• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Hammer Test Dan Ultrasonic Pulse Velocity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Hammer Test Dan Ultrasonic Pulse Velocity"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN

TATA CARA PENGUJIAN PALU BETON (HAMMER TEST) DAN

ULTRASONIC PULSE VELOCITY (UPV)

MODUL PELATIHAN TATA CARA PENGUJIAN HAMMER TEST DAN ULTRASONIC PULSE VELOCITY DISUSUN UNTUK MEMENUHI VISI DARI

KEGIATAN WIRAUSAHA YAITU PENGABDIAN TERHADAP BANGSA MELALUI PENGETAHUAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena hanya dengan rahmat dan ridho-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul pelatihan ini. Modul ini untuk memenuhi visi dari mata kuliah wirausaha Politeknik Negeri Bandung.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian modul ini. Ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Hendry.Dipl.Ing.HTL.,MT selaku pengajar mata kuliah kewirausahaan.

2. Bapak Yulianto,Drs.,MM selaku pengajar mata kuliah kewirausahaan. 3. Bapak Sumargo,Ir,M.Sc.,Ph.D selaku pengajar mata kuliah perawatan

bangunan.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

5. Serta semua sahabat dan rekan-rekan yang telah membantu penulis terutama rekan-rekan TPPG 2010 lainnya.

Sebagai manusia biasa, Penulis menyadari bahwa Penulisan modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca modul pelatihan ini baik dosen maupun mahasiswa atau pelaku konstruksi, untuk menyempurnakan dan memperbaiki dikemudian hari. Penulis mengharapkan ada perbaikan dari dosen Politeknik Negeri Bandung untuk memperbaiki modul pelatihan ini demi kepentingan perkuliahan di lingkungan kampus Politeknik Negeri Bandung. Penulis tidak bertanggungjawab atas penyalahgunaan modul. Semoga modul pelatihan ini berguna bagi pembaca.

Bandung, 26 April 2014

(3)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Spesifikasi Pelatihan ... i v Panduan Pembelajaran... v BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian NDT ... 1

1.2 Peralatan dan Fungsi Alat NDT... 2

1.3 Penerapan NDT... 3

1.4 Pemeriksaan Visual ... 4

1.4.1 Alat Dan Peralatan Untuk Inspeksi Visual ... 5

1.4.2 Prosedur Umum Inspeksi Visual ... 6

1.4.3 Aplikasi Inspeksi Visual ... 6

BAB II. HAMMER TEST 2.1 Pengertian ... 7

2.2 Fungsi ... 10

2.3 Standar Pengujian ... 11

2.4 Tata Cara Pengujian ... 11

2.4.1 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3) ... 11

2.4.2 Mempersiapkan Alat ... 13

2.4.3 Pengecekan Objek Struktur ... 13

2.4.4 Tahap Pengujian ... 14

2.5 Tata Cara Analisis ... 19

2.5.1 Estimasi Kuat Tekan ... 19

2.5.2 Estimasi Kuat Tekan Rata-rata ... 20

2.5.3 Estimasi Standar Deviasi ... 20

2.5.4 Estimasi Kuat Tekan Karakteristik ... 21

2.6 Contoh Kasus ... 22

BAB III. ULTRASONIC PULSE VELOCITY 3.1 Pengertian ... 24

(4)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

iii

3.2 Fungsi ... 27

3.3 Standar Pengujian ... 28

3.4 Tata Cara Pengujian ... 28

3.4.1 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3) ... 28

3.4.2 Mempersiapkan Alat ... 29

3.4.3 Pengecekan Objek Struktur ... 30

3.4.4 Tahap Pengujian ... 31

3.5 Tata Cara Analisis ... 33

3.5.1 Estimasi Kuat Tekan ... 34

3.5.2 Estimasi Kepadatan Beton ... 36

3.5.3 Estimasi Kedalaman Retakan ... 36

3.5.4 Esimasi Modulus Elastisitas Beton ... 39

3.5.5 Estimasi Mutu Beton Karakteristik ... 40

3.6 Contoh Kasus ... 41

BAB IV. TAMBAHAN 4.1 PCACOL ... 45

4.1.1 Tata Cara Analisis ... 45

4.2 RESPONSE 2000 ... 50

4.2.1 Tata Cara Analisis ... 50 BAB V. DAFTAR PUSTAKA

(5)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

iv

SPESIFIKASI PELATIHAN

A. TUJUAN UMUM

Tujuan Umum Pelatihan

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pengujian tanpa merusak pada struktur beton, mencakup pemeriksaan visual, perencanaan pengujian, pelaksanaan pengujian hingga mengolah data hasil pengujian dengan memperhatikan aspek K-3.

Tujuan Khusus Pelatihan

1. Mengenalkan & memahami tentang Non-destructive Test.

2. Memahami tahapan pengujian NDT pada beton.

3. Mampu melaksanakan pengujian.

4. Mampu mengolah data hasil pengujian.

5. Mampu menerapkan unsur K-3 pada pelaksanaan.

6. Mampu memeriksa hasil pelaksanaan pengujian struktur NDT.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Modul “pelatihan pengujian palu beton dan ultrasonic pulse velocity” ini dibuat untuk menunjang unit kompetensi pelatihan sehingga peserta mampu menerapkan kompetensi dengan benar selama melakukan pekerjaan.

Kriteria Penilaian

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Melaksanakan Pengujian dengan memperhatikan aspek K-3

(6)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

v

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. PENJELASAN SINGKAT MODUL

No Judul Keterangan

1 Pengertian NDT Menjelaskan mengenai pengertian NDT

dan aplikasi NDT dilapangan

2 Peralatan dan Fungsi Alat NDT Menjelaskan mengenai macam-macam

peralatan NDT pada beton yang sering digunakan beserta fungsi masing-masing alat tersebut.

3 Penerapan NDT Menjelaskan mengenai aplikasi

pengujian NDT HAMMER TEST

4 Pengertian Menjelaskan pengertian dan sejarah

hammer test

5 Fungsi Menjelaskan mengenai tujuan dari

pengujian hammer

6 Standar Pengujian Menjelaskan standar dan persyaratan

dalam pengujian hammer

7 Tata Cara Pengujian Menjelaskan mengenai tahapan

pengujian hammer

8 Tata Cara Analisis Menjelaskan mengenai tata cara

mengolah hasil pengujian

9 Contoh Kasus Menjelaskan mengenai contoh aplikasi

hammer hingga tahap analisis hasil pengujian

UPV

10 Pengertian Menjelaskan mengenai pengertian dan

sejarah UPV

11 Fungsi Menjelaskan mengenai fungsi / tujuan

pengujian beton dengan UPV

12 Standar Pengujian Menjelaskan mengenai standar UPV

13 Tata Cara Pengujian Menjelaskan mengenai tahapan

pengujian

14 Tata Cara Analisis Menjelaskan mengenai tata cara

mengolah data hasil pengujian

15 Contoh Kasus Menjelaskan mengenai contoh aplikasi

UPV hingga tahap analisis hasil pengujian

Tambahan

16 PCACOL Menjelaskan mengenai tata cara

membuat diagram interaksi kolom

17 RESPONSE 2000 Menjelaskan mengenai tata cara

menghitung kapasitas penampang balok / Mn pada balok beton bertulang

(7)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

vi

B. PROSES PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR

KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan

 Mengikuti penjelasan dengan tenang. INFOCUS,

laptop Latar Belakang NDT  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Pengenalan

Macam-Macam Alat NDT

 Mengikuti penjelasan dengan tenang dan aktif.

INFOCUS, laptop Pengenalan Hammer

Test

 Mengikuti penjelasan dengan tenang dan aktif.

INFOCUS, laptop Fungsi Hammer Test  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Standar yang

digunakan

 Mengikuti penjelasan dengan tenang dan aktif.

INFOCUS, laptop Tata Cara Pengujian  Ikut serta aktif dalam mengenal dan

memperagakan alat

INFOCUS, hammer test Tata Cara Analisis  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop

Pengenalan UPV  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop

Fungsi UPV  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Standar yang

digunakan

 Mengikuti penjelasan dengan tenang dan aktif.

INFOCUS, laptop Tata Cara Pengujian  Ikut serta aktif dalam mengenal dan

memperagakan alat

INFOCUS, UPV Tata Cara Analisis  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Simulasi Studi Kasus  Ikut serta aktif dalam pembahasan studi

kasus

INFOCUS, laptop Example Pengujian

Hammer Test

 Peserta berperan aktif dalam simulasi pengujian

INFOCUS, hammer test Example Pengujian

UPV

 Peserta berperan aktif dalam simulasi pengujian

INFOCUS, UPV Pengenalan ETABS  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Pengenalan PCACOL  Mengikuti penjelasan dengan tenang dan

aktif.

