• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN

KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

JURNAL

OLEH :

MUKHLIS CANDRA 1110005301023

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG

PADANG 2015

(2)

i

PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN

KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) Mukhlis Candra1 Dr. Ir Jamilah, MP.2 Milda Ernita SS,i. MP.3

Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK

Penelitian tentang “Pengaruh Media Rizobakteri Bacillus sp dan Dosis Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Ketahanan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)” telah dilaksanakan di lahan percobaan Balai Diklat Pertanian Provinsi Sumatera Barat Kecamatan Lubuk Begalung. Penelitian telah dilakukan dalam rumah kasa, yang berlangsung selama 4 bulan mulai April – Juli 2015. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dalam Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu, Faktor pertama adalah jenis media rizobakteri Bacillus sp : Kompos Tithonia (K1), Kompos Jerami (K2), kompos Pupuk Kandang (K3). Faktor kedua adalah dosis pupuk majemuk mutiara (16 – 16 – 16) dengan rekomendasi 800 kg/ha yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 50% takaran rekomendasi (N1), 75% takaran rekomendasi (N2), 100% takaran rekomendasi (N3). Kombinasi dari kedua faktor tersebut adalah 3 x 3 = 9 dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Masing – masing percobaan terdiri dari 2 sampel polybag, maka terdapat 54 polybag. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering per rumpun, klasifikasi umbi perrumpun, hari muncul gejala pertama, intesitas penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan persentase tanaman bergejala penyakit HDB. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5% dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan DMRT pada taraf nyata 5%. Dari hasil percobaan diperoleh perlakuan media kompos jerami dengan dosis pupuk 100% merupakan perlakuan yang terbaik.

Kata kunci : Rizobakteri Bacillus sp, pupuk majemuk, tanaman bawang merah.

1Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Angkatan 2011 2Pembimbing I dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang

(3)

1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bawang merah merupakan

salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bawang merah sangat dibutuhkan masyarakat sebagai bahan sayuran,

penyedap makanan, dan sebagai

bawang goreng. Bawang merah dapat digunakan untuk mengobati beberapa macam penyakit, seperti masuk angin, menghilangkan lendir ditenggorokan, luka dan kadar kolesterol (Sudarmanto, 2009). Salah satu rizobakteri yang sudah banyak digunakan sebagai agen hayati dan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman adalah Bacillus sp.

Bacillus sp dapat memacu

pertumbuhan dan menjadikan tanaman

tahan dari serangan patogen.

Ketahanan tanaman ini dipicu oleh senyawa kimia dari Bacillus sp. Ketahanan dapat terjadi ketika tanaman diinfeksi oleh patogen yang bersifat virulen, karena patogen mampu

mengatasi ketahanan tanaman

(Kloepper, Ryu dan Zhang, 2004). Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman bawang merah maka perlu penambahan unsur hara. Unsur hara makro utama yang mempengaruhi hasil dan kualitas bawang merah adalah N, P, K, karena kebutuhan hara ini lebih banyak dan tanaman sering mengalami defisiensi.

Oleh sebab itu bawang merah

membutuhkan penambahan hara dari

luar untuk dapat hidup optimal

(Hidayat dan Rosliani, 1996). B. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini

adalah mendapatkan jenis media terbaik dari rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk yang dapat

meningkatkan pertumbuhan, hasil dan ketahanan tanaman bawang merah.

BAHAN DAN METODE A . Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di lahan

percobaan Balai Diklat Pertanian

Provinsi Sumatera Barat Kecamatan Lubuk Begalung. Penelitian telah dilakukan dalam rumah kasa selama 4 bulan mulai April – Juli 2015. Jadwal kegiatan disajikan pada Lampiran 1. B . Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah benih bawang merah Varietas Medan

asal Alahan Panjang, rizobakteri

Bacillus sp, kompos Thitonia, kompos

jerami padi, kompos pupuk kandang, pupuk majemuk mutiara (16:16:16) dan ZA. Alat yang digunakan adalah parang, cangkul, sekop, handsparayer, label, ajir, tali rafia, timbangan, ayakan, polybag, alat tulis dan lain-lain bila diperlukan.

