-data yang didapatkan dari instrumen dengan pemodelan yang dikembangkan dalam waktu yang singkat dan hasil yang tepat. (Lauterjung dan Letz, 2017)

Gambar 3.8 Tide gauges di Indonesia yang dipasang oleh GFZ, UHSLC, dan BIG (Lauterjung dan Letz, 2017)

Sistem monitoring seismik dipasang sebanyak 21 buah di seluruh Indonesia dalam proyek GITEWS. Sistem ini dipasang untuk mendapatkan data gempabumi meliputi lokasi dan

(18)

12 kekuatan yang kemudian dipadukan dengan transmisi real-time sehingga data dapat dengan cepat dikumpulkan di pusat peringatan tsunami InaTEWS di Jakarta. Instrumen oseanografi juga dipasang di pesisir pantai dan si sekitar daerah yang diperkirakan sebagai sumber tsunami. Untuk daerah lepas pantai, Indonesia mengembangkan Buoys yang terkoneksi dengan Ocean Bottom Pressure Unit (OBU) yang berfungsi sebagai pengirim data sensor tekanan bawah laut dari lepas pantai ke pangkalan data di daratan. Tide gauge yang dipasang di pesisir pantai mampu memberikan informasi terkait perubahan mendadak tinggi air laut. Posisi tide gauge di pantai Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.7 di atas. Selain instrumen, GITEWS juga mengembangkan pemodelan tsunami berdasarkan data-data gempa berkekuatan 7,0-9,0 M. (Lauterjung dan Letz, 2017)

3.3.3. Pasang Surut

Pasang surut (pasut) laut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Puncak gelombang disebut sebagai pasang tinggi, sedangkan lembah gelombang disebut sebagai pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut atau tunggang pasut. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005)

Gambar 3.9 Bumi dan bulan dilihat dari atas kutub utara yang memperlihatkan lautan tertarik oleh gravitasi bulan (Mann dan Lazier, 2006)

Pengujian efek gravitasi bulan terhadap lautan bumi disajikan dalam Gambar 2.8. Pada gambar tersebut, bumi dan bulan dilihat dari atas kutub utara bumi, dan keduanya diasumsikan pada posisi stasioner kecuali rotasi bumi. Pada kasus ini juga, bumi tidak memiliki benua melainkan hanya ditutupi lapisan air yang seragam. Jika bulan tidak ada, lautan akan menutupi bumi dengan kedalaman yang sama. Bulan, bagaimanapun juga, akan mengeluarkan gaya tarik gravitasi kepada setiap partikel air di lautan dan menyebabkan air tersebut menumpuk di bawah bulan. Titik pengamat O, yang berputar dengan bumi sepanjang hari, akan menangkap informasi bahwa kedalaman lautan bertambah dan berkurang sekali dalam sehari. Pasang surut tinggi akan selalu berada di bawah bulan, sedangkan pasang surut rendah berada pada sisi lainnya. Mode dasar ini menghasilkan pasang surut tetapi tidak cukup baik karena kebanyakan

(19)

13 tempat di bumi biasanya memiliki 2 pasang surut tinggi dan 2 pasang surut rendah dalam sehari. (Mann dan Lazier, 2006)

Dalam memprediksi pasang surut pada lautan yang sebenarnya, teori atau model di atas tidak dapat banyak membantu. Hal ini dikarenakan air yang meninggi karena penumpukan pasang surut dan harus bergerak mengikuti rotasi bumi yang juga semakin dibuat rumit dengan keberadaan benua. Pada dasarnya, ada kemungkinan untuk menciptkan persamaan yang masih kasar dan dinamis untuk memprediksi pasang surut, namun sifat pasang surut yang bergerak pada basin samudera sangat bergantung pada bentuk cekungannya dan tidak dapat diturunkan dengan persamaan matematika sederhana. Beberapa teori dapat digunakan dalam kasus yang memiliki informasi geometri dasar, namun umumnya pasang surut diprediksi dengan melakukan ekstrapolasi dari data pengukuran yang ada. Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan mengukur tinggi pasang surut selama satu bulan, kemudian menguraikan datanya kedalam komponen sinusoidal. 4 komponen yang paling penting untuk memprediksi pasang surut adalah :

• Lunar semi-diurnal (M2) berperiode 12,42 jam • Solar semi-diurnal (S2) berperiode 12,00 jam • Lunisolar diurnal (K1) berperiode 23,93 jam • Principal lunar diurnal (O1) berperiode 25,82 jam

Tentunya bentuk pasang surut atau pola naik turunnya air pada satu daerah berbeda dengan daerah lainnya. (Mann dan Lazier, 2006)

3.3.4. Refleksi Gelombang

Refleksi atau pemantulan adalah pembelokan arah rambat gelombang karena mengenai bidang batas medium yang berbeda. Gelombang pantul adalah gelombang yang berada pada medium yang sama dengan gelombang yang datang. Parameter-parameter yang erat kaitannya dengan fenomena pemantulan diilustrasikan dalam Gambar 2.9.

Gambar 3.10 Arah gelombang datang dan gelombang pantul (Abdullah, 2017)

Dimana sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan arah normal, sudut pantul adalah sudut yang dibentuk oleh arah sinar pantul dan arah normal, sedangkan arah normal adalah arah tegak lurus bidang pantul. Hukum pemantulan menyatakan bahwa besar sudut datang akan sama dengan besar sudut pantul. (Abdullah, 2017)

3.3.5. Gelombang Ultrasonik

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan frekuensi di atas 20 kHz yang dapat merambat dalam medium padat, cair, dan gas. Setiap medium

(20)

14 perambatan akan mempengaruhi pola perambatan berkas dari gelombang ultrasonik tersebut. Saat ini, telah banyak berkembang aplikasi gelombang ultrasonik, diantaranya dalam bidang kedokteran, kelautam, industri, dan pengujian-pengujian yang membutuhkan sumber tak merusak. Gelombang ultrasonik ini dibangkitkan dengan perangkat bernama transduser ultrasonik. (Ryaumariastini dkk., 2012)

Dalam Webster (1999), dikemukakan bahwa gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur suatu level dari benda dengan menggunakan prinsip time-of-flight dari propagasi gelombang. Secara umum, metode ini merupakan metode pengukuran jarak. Metode ini banyak digunakan dalam industri karena sifat gelombangnya yang tidak merusak. Dasar dari metode ini adalah menggunakan sinyal buatan yang diemisikan menuju benda yang kemudian terpantul pada permukaan benda tersebut dan ditangkap oleh penerima. Gambar 2.10 di bawah menampilkan ilustrasi prinsip kerja dari metode ini. Sistem pengukur atau sensor mendapatkan nilai waktu tempuh berdasarkan persamaan berikut ini :

𝑡 =2𝑑

𝑣 (2)

Dimana t adalah waktu tempuh gelombang, d adalah jarak pemancar dan penerima dengan objek yang diobservasi, serta v adalah cepat rambat gelombang bergantung pada medium rambatnya. (Webster, 1999)

Gambar 3.11 Ilustrasi pengukuran metode time-of-flight (Webster, 1999) 3.3.6. Efek Doppler

Gejala Efek Doppler adalah gejala perbedaan frekuensi gelombang yang diterima oleh pengamat terhadap frekuensi gelombang yang dipancarkan oleh sumber ketika terdapat gerak relatif antara pengamat dengan sumber gelombang. Gejala Efek Doppler ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan asal Austria bernama Christian Doppler pada abad ke-19. Efek Doppler merupakan salah satu gejala penting dalam fisika dan memiliki penerapan yang sangat luas, terutama pada industri yang membutuhkan pengukuran yang tidak perlu kontak langsung dan tidak merusak. Efek Doppler ini juga berlaku pada gelombang elektromagnteik seperti cahaya dan gelombang radio. (Young dan Freedman, 2007)

Dasar dari Efek Doppler merupakan fakta bahwa pantulan dari permukaan gelombang ultrasonik yang bergerak dapat mengalami pergeseran frekuensi. Pada umumnya, magnitudo serta arah pergeseran mengandung informasi yang dapat dinyatakan gerakan dari permukaan. Untuk menggunakan Efek Doppler dalam pengukuran kecepatan aliran fluida, transduser ultrasonik mentransmisikan gelombang ultrasonik ke dalam aliran fluida. Gelombang

(21)

15 ultrasonik yang ditransmisikan ke fluida akan diterima oleh reciever ultrasonik. Pergeseran frekuensi akibat dari aliran fluida sebanding dengan kecepatan fluida. (Novianta, 2010)

