Pola Layanan Kliping Surat kabar (Service Pattern of Newspaper Clipping)

(1)

Subagyo Perpustakaan | Pola Layanan Kliping Surat kabar (Service Pattern of Newspaper Clipping)

Copyright Ir. Subagyo [email protected]

http://ir.su45.staff.ipb.ac.id/2010/05/15/pola-layanan-kliping-surat-kabar-service-pattern-of-newspa per-clipping/

Pola Layanan Kliping Surat kabar (Service

Pattern of Newspaper Clipping)

Pola Layanan Kliping Surat Kabar (Service Pattern of Newspaper Clipping)

Oleh : Subagyo *)

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor

2005

Abstrak :

Informasi berupa kliping surat kabar diperlukan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhannya. Tujuan pelayanan atau penyajian informasi kliping surat kabar yaitu pengelola perpustakaan diharapkan dapat mewujudkan informasi dengan cepat, akurat dan mutakhir. Pola pembuatan kliping surat kabar dapat digolongkan ke dalam tiga teknik yaitu konvensional, transisi, digital. Ketiga cara ini dapat bersifat aktif atau pasif dalam aktivitasnya. Keberadaan kliping surat kabar dapat diperoleh dampak nilai tambah bagi pengelola kliping surat kabar. Kemajuan teknologi

informasi pada masa sekarang telah sangat mendukung kecepatan aliran informasi, dan desentralisasi telah memunculkan kemitraan kerja lembaga. Pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan terwujud melalui kekayaan pemilikan informasi.

Kata Kunci : Kliping surat kabar, Konvensional, Digital, Berbagi sumberdaya informasi

(2)

http://ir.su45.staff.ipb.ac.id/2010/05/15/pola-layanan-kliping-surat-kabar-service-pattern-of-newspap er-clipping/

Abstract :

Newspaper clipping is provided to fulfill public need for information. The objective of the newspaper clipping service is to provide fast, accurate and uptodate information for users at library. Processing pattern of newspaper clipping is grouped into three techniques, namely conventional, transition, and digital techniques. Clipping service could increase added value of library service. The rapid progress of information technology has impact on the fast at information flow. On the other hand,

decentralization has influenced joint work at some different organizations. Ease access and use at information by public, will at last create public properity.

Keywords : Newspaper clipping, Conventional, Digital, Information resource sharing

1. I. Pendahuluan

Seperempat abad (25 tahun) merupakan waktu yang cukup lumayan lama. Seperti dalam program pemerintah dikenal sebagai Pelita ke lima atau dalam kehidupan rumah tangga dapat dikatakan waktu ulang tahun “kawin perak”. Kemudian waktu memasuki tahap berikutnya, pemerintah menetapkan progam yang dikenal dengan tahap Propenas. Dalam ukuran rumah tangga, tentu kepala rumah tangga sudah mempunyai generasi (turunannya) sebagai anak yang sudah dewasa dan mandiri. Pengertian dewasa dan mandiri bahwa generasi telah mampu membuat

kemajuan-kemajuan yang lebih berarti berdasarkan pengetahuan maupun keterampilan yang diperolehnya selama mengikuti pendidikan atau

pelatihan-pelatihan dalam proses hidupnya.

Perpustakaan Nasional mempunyai misi untuk menghimpun, menyimpan dan

bertindak sebagai tempat deposit permanen bagi seluruh publikasi yang diterbitkan

(3)

di dalam negeri. Publikasi-publikasi tersebut mencakup antara lain buku, majalah dan surat kabar. Akan tetapi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) hanya mewajibkan kepada penerbit hanya berupa dua buku, dimana PNRI

berkewajiban memberikan ISBN (International Standard Book Number). Sedangkan deposit majalah atau jurnal merupakan kewajiban PDII-LIPI (Pusat Dokumentasi Ilmiah Indonesia – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dimana PDII-LIPI

berkewajiban memberikan ISSN (International Standard Serial Number). PNRI telah memberikan pelayanan informasi mengenai deposit yang telah diterima melalui bibliografi nasional yang diterbitkannya. Sepanjang pengamatan kami bahwa ketentuan bagi surat kabar kurang begitu jelas merupakan kewajiban lembaga mana yang menjadi tempat depositnya. Surat kabar merupakan suatu media massa yang memuat informasi secara cepat, akurat, dan muthakir. Isi informasi ini cepat sekali menjadi usang dengan berjalannya waktu. Meskipun demikian masih

terdapat suatu informasi yang mungkin sangat dibutuhkan oleh pembaca atau pengguna. Bagian inilah yang mungkin menjadi perhatian bagi pustakawan untuk melakukan pemotongan dan menyimpannya ke dalam suatu bundel atau kelompok tertentu dengan berbagai teknik yang dikenal sebagai pekerjaan kliping surat

kabar.

