1
PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN
KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
JURNAL
OLEH :
MUKHLIS CANDRA 1110005301023
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG
PADANG 2015
i
PENGARUH MEDIA RIZOBAKTERI Bacillus sp DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN
KETAHANAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) Mukhlis Candra1 Dr. Ir Jamilah, MP.2 Milda Ernita SS,i. MP.3
Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRAK
Penelitian tentang “Pengaruh Media Rizobakteri Bacillus sp dan Dosis Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Ketahanan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)” telah dilaksanakan di lahan percobaan Balai Diklat Pertanian Provinsi Sumatera Barat Kecamatan Lubuk Begalung. Penelitian telah dilakukan dalam rumah kasa, yang berlangsung selama 4 bulan mulai April – Juli 2015. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dalam Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu, Faktor pertama adalah jenis media rizobakteri Bacillus sp : Kompos Tithonia (K1), Kompos Jerami (K2), kompos Pupuk Kandang (K3). Faktor kedua adalah dosis pupuk majemuk mutiara (16 – 16 – 16) dengan rekomendasi 800 kg/ha yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 50% takaran rekomendasi (N1), 75% takaran rekomendasi (N2), 100% takaran rekomendasi (N3). Kombinasi dari kedua faktor tersebut adalah 3 x 3 = 9 dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Masing – masing percobaan terdiri dari 2 sampel polybag, maka terdapat 54 polybag. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering per rumpun, klasifikasi umbi perrumpun, hari muncul gejala pertama, intesitas penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan persentase tanaman bergejala penyakit HDB. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5% dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan DMRT pada taraf nyata 5%. Dari hasil percobaan diperoleh perlakuan media kompos jerami dengan dosis pupuk 100% merupakan perlakuan yang terbaik.
Kata kunci : Rizobakteri Bacillus sp, pupuk majemuk, tanaman bawang merah.
1Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Angkatan 2011 2Pembimbing I dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang
1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bawang merah merupakan
salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bawang merah sangat dibutuhkan masyarakat sebagai bahan sayuran,
penyedap makanan, dan sebagai
bawang goreng. Bawang merah dapat digunakan untuk mengobati beberapa macam penyakit, seperti masuk angin, menghilangkan lendir ditenggorokan, luka dan kadar kolesterol (Sudarmanto, 2009). Salah satu rizobakteri yang sudah banyak digunakan sebagai agen hayati dan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman adalah Bacillus sp.
Bacillus sp dapat memacu
pertumbuhan dan menjadikan tanaman
tahan dari serangan patogen.
Ketahanan tanaman ini dipicu oleh senyawa kimia dari Bacillus sp. Ketahanan dapat terjadi ketika tanaman diinfeksi oleh patogen yang bersifat virulen, karena patogen mampu
mengatasi ketahanan tanaman
(Kloepper, Ryu dan Zhang, 2004). Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman bawang merah maka perlu penambahan unsur hara. Unsur hara makro utama yang mempengaruhi hasil dan kualitas bawang merah adalah N, P, K, karena kebutuhan hara ini lebih banyak dan tanaman sering mengalami defisiensi.
Oleh sebab itu bawang merah
membutuhkan penambahan hara dari
luar untuk dapat hidup optimal
(Hidayat dan Rosliani, 1996). B. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini
adalah mendapatkan jenis media terbaik dari rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk yang dapat
meningkatkan pertumbuhan, hasil dan ketahanan tanaman bawang merah.
BAHAN DAN METODE A . Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di lahan
percobaan Balai Diklat Pertanian
Provinsi Sumatera Barat Kecamatan Lubuk Begalung. Penelitian telah dilakukan dalam rumah kasa selama 4 bulan mulai April – Juli 2015. Jadwal kegiatan disajikan pada Lampiran 1. B . Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah benih bawang merah Varietas Medan
asal Alahan Panjang, rizobakteri
Bacillus sp, kompos Thitonia, kompos
jerami padi, kompos pupuk kandang, pupuk majemuk mutiara (16:16:16) dan ZA. Alat yang digunakan adalah parang, cangkul, sekop, handsparayer, label, ajir, tali rafia, timbangan, ayakan, polybag, alat tulis dan lain-lain bila diperlukan.