Hubungan antara pergeseran frekuensi, kecepatan sumber, dan kecepatan relatif pendengar terhadap medium. Dimisalkan fs adalah frekuensi bunyi sumber, vs dan vp adalah kecepatan

pada garis lurus untuk sumber dan pendengar secara berturut-turut, dan fp untuk frekuensi yang

didengar oleh pendengar. Maka persamaannya dapat ditulis sebagai : 𝑓𝑝 =𝑣+𝑣𝑝

𝜆 (3)

𝑓𝑝 =𝑣+𝑣𝑝

𝑣/𝑓𝑠 (4)

Dalam hal ini v adalah kecepatan rambat bunyi di medium. (Young dan Freedman, 2007)

3.3.7. Mikrokontroler dan Arduino

Mikrokontroler adalah sebuah komputer berukuran chip. Mikro berarti kecil dan kontroler mengartikan bahwa benda ini mampu bekerja sebagai pengontrol objek, proses, atau kegiatan. Mikrokontroler sangat lazim ditemukan pada seluruh perangkat yang membantu kehidupan manusia saat ini. Setiap perangkat yang melakukan pengukuran, penyimpanan, pengontrolan, perhitungan, dan penyampaian informasi akan sangat baik jika ditunjang dengan keberadaan mikrokontroler di dalamnya. Penggunaan paling besar dari sebuah mikrokontroler adalah automobil. (Axelson, 1997)

Arduino adalah sebuah platform yang dapat digunakan dalam perancangan suatu sistem elektronik dan bersifat open source. Platform arduino terdiri dari papan arduino sebagai perantara perangkat keras dan perangkat lunak, shield, dan arduino integrated devlopment environment (IDE) yang bekerja sebagai kanvas pemograman. Contoh arduino yang lazim digunakan adalah arduino Mega yang menggunakan Integrated Circuit (IC) mikrokontroler Atmega 2560. Board arduino Mega memiliki 54 pin digital untuk masukan dan keluaran, 15 pin keluaran PWM, 16 pin masukan analog, koneksi USB, dan jack untuk sumber tegangan. Bahasa pemrograman arduino serupa dengan bahasa C++, namun lebih sederhana dengan adanya fungsi-fungsi. Gambar 2.7 di bawah ini menampilkan bentuk dari papan arduino Mega.

(22)

16

BAB IV

METODE

4.1. Alat dan Bahan

Dalam pembuatan prototype instrumen pendeteksi dini tsunami ini diperlukan beberapa alat dan bahan. Komponen elektronik tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam rangkaian inti dari instrumen ini. Visual dari alat dan bahan ditampilkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Komponen yang digunakan dalam pembuatan instrument Beberapa komponen tersebut diantaranya adalah :

a. Resistor

Resistor dalam rangkaian ini berfungsi sebagai pengatur arus listrik yang masuk ke komponen selanjutnya. Ada beberapa nilai resistor berbeda yang digunakan, antara lain 8.200 ohm, 10.000 ohm, 12.000 ohm, 100.000 ohm, 330.000 ohm, 1.000.000 ohm. Resistor yang digunakan adalah resistor jenis carbon film (warna krem) dan metal film (warna biru). Resistor dalam instrumen ini dirangkai dalam rangkaian Op-Amp (Operation Amplifier), sebuah rangkaian tambahan untuk menyesuaikan keluaran dari sensor ke nilai yang bisa diolah. b. Kapasitor

Kapasitor dalam rangkaian ini juga dipasang pada rangkaian penguat sinyal atau Op-Amp. Kegunaan kapasitor dalam rangkaian ini adalah sebagai penerus arus listrik serta menjaga arus agar tidak langsung masuk ke komponen selanjutnya, terutama IC LM358. Kapasitor yang digunakan merupakan kapasitor berjenis kapasitor biasa non-polaritas dan kapasitor elektrolit. c. IC LM358

IC atau Integrated Circuit tipe LM358 merupakan komponen yang didesain khusus untuk memanipulasi sinyal. IC-LM358 dilengkapi dengan 8 pin, dengan 2 pin berguna sebagai VCC atau sumber tegangan dan GND atau ground (0 V). 6 pin lain dari komponen ini berguna sebagai masukan (4 pin) dan keluaran (2 pin) atau bisa dikatakan komponen ini merupakan dual-amplifier karena dalam satu komponen terdapat 2 proses penguatan sinyal.