C. Rancangan

Percobaan ini di susun

rancangan acak lengkap (RAL) secara faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu, Faktor pertama adalah jenis media rizobakteri Bacillus sp : Kompos Tithonia (K1), Kompos Jerami (K2), Pupuk Kandang (K3). Faktor kedua adalah dosis pupuk majemuk mutiara (16:16:16) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 50% (N1), 75% (N2), 100% (N3). Kombinasi dari kedua faktor tersebut adalah 3 x 3 = 9 dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan

percobaan. Masing – satuan

percobaan terdiri dari 2 polybag, maka terdapat 54 polybag. Hasil data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata

(4)

2 menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) disajikan pada Lampiran 2 dan Denah penempatan polybag dalam plot pada Lampiran 3.

Pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu : Pembuatan pupuk kompos,

Perlakuan formula rizobakteri,

Persiapan lahan dan pengisian polybag, Pemasangan label, Seleksi benih,

Penanaman, Pemberian perlakuan,

Pemeliharaan, Panen.

Pengamatan yaitu : 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah daun per rumpun 3. Jumlah umbi per rumpun 4. Bobot umbi basah per rumpun 5. Bobot umbi kering per rumpun 6. Klasifikasi umbi per rumpun 7. Hari muncul gejala pertama 8.

Intesitas penyakit hawar daun bakteri 9. Persentase tanaman bergejala penyakit HDB.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman

Sidik ragam tinggi tanaman pengaruh media Rizobakteri Bacillus

sp dan pupuk majemuk, serta interaksi

kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 8) Hasil uji F tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Tinggi tanaman bawang merah akibat pengaruh media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---cm--- Kompos tithonia 35,86 35,78 37,86 36,50 Kompos jerami 36,03 35,85 37,65 36,51 Pupuk kandang 36,30 35,86 32,65 34,93 Rata-rata 36,06 35,83 36,05 KK 5,56

Angka – angka pada kolom dan baris pada tinggi tanaman tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Tabel 3 menunjukkan tinggi

tanaman bawang merah akibat

pemberian jenis media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk

menghasilkan tinggi tanaman relatif sama yaitu berkisar antara 32, 65 cm – 37,86 cm. Dilihat dari rata – rata nya, jenis media rizobakteri menghasilkan tinggi tanaman berkisar antara 34,93 cm – 36,51 cm, sedangkan dilihat dari rata – rata dosis pupuk majemuk menghasilkan tinggi tanaman berkisar 35,83 cm – 36,06 cm. Pupuk kompos memberikan kontribusi yang cukup banyak yaitu hara yang dikandung

kompos segera tersedia secara

perlahan-lahan sepanjang pertumbuhan tanaman, mampu memperbaiki struktur tanah.

Pupuk majemuk dan pupuk

kompos yang diberikan mampu

menyediakan hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah, disamping itu rizobakteri Bacillus sp merupakan PGPR yang mampu memproduksi hormon pemacu pertumbuhan tanaman yaitu IAA. Sesuai dengan pendapat Aryantha (2002) menyatakan bahwa

rizobakteri Bacillus sp mampu

(5)

3

dengan mekanisme kerja PGPR,

dengan memproduksi hormon

pertumbuhan IAA. Bacillus sp

berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan tanah (Wahyudi, 2009). B. Jumlah daun per rumpun

Sidik ragam jumlah daun per rumpun pengaruh media Rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk,

serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 9). Hasil uji F jumlah daun per rumpun disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Jumlah daun per rumpun bawang merah akibat pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---helai--- Kompos tithonia 31,66 35,33 35,83 34,27 Kompos jerami 33,16 33,66 37,16 34,66 Pupuk kandang 36,33 32,50 30,16 32,99 Rata-rata 33,71 33,83 34,38 KK 17,82

Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah daun per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per

rumpun tanaman bawang merah.