C. Rancangan
Percobaan ini di susun
rancangan acak lengkap (RAL) secara faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu, Faktor pertama adalah jenis media rizobakteri Bacillus sp : Kompos Tithonia (K1), Kompos Jerami (K2), Pupuk Kandang (K3). Faktor kedua adalah dosis pupuk majemuk mutiara (16:16:16) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 50% (N1), 75% (N2), 100% (N3). Kombinasi dari kedua faktor tersebut adalah 3 x 3 = 9 dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan
percobaan. Masing – satuan
percobaan terdiri dari 2 polybag, maka terdapat 54 polybag. Hasil data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata
2 menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) disajikan pada Lampiran 2 dan Denah penempatan polybag dalam plot pada Lampiran 3.
Pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu : Pembuatan pupuk kompos,
Perlakuan formula rizobakteri,
Persiapan lahan dan pengisian polybag, Pemasangan label, Seleksi benih,
Penanaman, Pemberian perlakuan,
Pemeliharaan, Panen.
Pengamatan yaitu : 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah daun per rumpun 3. Jumlah umbi per rumpun 4. Bobot umbi basah per rumpun 5. Bobot umbi kering per rumpun 6. Klasifikasi umbi per rumpun 7. Hari muncul gejala pertama 8.
Intesitas penyakit hawar daun bakteri 9. Persentase tanaman bergejala penyakit HDB.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman
Sidik ragam tinggi tanaman pengaruh media Rizobakteri Bacillus
sp dan pupuk majemuk, serta interaksi
kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 8) Hasil uji F tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Tinggi tanaman bawang merah akibat pengaruh media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---cm--- Kompos tithonia 35,86 35,78 37,86 36,50 Kompos jerami 36,03 35,85 37,65 36,51 Pupuk kandang 36,30 35,86 32,65 34,93 Rata-rata 36,06 35,83 36,05 KK 5,56
Angka – angka pada kolom dan baris pada tinggi tanaman tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 3 menunjukkan tinggi
tanaman bawang merah akibat
pemberian jenis media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk
menghasilkan tinggi tanaman relatif sama yaitu berkisar antara 32, 65 cm – 37,86 cm. Dilihat dari rata – rata nya, jenis media rizobakteri menghasilkan tinggi tanaman berkisar antara 34,93 cm – 36,51 cm, sedangkan dilihat dari rata – rata dosis pupuk majemuk menghasilkan tinggi tanaman berkisar 35,83 cm – 36,06 cm. Pupuk kompos memberikan kontribusi yang cukup banyak yaitu hara yang dikandung
kompos segera tersedia secara
perlahan-lahan sepanjang pertumbuhan tanaman, mampu memperbaiki struktur tanah.
Pupuk majemuk dan pupuk
kompos yang diberikan mampu
menyediakan hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah, disamping itu rizobakteri Bacillus sp merupakan PGPR yang mampu memproduksi hormon pemacu pertumbuhan tanaman yaitu IAA. Sesuai dengan pendapat Aryantha (2002) menyatakan bahwa
rizobakteri Bacillus sp mampu
3
dengan mekanisme kerja PGPR,
dengan memproduksi hormon
pertumbuhan IAA. Bacillus sp
berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan tanah (Wahyudi, 2009). B. Jumlah daun per rumpun
Sidik ragam jumlah daun per rumpun pengaruh media Rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk,
serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 9). Hasil uji F jumlah daun per rumpun disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.Jumlah daun per rumpun bawang merah akibat pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---helai--- Kompos tithonia 31,66 35,33 35,83 34,27 Kompos jerami 33,16 33,66 37,16 34,66 Pupuk kandang 36,33 32,50 30,16 32,99 Rata-rata 33,71 33,83 34,38 KK 17,82
Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah daun per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per
rumpun tanaman bawang merah.
Pemberian media rizobakteri Bacillus
sp kompos jerami dengan dosis pupuk
majemuk 100% menghasilkan jumlah daun per rumpun terbanyak yaitu 37,16 helai tidak berbeda nyata dengan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 50% yaitu 36,33 helai. Hal ini disebabkan pupuk majemuk mampu menyediakan kebutuhan N dan K yang baik untuk pertumbuhan daun. Kompos jerami padi merupakan salah satu bahan
organik yang penting untuk
menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia, dan biologi Tanah dengan nilai produktifitas yang tinggi. Sedangkan menurut Novisan (2001) jumlah daun yang dihasilkan juga
berhubungan dengan kemampuan
tanaman dalam mengabsorsi zat – zat makanan yang ada dalam tanah serta
kemampuan lingkungan lainnya
mempengaruhi pertumbuhan dan
produktifitas tanaman seperti air, suhu, intesitas cahaya matahari.