Mengapa pustakawan perlu melakukan pembuatan kliping surat kabar? Hal ini secara jelas bahwa pustakawan telah mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pada saat ini maupun masa mendatang terhadap informasi khususnya muatan dari media massa surat kabar yang mungkin sangat dibutuhkan masyarakat atau

pengguna, sehingga pustakawan dapat menyajikan informasi dengan cepat, akurat dan mutakhir. Dengan demikian penyajian tersebut adalah merupakan tujuan dari pustakawan dalam melakukan pembuatan kliping surat kabar. Kelompok

pustakawan harus menentukan kelompok subyek atau aspek apa saja yang perlu dibuat kliping surat kabar, hal ini tergantung kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki dalam suatu unit atau lembaga serta antisipasi kebutuhan pengguna masa mendatang.

1. II. Pola layanan Kliping Surat Kabar

Pola layanan ini dapat ditelusuri mulai dari proses pembuatan, penyajian dan aktivitas dari pelayanan informasinya. Adapun pola tersebut sebagai berikut :

1. A. Proses Pembuatan dan Penyajian Kliping Surat Kabar

(4)

Proses pembuatan dan penyajian kliping surat kabar selama ini dapat dibedakan menjadi tiga pola kelompok budaya pengolahan berdasarkan perkembangan selama ini, yaitu :

1. Konvensional

Cara ini telah banyak dilakukan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Sejak tahun 1980 Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga telah

membuat kliping surat kabar untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi mahasiswanya sesuai kelompok jurusan sebagai kelompok subyek. Secara konvensional karena pelaksanaan kerja dengan cara menggunting artikel surat kabar, dan menempelkan pada selembar kertas kemudian dilakukan pembuatan bundel setelah mencapai 20 lembar serta dilengkapi daftar isi judul artikel.

Penyajian informasi dalam bentuk bundel atau kotak-kotak penempatan kliping surat kabar, sedangkan sarana temu kembali berupa kartu katalog atau lembaran kertas daftar isi dari judul artikel. Lembaran daftar isi dapat disediakan secara setempat (unit bersangkutan) atau disebarkan ke perpustakaan atau instansi lain yang telah menjadi jaringan komunikasi informasi, bahkan kepada perseorangan / pribadi dimana sering membutuhkan informasi artikel surat kabar.

2. Transisi

Sebenarnya cara ini hampir sama dengan cara konvensional, akan tetapi sarana temu kembali mengalami perkembangan. Sarana temu kembali ini dengan memanfaatkan alat elektronik berupa komputer. Deskripsi artikel surat kabar diketik ke dalam suatu basisdata yang menggunakan perangkat lunak tertentu, sehingga pengguna dapat mencari informasi artikel surat kabar melalui komputer baik secara stand alone maupun jaringan LAN (lokal area network), wide area network (WAN), bahkan melalui internet (interconnection network). Akan tetapi artikel masih dalam bentuk cetakan atau bundelan. Sebagai contoh katalog online dan dokumen tersimpan dalam bentuk kertas atau bundel.

3. Digital

(5)

Pada era digital ini telah memungkinkan banyak perkembangan akibat pesatnya teknologi informasi terutama menyangkut perangkat keras komputer dan

kelengkapannya. Teknik penyimpanan dokumen ini dapat dibedakan melalui dua cara yaitu 1) scanning (menggunting artikel surat kabar kemudian dilakukan scan dan dismpan dalam bentuk berkas komputer atau file, 2) download (mengambil berkas artikel surat kabar on line dan disimpan ke dalam berkas tersendiri). Setelah melakukan manajemen file artikel surat kabar, dan membuat metadata (basisdata) yang hyperlink ke fulltext, maka penyajian informasi dapat dilakukan dengan

berbagai bentuk. Bentuk distribusi informasi melalui media CD (compact disk) yang dapat dibaca oleh komputer atau semua data (fulltext dan metadata) disimpan di dalam server, dan pencarian informasi melalui jaringan komputer baik LAN, intranet (WAN) / internet. Sebagai contoh CD kliping surat kabar buatan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang memiliki judul “Fulltect : Kliping elektronik”