Pemberian media rizobakteri Bacillus

sp kompos jerami dengan dosis pupuk

majemuk 100% menghasilkan jumlah daun per rumpun terbanyak yaitu 37,16 helai tidak berbeda nyata dengan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 50% yaitu 36,33 helai. Hal ini disebabkan pupuk majemuk mampu menyediakan kebutuhan N dan K yang baik untuk pertumbuhan daun. Kompos jerami padi merupakan salah satu bahan

organik yang penting untuk

menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia, dan biologi Tanah dengan nilai produktifitas yang tinggi. Sedangkan menurut Novisan (2001) jumlah daun yang dihasilkan juga

berhubungan dengan kemampuan

tanaman dalam mengabsorsi zat – zat makanan yang ada dalam tanah serta

kemampuan lingkungan lainnya

mempengaruhi pertumbuhan dan

produktifitas tanaman seperti air, suhu, intesitas cahaya matahari.

C. Jumlah umbi per rumpun

Sidik ragam jumlah umbi per rumpun pengaruh media Rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk,

serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 10) Hasil uji F jumlah umbi per rumpun disajikan pada Tabel 5.

(6)

4

Tabel 5.Jumlah umbi per rumpun bawang merah pada pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---rumpun--- Kompos tithonia 8,66 9,00 10,83 9,49 Kompos jerami 8,83 8,83 8,83 8,83 Pupuk kandang 11,16 10,83 7,33 9,77 Rata-rata 9,55 9,55 8,99 KK 20,17

Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus

sp dan dosis pupuk majemuk

menghasilkan rata- rata jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus

sp kompos tithonia dengan dosis pupuk

majemuk 50% menghasilkan jumlah umbi 8,66 rumpun 75% 9,00 rumpun, tidak berbeda nyata dengan pemberian media kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 50% 8,83 rumpun, 75% 8,83 rumpun, 100% 8,83 rumpun dan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk 100% 7,33 rumpun. Tetapi bila dibandingkan dengan pemberian media rizobakteri

Bacillus sp pupuk kandang dengan

dosis pupuk majemuk 50% 11,16 rumpun, 75% 10,83 rumpun.

Hal ini disebabkan karena dengan pemberian pupuk majemuk kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman tersedia dan seimbang, unsur makro sangat dibutuhkan tanaman bawang merah menurut Rahayu dan Berlian (2004), bahwa bawang merah

membutuhkan unsur hara makro (N,P dan K) dan unsur hara mikro yang cukup agar tanaman mampu tumbuh

optimal dan berproduksi tinggi.

Bacillus sp mamapu membuat akar

tanaman tumbuh dengan baik karena

bakteri tersebut mengkoloni akar

tanaman sehingga patogen tidak

mampu merusak akar tanaman akhirnya penyerapan unsur hara dan pemupukan yang diberikan diserap lebih efektif dan kebutuhan hara seperti N, P, K terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

D. Bobot umbi basah per rumpun Sidik ragam bobot umbi basah

per rumpun pengaruh media

Rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk, serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata (Lampiran 11). Hasil uji F bobot umbi basah per rumpun disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.Bobot umbi basah per rumpun bawang merah pada pengaruh media rizobakteri bacillus sp dosis dan pupuk majemuk.

(7)

5 Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis pupuk majemuk

50% 75% 100% ---g--- Kompos tithonia 31,23 B b 34,43 B a 38,38 A a Kompos jerami 31,48 C b 35,90 B a 39,01 A a Pupuk kandang 35,65 A a 31,66 B b 25,23 C b KK 13,96

Angka sebaris di ikuti huruf besar yang sama dan angka selajur di ikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus

sp dan dosis pupuk majemuk yang

berbeda pada masing-masing perlakuan terlihat berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus sp kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 100% menghasilkan bobot umbi basah paling tinggi yaitu 39,01 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian media tithonia dengan dosis pupuk majemuk 100% dengan tinggi 38,38 gram, sedangkan dengan pemberian media rizobakteri Bacillus sp pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 100% 25,23 gram menghasilkan bobot umbi basah per rumpun terendah.