C. Jumlah umbi per rumpun
Sidik ragam jumlah umbi per rumpun pengaruh media Rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk,
serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata (Lampiran 10) Hasil uji F jumlah umbi per rumpun disajikan pada Tabel 5.
4
Tabel 5.Jumlah umbi per rumpun bawang merah pada pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---rumpun--- Kompos tithonia 8,66 9,00 10,83 9,49 Kompos jerami 8,83 8,83 8,83 8,83 Pupuk kandang 11,16 10,83 7,33 9,77 Rata-rata 9,55 9,55 8,99 KK 20,17
Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus
sp dan dosis pupuk majemuk
menghasilkan rata- rata jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus
sp kompos tithonia dengan dosis pupuk
majemuk 50% menghasilkan jumlah umbi 8,66 rumpun 75% 9,00 rumpun, tidak berbeda nyata dengan pemberian media kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 50% 8,83 rumpun, 75% 8,83 rumpun, 100% 8,83 rumpun dan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk 100% 7,33 rumpun. Tetapi bila dibandingkan dengan pemberian media rizobakteri
Bacillus sp pupuk kandang dengan
dosis pupuk majemuk 50% 11,16 rumpun, 75% 10,83 rumpun.
Hal ini disebabkan karena dengan pemberian pupuk majemuk kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman tersedia dan seimbang, unsur makro sangat dibutuhkan tanaman bawang merah menurut Rahayu dan Berlian (2004), bahwa bawang merah
membutuhkan unsur hara makro (N,P dan K) dan unsur hara mikro yang cukup agar tanaman mampu tumbuh
optimal dan berproduksi tinggi.
Bacillus sp mamapu membuat akar
tanaman tumbuh dengan baik karena
bakteri tersebut mengkoloni akar
tanaman sehingga patogen tidak
mampu merusak akar tanaman akhirnya penyerapan unsur hara dan pemupukan yang diberikan diserap lebih efektif dan kebutuhan hara seperti N, P, K terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
D. Bobot umbi basah per rumpun Sidik ragam bobot umbi basah
per rumpun pengaruh media
Rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk, serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata (Lampiran 11). Hasil uji F bobot umbi basah per rumpun disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.Bobot umbi basah per rumpun bawang merah pada pengaruh media rizobakteri bacillus sp dosis dan pupuk majemuk.
5 Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis pupuk majemuk
50% 75% 100% ---g--- Kompos tithonia 31,23 B b 34,43 B a 38,38 A a Kompos jerami 31,48 C b 35,90 B a 39,01 A a Pupuk kandang 35,65 A a 31,66 B b 25,23 C b KK 13,96
Angka sebaris di ikuti huruf besar yang sama dan angka selajur di ikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus
sp dan dosis pupuk majemuk yang
berbeda pada masing-masing perlakuan terlihat berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus sp kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 100% menghasilkan bobot umbi basah paling tinggi yaitu 39,01 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian media tithonia dengan dosis pupuk majemuk 100% dengan tinggi 38,38 gram, sedangkan dengan pemberian media rizobakteri Bacillus sp pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 100% 25,23 gram menghasilkan bobot umbi basah per rumpun terendah.
Hal ini di sebabkan karena pupuk kompos jerami padi dan thitonia memiliki kadar serat yang lebih besar, membuat rongga – rongga tanah lebih
banyak sehingga umbi lebih mudah berkembang dan mendapatkan unsur hara lebih banyak, sedangkan pupuk kandang memiliki kadar serat yang kecil hingga menyebabkan rongga- rongga tanah padat. Bobot umbi dipengaruhi oleh ketersediaan unsur makro dan mikro, jika unsur hara makro dan mikro rendah, maka hasil dari bobot umbi akan menurun (Samadi dan Cahyono, 2005).
E. Bobot umbi kering
Sidik ragam bobot umbi kering
per rumpun pengaruh media
Rizobakteri Bacillus sp dan pupuk majemuk, serta interaksi kedua faktor
tersebut berpengaruh tidak nyata
(Lampiran 12) Hasil uji F bobot umbi kering disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7.Bobot umbi kering per rumpun bawang merah pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis pupuk majemuk
50% 75% 100% ---g--- Kompos tithonia 29,28 B b 32,11 AB a 35,65 A a Kompos jerami 28,95 B b 33,05 A a 36,58 A a Pupuk kandang 32,85 A a 28,98 B b 22,71 C b KK 15,37
Angka sebaris di ikuti huruf besar yang sama dan angka pada lajur di ikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa
pemberian media rizobakteri Bacillus
sp dan dosis pupuk majemuk yang
berbeda pada masing-masing perlakuan terlihat berbeda nyata. Pemberian media rizobakteri Bacillus sp kompos
6 jerami dengan dosis pupuk majemuk 100% menghasilkan bobot umbi kering per rumpun tertinggi yaitu 36,58 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian media kompos tithonia dengan dosis pupuk majemuk 100% yaitu dengan bobot 35,65 gram, sedangkan dengan pemberian media rizobakteri Bacillus
sp pupuk kandang dengan dosis pupuk
majemuk 100% menghasilkan bobot umbi kering per rumpun terendah dengan bobot 22,71 gram.
