• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian terdahulu, belum ada seorang pun yang meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No Chachacha karya Nosaka Akiyuki ini sebagai objek penelitian, akan tetapi analisis dengan pendekatan stilistika sudah ada. Salah seorang yang menggunakan pendekatan stilistika pada skripsinya adalah Marisa Kusuma Wardhani (2009) dari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Skripsinya yang berjudul “Efektifitas Keestetikaan Gaya Bahasa Pada Tanka Kontemporer Sarada Kinenbi karya Tawara Machi”. Dalam skripsinya, ia menjelaskan tentang beberapa tanka yang menarik.

Skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Estetis Lirik Lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No Chachacha karya Nosaka Akiyuki” ini juga menggunakan pendekatan stilistika. Perbedaannya dapat dilihat melalui objek yang diteliti.

2.2 Pendekatan Stilistika

2.2.1 Penjelasan Pendekatan Stilistika

Gaya adalah cara yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan sesuai dengan guna dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut berkaitan dengan upaya memperluas makna,

(2)

penggambaran objek, serta peristiwa secara imajinatif, maupun pemberian efek motif tertentu bagi pembacanya.

Menurut Shipley dalam Ratna (2009 : 8) stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stylus (latin), yang pada awalnya berarti alat berujung lancip yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Stilus itu sendiri berasal dari akar kata „sti-‟ yang berarti mencakar atau menusuk. Pada umumnya ketajaman benda lancip, bukan tumpul yang dapat menyentuh sesuatu sehingga dapat menghasilkan efek tertentu, yaitu keindahan.

Stilistika lahir akibat adanya asumsi bahwa perasaan mempunyai peranan penting dalam karya sastra. Aminuddin mengartikan stilistika sebagai:

Stilistika ialah studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk itu yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya. Walaupun fokusnya hanya pada penggunaan sistem tanda bila dihubungkan dengan cara pengarang dalam menyampaikan gagasan pengkaji perlu juga memahami gambaran objek/peristiwa, gagasan, ideologi, yang terkandung dalam karya sastranya.

(1987 : 46) Dalam pengertian yang lebih luas sesungguhnya stilistika juga diperlukan bagi ilmu humaniora pada umumnya. Dikaitkan dengan masyarakan kontemporer, di dalamnya terjadi perkembangan berbagai aspek kehidupan secara dinamis khususnya sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi, stilistika memasuki hampir keseluruhan aspek kehidupan manusia, Ratna (2009 :1).

(3)

Pada dasarnya gaya ada dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap tingkah lagu dan perbuatan, sejak bangun pagi hingga tidur di malam hari, disadari atau tidak, dilakukan dengan menggunakan gaya tertentu. Demikian juga semua hasil aktifitas manusia, yang disebut sebagai kebudayaan, diwujudkan melalui cara tertentu, sesuai dengan minat, selera, dan kemauan penciptanya, Ratna (2009 : 5).

Pegarang dalam mencurahkan isi hatinya menggunakan berbagai cara berbahasa agar sesuatu yang diekspresikan itu betul-betul terwujud. Ekspresi bahasa itu seperti gaya bahasa, penggunaan kata tertentu, dan penggunaan kosa kata. Semakin kaya kosa kata seseorang, semakin beragam bahasa yang digunakan. Penggunaan kata agar menimbulkan kejutan sehingga menarik bagi pembaca, pengarang harus menemukan dan mengolah kata baru sehingga dapat meningkatkan efek tertentu sesuai dengan apa yang akan diekspresikan.

Pendekatan stilistika juga ditujukan untuk menganalisis karakteristik penulisan yang bersifat individual yang bersifat khas bagi pengarang serta gaya yang mewakili dirinya. Analisis ini dapat menunjukkan sifat atau watak penyair dan cara ia menuangkan pikirannya, dari gaya bahasa yang digunakannya. Penyair yang romantis akan menuangkan gagasannya dengan menggunakan kata-kata romantis yang indah. Sedangkan penyair yang tegas akan menggunakan kata-kata yang bermakna lugas.

Genre puisi dianggap sebagai objek utama stilistika. Alasannya adalah karena genre dalam puisi menggunakan bahasa secara khas. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga dalam keterbatasannya sebagai

(4)

totalitas puisi yang terdiri atas beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan serupa dengan sebuah cerpen, bahkan sebuah novel yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan halaman. Di sinilah diperlukan bahasa yang padat dan peka yang diperoleh melalui daya apresiasi yang tinggi. Dengan adanya keterbatasan medium tetapi pesan yang disampaikan dapat disampaikan seluas-luasnya, di samping kata-kata dan kalimat yang tertulis secara eksplisit, maka setiap tanda dalam puisi merupakan sumber analisis. Secara deskriptif pragmatif stilistika merupakan wilayah bahasa tetapi secara analitis stilistika adalah wilayah sastra.

Karena penulis ingin memahami gaya bahasa yang akan menimbulkan efek estetis tertentu yang digunakan oleh penyair, maka dari itu penulis menggunakan pendekatan stilistika. Pilihan kata atau diksi yang dipergunakan oleh penyair tidak semata hanya untuk kepentingan efek estetis semata, tetapi merupakan sarana pemahaman terhadap karya sastra.

2.2.2 Estetika Dalam Sastra

Estetika, seperti yang dijelaskan di atas, berkaitan dengan etika. Oleh karena itu sastra mula-mula berarti mendidik, memberi petunjuk. Dengan kalimat lain, dalam sastra, antara bentuk dan isi, antara estetika dan etika tidak bisa dipisahkan. Pengarang sebagai pencipta, demikian juga penikmat, tentu ingin memahami karya sastra sebaik mungkin. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan memahami pola-pola dan struktur bahasanya, sistem norma sastranya, serta kerangka dan aspek-aspek kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Bahasa dipahami melalui

(5)

kemampuan mata dan telinga, sastra melalui perasaan, sistem budaya melalui pikiran. Jelas ketiganya tidak dapat dipisahkan sebab melihat dan mendengar, misalnya, pada dasarnya juga memerlukan perasaan dan pikiran, Ratna (2011 : 335-336).

Estetika lebih dikenal sebagai filsafat tentang nilai-nilai keindahan, sebagaimana diyakini filsafat tentang nilai-nilai keindahan yang diyakini para pendahulu di dalam kreasi pemikiran seni sejak Yunani Kuno (500-300 M) seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Suatu bentuk sastra disebut indah apabila unsur yang terkandung di dalamnya memenuhi syarat tertentu.

Sepanjang sejarah, Ratna (2011 : 321-395) berpendapat bahwa dalam khazanah sastra di Indonesia ada empat jenis estetika, sebagai berikut: 1. Estetika sastra Sansekerta (estetika rasa)

2. Estetika sastra Jawa Kuno (estetika lango) 3. Estetka sastra Melayu Kuno (estetika ekstatis) 4. Estetika sastra Indonesia Modern (estetika oposisi)

Pada analisis lagu kali ini, penulis memakai jenis estetika yang keempat, yaitu estetika sastra Indonesia Modern atau estetika oposisi karena pada bahan yang penulis kaji merupakan karya sastra modern, serta jenis estetika tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada masyarakat kontemporer.

(6)

2.3 Pengertian Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani, poeima atau polesis, yang berarti pembuatan atau penciptaan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut poetry yang berarti puisi, syair, atau sajak.

Ahmad dalam Pradopo (2010 : 6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut:

1. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lainnya berhubungan sangat erat, dan sebagainya.

2. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu dengan memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun sedemikian rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

(7)

3. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.

4. Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pengertian bunyi dan kata-katanya berturut-turut secara teratur).

5. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Ahmad dalam Pradopo (2010 : 7) menyimpulkan bahwa dari pengertian-pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

(8)

2.3.1 Unsur-unsur Puisi

Dalam puisi terdapat unsur-unsur yang membangun puisi. Unsur-unsur puisi ini menurut pendapat Richards dkk. dalam Tarigan (2011 : 9) dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur fisik puisi (diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif atau majas, serta verifikasi) dan struktur batin puisi (tema, rasa, nada, dan amanat).

Struktur Fisik Puisi

Adapun struktur fisk puisi dijelaskan sebagai berikut:

1. Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

2. Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman inderawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasa seperti apa yang dialami penyair.

(9)

3. Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.

4. Bahasa figuratif atau majas yaitu cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja.

5. Verifikasi yaitu menyangkut rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi dalam puisi, baik di awal, di tengah, maupun di akhir baris puisi. Sedangkan ritma berhubungan dengan pengulangan kata, frasa, dan kalimat.

Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi dijelaskan sebagai berikut:

1. Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan tema, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2. Rasa (feeling) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan

(10)

dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.

3. Nada (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan erat dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, mengganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4. Amanat (litention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

2.3.2 Jenis-jenis Puisi

Dalam memahami puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi dengan mudah. Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang diciptakan oleh penyair.

Jenis puisi beraneka ragam tergantung klasifikasinya.

Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasannya, puisi dibedakan menjadi:

(11)

1. Puisi Naratif

Puisi yang mengungkapkan cerita atau perjelasan penyair. Terdapat puisi naratif yang sederhana, sugestif, ada nada yang kompleks. Yang termasuk puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.

2. Puisi Lirik

Puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair (biasa disebut juga aku lirik). Dalam puisi lirik, penyair tidak bercerita. Jenis puisi lirik, misalnya: elegi, ode, dan serenade (sajak percintaan yang bias dinyanyikan).

3. Puisi Deskriptif

Penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial (yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan), dan puisi-puisi impresionitik (yang mengungkapkan kesan penyair dalam membuat puisi terhadap suatu hal).

Berdasarkan sifatnya puisi dibedakan menjadi:

1. Puisi Fisikal

Puisi yang bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Gambaran yang dilukiskan adalah kenyataan, bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan objek ciptaannya.

(12)

Puisi-puisi naratif, balada, impersionistis, dan Puisi-puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.

2. Puisi Platonik

Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta pada seorang kekasih, anak pada orang tua dan sebaliknya, dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik

3. Puisi Metafisikal

Puisi yang bersifat filosofis, mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius dapat disebut sebagai puisi platonik (karena menggambarkan ide atau gagasan penyair), atau bisa juga digolongkan sebagai metafisik (karena mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan Tuhan).

Berdasarkan objek yang menjadi sumber gagasan, puisi dibedakan menjadi:

1. Puisi Subjektif

Puisi yang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subjektif, karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian pula fisik puisi lirik di mana aku lirik berbicara kepada pembaca.

(13)

2. Puisi Objektif

Puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi objektif disebut juga puisi impersional. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi objektif, meskipun juga ada puisi yang subjektif.

Berdasarkan kedalaman maknanya, puisi dibedakan menjadi:

1. Puisi Diafan

Dikenal juga sebagai puisi polos. Merupakan puisi yang kurang memiliki pencitraan, terutama dalam hal diksi yang terlalu biasa sehingga mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi diafan sangat mudah dihayati maknanya.

2. Puisi Prismatis

Puisi yang mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, verifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut.

(14)

Puisi yang sukar dimaknai. Terlampau banyak penggunaan majas metafora, simbolisasi terkadang justru membenamkan arti atau makna puisi itu sendiri. Mungkin hanya pengarangnya yang bisa membaca arti puisinya.

2.4 Lirik Lagu

Lirik lagu menurut Semi (1993 : 106) adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi. Hal ini juga diperkuat pada definisi lain mengenai lirik lagu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 528), yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang dinyanyikan.

Berdasar kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah karya seni yang merupakan penggabungan dari seni suara dan seni bahasa yang puitis, bahasanya singkat dan ada irama dengan bunyi yang padu, serta pemilihan kata-kata imajinatif yang melibatkan melodi dan suara penyanyinya.

Lirik itu berisi curahan perasaan pribadi, yang merupakan susunan sebuah nyanyian. Dalam menggunakan lirik seseorang penyair atau pencipta lagu itu harus benar-benar pandai mengolah kata. Kata lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama. Lagu merupakan hasil karya seni yang dinikmati melalui indera pendengaran yang dapat menghasilkan suatu emosi.

Sebuah lirik lagu pada intinya sama dengan puisi, karena pada keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu terdapat struktur bentuk dan struktur makna. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan melalui komunikasi antara penyair lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai

(15)

wacana tulis, karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui rekaman.

Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang suatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami. Lirik lagu memiliki kesamaan dengan sajak tetapi hanya saja dalam lirik lagu juga mempunyai kekhususan tersendiri karena penuangan ide melalui lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu dan warna suara penyanyinya.

Referensi

Dokumen terkait

Sayembara itu dapat diikuti oleh siapa pun, lelaki perempuan, tua muda, cakap jelek, asal bisa menemukan Putri Waeruwondo dan membawanya kembali ke istana akan mendapatkan

Upaya yang dilakukan Kepolisian Resor Indragiri Hilir dalam mengatasi hambatan pemberantasan tindak pidana narkotika adalah pertama, kurangnya dana operasional,

c. Lakukan identifikasi pasien dengan menanyakan identitas nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik yang dicocokan dengan gelang pasien sebelum tindakan dilakukan seperti

Sigi Provinsi Sulawesi Tengah, bahwa pangsa pasar bawang merah varietas Lembah Palu terdapat empat perusahaan besar industri bawang goreng yang menguasai pangsa pasar

Metode yang diusulkan pada penelitian ini untuk peningkatan suatu gambar fundus yang berkualitas buruk pada pembuluh darah retina dengan menggunakan metode CLAHE dan

Ilmu fisika merupakan ilmu dasar (basic science) terdiri atas sejumlah konsep- konsep fenomena alam yang keterkaitannya dengan ilmu teknik terapan sudah tidak

Saat saya menghadapi anggaran waktu audit yang ketat, saya melakukan underreporting of time atau tidak membebankan seluruh waktu yang seharusnya digunakan untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan pada usahatani cabai merah per hektar per satu kali musim tanam di Desa