Hal ini di sebabkan karena pupuk kompos jerami padi dan thitonia memiliki kadar serat yang lebih besar, membuat rongga – rongga tanah lebih

banyak sehingga umbi lebih mudah berkembang dan mendapatkan unsur hara lebih banyak, sedangkan pupuk kandang memiliki kadar serat yang kecil hingga menyebabkan rongga- rongga tanah padat. Bobot umbi dipengaruhi oleh ketersediaan unsur makro dan mikro, jika unsur hara makro dan mikro rendah, maka hasil dari bobot umbi akan menurun (Samadi dan Cahyono, 2005).

E. Bobot umbi kering

Sidik ragam bobot umbi kering

per rumpun pengaruh media

Rizobakteri Bacillus sp dan pupuk majemuk, serta interaksi kedua faktor

tersebut berpengaruh tidak nyata

(Lampiran 12) Hasil uji F bobot umbi kering disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.Bobot umbi kering per rumpun bawang merah pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis pupuk majemuk

50% 75% 100% ---g--- Kompos tithonia 29,28 B b 32,11 AB a 35,65 A a Kompos jerami 28,95 B b 33,05 A a 36,58 A a Pupuk kandang 32,85 A a 28,98 B b 22,71 C b KK 15,37

Angka sebaris di ikuti huruf besar yang sama dan angka pada lajur di ikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 7 memperlihatkan bahwa

pemberian media rizobakteri Bacillus

sp dan dosis pupuk majemuk yang

berbeda pada masing-masing perlakuan terlihat berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus sp kompos

(8)

6 jerami dengan dosis pupuk majemuk 100% menghasilkan bobot umbi kering per rumpun tertinggi yaitu 36,58 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian media kompos tithonia dengan dosis pupuk majemuk 100% yaitu dengan bobot 35,65 gram, sedangkan dengan pemberian media rizobakteri Bacillus

sp pupuk kandang dengan dosis pupuk

majemuk 100% menghasilkan bobot umbi kering per rumpun terendah dengan bobot 22,71 gram.

Hal ini disebabkan kompos thitonia dan kompos jerami padi memiliki serat yang lebih kasar di bandingkan dengan pupuk kandang memiliki serat yang kecil, sehingga ruang tanah banyak tertutup dan

membuat umbi sulit berkembang dan

mendapatkan unsur hara. Besar

kecilnya masing – masing umbi akan

berpengaruh terhadap kemampuan

produksi dari masing – masing

perlakuan tersebut (Sumiarti dan

Soetiarso, 2003).

F. Klasifikasi umbi per rumpun Klasifikasi umbi per rumpun dilihat berdasarkan diameter umbi bawang merah, kemudian dipisahkan dari beberapa kriteria : Besar, Sedang dan Kecil.

Tabel 8. Klasifikasi umbi per rumpun umbi bawang merah dipisahkan berdasarkan kriteria (Umbi besar + Umbi sedang)

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis pupuk majemuk

50% 75% 100%

---%---

Kompos tithonia 63,50 77,80 55,38

Kompos jerami 75,48 57,58 88,68

Pupuk kandang 58,20 61,40 61,35

Tabel 8 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus

sp dan pupuk majemuk menghasilkna

kriteria umbi yang berbeda-beda,

dimana umbi yang berdiameter sedang paling banyak dibandingkan dengan umbi yang berdiameter besar dan diameter kecil. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang terdapat dalam media rizobakteri bacillus sp dan pupuk majemuk sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah, sebagai mana Rahayu dan Berlian (2004)

mengatakan bawang merah

membutuhkan unsur hara makro dan mikro yang cukup agar tanaman

mampu tumbuh optimal dan

berproduksi tinggi, pertumbuhan

tanaman yang optimal sangat

dipengaruhi oleh ketersedian hara

makro, mikro dan juga sangat

dipengaruhi oleh faktor genetik. G. Hari muncul gejala pertama

Sidik ragam hari muncul gejala pertama pengaruh media Rizobakteri

Bacillus sp dan pupuk majemuk, serta

interaksi kedua faktor tersebut

berpengaruh tidak nyata (Lampiran 13) Hasil uji F hari muncul gejala pertama disajikan pada Tabel 9.

(9)

7

Tabel 9. Hari muncul gejala pertama bawang merah pengaruh media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---hari--- Kompos tithonia 28,00 28,00 28,00 28,00 Kompos jerami 25,83 26,00 30,33 27,38 Pupuk kandang 31,50 28,16 28,16 29,27 Rata-rata 28,44 27,38 28,83 KK 10,51

Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F.

Tabel 9 memperlihatkan bahwa

pemberian media rizobakteri Bacillus

sp dan dosis pupuk majemuk

menghasilkan interaksi dan rata-rata hari muncul gejala pertama tidak berbeda nyata. Dilihat dari rata-rata hari muncul gejala pertama, Pemberian

media rizobakteri Bacillus sp

mengahasilkan rata-rata hari muncul gejala pertama berkisar antar 27,38 hari – 29,27 hari, sedangkan kalau dilihat dari dosis pupuk majemuk menghasilkan rata-rata hari muncul gejala pertama berkisar antara 27,38 hari – 28,83 hari. Pemberian pupuk organik mampu memperbaiki sifat

fisika dan kimia tanah juga

meningkatkan ketersedian unsur hara bagi tanaman. Menurut Rizqiani et al. (2007) mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki

pertumbuhan, mempercepat panen,

mempepanjang masa atau umur

produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman.

H. Intesitas penyakit hawar daun bakteri (HDB)

Intesitas serangan penyakit Hawar Daun Bakteri pada bawang merah tidak di uji secara statistik. Data hasil perhitungan di tampilkan pada tabel 10.

Tabel 10.Intesitas penyakit hawar daun bakteri bawang merah pada pengaruh media rizobakteri bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---%--- Kompos tithonia 19,94 15,48 19,48 18,30 Kompos jerami 16,32 19,25 16,27 17,28 Pupuk kandang 20,81 15,40 21,54 19,25 Rata-rata 19,02 16,71 19,09 Tabel 10 memeperlihatkan

bahwa pemberian media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk

bahwa setiap perlakuan yang berbeda menghasilkan intesitas penyakit hawar

daun bakteri berbeda yang berbeda juga. Pemberian media kompos tithonia dengan dosis pupuk majemuk 75% dengan intesitas 15,48% menghasilkan tingkat serangan penyakit hawar daun bakteri paling sedikit sekali, relatif

(10)

8 sama dengan pemberian media kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 50% yaitu 16,32% dan dosis pupuk

majemuk 100% dengan intesitas

16,27%. Sedangkan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 100% kerusakan 21,54% adalah tingkat serangan sedikit, relatif sama dengan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk 50% yaitu 20,81%.

Bacillus sp telah banyak

dilaporkan mampu menginduksi

ketahanan sistemik pada berbagai jenis

tanaman terhadap berbagai jenis

patogen ataupun hama serangga. Selain dikenal sebagai agen hayati pada berbagai penyakit tanaman, menurut Kloepper et al (2004), kelompok

Bacillus sp, juga dikenal sebagai

bakteri kelompok plant growth

promoting rhizobakteria (PGPR) yang mampu memacu pertumbuhan dan

menginduksi ketahanan tanaman

terhadap penyakit melalui berbagai mekanisme, seperti antibiotis, lisis, kompetisi, parasitisme dan induksi ketahanan.

