• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA 気 `KI` Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau khas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA 気 `KI` Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau khas."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA 気`KI`

2.1 Pengertian Idiom

Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau khas. Jadi sebuah idiom adalah sebuah bentuk ekspresi khusus terhadap suatu bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari unsur-unsur pembentuknya (Makai, 1972:4). Idiom khusus untuk bahasa itu sendiri dan tidak dapat diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa lain.

Apakah idiom itu? Banyak ahli linguistik Jepang yang memberikan definisi idiom. Beberapa diantaranya adalah :

a. Miyaji Yutaka (1984: 238) menyatakan bahwa :

慣用句は単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固く、 全体で決まった意味を持つ言葉だという程度のところが、一般的な共通理 解になっているだろう。

Kanyōku wa tango no futatsu ijō no renketsutai de atte, sono ketsubitsuki ga hikakutekikoku, zentai de kimatta imi wo motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippantekina kyotsurikai ni natteiru darou.

`Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relatif sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian yang umum`.

(2)

慣用句は二つ以上の語から成るが、語形や語順が常に固定していて、全体 が一つの単位として働き、その全体が個個の語の意味の総体からは引き出 せないような比喩的または暗示的な意味を持つ、ある言葉や方言に特有の 表現である語句のこと。

Kanyōku wa futatsu ijō no go kara naru ga, gokei ya gojun ga tsune ni kotei shite ite, zentai ga hitotsu no tan`i toshite hataraki, sono zentai ga koko no go no imi no

sōtai kara wa hikidasenai youna hiyuteki matawa anjitekina imi wo motsu, aru gengo ya hougen ni tokuyu no hyougen de aru goku no koto.

`Idiom adalah pembentukan dari dua kata atau lebih yang selalu terikat oleh bentuk kata dan urutan kata, yang seluruhnya merupakan satu kesatuan, dimana satu per satu membentuk arti majas dan petunjuk, yang susunan kata-katanya

dipengaruhi dialek`.

c. Sakata Yukiko (1995:214) menyatakan bahwa :

慣用句は二つの以上の単語がつながり、それぞれの意味ではなく、全体と して、別の意味を表すもの。

Kanyōku wa futatsu ijō no tango ga tsunagari, sorezore no imi dewanaku, zentai toshite betsu no imi wo arawasu mono.

`Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang maknanya dapat bermacam-macam, menerangkan arti masing-masing secara keseluruhan` .

d. Noboru Oyanagi (1997:17) menyatakan bahwa :

慣用句は二つ以上の単語が組み合わさって、全体である意味を表す。

(3)

`Idiom adalah dua kata atau lebih yang setelah digabung memiliki arti tertentu`. e. Takao Matsumura (2001:221) menyatakan bahwa :

慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ、ひと塊として一つの意味 を表すもの。

Kanyōku to iu nowa futatsu ijō no tango wo kumiawase, hitokatamari toshite hitotsu no imi wo arawasu mono.

`Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut`.

f. Miyaji Hiroshi (1981) dalam Yuliani Rahmah menyatakan bahwa:

慣用句という用語は一般に広く使われているけれども、その概念ははっき りしているわけではない。ただ、単語の二つ以上の連結形であって、その 結びつきが比較的固く、全体で決まった意味を持つ言葉だという程度のと ころが,一般的な共通理解になっているだろう。

Kanyōku to iu yōgo wa ippan ni hiroku tsukawareteirukeredomo, sono gainen wa hakkiri shiteiru wake dewanai. Tada, tango no futatsu ijō no renketsutai de atte, sono ketsubitsuki ga hikakutekikoku, zentai de kimatta imi wo motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippantekina kyotsurikai ni natteiru darou.

`Istilah idiom digunakan secara luas dan umum, namun pengertiannya bukan berarti jelas. Hanya gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relatif sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian yang umum`.

(4)

Dengan melihat keenam definisi idiom yang dinyatakan oleh ahli lingustik Jepang tersebut, penulis lebih melihat pengertian idiom yang dikemukakan oleh Miyaji Yutaka yakni idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relatif sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian yang umum`. Dengan kata lain bahwa, idiom terbentuk dari dua buah kata atau lebih yang maknanya tidak tergantung pada unsur-unsur pembentuknya, akan tetapi memiliki arti yang tetap.

Mengetahui sebuah bahasa tertentu di dunia berarti mengetahui tentang morfem, kata-kata sederhana, kata-kata-kata-kata gabungan dan artinya, berarti juga termasuk mengetahui tentang frase yang terbentuk dari lebih dari satu kata.

Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan 「 句 `ku` 」 , jika dilihat dari segi maknanya ada dua macam, yaitu 「連語`ren-go` 」<frase biasa/ kolokasi> dan 「慣用句 `kanyoku`」<idiom>. Machida dan Momiyama (1997:114) memberi batasan, bahwa yang dimaksud dengan ku <frase> adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih.

Ren-go merupakan frase biasa, yang maknanya bisa dipahami cukup dengan mengetahui makna

setiap kata yang membentuk frase tersebut. Sedangkan kanyoku adalah idiom, yang maknanya tidak bisa dipahami jika hanya mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut saja.

Dalam frase 「 本 を 読 む `hon o yomu`」 <membaca buku> dan 「 手 紙 を 書 く `tegami o kaku`」<menulis surat> merupakan contoh ren-go yang bisa dipahami melalui arti setiap kata dalam frase tersebut. Tetapi, ada juga ren-go yang pemahamannya agak sulit bagi pembelajar bahasa Jepang, dan memerlukan penguasaan makna kata yang lebih menyeluruh lagi. Misalnya, dalam ren-go 「風邪を引く`kaze o hiku`」<masuk angin (flu)> dan 「予定

(5)

を立てる`yotei o tateru`」<menyusun rencana>, jika kurang memahami seluruh makna yang terkandung dalam kata kaze, hiku, yotei, tateru, dan partikel o, maka pembelajar bahasa Jepang akan sulit untuk memahami ren-go tersebut. Karena kesalahan bisa saja terjadi disebabkan oleh pengaruh bahasa ibunya, misalnya ketika akan mengatakan masuk angin dan

menyusun rencana dilontarkan dengan 「*風邪を持つ`kaze o motsu`」atau 「風邪が入る

`kaze ga hairu`」atau `keikaku o tsukuru` dan `keikaku o kumu`, padahal dalam bahasa Jepang hal ini tidak digunakan ungkapan tersebut.

Sedangkan untuk frase 「腹が立つ`hara ga tatsu`」<marah> dan 「油を売る`abura o uru`」<ngobrol yang tidak karuan ketika sedang bekerja>, meskipun kita mengetahui makna setiap kata dalam frase tersebut, belum tentu bisa memahami frase secara keseluruhan. Karena, dua frase tersebut jika diterjemahkan per kata, `hara` artinya <perut>, `tatsu` artinya <berdiri> dan `abura` artinya <minyak>, `uru` artinya <menjual>. Jadi, jauh sekali antara makna leksikal dan makna yang dimaksud dalam frase tersebut, yaitu <perut berdiri> dan <menjual minyak>. Kedua contoh frase tersebut merupakan contoh dari kanyoku. Bentuk kanyoku tersebut sudah paten (koteisei), artinya tidak bisa diubah atau ditukar dengan kosakata yang lain meskipun sinonimnya, seperti kata `hara` diganti dengan `onaka` meskipun kedua-duanya berarti <perut>; kata `abura` diganti dengan `oiru` meskipun sama-sama berarti <minyak>; atau diubah bentuknya menjadi `*watashi ga tatta hara` atau `*watashi ga utta abura`.

Dengan uraian di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan persamaan dan perbedaan antara idiom dengan frase, yaitu sebagai berikut:

(6)

Persamaannya:

IDIOM FRASE

terdiri atas dua kata atau lebih terdiri atas dua kata atau lebih

Perbedaannya:

IDIOM FRASE

1. tidak dapat disisipkan kata diantara unsur-unsur pembentuknya,

2. tidak dapat diperluas dengan menambah kata,

3. makna idiom tidak dapat diketahui berdasarkan makna yang membentuknya.

1. dapat diperluas kata diantara unsur-unsur pembentuknya,

2. dapat diperluas dengan menambah kata,

3. makna frase dapat diketahui berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap bahasa di seluruh dunia mempunyai ciri / karakteristik kebahasaannya, maka ciri atau karakteristik yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan budaya penuturnya (Chaer, 1995:219). Adanya ciri atau karakteristik ini tentu saja mempunyai tujuan dan arti penunjukkan keistimewaan satu bahasa. Idiom yang merupakan sub bagian dari ilmu bahasa tentu juga mempunyai karakteristik untuk mempermudah pengenalan akan kekhasan bentuk ini.

(7)

1. Arti sebuah idiom adalah kiasan dan bukan literal. Ini bukanlah hasil dari fungsi komposisional dari bagian-bagiannya,

2. Bentuk struktur bahasa idiom tidak bervariasi melainkan mempunyai bentuk yang tetap,

3. Proses pergantian, pengurangan dan penambahan tidak diperbolehkan dalam pembentukan idiom, tetapi idiom membuat banyaknya kata-kata yang bersifat kiasan sehingga idiom tidak terpisahkan dari bentuk kiasan tersebut.

2.2 Jenis Idiom

Momiyama (1997:31) dalam Dedi Sutedi menjelaskan bahwa idiom dapat dibagi atas 3 jenis yang semuanya digolongkan ke dalam majas (hiyu) yaitu:

2.2.1 Metafora (inyu)

Metafora (inyu) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau perkara, dengan cara mengumpamakannya dengan perkara atau hal lain, berdasarkan pada sifat kemiripan / kesamaannya. (Dedi Sutedi, 2003:141)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:908) dijelaskan bahwa metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Sedangkan Poerwadarminta (1976: 648) mengatakan bahwa metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

(8)

Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata; seperti, bagaikan dan lain-lain. Lakoff dan Johnson dalam Dedi Sutedi (2003:179) menggambarkan bahwa metafora bisa dinyatakan dalam bentuk “<A>…is…<B>…”,…<B>…de aru”, sedangkan dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan “…<A>…adalah…<B>…”. Tentunya hal ini bukan merupakan suatu ungkapan yang menyatakan pasti, bahwa “A adalah 100%B”, tetapi hanya perumpamaan saja.

Contoh:

1. 青年は国の背骨である。

Seinen wa kuni no sebone de aru.

`Pemuda adalah tulang punggung negara`

2. 両親は私の太陽である。

Ryōshin wa watashi no taiyō de aru.

`Orang tua adalah matahari saya`

3. 本は姉の宝物である。

Hon wa ane no takaramono de aru

`Buku adalah harta benda kakak saya`

2.2.2 Metonimi (kanyu)

Metonimi (kanyu) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau perkara, dengan cara mengumpamakannya dengan perkara atau hal lain, berdasarkan pada sifat kedekatannya atau keterkaitan antara kedua hal tersebut (Dedi Sutedi, 2003:141)

(9)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:911) dijelaskan bahwa metonimi adalah majas yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal sebagai penggantinya.

Sedangkan Moeliono (1984:3) mengatakan bahwa metonimi adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang kita maksudkan barangnya.

Contoh:

1. 彼は Chairil Anwar さんを分析している。

Kare wa Chairil Anwar san wo bunseki shiteiru.

`Dia menelaah Chairil Anwar (karyanya)`

2. その選手はただ青銅を得ただけである。

Sono senshu wa tada seidō wo eta dake de aru

`Atlit tersebut hanya mendapat perunggu (medali perunggu)`

3. 私は毎日ホンダで大学へ通っている。

Watashi wa mainichi Honda de daigaku e kayotteiru

`Saya setiap hari pulang dan pergi ke kampus naik Honda (sepeda motor merek Honda)`

(10)

2.2.3 Sinekdoke (teiyu)

Sinekdoke (teiyu) yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau perkara yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya.(Dedi Sutedi, 2003:141)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008:1311), pengertian sinekdoke dibagi menjadi 3 pengertian, yakni: 1) majas pertautan yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya: pars pro toto; 2) majas pertautan yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya: totem pro parte; 3) majas pertautan yang menyebutkan nama bahan sebagai pengganti nama barang yang terbuat dari bahan itu.

Contoh:

1. 今朝から彼女の鼻を見ていない。

Kesa kara kanojo no hana wo miteinai

`Dari tadi pagi saya tidak melihat batang hidungnya`

2. おじはジャカルタに屋根がある。

Oji wa Jakarta ni yane ga aru

`Paman saya mempunyai atap di Jakarta`

3. インドネシアはバドミントンの試合で優勝できた。

Indonesia wa badominton no shiai de yūshō dekita

(11)

2.3 Makna 気`Ki`

Dalam mempelajari idiom, harus diketahui terlebih dahulu hubungan yang erat antara bahasa dan kebudayaan, namun dalam penelitian pengaruh kultur terhadap idiom, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia tentu tidak akan lepas dari penggunaan bahasa.

Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat,1969:76). Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin (Koentjaraningrat, 1985:181). Maka, kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia, serta makna kebudayaan itu merupakan sesuatu yang disampaikan manusia satu sama lain dalam hidup bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1969:76).

Dalam bahasa Jepang mengetahui makna sebuah idiom oleh bahasa lain, mereka harus mengetahui pola berfikir, tradisi dan kebiasaan, nilai dan corak hidup bangsa Jepang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis akan mencoba menjelaskan makna 気 `Ki` sebagai acuan untuk menganalisa makna idiom yang terbentuk dari 気 `Ki` tersebut.

Dalam 国語大辞典`Kokugo Daijiten` atau Kamus Besar Bahasa Jepang (hal 423) , makna 気`Ki` dijelaskan sebagai berikut.

1. 人の活動の根源 となる生命 力。精神。 `Hito no katsudou no kongen to naru

seimeiryoku. Seishin`. `Kekuatan yang menjadi dasar kegiatan manusia.

(12)

2. その人に備わった心の傾向。気質。`Sono hito ni sonawatta kokoro no keikou.

Kishitsu`.`Kecenderungan hati yang dimiliki oleh seseorang`.

3. 何かをしようと思う心。つもり。意志。`Nanika wo shiyou to omou kokoro.

Tsumori. Ishi`.`Hati yang bermaksud melakukan sesuatu hal. Niat. Maksud`.

4. 物事にたいしたときの心の状態。気持ち。`Monogoto ni taishita toki no kokoro

no jōkyō. Kimochi`. `Keadaan hati terhadap suatu benda. Perasaan`.

5. い ろ い ろ と 思 い 巡 ら す 心 。 `Iroiro to omoimegurasu kokoro`. `Hati yang merenungkan berbagai hal`.

6. 感情。`Kanjō`. `Perasaan, emosi, sentimen, impuls, kata hati`.

7. 人 · 物· 物 事 に 引 か れ る 心 。 関心 。 `Hito-mono-monogoto ni hikareru kokoro.

Kanshin`. Hati yang teralih oleh peristiwa, benda dan orang.`

8. 物事に対して有効に働く心。`Monogoto ni taishite yūkō ni hataraku kokoro`.`Hati yang bekerja secara efektif terhadap peristiwa atau kejadian`.

9. そのものの中に含まれている勢い。力。精気。特に、アルコール類の場合は 香気。味。`Sono mono no naka ni fukumareteiru ikioi.Chikara. Seiki. Tokuni,

arukoru rui no baai wa kōki. Aji`.`Kekuatan yang terkandung dalam benda.

Tenaga/Daya. Semangat. Khususnya, aroma pada jenis alkohol. Rasa.`

10. その場に感じられる漠然とした感じ。雰囲気。気配。`Sono ba ni kanjirareru

bakuzen toshita kanji. Fun`iki. Kehai`.`Perasaan yang dirasakan secara

samara-samar. Suasana. Indikasi`.

11. 空気などの気体。`Kūki nado no kitai`.`Benda gas seperti udara dan lain-lain`. 12. 人の吸ったり吐いたり息。呼吸。`Hito no suttari haitari iki. Kokyū`.`Udara yang

(13)

Jeff Garrison dan Kayoko Kimiya, (1994:8) dalam tesis Wimonwan Wonyara (1998) menyatakan bahwa:

"We found, in short, that whenever Japanese talk about themselves or others, discuss human relations, or express their emotions, feelings, intentions or opinions, there was ki in abundance."

“Kita dapat menyimpulkan secara sederhana bahwa kapan pun orang Jepang berbicara mengenai diri mereka ataupun orang lain, mendiskusikan hubungan manusia atau juga mengekspresikan emosi, perasaan, maksud maupun pendapat mereka, selalu penuh dengan perasaan (ki)”.

Dalam bahasa China, huruf kanji 「気」 dibaca dengan 「ch`i」.Para pengikut ajaran Konfusius pada zaman baru Dinasti Sung, para ahli alkemia maupun para filosofi ajaran Tao memikirkan dengan sungguh-sungguh makna dari 気(ki) dan menafsirkannya sebagai “nafas, energi, kemampuan beraktifitas, udara, cuaca dan seks”.Huruf kanji「気」 dipercayai adalah bagian dari semua makhluk hidup sebagai semacam "kekuatan hidup" atau "kekuatan spiritual". Pemikiran terhadap huruf kanji 「気」 merupakan suatu hal yang dipusatkan pada pola pikir bangsa China secara tradisional terhadap semua benda. Secara etimologi, huruf kanji 「気」 pada mulanya ditulis dengan bentuk 「氣」yang terdiri atas huruf kanji 「气」yang bermakna “uap” dan huruf kanji 「米」 `kome` yang bermakna “beras” dan pada mulanya huruf kanji 「 気」 tersebut memiliki makna “pernafasan atau nafas”. Hubungannya adalah huruf kanji 「气」 yang bermakna uap akan muncul di saat 「米」`kome` dimasak. Pada awalnya, cara menulis huruf kanji 「气」 terdiri dari tiga baris utama, yang digunakan untuk menunjukkan nafas seseorang pada saat hari atau udara dingin. Para penulis bangsa China dahulu, ingin mengganti makna huruf kanji 「气」 dengan makna yang asli yaitu memberikan makan kepada orang lain dalam konteks sosial, seperti halnya menyediakan makanan kepada

(14)

para tamu. Jadi, huruf kanji 「气」 ditambah dengan huruf kanji 「米」`kome` menjadi 「氣」 merupakan karakter tradisional bangsa China yang masih digunakan dan berlaku hingga saat ini. Namun, di Jepang, huruf kanji 「氣」 hanya digunakan hingga tahun 1946 saja, karena pada tanggal 16 November 1946, pemerintah membuat suatu kebijakan dengan adanya istilah Tōyō Kanji (当用漢字 ) mengenai daftar Kanji untuk pemakaian sehari-hari. Seluruhnya ada 1.850 karakter yang dimuat dalam daftar Tōyō Kanji. Daftar Tōyō Kanji berintikan karakter-karakter yang waktu itu tinggi frekuensi pemakaiannya. Karakter Tōyō Kanji dimaksudkan untuk dipakai dalam undang-undang, terbitan pemerintah, surat kabar, majalah, dan masyarakat umum. Setelah dikeluarkannya Tōyō Kanji, rakyat dan penerbit surat kabar pada dasarnya hanya memakai karakter yang ada dalam daftar Tōyō Kanji. Kata-kata yang tidak dapat ditulis dalam Tōyō Kanji diganti dengan karakter lain atau ditulis dengan hiragana.

Takeda Kenji dalam tesis Wimonwan Wonyara mengatakan bahwa makna 「気」 adalah: 「『気』は、日常我々が日本語を用いる際にしばしば使う言葉の一つであ る。もっとも、周知の通り、『気』はそもそも古代中国において成立した概念であ り、先秦時代の思考を伝える多くの文献に既に登場している。日本語における 『気』を基盤としながら、そこに日本語としての独自のニュアンスを加えつつ形成 されたといってよかろう」

“Ki” wa nichijō wareware ga nihongo wo mochiiru sai ni shibashiba tsukau kotoba no hitotsu de aru. Mottomo, shūchi no toori, “ki” wa somosomo kodai chūgoku ni oite seiritsu shita gainen de ari, sakishin jidai no shikō wo tsutaeru ōku no bunken ni sudeni tōjō shiteiru. Nihongo ni okeru “ki” wo kiban toshinagara, sokoni nihongo toshite no dokuji no nyuansu wo kuwaetsutsu keisei sareta to itte yokarō”

(15)

`Ki merupakan salah satu kosa kata yang sering kita gunakan sehari-hari pada saat menggunakan bahasa Jepang. Kemudian, seperti yang diketahui secara umum, “ki” pada awalnya merupakan konsep yang terbentuk pada bangsa China kuno, dan muncul sebelumnya dalam banyak kesusastraan yang menyampaikan pemikiran jaman dahulu. Berdasarkan atas “ki” yang ada dalam bahasa Jepang, dapat dikatakan bahwa “ki” terbentuk dengan menambahkan nuansa orisinil sebagai bahasa Jepang`.

Akatsuka Yukio dalam Kanji Hyakka Daijiten Nihongogaku dalam tesis Wimonwan Wonyara menyatakan makna Ki yaitu:

「気」という文字の小学的研究、『孟子』、『荀子』、『列子』、『荘 子』、『呂氏春秋』、『淮南子』などにみられる中国における「気」思想の展開は、 秀れた多くの学者たちによって研究されてきた。しかし、当の私たち日本人の 「気」の概念が、いつ、いかにして形づくられ、時代の推移と共に、どのように変 化し、展開されてきたかということは、残念ながらいまひとつははっきりしていな い。

“Ki” to iu moji no shogakuteki kenkyū, “moushi”, “junshi”, “retsuko”, “souko”, “ryoshi shunju”, “wainanko” nado ni mirareru chūgoku ni okeru “ki” shisō no tenkai wa sugureta ōku no gakushatachi niyotte kenkyū sarete kita. Shikashi, tou no watashitachi nihonjin no “ki” no gainen ga, itsu, ikanishite katachi zukurare, jidai no suii to tomoni, dono youni henka shi, tenkai sarete kitaka to iu koto wa zannen nagara ima hitotsu wa hakkiri shiteinai.

`Dalam penelitian dasar terhadap huruf “ki”, perluasan konsep “ki” yang terdapat di China seperti “moushi”, “junshi”, ”retsuko”, “souko”, “wainanko” dan sebagainya,

(16)

merupakan konsep yang diteliti oleh para ilmuwan yang unggul. Namun, konsep pemikiran “ki” bagi kita sebagai bangsa Jepang pada waktu itu, sejalan dengan peralihan masa, perihal mengenai perluasan konsep, bagaimana perubahannya, pada saat kapan dan bagaimana bentuknya dibuat, sangat disayangkan saat sekarang pun masih tidak jelas`.

Kojima Yukie dalam Dōkanji Hyakka Daijiten Nihongogaku dalam tesis Wimonwan Wonyara menjelaskan bahwa,

「気」という語はもともと漢語である。それがいつごろどのように日本に 入ってきて、どのような展開を遂げてきたのか、東洋哲学的な意味はもとより、仏

教や儒教にもとうぜん関係があるであろう。

`Ki to iu go wa motomoto kango de aru. Sore ga itsu goro dono youni Nihon ni haitte kite, dono youna tenkai wo togete kitanoka. Tōyōtetsugakutekina imi wa motoyori, Bukkyou ya Jyukyou nimo touzen kankei ga aru de arou`

`Kata “ki” pada dasarnya merupakan sebuah kata yang berasal dari China. Kata “ki” itu sendiri sejak kapan, dan bagaimana masuk ke Jepang, dan bagaimana mulai meluasnya, barangkali ada hubungannya dengan ajaran Konfusius maupun ajaran agama Buddha berdasarkan makna filosofis wilayah Timur`.

Jika kita melihat Kesusastraan Kuno bangsa Jepang, maka kita akan memahami makna, dan cara pemakaian kata “ki”. Cara penggunaan kata “ki” disempurnakan pada abad ke 17 Masehi. Sebelumnya, pada abad 11 hingga 12 Masehi, kata “ki” dibaca dengan “ke”. Pada waktu itu, digunakan hanya berdasarkan kondisi tulisan saja tanpa membedakan makna atau hal lainnya. Jika kita melihat kata 御気色 `gokeshiki` dalam karya sastra Genji Monogatari, barangkali dapat dikatakan bahwa kata “ki” merupakan bentuk ragam hormat.

(17)

Pada pertengahan abad ke 11 Masehi, kata “ke” perlahan-lahan dibaca menjadi “ki” dan digunakan secara umum sebagai pengganti kata “ke”.

2.4 Jenis-jenis Idiom 気`Ki`

Sebelum menganalisa makna idiom 気`ki` yang ada dalam novel Watashi no Kyoto, penulis akan menguraikan seluruh idiom yang terbentuk dari kata 気`ki` dengan acuan 国語 大辞典`Kokugo Daijiten` atau Kamus Besar Bahasa Jepang dan 慣用句辞典`Kanyoku Jiten` atau Kamus Idiom seperti berikut .

2.4.1 Idiom 気`Ki` Adjektiva

Idiom 気`Ki` adjektiva selalu diikuti dengan partikel が`ga` dalam pembentukannya.

Contoh: 気が強い、気が弱い、気が長い、気が短い、気が大きい、気が小さい、 気が重い、気が軽い、気が荒い、気が若い、気が早い、気が多い、気がい い、気がない、気が気でない、気が楽、気位が高い、気色が悪い、気味が いい

2.4.2 Idiom 気`Ki` Nomina

Idiom 気`Ki` nomina ditandai dengan adanya partikel の`no`, も`mo` dan は`ha` dalam pembentukannya.

(18)

2.4.3 Idiom 気`Ki` Verba

Idiom 気`Ki` verba dapat dibedakan menjadi idiom 気`Ki` verba transitif dan idiom 気`Ki` verba intransitif serta idiom 気`Ki` verba yang menggunakan partikel に`ni` dalam pembentukannya.

a. Idiom 気`Ki` Verba Transitif

Idiom ini ditandai dengan adanya partikel を`wo` dalam pembentukannya.

Contoh: 気を入れる、気を落とす、気を変える、気を兼ねる、気を利かせる、 気を配る、気を静める、気を遣う、気を付ける、気を取られる、気を取り 直す、気を抜く、気を呑まれる、気を吐く、気を張り詰める、気を張る、 気を引く、気を紛らす、気を回す、気を持たせる、気を揉む、気を許す、 気を良くする、気を悪くする、気を迎える、気を失う、気で気を病む、気 は世を蓋う、気合を入れる、気炎を上げる、気勢を上げる、気勢をそがれ る、気脈を通じる、気持ちを汲む、

b. Idiom 気`Ki` Verba Intransitif

Idiom ini ditandai dengan adanya partikel が`ga` dalam pembentukannya.

Contoh: 気が合う、気がある、気が合わない、気が勝つ、気が置けない、気が 変 わる、気が利く、気が差す、気が沈む、気が知れない、気が進まない、 気 が 済 む 、

気が急く、気が立つ、気が散る、気が付く、気が詰まる、気が 遠 く な る よ う 、

気が咎める、気がない、気が抜ける、気が乗らない、気が 乗る、気が張る、気が 晴れない、気が引ける、気が塞ぐ、気が紛れる、気 が回る、気が向く、気が滅入

(19)

る、気が染める、気が休まる、気が緩む、気 が置ける、気が腐る、気が渋る、気 が違う、気が触れる、気が揉める、気 心が知れる、気骨がある、気骨が折れる、

c. Idiom 気`Ki` Verba Intransitif yang Diikuti Partikel に`ni`

Contoh: 気に入る、気に掛かる、気に掛ける、気に食わない、気に障る、気に す る、気に染まない、気に留める、気になる、気に病む、気に染む、気に 向 く 、 呆 気に取られる

2.5 Penilaian Bangsa Jepang terhadap “Perasaan”

Seorang antropologis Jepang, Chie Nakane berpendapat tentang bangsanya dengan ungkapan “Orang Jepang itu tidak punya prinsip”, ungkapan ini bukan tanpa alasan. `Tidak punya prinsip` di sini dari sudut pandang orang Jepang bukan persoalan kemunafikan atau ketidaktegasan, melainkan bahwa sesungguhnya orang Jepang memiliki sikap tenggang rasa terhadap perasaan orang lain. Untuk menggambarkan sikap seperti ini, dalam bahasa Jepang ada konsep yang dikatakan sebagai tatemae dan honne. Kedua konsep ini harus berjalan bersamaan dan tanpa konflik. Tatemae mengacu pada `bagian depan dari sebuah bangunan; suatu istilah yang mengacu pada apa yang diekspresikan di wajah;apa yang muncul di permukaan. Sedangkan honne mengacu pada suara hati nurani; yang berarti apa yang benar-benar dipikirkan dan dirasakan. Orang Jepang selalu mempertimbangkan mengenai diri seseorang bahwa mungkin ada sesuatu yang berbeda antara apa yang dipikirkan dengan apa yang diucapkan, sehingga keharmonisan antar hubungan personal, harus tetap terjaga. Oleh karena itu, orang Jepang akan selalu berusaha mengungkapkan pendiriannya itu sesuai dengan kondisi dan perilaku yang berlandaskan tatemae dan honne.

(20)

Suatu kata hati atau honne akan terdengar bila dalam situasi yang mengijinkannya, misalnya dalam keadaan informal, akrab, duduk bersantai dengan kolega, dan lain sebagainya. Pada pola pikir bangsa Jepang dalam berinteraksi, demi mempertimbangkan tatemae, maka honne harus selalu dipertimbangkan demikian juga sebaliknya meskipun hal itu terdengar tidak terbuka bagi kita, tetapi bagi orang Jepang itu adalah cara yang sopan dan baik untuk memahami honne orang lain.

Seorang Amerika misalnya, menganggap bahwa keterbukaan harus diucapkan secara langsung karena itu bagian dari kejujuran, dan menganggap bahwa orang lain pun akan menerimanya secara terbuka meski itu menyakitkan pada akhirnya, namun bagi orang Jepang keterbukaan tidak akan diungkapkan secara terang-terangan karena harus selalu mempertimbangkan keadaan orang lain atau mitra wicara, tapi hal ini bukan berarti tidak jujur, melainkan karena ia harus memahami perasaan orang lain agar tidak merasa tersinggung, yang bagi kita mungkin sikap seperti itu malah justru seolah-olah ketidakterbukaan.

Ada peribahasa Jepang mengatakan 以心伝心`Ishin-denshin` yang bermakna bahwa tanpa ada komunikasi lisan pun suatu komunikasi dapat terbina melalui komunikasi hati.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan sekumpulan foto kotoran anjing yang  ditemui Akbar dan ditampilkan secara slide show. Masih 

Dalam pembelajaran mandiri mahasiswa pratikan melakukan praktik mengajar selama satu hari penuh di setiap tingkatan kelas. Di sini pratikan belajar untuk menjadi guru kelas. RPP

Database pemenuhan perizinan lingkungan dan buku pedoman penyusunan dokumen lingkungan yang disusun oleh PPTB adalah untuk memudahkan subsektor dalam memahami perizinan kelola

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Keterlaksanaan RPP meningkat dari kategori baik pada siklus I menjadi berkategori sangat baik pada siklus II, (2) Hasil belajar

Textile craft art assessment tool patchwork is the format of textile craft products assessment art patchwork compiled based on several indicators of assessment

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan mengusahakan terpenuhinya kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa mikroorganisme pada MOL yang berperan sebagai pendegradasi pada proses pengomposan lumpur dan serat buah