d. Arduino Mega 2560

Arduino Mega 2560 merupakan salah satu jenis board Arduino yang beredar di pasaran. Dalam prototype instrumen pendeteksi dini tsunami ini, Arduino Mega 2560 berfungsi sebagai

(23)

17 otak atau pengontrol sistem. Arduino Mega 2560 dilengkapi dengan 16 pin masukan analog dan 54 pin masukan dan keluaran digital. Penggunaan pin digital dalam komponen adalah untuk mengirim sinyal ke sensor atau komponen lain, serta menerima data dari sensor. Papan Arduino ini dikirimi script atau perintah dari komputer melalui kabel sambungan.

e. Buzzer

Buzzer merupakan suatu komponen keluaran yang mengubah sinyal ke dalam bentuk suara. Suara yang dihasilkan merupakan akibat dari getaran di dalam komponen tersebut. Dalam instrumen ini, buzzer digunakan sebagai penanda kondisi bahaya. Buzzer dikondisikan di dalam script yang dimasukkan ke dalam papan Arduino. Buzzer terdiri dari 2 pin, yaitu pin + dan 0V.

f. Sensor Ultrasonik HC-SR04

Sensor Ultrasonik HC-SR04 tergolong dalam sensor aktif, dimana sensor tersebut memiliki pembangkit sinyal. Selain pembangkit sinyal, sensor HC-SR04 juga dilengkapi dengan penangkap sinyal untuk menangkap sinyal yang dilepaskan oleh transmitter. Sensor HC-SR04 terdiri dari 4 pin, yaitu Vcc, Gnd, Echo, dan Trigger. Pin Vcc perlu dihubungkan dengan sumber daya agar sensor bisa bekerja. Pin Gnd dihubungkan dengan Ground atau 0V untuk membuat rangkaian tertutup. Pin Trigger dan Echo sebagai pin transmitter dan receiver. Sensor ini memiliki dimensi yang cukup kecil, 4.5 x 2 cm.

g. Sensor Efek Doppler HB-100

Sensor Doppler HB-100 merupakan sensor aktif yang terdiri dari 4 pin, 2 pin berlaku sebagai ground, 1 pin sebagai VCC, dan 1 pin lainnya sebagai IF atau pin yang menerima sinyal balik. Sensor ini mengeluarkan sinyal hasil dari getaran salah satu komponen kecil di dalam sensor tersebut. Sensor ini berasosiasi dengan pergerakan objek di depan sensor yang mnyebabkan perubahan frekuensi balik yang diterima sensor. Nilai perubahan frekuensi inilah yang ditangkap sebagai kecepatan gerak benda. Sensor ini membutuhkan penguat sinyal karena perubahan frekuensi tergolong sangat kecil. Maka dari itu, dibuatlah rangkaian penguat sinyal sehingga nilai yang didapatkan dari sensor bisa diolah komputer.

4.2. Alur Penelitian

(24)

18 Gambar 4.2 Alur kerja penelitian

4.3. Langkah Kerja

4.3.1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait sensor yang baik digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Dalam tahap ini juga dilakukan studi tentang instrumentasi terutama pengodingan Arduino dan mikrokontroler. Selain itu, studi literatur terkait penelitian-penelitian yang sudah dipublikasi sebelumnya dapat membantu untuk memahami hal-hal apa yang perlu dikembangkan dari penelitian terkait yang sudah ada. 4.3.2. Rancang Desain dan Pembuatan Alat

Perancangan desain protoype dilakukan setelah mengumpulkan sensor-sensor dan komponen-komponen yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian ini serta prinsip kerja dari instrumen yang akan dibuat. Prinsip kerja dari instrumen ini ditampilkan pada Gambar 3.3 di bawah ini. Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya

(25)