I. Persentase tanaman bergejala penyakit HDB

Persentase tanaman bergejala penyakit HDB pada bawang merah tidak di uji secara statistik. Data hasil perhitungan di tampilkan pada tabel 11

Tabel 11.Persentase tanaman bergejala penyakit hawar daun bakteri bawang merah pada pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk

Media Rizobakteri

Bacillus sp

Dosis Pupuk Majemuk

50% 75% 100% Rata-rata ---%--- Kompos tithonia 100 100 100 100 Kompos jerami 100 100 100 100 Pupuk kandang 100 100 100 100 Rata-rata 100 100 100 Tabel 11 memperlihatkan

bahwa pemberian media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk

yang berbeda pada masing – masing perlakuan terlihat sama. Pemberian rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk

majemuk mampu mengurangi

persentase tanaman bergejala penyakit hawar daun bakteri pada tanaman

bawang merah meskipun belum

maksimal. Semua tanaman terserang oleh penyakit hawar daun bakteri, namun tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dan hasil bawang merah, karena yang bergejala hanya bagian ujung daun bawang merah saja.

Hal ini disebabkan penyakit hawar daun bakteri (HDB) sulit dikendalikan karena patogen penyebab penyakit bertahan di dalam tanah, berpindah melalui benih, air, alat-alat pertanian dan menginfeksi beberapa jenis gulma tanpa memperlihatkan gejala (Raumagnac et al., 2004; Schwartz dan gent, 2005).

Salah satu patogen yang

menyebabkan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) pada bawang merah

adalah bakteri Xanthomonas

axonopodis pv. alli (Xaa). Rizobakteri Bacillus sp belum maksimal sebagai

agen hayati pada tanaman bawang merah sesuai yang terlihat di lapangan

(11)

9

belum bisa mengurangi serangan

penyakit hawar daun bakteri pada tanaman bawang merah.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Pengaruh 10 ton/ha kompos jerami padi sebagai media rizobakteri

Bacillus sp dan 100% takaran

rekomendasi pupuk majemuk

menghasilkan bobot umbi basah

tertinggi sebesar 39,01 gram per rumpun dan bobot umbi kering 36,58 gram per rumpun.

Sesuai dengan kesimpulan,

untuk mendapatkan hasil produksi bawang merah yang maksimal apabila menanam bawang merah dengan

menggunakan media rizobakteri

Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk ,

maka disarankan menggunakan media rizobakteri Bacillus sp kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 100%.

(12)

10 DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2004. Pedoman Bertanam

bawang, Kanisius, Yogyakarta.

Anonim. 2006. Program

pengembangan bawang merah di Indonesia dan implementasi

GAP. Makalah dalam

apresiasi penanggulangan

OPT Tanaman sayuran tgl 3 – 6 Oktober 2006 di Nganjuk. Anonim. 2007. Cara Praktis Membuat

Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Baswarsiati . 2000. Tiga Varietas Unggul Bawang Merah. BPTP Jawa Timur.

BPS. Balai Pusat Statistik, 2012. Komoditas Indonesia. Jakarta 1 Agustus 2012

Dewinurfita. 2012. Untung Segunung

Bertanam Aneka Bawang

Merah, Bawang Putih,

Bawang Bombay. Pustaka

Baru Press. Yogyakarta.

Dipertahornakbun. 2012. Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, peternakan dan Perkebunan.

Ernita, M., Nasrun, dan N, Suhardi, 2010, Karakteristik Respon Fisiologis Tanaman Bawang Merah yang Diinduksi dengan rhizobakteria indigemes, j. Embrio . 30 : 2. 110 – 116. Fritze, D. 2004. Taxonomy of the

Genus Bacillus and Related

General The Aerobic

Endopore-forming Bacteria.

Phytopath. 94 : 1245-1248.

Hardjowigeno, 1997. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta

Hakim N. 2001. Kemungkinan

penggunaan Tithonia sebagai sumber bahan organik dan nitrogen. Kumpulan Publikasi Hasil Penelitian Pemanfaatan Thitonia. Universitas Andalas Padang.

Hidayat, Y dan R. Rosliani., 1996. Pengaruh Pemupukan N. P. Dan K pada Pertumbuhan dan

produksi Bawang Merah

Kultifar Sumenep. Jurnal

Hortikultura 5 (5). 39 – 43. Kloeper 1978. Prosiding Kongres

Internasional Keempat

Tanaman, yang dilakukan Di Prancis.