1. B. Aktivitas Pelayanan Informasi

Informasi dan berita yang datang dari surat kabar biasanya harian, dan segera ketinggalan jaman jika sudah lewat sehari, maka tentu penyajian pelayanannya haruslah cepat dan tepat sasaran (Pawit M. Yusup, 1994 : 179). Semua informasi yang diterbitkan hari ini harus segera dilayankan hari ini juga kepada

penggunaanya. Dengan demikian pustakawan kliping surat kabar hendaknya bisa mencari bahan-bahan guntingan artikel surat kabar atau download file jauh

sebelum pagi datang. Bahkan jika memungkinkan, persiapan pembuatan kliping ini sejak malam hari ketika surat kabar sedang proses cetak untuk pertama kali

sehingga waktu pelayanan kliping ini tidak ketinggalan dengan surat kabar itu sendiri. Sistem aktivitas layanan kliping ini dapat disebut sebagai pelayanan aktif. Model pelayanan seperti ini memungkinkan banyak pengguna bersedia mengganti biaya operasional pembuatannya. Bahkan model pelayanan aktif ini dapat

memberikan dampak nilai tambah atau bisa mendapatkan keuntungan. Teknik pelaksanaan harus dapat menjalin kerjasama dengan fihak penerbitan atau menjalin kerjasama secara personal atas persetujuan penerbit.

Namun demikian model pelayanan kliping ini tidaklah seaktif seperti hal di atas, pustakawan biasanya membuat kliping surat kabar setelah surat kabar terbit atau dipajang untuk beberapa hari. Oleh karena surat kabar semakin hari semakin

menumpuk menimbulkan keinginan pustakawan membuat kliping beberapa artikel dan berita atau informasi yang diantisipasi penting. Kumpulan kliping artikel ini, baik dalam bentuk bundelan atau kumpulan berkas komputer kemudian disajikan kepada pengguna. Aktivitas penyajian ini dikenal sebagai sistem pelayanan klinping yang bersifat pasif.

(6)

III. Ekonomi Informasi

Kegiatan kliping surat kabar mempunyai tujuan-tujuan, antara lain : melestarikan artikel, menambah literature, mengenalkan analisis baru bagi ilmuwan, penelusuran informasi. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan dokumentasi informasi. Pekerjaan ini biasanya bersifat non-profit karena keberadaannya di lembaga

perpustakaan dan umumnya perpustakaan dalam melayani pengguna banyak bersifat sosial. Oleh karena itu muncul pemikiran dari aspek ekonomi

(komersialisasi) informasi. Menurut Masuda (dalam Pendit, 1994 : 38-39) mengindetifikasi bahwa ekonomi berpangkal pada informasi (information axis economy) yaitu ekonomi yang kebutuhan utamanya adalah informasi, tumbuh berdasarkan produksi dan konsumsi informasi, serta memberi nilai tinggi kepada informasi melebihi nilai benda, energi atau jasa. Hal ini juga menjadi pertanyaan pustakawan sampai sekarang ini.

Apakah perpustakaa n, yang dalam tradisi kepustakawa nan merupakan lembaga yang menyediakan free information kini harus meminta bayaran? Bukankan dengan menjadikan informasi sebagai komoditi maka prinsip kebebasan memakai ( free acces to information ) akan dilanggar? Tidakkah jika page 6 / 106

(7)

http://ir.su45.staff.ipb.ac.id/2010/05/15/pola-layanan-kliping-surat-kabar-service-pattern-of-newspa per-clipping/ perpustakaa n berbisnis informasi maka akan memperbesa r jurang antara mereka yang kaya informasi ( information rich) dengan yang miskin informasi ( information poor)? Sumber : Pendit, Putu Laxman, 1994. Makna dan Peran Informasi dari Masa ke Masa : Ekonomi Informasi dan Informasi Ekonomi. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Ilmu Informasi, Vol. !(2) : 35-59 page 7 / 106

(8)

Untuk bisa berdebat tentang perlu tidaknya perpustakaan menjual informasi, perlu

(9)

dilihat dulu persoalannya. Berbicara mengenai sumber informasi yang akan

(10)

diakses, oleh karena mengadakan sumber informasi itu diperlukan energi maka

(11)

dapat diterjemahkan menjadi biaya. Jika semua orang boleh secara gratis memakai

(12)

sumber informasi berupa koleksi perpustakaan khususnya kliping surat kabar, maka

(13)

dalam bahasa ekonomi ada biaya yang dikeluarkan untuk hal itu, dan para

(14)

pengguna khususnya masyarakat Indonesia bukanlah fihak yang mengeluarkan

(15)

biaya. Hal ini berarti terdapat investasi dalam lembaga-lembaga perpustakaan yang