19 Gambar 4.3 Prinsip kerja instrumen

Perancangan software dilakukan pada perangkat lunak Arduino IDE untuk perintah pengambilan data dan perangkat lunak Processing untuk menampilkan data. Pada tahap ini papan arduino dan mikrokontrolernya diberi perintah untuk mengambil data yang dibutuhkan dengan perantara sensor. Pada tahap perancangan software ini juga dilakukan pengondisian parameter tsunami yang nantinya memberi informasi setelah data hasil sensor diolah. Alur perintah di dalam perangkat lunak ditampilkan pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5. Sedangkan, perancangan hardware bertujuan menggabungkan sensor-sensor dengan komponen lainnya agar instrumen yang dibangun terhubung dan berbentuk lebih ringkas. Perangkat keras instrumen ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Unit Pengambil Data dan Unit Penerima Data. Kedua unit tersbut menggunakan prinsip wireless sehingga penyampaian data bias dilakukan tanpa kabel dengan memanfaatkan frekuensi radioAdapun rancangan atau desain dari instrumen ini adalah seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.

(26)

20 Gambar 4.5 Alur perintah perangkat lunak penampil data

Gambar 4.6 Desain prototype instrumen, Unit Penerima Data

Gambar 4.7 Desain prototype instrumen, Unit Pengambil Data

Unit Penerima Data tersusun oleh beberapa perangkat yang berfungsi untuk menangkap sinyal data dan mengirim data ke computer, yaitu modul transceiver NRF24L01 yang berperan sebagai receiver dan Arduino Board, serta kabel USB penghubung unit dengan komputer. Sedangkan, Unit Pengambil Data terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Main Control Unit (MCU)

A

(27)

21 dengan label A dan wadah penampung air dengan label B. MCU tersusun oleh Sensor Doppler, Sensor Ultrasonik, Arduino Board, Buzzer, Amplifier, dan modul Transceiver NRF24L01 yang berperan sebagai transmitter. Rangkaian MCU ditampilkan pada Gambar 3.8, gambar ini hanya menampilkan sambungan antar komponen, tidak menggambarkan wujud rangkaian asli.

Gambar 4.8 Rangkaian Main Control Unit 3.4.3 Data Sekunder : Data Pasang Surut

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data pasang surut baik harian maupun tahunan dari salah satu stasiun tide gauges yang dipasang di wilayah Indonesia. Data tersebut bisa diakses secara bebas melalui situs yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Data tersebut digunakan untuk mendapatkan rata-rata kecepatan surut harian dari salah satu daerah yang dipasangi stasiun tide gauges di Indonesia. Perhitungan kecepatan surut dilakukan dengan persamaan :

𝑣 = 𝑠/𝑡 (3.1)

Dimana v adalah kecepatan surut, s merupakan perubahan ketinggian air, dan t adalah waktu yang dibutuhkan dari ketinggian awal menuju ketnggian akhir observasi. Informasi kecepatan surut air rata-rata ini akan dimasukkan ke dalam proses pengondisian parameter sensor kecepatan surut air.

3.4.4 Kalibrasi dan Pengujian Instrumen

Tahap kalibrasi alat dikhususkan untuk mengetahui seberapa akurat sensor dapat mengukur suatu parameter. Tahapan ini penting dilakukan agar tidak meyebabkan kesalahan pemberian informasi oleh instrumen yang dibangun. Sensor ketinggian air bisa dikalibrasi dengan bantuan penggaris, sedangkan sensor kecepatan surut akan dikalibrasi dengan membuat model sintetis sebuah pergerakan benda dan mengambil data perubahan posisi dan waktu perpindahannya. Setelah sensor terkalibrasi dengan benar, tahap selanjutnya dalah pengujian instrumen dengan parameter tsunami yang telah dikondisikan. Hasil dari pengujian alat ini akan dianalisis dan ditarik sebagai kesimpulan dari penelitian ini.

Doppler Ultrasonik

Buzzer

Arduino Board, Transmitter, dan Amplifier

(28)

22

BAB V

JADWAL DAN RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

5.1. Rancangan Anggaran Biaya

Anggaran biaya yang diajukan adalah Rp 110.000.000,-/tahun dan rencananya akan dilaksanakan dalam dua tahun sebagaimana digambarkan dalam ringkasan biaya pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Yang Diajukan Setiap Tahun No.

Jenis Pengeluaran

Biaya Yang Diusulkan (Rp) Prosentase

Rincian

Tahun I Tahun II

1 Honorarium Tim Peneliti Rp 10.900.000,- Rp 10.900.000,- 10% 2 Perjalanan dan Publikasi Rp 40.000.000,- Rp 40.000.000,- 35% 3 Pembuatan Prototype (Hardware Tools)

Pembelian komparator alat Rp 39.650.000,- Rp 39.650.000,- 40% 4 Pembuatan Software untuk penangkap

sinyal Prototype Rp 18.000.000,- Rp 18.000.000,- 15%

Total Rp 108,550,000,- Rp 108.550,000,- 100%

5.2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat diperlihatkan pada 2 tabel di bawah ini yaitu Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 yang terpisah menurut tahun penelitiannya

Tabel 5.2. Jadwal Penelitian Tahun-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Studi Literatur Prinsip gelombang refleksi, studi desain EWS tsunami dengan beberapa metode berbeda 2 Persiapan Laboratorium Persiapan tempat perakitan Prototype dan

anggota 3 Pembelian Alat dan

Bahan

Pembelian dilakukan baik secara online ataupun offline

4 Persiapan Model Model sederhana uji alat tunggal

5 Kalibrasi Kalibrasi

6 Prototype Sederhana Prototype non casing

7 Uji Laboratorium Uji gelombang buatan

8 Kalibrasi Ulang sampai di dapat hasil minimum eror

Bulan Ke

(29)

23 Tabel 5.2. Jadwal Penelitian Tahun-2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pemutakhiran Alat Pemberian casing teraman apabila koneksi

dengan air laut

2 Uji Lapangan 1 Perairan Lumajang atau Pacitan

3 Review Hasil Uji

Lapangan Eror Data

4 Uji Lapangan 2

Perairan Lumajang atau Pacitan

5 Kalibrasi Kalibrasi

6 Pemrograman Software

Prototype casing dan Software koneksi

7 Informasi Ke Pemda Publikasi Alat

8 Informasi Ke Masyarakat

Publikasi Alat

(30)

24

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika,Buku Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS,2nd ed.Jakarta :BMKG,2012.

Cecionia.C, 2013. Tsunami Early Warning System based on real-time measurements of hydro-acustic wave.International Conference On Computing and Control For The Water Industry, CCWI2013 : Italy.

Chaturvedi,,et al, 2017. A brief review on tsunami early warning detection using BPR approach and post analysis by SAR satellite dataset.Journals Of Ocean Engineering and Science

J.Fraden,Handbook Of Modern Sensors : Physic,Design,and Application,3rd ed.New York : Springer, 2004.

J.G.Webster,The Measurement,Instrumentation, and Sensors Handbook.Boca Raton,Fla : CRC Press Published in cooperation with IEEE Press,1999.

Lay, T., 2015. The surge of great earthquakes from 2004 to 2014. Earth Planet. Sci. Lett. 409, 133–146.

M.Abdullah,Fisika Dasar II.Bandung : ITB, 2017.

R.Faludi,Building Wireless Sensor Network.California : O’Reilly Media, 2011. .

(31)

25

BAB VII

LAMPIRAN

BIODATA TIM PENELITI 1. KETUA

Nama Lengkap : Dr.Ir.Amien Widodo

NIP/NIDN : 195910101988031002

Fungsional/Pangkat/Golongan : Lektor Kepala

Bidang Keahlian : Geologi Lingkungan dan Kebencanaan Departemen/Fakultas : Teknik Geofisika/FTSPK ITS

Alamat Rumah Dan Nomor Telepon : Riwayat Penelitian/Pengabdian :

Tahun Judul Jabatan Sumber Dana

2016 Potensi Gempa Surabaya Ketua LPPM ITS-UNINET

2013 Potensi Bencana Tsunami Kabupaten Lumajang

Ketua BPBD

Kab.Lumajang

Publikasi :

Tahun Judul Penerbit Jenis Publikasi

2017 Tsunami Risk Mapping Of Lumajang District Using Geographic Information System (GIS) Doi 10.12962/j23546026.y20 17i6.3285

IPTEK ITS Jurnal

2013 Web-Based Tsunami

Early Warning System Doi

10.12962/j20882033.v24 i3.552

IPTEK ITS Jurnal

Paten :

Nama Paten Pendaftaran Tanggal

Bottle Reef No.Pendaftaran IDM000403646 No.Paten Granted BRMA64

09-11-2011 28-08-2013

(32)

26 Tugas Akhir,Tesis,Disertasi :

Tugas Akhir :