Hal ini disebabkan kompos thitonia dan kompos jerami padi memiliki serat yang lebih kasar di bandingkan dengan pupuk kandang memiliki serat yang kecil, sehingga ruang tanah banyak tertutup dan
membuat umbi sulit berkembang dan
mendapatkan unsur hara. Besar
kecilnya masing – masing umbi akan
berpengaruh terhadap kemampuan
produksi dari masing – masing
perlakuan tersebut (Sumiarti dan
Soetiarso, 2003).
F. Klasifikasi umbi per rumpun Klasifikasi umbi per rumpun dilihat berdasarkan diameter umbi bawang merah, kemudian dipisahkan dari beberapa kriteria : Besar, Sedang dan Kecil.
Tabel 8. Klasifikasi umbi per rumpun umbi bawang merah dipisahkan berdasarkan kriteria (Umbi besar + Umbi sedang)
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis pupuk majemuk
50% 75% 100%
---%---
Kompos tithonia 63,50 77,80 55,38
Kompos jerami 75,48 57,58 88,68
Pupuk kandang 58,20 61,40 61,35
Tabel 8 memperlihatkan bahwa pemberian media rizobakteri Bacillus
sp dan pupuk majemuk menghasilkna
kriteria umbi yang berbeda-beda,
dimana umbi yang berdiameter sedang paling banyak dibandingkan dengan umbi yang berdiameter besar dan diameter kecil. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang terdapat dalam media rizobakteri bacillus sp dan pupuk majemuk sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah, sebagai mana Rahayu dan Berlian (2004)
mengatakan bawang merah
membutuhkan unsur hara makro dan mikro yang cukup agar tanaman
mampu tumbuh optimal dan
berproduksi tinggi, pertumbuhan
tanaman yang optimal sangat
dipengaruhi oleh ketersedian hara
makro, mikro dan juga sangat
dipengaruhi oleh faktor genetik. G. Hari muncul gejala pertama
Sidik ragam hari muncul gejala pertama pengaruh media Rizobakteri
Bacillus sp dan pupuk majemuk, serta
interaksi kedua faktor tersebut
berpengaruh tidak nyata (Lampiran 13) Hasil uji F hari muncul gejala pertama disajikan pada Tabel 9.
7
Tabel 9. Hari muncul gejala pertama bawang merah pengaruh media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---hari--- Kompos tithonia 28,00 28,00 28,00 28,00 Kompos jerami 25,83 26,00 30,33 27,38 Pupuk kandang 31,50 28,16 28,16 29,27 Rata-rata 28,44 27,38 28,83 KK 10,51
Angka – angka pada kolom dan baris pada jumlah umbi per rumpun tidak berbeda nyata menurut uji F.
Tabel 9 memperlihatkan bahwa
pemberian media rizobakteri Bacillus
sp dan dosis pupuk majemuk
menghasilkan interaksi dan rata-rata hari muncul gejala pertama tidak berbeda nyata. Dilihat dari rata-rata hari muncul gejala pertama, Pemberian
media rizobakteri Bacillus sp
mengahasilkan rata-rata hari muncul gejala pertama berkisar antar 27,38 hari – 29,27 hari, sedangkan kalau dilihat dari dosis pupuk majemuk menghasilkan rata-rata hari muncul gejala pertama berkisar antara 27,38 hari – 28,83 hari. Pemberian pupuk organik mampu memperbaiki sifat
fisika dan kimia tanah juga
meningkatkan ketersedian unsur hara bagi tanaman. Menurut Rizqiani et al. (2007) mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki
pertumbuhan, mempercepat panen,
mempepanjang masa atau umur
produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman.
H. Intesitas penyakit hawar daun bakteri (HDB)
Intesitas serangan penyakit Hawar Daun Bakteri pada bawang merah tidak di uji secara statistik. Data hasil perhitungan di tampilkan pada tabel 10.