INFOCUS, laptop Pengenalan Response

2000

 Mengikuti penjelasan dengan tenang dan aktif.

INFOCUS, laptop

(8)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Non-destructive Test (NDT)

Non-destructive Test atau uji tak merusak adalah Teknik Pengujian Material Tanpa Merusak Benda Uji. Pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati batas toleransi kerusakan. Metode NDT lebih praktis dibanding DT disamping karena NDT tidak merusak benda uji juga karena NDT lebih efektif karena bisa dilakukan langsung di lapangan tanpa harus membawa benda uji ke lab. Terlebih dahulu seperti hal-nya pengujian kuat tekan beton di lab.

Para ahli NDT sudah mulai menggunakan peralatan mekanis untuk memudahkan pekerjaan dalam men-identifikasi tingkat kerusakan benda uji, sebagai ilustrasi terdapat jembatan tua di salah satu negara di Asia Tenggara, untuk menilai tingkat kerusakan yang berhubungan erat dengan kapasitas aktual struktur jembatan para ahli cukup mendeteksi titik-titik kerusakan dengan alat bantu ultrasonik yang di setting sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi retak atau void sebagai contoh yang terjadi antara daya lekat beton dan baja tendon yang terjadi korosi cukup fatal yang mengakibatkan terdapat void akibat faktor usia jembatan dan faktor lingkungan, metode NDT dikenal lebih efisien dibanding DT, dan lebih banyak digunakan dikarenakan banyak-nya struktur yang tidak mungkin diambil sampel dari lokasi struktur tersebut ke tempat pengujian lab.

NDT dalam dunia sipil berkembang pesat di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang dan lainnya. Salah-satu dasar pertimbangan para ahli dalam mengembangkan NDT adalah karena kompleks-nya kerusakan yang mungkin terjadi pada suatu struktur yang tidak mungkin atau akan sangat sulit dilakukan dengan metode DT (destructive test) yang memiliki resiko tinggi seperti merusak material yang dapat mempengaruhi struktur lainnya. Sebagai contoh di salah-satu negara Asia Tenggara dilakukan penelitian mengenai alat mekanis ultrasonik dalam men-deteksi retak dan void yang terjadi pada struktur beton, dalam melakukan penelitian-nya para ahli disana menggunakan sampel struktur

(9)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

2

jembatan tua yang sudah tidak di fungsikan lagi dalam mendeteksi crack dan void terutama antara daya lekat beton dan baja tendon akibat korosi, dalam melakukan penelitiannya para ahli melakukan pengujian NDT dengan alat UPV dan melakukan pembuktian dengan cara memotong bagian struktur yang di-identifikasi memiliki crack dan void.

1.2 Peralatan dan Fungsi Alat NDT

Dilihat dari segi objek benda uji, NDT dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu:

surface test (pengujian pada permukaan).

inside test (pengujian pada isi material).

Sebaiknya pada saat pengujian dilakukan, terlebih dahulu merencanakan mengenai tujuan dan target NDT (misal surface atau inside), baru digunakan metoda NDT dengan alat yang tepat. Dalam dunia teknik sipil, ada beberapa alat yang digunakan diantaranya:

Rebound hammer test

Alat uji estimasi kuat tekan permukaan beton.

Profometer test.

Mendeteksi Jarak tulangan, tebal selimut beton dan diameter tulangan.

Corrosion analysis instrument (CANIN). Estimasi laju korositas baja tulangan.

Ultrasonic pulse velocity.

Estimasi kuat tekan beton, kedalaman retakan, letak void, modulus elastisitas, dan lainnya.

Depth crack.

Estimasi kedalaman retakan pada retak permukaan.

Widht crack.

Estimasi lebar retakan permukaan struktur.

Coating thickness.

Estimasi tebal cat terpasang pada struktur. Sangat berguna bagi pengecekan tebal cat pelindung pada struktur baja.

(10)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

3

Terdapat juga beberapa alat lainnya seperti alat detektor tebal pelat lantai atau carbonation test untuk melihat pH atau tingkat keasaman dari lingkungan beton yang mempengaruhi baja tulangan serta peralatan lainnya. Peralatan NDT umumnya di produksi oleh produsen tertentu seperti james instrument dan lainnya sehingga masing-masing peralatan pada umumnya memiliki spesifikasi yang berbeda-beda akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan dalam hal pengoperasiannya.

1.3 Penerapan NDT

Dalam dunia teknik sipil NDT biasanya digunakan untuk beberapa fungsi diantaranya :

Dalam pelaksanaan konstruksi (tahapan konstruksi) NDT dilakukan sebagai rujukan ketika hasil kuat tekan beton di lab. tidak memenuhi syarat SNI 03-2847-2002 atau peraturan beton bertulang Indonesia tahun 1971. Rujukan dari SNI yaitu pengujian palu beton terhadap struktur aktual dengan hasil pengujian dianggap memenuhi apabila min.80% f’c yang disyaratkan.

 Estimasi kapasitas struktur aktual di lapangan seperti kapasitas bangunan lama/heritage, kapasitas bangunan terhadap rencana retroviting bangunan, kapasitas struktur terhadap rencana perubahan fungsi bangunan dan lainnya.

 Sebagai langkah dari perawatan dan perbaikan bangunan atau infrastruktur yaitu pengecekan kondisi struktur aktual di lapangan seperti perawatan jembatan : pengecekan laju korositas baja, retak dan lain-lain.

 Untuk kepentingan lainnya seperti mendeteksi kerusakan, menilai tingkat kerusakan dan lain-lain terutama yang berhubungan dengan penilaian batas toleransi kerusakan suatu struktur.

Pada umumnya beton bertulang memiliki umur yang berkaitan dengan depresiasi struktur (penurunan kualitas struktur) dalam jangka waktu tertentu sehingga pengujian pada saat konstruksi dan pada bangunan eksisting yang sudah jadi sangatlah berbeda, perbedaan yang mencolok dari pengujian terhadap gedung eksisting yang sudah berumur lama yaitu permasalahan akan faktor depresiasi bangunan atau kapasitas layan bangunan eksisting yang mengalami penurunan

(11)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

4

mutu. Berdasarkan PBI hal.34 umur beton normal bisa mencapai hingga 135% pada saat umur 1 tahun seperti berikut :

Tabel 1 : Perbandingan kuat tekan beton

Umur (Hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35

Semen Portland Kekuatan awal tinggi

0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20

NDT biasanya digunakan dalam beberapa hal seperti untuk estimasi mutu beton, tebal selimut beton aktual, tebal cat aktual, laju korositas tulangan baja, mendeteksi keberadaan crack, kerusakan atau cacat pada material, ataupun untuk mendapatkan data-data material terpasang ketika tidak ada as build drawing.

1.4 Pemeriksaan Visual

Pemeriksaan visual adalah pemeriksaan kondisi aktual dilapangan untuk mendapatkan data-data tertentu dan pemeriksaan visual merupakan langkah pertama sebelum melakukan pengujian non-destructive. Biasanya pemeriksaan visual menggunakan kamera untuk melihat sejauh mana kerusakan yang terjadi. Analisa dilakukan dengan melihat kondisi lapangan, gambar, data lalu menyimpulkannya dengan melihat standar kerusakan yang ada.

Pemeriksaan visual merupakan hal yang paling penting dari semua tes non - destruktif. Pengujian visual ini dapat memberikan informasi berharga bagi orang yang sudah terlatih atau berpengalaman dalam menilai kondisi struktur yang akan dilakukan pengujian dan sebagai parameter untuk menentukan metode non-destruktif apa yang cocok digunakan serta letak struktur mana yang layak di uji. Pemeriksaan visual mempengaruhi terhadap rencana pelaksanaan NDT, seperti berikut ini :

 Pengerjaan / metode

Dalam pemeriksaan visual kita dapat menyimpulkan metode mana yang tepat dalam melaksanakan pengujian dan penentuan alat, sebagai contoh pengujian pada struktur kolom dan balok memiliki metode yang berbeda karena beberapa faktor diantaranya faktor ketinggian.

(12)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

5

Dengan memeriksa secara visual terkadang para ahli dapat melihat kerusakan yang terjadi dan dapat menilai berdasarkan visual apakah struktur dapat di perbaiki atau dilakukan perkuatan ataupun demolis karena tingkat kerusakan yang begitu besar.

 Jenis kerusakan.

Dengan memeriksa secara visual kita dapat menentukan titik-titik kritis yang perlu di uji berdasarkan jenis kerusakan, terkadang kita dapat menyimpulkan beberapa kerusakan yang tidak perlu di uji karena kerusakan yang tidak parah atau karena kerusakan tersebut dapat dilihat secara visual sehingga tidak perlu dilakukan pengujian dan langsung dilaksanakan perbaikan.

