• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI KHAMIR SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PATOGEN Colletotrichum sp. PADA BUAH CABAI, BUNCIS, DAN STROBERI ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI KHAMIR SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PATOGEN Colletotrichum sp. PADA BUAH CABAI, BUNCIS, DAN STROBERI ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

92

POTENSI KHAMIR SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PATOGEN

Colletotrichum sp. PADA BUAH CABAI, BUNCIS, DAN STROBERI

Anggraeni Eka Puspitasari, Abdul Latief Abadi, Liliek Sulistyowati Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT

The objective of this research was to evaluate the potential of yeasts as biological control agent against pathogenic Colletotrichum sp. on chili, stringbean, and strawberry. The research was conducted at the laboratory of Mycology, Department of Plant Pests and Disease, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya, Malang, Indonesia in January to May 2014. Yeasts were isolated from surface of healthy fruit of chili, stringbean, and strawberry, while Colletotrichum sp. were isolated from fruit of chili, stringbean, and strawberry that showed anthracnose symptom. Yeasts were obtained from chili were Metschnikowia sp., Candida sp., and Rhodotorula sp., from stringbean were Candida sp. and Rhodotorula sp., and from strawberry were Pichia sp., Cryptococcus sp., and Zygosaccharomyces sp. It was found that all of the isolated yeast were examined for their antagonist potentially against Colletotrichum sp. with in-vitro on PDA and in-vivo on healthy fruit of chili, stringbean, and strawberry. The most potentially yeast to suppress Colletotrichum sp. on chili and strawberry was Rhodotorula sp. from stringbean, while the most potential yeast to suppress Colletotrichum sp. on stringbean was Metschnikowia sp.

Keywords: Yeast, anthracnose, Colletotrichum sp., horticulture, antagonist test ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi khamir sebagai agens pengendali hayati patogen Colletotrichum sp. pada buah cabai, buncis, dan stroberi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia pada bulan Januari sampai Mei 2014. Khamir diisolasi dari permukaan buah cabai, buncis, dan stroberi yang sehat, sedangkan Colletotrichum sp. diisolasi dari buah cabai, buncis, dan stroberi yang menunjukkan gejala penyakit antraknosa. Khamir yang diperoleh dari buah cabai yaitu Metschnikowia sp., Candida sp., dan Rhodotorula sp., dari buah buncis yaitu Candida sp. dan Rhodotorula sp., dan dari buah stroberi yaitu Pichia sp., Cryptococcus sp., dan Zygosaccharomyces sp. Seluruh isolat khamir yang ditemukan diujikan untuk mengetahui potensinya sebagai antagonis terhadap Colletotrichum sp. secara in-vitro pada media PDA dan in-vivo pada buah cabai, buncis, dan stroberi yang sehat. Khamir yang paling berpotensi dalam menekan Colletotrichum sp. pada buah cabai dan stroberi adalah Rhodotorula sp. dari buah buncis, sedangkan khamir yang paling berpotensi dalam menekan Colletotrichum sp. pada buah buncis adalah Metschnikowia sp

(2)

PENDAHULUAN

Khamir adalah kelompok

mikroorganisme uniseluler yang memiliki kelebihan yaitu bioekologinya lebih adaptif pada permukaan tanaman yang kering, tahan terhadap terpaan sinar matahari yang kuat, fluktuasi cuaca yang tajam dan miskin nutrisi (El-Tarabily & Sivasithamparam, 2006). Oleh sebab itu khamir sangat berpotensi sebagai khamir antagonis patogen tanaman (Fonseca & Inacio, 2006). Beberapa spesies khamir telah dilaporkan dapat mengendalikan beberapa patogen pada berbagai komoditas hortikultura diantaranya yaitu sayur-mayur dan buah-buahan (Mari & Guizzardi, 1998).

Salah satu penyakit penting pada beberapa komoditas hortikultura adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum sp. Patogen Colletotrichum sp. dapat menyebabkan penyakit pada beberapa komoditas hortikultura, diantaranya yaitu cabai, buncis, dan stroberi yang dapat menyebabkan kerusakan pada buah. Sampai saat ini cara pengendalian dalam mengurangi kerugian hasil akibat penyakit antraknosa yang paling umum dijumpai adalah penggunaan fungisida sintetik secara intensif. Oleh karena itu, cara pengendalian penyakit yang lebih aman bagi konsumen dan lingkungan perlu dikembangkan.

Salah satu metode pengendalian hayati yang digunakan adalah dengan

memanfaatkan beberapa jenis

mikroorganisme antagonis, salah satunya yaitu khamir. Penelitian mengenai pengendalian hayati penyakit yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum sp. menggunakan khamir sampai saat ini di Indonesia masih sedikit dilakukan (Kalogiannis dkk, 2006), oleh sebab itu perlu diteliti potensi khamir sebagai agens pengendali hayati patogen Colletotrichum sp. pada buah cabai, buncis, dan stroberi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, mulai bulan Januari sampai Mei 2014.

Isolasi dan Identifikasi Patogen

Colletotrichum sp.

Isolasi patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai, buncis, dan stroberi yang bergejala penyakit antraknosa dilakukan dengan cara memotong buah dengan setengah bagian sakit dan setengah bagian sehat, kemudian disterilkan menggunakan NaOCl 1%, alkohol 70%, dan aquades, kemudian dibiakkan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) secara aseptis. Identifikasi dilakukan pada isolat murni secara makroskopis dan mikroskopis (Indratmi, 2000).

Isolasi dan Identifikasi Khamir

Isolasi khamir dari permukaan buah cabai, buncis, dan stroberi yang sehat dilakukan dengan metode pencucian. Buah dimasukkan ke dalam aquades steril sebanyak 100 ml kemudian digojok dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam. Air rendaman tersebut diencerkan hingga pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5 lalu diambil suspensi sebanyak 50 µl dan diratakan pada media Yeast Malt Agar (YMA). Isolat khamir murni diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis (Assis & Mariano, 1999).

Uji Antagonis Khamir terhadap Patogen Colletotrichum sp. secara

In-vitro pada Media PDA

Isolat khamir digoreskan tepat di tengah cawan petri sebanyak satu lup inokulasi. Biakan murni patogen Colletotrichum sp. diambil menggunakan bor gabus dan diletakkan di sisi kanan dan kiri goresan khamir dengan jarak 3 cm. Pengamatan dilakukan selama 10 hari

(3)

94 terhadap lebar zona hambat yang dihasilkan. Pada perlakuan kontrol patogen Colletotrichum sp. ditumbuhkan tanpa khamir (Sugipriatini, 2009). Persentase tingkat hambatan terhadap patogen dihitung dengan rumus mengikuti Hadiwiyono (1999):

THR= Persentase tingkat hambatan relatif terhadap pertumbuhan patogen dk = Jumlah jari-jari koloni patogen

tanpa perlakuan khamir (kontrol) dp = Jumlah jari-jari koloni patogen yang

diberi perlakuan khamir

Uji Antagonis Khamir terhadap Patogen Colletotrichum sp. secara

In-vivo pada Buah

Suspensi patogen Colletotrichum sp. dibuat dengan kerapatan 106 spora/ml. Kemudian membuat suspensi khamir dengan kerapatan 107 sel/ml. Buah yang sehat disterilkan dengan NaOCl 1% dan aquades kemudian dicelupkan dalam suspensi khamir. Selanjutnya buah dilukai dengan cara ditusuk menggunakan jarum steril sebanyak tiga titik luka. Kemudian suspensi patogen diteteskan pada tiga titik inokulasi tersebut. Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi penyakit dan kejadian penyakit pada buah. Persentase kejadian penyakit pada buah dihitung menggunakan rumus mengikuti (Korsten & Demoz, 2006):

KP = Kejadian penyakit

n =Jumlah titik inokulasi yang menunjukkan gejala penyakit N = Jumlah titik inokulasi yang diamati Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata, akan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Patogen

Colletotrichum sp.

Hasil isolasi dan identifikasi menunjukkan bahwa secara makroskopis koloni patogen terlihat berwarna putih keabu-abuan hingga abu-abu gelap kehitaman dengan tekstur agak kasar dan memiliki pola sebaran koloni yang beraturan. Sedangkan secara mikroskopis patogen ini memiliki konidia uniseluler yang hialin, konidiofor, setae, apressoria, dan miselium yang bersekat. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan literatur bahwa koloni patogen Colletotrichum sp. pada media PDA berwarna putih keabu-abuan hingga abu-abu gelap kehitaman Benyahia (2003). Secara mikroskopis patogen ini memiliki konidia uniseluler berwarna hialin yang berada pada ujung konidiofor yang tidak bercabang, memiliki setae, apresoria, miselium yang terdiri dari beberapa septa, serta intra dan interseluler hifa (Singh, 1998).

Isolasi dan Identifikasi Khamir

Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi khamir diperoleh khamir dari buah cabai yaitu Metchnikowia sp., Candida sp., dan Rhodotorula sp., dari buah buncis yaitu Rhodotorula sp. dan Candida sp., sedangkan dari buah stroberi yaitu Pichia sp., Cryptococcus sp., dan Zygosaccharomyces sp.

Uji Antagonis Khamir terhadap Patogen Colletotrichum sp. secara

In-vitro pada Media PDA

Berdasarkan uji antagonis secara in-vitro dapat diketahui bahwa delapan isolat

khamir yang diujikan mampu

menghambat pertumbuhan ketiga patogen Colletotrichum sp. yang diisolasi dari buah cabai, buncis, dan stroberi.

Sedangkan perlakuan kontrol

menunjukkan tidak ada hambatan yang dihasilkan. Namun pada uji antagonis KP =



100% THR = dk – dp x 100 %

(4)

khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai dan stroberi, persentase penghambatan paling tinggi

adalah perlakuan menggunakan

Rhodotorula sp. dari buah buncis. Sedangkan pada uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah buncis, persentase penghambatan paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan menggunakan Metschnikowia sp.

Hasil uji antagonis menunjukkan bahwa delapan isolat khamir yang diujikan memiliki interaksi antagonisme dengan patogen Colletotrichum sp.

melalui mekanisme antibiosis dan kompetisi. Hagagg & Mohamed (2007) melaporkan bahwa mekanisme antibiosis oleh khamir melibatkan penggunaan senyawa metabolit sekunder atau senyawa toksik sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan patogen menjadi terhambat. Janisiewicz & Korsen (2002) menyatakan bahwa mekanisme kompetisi ruang dan nutrien terjadi apabila khamir berusaha memperoleh ruang dan nutrien yang terbatas ketika ditumbuhkan bersama patogen.

Gambar 1. Patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai. A: biakan murni, B: (1) hifa, (2) apresoria, (3) konidia

Gambar 2. Patogen Colletotrichum sp. dari buah buncis. A: biakan murni, B: (1) hifa, (2) konidia, (3) seta

Gambar 3. Patogen Colletotrichum sp. dari buah stroberi. A: biakan murni, B: (1) hifa, (2) konidia, (c) apresoria A B 3 2 1 A B 1 2 3 A B 1 2 3

(5)

96

Gambar 4. Rerata persentase penghambatan khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai

Gambar 5. Rerata persentase penghambatan khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah buncis

Gambar 6. Rerata persentase penghambatan khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah stroberi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P er se n ta se h am b at an ( % )

Pengamatan ke- (hari)

Kontrol Colletotrichum sp. Metschnikowia sp. Candida sp. dari cabai Rhodotorula sp. dari cabai Candida sp. dari buncis Rhodotorula sp. dari buncis Pichia sp. Cryptococcus sp. Zygosaccharomyces sp. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P er se n ta se h am b at an (% )

Pengamatan ke- (hari)

Kontrol Colletotrichum sp. Metschnikowia sp. Candida sp. dari cabai Rhodotorula sp. dari cabai Candida sp. dari buncis Rhodotorula sp. dari buncis Pichia sp. Cryptococcus sp. Zygosaccharomyces sp. 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P er se n ta se h am b at an ( % )

Pengamatan ke- (hari)

Kontrol Colletotrichum sp. Metschnikowia sp. Candida sp. dari cabai Rhodotorula sp. dari cabai Candida sp. dari buncis Rhodotorula sp. dari buncis Pichia sp.

Cryptococcus sp. Zygosaccharomyces sp.

(6)

Gambar 7. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai secara in-vitro. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Rhodotorula sp. dari buah buncis

Gambar 8. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah buncis secara in-vitro. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Metschnikowia sp.

Gambar 9. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah stroberi secara in-vitro. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Rhodotorula sp. dari buah buncis

Uji Antagonis Khamir terhadap Patogen Colletotrichum sp. secara

In-vivo pada Buah

Berdasarkan hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. secara in-vivo pada buah cabai, buncis, dan stroberi, diperoleh data masa inkubasi yang berbeda antara perlakuan kontrol dengan perlakuan menggunakan khamir

(Tabel 1). Pada perlakuan kontrol, masa inkubasi penyakit lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan menggunakan khamir. Sedangkan data persentase kejadian penyakit pada buah yang dianalisis menggunakan uji Duncan taraf kesalahan 0,05 (Tabel 2) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan kontrol dengan

A B

A B

B A

(7)

98 perlakuan menggunakan khamir. Perlakuan kontrol menunjukkan persentase kejadian penyakit paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan menggunakan khamir. Namun pada uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai dan stroberi, persentase kejadian penyakit paling rendah ditunjukkan oleh perlakuan menggunakan Rhodotorula sp. dari buncis. Sedangkan pada uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. dari buah buncis, persentase kejadian penyakit paling rendah ditunjukkan oleh perlakuan menggunakan Metschnikowia sp.

Berdasarkan uji antagonis khamir terhadap tiga isolat patogen Colletotrichum sp. secara in-vivo pada buah, dapat diketahui bahwa delapan isolat khamir yang diujikan mampu

menekan perkembangan patogen

Colletotrichum sp. Hal itu dibuktikan dengan semakin lambatnya masa inkubasi penyakit serta besarnya persentase kejadian penyakit pada buah. Kemampuan khamir dalam menghambat pertumbuhan patogen Colletotrichum sp. diduga karena khamir mampu menekan perkecambahan spora dan mengurangi jumlah hifa yang menginfeksi jaringan buah. Hal itu sesuai dengan pernyataan El-Ghaout dkk. (2003) bahwa buah yang dilukai kemudian diberi

perlakuan menggunakan khamir dan patogen, 24 jam kemudian menunjukkan khamir tersebut mengkolonisasi dan membentuk matriks sel yang menangkap

spora patogen serta menekan

perkecambahan spora. McLaughlin (2000) melaporkan bahwa khamir yang diisolasi dari permukaan buah kemungkinan lebih efektif sebagai agensia pengendali hayati karena khamir telah beradaptasi terhadap lingkungan tersebut sehingga lebih efektif mengkolonisasi dan berkompetisi terhadap ruang dan nutrisi yang tersedia.

Pada hasil pengujian diketahui bahwa khamir yang menunjukkan potensi paling baik dalam menekan patogen Colletotrichum sp. pada buah cabai dan stroberi adalah Rhodotorula sp. yang diisolasi dari buah buncis. Sedangkan khamir yang menunjukkan potensi paling

baik dalan menekan patogen

Colletotrichum sp. pada buah buncis adalah Metschnikowia sp. yang diisolasi dari buah cabai. Hal itu sesuai dengan pernyataan Golubev (2006) bahwa kemampuan antagonisme khamir akan lebih meningkat terhadap mikroorganisme dari habitat yang berbeda karena dianggap sebagai kompetitor baru yang harus dikalahkan untuk dapat mendominasi ruang dan nutrien yang tersedia.

Tabel 1. Masa inkubasi penyakit pada buah Perlakuan Khamir

Masa inkubasi penyakit

Cabai Buncis Stroberi

Kontrol 3 hari 5 hari 1 hari

Metschnikowia sp. 6 hari 6 hari 2 hari

Candida sp. dari cabai 4 hari 6 hari 3 hari Rhodotorula sp. dari buncis 5 hari 6 hari 3 hari Candida sp. dari cabai 6 hari 6 hari 3 hari Rhodotorula sp. dari buncis 6 hari 6 hari 3 hari

Pichia sp. 5 hari 6 hari 3 hari

Cryptococcus sp. 5 hari 6 hari 3 hari

(8)

Tabel 2. Persentase kejadian penyakit pada buah Perlakuan Khamir

Rerata persentase kejadian penyakit pada buah (%)

Cabai Buncis Stroberi

Kontrol 78,31 b 78,31 b 90,00 b

Metschnikowia sp. 35,66 a 15,69 a 54,93 a Candida sp. dari cabai 35,66 a 32,10 a 38,52 a Rhodotorula sp. dari cabai 42,08 a 35,66 a 35,66 a Candida sp. dari buncis 32,10 a 25,67 a 32,10 a Rhodotorula sp. dari buncis 15,69 a 25,67 a 25,67 a

Pichia sp. 35,66 a 35,66 a 32,10 a

Cryptococcus sp. 32,10 a 25,67 a 42,08 a

Zygosaccharomyces sp. 42,08 a 35,66 a 32,10 a Keterangan:

Angka disertai huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat beda nyata antar perlakuan

Data diambil pada 7 hari setelah inokulasi (hsi) untuk buah cabai dan buncis, serta 3 hsi untuk buah stroberi

Gambar 10. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. secara in-vivo pada buah cabai. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Rhodotorula sp. dari buah buncis

Gambar 11. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. secara in-vivo pada buah buncis. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Metschnikowia sp.

Gambar 12. Hasil uji antagonis khamir terhadap patogen Colletotrichum sp. secara in-vivo pada buah stroberi. A: kontrol patogen Colletotrichum sp., B: perlakuan menggunakan Rhodotorula sp. dari buah buncis

A B

A B

A B

1

(9)

100 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Khamir yang diisolasi dari buah cabai adalah Metschnikowia sp., Candida sp., dan Rhodotorula sp., dari buah buncis adalah Candida sp. dan Rhodotorula sp. dan dari buah stroberi adalah Pichia sp., Cryptococcus sp., dan Zygosaccharomyces sp.

2. Delapan isolat khamir yang diujikan secara in-vitro dan in-vivo mampu menghambat pertumbuhan patogen Colletotrichum sp., memperlambat masa inkubasi penyakit, dan menekan kejadian penyakit pada buah.

3. Khamir yang paling berpotensi dalam mengendalikan patogen Colletotrichum sp. pada buah cabai dan stroberi adalah Rhodotorula sp. dari buah buncis. Sedangkan khamir yang paling berpotensi dalam mengendalikan patogen Colletotrichum sp. pada buah buncis adalah Metschnikowia sp. 4. Kemampuan antagonis khamir lebih

meningkat apabila diujikan terhadap patogen dari habitat yang berbeda dengan khamir. DAFTAR PUSTAKA Assis SMP, Mariano RLR. 1999. Antagonism of Yeasts to Xanthomonas campestris pv. campestris on Cabbage

Phylloplane in Field. Rev. Microbiol. 30: 191-195.

Benyahia H. 2003. New Disease Reports. National Institute of Agronomic Research, Laboratory of Citrus Improvement and Biotechnology, Kenitra, BP 1055, Morocco. http://www.bspp.org.uk/ndr/july20 03/2003-25.asp. diunduh pada 1 Juni 2014.

El-Ghaouth A, Wilson CL, Wisniwski M. 2003. Ultrastructural and Cytochemical Asppects of The Biological Control of B. cinerea by the Candida saitoana in Apple Fruit. Phytopathology. 88: 282-291.

El-tarabily K, Sivacithamparam AK. 2006. Potential of Yeast as Biocontrol Agents of Soil-Borne Fungal Plant Pathogens and as

Plant Growth Promoters.

Mycoscience. 47: 25-35.

Fonseca A, Inacio J. 2006. Phylloplane Yeast. Dalam: Peter G & Rosa C. 2006. The Yeast Handbook: Biodiversity and Ecophysiology of Yeast. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg: 263-301.

Golubev WI. 2006. Antagonistic Anteractions among Yeast. Springer, Germany: 197-219. Hadiwiyono. 1999. Jamur Akar Gada

(Plasmodiphora brassicae Wor.) pada Cruciferae: Uji Toleransi Inang dan Pengendaliannya secara Hayati dengan Trichoderma. Universitas Jenderal Soedirman: hlm 365-371.

Haggag WM, Mohamed HAA. 2007. Biotecnological Aspects of Microorganisms used in Plant Biological Control. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture. 1(1): 7-12.

Indratmi D. 2000. Penggunaan Yeast Fruktoplan Debaryomyces sp. untuk Pengendalian Hayati Colletotrichum gloeosporioides pada Cabai. Tropika. 8: 2.

Janisiewicz WJ, Korsen L. 2002. Biological Control of Postharvest Diseases of Fruits. Annu Rev Phytopathol. 40: 11-441.

(10)

Kalogiannis S, Tjamos SE, Stergiou A, Antoniou PP, Ziogas BN, Tjamos EC. 2006. Selection and Evaluation of Phyllospere Yeast as Biocontrol Agents against Grey Mould of Tomato. European Journal of Plant Pathology. 116: 69-76.

Korsten L, Demoz TB. 2006. Bacillus subtilis Attachment, Colonization, and Survival on Avocado Flowers and its Mode of Action on Stem end Rot Pathogens. Biological Control. 37: 68-74.

Mari M, Guizzardi M. 1998. The Postharvest Phase: Emerging Technologies for the Control of Fungal Diseases. Phytoparasitica 26(1): 59-66.

McLaughlin RJ, Winniewski ME, Chalutz E. 2000. Effect of Inoculum Concentration and Salt Solutions on Biological Control of Postharvest Disease of Apples with Candida sp. Phytopathology. 80: 456-461.

Singh RS. 1998. Plant Diseases. Seventh Edition. Oxford & IBH Publishing CO. PVT. LTD. New Delhi: 640. Sugipriatini D. 2009. Potensi Penggunaan

Khamir dan Kitosan untuk

Pengendalian Busuk Buah

Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. (syn. Botryodiplodia theobromae Pat.) pada Buah Mangga Selama Penyimpanan (tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Patogen Colletotrichum sp. dari buah cabai. A: biakan  murni, B: (1) hifa, (2)  apresoria, (3) konidia
Gambar  4.  Rerata  persentase  penghambatan  khamir  terhadap  patogen  Colletotrichum  sp
Gambar  9.  Hasil  uji  antagonis  khamir  terhadap  patogen Colletotrichum  sp.  dari buah  stroberi  secara  in-vitro
Tabel 1. Masa inkubasi penyakit pada buah  Perlakuan Khamir
+2

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode belajar terhadap hasil belajar fisika siswa, Untuk mengetahui pengaruh tingkat penalaran formal siswa

Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang di ambil dari 3 titik lokasi pengamatan, vegetasi yang terdapat pada padang peggembalaan di Distrik Tanah Miring

bermanfaat untuk ini memungkinkan.. Menari merupakan sa masih berasal dari g mengembangkan ima Walau pun sifatnya m anak dapat membay kreativitas dalam ger benda-benda

dan di Tiru semakin tidak diminati, keberadaannya pun semakin menempatkan dirinya pada posisi sebagai mitra belajar sehingga tidak lagi berperan menjadi panutan

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah pemanasan asam laktat pada suhu tinggi dengan atau tanpa katalis.. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah timah(II)

Pura Nusapersada Kudus untuk dapat memaksimalkan penerapan knowledge management, memperhatikan lingkungan kerja non fisik, serta menerapkan sistem kompensasi yang

Kolektivna efikasnost po- vezana je sa školskom klimom i ukupnom kulturom škole ili školskim okruženjem pa postizanje viših vrijednosti na skalama kolektivne efikasnosti može

Dari karangan pertama ini, sudah nampak bahwa beban yang harus ditanggung oleh pengajar sakubun cukup berat, sebab bagaimana mungkin mahasiswa bisa mengarang dalam bahasa Jepang