Tabel 10.Intesitas penyakit hawar daun bakteri bawang merah pada pengaruh media rizobakteri bacillus sp dan dosis pupuk majemuk.
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---%--- Kompos tithonia 19,94 15,48 19,48 18,30 Kompos jerami 16,32 19,25 16,27 17,28 Pupuk kandang 20,81 15,40 21,54 19,25 Rata-rata 19,02 16,71 19,09 Tabel 10 memeperlihatkan
bahwa pemberian media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk
bahwa setiap perlakuan yang berbeda menghasilkan intesitas penyakit hawar
daun bakteri berbeda yang berbeda juga. Pemberian media kompos tithonia dengan dosis pupuk majemuk 75% dengan intesitas 15,48% menghasilkan tingkat serangan penyakit hawar daun bakteri paling sedikit sekali, relatif
8 sama dengan pemberian media kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 50% yaitu 16,32% dan dosis pupuk
majemuk 100% dengan intesitas
16,27%. Sedangkan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk majemuk 100% kerusakan 21,54% adalah tingkat serangan sedikit, relatif sama dengan pemberian media pupuk kandang dengan dosis pupuk 50% yaitu 20,81%.
Bacillus sp telah banyak
dilaporkan mampu menginduksi
ketahanan sistemik pada berbagai jenis
tanaman terhadap berbagai jenis
patogen ataupun hama serangga. Selain dikenal sebagai agen hayati pada berbagai penyakit tanaman, menurut Kloepper et al (2004), kelompok
Bacillus sp, juga dikenal sebagai
bakteri kelompok plant growth
promoting rhizobakteria (PGPR) yang mampu memacu pertumbuhan dan
menginduksi ketahanan tanaman
terhadap penyakit melalui berbagai mekanisme, seperti antibiotis, lisis, kompetisi, parasitisme dan induksi ketahanan.
I. Persentase tanaman bergejala penyakit HDB
Persentase tanaman bergejala penyakit HDB pada bawang merah tidak di uji secara statistik. Data hasil perhitungan di tampilkan pada tabel 11
Tabel 11.Persentase tanaman bergejala penyakit hawar daun bakteri bawang merah pada pengaruh media rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk
Media Rizobakteri
Bacillus sp
Dosis Pupuk Majemuk
50% 75% 100% Rata-rata ---%--- Kompos tithonia 100 100 100 100 Kompos jerami 100 100 100 100 Pupuk kandang 100 100 100 100 Rata-rata 100 100 100 Tabel 11 memperlihatkan
bahwa pemberian media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk
yang berbeda pada masing – masing perlakuan terlihat sama. Pemberian rizobakteri Bacillus sp dan dosis pupuk
majemuk mampu mengurangi
persentase tanaman bergejala penyakit hawar daun bakteri pada tanaman
bawang merah meskipun belum
maksimal. Semua tanaman terserang oleh penyakit hawar daun bakteri, namun tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dan hasil bawang merah, karena yang bergejala hanya bagian ujung daun bawang merah saja.
Hal ini disebabkan penyakit hawar daun bakteri (HDB) sulit dikendalikan karena patogen penyebab penyakit bertahan di dalam tanah, berpindah melalui benih, air, alat-alat pertanian dan menginfeksi beberapa jenis gulma tanpa memperlihatkan gejala (Raumagnac et al., 2004; Schwartz dan gent, 2005).
Salah satu patogen yang
menyebabkan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) pada bawang merah
adalah bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. alli (Xaa). Rizobakteri Bacillus sp belum maksimal sebagai
agen hayati pada tanaman bawang merah sesuai yang terlihat di lapangan
9
belum bisa mengurangi serangan
penyakit hawar daun bakteri pada tanaman bawang merah.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Pengaruh 10 ton/ha kompos jerami padi sebagai media rizobakteri
Bacillus sp dan 100% takaran
rekomendasi pupuk majemuk
menghasilkan bobot umbi basah
tertinggi sebesar 39,01 gram per rumpun dan bobot umbi kering 36,58 gram per rumpun.
Sesuai dengan kesimpulan,
untuk mendapatkan hasil produksi bawang merah yang maksimal apabila menanam bawang merah dengan
menggunakan media rizobakteri
Bacillus sp dan dosis pupuk majemuk ,
maka disarankan menggunakan media rizobakteri Bacillus sp kompos jerami dengan dosis pupuk majemuk 100%.