Pemeriksaan visual memberikan gambaran mengenai kondisi struktur dilapangan sehingga dapat menganalisa kerusakan atau gejala yang terjadi misalnya retak, disintegrasi, perubahan warna, pelapukan, cacat permukaan dan kurangnya keseragaman.

Informasi dapat dikumpulkan dari inspeksi visual untuk memberikan indikasi awal dari kondisi struktur dan memungkinkan perumusan program pengujian berikutnya. Dalam melaksanakan inspeksi visual aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah :

 struktur yang sedang diselidiki.

 struktur sekitar.

 lingkungan.

 iklim.

1.4.4 Alat Dan Peralatan Untuk Inspeksi Visual

Seorang insinyur melakukan survei visual yang harus dilengkapi dengan alat untuk memfasilitasi pemeriksaan. Ini melibatkan sejumlah aksesori umum yang disesuaikan dengan kebutuhan, dalam inspeksi visual pada struktur beton biasanya membawa alat seperti penggaris, spidol, meteran, kamera, alat pengukur suhu (bila diperlukan), bagan warna beton (bila diperlukan), kartu pengukur lebar keretakan dan lain sebagainya.

(13)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

6

1.4.5 Prosedur Umum Inspeksi Visual

Sebelum tes visual dilakukan insinyur harus membaca dengan teliti semua aspek seperti gambar shop drawing, rencana dan elevasi untuk lebih mengenal kondisi struktur dan lingkungan dilapangan. Dokumen yang tersedia juga harus diperiksa dan ini termasuk :

 spesifikasi teknis.

 laporan terakhir dari tes atau pemeriksaan dilakukan.

 catatan konstruksi.

 rincian bahan yang digunakan.

 metode dan tanggal konstruksi.

 dll.

Survei harus dilakukan secara sistematis dengan memperhatikan berbagai aspek dan semua cacat struktural ataupun hal yang dianggap memungkinkan akan berdampak merugikan harus diidentifikasi dan diklasifikasikan dari mulai penyebab (hipotesa) hingga tingkat kerusakan struktur.

1.4.6 Aplikasi Inspeksi Visual

Inspeksi visual memberikan indikasi awal kondisi struktur untuk memungkinkan perumusan program pengujian berikutnya. Dengan mata yang terlatih, inspeksi visual dapat mengungkapkan informasi penting mengenai struktur seperti :  Metode konstruksi.  Pelapukan.  Serangan kimia.  Kerusakan mekanis.  Kerusakan fisik.  Penyalahgunaan.  Kesalahan konstruksi.

(14)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

7

BAB II HAMMER TEST

2.1 Pengertian Rebound Hammer Test

Rebound Hammer Test adalah suatu pengujian permukaan mutu beton tanpa merusak beton. Metoda pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (beban hentakan yang terdapat pada hammer) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa yang diberikan pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton, benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan. Alat ini sangat peka terhadap kondisi di permukaan dan variasi kekerasan yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel baja tulangan pada bagian tertentu dekat permukaan maka pembacaan akan berbeda jauh. Oleh karena itu, diperlukan beberapa kali pengujian disekitar disetiap lokasi pengujian, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan dan pada umumnya hammer test tidak dianjurkan dilakukan pada beton berumur kurang dari 7 hari.

Untuk mengetahui keseragaman mutu beton dipermukaan dapat dilakukan dengan cara uji tanpa merusak dengan hammer test ini (palu beton) yang dapat digunakan untuk menguji dan mengevaluasi kekerasan permukaan beton. Bagian-bagian hammer test dijelaskan pada gambar berikut :

Gambar 1 Hammer Test Type N

(15)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

8

Peralatan yang paling sering digunakan dan yang paling cocok untuk beton kisaran kuat tekan 20-60 N/mm2 dalam berbagai kekuatan adalah type N. Sedangkan versi khusus lain yang tersedia untuk zona sensitif untuk beton mutu rendah berkisar kuat tekan 5-25 kekuatan N/mm2 dianjurkan jenis pendulum Rebound palu yang memiliki kepala palu diperbesar (Type P atau pendulum hammer).

Gambar 2 Hammer Test Type P

Sumber : Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996)

Secara umum hammer test terdiri dari beberapa tipe sesuai dengan mutu beton yang akan diuji. Tipe yang digunakan dalam pengujian beton normal biasanya memakai hammer test tipe N.

Secara umum alat ini bisa digunakan untuk :

 Memeriksa keseragaman mutu beton.

 Membandingkan beton diberikan dengan persyaratan yang

ditentukan.

 Estimasi Perkiraan kekuatan beton.

Tes ini didasarkan pada prinsip bahwa nilai rebound dari massa elastis tergantung pada kekerasan permukaan yang dipengaruhi oleh kekuatan pegas. NDT memberikan informasi tentang mutu lapisan permukaan beton yang tidak lebih dari 30 mm mendalam. Hasil memberikan ukuran kekerasan relatif dari zona ini, dan ini tidak bisa langsung berhubungan dengan properti lainnya dari beton, banyak faktor yang mempengaruhi hasil tetapi semua harus dipertimbangkan

(16)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

9

sehingga kuat tekan karakteristik beton dapat diperkirakan dengan akurat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tes adalah sebagai berikut :

 Campuran karakteristik : o Jenis Semen.

o konten Semen. o Jenis agregat kasar.

 karakteristik anggota : o Massa.

o Pemadatan. o Jenis Permukaan.

o Usia, tingkat kekerasan dan tipe curing. o Permukaan karbonasi.

o Kelembaban. o Suhu.

Pengaruh agregat pada hasil pengujian hammer test bisa dilihat pada Gambar 2.3. Perbandingan kekuatan akibat agregat biasanya memiliki selisih kekuatan 6-7 N/mm2, sedangkan akibat kondisi kelembaban bisa dilihat pada Gambar 2.4 yang menunjukan bahwa kekerasan permukaan beton lebih rendah ketika basah dari pada saat kering untuk itu pengujian hammer test harus sesuai dengan standar yang berlaku.

Gambar 3 Perbandingan kerikil keras dan lunak. Sumber : Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996)

(17)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

10

Pengujian hammer pada dasarnya hanya dapat memberikan estimasi nilai kuat tekan permukaan hingga kedalaman ±30mm sehingga pada saat pengujian apabila titik tersebut terdapat kerikil keras maka akan menghasilkan nilai rebound yang tinggi. Hasil dari pengujian akan lebihbaik dilakukan pengontrolan terhadap hasil nilai rebound pada titik tersebut, sehingga nilai yang didapat tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah seperti hal-nya pengontrolan hasil nilai rebound dengan menghitung nilai rata-rata dari nilai hammer lalu dilakukan pengontrolan atas hasil nilai rebound tidak boleh lebih dari nilai rata-rata ±5.

Gambar 4 Perbandingan Hasil Hammer akibat Kelembaban Sumber : Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996)

Perbandingan hasil hammer antara kondisi permukaan yang lembab dan permukaan yang kering menunjukan angka yang berbeda sekitar ±6MPa untuk kondisi kering menunjukan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi basah sehingga pada saat pengujian hasil yang didapat akan lebih baik jika mengambil titik uji pada daerah dengan kondisi kering yang cukup.

2.2 Fungsi

 Memeriksa keseragaman permukaan mutu beton.

 Membandingkan mutu beton lapangan dengan persyaratan yang ditentukan (mutu beton rencana).

(18)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

11  Estimasi pertumbuhan kuat tekan dilapangan (bila diperlukan).

 Memberikan gambaran zona daerah struktur beton yang memiliki kualitas buruk.

2.3 Standar Pengujian

Ada beberapa standar yang digunakan dalam melaksanakan metode pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat schmidt hammer test yaitu :

 British standar 1881-202

 ASTM C805

Peralatan NDT pada umumnya masih didominasi dari Amerika Serikat sehingga umumnya pengujian menggunakan standar ASTM.

2.4 Tata Cara Pengujian

Umumnya hammer test tidak direkomendasikan pada struktur beton dengan umur kurang dari 7 hari. Spesifikasi alat dari pabrik biasanya memberikan grafik nilai bacaan rebound vs estimasi kuat tekan beton untuk umur beton lebih dari 7 hari. Penjelasan mengenai tata cara pengujian akan dijelaskan pada sub-bab berikut.

2.4.1 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3)

Sebelum melakukan pengujian seorang ahli forensik terlebih dahulu harus memperhatikan aspek K-3. Kegiatan dari aspek K-3 meliputi :

1. Identifikasi kemungkinan bahaya.

Pada berbagai lokasi pengujian terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan akan bahaya yang bisa timbul di lapangan, seorang ahli forensik tentunya harus bisa menganalisa dan melakukan identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan bahaya yang terjadi sehingga kemungkinan terjadi cedera bisa di kurangi atau mungkin dapat menjadi zero accident. Sebagai contoh pengujian pada ketinggian yang tinggi memiliki tingkat bahaya jatuh dari ketinggian tersebut, seperti hal-nya pengujian pada gedung eksisting biasanya

(19)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

12

dilakukan pada daerah struktur yang tidak terdapat plester sehingga pengujian dilakukan di daerah atap atau plafond sehingga memiliki kemungkinan jatuh dari ketinggian tersebut. Pengujian pada daerah pantai seperti jetty memiliki tingkat bahaya yang berbeda diantaranya tinggi rendah-nya kondisi ombak yang memberikan hentakan terhadap perahu yang dipakai.

2. Identifikasi kondisi lingkungan.

Kegiatan ini melingkupi identifikasi akan kondisi lingkungan sekitar sehingga bisa di analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul, selain itu juga dengan edentifikasi kondisi lingkungan dapat menentukan peralatan NDT yang tepat. Sebagai contoh hammer test tidak direkomendasikan digunakan pada kondisi permukaan struktur yang lembab ataupun basah seperti daerah laut.

3. Identifikasi perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Setelah di analisa kemungkinan bahaya dan kondisi lingkungan yang kemungkinan timbul dilapangan, langkah selanjutnya adalah identifikasi akan kebutuhan perlengkapan K-3. Perlengkapan K-3 diantaranya :

 Kotak P3K (bila diperlukan).

 Alat pelindung diri.

 Rambu-rambu keselamatan kerja.

 Jas Lab (bila perlu). 4. Memakai alat pelindung diri.

Alat pelindung diri umumnya terdiri dari :

 Pakaian kerja.

 Safety shoes.

 Safety helmet

 Safety harness atau ikat pinggang.

Apabila dalam analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul semua alat pelindung diri diperlukan maka pelaksana wajib menggunakan APD tersebut sebagai langkah mereduksi kemungkinan bahaya yang akan timbul.

(20)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

13

2.4.2 Mempersiapkan Alat

Peralatan utama yang harus disiapkan dalam melakukan pengujian hammer adalah :

 Gurinda :alat untuk menghaluskan permukaan beton.  Hammer :alat utama.

 Alat Kalibrasi :umumnya hammer test yang digunakan adalah tipe N dengan alat kalibrasi tipe cube.

2.4.3 Pengecekan Objek Struktur

Pengujian hammer idealnya digunakan pada kondisi struktur yang tidak lembab atau basah sehingga bacaan yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi yang tinggi dibanding pada kondisi lembab, hal ini dikarenakan spesifikasi alat dari hammer hanya mampu memberikan nilai impact dari hasil pengujian hingga kedalaman 30mm dari permukaan beton yang di uji sehingga kondisi permukaan struktur sangat berpengaruh terhadap hasil pengujian.

Pengujian pada daerah yang terkena plester semen ataupun yang memiliki permukaan tidak rata lebih baik dihindari untuk memaksimalkan hasil dari pengujian. Pada bangunan yang sudah jadi lebih baik mencari titik uji dimana pada bagian struktur tersebut tidak terdapat plester seperti pada bagian atas plafond dan lain-lain, sedangkan pada tahap konstruksi harap melakukan pengujian sebelum struktur tersebut di plester.

Kesalahan yang sering terjadi dari pengujian hammer adalah karena tidak memperhatikan kondisi objek struktur, terkadang kesalahan terjadi karena melakukan pengujian pada objek struktur yang di plester tanpa membobok dahulu plesterannya sehingga memberikan nilai yang begitu besar akibat plesteran halus yang terdiri dari semen dan air, terkadang terjadi pula nilai hammer yang begitu kecil disebabkan karbonasi tinggi didaerah tersebut atau daerah tersebut memiliki kelembaban yang tinggi yang menyebabkan struktur lembab.

(21)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

14

2.4.4 Tahap Pengujian

10 kali tembakan pada suatu struktur dapat mewakili 1 benda uji kubus sehingga hasil dari pengujian hammer dapat di konversikan kedalam bentuk benda uji kubus sesuai dengan PBI 1971 (Peraturan Beton Indonesia 1971) sehingga bisa didapatkan nilai yang mewakili struktur tersebut serta dapat menghitung nilai estimasi standar deviasi dan nilai estimasi kuat tekan beton karakteristik.

Umumnya nilai rebound dari hasil pengujian hammer yang di konversikan kedalam nilai estimasi kuat tekan beton setara dengan benda uji kubus, perbedaan dalam konversi perbandingan kekuatan tekan beton sama seperti tabel 4.1.3 dalam PBI 1971 hal 33 sebagai berikut ini :

Tabel 2 : Perbandingan kuat tekan

Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15x15x15 cm 1,00

Kubus 20x20x20 cm 0,95

Silinder 15x30 cm 0,83

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa ketika melaksanakan pengujian pada mutu beton dengan satuan N/mm2 (kubus 15x15x15cm) berbeda dengan pengujian terhadap bentuk benda uji silinder 15x30cm dalam satuan Mpa jika hasil pengujian di konversikan. Sebagai contoh akan berbeda antara mutu beton rencana dengan mutu f’c 30 Mpa dengan K-300 (f’c 300 kg/cm2), sehingga

dalam melaksanakan pengujian harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Berikut merupakan langkah dalam melaksanakan pengujian dengan palu beton :

1. Kalibrasi alat

Umumnya kalibrasi alat hammer test menggunakan benda kalibrasi tipe cube sesuai dengan spesifikasi alat hammer. Kalibrasi digunakan sebagai pedoman dalam menilai kondisi alat berbanding dengan standar alat yang berlaku.

(22)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

15

Gambar 5 Alat Kalibrasi tipe cube Sumber : Data Pribadi

Kalibrasi alat dilakukan dengan cara melakukan pemukulan terhadap benda kalibrasi sebanyak 10x dengan sudut -900 seperti pada gambar berikut :

Gambar 6 Kalibrasi alat Sumber : Data Pribadi

Data kalibrasi dari hasil kalibrasi alat tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya, lalu nilai standar yaitu 80 dibagikan dengan hasil rata-rata data kalibrasi, sehingga didapatkan nilai angka koreksi sebagai pedoman dalam menghitung nilai hasil pengujian yang terkoreksi alat (kalibrasi).

Rumus dalam menghitung nilai rata-rata data kalibrasi alat :

𝑅̅ =

∑ 𝑟𝑁1 𝑁 ... Persamaan 1

AK=

80 𝑅 ̅... Persamaan 2 Dimana : N = Jumlah Pukulan

(23)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

16

𝑅̅ = Angka Rebound Rata-rata

AK = Angka Kalibrasi / Angka Koreksi alat

2. Metode Pengujian

Gambar 7 Cara kerja hammer test Sumber : https://www.google.com/search?q=hammer+test

Merujuk pada spesifikasi data pabrik, umumnya ada 3 metode dalam melakukan pengujian dengan palu beton, setiap metode memiliki grafik nilai rebound vs estimasi kuat tekan yang berbeda yaitu :

 Sudut 00untuk pengujian tegak lurus horizontal.

 Sudut –900untuk pengujian tegak lurus ke bawah.  Sudut +900untuk pengujian tegak lurus ke atas.

Merujuk pada ASTM C 805-2 pasal 5.5 hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengujian yaitu :

 Elemen struktur beton yang akan diuji harus memiliki ketebalan minimal 100 mm dan terkoneksi erat dengan struktur bangunan area uji berdiameter 150 mm.

 Untuk permukaan yang bertekstur atau dilapisi plester atau mortar harus diratakan dengan menggunakan gerinda Pada saat pengukuran, diambil sepuluh pembacaan dari setiap area uji.

(24)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

17  Hasil uji dengan menggunakan alat Hammer Test tergantung kepada rata dan

tidaknya permukaan, basah keringnya bidang uji dan sudut inklinasi.

Berdasarkan data diatas ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengujian yaitu :

 Umur struktur.

Pada tahap konstruksi umur beton sangat mempengaruhi terhadap hasil pengujian dengan palu beton, berdasarkan pengalaman umur beton dari 1 hingga 14 hari mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan 14 hari hingga 28 hari beton mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan berkisar antara 1-3 Mpa. Berbeda hal-nya dengan pengujian terhadap struktur eksisting yang sudah berumur panjang, akan banyak faktor yang mempengaruhi terhadap hasil pengujian yang berkaitan erat dengan depresiasi bangunan (penurunan mutu).

 Kondisi permukaan.

Pastikan kondisi permukaan beton tidak terlalu lembab,kasar dan kering sehingga pembacaan nilai rebound dapat lebih efektif.

Aspek diatas perlu diperhatikan dengan benar sehingga pengujian dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur peraturan yang berlaku. Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan pengujian :

1. Marking area.

Pengujian pada satu objek struktur minimal dilakukan dengan 10x pukulan sehingga didapatkan 10 nilai rebound. Marking area dilakukan dengan cara membuat persegi dengan lebar 3x2,5cm (2,5cm merupakan jarak minimal pembacaan antar titik uji) hingga didapat titik uji berjumlah 10 seperti pada gambar berikut :

(25)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

18

Gambar 8 Marking area Sumber : Data Pribadi

2. Tahap pengujian.

Pengujian dilakukan dengan cara menghentakan plunger (kepala hammer) kebagian struktur yang akan di uji. Jarak pengujian sesuai dengan tahap marking area yaitu berkisar ±2,5cm, contoh pengujian terhadap struktur beton kolom bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 9 Pengujian hammer sudut 00 pada struktur kolom

Sumber : Data Pribadi

3. Tahap kontrol terhadap hasil pengujian.

Setelah melakukan pengujian hendaknya menghitung nilai rata-rata dari data nilai rebound tersebut. ASTM memberikan syarat bahwa hasil pengujian tidak boleh memiliki rentan yang begitu jauh antar hasil pengujian, hal ini berkaitan erat dengan beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan bacaan dari hasil pengujian bisa karena keberadaan tulangan dekat pengujian atau karena ada void pada daerah pengujian sehingga memberikan nilai yang begitu kecil, syarat tersebut yaitu ±5 dari hasil rata-rata nilai rebound, maksudnya adalah bahwa hasil

(26)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

19

pengujian terhadap nilai 10 rebound tersebut harus masuk dalam kisaran batas plus 5 dan min 5 terhadap nilai rata-rata rebound. Sebagai contoh nilai rata-rata rebound adalah 33, hasil pengujian harus berada dalam batas atas yaitu 33+5 dan batas minimal 33-5. Apabila didapatkan nilai yang tidak masuk dalam batas tersebut hendaknya dilakukan pengujian ulang terhadap titik tersebut, pengujian dilakukan didaerah sekitar titik yang tidak masuk persyaratan dengan rentang jarak disesuaikan atau ±2,5cm. Tabel berikut memberikan contoh analisa terhadap hasil pengujian yang menunjukan nilai dari rebound masuk dalam rentang ±5 dari nilai rata-rata rebound.

Tabel 3 : Contoh Pengujian hammer

2.5 Tata Cara Analisis

Umumnya hammer test digunakan untuk mengukur nilai estimasi kuat tekan permukaan beton. Dalam hal lain digunakan juga sebagai rujukan dari PBI 1971 apabila mutu beton di lab. tidak memenuhi syarat. Dalam hal mengukur estimasi kuat tekan permukaan beton dapat juga dihitung nilai standar deviasi atau mutu pelaksanaan dan estimasi kuat tekan karakteristik yang berkaitan dengan mutu pelaksanaan pekerjaan beton. Penjelasan mengenai tata cara analisis dijelaskan pada sub-bab berikut.

2.5.1 Estimasi Kuat Tekan (𝛔𝐛)

Nilai estimasi kuat tekan (σb) didapatkan dari grafik rebound vs nilai estimasi kuat tekan yang disediakan oleh produsen alat. Berikut merupakan contoh grafik tersebut :

Average After Calibration 1 6 = 4 x CV 8 37 35 36 36 38 38 36 34 36 36 Average Prior to Calibration 4 36,2 (R) (N/mm²) 2 3 7 Bawah 0° 37,18 33,28 Location Code

Strike Rebound Compression

Remark

(27)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

20

Gambar 10 Grafik hammer Sumber : Data Pribadi

Grafik tersebut menunjukan 3 variabel nilai atas 3 metode pengujian yang berbeda. Pengujian yang dilakukan dengan metode yang berbeda akan menghasilkan nilai rebound yang berbeda pula, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya segregasi beton akibat gaya gravitasi yang membuat material berat sewaktu pelaksanaan pengecoran akan lebih banyak berada dibawah sehingga lebih menonjolkan nilai yang besar pada saat melakukan pengujian pada daerah bawah dibanding daerah atas.

2.5.2 Estimasi Kuat Tekan Rata-rata (σbm)

Menghitung kuat tekan beton rata-rata :

σ

bm

=

∑ (σb)𝑁1

𝑁 ... Persamaan 3 Dimana :

σbm = kuat tekan beton rata-rata N = Jumlah Pukulan

σb= kuat tekan beton

2.5.3 Estimasi Standar Deviasi

Menghitung standard deviasi :

S = √

∑ (σbm−σb)2

𝑁 1

𝑁−1 ... Persamaan 4 Dimana :

σbm = kuat tekan beton rata-rata N = Jumlah benda uji

σb= kuat tekan beton

(28)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

21

Ada banyak standar dalam menentukan nilai mutu pelaksanaan yang berkaitan erat terhadap hasil pelaksanaan. Dalam pengujian hammer pada tahap konstruksi standar deviasi penting untuk dihitung sebagai langkah dalam menilai mutu pelaksanaan yang telah dilaksanakan dan sebagai acuan dalam perhitungan mutu beton karakteristik. Setiap pengujian hammer dianjurkan berpedoman pada 1 peraturan bisa berupa ASTM,ACI atau British standar. Sebagai contoh berikut merupakan tabel nilai standar deviasi :

Tabel 4 : PBI hal.40

Isi Pekerjaan Deviasi Standar (Kg/cm2)

Sebutan Jumlah beton

(m3)

Baik sekali Baik Dapat

diterima

Kecil <1000 45 < SD ≤ 55 55 < SD ≤ 65 65 < SD ≤ 85

Sedang 1000-3000 35 < SD ≤ 45 45 < SD ≤ 55 55 < SD ≤ 75

Besar >3000 25 < SD ≤ 35 35 < SD ≤ 45 45 <SD ≤ 65

Tabel 5 : ACI 214-77 (Revised 1989)

Sebutan Lapangan (MPa) Laboratorium/Trial Mix (MPa)

Excelent < 3,0 < 1,5

Very good 3,0 - 3,5 1,5

Good 3,5 - 4,0 1,5 - 2,0

Fair 4,0 - 5,0 2,0 - 2,5

Poor > 5,0 > 2,5

2.5.4 Estimasi Kuat Tekan Karakteristik

Menghitung kuat tekan beton karakteristik :

σ

bk

= σ

bm

– (k

1

xSxk

2

)...

(Persamaan 5) dimana :

σbm= Kuat tekan beton rata-rata

σbk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2)

S = Standar deviasi

k1 = Konstanta statistik/Faktor pengali standar deviasi

k2 = Konstanta statistik 5% Cacat : 1,64 (PBI hal 40)

Tabel 6 : Nilai K1 (PBI 1971) Jml.Benda Uji K1

8 1,37

(29)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST 22 10 1,23 11 1,19 12 1,15 13 1,12 14 1,1 15 1,07 16 1,06 17 1,04 18 1,03 19 1,01 20 1 2.6 Contoh Kasus

Proyek konstruksi pada gedung Jurusan teknik Sipil 2 Polban tahap 2 tepatnya paska pengecoran kolom lantai 2 sempat dihentikan dikarenakan uji kuat tekan di lab. tidak memenuhi syarat yang ditentukan (dibawah mutu rencana). Atas kesepakatan semua pihak dilakukanlah pengujian dengan palu beton, dari hasil pengujian didapatkan mutu beton dibawah 80% dari mutu yang ditetapkan sehingga hasil pengecoran di bongkar ulang dan dilakukan tahap pengecoran ulang terhadap titik-titik yang tidak memenuhi syarat tersebut.

Untuk mengendalikan hasil pelaksanaan dari pihak kontraktor dilakukanlah pengujian palu beton terhadap hasil pengecoran ulang tersebut. Sebagai contoh berikut merupakan hasil pengujian atas 1 kolom tersebut dalam satuan MPa (sesuai data spesifikasi alat), dikarenakan mutu beton rencana menggunakan PBI 1971 yaitu mutu beton K-300 sehingga MPa diubah ke Kg/cm2

(30)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

23

Setelah dilakukan pengujian hingga didapatkan jumlah pengujian yang dapat mewakili struktur langkah selanjutnya adalah menghitung nilai standar deviasi (S) dengan menggunakan data seluruh hasil pengujian lalu dilanjutkan dengan menghitung mutu beton karakteristik (σbk) sebagai batas bawah bahwa seluruh hasil pengujian atau seluruh nilai σb harus berada diatas nilai dari σbk. Berikut merupakan hasil pengujian tersebut:

Nomor : B-1 Done by : Shona S

Concrete element : Kolom Checked by :

-Location : Politeknik Negeri Bandung Date :

Project : Sipil 2 Polban Date of Testing : 28-29 Nov 2013 Age of Concrete : > 28 days

Manufactur : Matest Calibration Average : 77,9

78 78 78 Calibration Standard : 80

Calibration Date: 78 78 78 Calibration Value (CV) : 1,027

28-Nov-13 78 78 78 09.00 WIB 77 Average After Calibration 1 6 = 4 x CV 8 38 36 36 36 38 37 36 39 40 36 41 36 36 36 36 37 38 37 38 36 36 37 38 36 36 37 37 37 37 36 Kg/cm² Conclusion :

Average compression strength: 352,64 Kg/cm²

2 3 7

Bawah 0° 38,20 34,94

Location Code

Strike Rebound Compression

Angle Number (σb) (R) 4 Average σbm 352,64 Atas 0° 37,69 34,10 Tengah 0° 38,10 34,77 37,2 37,1 36,7 01-Des-2013 Type N - 34

Equipment series number 1 P 0077 Equipment calibration (N/mm²) Remark HAMMER TEST (ASTM C.805-97) Average Prior to Calibration

(31)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

24

Hasil pengujian yang baik dapat juga ditambahkan lampiran berupa grafik hasil pengujian (grafik berupa arsiran) atau ditambahkan tabel seperti tabel dibawah ini :

Tabel diatas merupakan contoh hasil pengujian NDT pada sebuah bangunan gedung yang sedang dalam tahap konstruksi menggunakan mutu beton rencana K-300 (menggunakan PBI 1971). Objek yang diuji adalah beton paska cor ulang dan mutu beton grouting yang terpasang dilapangan.

Done by : Shona S

Concrete element : Kolom Checked by :

-Location : Politeknik Negeri Bandung Date :

Project : Sipil 2 Polban

Date of Testing : 28-29 Nov 2013

Kode Nomor 1 5 K- D-4,C-4,A-4,F-5 289 300 285 287 24 253 2 11 K- D-5,C-5,A-5,F-6 246 267 273 271 1437 281 117 153 K- D-6,C-6,A-6,F-7 268 255 255 273 234 835 835 112 K- D-7,C-7,A-7,F-8 264 267 275 351 378 272 81 4571 Kg/cm² K- D-8-C-8,A-8 341 303 321 3283 365 1360 Memuaskan kg/cm² Total K- 237

(Characteristic) σb' cor ulang

(Average) σbm cor ulang 283,69 14604,55

2 3 4 C O R U L A N G 28,48445209 HAMMER TEST (ASTM C.805-97) 01-Des-2013 Number Struktur (σb) (σbm-σb)2 SD (N/mm²) Kode Benda PUNDIT Uji Kg/cm²

COR ULANG GROUTING LOLOS KUAT TEKAN LAB. Hammer PUNDIT Hammer PUNDIT

D-4 318 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-4 330 337 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

A-4 314 289 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

F-5 316 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-5 270 289 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

C-5 294 277 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

A-5 300 LOLOS - LOLOS

-F-6 299 LOLOS - LOLOS

-D-6 295 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-6 280 LOLOS - TIDAK

-A-6 280 265 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

F-7 300 LOLOS - LOLOS

-D-7 290 LOLOS - LOLOS

-C-7 294 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

A-7 302 LOLOS - LOLOS

-F-8 351 LOLOS - LOLOS

-D-8 341 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-8 333 240 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

A-8 353 LOLOS - LOLOS

-Hasil Pengujian Hammer Test

Kg/cm²

KETERANGAN

PBI 1971 K-300

(32)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

25

BAB III

ULTRASONIC PULSE VELOCITY

3.1 Pengertian Ultrasonic Pulse Velocity

Prinsip kerja pengujian ultrasonic adalah mengubah energi gelombang listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit pulsa transducer pengirim (T) menjadi energi gelombang mekanik yang selanjutnya merambat pada beton. Setelah sampai pada probe receiver (R) energi gelombang tadi diubah kembali menjadi energi gelombang listrik yang selanjutnya melewati penguat dan akhirnya dihitung/ditampilkan waktu tempuh pencacat digital.

Kecepatan pulsa ultrasonik tergantung pada kepadatan dan sifat elastis bahan. Kualitas beberapa bahan kadang-kadang terkait dengan kekakuan elastis mereka sehingga pengukuran kecepatan pulsa ultrasonik dalam bahan seperti itu sering dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas mereka serta untuk menentukan sifat elastis bahan tersebut. Bahan yang dapat dinilai dengan cara ini adalah beton dan kayu.

Peralatan dasar UPV terdiri dari sebuah generator pulsa listrik, sepasang transduser, amplifier dan waktu perangkat elektronik untuk mengukur interval waktu antara inisiasi pulsa yang dihasilkan pada transduser pemancar dan tiba pada penerima (reciever).

Umumnya transduser yang digunakan harus dalam kisaran 20-150 kHz dan dalam penggunaannya menggunakan transduser frekuensi tinggi untuk jarak pendek dan transduser frekuensi rendah untuk waktu yang lama pada jarak yang panjang. Transduser dengan frekuensi 50 kHz sampai 60 kHz cocok digunakan pada pemakaian umum.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pengujian UPV

 Suhu Beton

Variasi suhu beton antara 100 C dan 300 C tidak memberikan perubahan yang signifikan tanpa terjadinya perubahan yang sesuai dalam kekuatan atau sifat elastis. Koreksi pengukuran kecepatan pulse harus dibuat

(33)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

26

hanya untuk suhu di luar kisaran ini seperti yang diberikan dalam Gambar berikut :

Gambar 11 Pengaruh Suhu Beton pada UPV

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

 Panjang Lintasan

Panjang lintasan dimana kecepatan pulsa diukur dipengaruhi oleh sifat homogenitas dari beton, sehingga makin panjang lintasan sifat homogenitas beton makin berpengaruh akan tetapi pengaruh tersebut tidak terlalu signifikan.

 Bentuk dan Ukuran Spesimen

Gambar dibawah memberikan hubungan antara kecepatan pulsa di beton, frekuensi tranducer dan dimensi lateral minimum yang diijinkan dari spesimen.

Gambar 12 Efek Bentuk dan Ukuran pada UPV

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

 Pengaruh Tulangan

Kecepatan pulsa yang diukur dalam beton bertulang di sekitar tulangan biasanya lebih tinggi dari pada beton biasa dari komposisi yang sama. Hal ini karena kepadatan baja lebih padat dibanding beton sehingga kecepatan dalam baja mungkin sampai dua kali kecepatan dalam beton polos.

(34)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

27

Heterogenitas dalam beton menyebabkan variasi hasil dalam kecepatan pulsa akan tetapi tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenakan beton memiliki microcrack. Keseragaman beton berkaitan dengan standar deviasi atau mutu pekerjaan.

3.2 Fungsi

Alat NDT UPV yang akan dibahas disini adalah tipe V-Meter Mark IV dari produsen James Instruments Inc. Ada beberapa fungsi dari alat V-Meter ini yaitu :

 Estimasi Homogenitas beton dan kayu.

Mendeteksi void,crack,honeycombs, splits dan rooting.

 Estimasi kuat tekan beton, hingga kuat tekan beton paska kebakaran atau serangan kimia tertentu.

 Estimasi nilai kepadatan atau kualitas dari kayu dan beton.

 Estimasi kedalaman dan tipe retakan.

Estimasi modulus elastisitas atau poisson’s ratio. 3.3 Standar Pengujian

Standar luar negeri yang memuat mengenai UPV diantaranya :

 British standar 1881-203

 ASTM C597

Alat tersebut di produksi di negara Amerika Serikat sehingga merujuk pada petunjuk buku merekomendasikan menggunakan standar ASTM C597 edisi tahun 2009.

3.4 Tata Cara Pengujian

3.4.1 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3)

Sebelum melakukan pengujian seorang ahli forensik terlebih dahulu harus memperhatikan aspek K-3. Kegiatan dari aspek K-3 meliputi :

(35)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

28

Pada berbagai lokasi pengujian terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan akan bahaya yang bisa timbul di lapangan, seorang ahli forensik tentunya harus bisa menganalisa dan melakukan identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan bahaya yang terjadi sehingga kemungkinan terjadi cedera bisa di kurangi atau mungkin dapat menjadi zero accident.

2. Identifikasi kondisi lingkungan.

Kegiatan ini melingkupi identifikasi akan kondisi lingkungan sekitar sehingga bisa di analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul, selain itu juga dengan identifikasi kondisi lingkungan dapat menentukan peralatan NDT yang tepat.

3. Identifikasi perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Setelah di analisa kemungkinan bahaya dan kondisi lingkungan yang kemungkinan timbul dilapangan, langkah selanjutnya adalah identifikasi akan kebutuhan perlengkapan K-3. Perlengkapan K-3 diantaranya :

 Kotak P3K (bila diperlukan).

 Alat pelindung diri.

 Rambu-rambu keselamatan kerja.

 Jas Lab (bila perlu). 4. Memakai alat pelindung diri.

Alat pelindung diri umumnya terdiri dari :

 Pakaian kerja.

 Safety shoes.

 Safety helmet

 Safety harness atau ikat pinggang.

Apabila dalam analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul semua alat pelindung diri diperlukan maka pelaksana wajib menggunakan APD tersebut sebagai langkah mereduksi kemungkinan bahaya yang akan timbul.

(36)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

29

3.4.2 Mempersiapkan Alat

Gambar 13 Isi Box V-meter Sumber : Guidebook V-Meter Mark IV

Alat utama yang harus disiapkan dalam melaksanakan pengujian dengan V-meter adalah :

 1 set peralatan V-Meter terdiri dari : o V-meter instrument

Gambar 14 Alat monitor mekanis V-meter Sumber : Data Pribadi

o Kabel konektor antara V-meter instrument dengan kepala tranducer dan reciever.

Gambar 15 Kabel konektor Sumber : Data Pribadi

(37)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

30

Gambar 16 Kepala tranducer dan reciever Sumber : Data Pribadi

o Kabel USB untuk memindahkan hasil pengujian kedalam komputer.

 Alat pendukung lainnya :

o Meteran, berfungsi untuk mengukur jarak aktual dalam pengujian. o Perata permukaan beton bisa menggunakan gurinda atau yang sejenis. o Oli atau Salep atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk menempelkan

tranducer dan reciever sehingga kedap terhadap udara.

Gambar 17 Salep Sumber : Data Pribadi

3.4.3 Pengecekan Objek Struktur

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menguji struktur beton menggunakan UPV diantaranya adalah :

1. Air

Apabila melakukan pengujian terhadap crack, kedalaman retakan atau sejenisnya usahakan objek struktur tidak dalam keadaan basah atau retakan struktur tersebut tidak dalam kondisi jenuh air atau terisi air, hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan alat, mengingat cara kerja ultrasonic merambat melalui benda padat sehingga apabila retakan terisi air dapat menyulitkan pembacaan dengan asumsi alat ultrasonic merambat pada daerah air tersebut.

(38)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

31

2. Kondisi permukaan struktur

Usahakan kondisi permukaan struktur yang akan di uji dalam kondisi rata, hal ini untuk mempermudah pengujian atau dalam hal ini untuk memastikan bahwa kepala tranducer dan reciever dapat menempel dengan kondisi kedap udara.

Dalam pengujian dengan ultrasonic pulse velocity kondisi struktur yang ideal untuk pengujian adalah yang tidak lembab atau berair dan kondisi permukaan struktur yang rata sehingga dapat mempermudah pengujian dengan kondisi kepala tranducer dan reciever yang kedap udara (menggunakan alat bantu salep atau oli).

3.4.4 Tahap Pengujian

Dalam pengujian menggunakan UPV ada 3 macam metode yaitu :

 Direct transmission

Gambar 18 Direct Transmission

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

 Semi-direct transmision

Gambar 19 Semi-direct Transmission

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

(39)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

32

Gambar 20 Indirect Transmission

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

Indirect transmission biasanya digunakan dalam pengujian untuk mengukur kedalaman retakan,sedangkan direct transmission biasa digunakan dalam mengukur tingkat kepadatan beton, estimasi kuat tekan hingga modulus elastisitas beton.

Sebelum melakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu kalibrasi alat dan setting alat, berdasarkan data pabrik, kalibrasi V-Meter dan setting alat untuk beton dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Setting V-Meter sesuai penggunaan yaitu untuk beton dengan ketentuan sebagai berikut :

 Density : 2400 Kg/cm3

 µ : 0,17

Ubah display dari P-Velocity ke P-Distance (yang kita cari nilai velocity) dengan syarat kita mengetahui jarak pengujian (menggunakan meteran).

Gambar 21 Setting P-Distance Sumber : V-Meter Handbook

2. Kalibrasi dilakukan dengan cara menempelkan kepala tranducer dan reciever ditambah salep atau oli sebagai mediasi kedap udara, seperti pada gambar berikut :

(40)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

33

Gambar 22 proses kalibrasi Sumber : Data Pribadi

Lalu masuk ke display bagian kalibrasi, pastikan bahwa tranducer dan reciever menempel, setelah itu klik “calibration” apabila proses telah selesai akan muncul gambar seperti dibawah ini :

Gambar 23 proses kalibrasi Sumber : Data Pribadi

Sekedar informasi bahwa kalibrasi terhadap alat UPV lainnya biasanya menggunakan media silinder dari produsen terkait, hal ini berkaitan dengan grafik nilai velocity vs kuat tekan.

3.5 Tata Cara Analisis

Ada banyak peralatan UPV yang dibuat oleh produsen tertentu, diantaranya adalah alat PUNDIT, V-Meter, dan lain sebagainya. Masing-masing alat memiliki fitur-fitur yang berbeda dengan spesifikasi alat yang berbeda pula. Tata cara analisis yang akan dijelaskan adalah menyangkut alat V-Meter dengan ruang lingkup yang dibatasi, sub bab berikut menjelaskan mengenai tata cara analisis tersebut.

(41)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

34

3.5.1 Estimasi Kuat Tekan

Mutu beton umumnya dinilai dengan mengukur kuat tekan dari benda uji silinder (atau kubus). Telah ditemukan bahwa tidak ada korelasi sederhana antara kekuatan silinder dan kecepatan denyut nadi (UPV) tetapi korelasi-nya dipengaruhi oleh:

 jenis agregat.

 agregat atau rasio semen.

 umur beton.

 ukuran dan gradasi agregat.

 kondisi curing.

Grafik nilai kuat tekan beton berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang ultrasonik merupakan grafik setara dengan benda uji silinder di lab., itu menjadi salahsatu alasan kenapa alat kalibrasi berbentuk silinder, sehingga hasil pengujian harus direduksi sesuai dengan bentuk benda uji yang digunakan (kubus 15x15x15cm atau silinder 15x30cm) (bila diperlukan).

Tabel 7 : Perbandingan kekuatan beton

Benda Uji Perbandingan Kuat Tekan

Silinder 15x30cm 1

Kubus 20x20x20cm 0,95

(42)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

35

Gambar 24 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa) Sumber : V-Meter Manual Book

Grafik diatas menunjukan hubungan antara nilai estimasi kuat tekan beton dengan nilai kecepatan gelombang ultrasonik dengan alat V-meter James Instruments V, sedangkan Gambar 25 menunjukan nilai estimasi kuat tekan beton vs nilai kecepatan gelombang ultrasonik (V) dengan alat PUNDIT.

Gambar 25 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa) Sumber : Google.com

Nilai V didapat dengan menggunakan persamaan berikut :

𝑉 = 𝐿

𝑇(𝐾𝑚/𝑠𝑒𝑐)... Persamaan 6

Dimana :

(43)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

36

T : Waktu tempuh gelombang ultrasonik (µsec) / didapatkan dari pengujian.

3.5.2 Estimasi Kepadatan Beton

Nilai V didapat dengan menggunakan persamaan berikut :

𝑉 = 𝐿

𝑇(𝐾𝑚/𝑠𝑒𝑐)... Persamaan 7

Dimana :

L : jarak lintasan (mm)

T : Waktu tempuh gelombang ultrasonik (µsec) / didapatkan dari pengujian.

Tabel 8 : Kepadatan Beton

Longitudinal pulse velocity Quality of concrete

Km/s.103 Ft/s >4,5 >15 Excellent 3,4-4,5 12-15 Good 3,0-3,5 10-12 Doubtfull 2,0-3,0 7-10 Poor <2,0 <7 Very poor

Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)

3.5.3 Estimasi Kedalaman Retakan

Transduser ditempatkan di permukaan, salah satu pengaturan yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 26 dimana transmisi dan transduser penerima atau reciever ditempatkan di sisi berlawanan dari retak dan berjarak sama dari itu. Dua nilai x yang dipilih, salah satunya dua kali lipat dari nilai x sebelumnya, lalu waktu transit yang dihasilkan dibandingkan.

Menghitung kedalaman retakan :

C= √

4𝑇12−𝑇22

𝑇22−𝑇12... Persamaan 8 dimana :

C = Kedalaman retak

T1 = Transmit time untuk combinasi 1

T2 = Transmit time untuk combinasi 2

(44)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

37

Gambar 26 Estimasi Kedalaman Retak Sumber : V-Meter Manual Book

Tempatkan kedua transduser dekat retak dan di sisi berlawanan dari retak. Pindahkan salah satu tranducer menjauh dari retak. Jika waktu transit menurun ini menunjukkan bahwa retak lereng menuju arah di mana transduser dipindahkan seperti pada Gambar 27.

Gambar 27 Estimasi Kedalaman Retak Sumber : V-Meter Manual Book

Menghitung kedalaman retakan :

h=

𝐿 2

(

𝑇2 𝑇1

𝑇1 𝑇2

) = 𝐹. 𝐿

... Persamaan 9 dimana : h = Kedalaman retak

T1 = Transmit time untuk combinasi 1

T2 = Transmit time untuk combinasi 2

(45)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

38

Gambar 28 Estimasi Kedalaman Retak Sumber : V-Meter Manual Book

Gambar 29 Estimasi Kedalaman Retak Sumber : V-Meter Manual Book

Gambar 30 Nilai F Sumber : V-Meter Manual Book

(46)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

39

Pada pengukuran kedalaman retak sangat penting untuk memperhatikan beberapa hal seperti :

 mengukur jarak x secara akurat.

 kopling atau pelumas yang sangat baik sehingga tidak ada udara pada kepala tranduser.

 retak tidak terisi air. 3.5.4 Estimasi Modulus Elastisitas Beton

Memperkirakan modulus elastisitas tidak serumit dari pada

memperkirakan kekuatan beton. Kurva tunggal dapat digunakan untuk menghubungkan kecepatan pulsa dengan nilai modulus elastis untuk berbagai berbeda agregat, termasuk beton yang dibuat dengan agregat ringan seperti pada Gambar 31.

Gambar 31 Nilai Modulus Elastisitas Sumber : V-Meter Manual Book

(47)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

40

Gambar 32 Nilai Modulus Elastisitas Sumber : V-Meter Manual Book

3.5.5 Estimasi Mutu Beton Karakteristik

Mutu beton karakteristik dihitung berdasarkan nilai dari deviasi standar dan hasil nilai rata-rata estimasi kuat tekan beton sebagai berikut :

Menghitung kuat tekan beton rata-rata :

σ

bm

=

∑ (σb)𝑁1

𝑁 ... Persamaan 10 Menghitung standard deviasi :

S = √

∑ (σbm−σb)2

𝑁 1

𝑁−1 ... Persamaan 11 Rumus kuat tekan beton karakteristik :

σbk = σbm– (k1xSxk2)... Persamaan 12

dimana :

σbm= Kuat tekan beton rata-rata

σbk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2)

S = Standar deviasi

k1 = Konstanta statistik (Tabel 2.2)

k2 = Konstanta statistik 5% Cacat : 1,64

Jumlah Benda Uji Faktor Pengali

10 1,36

(48)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST 41 12 1,27 13 1,24 14 1,21 15 1,18 16 1,16 17 1,14 18 1,12 19 1,11 20 1,09 21 1,08 22 1,07 23 1,06 24 1,05 25 1,04 26 1,03 27 1,02 28 1,02 29 1,01 30 1

Sumber : Tabel 4.1 SNI 03-6815-2002

3.6 Contoh Kasus

Format yang baik seperti ditujukan oleh contoh dari lab. bahan jurusan teknik sipil Polban seperti berikut :

(49)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

42

Berikut merupakan contoh format hasil pengujian terhadap proyek yang sedang dalam tahap konstruksi dengan mutu rencana K-300 :

(50)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

43

Dikerjakan : Shona S

Elemen Beton : Kolom Di Cek :

-Lokasi : Politeknik Negeri Bandung Data :

Project : Sipil 2 Polban

Data Pengujian : 28-29 Nov 2013 Umur Beton : > 28 hari

Kode Lokasi Metode Jarak Kualitas

Benda Uji Uji Lintasan Beton

Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm2

Tengah Direct Baik

Kolom Trans.

Tengah Direct Cukup

Kolom Trans. Baik

Tengah Direct Baik

Kolom Trans.

Tengah Direct Cukup

Kolom Trans. Baik

Tengah Direct Cukup

Kolom Trans. Baik

Tengah Direct Cukup

Kolom Trans. Baik

ULTRASONIC PULSE VELOCITY ASTM C.597-1991

09-Jan-14

Permukaan Beton Tidak Retak

Rata-Rata V

Waktu Tempuh Gelombang UPV Kuat Tekan

23 109 108 T (µsec) C-5 400 104 107 3,73832 142 A-6 500 135 136 3,6855 22 130 109 D-6 400 111 111 3,61446 21 112 21 108 109 D-8 500 140 137 3,64078 22 133 C-7 400 115 111 3,61446 20 131 139 139 C-8 500 143 138 3,63196 277,108 253,012 265,06 253,012 265,06 240,964 Done by : Shona S

Concrete element : Kolom Pasca Cor Ulang Checked by :

-Location : Politeknik Negeri Bandung Date :

Project : Sipil 2 Polban

Date of Testing : 28-29 Nov 2013

Kode Nomor 1 5 K- E-1,D-1,C-1,B-1 301 277 301 398 0 603 0 9201 K- F-2,E-2,D-2,C-2 301 398 373 265 0 9201 5159 1340 K- B-2,A-2,F-3,D-3 398 301 301 301 9201 0 0 0 K- C-3,A-3,F-4,D-4 277 277 325 277 603 603 559 603 K- C-4,A-4,F-5,D-5 337 289 301 289 1273 157 0 157 K- C-5,D-6,A-6,C-7 277 253 265 253 603 2367 1340 2367 D-8,C-8 265 241 1340 3685 Kg/cm² Cukup Fair Total K- 226

ULTRASONIC PULSE VELOCITY ASTM C.597-1991 01-Des-2013 Number Struktur (σb) (σbm-σb)2 SD (N/mm²) (Average) σbm 301,67 50364,57 (Characteristic) σbk 44,88410511 2 3 4 S tan d ar D evi as i

(51)

MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST

44

Kode

Benda PUNDIT

Uji Kg/cm²

COR ULANG GROUTING LOLOS KUAT TEKAN LAB. Hammer PUNDIT Hammer PUNDIT

E-1 315 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-1 437 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-1 441 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

B-1 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

F-2 323 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

E-2 466 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-2 423 373 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

C-2 387 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

B-2 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

A-2 408 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

F-3 424 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-3 334 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

C-3 340 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

A-3 408 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

F-4 429 325 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-4 318 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-4 330 337 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

A-4 314 289 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

F-5 316 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS

D-5 270 289 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

C-5 294 277 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

A-5 300 LOLOS - LOLOS

-F-6 299 LOLOS - LOLOS

-D-6 295 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-6 280 LOLOS - TIDAK

-A-6 280 265 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK

F-7 300 LOLOS - LOLOS

-D-7 290 LOLOS - LOLOS

-C-7 294 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

A-7 302 LOLOS - LOLOS

-F-8 351 LOLOS - LOLOS

-D-8 341 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

C-8 333 240 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK

A-8 353 LOLOS - LOLOS

-Hasil Pengujian Hammer Test

Kg/cm²

KETERANGAN

PBI 1971 K-300

Gambar

Gambar 1 Hammer Test Type N
Gambar 2 Hammer Test Type P
Gambar 3 Perbandingan kerikil keras dan lunak.
Gambar 4 Perbandingan Hasil Hammer akibat Kelembaban  Sumber : Surface hardness methods by Chapman &amp; Hall, 1996)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk menentukan nilai karakteristik agregat dan nilai kuat tekan beton dari pemanfaatan limbah beton sebagai subtitusi agregat halus dengan

Hasil penelitian yang dapat dibahas meliputi hasil pengujian karakteristik material agregat, ph air, waktu ikat semen, kuat tekan beton, kuat tekan mortar, dan

Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antara kekuatan tekan beton muda dengan metode non destructive test. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara kuat tekan

PENGUJIAN HAMMER DAN KUAT TEKAN KUBUS BETON DENGAN VARIASI DURASI PERENDAMAN; Aang Ariyansyah, 071903103006; 2011: 113 halaman; Jurusan Diploma III Teknik Sipil,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggantian sebagian agregat kasar dengan slag feronikel dalam 3 variasi persentase terhadap kekuatan tekan

Hammer test dilakukan untuk menentukan kekuatan tekan beton yang sudah terpasang seperti elemen balok, kolom dan pelat.. Tujuannya untuk mengevaluasi apakah kekuatan beton

Sedangkan kuat tekan beton ringan dengan menggunakan agregat bola plastik menunjukkan penurunan yang signifikan dari pada kuat tekan beton normal yaitu sebesar 31% - 51%.. Pada

PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : - Nilai kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil hammer test pada benda uji portal beton bertulang