Lingga, P dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 Hal. Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk

Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novisan. 2001. Petunjuk pemupukan

yang efektif. Agromedia

Pustaka. Jakarta. 114 Hal.

Rahayu, 2008. Bertanam Sayur

Organik. Penebar Swadaya. Jakarta 112 hlm.

Rahayu, E, dan Berlian, N. V. A, 2004.

Bawang Merah. Penebar

Swadaya, Jakarta, hal 94. Rita. 2002. Pemanfaatan Tithonia

(Tithonia difersivola) sebagai bahan substitusi N dan K pupuk buatan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) pada

(13)

11 ultisol. Skripsi. Fakultas pertanian Unand. Padang. 56 hal.

Samadi dan B. Cahyono. 2005. Bawang Merah Intensifikasi

Usaha Tani. Kanisius.

Yogyakarta 176 Hal.

Sartono, J. P. 2006. Makalah Pelepasan

Varietas Unggul Bawang

Merah. Balai Penelitian

Tanaman Sayur. Hal 73. Singh, S.P and Verma, A.B, 2001.

Response of onion (Allium

cepa) to Potassium aplication.

Indian Journal of agronomy 46, 182 – 185.

Siska , R. 2000. Respon Tanaman Melon (Cucumis melon) Pada Beberapa Takaran Bokashi Tithonia. Skripsi. Universitas Andalas. Pa dang. 50 Hal. Suprapto dan I.B Aribawa. 2002.

Pengaruh Risidu Beberapa Jenis Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil

Bawang Merah di Lahan kering. 175 hal.

Sumiarti, N. dan Soetiarso, T. A. 2003. Pengaruh dan Ukuran Umbi Bibit Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Biaya Produksi

Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. Vol. 8 No. 2. 150 – 185 hal.

Sudarmanto . 2009. Bawang Merah. Delta Media. Surakarta 42 hlm.

Timmusk, S., E.G.H. Wagner. 2004.

The plant-growthpromoting

rhizobacterium paenibacillus

polymixainduces changesin

Arabidopsis thaliana

geneexpression – a possible connection between bioticand

abiotic stress responses.

http:\www.agauburn.edu/arge ntina/pdfmamuscripts/pal.pdf[ 26 Okt 2004].

Wahyudi, P. 2002. Uji Antagonistik

Trichoderma viride dan

Trichoderma harzianum

Terhadap Jamur Gloesporium

sp. Penyebab Penyakit

Antraknosa Pada Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Wibowo, Singgih. 2008. Budidaya

Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.

Widya Yrama. 2008. Pedoman

Bertanam Bawang Merah.

Tim Bina Karya Tani.

Referensi

Dokumen terkait

Fokus dalam penelitian ini adalah penanganan sanitasi permukiman kumuh yang terdiri atas 3 elemen, yakni elemen limbah, persampahan, dan drainase pada 5 lokasi

Baru disana kita akan mendapatkan ide-ide atau setidaknya pikiran kita akan terbuka mengenai kedepannya akan bagaimana , dan bagaimana cara mengatasi pesaing-pesaing yang bergerak

Penelitian Brown, Weinstein, & Creswell (2012) menunjukkan bahwa individu dengan skor mindfulness yang tinggi menunjukkan respon kortisol yang lebih kecil pada

Mengingat luasnya cakupan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dan keterbatasan kemampuan, waktu serta biaya, maka peneliti perlu membatasi masalah dengan

Kitab hadis digital ini dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar untuk menelusuri asal-usul sebuah hadis, memahami makna sebuah hadis, jalur periwayatan hadis

Persentase perawat yang memiliki motivasi baik pada penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Titis (2014) yang menemukan bahwa sebagian besar

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Thesis Title : The Comparison Between Drafting and Listing Technique in Improving the Students’ Writing Descriptive Text at the Fifth Semester of English Education