(16)

dilakukan oleh fihak lain untuk kepentingan para pemakai, atau secara lazim

(17)

dikenal subsidi. Sesungguhnya tidak ada informasi yang gratis (free information),

(18)

apabila diruntut ke belakang maka akan terlihat bahwa pada akhirnya fihak yang

(19)

mengeluarkan biaya adalah pemerintah melalui pajak atau seperti perguruan tinggi

(20)

melalui biaya SPP mahasiswa.

(21)

IV. Kemitraan Kerja Strategis

(22)

Pelaksanaan undang-undang No.22 tahun 1999 sangat diharapkan menjadi

(23)

kenyataan bagi kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah NKRI, dimana hal ini

(24)

juga sesuai pembukaan UUD 45 pada alinea keempat. Undang-undang tersebut

(25)

memberikan dampak pada Kebijakan Daerah terutama wilayah daerah tingkat II

(26)

yang mempunyai kekuasaan atau kewenangan tersendiri dalam mengatur aktivitas

(27)

perpustakaan daerah. Sebelum berlakunya undang-undang tersebut Perpustakaan

(28)

Daerah masih berada dibawah koordinasi Perpustakaan Nasional Republik

(29)

Indonesia. Oleh karena itu sekarang perlu membina antar perpustakaan tersebut

(30)

sebagai mitra kerja dengan Perpustakaan Nasioanal dalam mewujudkan sumber

(31)

informasi secara bersama atau dikenal dengan istilah berbagi sumberdaya

(32)

informasi (resource sharing information). Berkenaan dengan kliping surat kabar,

(33)

tentu Perpustakaan Nasional RI sangat membutuhkan perpustakaan daerah dalam

(34)

mewujudkan keanekaragaman informasi yang meliputi berbagai daerah. Hal ini

(35)

telah ditandai dengan munculnya banyak surat kabar daerah seperti Radar Bogor,

(36)

Radar Madiun, Radar Lampung dan lain-lain. Secara jelas nampak bahwa untuk

(37)

kliping surat kabar yang dikerjakan oleh Perpustakaan Nasional untuk melengkapi

(38)

seluruh wilayah sangat perlu menjalin komunikasi dengan daerah untuk

(39)

mendukung terwujudnya aktivitas yang lebih menyeluruh dan melingkupi wilayah

(40)

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kerjasama dengan perpustakaan

(41)

daerah ini dapat dikatakan sebagai mitra kerja Perpustakaan Nasional RI.

(42)

Secara teknis perlu dilakukan pembicaraan yang serius terhadap beberapa

(43)

Perpustakaan Daerah mengenai subyek atau aspek apa saja yang perlu dilakukan

(44)

pembuatan kliping surat kabar. Adapun untuk mendukung pekerjaan secara cepat

(45)

perlu masing-masing daerah juga melakukan kerjasama dengan fihak penerbitan

(46)

setempat. Kemajuan teknologi sangat mendukung pengiriman bahan artikel surat

(47)

kabar, seperti mesin faksimle, E-mail sehingga penyajian data maupun pelayanan

(48)

informasi dengan segera dapat sampai kepada pengguna.

(49)

Tentu Perpustakaan Nasional harus didukung dengan sumberdaya yang cekatan

(50)

dan terampil untuk mengelola data ke dalam bentuk suatu basisdata maupun

(51)

informasi digital. Dengan demikian mempercepat pelayanan informasi yang telah

(52)

sampai ke Perpustakaan Nasional. Penyimpanan data juga harus hati-hati untuk

(53)

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembuatan backup data baik

(54)

metadata maupun berkas digitalnya.

