BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Asal Usul Kelapa Sawit
Mengenal daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat.Pendapat pertama menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Afrika,sedangkan pendapat kedua menyatakan berasal dari Amerika Selatan sebagai daerah asal.Pendapat pertama didukung oleh alasan-alasan yang sangat kuat.Penyelidikan Zeven (192) terdapat fosil tepung sari (pollen) yang terdapat dalam lapisan-lapisan arkeologis dari zaman Miocene maupun lapisan-lapisan yang lebih muda. Memberikan indikasi bahwa kelapa sawit telah tumbuh sejak lama sekali di kawasan Afrika.Selanjutnya catatan-catatan sejarah penjelajahan orang-orang Eropa ke benua Afrika pada abad ke 15 dan 16 turut memperkuat pendapat tersebut.
Pendapat yang kedua,yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan,di dukung antara lain oleh Cook,yang menggemukakan dua alasan sebagai berikut:
1.Kelapa sawit tumbuh secara alamiah di pantai Brazil dan
Tetapi alasan-alasan ini di anggap kurang meyakinkan.
Hingga kini belum dicapai kata sepakat mengenai daerah asal kelapa sawit,namun secara umum para ahli cenderung beranggapan bahwa kelapa sawit (elaeis guineensis berasal dari Afrika.Di samping itu ada pula ahli berpendapat bahwa mungkin kelapa sawit terbentuk pada saat Amerika Selatan masih menyatu dengan Afrika,sebelum terjadi pergeseran benua (continental drift).Jika itu benar,persoalan daerah asal kelapa sawit tidak menjadi masalah lagi (Mangoensoekarjo,S.,2003).
Kelapa sawit (Elaes guineensis Jacq) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak, minyak industri dan bahan bakar (biodiesel). Selain itu, kelapa sawit merupakan bahan baku untuk industri sabun, industri lilin, industri pembuatan lembaran-lembaran timah dan industri kosmetik. Produktivitas dari perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan potensi bisnis perkebunan yang sangat menguntungkan. Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan hingga industri kimia diantaranya industri mentega, shortening, cokelat, bahan aditif, es krim, pakan ternak, minyak goreng, produk obat-obatan, dan kosmetik, krim, sampo, lotion, pomade, vitamin, dan beta karoten.
Selain itu, industri kulit juga memerlukan bahan baku kelapa sawit untuk membuat kulit halus dan lentur serta tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur
andfluxing agent. Pada industri logam juga menggunakan bahan kelapa sawit sebagai
bahan pemisah daari material kobalt dan tembaga (Rustam,L.,2011).
2.2.Varietas Kelapa Sawit
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak di gunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
1.Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan dagng Buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya Dura,Pesifera,Tenera,Marco carya,dan Diwikka-wakka.
Tabel 2.1. Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah Varietas Deskripsi Dura Pisifera Tenera Marco carya Diwikka-wakka -Tebal tempurung (2-8mm)
-Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung -Daging buah relative tipis,yaitu 35-50% terdapat buah -Kernel(daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah -Dalam persilangan, dipakai sebagai induk betina
-Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada -Daging buah tebal,lebih tebal dari daging buah dura
-Daging biji sangat tipis
-Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan
-Hasil dari persilangan dura dengan Pisifera -Tempurung tipis (0,5-4mm)
-Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung -Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)
-Tandan buah lebih banyak,tetapi ukurannya relative lebih kecil
-Tebal tempurung (5mm) -Daging buah sangat tipis -Terdapat dua lapis daging buah
-jarang dan kurang begitu dikenal di Indonesia (Fauzi,Y.,2011)
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandunganya.Rendemen minyak paling tinngi terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapai 22-24 %,sedangkan pada varietas Dura hanya 16-18 %.
2.Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Berdasarkan warna kulit buah,beberapa varietas kelapa sawit di antaranya varietas Nigrescens,Virescens dan Albescens.
Tabel 2.2.Varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah
Varietas Warna buah muda Warna buah masak Nigrecens Virescens Albescens Ungu kehitam-hitaman Hijau Keputih-putihan Jingga kehitam-hitaman
Jingga kemerahan,tetapi ujung buah tetap hijau
Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman
(Fauzi,Y.,2011)
3.Varietas Unggul
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tertua-tua yang diketahui
mempunya daya gabung berdasarkan hasil pengujian progeny dengan mengikuti prosedur seleksi Reciprocad Recurrent Selection (RRS).Tetua yang digunakan dalam proses persilangan adalah Dura dan Pesifera.Varietas Dura sebagai induk betina dan Pesifera sebagai induk jantan.Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain. (Yan Fauzi ,2011).
2.3.Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golonngan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (elaeis guinensis). Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet).
2.3.1.Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 % perikarp dan 20 % buah yang dilapisi kulit yang tipis,dimana kadar minyak dalam perikarp tersebut sekitar 34-40 %. Minyak kelapa sawit merupakan lemak jenis semi padat dimana komposisinya tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat seperti yang tertera
Dibawah ini,yakni:
Tabel 2.3. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit
Asam lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit
Asam kaproat 3-7 Asam laurat - 46-52 Asam miristat 1,1-2,5 14-17 Asam palmitat 40-46 6,5-9 Asam stearat 3,6-4,7 1-2,5 Asam oleat 39-45 13-19 Asam linoleat 7-11 0,5-2 (Ketaren,2008)
Selain dari kandungan kimia di atas,minyak kelapa sawit juga mengandung karoten yang kandungannya dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, akan tetapi untuk minyak kelapa sawit dengan jenis tenera kandungan karotennya lebih kurang 500-700 ppm, sedangkan untuk kandungan tokofenol jenisnya bervariasi dan juga dipengaruhi oleh penanganan bududaya selama masa produksi.
2.3.2.Sifat Fisika Dan Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisika dan kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphis, titik didih (boiling point), slipping point,shot
melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik
nyala dan titik api.
Tabel 2.4. Sifat fisika-kimia minyak sawit dan minyak inti sawit
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit
Indeks bias D 40 0C Bilangan Iod Bilangan Penyabunan 1,45665-1,4585 48-56 196-205 1,495-1,415 14-20 244-254 (Ketaren,2008)
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami,juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.
Titik cairan minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cairan yang berbeda-beda.
Tabel 2.5. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan
Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni Titik cair : awal
Akhir Bobot jenis 15oC Indeks bias D 40 o C Bilangan penyabunan Bilangan ion 21-24 26-29 0,859 - 0,870 36,0 - 37,5 14,5 - 19,0 5,2 - 6,5 29,4 40,0 46 -49 196 -206 46 - 52
Bilangan reichert Meissl Bilangan polenske Bilangan krichner Bilangan Bartya 9,7 -10,7 0,8 - 1,2 0,8 - 1,2 33 - - - - (Ketaren, 2008)
2.4 .Pengolahan Minyak Sawit
2.4.1.Rebusan (Sterilizer)
Rebusan merupakan mempermudah brondolan lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di Thresher dan menghentikan proses peningkatan Asam Lemak bebas(ALB). PKS berkapasitas olah 30 TBS/jam adalah 66 unit lori dengan perhitungan masing-masing 20 unit didalam dan dibelakang ketel rebusan, 10 unit didepan ketel rebusan (berisi buah masak), 10 unit dibawah loading ramp untuk pengisian TBS dan 10 % dari lori total rebusan dan jika PKS berkapasitas olah 60 ton TBS/jam = 132 unit lori dengan perhitungan masing-masing 40 unit didalam dan dibelakang ketel rebusan, 20 unit didepan ketel rebusan (berisi buah masak), 20 unit dibawah loading ramp untuk pengisian TBS dan 10% dari total lori untuk pemeliharaan. Jumlah rebusan PKS berkapasitas 30 ton/jam : 3 unit rebusan @ 10 lori (2 unit di operasikan dan 1 unit stanby siap operasi). 60 ton/jam : 5 unit rebusan @ 10 lori (4 unit dioperasikan dan 1 unit stanby siap operasi). (PTPN IV,2009).
2.4.2. Tujuan Perebusan
Setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitas yang baik,tingkat kesamaan yang rendah, dan minyak yang mudah dipucatkan (bleaching). perebusan sangat menentukan kualitas kecil pengolahan pabrik kelapa sawit. Tujuan dari proses perebusan tan dan buah segar yaitu untuk menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA), memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam pengolahan serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.
1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)
Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya cukup dengan perebusan hingga temperature 50 selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperature yang lebih tinggi.
2. Memudahkan pemipilan
Untuk melepaskan brondolan (spikelets fruit) dan tandan secara manual, sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang semestinya di bagian dalam tandan buah.
3. Penyempurnaan dalam pengolahan
Selama proses perebusan,kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan. Dengan berkurangnya air,susunan daging buah (pericarp) berubah. Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat nonlemak (non-oil solid). Pada saat yang sama, sel-sel minyak akan pecah dan berada dalam keadaan bebas pada saat pengeluaran uap perebusan (puncak ketiga). Dalam hal ini, senyawa protein merupakan cairan emulasi yang berbeda sehingga lapisan minyak lebih mudah dipisahkan saat proses pemurnian. Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari daging buah-kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut maupun dalam lumpur buangan (sludge) pada proses permunian-dapat ditekan.
Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadapap cangkangnya menjadi berkurang.
2.4.3. Proses Perebusan
a. Deaerasi
Deaerasi atau pembuangan udara dari sterilizer dilakukan dengan cara membuka pipa inlet, deaeration valve atau condesat valve.Udara dibuang dengan cara memasukkan uap secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan udara. Karena udara lebih berat maka udara akan turun kebawah dan dibuang melalui
deaeration valve atau melalui pipa kondensat.Deaeration akan berlangsung pada saat
pembuangan air kondensat selama sistem perebusan masih berlangsung.
b. Pembuangan air kondensat dan pembuangan uap bekas
Frekuensi pembuangan air kondensat air dan pembuangan uap bekas selama proses perebusan tergantung pada siklus perebusan. Puncak pertama dicapai dengan membuka pipa uap (inlet pipe) selama 7 menit (umumnya tekanan dicapai 1,5 kg/ ) . Kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat, exhause pipe dibuka dengan tiba-tiba sehingga tekanan turun sampai 0,5 kg/ (3 menit), kemudian pipa kondensat ditutup. Puncak kedua dicapai pipa uap masuk dibuka selama 10 menit (tekanan 2 – 2,5 kg/ ), kemudian pipa uap masuk dibuka hingga tekanan 1 kg/ (3 menit).
c. Pemasakan buah
Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat untuk membuang air kondensat. Masa pemasakan atau sebagai masa penahanan dihitung setelah mencapai puncak tertinggi hingga pembuangan uap terakhir.
d. Pembuangan uap akhir
Setelah pemasakan uap selesai maka uap yang berada dalam strerilizer dibuang dengan cara mula-mula dibuka kran pipa kondensat kemudian setelah tekanan menjadi 2,5 kg/ maka pipa pembuangan uap yang berada diatas sterilizer dibuka dengan tiba-tiba untuk mempermudah pemipilan buah. Setelah tekanan sama dengan tekanan atmosfir maka pintu rebusan dibuka.
e. Pengeluaran lori dari rebusan
Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizier dengan membuka pintu secara perlahan – lahan untuk mengurangi kerusakan “packing doo” lori kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukan buah yang akan direbus (Mangoensoekarjo, S., 2003).
2.4.4. Operasional dan perawatan rebusan
Rebusan merupakan sebuah bejana tekan yang bekerja dengan tingkat risiko tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever, dan pompa kondensat.
- Packing pintu
Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada bagian bawah pintu rebusan karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.
- Alat penunjuk tekanan (manometer)
Manometer terdapat dibagian atas pintu depan dan belakang rebusan. Fungsinya untuk menunjukkan apakah tekanan dalam rebusan masih ada atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau tidak pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap didalam rebusan benar-benar sudah nol sebab uap akan menyembur jika masih ada tekanannya.
- Pelat penyaring kondensat
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus sering diperiksa, jangan sampai tersumbat. Jika seringan ini tersumbat, air kondensat akan tergenang di lantai rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.
- Katup pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman,apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan berlebihan didalam rebusan.
- Cantilever
Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar masuk lori ke dalam
rebusan. Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar lori yang keluar-masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.
- Pompa kondensat
Lantai di sekitar rebusan tidak boleh digenangi oleh air kondensa karena temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang menyebabkan lantai menjadi licin. Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang diperlukan. Semua peralatan rebusan memerlukan perhatian. Pipa-pipa uap dan kondensat harus segera diperbaiki/diganti jika ada kebocoran karena akan mengganggu proses perebusan (pemborosan uap) dan mengotori sekitar stasiun rebusan. Setiap kebocoran agar segera dilas keesokan harinya pada saat rebusan dingin. Untuk pengelasan, gunakanlah kawat las Philips pH 36 S atau ekivalen.
Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap pegas dari katup pengaman tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, tetapi oleh mekanik atau teknisi yang telah berpengalaman dan di bawah pengawasan seorang staf. Setelah melakukan perbaikan,katup pengalaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel tersebut,harus dilakukan seizin manajer pabrik (Pahan,I.,2011).