Nama/NRP Judul Tahun

Kharis Aulia Studi Rancang Bangun Instrumen Pendeteksi Tsunami dengan Data Gelombang

2019

Viona Rosalina Pemetaan Bahaya Gempa Wilayah Surabaya Dengan Metode Deterministik Seismik Hazard Assesment ( DSHA) Dan Mikrotremor

2018

Tesis :

Nama/NRP Judul Tahun

Muhamad Mifta Hasan

Hypocenter Distribution Of Low Frequency Event At Papandayan Volcano

2018 Silmi Afina Aliyan Identifikasi Kontrol Struktur Terhadap Pola

Aliran Sungai Bawah Permukaan Di Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan

2020

Disertasi :

Nama/NRP Judul Tahun

Arif Haryono Validasi Patahan Aktif dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran Geofisika di Wilayah Pasuruan dan Probolinggo

(33)

27 2. ANGGOTA

Nama Lengkap : Kriyo Sambodho,S.T.,M.Eng.,Ph.D.,

NIP/NIDN :197401271999031002

Fungsional/Pangkat/Golongan : Lektor Kepala/Penata-IVa Bidang Keahlian : Teknik Pantai dan Pelabuhan Departemen/Fakultas : Teknik Kelautan/FTK ITS Alamat Rumah Dan Nomor Telepon : Semolowaru Indah T-3 Surabaya

081216109806 Riwayat Penelitian/Pengabdian :

Tahun Judul Jabatan Sumber Dana

2018 Analisa Keberlanjutan Pengelolaan Ekowisata Pesisir Pulau Bawean

Ketua Hibah Penelitian

EPI-UNET 2018 Rancang Bangun Pemecah

Gelombang Terapung Berpori untuk Perlindungan Pantai yang efisien dan efektif

Anggota Penelitian Dasar

Unggulan

Perguruan Tinggi

Publikasi :

Tahun Judul Penerbit Jenis

Publikasi 2016 “Design and Modelling Pile Breakwater for

LNG Jetty at Senoro Field, Central Sulawesi”, Applied Mechanics and Materials Submitted: 2015-11-27, ISSN: 1662-7482, Vol. 836, pp 227-232 Accepted: 2016-01-27 doi:10.4028/www.scientific.net/AMM.836.227 Journal Of Mechanic and Materials Journal

2016 Monthly Variations of Global Wave Climate due to Global Warming”, Jurnal Teknologi 74:5 (2015) 27–31, www.jurnalteknologi.utm.my, eISSN 2180–3722 Jurnal Teknologi UTM Jurnal Paten : Tugas Akhir,Tesis,Disertasi : Tugas Akhir :

Nama/NRP Judul Tahun

Dikky Yuniansyah Pemodelan Run Up Tsunami Menggunakan Skenario Jamak (Studi Kasus Bandara Kulon Progo)

(34)

28 Nurlita Adhisty Analisis Ketahanan Masyarakat Pesisir

Kuta Selatan Dalam Menghadapi Ancaman Tsunami

2016

Tesis :

Nama/NRP Judul Tahun

Devi Verawati Gusman

Pemodelan Mitigasi Bencana Tsunami Di Pantai Losari

2018 Andi Mega Mustika

Natsir

Kajian Kerentanan Tsunami : Studi Kasus Tsunami Banyuwangi,1994

2018

Disertasi :

Nama/NRP Judul Tahun

Fahreza Okta S Identifikasi dan Pemetaan Lokasi Potensial Energi GeolombangLaut di Perairan Indonesia

(35)

29 LAMPIRAN JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN

Koordinator Peneliti Rp13,000 10 35 Rp4,250.000 Rp4,250.000

Pembantu Peneliti Rp10.000 10 35 Rp3,500,000 Rp3,500,000

Petugas Rakit Alat Rp9.000.000 10 35 Rp3.150,000 Rp3.150,000

Rp10.900.000 Rp10.900.000 Subtotal (Rp)

1. Honorarium

Honor Honor/Jam (Rp) Waktu

(Jam/Minggu) Minggu

Honor per Tahun (Rp)

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Sewa Mobil Hari 12 Rp1,000,000 Rp12,000,000 Rp12,000,000

