Portofolio Pembiayaan
Seluruh informasi yang disajikan diambil dari berbagai sumber dan adalah benar pada saat informasi ini ditulis atas sepengetahuan PT Sarana Multi infrastruktur (Persero) (“PT SMi”). PT SMi tidak bertanggung jawab atas ketidaktepatan yang terkandung dalam materi.
Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan proyek-proyek infrastruktur, seluruh proses evaluasi untuk memastikan kelayakan pembiayaan atas suatu proyek, harus mengacu dan tunduk kepada ketentuan/peraturan yang berlaku baik eksternal maupun internal PT SMi. Dengan demikian, maka setiap keputusan untuk membiayai atau tidak membiayai suatu proyek, telah melalui proses uji tuntas/due diligence yang dapat dipertangungjawabkan.
Setiap keluhan atas isi dokumen ini dapat disampaikan kepada: ibu astried Swastika
Corporate Secretary PT SMi Tel : +62 21 5785 1499 fax : +62 21 5785 4298
email : corporatesecretary@ptsmi.co.id Website : www.ptsmi.co.id
keluhan yang diajukan kepada PT SMi bersifat sangat rahasia dan akan ditangani oleh panitia khusus guna memastikan bahwa keluhan tersebut ditangani dengan tepat.
Daftar Isi
03
Kata Pengantar04
1.
Tentang PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
08
2.
Produk dan Mekanisme Pembiayaan
12
3.
Komitmen dan Outstanding Pembiayaan PT SMI
16
4.
Komposisi Portofolio Pembiayaan
18
4.1Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI berdasarkan sektor
20
4.2 Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI berdasarkan matauang
22
4.3 Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI berdasarkan jenis pembiayaan23
4.4 Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI berdasarkan lokasi proyek24
4.4.1 Portofolio Kegiatan Pembiayaan PT SMI di wilayah Indonesia Timur26
5.
Portofolio Pembiayaan Secara Sektoral
28
5.1 Sektor Air Minum28
5.1.1 Tinjauan Singkat Sektor Air Minum30
5.1.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Air Minum31
5.1.3 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Air Minum32
5.2 Sektor Jalan32
5.2.1 Tinjauan Singkat Sektor Jalan35
5.2.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Jalan36
5.2.3 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Jalan38
5.3 Sektor Ketenagalistrikan38
5.3.1 Tinjauan Singkat Sektor Ketenagalistrikan41
5.3.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Ketenagalistrikan45
5.4 Sektor Minyak & Gas Bumi45
5.4.1 Tinjauan Singkat Sektor Minyak & Gas Bumi48
5.4.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Minyak & Gas Bumi50
5.4.3 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Minyak & Gas Bumi52
5.5 Sektor Telekomunikasi52
5.5.1 Tinjauan Singkat Sektor Telekomunikasi54
5.5.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Telekomunikasi55
5.5.3 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Telekomunikasi56
5.6 Sektor Transportasi56
5.6.1 Tinjauan Singkat Sektor Transportasi59
5.6.2 Kinerja Pembiayaan Sektor Transportasi60
5.6.3 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Transportasi62
5.7 Sektor Irigasi (Pengairan)62
5.7.1 Tinjauan Singkat Sektor Irigasi64
5.7.2 Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Irigasi66
6.
Pelestarian Lingkungan & Potensi Energi Terbarukan
72
7.
Penutup
75
8.
Hal-hal yang Sering Ditanyakan
76
9.
Kontak
77
Galeri Foto Proyek
Disclaimer
buku Portofolio Pembiayaan ini merupakan ringkasan atas peran nyata PT Sarana Multi infrastruktur (Persero) (“PT SMi”) dalam melakukan pembiayaan proyek-proyek infrastruktur di indonesia. buku ini memberikan gambaran mengenai kinerja pembiayaan PT SMi sejak tahun 2010 sampai dengan September 2014.
kegiatan pembiayaan merupakan aktivitas inti dari PT SMi yang didirikan oleh Pemerintah republik indonesia untuk misi khusus menjadi katalis dalam percepatan pembangunan infrastruktur di indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu dan melihat kebutuhan pembangunan infrastruktur tidak hanya dari sisi pembiayaan semata maka PT SMi bermetamorfosis dengan melakukan pendampingan atas penyiapan proyek-proyek kerjasama Pemerintah Swasta (kPS) serta dalam pemberian jasa-jasa konsultasi. Dengan tambahan kedua kegiatan tersebut menjadikan PT SMi memiliki 3 pilar kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Pembiayaan dan investasi
2. Jasa konsultasi
3. Pengembangan Proyek kPS
Kata Pengantar
Di masa depan, PT SMi membuka peluang bagi pihak swasta untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur. untuk itu PT SMi senantiasa menjalin kemitraan dengan investor proyek infastruktur melalui kerja sama baik dalam bidang pembiayaan, jasa konsultasi dan pengembangan proyek kPS guna percepatan pembangunan infrastruktur di indonesia.
Melalui buku Portofolio Pembiayaan ini PT SMi berharap dukungan seluruh stakeholder untuk terus dapat berkolaborasi secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam percepatan pembangunan infrastruktur di indonesia.
Salam Hormat Emma Sri Martini Direktur utama
TENTANG PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (PERSERO)
1.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
Visi:
Menjadi katalis dalam percepatan
pembangunan infrastruktur nasional
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (“PT SMI”) didirikan pada tahun 2009 sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
Untuk menjawab tantangan dan kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur di
Indonesia, PT SMI menetapkan 3 pilar bisnisnya sebagai berikut:
• Pembiayaan infrastruktur
• Jasa konsultasi
• Pengembangan proyek
Bisnis utama PT SMI adalah melakukan pembiayaan di bidang infrastruktur.
Sebagai perusahaan pembiayaan infrastruktur, kegiatan operasional PT SMI
tunduk pada Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.010/2009 yang antara lain
mengatur lingkup objek pembiayaan yang terdiri dari infrastruktur transportasi,
jalan, pengairan, air minum, air limbah, telekomunikasi, ketenagalistrikan, minyak
dan gas bumi, serta infrastruktur lain atas persetujuan Menteri Keuangan.
Transportasi
Limbah
Ketenagalistrikan
Telekomunikasi
Jalan
Minyak & Gas
Bumi
Irigasi
Air Minum
1. TENTANG PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (PERSERO)
PRODUK DAN MEKANISME PEMBIAYAAN
2.
Produk dan Mekanisme Pembiayaan
PT SMI menyediakan pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur melalui skema dan produk sebagai berikut: 1. Pembiayaan Senior
Pembiayaan senior adalah hutang yang memiliki senioritas yang lebih tinggi dalam hal pembayaran kembali hutang, dibandingkan dengan hutang - hutang lain yang lebih junior. Produk pembiayaan senior yang diberikan PT SMI dapat berupa pembiayaan sebagai berikut:
• Pembiayaan Investasi Berjangka (Investment Loan/Term Loan)
• Pembiayaan Modal Kerja
• Pembiayaan Dana Talangan (Bridge Loan) • Pembiayaan Take Out Financing
• Pembiayaan Promoter Financing
2. Pembiayaan Hutang Subordinasi
Pembiayaan hutang subordinasi merupakan hutang yang bersifat junior dalam hal pembayaran kembali hutang dibandingkan hutang senior.
3. Pembiayaan Mezzanine
Pembiayaan mezzanine merupakan hutang yang bersifat junior dalam hal pembayaran kembali hutang dibandingkan hutang senior dan memiliki rancangan pembayaran kembali dengan opsi konversi hutang menjadi saham, kombinasi antara cash flow dan konversi hutang menjadi saham atau kombinasi antara cash flow dan opsi pembelian saham (warrants).
2. PRODUK DAN MEKANISME PEMBIAYAAN
Kegiatan Pembiayaan PT SMI meliputi kegiatan Pembentukan Portofolio dan Monitoring Portofolio. Adapun proses pemberian pembiayaan sampai dengan proses pemantauannya dapat dijelaskan dalam bagan berikut: 4. Investasi Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah aktivitas investasi dalam bentuk kepemilikan saham secara langsung yang kepemilikan sahamnya tidak ditujukan untuk dimiliki secara permanen pada perusahaan yang bergerak dalam sektor/proyek infrastruktur. Aktivitas investasi tersebut dilakukan bersama-sama dengan pemegang saham lain yang mengacu pada peraturan yang berlaku.
Persetujuan PBM Komite Kredit & Investasi Term Sheet
PIPELINE S.D. FINANCIAL CLOSE
Corporate Finance Project Finance Risiko pada Tingkat Korporasi Credit Enhancement Inv es tment Gr ade Final Rating Risiko pada Tingkat Proyek
PENCAIRAN FASILITAS - MONITORING
Prescreening 1. PMK 100 2. KYC, AML & CFT*) Non Inv es tment Gr ade Persyaratan Pencairan • Industri • Bisnis • Manajemen • Keuangan • Kontrak Pendapatan • Kompetensi Pasar • Konstruksi & Operasi • Struktur Hukum • Keuangan Pemenuhan Kewajiban pembayaran oleh Debitur Verifikasi Pencairan Kepatuhan terhadap Perjanjian-perjanjian Pembayaran Progress Proyek
KYC : Know Your Customer AML : Anti Money Laundering CFT : Counter Financing of Terrorism PBM : Pejabat Berwenang Memutus
AA BBB B C CC E F AAA A BB CCC D
Identifikasi Pre Screening Analisa Kredit Eksekusi Financial Close Pencairan Monitoring
Hanya korporasi dan proyek yang termasuk dalam kategori INVESTMENT GRADE yang eligible untuk memperoleh pembiayaan
dari PT SMI
• On-Site and Off-Site Monitoring • Laporan BoD (secara periodik)
Komitmen dan Outstanding Pembiayaan PT SMI
3.
Outstanding
pembiayaan
mencapai
dari total komitmen
pembiayaan
78
%
Sejak berdiri pada tahun 2009, SMI telah banyak memberi kontribusi pada pembiayaan sektor infrastruktur. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.010/2009, kegiatan utama PT SMI adalah memberikan pembiayaan kepada proyek-proyek infrastruktur.
Sampai dengan September 2014 jumlah komitmen pembiayaan PT SMI telah mencapai Rp 4,67 triliun dengan outstanding Rp 3,65 triliun (termasuk pembiayaan dalam mata uang US Dollar yang dikonversi dengan asumsi kurs Rp 12.212 / USD) .
Komitmen dan
Outstanding
Pembiayaan PT SMI
3. OVERVIEW PEMBIAYAAN
Tingkat utilisasi komitmen pembiayaan yang diberikan oleh PT SMI juga terus meningkat dari tahun ke tahun dan sampai dengan September 2014 tingkat utilisasi telah mencapai 78% dari total komitmen pembiayaan. Pada tahun 2010-September 2014, PT SMI mencatat pertumbuhan pembiayaan yang cukup tinggi terlihat dari CAGR komitmen dan outstanding pembiayaan sebesar masing-masing 92,6% dan 124,9%.
Gambar 1 Komitmen dan Outstanding Pembiayaan PT SMI
Komitmen
92,6
%
Outstanding
124.9
%
Desember 2010-September 2014
CAGR
Utilisasi Komitmen Pembiayaan 44% 47% 56% 69% 78% komitmen outstandingr
p Miliar
Des-2010
Des-2011
Des-2012
Des-2013
Sep-2014
400
1.197
2.355
4.480
4.673
175
564
1.322
3.090
3.653
KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN
4.
4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN 4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN
Komposisi Portofolio Pembiayaan
4.1
Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI Berdasarkan Sektor
air Minum irigasi Jalan ketenagalistrikan
Minyak & Gas bumi Telekomunikasi Transportasi
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
1.758 1.823
Gambar 2 Komitmen Pembiayaan PT SMI Untuk Tiap Sektor
Sampai dengan
September 2014,
pembiayaan PT SMI telah
melingkupi 7 sektor
Dilihat dari sector coverage, di tahun 2010 PT SMI telah mampu melayani pembiayaan untuk 5 sektor infrastruktur yakni transportasi, minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, irigasi dan jalan. Sektor ketenagalistikan berkontribusi sebesar Rp 250 miliar atau sekitar 63% dari total nilai komitmen sebesar Rp 400 miliar di tahun 2010.
Di tahun 2011 PT SMI berhasil menambah pelayanan pembiayaannya pada sektor air minum dan telekomunikasi dengan kontribusi sebesar 13% dan 17% dari total komitmen pembiayaan. Adanya sektor air minum dan telekomunikasi menjadikan total sektor yang mampu dilayani menjadi 7 sektor infrastruktur. Pada tahun ini nilai komitmen tumbuh pesat sebesar 199% dibanding dengan tahun 2010 dengan jumlah komitmen pembiayaan mencapai Rp 1,2 triliun dan outstanding sebesar Rp 564 miliar.
68 188 150 20 60 575 200 641 200 82 358 859 14 574 440 134 494 550 530 793 300 160 518 550 608 200 20 40 252 20 4 air Minum irigasi Jalan ketenagalistrikan Minyak & Gas bumi
Telekomunikasi Transportasi
Diversifikasi sektor
pembiayaan lebih
merata di 2014
Di tahun 2012 sektor ketenagalistrikan masih mengambil porsi paling besar yakni sebesar 36% disusul sektor minyak dan gas bumi sebesar 27% dari total komitmen. Tahun ini sektor minyak dan gas bumi serta sektor jalan mengalami pertumbuhan yang pesat dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor minyak dan gas bumi tumbuh sebesar 242% sementara sektor jalan bertumbuh sebesar 497% dibanding tahun sebelumnya. Di tahun yang sama, komitmen pembiayaan juga tumbuh sebesar 97% dengan jumlah total komitmen mencapai Rp 2,3 triliun dan outstanding sebesar Rp 1,3 triliun atau sekitar 56% dari total komitmen pembiayaan.
Tahun 2013 portofolio pembiayaan PT SMI mulai terbagi secara merata pada setiap sektor. Ketenagalistrikan tetap memiliki bagian terbesar yakni sebesar 39% dari total komitmen seiring meratanya pembiayaan pada masing-masing sektor. Sektor yang tumbuh pesat adalah sektor transportasi dengan nilai komitmen yang mencapai Rp 529 miliar atau 12% dari total komitmen. Jumlah komitmen tahun 2013 telah mencapai Rp 4,4 triliun dengan posisi outstanding mencapai Rp 3 triliun atau 69% dari total komitmen.
Sampai dengan September tahun 2014 ini, jumlah komitmen pembiayaan telah mencapai Rp 4,6 triliun dengan nilai outstanding sebesar Rp 3,6 triliun. PT SMI telah melakukan pembiayaan terhadap 7 sektor dengan total jumlah debitur sebanyak 32 perusahaan. Pada saat ini, komposisi pembiayaan berdasarkan sektor tersebar lebih merata. Sektor ketenagalistrikan memberi kontribusi terbesar sebanyak 39% dari komitmen pembiayaan PT SMI diikuti oleh sektor minyak & gas bumi sebesar 17%.
5
%
10
%
17
%
5
%
63
%
Desember 2010
17
%
11
%
12
%
6
%
4
%
11
%
September 2014
Gambar 3 Komposisi Portofolio
Pembiayaan Desember 2010 &
September 2014
4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN 4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN
uSD (equiv. rp) rp
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
400 1.044 1.714 2.722 2.635 153 641 1.758 2.039
100% 87% 73% 61% 56% % Rp terhadap total komitmen pembiayaan
4.2
Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI Berdasarkan Mata Uang
Gambar 4 Komitmen Pembiayaan PT SMI (Rp dan USD (equiv Rp))
PT SMI menggunakan 2 jenis mata uang dalam memberikan fasilitas pembiayaan yakni, Rupiah dan US Dollar. Mata uang yang digunakan dalam fasilitas pembiayaan yang diberikan mengikuti mata uang pendapatan nasabah.
Pembiayaan dalam mata uang Rupiah masih mendominasi portofolio pembiayaan PT SMI. Pembiayaan dalam mata uang Rupiah menyumbang rata-rata sebesar 75% dari total komitmen pembiayaan sampai dengan September 2014 ini.
Permintaan atas pembiayaan dalam mata uang Rupiah berasal dari sektor-sektor infrastruktur yang memiliki tarif dalam denominasi Rupiah, seperti, transportasi, jalan tol, air minum dan ketenagalistrikan skala kecil dan menengah seperti pembangkit listrik mini hidro.
Fasilitas pembiayaan
PT SMI sebagian besar
menggunakan mata uang
Rupiah (Rp)
u
SD Jut
a
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
12
52
144
167
Pembiayaan dengan mata
uang US Dollar (USD)
didominasi oleh sektor
ketenagalistrikan dan minyak
& gas bumi
Total komitmen pembiayaan dengan mata uang Rupiah sampai dengan September 2014 telah mencapai Rp 2,6 triliun dengan outstanding Rp 2 triliun.
Sepanjang tahun 2011 porsi pembiayaan PT SMI dalam mata uang US Dollar didominasi seluruhnya oleh sektor minyak dan gas bumi dengan nilai komitmen USD 52,5 juta dan posisi outstanding USD 49 juta. Pembiayaan tersebut terdiri dari proyek FSO dan terminal LPG.
Mulai tahun 2012 proyek-proyek dari sektor ketenagalistrikan dengan produksi listrik yang besar mulai masuk dan mendominasi pembiayaan dengan mata uang US Dollar sampai dengan saat ini.
Proyek yang memperoleh komitmen pembiayaan terbesar dari PT SMI dengan mata uang US Dollar adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 2x10,5 MW di Gorontalo sebesar USD 28 juta pada tahun 2013 lalu. Sampai dengan September 2014 total komitmen telah mencapai USD 167 juta dengan nilai outstanding sebesar USD 132 juta atau setara dengan Rp 2 triliun dengan nilai outstanding Rp 1,6 triliun (dengan asumsi kurs Rp 12.212 / USD).
4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN 4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN
4.3
Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI Berdasarkan Jenis Pembiayaan
Gambar 6 Komitmen Pembiayaan Berdasarkan Jenis Pembiayaan
Komposisi pembiayaan
didominasi Pembiayaan
Investasi
Sampai dengan bulan September 2014, porsi komitmen pembiayaan untuk investasi tercatat sebesar 84% atau sekitar Rp 3,9 triliun dari total seluruh pembiayaan PT SMI (termasuk pembiayaan dalam mata uang US Dollar yang dikonversi dengan asumsi kurs Rp 12.212 / USD). Hal ini merupakan perubahan yang signifikan mengingat pada tahun 2010, porsi pembiayaan investasi adalah sebesar 68% dan sempat berada pada angka 94% pada tahun 2012. Perubahan ini terutama disebabkan pertumbuhan pembiayaan untuk investasi yang relatif tinggi sementara pertumbuhan pembiayaan modal kerja cenderung stagnan.
Pembiayaan Modal kerja Pembiayaan investasi 68% 90% 94% 84% 84% % pembiayaan investasi terhadap total komitmen r p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
272 128 1.082 2.215 3.780 3.924 115 140 700 750
4.4
Komposisi Portofolio Pembiayaan PT SMI Berdasarkan Lokasi Proyek
Gambar 7 Komitmen Pembiayaan Berdasarkan Lokasi Proyek
Lokasi portofolio
pembiayaan PT SMI
tersebar di seluruh
Indonesia
Gambar 8 Proporsi
Pembiayaan Project Finance
Pada September 2014
Berdasarkan Lokasi
Sampai dengan September 2014, jumlah komitmen pembiayaan PT SMI telah mencapai Rp 4,67 triliun yang terdiri dari Rp 3,3 triliun berupa project finance dan Rp 1,3 trilun berupa corporate finance. Lokasi proyek dengan pembiayaan project finance tersebar pada 4 pulau besar di Indonesia, yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Porsi terbesar pembiayaan project finance masih berada di pulau Jawa yakni sebesar 41% diikuti dengan pulau Sumatera sebesar 34% dan pulau Kalimantan dan Sulawesi masing-masing sebesar 15% dan 10% dari total komitmen pembiayaan.
Pembiayaan corporate finance terdiri dari pembiayaan perusahaan pembangkit listrik tenaga gas, pembiayaan proyek telekomunikasi dan modal kerja. Pembiayaan corporate finance antara lain digunakan untuk pembangunan menara telekomunikasi, pembangunan jalan dan jembatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
kalimantan Sulawesi Sumatera Corporate finance
Jawa
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
70 198 1.022 1.248 1.378 100 267 274 538 488 342 342 152 432 735 1.145 1.149 78 300 324 1.205 1.316 kalimantan Sulawesi Sumatera Jawa
15
%
10
%
34
%
41
%
September 2014
4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN 4. KOMPOSISI PORTOFOLIO PEMBIAYAAN
4.4.1
Portofolio Kegiatan Pembiayaan PT SMI di wilayah Indonesia Timur
Gambar 9 Peran PT SMI di wilayah Indonesia Timur
PLTU, Gorontalo Pelabuhan Marisa, Gorontalo PLTMH, Mobuya, Sulawesi Utara Proyek Trasnportasi Arar, Sorong
Proyek Jembatan, Kali Api, Manokwari Proyek Jembatan Wariki, Manokwari
Logistic Murphy Semai Oil, Fakfak
Proyek Jalan Dekai Oksibil, Papua
Proyek Irigasi, Sangkup, Sulawesi Utara
Irigasi Wundulako, Kolaka, Sulawesi Tenggara Jalan Jenepnto-Bantaeng, Sulawesi Selatan Waduk Gerak Tempe,
Wajo, Sulawesi Selatan Jembatan Sungai Pumbiu, Sulawesi Barat
- BTS Tower diseluruh Indonesia - Pembiayaan Modal Kerja pada Sektor Telekomunikasi Proyek Jalan, Klamono
Kambuaya, Sorong
Pertumbuhan
infrastruktur
di Indonesia
wilayah timur
masih belum bisa
mengimbangi
pertumbuhan
di Indonesia
wilayah barat
Pembangunan infrastruktur untuk Indonesia di wilayah timur dirasa masih belum bisa mengimbangi pertumbuhan pembangunan pada wilayah barat. Menurut data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia tahun 2014, kendala-kendala pembangunan yang dihadapi antara lain masih dibutuhkannya pemenuhan kebutuhan energi listrik; revitalisasi kapal pengangkut barang dan penumpang yang sebagian besar telah berusia tua; interkoneksi wilayah melalui jalur darat, laut dan udara yang lebih baik guna menciptakan sistem logistik yang efektif dan efisien; percepatan pembangunan infrastruktur untuk kemudahan akses ke wilayah-wilayah terpencil, khususnya bagi masyarakat Papua yang mayoritas berdiam di daerah pegunungan.
PT SMI juga telah melakukan pembiayaan pada wilayah timur Indonesia melalui proyek-proyek pembangkit listrik, pembangunan sarana irigasi, pembangunan jalan dan jembatan. Pada wilayah timur Indonesia, pembiayaan PT SMI lebih banyak berperan pada pembangunan jalan dan jembatan seperti pada jalan yang menghubungkan
Jeneponto – Bantaeng di Sulawesi Selatan atau Jalan Dekai – Oksibil di Manokwari Papua. Dengan adanya perbaikan dan peningkatan kapasitas jalur lintas Jalan Jeneponto – Bantaeng diharapkan mampu menjaga kekuatan ekonomi di wilayah timur Indonesia khususnya pada Provinsi Sulawesi Selatan. Proyek jalan Dekai-Oksibil merupakan bagian dari Jalan Trans Papua dengan total panjang jalan mencapai 3.421 km. Adanya Jalan Trans Papua diharapkan mampu mempercepat pembangunan di provinsi Papua dan Papua Barat.
Sedangkan untuk pembiayaan ketenagalistrikan berada di Gorontalo dan Mobuya di Sulawesi Utara. Keberadaan kedua pembangkit ini membantu mengurangi defisit daya di Sulawesi Utara dengan menambah kapasitas penyediaan daya listriknya. Dengan adanya proyek PLTU yang dibiayai PT SMI di Gorontalo ini, maka biaya produksi listrik diperkirakan dapat dihemat Rp 2.567 per kwh jika dibandingkan dengan PLTD. (Biaya operasi PLTU rata-rata Rp 719,52 per kwh, biaya operasi PLTD rata-rata Rp 3.286,13 per kwh, sumber: Statistik PLN 2013).
PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Gambar 10 Peta Proyek Pembiayaan PT SMI di Sektor Air Minum
Portofolio Pembiayaan Secara Sektoral
5.1
Sektor Air Minum
5.1.1
Tinjauan Singkat Sektor Air Minum
Target MDGs
Indonesia sebesar
68,8% pada tahun
2015
Pemenuhan kebutuhan air minum serta ketersediaan akses air bersih untuk masyarakat menjadi tantangan terbesar bagi pembangunan sektor air di Indonesia. Pemenuhan akses air minum dibandingkan total penduduk pada tahun 2009 mencapai 47,7%, masih dibawah target Millenium Development Goals (MDGs) sebesar 68,8% pada tahun 2015. Adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan terhadap air bersih. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan air minum menjadi semakin penting dan strategis.
Dibutuhkan air baku yang stabil dan berkualitas, jaringan distribusi yang dapat diandalkan dan instalasi pengolahan air minum yang baik untuk bisa menyerap kebutuhan yang terus bertumbuh. Keikutsertaan dan dukungan Pemerintah dalam perkembangan sektor air minum juga menjadi poin penting untuk mendukung pertumbuhan investasi di sektor air minum.
Proyek Suplai Air Bersih, Tangerang
Proyek Suplai Air Bersih,
Jakarta Berdasarkan data dari Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum, komposisi PDAM yang sehat, kurang sehat dan sakit pada tahun 2012-2013 cenderung memiliki porsi yang relatif tidak berubah. Di sisi lain, porsi PDAM sakit di tahun 2013 tercatat lebih rendah dibanding dengan kinerja tahun 2011 meskipun jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2012 porsinya sedikit mengalami kenaikan. Di tahun 2013, PDAM yang sehat memiliki porsi 50,3% atau mengalami sedikit penurunan dibanding dengan kondisi pada tahun 2012 berdasarkan total jumlah PDAM yang telah diperiksa oleh BPPSPAM di seluruh Indonesia.
Salah satu penyebab utama lambatnya pembangunan sektor air minum adalah keterbatasan kemampuan PDAM dari sisi finansial dan teknis untuk mengembangkan infrastruktur air minum di Indonesia. Akibat keterbatasan ini, kerjasama dengan pihak swasta menjadi salah satu solusi dalam pengembangan sektor air minum di Indonesia.
Hanya sekitar 50%
PDAM di Indonesia
yang tergolong sehat
(Sumber: BPPSPAM, telah diolah kembali)
Gambar 11 Kinerja PDAM 2011-2013
kurang Sehat Sakit
Sehat 2011 43,3% 30,7% 26,0% 2012 52,1% 30,8% 17,1% 2013 50,3% 29,7% 20,0%
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Gambar 12 Pembiayaan Pada Sektor Air Minum
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
150 150 200 440 300 200 200 230 komitmen outstanding
5.1.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Air Minum
Komitmen
28,7
%
Outstanding
16,8
%
Desember 2011-September 2014CAGR
Pada tahun 2011, dengan masuknya debitur pertama dalam sektor air minum maka pembiayaan dalam sektor ini mulai berjalan. Jumlah komitmen pembiayaan awal sebesar Rp 150 miliar ditujukan untuk pembiayaan anggaran belanja modal tahun 2011 yang meliputi pembangunan infrastruktur air minum termasuk penambahan, pengadaan, penggantian, perbaikan dan pemeliharaan bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, distribusi dan instalasi pengolahan air minum. Pada tahun 2012, PT SMI memberikan tambahan pembiayaan sebesar Rp 50 miliar yang ditujukan untuk pembiayaan anggaran belanja modal tahun 2012. Per September 2014, posisi outstanding pembiayaan telah mencapai berjumlah Rp 230 miliar.
Pada tahun 2013, PT SMI bersama-sama dengan perusahaan pembiayaan lain memberikan komitmen pembiayaan sindikasi untuk pembangunan instalasi pengolahan air minum di kota Tangerang dengan kapasitas 1500 liter per detik. Proyek ini memerlukan dana sekitar Rp 1,4 triliun dimana pendanaan berasal dari pembiayaan sindikasi sebesar Rp 751 miliar dan sisanya dari modal sendiri.
Dalam perkembangannya, terjadi perubahan-perubahan yang diperkirakan akan merubah perjanjian kontrak antara calon debitur dan PDAM kota Tangerang sehingga pada bulan Februari 2014, anggota sindikasi sepakat untuk memutuskan kerjasama pembiayaan kepada calon debitur.
5.1.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Air Minum
Proyek : Pembiayaan Kebutuhan Belanja Modal Lokasi : DKI Jakarta
Keterangan : Kebutuhan belanja modal dipergunakan untuk perluasan coverage air minum untuk wilayah Jakarta bagian timur
Perusahaan merupakan penyedia jasa air bersih bagi area industri, area bisnis maupun pemukiman penduduk di wilayah operasional meliputi Jakarta Timur, sebagian Jakarta Pusat dan Jakarta Jakarta Utara. Pada tahun 1998, perusahaan mendapat konsesi untuk melakukan usaha selama 25 tahun berdasarkan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum DKI Jakarta (“PAM Jaya”).
Di dalam perjanjian konsesi tersebut, perusahaan mengambil alih seluruh fasilitas produksi dari PAM Jaya dan mengoperasikan fasilitas tersebut selama 25 tahun. Dengan demikian perusahaan bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan, memelihara, serta melakukan investasi untuk mengoptimalkan, menambah dan meningkatkan pelayanan air bersih di wilayah operasionalnya.
Perusahaan memiliki fasilitas produksi berupa instalasi pengolahan air (“IPA”) di tiga lokasi dengan kapasitas produksi sebagai berikut:
1. IPA Buaran I : 2.000 liter/detik 2. IPA Buaran II : 3.000 liter/detik 3. IPA Pulo Gadung : 4.000 liter/detik
Untuk mendukung distribusi air bersih agar bisa menjangkau seluruh pelanggan, perusahaan memiliki pusat distribusi di Cilincing dan 4 pompa tekan yang berlokasi di Pasar Rebo, Sumur Batu, Sungai Bambu dan Tugu. Pompa tekan baru di Tugu merupakan instalasi pompa terbaru yang secara signifikan meningkatkan ketersediaan air di 11 kelurahan di wilayah Jakarta Utara.
Merupakan fasilitas
pengelolaan & distribusi air
bersih di timur Jakarta
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.2
Sektor Jalan
5.2.1
Tinjauan Singkat Sektor Jalan
Gambar 13 Peta Proyek Pembiayaan PT SMI di Sektor Jalan
Proyek Rekonstruksi Jalan, Aceh Tengah
Jalan Teraju-Batas Balai Bekuak, Sanggau Proyek Jalan, Klamono Kambuaya, Sorong
Jembatan Sungai Pumbiu, Sulawesi Barat Proyek Jembatan, Kali Api, Manokwari Proyek Jembatan Wariki, Manokwari Proyek Transportasi Arar, Sorong Proyek Jalan Dekai Oksibil, Papua Jalan Bypass-B Bandar Lampung Jalan Jeneponto-Bantaeng, Sulawesi Selatan Proyek Underpass, Cibubur, Jakarta Jawa Tengah Jalan Tol Cikampek Palimanan
Bagi setiap negara, infrastruktur jalan merupakan elemen penting untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Adanya infrastruktur jalan akan membuat perekonomian suatu wilayah menjadi berkembang lebih cepat dibanding wilayah-wilayah yang tidak memiliki infrastruktur jalan, baik itu jalan tol, jalan nasional maupun jalan provinsi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur jalan yang baik dan merata diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembangunan yang merata di seluruh Indonesia.
Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 94 juta kendaraan atau tumbuh dengan CAGR 15,1% dalam periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Pertumbuhan jumlah kendaraan tentunya harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur jalan yang baik dan terintegrasi.
Rata-rata pertumbuhan
kendaraan bermotor 15%
per tahun
(Sumber: Kantor Kepolisian Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS))
Gambar 14 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 2004-2012
Tahun PenumpangMobil Bis Truk Sepeda Motor Jumlah
2004 4.231.901 933.251 2.315.781 23.061.021 30.541.954 2005 5.076.230 1.110.255 2.875.116 28.531.831 37.623.432 2006 6.035.291 1.350.047 3.398.956 32.528.758 43.313.052 2007 6.877.229 1.736.087 4.234.236 41.955.128 54.802.680 2008 7.489.852 2.059.187 4.452.343 47.683.681 61.685.680 2009 7.910.407 2.160.973 4.452.343 52.767.093 67.336.644 2010 8.891.041 2.250.109 4.687.789 61.078.188 76.907.127 2011 9.548.866 2.254.406 4.958.738 68.839.341 85.601.351 2012 10.432.259 2.273.821 5.286.061 76.381.183 94.373.324
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Dibandingkan dengan sektor-sektor infrastruktur lainnya, sektor jalan memiliki tenor pembiayaan yang lebih panjang karena biaya investasi yang cukup besar. Sektor ini masih cukup menjanjikan karena pertumbuhan kendaraan penumpang maupun angkutan barang yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Sektor ini memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan industri-industri lainnya seperti otomotif dan migas.
Di Indonesia, sektor jalan masih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa. Frekuensi kendaraan yang lebih tinggi dibanding pulau-pulau lainnya membuat sektor jalan berkembang lebih pesat di Jawa. Saat ini terdapat proyek besar untuk jalan tol yang menghubungkan kota-kota di pulau Jawa yaitu Tol Trans Jawa sepanjang 1.100 km. Jaringan jalan tol Trans Jawa terbagi atas 5 koridor utama, yaitu Koridor Merak–Jakarta–Cikampek (telah beroperasi), Koridor Cikampek–Cirebon (belum beroperasi), Koridor Cirebon–Semarang (beroperasi sebagian kecil), Koridor Semarang–Surabaya (belum beroperasi) dan Koridor Surabaya–Banyuwangi
(beroperasi sebagian kecil).
Pertumbuhan sektor
jalan terkoneksi dengan
pertumbuhan pada
industri-industri lain
5.2.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Jalan
Gambar 15 Pembiayaan Pada Sektor Jalan (Rp)
Komitmen
98,0
%
Outstanding
150,5
%
Desember 2010-September 2014CAGR
Pada tahun 2011, PT SMI mulai menjajaki sektor infrastruktur jalan dengan memberikan pembiayaan kepada salah satu BUMN Karya dalam bentuk Pembiayaan Modal Kerja untuk pembangunan jalan Jeneponto-Bantaeng di Sulawesi Selatan sebesar Rp 20 miliar. PT SMI mulai terjun ke sektor infrastruktur jalan tol pada akhir tahun 2012 melalui pembiayaan sebesar Rp 300 miliar kepada operator jalan tol seksi Cikampek-Palimanan sepanjang 116,4 km. Proyek ini merupakan bagian dari proyek besar jalan tol Trans Jawa. Penarikan pertama dimulai pada bulan Juni 2013 sebesar Rp 31 miliar. Sampai dengan September tahun 2014 posisi outstanding untuk proyek ini sudah mencapai Rp 145 miliar.
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
60 40 32 10 358 494 518 23 248 313 komitmen outstanding
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.2.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Jalan
Proyek : Pembiayaan Jalan Tol Cikampek – Palimanan Lokasi : Jawa Barat
Keterangan : • Masa konsesi 35 tahun
• Panjang jalan 116,75 km (STA 91+350 s/d STA 208+104). • Merupakan bagian dari jaringan tol Trans Jawa
Lokasi proyek seluruhnya masuk dalam area Provinsi Jawa Barat, berawal dari Cikampek, Kabupaten Karawang (km 91,50) dan berakhir di Palimanan, Kabupaten Cirebon (km 207,174). Jalan tol ruas Cikampek - Palimanan diharapkan mampu mendukung jalan pantai utara Jawa Barat (Jalur Pantura) yang merupakan jalan antar kota utama. Jalur Pantura banyak dilalui untuk mobilitas penumpang dan barang dari Jawa bagian barat menuju Jawa bagian tengah dan timur.
Jalan tol ruas Cikampek – Palimanan memiliki panjang 116,20 km, yang terbagi dalam 6 seksi sebagai berikut: • Seksi 1 : Cikopo – Kalijati (26,0 km)
• Seksi 2 : Kalijati – Subang (12,0 km) • Seksi 3 : Subang – Cikedung (28,5 km) • Seksi 4 : Cikedung – Kertajati (21,0 km) • Seksi 5 : Kertajati – Sumberjaya (15,5 km) • Seksi 6A : Sumberjaya – Panjalinkidul (9,0 km) • Seksi 6B: Panjalinkidul – Palimanan (4,2 km)
Rencana penentuan lintasan jalan (alignment) proyek akan dimulai di Cikopo ke arah timur berturut-turut melintasi 2 kecamatan dan 5 desa di Kabupaten Purwakarta. Alignment selanjutnya akan melewati Kecamatan Pabuaran sebagai pintu masuk Kabupaten Subang dan selanjutnya melewati Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan berakhir di Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.
Proyek jalan tol ruas Cikampek–Palimanan ini akan menghubungkan ruas jalan tol Jakarta–Cikampek di sebelah barat (sepanjang 73 km, dioperasikan oleh PT Jasamarga sejak tahun 1988) dan ruas jalan tol Palimanan–Kanci (sepanjang 28 km, dioperasikan oleh PT Jasamarga sejak tahun 1998) dan Kanci–Pejagan (sepanjang 35 km, dioperasikan oleh Group MNC sejak tahun 2012) di sebelah timur.
Ruas tol Cikampek-Palimanan
merupakan bagian dari jaringan tol
Trans Jawa
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.3
Sektor Ketenagalistrikan
5.3.1
Tinjauan Singkat Sektor Ketenagalistrikan
Gambar 16 Peta Proyek Pembiayaan PT SMI di Sektor Ketenagalistrikan
PLTA Asahan, Sumatera Utara PLTMH Tara Bintang, Sumatera Utara PLTA, Humbahas, Sumatera Utara PLTG Tanjung Uncang, Batam PLTMH Solok Selatan, Sumatera Barat PLTMH Lebong, Bengkulu PLTMH Lebak, Banten
Proyek Tanjung Batu Bangka Belitung PLTMH
Banjarnegara, Jawa Tengah PLTGB, Kutai Barat
PLTMH Mobuya, Sulawesi Utara PLTU, Gorontalo
*Data realisasi s.d. Sept 2013 terhadap Jan-Sept 2012 (Sumber: RUPTL PLN 2013-2022, telah diolah kembali)
Gambar 17 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWH)
Kebutuhan listrik
Nasional diperkirakan
akan tumbuh 8-10%per
tahun
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, listrik merupakan elemen penting untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan pasokan listrik yang cukup dan memadai menjadi menjadi kunci untuk dapat bersaing di dunia internasional. Saat ini Indonesia masih mengalami defisit daya yang menyebabkan adanya pemadaman listrik di beberapa daerah.
Kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2013-2022, diperkirakan pertumbuhan kebutuhan listrik di Indonesia sebesar 10% pada tahun 2014 dengan estimasi pelanggan sebesar 56,8 juta. Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 2013*) Rata-rata indonesia 127.6 133.1 145.7 156.3 172.2 137.8 Pertumbuhan % 6.4 4.3 9.4 7.3 10.2 8.6 7.5 Jawa-bali 100.8 104.1 113.4 120.8 132.1 105.4 Pertumbuhan % 5.4 3.3 8.9 6.5 9.3 8.2 6.7 Sumatera 16.4 17.6 19.7 21.5 24.2 19.2 Pertumbuhan % 11.9 7.2 11.6 9.3 12.6 8.0 10.5 kalimantan 4.2 4.7 5.1 5.7 6.4 7.2 Pertumbuhan % 8.2 9.7 10.3 10.1 12.9 7.8 10.2 Sulawesi 4.2 4.6 5.1 5.6 6.4 5.4 Pertumbuhan % 7.4 8.8 10.7 11.0 13.7 14.4 10.3
Maluku, Papua &
nusa Tenggara 2.0 2.2 2.4 2.7 3.1 2.6
Pertumbuhan % 8.3 9.7 10.7 13.0 16.1 13.9 11.6
Secara umum, kebutuhan listrik tertinggi di Indonesia berada di wilayah Jawa-Bali dengan total daya 132,1 TWH atau sekitar 76% dari total daya seluruh Indonesia berdasarkan data tahun 2012.
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
RUPTL PLN 2013-2022 mengestimasikan kebutuhan listrik untuk tahun 2014 sebesar 207,8 TWH untuk seluruh Indonesia dengan rincian wilayah Indonesia timur sebesar 21,2 TWH, Indonesia barat sebesar 29,4 TWH dan Jawa-Bali sebesar 157,2 TW. Target elektrifikasi adalah sebesar 82,6% untuk tahun 2014 dan 97,7% di tahun 2022 untuk seluruh Indonesia. Sampai dengan tahun 2022, total kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur kelistrikan PLN dan IPP (Independent Power Producers) diperkirakan sebesar USD 125,2 miliar dengan partisipasi swasta sebesar USD 54,1 miliar atau sekitar 43% dari kebutuhan investasi. Penggunaan kebutuhan dana investasi sebesar USD 91,3 miliar akan digunakan untuk pembangkit listrik, sedangkan sisanya akan digunakan untuk penyaluran dan distribusi. Perencanaan ini terutama dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sekitar 6% per tahun.
Untuk kedepannya, partisipasi listrik swasta masih sangat dibutuhkan dengan porsi listrik swasta yang cukup besar untuk pengembangan ketenagalistrikan di Indonesia, tetapi permasalahan yang sering didapati dalam pengembangan listrik swasta adalah mundurnya financial close, government guarantee, pembebasan lahan dan sebagainya. (Berdasarkan RUPTL PLN 2013-2022)
(Sumber: RUPTL PLN 2013-2022, telah diolah kembali)
Gambar 18 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
RUPTL 2013-2022
Partisipasi listrik swasta
masih sangat dibutuhkan
untuk pengembangan
kelistrikan di Indonesia
Tahun Sales (TWh) 2013 189.0 2014 207.8 2015 226.8 2016 246.5 2017 266.0 2018 286.4 2019 308.0 2020 331.6 2021 357.7 2022 386.6 r p MiliarDes-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
97
102
75
80
komitmen outstanding
Gambar 19 Pembiayaan Pada Sektor Ketenagalistrikan Dengan
Mata Uang Rupiah
Gambar 20 Pembiayaan Pada Sektor Ketenagalistrikan Dengan
Mata Uang US Dollar
5.3.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Ketenagalistrikan
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
575 252 195 86 859 574 577 347 345 373 komitmen outstanding
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Sejak awal berdirinya, sektor ketenagalistrikan telah menjadi tulang punggung PT SMI untuk pendapatan pembiayaan. Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, komitmen pembiayaan pada sektor ini selalu memiliki porsi yang terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Sampai dengan tahun 2012, pembiayaan pada sektor ini didominasi pembiayaan dengan mata uang Rupiah dan baru pada tahun 2013 mulai ada pembiayaan ketenagalistrikan dengan mata uang US Dollar.
Secara umum jenis pembangkit listrik yang telah dibiayai PT SMI adalah pembangkit-pembangkit yang menggunakan tenaga air, gas bumi dan batubara. Sampai dengan September tahun 2014 total komitmen sektor ketenagalistrikan mencapai Rp 577 miliar dengan outstanding Rp 373 miliar dan komitmen USD 102 juta dengan outstanding USD 81 juta.
Komitmen
24,7
%
Outstanding
47,9
%
Desember 2010-September 2014CAGR (Rp)
Tahun 2013 mulai ada
pembiayaan sektor
ketenagalistrikan dengan
menggunakan mata uang USD
PLTU Molotabu membantu
mengurangi defisit daya di
Gorontalo
5.3.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Ketenagalistrikan
Proyek : Pembangkit Tenaga Listrik Molotabu Lokasi : Gorontalo
Keterangan : Pembangkit tenaga listrik uap dengan kapasitas 2 x 10.5 MW
Pembangunan proyek infrastruktur di Provinsi Gorontalo terus dipacu untuk dapat mengejar ketertinggalan dari provinsi lain. Menurut RUPTL PLN 2013-2022 pada beberapa tahun terakhir ekonomi Gorontalo berhasil tumbuh lebih dari 7% per tahunnya dan hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan pasokan listrik secara signifikan.
PLTU Molotabu berlokasi di Desa Molotabu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo dengan jarak sekitar 20 km dari Kota Gorontalo. Jaringan transmisi direncanakan akan masuk ke tegangan 150 kV milik PT PLN melalui Gardu Induk Botupingge dengan panjang jalur transmisi sepanjang 18 km.
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
PLTU memiliki fasilitas jetty yang akan digunakan untuk kepentingan pengangkutan batubara. PLTU Molotabu dioperasikan dengan tenaga operator sebagian besar berasal dari Gorontalo.
Untuk pengerjaan proyek tersebut, PLTU menggunakan mesin dan peralatan, turbin dan generator dari Jinan, serta boiler dari Wuxi, semuanya berasal dari Cina. Berdasarkan rencana pengembangan sistem kelistrikan PLN untuk tahun 2013 - 2020, PLTU Molotabu termasuk salah satu dari 31 proyek pembangunan pembangkit listrik yang diprogramkan oleh PLN di Sulawesi.
5.4
Sektor Minyak & Gas Bumi
5.4.1
Tinjauan Singkat Sektor Minyak & Gas Bumi
Gambar 21 Peta Proyek Pembiayaan PT SMI di Sektor Minyak & Gas Bumi
Terminal LPG, Semarang
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Pada saat ini, kebutuhan energi nasional masih bergantung pada sumber energi yang berasal dari fosil dan gas bumi sebesar 94%, terdiri dari minyak bumi sebesar 47%, gas bumi sebesar 21% dan batu bara sebesar 26%.
Dalam cetak biru target komposisi bauran energi nasional, Pemerintah merencanakan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan meningkatkan penggunaan gas bumi serta meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan seperti tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006. Diharapkan pada bauran energi di tahun 2025 pemanfaatan energi minyak bumi adalah sebesar 20%, gas bumi 30%, batubara 33% dan energi terbarukan 17% (biofuel 5%, panas bumi 5%, biomasa nuklir air surya angin 5% dan batubara yang dicairkan 2%). Berdasarkan data British Petroleum Statistical Review of World Energy bulan Juni 2013, produksi minyak bumi Indonesia tahun 2012 sebesar 918.000 barrel oil per day (“bopd”) atau 1,1% dari total produksi minyak bumi dunia yang mencapai 86.152.000 bopd. Sedangkan produksi gas alam Indonesia tahun 2012 sebesar 71,1 miliar m3 atau 2,1% dari total produksi gas bumi dunia yang mencapai 3.363,9 miliar m3.
Kebutuhan energi
nasional masih
bergantung pada minyak
dan gas bumi
Menurut data dari situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, total cadangan minyak bumi terus menurun sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 dari angka 8,93 miliar barel ke angka 7,40 miliar barel. Hal ini sejalan dengan produksi minyak bumi yang juga menurun dari 367.050 ribu barel pada tahun 2006 menjadi 314.666 ribu barel pada tahun 2012. Di masa mendatang, pengembangan sejumlah proyek baru seperti beroperasinya Blok Cepu yang ditargetkan mulai beroperasi penuh pada tahun 2014 dan pengembangan Blok South Mahakam diharapkan dapat menambah produksi minyak bumi nasional.
Dibutuhkan eksplorasi
blok dan sumur baru untuk
dapat menambah produksi
minyak bumi nasional
(Sumber: Perpres No 5 Tahun 2006, telah diolah kembali)
Gambar 22 Cetak Biru Pengelolaan
Energi Nasional 2006-2025
Gas bumi
batubara energi Terbarukan
Minyak bumi
33
%
17
%
20
%
30
%
Bauran Energi 2025
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.4.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Minyak dan Gas Bumi
Gambar 23 Pembiayaan Pada Sektor Minyak dan Gas Bumi Dengan Mata Uang Rupiah
Gambar 24 Pembiayaan Pada Sektor Minyak & Gas Bumi Dengan Mata Uang US Dollar
r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
68 35 68 10 komitmen outstanding u SD Jut a
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
47 53 13 65 39 49 13 52 komitmen outstanding
Komitmen
79,5
%
Outstanding
65,6
%
Desember 2011-September 2014CAGR (USD)
Pembiayaan PT SMI pada sektor minyak dan gas bumiterbagi menjadi 2, yaitu pembiayaan dalam mata uang Rupiah dan US Dollar. Ditahun 2010, PT SMI membiayai 2 debitur yaitu untuk pembiayaan pipa gas di Tuban dan untuk modal kerja jasa logistik. Total komitmen pembiayaan keduanya mencapai Rp 68 miliar. Pada akhir tahun 2012 seluruh pembiayaan pada sektor ini berubah kedalam mata uang US Dollar seiring berakhirnya masa kerja sama dengan kedua debitur tersebut dan masuknya tiga debitur baru yang menambah portofolio pembiayaan PT SMI dalam sektor ini. dengan total komitmen USD 52,5 juta dan nilai outstanding USD 49 juta per Desember 2012. Di tahun 2013 masuk satu debitur baru dengan nilai komitmen sebesar USD 9,4 juta untuk pembangunan kilang minyak di Bojonegoro Jawa Timur. Tercatat sampai dengan saat ini total debitur yang telah berhasil bekerja sama dengan PT SMI di sektor ini sebanyak 6 debitur. Proyek-proyek yang telah dibiayai dalam sektor minyak dan gas bumi meliputi pipa gas, FSO (Floating, Storage, Offloading) dan fasilitas pendukung.
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.4.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Minyak & Gas Bumi
Proyek : Pengolahan Minyak Bumi Lokasi : Jawa Timur
Keterangan : Merupakan proyek strategis sebagai bagian dari ketahanan bahan bakar minyak di Jawa Timur
Proyek pengolahan minyak bumi ini dibangun tahun 2008 dan terletak di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (“Proyek Oil Refinery”). Proyek Oil Refinery ini awalnya memiliki kapasitas produksi minyak mentah sebesar 6.000 bopd dan saat ini telah meningkat menjadi 12.000 bopd. Proyek Oil Refinery memproses minyak mentah menjadi bahan bakar minyak dan produk lain yang menjadi bahan baku untuk industri petrokimia.
Minyak mentah yang diproses oleh perusahaan berasal dari ladang minyak Banyu Urip, Cepu, Jawa Tengah yang merupakan pengembangan dari Blok Cepu yang dilakukan oleh salah satu perusahaan migas bersama-sama dengan PT Pertamina dan beberapa BUMD melalui Kontrak Kerja Sama (“KKS”) Cepu yang ditandatangani pada tanggal 17 September 2005 dan memiliki jangka waktu selama 30 tahun.
Penemuan ladang minyak Banyu Urip diumumkan pada bulan April 2001 dan merupakan proyek pertama yang dikembangkan setelah penandatanganan KKS. Ladang minyak Banyu Urip memiliki desain dengan kapasitas produksi minyak mentah hingga 165.000 bopd dan diperkirakan memiliki kandungan minyak mentah lebih dari 250.000.000 barrel.
Proyek Oil Refinery terletak pada lokasi yang cukup strategis, yaitu 5 km dari ladang minyak Banyu Urip dan 130 km dari industrial real estate. Pasokan minyak bumi dialirkan dari lokasi ladang minyak Banyu Urip melalui pipa sepanjang 5,2 km ke lokasi kilang minyak.
Hasil Produksi Kilang Minyak
Bojonegoro:
High Speed Diesel (HSD), Straight Run Gasoline (SRG), Vacuum Tower Bottom (VTB) atau Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO)
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.5
Sektor Telekomunikasi
5.5.1
Tinjauan Singkat Sektor Telekomunikasi
Gambar 25 Peta Proyek Pembiayaan PT SMI di Sektor Telekomunikasi
- BTS Tower diseluruh Indonesia - Pembiayaan Modal Kerja pada Sektor Telekomunikasi
(Sumber: Laporan Tahunan 2012 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia)
Gambar 26 Pertumbuhan Pasar Seluler
Industri telekomunikasi diperkirakan masih akanberkembang dan memiliki potensi pasar yang cukup besar. Wilayah Indonesia yang luas ditambah jumlah penduduk yang besar membuat industri telekomunikasi menjadi penting untuk terus dikembangkan. Pasar yang menjanjikan dan perkembangan teknologi banyak mendorong tumbuhnya sektor infrastruktur ini.
Dari Laporan Tahunan 2012 Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, terlihat pertumbuhan pada industri telekomunikasi khususnya pada pasar seluler masih diproyeksikan meningkat meski diperkirakan pertumbuhannya akan mulai melandai. Adapun 3 produk utama dari industri seluler ini adalah layanan suara, layanan teks dan layanan data. Dalam beberapa tahun belakangan ini penetrasi produk layanan data pun semakin meningkat, seiring bertumbuh pesatnya pengguna internet di Indonesia dan berkembangnya teknologi secara global.
Peningkatan populasi
memegang peranan penting
dalam perkembangan
sektor telekomunikasi
2009 2010 2011 2012 2013
Data Market review Data forecast
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.5.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Telekomunikasi
Gambar 27 Pembiayaan Pada Sektor Telekomunikasi
Pada September 2014 sektor telekomunikasi adalah salah satu sektor yang memiliki komitmen terbesar dari portofolio komitmen pembiayaan dengan mata uang Rupiah, yakni sebesar Rp 550 miliar dengan outstanding Rp 535 miliar. Pembiayaan pada sektor ini dimulai pada tahun 2011 dengan komitmen pembiayaan proyek menara telekomunikasi sebesar Rp 200 miliar. Pada tahun 2013 PT SMI juga telah menambah jumlah debitur dalam sektor ini untuk pembiayaan menara telekomunikasi dan pembiayaan belanja modal.
Pada awal tahun 2014 ini PT SMI memberikan pembiayaan dana talangan kepada debitur baru sebesar Rp 136 miliar untuk pembelian salah satu perusahaan pengelola menara telekomunikasi. Sampai September 2014 jumlah debitur yang telah mendapatkan pembiayaan dari PT SMI dalam sektor telekomunikasi adalah 4 perusahaan.
Desember 2011-September 2014
CAGR
Desember 2012-September 2014Komitmen
44,5
%
Outstanding
118,7
%
r p MiliarDes-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
550 200 200 550 340 136 535 komitmen outstanding
5.5.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Telekomunikasi
Proyek : Pembiayaan Menara Base Transceiver Station (BTS) Lokasi : Seluruh Indonesia
Keterangan : • Bagian dari sindikasi senilai Rp 3 triliun
• Pembiayaan untuk pembangunan menara telekomunikasi baru
Dari sisi jumlah menara dan kapitalisasi pasar, perusahaan ini adalah perusahaan penyewaan menara telekomunikasi ketiga terbesar di Indonesia. Pembiayaan ini adalah bagian dari pendanaan sindikasi lembaga keuangan untuk pembangunan dan akuisisi menara telekomunikasi untuk meningkatkan penyebaran menaranya.
Perusahaan ini merupakan salah satu dari tiga penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi utama di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan salah satu dari dua penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi di Sumatera Utara yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Pada posisi bulan Maret 2013, mayoritas menara yang dimiliki perusahaan berlokasi di pulau Jawa (49,76%), pulau Bali (34,70%), pulau Sumatera (7,99%) dan daerah-daerah lainnya (7,55%).
Jumlah penyewa infrastruktur telekomunikasi perusahaan mengalami peningkatan dari 1.542 penyewa (2010) menjadi 4.555 penyewa (Q1-2013). Tenancy ratio juga mengalami peningkatan dari 1,38x (2010) menjadi 1,82x (Q1-2013) atau hampir terdapat dua penyewa pada setiap menaranya.
Merupakan salah satu
penyedia jasa penyewaan
menara telekomunikasi
utama di DKI Jakarta
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.6
Sektor Transportasi
5.6.1
Tinjauan Singkat Sektor Transportasi
Gambar 28 Peta Pembiayaan Pada Sektor Transportasi
Dari data Statistik Perhubungan Buku Satu Kementerian Perhubungan tahun 2012, jika dilihat dari jumlah arus peti kemas pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia I sampai dengan IV, total arus peti kemas di Indonesia memiliki kecenderungan terus bertumbuh dengan nilai CAGR 2008-2012 sebesar 5,8%. Sejak tahun 2008 sampai dengan 2011, pertumbuhan arus peti kemas bertambah sekitar 1 juta twenty-foot equivalent units (TEUs) setiap tahunnya. Di tahun 2012, total peti kemas yang dikelola mencapai 11.076.865 TEUs.
Fasilitas pelabuhan yang
kurang baik menghambat
pertumbuhan transportasi
laut
(Sumber: Statistik Perhubungan 2012 Buku Satu, telah diolah kembali)
Gambar 29 Arus Peti Kemas Pelabuhan Yang Dikelola PT Pelabuhan Indonesia I - IV (Persero)
(Sumber: Statistik Perhubungan 2012 Buku Satu, telah diolah kembali)
Gambar 30 Produksi Pergerakan Pesawat Penerbangan (unit)
Meski demikan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah arus peti kemas ini menurun disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, adanya krisis global dan perubahan cuaca ekstrim. Pelabuhan-pelabuhan yang mengalami penurunan arus peti kemas adalah pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia I dan II, sedangkan pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia III dan IV masih memiliki tren meningkat.
Uraian Unit 2008 2009 2010 2011 2012
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Teus 900.623 1.340.337 1.474.371 1.474.371 1.304.237 PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Teus 4.527.650 4.754.031 5.229.434 5.930.000 4.911.432 PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Teus 2.388.827 2.468.310 2.666.389 2.949.980 3.256.640 PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Teus 1.031.450 1.185.024 1.280.388 1.349.961 1.604.556 Total Teus 8.848.550 9.747.702 10.650.702 11.704.312 11.076.865
2008 2009 2010 2011 2012
Domestik 856.636 887.327 1.084.621 1.257.962 1.334.997 Internasional 111.586 123.473 140.355 158.405 169.111 Total 968.222 1.010.800 1.224.976 1.416.367 1.504.108
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
Dari sisi transportasi udara, data statistik Kementerian Perhubungan untuk tahun 2008-2012 memperlihatkan rata-rata pergerakan pesawat tumbuh sebesar 12% per tahun. Menurut rencana cetak biru transportasi udara 2005-2024 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, diperkirakan pada tahun 2015-2019 permintaan angkutan dalam negeri akan meningkat 10% pertahun dan angkutan luar negeri sebesar 10,8% pertahun, sedangkan untuk tahun 2020-2024 diperkirakan permintaan angkutan dalam negeri akan meningkat 9,8% pertahun dan angkutan luar negeri sebesar 6,8% pertahun.
(Sumber: Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024 Kementerian Perhubungan, telah diolah kembali)
Gambar 31 Estimasi Pertumbuhan
Permintaan Jasa Angkutan Udara
Pertumbuhan permintaan angkutan udara
domestik dan internasional diperkirakan
sekitar 10% per tahun pada 2015-2019
Domestik Internasional
2005-2009 15,39% 12,6%
2010-2014 9,78% 12,3%
2015-2019 10% 10,8%
2020-2024 9,8% 6,8%
Gambar 32 Pembiayaan Pada Sektor Transportasi (Rp)
5.6.2
Kinerja Pembiayaan Sektor Transportasi
Komitmen
139,6
%
Outstanding
179,7
%
Desember 2011-September 2014t
CAGR
Sampai dengan September tahun 2014, untuk sektor transportasi PT SMI telah memiliki total komitmen Rp 530 miliar dengan nilai outstanding mencapai Rp 473 miliar. Pembiayaan dalam sektor ini tumbuh pesat pada tahun 2013 dengan adanya pembiayaan-pembiayaan dalam jumlah yang besar yang didominasi oleh proyek-proyek pembangunan dan pengelolaan pelabuhan kapal yang diantaranya adalah terminal curah & log di Gresik Jawa Timur dan pelabuhan samudera & terminal peti kemas di Samarinda, Kalimantan Timur.r
p Miliar
Des-2010 Des-2011 Des-2012 Des-2013 Sep-2014
530 4 4 20 10 530 433 14 13 473 komitmen outstanding
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.6.3
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Transportasi
Proyek : Pelabuhan terminal peti kemas Lokasi : Kalimantan Timur
Keterangan : • Proyek skema BOT dengan masa konsesi 50 tahun • Merupakan proyek PPP
Potensi pertumbuhan kargo di
Samarinda mencapai 6% per
tahun
Proyek pelabuhan samudera dan terminal peti kemas Palaran terletak di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur (“Pelabuhan Palaran”). Pelabuhan Palaran terdapat di kota Samarinda dan berfungsi sebagai pintu gerbang pengiriman logistik dari kota Samarinda dan kawasan Hulu Mahakam ke Surabaya dan Jakarta atau sebaliknya. Kota Samarinda sendiri merupakan sebuah kawasan ekonomi yang tumbuh dari usaha pertambangan dan perdagangan, serta merupakan salah satu wilayah yang potensial dalam hal pertumbuhan ekonominya.
Pelabuhan Palaran dibangun untuk menggantikan pelabuhan lama yang letaknya di pusat kota Samarinda yang sudah tidak dapat dikembangkan lagi karena: • Tidak memiliki back up area untuk pengembangan
pelabuhan.
• Keterbatasan daya tampung area penumpukan peti kemas (container) seluas 4,4 hektar hanya sebesar 130.000 TEUs per tahun, sedangkan traffic container pada tahun 2009 telah mencapai 169.000 TEUs. • Dermaga tidak didesain untuk kegiatan alat bongkar
muat peti kemas modern.
Lokasi Pelabuhan Palaran ditetapkan melalui proses studi dan analisis yang dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency (“JICA”) pada tahun 2000. Hasil studi dan analisis yang dilakukan JICA tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan pelabuhan baru di Sungai Mahakam, Samarinda.
Berdasarkan hasil studi tersebut, Samarinda memiliki potensi pertumbuhan volume kargo rata-rata sebesar 6% per tahun dengan volume kargo sebesar 169.000 TEUs pada tahun 2009 dan diperkirakan menjadi 220.000 TEUs pada tahun 2015. Dengan pertumbuhan volume kargo yang cukup besar tersebut, maka diperlukan pengembangan pelabuhan baru dengan kapasitas yang lebih besar.
5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL 5. PORTOFOLIO PEMBIAYAAN SECARA SEKTORAL
5.7
Sektor Irigasi (Pengairan)
5.7.1
Tinjauan Singkat Sektor Irigasi (Pengairan)
Gambar 33 Peta Pembiayaan Pada Sektor Irigasi (Rp)
Proyek Irigasi, Sangkup, Sulawesi Utara
Proyek Drainase Sungai Kujang, Samarinda Proyek Lampeong, Barito Utara Proyek Irigasi, Empat Lawang, Sumatera Selatan
Proyek Grindulu, Madiun, Jawa Timur Waduk Bajulmati, Banyuwangi
Irigasi Wundulako, Kolaka, Sulawesi Tenggara Waduk Gerak Tempe, Wajo, Sulawesi Selatan
Sektor pengairan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan infrastruktur pengairan merupakan salah satu faktor penting yang berdampak langsung kepada kualitas dan kuantitas produk pertanian
Pendistribusian air secara merata, pengairan untuk antisipasi perubahan musim dan jaminan ketersediaan air merupakan poin penting dalam usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi pangan yang berdampak pada pemenuhan produksi pangan nasional.
Pada tahun 2009, diperkirakan sekitar 52% jaringan irigasi mengalami kerusakan berdasarkan Rapid Assessment Kementerian Pekerjaan Umum. Menurut Pedoman Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, sarana dan prasarana pengairan dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer, sekunder & tersier, box bagi, bangunan-bangunan ukur dan saluran tingkat usaha tani (TUT) dengan sumber pengairan yang dapat berasal dari waduk dan air langsung dari sungai (non waduk).
Pengairan sangat
berpengaruh pada kualitas
dan kuantitas produk
pertanian
5.7.2
Tinjauan Profil Portofolio Pembiayaan pada Proyek Sektor Irigasi (Pengairan)
Proyek : Waduk Bajulmati Lokasi : Jawa Timur
Keterangan : Untuk mendukung pertanian di Banyuwangi dan Situbondo
Pembangunan waduk Bajulmati menggunakan fasilitas pembiayaan modal kerja yang disediakan oleh PT SMI. Waduk Bajulmati berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi di wilayah Situbondo dan Banyuwangi dengan membendung aliran sungai Bajulmati. Luas genangan waduk meliputi wilayah seluas 90 Ha dengan elevasi genangan 46 meter terhadap dasar bendungan dan lebar bentangan bendungan 250 meter. Daya tampung hidup waduk adalah 40 juta meter kubik, sedangkan daya tampung matinya adalah 10 juta meter kubik dan dapat mengairi sawah seluas kurang lebih 1.800 Ha. Waduk ini dijadwalkan dapat berfungsi pada awal 2015 dan akan dilengkapi dengan PLTMH berkapasitas 340 kW yang akan digunakan sebagai utilitas dalam pengoperasian waduk ini.
Waduk Bajulmati
akan mengairi
sawah seluas
PELESTARIAN LINGKUNGAN & POTENSI ENERGI TERBARUKAN
6.
6. Pelestarian Lingkungan & Potensi Energi Terbarukan 6. Pelestarian Lingkungan & Potensi Energi Terbarukan
Pelestarian Lingkungan & Potensi Energi Terbarukan
Industrialisasi dan globalisasi mendorong meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur dan energi. Hal ini menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil maupun bahan bakar primer lainnya terus meningkat. Penggunaan bahan bakar primer menghasilkan emisi karbon yang menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan iklim atau pemanasan global. Oleh karena itu dibutukan adanya alternatif sumber bahan bakar atau energi baru yang lebih ramah lingkungan dan juga terbarukan.
Dalam sektor tenaga listrik di Indonesia, sumber energi terbarukan tergolong masih sedikit. Berdasarkan RUPTL PLN 2013-2022, di 2014 ini direncanakan 8,8% dari total pembangkit listrik di tahun ini dihasilkan dari energi terbarukan dan ditargetkan terus meningkat sampai dengan 16,1% di tahun 2022. Sampai saat ini salah satu penyumbang utama produksi listrik dari energi terbarukan adalah dari air dan panas bumi. Tenaga angin, surya dan biomass tergolong masih sangat sedikit karena minimnya pengetahuan dan besarnya investasi yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan investasi dengan menggunakan pembangkit-pembangkit yang menggunakan bahan bakar primer yang memiliki nilai keekonomian yang lebih menarik bagi investor.
Pembiayaan PT SMI
dalam pembangkit listrik
menggunakan energi
terbarukan telah mencapai
222 MW
Gambar 34 Pembiayaan PT SMI pada energi terbarukan dan pelestarian lingkungan
Dalam ketenagalistrikan PT SMI telah berperan terhadap penggunaan energi terbarukan melalui pembiayaan pembangkit-pembangkit listrik tenaga air. Produksi pembangkit listrik tenaga air yang telah dibiayai PT SMI telah mencapai sekitar 222 MW yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
PLTMH,
Mobuya, Sulawesi Utara PLTA,
Asahan, Sumatera Utara PLTMH Tara Bintang, Sumatera Utara PLTA,
Humbahas, Sumatera Utara PLTMH
Solok Selatan, Sumatera Barat PLTMH
Lebong, Bengkulu Proyek Suplai Air Bersih, Jakarta
Proyek Suplai Air Bersih, Tangerang PLMH Lebak, Banten PLTMH