10 DAFTAR PUSTAKA
AAK, 2004. Pedoman Bertanam
bawang, Kanisius, Yogyakarta.
Anonim. 2006. Program
pengembangan bawang merah di Indonesia dan implementasi
GAP. Makalah dalam
apresiasi penanggulangan
OPT Tanaman sayuran tgl 3 – 6 Oktober 2006 di Nganjuk. Anonim. 2007. Cara Praktis Membuat
Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Baswarsiati . 2000. Tiga Varietas Unggul Bawang Merah. BPTP Jawa Timur.
BPS. Balai Pusat Statistik, 2012. Komoditas Indonesia. Jakarta 1 Agustus 2012
Dewinurfita. 2012. Untung Segunung
Bertanam Aneka Bawang
Merah, Bawang Putih,
Bawang Bombay. Pustaka
Baru Press. Yogyakarta.
Dipertahornakbun. 2012. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, peternakan dan Perkebunan.
Ernita, M., Nasrun, dan N, Suhardi, 2010, Karakteristik Respon Fisiologis Tanaman Bawang Merah yang Diinduksi dengan rhizobakteria indigemes, j. Embrio . 30 : 2. 110 – 116. Fritze, D. 2004. Taxonomy of the
Genus Bacillus and Related
General The Aerobic
Endopore-forming Bacteria.
Phytopath. 94 : 1245-1248.
Hardjowigeno, 1997. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta
Hakim N. 2001. Kemungkinan
penggunaan Tithonia sebagai sumber bahan organik dan nitrogen. Kumpulan Publikasi Hasil Penelitian Pemanfaatan Thitonia. Universitas Andalas Padang.
Hidayat, Y dan R. Rosliani., 1996. Pengaruh Pemupukan N. P. Dan K pada Pertumbuhan dan
produksi Bawang Merah
Kultifar Sumenep. Jurnal
Hortikultura 5 (5). 39 – 43. Kloeper 1978. Prosiding Kongres
Internasional Keempat
Tanaman, yang dilakukan Di Prancis.
Lingga, P dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 Hal. Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novisan. 2001. Petunjuk pemupukan
yang efektif. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 114 Hal.
Rahayu, 2008. Bertanam Sayur
Organik. Penebar Swadaya. Jakarta 112 hlm.
Rahayu, E, dan Berlian, N. V. A, 2004.
Bawang Merah. Penebar
Swadaya, Jakarta, hal 94. Rita. 2002. Pemanfaatan Tithonia
(Tithonia difersivola) sebagai bahan substitusi N dan K pupuk buatan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) pada
11 ultisol. Skripsi. Fakultas pertanian Unand. Padang. 56 hal.
Samadi dan B. Cahyono. 2005. Bawang Merah Intensifikasi
Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta 176 Hal.
Sartono, J. P. 2006. Makalah Pelepasan
Varietas Unggul Bawang
Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayur. Hal 73. Singh, S.P and Verma, A.B, 2001.
Response of onion (Allium
cepa) to Potassium aplication.
Indian Journal of agronomy 46, 182 – 185.
Siska , R. 2000. Respon Tanaman Melon (Cucumis melon) Pada Beberapa Takaran Bokashi Tithonia. Skripsi. Universitas Andalas. Pa dang. 50 Hal. Suprapto dan I.B Aribawa. 2002.
Pengaruh Risidu Beberapa Jenis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah di Lahan kering. 175 hal.
Sumiarti, N. dan Soetiarso, T. A. 2003. Pengaruh dan Ukuran Umbi Bibit Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Biaya Produksi
Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. Vol. 8 No. 2. 150 – 185 hal.
Sudarmanto . 2009. Bawang Merah. Delta Media. Surakarta 42 hlm.
Timmusk, S., E.G.H. Wagner. 2004.
The plant-growthpromoting
rhizobacterium paenibacillus
polymixainduces changesin
Arabidopsis thaliana
geneexpression – a possible connection between bioticand
abiotic stress responses.
http:\www.agauburn.edu/arge ntina/pdfmamuscripts/pal.pdf[ 26 Okt 2004].
Wahyudi, P. 2002. Uji Antagonistik
Trichoderma viride dan
Trichoderma harzianum
Terhadap Jamur Gloesporium
sp. Penyebab Penyakit
Antraknosa Pada Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Wibowo, Singgih. 2008. Budidaya
Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.
Widya Yrama. 2008. Pedoman
Bertanam Bawang Merah.
Tim Bina Karya Tani.