(55)

Apabila kemitraan kerja ini bisa terwujud, niscaya pelayanan informasi yang

(56)

diberikan oleh Perpustakaan Nasional akan mempunyai dampak nilai tambah dari

(57)

pandangan masyarakat. Akan lebih menarik lagi, jika fihak pengelola baik

(58)

Perpustakaan Nasional maupun Perpustakaan Daerah dapat memperoleh

(59)

penggantian dana yang telah dikeluarkannya dari para pengguna. Pembagian nilai

(60)

tambah secara ekonomi dapat dibagi secara proporsional sesuai dengan kontribusi

(61)

informasi yang dipergunakan atau dimanfaatkan pengguna. Ini merupakan awal

(62)

jalinan kerjasama atau kemitraan kerja strategis setelah berlakunya otonomi

(63)

daerah, sehingga lembaga daerah juga memerlukan lembaga pusat begitu juga

(64)

sebaliknya. Tekad dan semangat atau niat selalu ada, baik Perpustakaan Nasional

(65)

maupun Perpustakaan Daerah tetapi kerjasama yang terus menerus dalam

(66)

pelaksanaan perlu selalu ada kontrol, sehingga masing-masing tidak mengalami

(67)

keteledoran kerja.

(68)

Pelayanan informasi kliping surat kabar sebaiknya dapat dikendalikan oleh PNRI,

(69)

karena PNRI sebagai pengelola terpusat merupakan lembaga yang mengambil

(70)

inisiatif untuk mengumpulkan dan menyimpan data secara menyeluruh atau

(71)

komplit yang melingkupi NKRI.

(72)

Kemitraan kerja strategis ini tidak terbatas dengan Perpustakaan Daerah saja, akan

(73)

tetapi dapat dikembangkan dengan lingkungan perguruan tinggi, lembaga swadaya

(74)

masyarakat (LSM) mengingat fasilitas yang dimiliki masing-masing unit tersebut

(75)

dalam mewujudkan pelaksanaan kerja yang cepat. Kemitraan kerja dengan

(76)

perguruan tinggi dan LSM ini fokus utamanya adalah penyebaran informasi kepada

(77)

masyarakat pengguna atau peningkatan sumberdaya manusia dari masing-masing

(78)

perpustakaan baik PNRI maupun Perpustakaan Daerah.

(79)

http://ir.su45.staff.ipb.ac.id/2010/05/15/pola-layanan-kliping-surat-kabar-service-pattern-of-newspa per-clipping/

1. V. Kesimpulan

(80)

Perpustakaan Nasional harus selalu siap menghadapi tantangan jaman terutama

(81)

pesatnya kemajuan teknologi pada masa sekarang ini, sehingga dapat

(82)

mengantisipasi kebutuhan pengguna akan informasi dengan cepat, akurat dan

(83)

mutakhir. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia selalu menjadi perhatian agar

(84)

tidak ketinggalan jaman terutama untuk mengelola informasi yang berwujud kliping

(85)

surat kabar. Kliping surat kabar dapat dikelompokkan menurut subyek-subyek

(86)

tertentu sesuai kebijakan atau antisipasi informasi yang mungkin banyak

(87)

dibutuhkan masyarakat. Pelayanan informasi kliping surat kabar diusahakan secara

(88)

aktif atau mendekati pelayanan aktif. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat

(89)

akan dapat terwujud melalui distribusi informasi ke masyarakat. Pada akhirnya

(90)

masyarakat akan memberikan penilaian yang sangat memuaskan pada lembaga

(91)

pengelola atas jasa-jasa yang diberikannya.

(92)

Daftar Pustaka

(93)

Atherton, Pauline. 1986. Sistem dan Pelayanan Informasi. Edisi bahasa Indonesia

(94)

oleh Bambang Hartono. Jakarta : Arga Kencana Abadi.

(95)

Lasa. 1994. Pengelolaan terbitan berkala. Yogyakarta : Kanisius.

(96)

Pendit, Putu Laxman. 1994. Makna dan Peran Informasi dari Masa ke Masa :

(97)

Ekonomi Informasi dan Informasi Ekonomi. Dalam Jurnal Ilmu Perpustakaan & Ilmu

(98)

Informasi. Vol. I(2) : 35-59.

(99)

Saepudin, Asep. 2003. Penerapan Teknologi Informasi dalam pendidikan

(100)

Masyarakat. Dalam Jurnal Teknodik, No.12 : 163-172

(101)

Subagyo. Studi Kliping Surat Kabar di Perpustakaan Universitas Satya Wacana

(102)

Salatiga. Laporan praktek kerja. Bandung : Fikom Universitas Padjadjaran.

(103)

Yusup, Pawit M. 1994. Jasa Layanan Perpustakaan dan Informasi. Bandung : Fikom,

(104)

Universitas Padjadjaran.

(105)

Keterangan : *) Penulis menulis artikel ini dalam rangka 25 tahun PNRI (lomba karya

(106)

ilmiah) tahun 2005