BBM Hari 12 Rp500,000 Rp6,000,000 Rp6,000,000 Akomodasi Hari 12 Rp1,000,000 Rp12,000,000 Rp12,000,000 Publikasi Jurnal Internasional Laporan 1 Rp10.000.000 Rp10.000.000 Rp10.000.000 Rp40.000.000 Rp40.000.000 Subtotal (Rp)

2. Perjalanan (Percobaan Alat Lapangan) dan Publikasi

Material Justifikasi

Perjalanan Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Biaya per Tahun (Rp)

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Buzzer Buah 4 Rp1,000,000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

Arduino Board Buah 4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

Transmitter Buah 4 Rp1.500.000 Rp6.000.000 Rp6.000.000

Amplified Buah 4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

Doppler Buah 4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

MCU Buah 4 Rp 750.000 Rp3.000.000 Rp3.000.000

Alat Sensor Tinggi Air Buah 4 Rp1.200.000 Rp4.800.000 Rp4.800.000

Alat Sensor Kecepatan Buah 4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

Casing Buah 4 Rp300.000 Rp1.200.000 Rp1.200.000

Ban Buah 4 Rp250.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000

Kabel USB Buah 25 Rp50.000 Rp1.250.000 Rp1.250.000

Receiver Buah 4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp4.000.000

Sensor Ultrasonic Buah 4 Rp1.800.000 Rp7.200.000 Rp7.200.000

Rp39.650.000 Rp39.650.000 Subtotal (Rp)

3. Pembuatan Prototype ( Hardware)

Material Justifikasi

Pembelian Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Harga Peralatan Penunjang (Rp)

(36)

30 Komputer Paket 1 Rp12,000,000 Rp12,000,000 Rp12,000,000 Meja Buah 1 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Printer Pergerakan Gelombang Buah 1 Rp5.000.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000 Rp18.000.000 Rp18.000.000 Subtotal (Rp)

4. Pembuatan Software Penangkap Sinyal

Material Justifikasi

Pembelian Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Harga Peralatan Penunjang (Rp)

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Rp108.550.000 Rp108.550.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP TAHUN (Rp)

(37)

DATA USULAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL DANA LOKAL ITS 2020

1. Judul Penelitian

RANCANG DESAIN EARLY WARNING SYSTEM TSUNAMI BERDASARKAN SENSOR GELOMBANG

Skema : PENELITIAN UNGGULAN ITS (DASAR MULTIDISIPLIN)

Bidang Penelitian : Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Topik Penelitian : Simulasi Tsunami

2. Identitas Pengusul Ketua Tim

Nama : Dr.Ir. Amien Widodo M.Si.

NIP : 195910101988031002

No Telp/HP : 08121780246

Laboratorium : Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan

Departemen/Unit : Departemen Teknik Geofisika

Fakultas : Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian

Anggota Tim

No Nama Lengkap Asal Laboratorium Departemen/Unit Perguruan

Tinggi/Instansi

1 Dr.Ir. Amien

Widodo M.Si.

Laboratorium Geofisika Teknik dan

Lingkungan Departemen Teknik Geofisika ITS 2 Dr.Eng. Kriyo Sambodho ST., M.Eng Laboratorium Komputasi dan Pemodelan Numerik Departemen Teknik Kelautan ITS

3. Jumlah Mahasiswa terlibat : 2

4. Sumber dan jumlah dana penelitian yang diusulkan

a. Dana Lokal ITS 2020 :

b. Sumber Lain :

(38)

108.550.000,-Tanggal Persetujuan Nama Pimpinan Pemberi Persetujuan Jabatan Pemberi Persetujuan Nama Unit Pemberi Persetujuan QR-Code 09 Maret 2020 Adjie Pamungkas ST.,M.Dev.Plg, Ph.D Kepala Pusat Penelitian/Kajian/Unggulan Iptek Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim 09 Maret 2020 Agus Muhamad Hatta , ST, MSi, Ph.D Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Gambar

Tabel 3.1. State Of The Art
Tabel 3.2. Road Map Penelitian Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan  Iklim (2020-2024)
Gambar 3.2 Peta lempeng utama yang berperan sebagai pembangkit aktivitas kegempaan di  Indonesia (Rohadi, 2009)
Gambar 3.3 Ilustrasi pergerakan tsunami dengan panjang gelombang λ dan amplitudo A yang  berpropagasi setelah fenomena ‘waterberg’ (Margaritondo, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait