• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Friedmen (1998), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

2. Tipe / Bentuk keluarga (Murwani, 2007)

a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian atau kematian.

(2)

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tempi membentuk satu keluarga.

3. Tugas Keluarga

Menurut Murwani (2007) ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.

Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, yaitu: pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya, pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai kedudukan masing-masing, sosialisasi antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota keluarga, penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas, dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

(3)

4. Peran Keluarga

a. Peran Formal Keluarga 1) Peran Parental

Peran parental adalah peran dasar yang membentuk posisi sosial, yaitu suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Menurut Murwani (2006) ada delapan peran parental. Peran – peran tersebut yaitu: peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan (kinship) atau peran memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan), dan peran seksual.

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

3) Peran informal

a) Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

(4)

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

c) Pendamai (compromiser): merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan

posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan

penyelesaian “setengah jalan”.

d) Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

e) Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban

5. Fungsi Keluarga (Murwani, 2007) a. Fungsi biologis

Tugas keluarga secara biologis adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak , memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi Psikologis

Sedangakan keluarga secara psikologis berfungsi untuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

(5)

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya f. Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

g. Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama

(6)

lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. h. Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia i. Fungsi rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya.

6. Keperawatan kesehatan keluarga a. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran / penyalur (Murwani, 2007).

b. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.

(7)

3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Tifus Abdominalis adalah infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005). Sedangkan menurut Hidayat (2006) Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii.

Demam thypoid adalah suatu penyakit sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endokardial atau endotelial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limfa, dan kelenjar usus (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008) sedangkan menurut Nelson (1999) demam enterik

(8)

adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. Istilah ini mencakup istilah demam yang disebabkan oleh Salmonella Thyphi.

Typhus abdominalis (demam enterik, enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejalademam lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2003).

Thyphus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella thyphosa terjadi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

(9)

2. Anatomi Sistem Pencernaan

(10)

Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai kutub ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 2,5 meter. Usus ini mengisi bagian tengah dan daerah rongga abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekiatar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya semakin mengecil berkurang sampai menjadi 2,5 cm, usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum.

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dan pilorus sampai jejenum, kira-kira dan sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio bawah kanan. Masuknya kimus ke dalam usus halus diatur oleh sfingter pilorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah dicernakan ke dalam usus besar diatur oleh katup ileoksekal. Katup ileosekal juga mencegah refluks isi usus besar ke dalam usus halus.

Dinding usus halus terdiri dan 4 lapisan dasar. Yang paling luar, atau lapisa serosa, dibentuk oleh peritoneum. Paritoneum mempunyai lapisa viseral dan pariteral, dan ruang terletak diantara lapisan lapisan ini dinamakan rongga peritoneum. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah pergesekan antara organ-organ yang berdekatan, dengan mensekresikan cairan serosa yang berperan sebagai pelumas.

Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan yaitu serabut luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan

(11)

dalam berupa serabut serabut sirkuler. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan penyambung, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.

Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus auerbach yang terletak pada lapisan muskaluris, dan pleksus meissner dilapisan submukrosa (Sylvia, 2006)

Pada penyakit tifus abdominalis kuman salmonela typhi menyerang usus halus yang ditandai dengan peradangan usus halus. Peradangan pada usus halus dapat mengenai salah satu atau semua lapisan gastro intestinal. Kelainan ini terutama mengenai lapisan mukosa usus halus. Peradangan pada penyakit ini timbul sebagai lesi-lesi granulomatasa berbatas tegas dengan pola terpisah-pisah di selruh bagian usus yang terkena. Pada peradangan kronik, timbul jaringan ikat dan fibrosis sehingga usus menjadi kaku atau tidak fleksibel. Apabila fibrosis terjadi di usus halus, maka penyerapan zat-zat gizi akan terganggu (Sarwono, 1999: 436, Price, 2005: 289-391).

3. Fisiologi Sistem Pencernaan

Makanan masuk ke dalam mulut dan dihancurkan oleh gigi. Penglihatan, penghidupan dan pengecap makanan mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Seliva melumaskan makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak, atau bolus. Sebagian makanan

(12)

dihancurkan kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva disekresi oleh 3 kelenjar utama: Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang bayak mengandung air. Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan berlendir.

Menelan dimulai sebagai kerja volunter yang kemudian bergabung berlahan menjadi reflek ivolunter. Menelan terjadi dalam tiga tahapan : a. Tahap bukal

Makanan dikumpulkan di permukaan atas lidah sebagai bolus yang lembab, kemudian lidah menekan ke langit-langit keras mendorong bolus ke arah belakang.langit-langit lunak terangkat untuk mencegah makanan masuk ke dalam hidung, dan bolus didorong ke dalam faring b. Tahap Faringeal

Laring tertarik ke atas dibawah dasar lidah, inlet laringeal berkontraksi dan epiglotis melipat menutupi laring untuk mencegah makanan menutupi trachea. Sfingter krikofaringeal antara faring dan esophagus biasany tertutup untuk mencegah udara tertarik ke dalam esophagus selama pernapasan tetapi sfingter ini berelaksasi ketika bolus mencapai sfingter otot-otot faring kemudian mendorong boluskedalam esophagus bagien atas.

c. Tahap esophagus

(13)

dalam lambung.

Absorbsi di dalam lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan alkohol diabsorbsi sangat baik. Di dalam lambung makanan diubah oleh berbagai bentuk sekresi dari kelenjar lambung menjadi cairan seperti susu yang disebut kimus, yang cocok untuk dapat melewati usus halus. Fundus dan korpus lambung mempunyai kelenjar berduktus pendek dan asini panjang. Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel petric yang mensekresi pepsinogen suatu enzim yang diubah menjadi pepsin dan dengan demikian dimulailah proses pemecahan protein.

Sel-sel oksintik yang mensekresi gas hidroklonik dan menghasilkan gas. Berkonsentrasi tinggi di dalam lambung. Keasaman yang tinggi dapat mengubah pepsinogen menjadi pepsin. Mensterilkan makanan membuat kalsium dan zat besi cocokuntuk diserap. Di dalam antrum lambung kelenjar mempunyai duktus yang panjang dan asini yang pendek berpilin kelenjar ini menghasilkan mukus bersifat bastra dan gastrin. Hormon yang berguna yang mengontrol sekresi asam. Kimus memasuki duodenum melaliu pilorus dicampur oleh sekresi dinding duodenum, empedu dan getah pankreas. Sekresi duodenum dari kelenjar mukosa dan dari kelenjar submukosa yang mengandung bikarbonat dan bersifat basa, sehingga membantu menetralkan kimus yang asam. Adanya makanan dalam duodenum menyebabkan kandung empedu berkontraksi dan mengeluarkan empedu ke duktus sistikus dan duktus empedu melalui ampula pada duodenum dan jejunum, mukosa terbenam di dalam lipatan-lipatan dan fili panjang dan sangat rapat.

(14)

Mengarah ke ileum, lapisan mukosa lebih sedikit lipatannya dan dindingnya lebih tipis dan filinya lebih pendek dan lebih panjang.

Pada sel-sel yang melapisi viii terjadi hal-hal berikut : a. Protease

Memecahkan peptida menjadi asam amino yang diserap melalui kapiler-kapiler ke dalam aliran darah.

b. Lactase

Lactase, sucrose memecahkan disakarida menjadi monosakarida (terutama glukosa) yang diserap melalui kapiler-kapiler ke dalam aliran darah.

c. Lipase

Bekerja pada pemecahan lemak untuk membentuk :

1) Asam-asam lemak sederhana dan gliseral yang diserap melalui kapilerkapiler ke dalam aliran darah.

2) Asam-asam lemak rantai panjang dan gliseral yang bergabung kembali untuk membentuk lemak trigliserida dan melewati ke dalam lacteal limfatik sebagai droplet yang sangat halus (kilomikron) bersamaan dengan vitamin A dan D yang larut dalam lemak.

d. Garam-garam empedu yang direabsorbsi dalam ilium bagian bawah. e. Vitamin-vitamin larut dalam air diserap langsung ke dalam aliran darah. f. Zat besi diserap terutama dalam duodenum bagian atas.

g. Vitamin B12 (berikatan dengan faktor-fator intrinsik) diserap pada ileum bagian bawah.

(15)

Semua pencernaan dan penyerapan yang penting terjadi di dalam usus halus baik lambung maupun usus besar dapat diangkat seluruhnya tanpa menyebabkan dampak yang serius kira-kira sampai sepertiga usus halus dapat diangkat tanpa memberikan efek pada pencernaan dan daya tahan hidup masih dapat dimungkinkan dengan kira-kira satu meter usus halus ke dalam keadaan utuh.

Kimus bergerak dan ileum menuju sekum melalui katup ileo-sekal, lipatan mukosa dalam cekum yang cenderung mencegah aliran balik kimus 5 cm terakhir ileum bekerja sebagai sfingter. Sfingter ini biasanya berkontraksi pengisian lambung membuat sfingter ini relaksasi dan isi ileum masuk ke dalam sekum. Reflek gastrokolik ini sering berkaitan dengan gerakan masa. Gerakan masa adalah gerakan cepat tiba-tiba dan peristaltik dimulai dalam kolon tengah. Gerakan ini menggerakkan isi usus besar ke dalam kolon bawah atau bahkan ke rektum.

Rektum normalnya kosong dari feses tetapi ketika feses melewati rektum akibat distensi dari dinding rektum membangkitkan sensasi kesadaran. Keputusan volunter kemudian dibuat apakah untuk membiarkan reflek defekasi dengan merelaksasi sfingter ani eksternal.

Defekasi disertai dengan kontraksi peristaltik kuat dari kolon desenden dan kolon relvis dan rektum, kontraksi otot abdomen meningkatkan tekanan intra abdomen (Evelyn, 2006).

4. Etiologi

(16)

parathypoid adalah salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C. Salmonella typhosa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Bakteri tersebut mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen O, H, dan Vi.

Antigen O (Ohne Hauch) yaitu somatic antigen (tidak menyebar) yang terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida. Sedangkan antigen H (Hauch/menyebar) yaitu antigen terdapat pada flagella. Adapun antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen. Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin.

5. Patofisiologi

Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan terjadi peningkatan produksi asam lambung yang menimbulkan perasan yang tidak enak di perut mual muntah, anoreksia, dan mengakibatkan terjadi iritasi mukosa lambung sebagian lagi masuk ke dalam usus halus sehingga terjadi infeksi yang merangsang peristaltik usus sehingga menimbulkan diare atau konstipasi selain itu kuman mencapai jaringan limfoid plaque penyeri diellium terminalis yang mengalami hipertropi.

(17)

dapat terjadi. Kuman salmonella kemudian menembus ke lamina propia, masuk kealiran limfe dan mencapai kalenjar limfe mesentrial, yang juga mengalami hipertropi. Selanjutnya kuman salmonella typhi ke aliran darah melalui duktus toracikus kuman salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plague peyeri, limpa hati, dan bagian-bagian lain system retikuloendotelia.

Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun pada typhi disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus menyebabkan nyeri (Silvia,2005).

6. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas: 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik yang biasa ditemukan ialah :

a. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu

(18)

tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Di samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar (Ngastiyah, 2003).

7. Komplikasi Dapat terjadi : a. Pada usus halus

(19)

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda ranjatan.

2) Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam mengadakan tegak.

3) Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan. b. Di luar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia (Ngastiyah, 2003).

8. Penatalaksanaan

Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu: a. Perawatan

Pasien demam thypoid perlu dirawat secara profesional dan diharuskan tirah baring secara total. Hal ini bertujuan untuk mencegah

(20)

komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalamm perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga (Widodo, 2006).

b. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak. c. Obat

Obat-obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah: 1) Kloramfenikol

Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.

2) Tiamfenikol

(21)

dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid akan turun sekitar 5-6 hari.

3) Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)

Dosis untuk orang dewasa adalah 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid akan turun sekitar 5-6 hari.

4) Ampicillin dan Amoksisilin

Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid akan turun sekitar 7-9 hari.

5) Sefalosforin generasi ketiga

Beberapa uji klinis menunjukan bahwa sefalosporin generasi ketiga antara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim. Obat anti mikroba ini sangat efektif untuk demam thypoid, tetapi lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

6) Fluorokinolon

Fluorokinolon efektif untuk demam thypoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

(22)

Obat-obat Simtomatik: 1) Antipiretika

Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam thypoid, karena tidak dapat berguna.

2) Kortikosteroid

Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap (Tapering off) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps.

9. Pengkajian Fokus a. Biodata Keluarga

Fokus pengkajian untuk Biodata keluarga berkaitan dengan umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga. Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3-19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak-anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan di rumah. Anak usia sekolah rata-rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak-anak mereka.

(23)

b. Riwayat Keluarga

Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella thypi salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.

c. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya Thypoid. Lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk terkena penyakit thypoid.

d. Fungsi Perawatan Kesehatan

Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan perlu dilakukan seperti mengatur diitnya yaitu jangan makan yang keras-keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn. L jika sakit selalu periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat

10. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga (Friedman, 1998).

(24)

a. Pengkajian Keluarga

Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap tresebut meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

b. Mengidentifikasi Data

Menurut Friedman (1998) data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya. Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan pada komponen-komponen yang berkaitan dengan Thypoid.

c. Data Identitas 1) Usia

Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3-19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak-anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata-rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak-anak mereka.

2) Jenis Kelamin

(25)

terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita. Hal dini dikarenakan aktivitas pria di luar rumah lebih banyak daripada wanita. (Artikel mahasiswa Fak.kedokteran UH, 2005, 5, google.com, diakses tanggal 10 mei 2008).

3) Lingkungan

Penyakit thypoid merebak di daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja di daerah yang kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat di daerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman, sayuran maupun buah-buahan yang terbuka, sehingga orang yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan kuman salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid. (Artikel mahasiswa Fak.kedokteran UH, 2005,6, google.com, diakses tanggal 10 mei 2008).

4) Pekerjaan

Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid. Misalnya, pemulung lebih beresiko daripada pegawai kantor.

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif. Hal ini karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan

(26)

psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya fasilitas kesehatan.

6) Hubungan (genogram).

Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota keluarga yang saat itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota keluarga dengan caller. Caller yaitu orang yang sembuh dari penyakit thypoid dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Artikel mahasiswa Fak. Kedokteran UH, 2005, 8, google.com, diakses tanggal 10 mei 2008).

7) Kebiasaan.

Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan mempermudah masuknya kuman kedalam tubuh. (Artikel mahasiswa Fak.kedokteran UH, 2005, 10, google.com, diakses tanggal 10 mei 2008).

1) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a) Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pada face ini umumnya keluarga mencapai

(27)

jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan kurang memperhatikan pola jajan dari anak mereka. Dimana dalam pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata-rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid.

b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain-lain. Kaitan penyakit thypoid adalah dengan lingkungan (lingkungan yang kotor dan kumuh). Meskipun thypoid adalah penyakit menular, namun penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang yang sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi salmonella thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun.

2) Data Lingkungan

a) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah

Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan misalnya saja di lingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak lalat.

(28)

b) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

(1) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. (2) Sistem pendukung

Pengelolaan pasien post opname thypoid di keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita penyakit thypoid.

3) Struktur Keluarga a) Pola Komunikasi

Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah kesehatan keluarga secara dini.

b) Struktur Pengambilan Keputusan

Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat

(29)

dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut. c) Peran

Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

d) Nilai atau Norma

Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.

4) Fungsi Keluarga a) Fungsi Afektif

Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

b) Fungsi Sosial

Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan cara penanggulangannya.

c) Fungsi Perawatan Keluarga

Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid (Friedman, 1998).

(1) Mengenal Masalah Kesehatan

(30)

salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah thypoid, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi.

(2) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, perawatan, pencegahan, komplikasi, serta diit thypoid.

(3) Memodifikasi Lingkungan

Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan Nn. A yang tidak sehat yaitu menjalankan diit yang salah dan memelihara kuku yang panjang serta keadaan tempat sampah yang terbuka.

c) Fungsi Reproduksi

Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang dapat ditularkan kepada anggota keluarga yang lain.

d) Fungsi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya, sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah.

(31)

11. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan SGOT dan SPGT

Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

b. Pemeriksaan Leukosit

Pada demam thypod terdapat Leukopenia (penurunan jumlah leukosit) dan Limfositosis (peningkatan jumlah leukosit) relatif pada permulaan sakit. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana dan mudah dikerjakan di labolatorium yang sederhana, tetapi hasilnya berguna untuk membantu menentukan penyakitnya dengan cepat.

Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit Nilai normal Leukosit :

Dewasa : Total :4500-10000 Lµ Anak usia 2 tahun : 6000-17000 Lµ

Bayi baru lahir : 9000-30000 Lµ (Kee, 1997) c. Biakan Darah

Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor:

1) Teknik Pemeriksaan Laboratorium

(32)

ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah (dewasa 5-10 ml, anak 2-5 ml) dan darah tersebut harus segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung.

2) Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit

Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan dapat positif lagi. 3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negatif.

4) Pengobatan dengan obat antimikrobia

Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan basil biakan mungkin negatif.

5) Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia

Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma menunjukkan bahwa selama 1984-1990 Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A masih 100% sensitive terhadap Kloramfeniol, 83,3%-100% sensitive

(33)

terhadap ampisilin dan 97%-100% sensitive terhadap kotrimoksasol. d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibobodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita thypoid.Akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody (aglutinin), yaitu: 1) Aglutinin 0, yang dibuat karena rangsang antigen 0 (berasal dari tubuh

kuman)

2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman)

3) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.(Ngastiyah,2005).

(34)

12. Pathway

Faktor predisposisi Bakteri Salmonella thyphii

Masuk ke mulut Tercemar

Masuk ke saluran pencernaan Kuman dimusnahkan oleh

asam lambung Asam lambung meningkat Perasaan tidak enak perut, mual muntah, anoreksia Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan Kelemahan fisik

Keterbatasan aktifitas tirah baring yang

lama Penekanan pada

derah kulit Resiko terhadap kerusakan integritas

Terjadi iritasi mukosa lambung Masuk ke usus Limfoid plague peyer Perdarahan & perforasi

intestina Lamina propia Kuman masuk aliran limfe

mesentrial Duktus toracikus Menuju RES (hati, limfa) Kuman berkembang biak Proses infeksi peradangan Mal absorbsi Peningkatan pada peristaltik usus Diare Hipertrofi hepanospeno-megali Tekanan pada usus Gangguan rasa nyaman nyeri Jaringan tubuh Peradangan Pelepasan zat pirogen dan sirkulasi endotoksin hiptalamus oleh leukosit Pusat fermonegulasi tubuh Peningkatan suhu

tubuh Kurang intake carian Bibir kering dan

pecah Kekurangan volume

cairan Intoleransi

aktivitas

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang penyakit thypoid

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dan tindakan yang tepat

3) Ketidakamampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit thypoid

4) Ketidakmampuan memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah thypoid

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memelihara kesehatan

(35)

13. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi / Peningkatan Suhu Tubuh pada An.E di keluarga Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita thypoid

b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di keluarga Tn.S khususnya pada An.E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita thypoid.

14. Fokus Intervensi Diagnosa I Hipertermi a. Pencegahan Primer

1) Berikan penyuluhan tentang pencegahan dari peningkatan suhu tubuh 2) Ajarkan cara untuk kompres

3) Identifikasi adanya faktor-faktor hipertermi b. Pencegahan Sekunder

1) Kaji keadaan suhu pasien 2) Beri kompres hangat

3) Pantau suhu lingkungan, batasi / tambah linen tempat tidur 4) Beri selimut dingin untuk mengurangi demam

c. Pencegahan Tersier

1) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui demam berkelanjutan

2) Kolaborasi pemberian antipiretik, pemberian pamol sesuai dengan kebutuhan anak

(36)

Diagnosa II Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a. Pencegahan Primer

1) Beri penyuluhan tentang pentingnya nutrisi

2) Ajarkan keluarga untuk susun menu seimbang untuk penderita penyakit thypoid

b. Pencegahan Sekunder 1) Kaji selera makan klien

2) Anjurkan untuk tidak makan makanan yang pedas dan yang menyebabkan kram abdomen

3) Anjurkan klien makan sedikit tetapi sering

4) Berikan dorongan kepada klien untuk makan makanan yang lebih banyak dalam porsi kecil

5) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, lembut, dan menarik 6) Beri tahu kepada keluarga untuk memenuhi jkebutuhan oral hygiene c. Pencegahan Tersier

1) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui ada tanda-tanda nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2) Kolaborasi dengan tim ahli gizi (bagaimana nutrisi yang baik) Diagnosa III Resiko terhadap Penularan Infeksi

a. Pencegahan Primer

1) Beri penyuluhan tentang cara merawat dan memodifikasi lingkungan b. Pencegahan Sekunder

(37)

minum

2) Anjurkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dengan menciptakan lingkungan rumah yang bersih

3) Anjurkan keluarga untuk menutup menu makanan yang belum dihidangkan untuk dimakan.

c. Pencegahan Tersier

1) Peningkatan keluarga untuk memodifikasi dan merawat lingkungan yang bersih

Gambar

Gambar 2.1 Strutur Pencernaan

Referensi

Dokumen terkait

Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa (Permendagri No.29 Tahun 2006) dalam Pasal

Satuan batuan tersebut berurutan dari tua ke muda yaitu: Satuan Kalkarenit – Batulempung (Kalkarenit) yang disetarakan degan Formasi Rambatan, Satuan Batupasir –

Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang

Pemenuhan kebutuhan minyak nasional dipasok dari produksi minyak mentah nasional, impor minyak mentah, dan impor produk kilang dimana dalam konteks neraca minyak

Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya. Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang dilakukan

pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam. makmur yang berkeadilan dan adil dalam

Terkait masalah sosialisasin Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentsng PPh atas penghasilan dari usaha yang di terima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki