1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Andalusia merupakan sebuah wilayah yang telah lama menjadi perhatian dunia. Negara yang sudah berkembang pada saat pemerintahan Islam dari tahun 92 H/711 M sampai dengan 797 H/1492 M. Kawasan Andalusia merupakan kekhilafahan Islam serta Daulah kaum muslimin yang telah berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa menjadi simbol kegemilangan peradaban dan kekuatan umat Islam pada masa itu. Bangunan-bangunan dengan estetika dan kemegahan tegak berdiri di negara Andalusia. Ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang pesat di wilayah Andalusia. Para sejarawan yang meneliti negeri Andalusia banyak menceritakan bagaimana umat Islam yang berkuasa di wilayah Andalusia berhasil memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan yang lebih kompleks di seluruh Eropa terutama dalam hal kemajuan intelektual (Bashirah, 1979:11).
Daratan Andalusia menyimpan banyak peninggalan sejarah yang dapat dikaji dan dipelajari. Tidak terkecuali kota-kota tua di dalamnya yang pernah menjadi saksi pencapaian peradaban Islam di masa silam. Diantara kota-kota tersebut yakni kota destinasi pertama adalah Kordoba. Kota yang pernah ditaklukan oleh Panglima perang Tariq bin Ziyad terkenal sebagai warisan wisata sejarah dengan ratusan hasil akulturasi budaya Islam dan Eropa pada
abad pertengahan. Sehingga Kordoba layak jika UNESCO meresmikannya sebagai the world heritage site (Bashirah, 1979: 20).
Kordoba dikenal sebagai “the greatest center of learning” atau pusat belajar dan kebudayaan terbesar di Eropa yang pada masa itu kota-kota lain di Eropa masih mengalami masa kegelapan. Kecermelangan peradaban kota Kordoba tidak jarang menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa Eropa lain untuk berkunjung. Saat itu Kordoba mendapat julukan sebagai kota terindah di Eropa pada Abad pertengahan, sebagaimana digambarkan oleh seorang penulis Lane Poole sebagai the wonders of the world. Berikut kutipan tulisan Lane-Poole :
"To Cordoba belong all the beauty and ornaments that delight the eye or dazzle the sight. Her long line of Sultans form her crown of glory; her necklace is strung with the pearls which her poets have gathered from the ocean of language; her dress is of the banners of learning, well-knit together by her men of science; and the masters of every art and industry are the hem of her garments.” (1979:49)
"Kordoba memiliki segala keindahan dan hiasan-hiasan yang menyilaukan mata. Kekuasaan berurutan para Sultan membentuk mahkota kemuliaan, kalung yang terpasang dengan mutiara dan para penyair yang telah dikumpulkan dari berbagai wilayah Samudera bahasa, gaun adalah panji-panji kebesaran belajar, baik merajut bersama-sama oleh laki-laki dia merupakan ilmu pengetahuan, pakar seniman dan industri merajut setiap pakaiannya."
Kordoba – Cordova, bahasa Arab : awalnya bernama Iberi Bath yang
dibangun pada era kekuasaan Romawi. Setelah lima abad kemudian, kota Kordoba berada dalam kekuasaan Bizantium di bawah pimpinan Raja Goth Barat. Babak baru dari sejarah dunia dimulai ketika Islam datang di wilayah Kordoba pada tahun 93 H atau 711 M. Muncul panglima Thariq bin Ziyad sebagai pembuka daratan Andalusia setelah menaklukan pasukan raja Roderick melalui peperangan sepekan yakni pada tanggal 11 hingga 19 Juli 722 M atau 20 hingga 28 Ramadahan 92 H di muara sungai Rio Barbate. Masa sudah berlalu hingga datang era kejayaan Islam di daratan Andalusia. Kota Kordoba menjadi sentral intelektual di Eropa dengan perguruan-perguruan yang sangat
terkenal dalam bidang kedokteran, matematika, filsafat, sastra, bahkan musik (Levering, 2008:526).
Pada masa keemasan Islam di Kordoba, lahir para ilmuan dan ulama dunia. Beberapa di antaranya adalah Muhammad Ibnu Rusydi yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau Averrous. Ibnu Rusydi merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12. Dia adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani, Selain itu lahir pula seorang mufasir ternama yaitu Al Qurtubi yang menulis kitab tafsir al-Qurtubi. Pakar kesehatan modern Az Zahrawi yang memperkenalkan teknik keperawatan dan menciptakan alat dan teknik terbaru untuk bedah luar dan dalam. Az Zahrawi menulis buku medis bergambar yang dijadikan referensi oleh pakar kedokteran Eropa.
Masjid Jami’ Kordoba salah satu unsur peradaban Kordoba yang sangat penting dan bangunannya masih tetap bertahan hingga sekarang. Masjid tersebut dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita yang diadopsi dari kata Masjid. Mulai dibangun pada masa pemerintahan Abdurrahman ad-Dakhil tahun 170 H / 786 M. Kemudian diteruskan oleh putranya Hisyam dan khalifah-khalifah setelahnya (Raghib, 2011:357).
Masjid Jami’ Kordoba adalah masjid yang paling tersohor di Andalusia bahkan di seluruh daratan Eropa. Pada masa itu tidak ada masjid milik kaum muslimin yang menyerupai Masjid Kordoba baik dari segi luas dan besar bangunan ruang estetikanya. Separuh masjid dibuat beratap dan separuhnya lagi tidak. Jumlah lengkungan bangunan yang beratap ada empat belas buah. Dengan 1000 deret tiang (baik tiang yang besar ataupun kecil), ditambah 113
sumber penerangan (penerangan yang terbesar terdapat 1000 lampu dan yang paling kecil memuat 12 lampu) dan ditaburi dengan berbagai ornamen seni ukir yang beraneka ragam. Tentu di balik keindahan itu ada sebuah makna tersirat bahwa keindahan yang tertuang dalam setiap pilar masjid merupakan kelembutan jiwa untuk mencapai kesempurnaan rasa. Hasrat yang tertuang dalam keseriusan membangun tempat itu adalah klimaks betapa indahnya peradaban Islam di Kordoba (Raghib, 2011:360).
Satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah Masjid adalah mihrab. Konon mihrab yang masyhur dengan keindahan tersebut dibuat selama tujuh tahun dan dikerjakan oleh tujuh orang ahli selain tukang pembantu. Di sebelah utara mihrab terdapat sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat beberapa tempat lampu yang terbuat dari emas, perak, dan besi, yang dinyalakan setiap malam ke-27 bulan Ramadhan. Di ruangan ini terdapat mushaf besar yang hanya dapat diangkat oleh dua orang. Namun Masjid Kordoba sudah dialihfungsikan menjadi sebuah Gereja katedral Gotik dengan gaya arsitektur Moor Setelah penaklukkan kembali Spanyol oleh kaum Kristen (2011:363).
Demikian ringkasan tentang kota Kordoba yang pada masa kejayaannya hanya bertahan 320 tahun. Pada akhirmya Kordoba harus berakhir tragis karena mengalami masa kemunduran. Hal itu dikarenakan Daulah Umayyah yang berkuasa di Spanyol mengalami kekalahan karena pertikaian dan perebutan kekuasaan. Masa tersebut berakhir pada tahun 1031 M saat itu Islam terusir dan terhapus dari Kordoba.
Penulis akan mengangkat penelitian tersebut dengan judul Implikasi Sosial
II 711 M - 1492 M (Kajian Historis). Dalam tulisan ini penulis akan
memaparkan mengenai sejarah Daulah Umayyah yang menjadi latar belakang pembangunan Masjid Jami’ Kordoba yang beralihfungsi menjadi Gereja Katedral. Terkait dengan unsur budaya dapat dikategorikan kedalam 3 hal seperti artefak, fungsi dan manfaat. Oleh karena itu akan penulis rangkum dalam sebuah tugas penelitian.
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Trisna Ernawati mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah tahun 2011 dengan judul “Disintegrasi Umat Islam: Studi Tentang Keruntuhan Kekuasaan Islam
di Andalusia Abad XI”. Pada penelitian tersebut menemukan bahwa
kehancuran Islam di Andalusia disebabkan oleh pertikaian sesama masyarakat Andalusia dimulai dari konflik perseteruan antar suku yang dilakukan oleh kaum Barbar dengan bangsa Arab, suku Mudar dengan suku Yaman perebutan kekuasaan oleh para elite penguasa sampai pada hubungan tidak harmonis antara Ulama dan pemerintah.
Akibat dari kondisi dan situasi terpecah tersebut memberi kesempatan kepada musuh untuk bangkit menyusun kekuatan untuk merebut kekuasaan yang selama ini mereka pegang hingga pada akhirnya pada tahun 1492 M Umat Islam di Andalusia terusir. Berdasarkan penemuan di atas penulis menyimpulkan bahwa kehancuran Umat Islam di Andalusia di sebabkan oleh Umat Islam sendiri (Al-Islam Mahjub bil Muslim) yang menimbulkan benih-benih kehancuran dengan adanya disintegrasi, dalam keadaan seperti itu memberikan peluang kepada Umat Nasrani untuk bangkit dan mendorong umat
Islam kepada jurang kehancuran. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada kekuasan Daulah Umayyah pada masa kehancurannya yang menimbulkan kondisi sosial masyarakat menjadi buruk. Kekuasaan runtuh hingga terjadi disintegrasi sosial. Sedangkan perbedaannya lebih mengacu pada sistem pemerintahan yang mempengaruhi sebuah kekuasaan yang menimbulkan sebuah bangunan dapat dialihfungsikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahrul Afandi mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008 dengan judul “Peran Abdurrahman I Terhadap
Kebangkitan Daulah Bani Umayyah Di Andalusia 750 – 763 M” pada
penelitian tersebut menyatakan bahwa persoalan yang terjadi dalam keluarga Daulah Umayyah sangat berpengaruh dengan jatuhnya Daulah Umayyah di Damaskus. Sehingga dalam pengangkatan putra mahkota selalu ada perselisihan. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya permasalahan tersebut menyebar kedalam sistem sosial masyarakat. Oleh karena itu meninjau dari penelitian ini penulis ingin memkomparasikan sistem pemerintahan yang ada dalam Daulah Umayyah ketika di Damaskus dan Andalusia. Dapat dijelaskan bahwa kekuasaan Daulah Umayyah di Andalusia merupakan kekuasaan kedua setelah kekuasaan Daulah Umayyah di Damaskus. Dulunya kekuasaan tersebut tidak dapat dipertahankan hingga akhirnya salah seorang diantara mereka yakni Abdurrahman I bisa melahirkan diri dari kejaran musuh dan masuklah dia ke wilayah Andalusia.
B. Rumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang pemerintahan Daulah Umayyah II pada tahun 711 M – 1492 M di Kordoba?
2. Bagaimana Implikasi Sosial Masjid Jami’ Kordoba menjadi Katedral? C. Tujuan Penelitian
Dalam bagian ini disebutkan secara spesifik tujuan yang akan penulis capai yakni :
1. Memaparkan latar belakang pemerintahan Daulah Umayyah II pada tahun 711 M – 1492 M di Kordoba.
2. Menjelaskan Implikasi Sosial Masjid Jami’ Kordoba menjadi Katedral. D. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana Implikasi Masjid Jami’ Kordoba menjadi Katedral pada era pemerintahan Daulah Umayyah II. Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada dua aspek yakni Implikasi Sosial Masjid Jami’ menjadi Kathedral dan Era pemerintahan Daulah Umayyah II (711 M- 1492 M).
E. Landasan Teori
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis menggunakan landasan teori fungsional. Teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan
meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. Kedudukan teori dalam penelitian sangat penting, terutama untuk penelitian skripsi, tesis dan disertasi. 1. Teori Fungsionalisme
Menurut (Kaplan dan Manner : 2002) Fungsionalisme adalah penekanan dominan dalam studi antropologi khususnya penelitian etnografis yang terjadi selama beberapa dasawarsa silam. Dalam fungsionalisme terdapat kaidah yang bersifat mendasar bagi suatu antropologi yang berorientasi pada teori, yakni diktum metodologis bahwa kita harus mengeksplorasi ciri sistemik budaya. Artinya, kita harus mengetahui bagaimana keterkaitan antara institusi-institusi atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bulat. Kemungkinan lain adalah memandang budaya sebagai sehimpun ciri yang berdiri sendiri tanpa kaitan yang muncul di manapun karena termasuk historis (Kaplan dan Manners, 2002:15).
Fungsionalisme sebagai perspektif teoretik dalam antropologi bertumpu pada analogi dengan organisme. Artinya, dia membawa kita dalam memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam organisme yang pada bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan, melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup.
Persyaratan fungsional menurut sekelompok ilmuwan sosial menerbitkan artikel yang memuat model masyarakat manusia. Model itu menggeneralisasikan semua masyarakat manusia dan berisi daftar “prasyarat fungsional”. Daftar prasyarat yang mereka susun meliputi: (a) jaminan adanya hubungan yang memadai dengan lingkungan dan adanya
rekruitmen seksual; (b) diferensiasi peran dan pemerian peran; (c) komunikasi; (d) perangkat tujuan yang jelas dan disangga bersama; (e) pengaturan normatif atas sarana-sarana; (f) pengaturan ungkapan afektif; (g) sosialisasi; (h) kontrol efektif atas bentuk-bentuk perilaku mengacau (disruptif).
Syarat minimal analisis fungsional yang memadai adalah dengan adanya: (a) suatu konsepsi tentang sistem; (b) daftar syarat fungsional untuk sistem itu; (c) definisi berbagai sifat atau “status” sistem yang terdapat dalam keadaan terpelihara; (4) pernyataan tentang kondisi eksternal sistem itu yang dapat dibayangkan memiliki pengaruh terhadap sifat-sifat tersebut dan dengan demikian dapat dikontrol; dan (5) pengetahuan tertentu tentang mekanisme internal dalam pemeliharaan sifat sistem itu atau dalam mempertanyakannya agar berada dalam batas tertentu.
Perspektif struktur fungsional Kaplan dan Manners memandang bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling berintregrasi dalam suatu kesinambungan. Perubahan yang terjadi pada suatu unsur dari sistem sosial akan berdampak pada unsur yang lainnya. Kaitannya perubahan sosial tersebut diantaranya adalah beralihfungsi Masjid Jami’ Kordoba menjadi Katedral menyebabkan dampak negatif untuk pihak muslim. Selama perebutan kekuasaan terjadi sistem masyarakat juga telah berganti yang semula umat muslim bebas beribadah di Masjid Kordoba akan tetapi sekarang sudah tidak diizinkan kembali untuk beribadah di tempat
tersebut. Dalam penelitian ini fungsi utama Masjid adalah sebagai tempat beribadah bagi masyarakat muslim, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum (Sulasman, 2013:111).
Dapat disimpulkan bahwa Sebuah sistem fungsi dapat diartikan lebih mengarah kepada fungsional bangunan. Dalam alih fungsi masjid berganti karena dipengaruhi beberapa faktor kekuasaan pemerintahan yang berdampak pada kegunaan masjid yang telah diubah fungsi penggunaannya. Sehingga dari yang berawal fungsi tempat ibadah kaum muslim menjadi tempat ibadah orang kristen. Namun sejalan dengan perkembangan waktu faktor yang menjadi alihfungsi masjid menjadikan dampak bagi pihak muslim.
Suatu kebudayaan dapat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat. Seperti halnya wilayah yang penulis teliti telah melibatkan sebuah sistem kekuasaan pemerintahan yang berpindah tangan. Pada masa pemerintahan Daulah Umayyah saat kekuasaan Abdurrahman Ad Dakhil terjadi pembangunan Masjid Jami’ Kordoba kemudian kota kordoba mengalami kemunduran yang diakibatkan karena berangsur masa pemerintahan telah ditaklukkan oleh imperium Kristen. Sehingga kaitannya dalam hal ini terjadi alih fungsi Masjid Jami’ Kordoba Menjadi Katedral pada masa raja Ferdinand III yakni kaum Kristen kembali menaklukan spanyol.
F. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data yang akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Jika sumber data tidak tersedia, maka data tidak akan punya arti karena tidak akan bisa diteliti atau dipahami (Sutopo, 2009:49).
Sumber data pada penelitian ini adalah dokumen, yakni penulis mencari buku, skripsi, dan dalam bentuk media lainnya sehingga penulis dapat menemukan jawaban dari permasalahan dari yang akan dikaji penulis. Kajian pustaka merupakan cara yang dipilih penulis dalam kasus yang akan dikaji dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan-permasalahan di atas.
Sumber data yang dipakai penulis dalam penyelesaian masalah adalah buku-buku yang berjudul The Greatness of al-andalus, Ilmu Politik Islam IV
: Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang (perkembangannya dari zaman ke zaman), Bangkitnya dan Runtuhnya Andalusia: Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol, Kebudayaan Arab Dalam Perspektif Sejarah Sosial Dan Pemikiran Modern, Sejarah Peradaban Islam, Peradaban Islam yang Terlupakan. Islam Andalusia (sejarah kebangkitan dan keruntuhan), Dari Puncak Andalusia (kisah islam pertama kali menginjakkan kaki di Spanyol).
Kemudian, untuk sumber yang berasal dari data skripsi diantaranya sebagai berikut : dengan judul judul “Disintegrasi Umat Islam: Studi
Tentang Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia Abad XI”, “Peran ABD Al-Rahman I Terhadap Kebangkitan Daulah Bani Umayyah Di Andalusia 750 – 763 M”, Sumber data tambahan yang lain berasal dari media
massa/online. 2. Data
Data mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam suatu penelitian, karena data merupakan gambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari instrumen pengumpul data. Sedangkan data yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1998:42).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan catatan-catatan dalam kertas, buku, atau yang tersimpan dalam database. Data yang dikumpulkan berasal dari penelitian pustaka, yaitu proses mencari, menelusuri, memilih data yang relevan dengan topik bahasan. Dalam penelitian ini, data yang dikaji dalam pembahasan umum, yaitu alih fungsi masjid jami’ menjadi kathedral. Pembahasan secara khususnya adalah data yang berupa pembahasan.
G. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Hussaini, 2004:42).
1. Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif yang berdasar pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode ini berusaha memahami pola perilaku dan interaksi sosial antar manusia dalam situasi tertentu (Hussaini, 2004:81).
2. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yakni mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan dengan berupa kata-kata, gambar, dan penjelasan. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif analitik yang merupakan metode dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis (Nyoman, 2010:11). Selain itu juga, metode ini menggunakan metode deduktif yaitu fokus pembahasan dari umum ke khusus.
3. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan sumber data melalui penelitian pustaka (library research). Penelitian pustaka yang dilakukan adalah menelaah buku-buku, skripsi,
artikel-artikel dari media massa/online yang berkaitan dengan pembahasan dan juga relevan dengan objek penelitian.
Tahap selanjutnya adalah data dan sumber data tersebut dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Kemudian, hasil analisa tersebut dideskripsikan dalam bentuknya laporan yang tertulis dengan menambahkan kesimpulan dan saran.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dengan pembagian masing-masing tiga bab dengan masing-masing sub-bab untuk mempermudah pembacaan dan sistemisasi penulisan penelitian. Bab I adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II merupakan isi dan analisis tentang latar belakang Daulah Umayyah, alih fungsi Masjid Jami’ menjadi Katedral. Bab III tentang kesimpulan atau inti sari penelitian dan saran bagi peneliti yang lain. Kemudian terakhir adalah daftar pustaka dan lampiran.