• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lama pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah 11 Semester. Dipandang dari sudut hukum, dikenal istilah Pengayaan, Magang dan Mandiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lama pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah 11 Semester. Dipandang dari sudut hukum, dikenal istilah Pengayaan, Magang dan Mandiri."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I : Aturan Umum

Landasan Hukum

Kurikulum Pendidikan Bedah Saraf Indonesia (KPBSI) disusun dengan mengacu pada : Keputusan KKI / MKKI.

Standar Pendidikan Bedah Saraf Indonesia. Standar Profesi Bedah Saraf Indonesia. Konsensus hasil rapat anggota KBSI.

Buku Katalog dan Kurikulum Program Studi Ilmu Bedah Indonesia 2006.

Aturan Umum

Lama pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah 11 Semester.

Dipandang dari sudut hukum, dikenal istilah Pengayaan, Magang dan Mandiri.

Untuk kepentingan kurikulum, istilah diatas disesuaikan dengan istilah TAHAP. ΟTahap I : Pengayaan, tanggung jawab sepenuhnya pada pendidik, peserta didik tidak dapat dituntut.

ΟTahap II : Magang, Pendidik dan peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntunan.

ΟTahap III : Mandiri, Peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntutan hukum. Tingkat penguasan materi belajar, dipergunakan Taksonomi Bloom, dimana

ΟTingkat E (Enrichmen) dinamakan Pengayaan, dan diberi warna merah. ΟTingkat A (Assistance) dinamakan Magang, diberi warna kuning, ΟTingkat S (Self) dinamakan Mandiri, diberi warna hijau.

Taksonomi Bloom membagi (Lihat Lampiran) •Kognitif (K) dibagi 6 tingkat.

Psikhomotor (P) dibagi 5 tingkat. Afektif (A) dibagi 5 tingkat.

Tingkat penguasaan materi belajar ditetapkan sbb :

Pengayaan (E), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai K6 Magang (A), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P2.A3. Mandiri (S), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P5.A5.

Target pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah mencapai tingkat Mandiri di Tahap III untuk penyakit bedah saraf gawat darurat maupun yang terbanyak dijumpai di Indonesia.

(2)

Batas penguasaan E, A dan S dapat dilihat dalam Matriks Global (Tabel 2).

Penguasaan tingkat kemahiran disesuaikan dengan Matriks Global, apabila ada sisa waktu dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan di dalam maupun di luar negeri.

Penugasan (Tugas Jaga, Studi Kepustakaan, Referat, dll) diadakan di tiap tahap sesuai dengan tingkat Kemahiran.

Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemahiran ditiap tahap.

Pelaksanaan pendidikan, pemakaian alat untuk diagnostik maupun untuk pengobatan, mengacu pada Standar Profesi.

Kasus bedah saraf yang digunakan sebagai materi belajar diklasifikasikan sesuai ICD 10. Tindakan bedah saraf mengacu pada ICD-9-CM dan tindakan yang menjadi materi pendidikan dikelompokkan dalam Indeks Kesulitan.

Kurikulum Nasional Bedah Saraf Indonesia disusun secara global dalam bentuk tabulasi agar dapat mudah dijadikan acuan masing-masing IPDS dalam menyusun Buku Panduan yang sesuai dengan aturan dan kebijakan fakultasnya.

(3)

Bab II. Pelaksanaan Pendidikan

II.1. MATERI PENDIDI

II.1. MATERI PENDIDI

II.1. MATERI PENDIDI

II.1. MATERI PENDIDIKAN

KAN

KAN

KAN

Kompetensi Pengetahuan

Keilmuan di bidang bedah saraf dikelompokkan dalam Ilmu dasar pendukung ilmu bedah saraf, terdiri dari

ΟIlmu bedah dasar.

ΟIlmu-ilmu dasar, a.l. neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurofarmakologi, neuro-endokrinologi.

ΟIlmu klinik dasar, a.l. neurologi, neuroradiologi, neuro-onkologi dan elektrofisiologi klinik.

Ilmu bedah saraf.

Kisi-kisi materi dipilah sesuai dengan tahap kompetensi yang harus dikuasai pada setiap tahap.

Penguasaan keilmuan diperoleh secara didaktik, bimbingan klinik oleh staf pendidik maupun proses pengembangan secara mandiri.

Penggolongan penyakit

Penyakit dikelompokan berdasarkan : Kongenital. Infeksi. Neoplasma. Trauma. Degenerasi. Vaskuler. Fungsional .

Masing-masing kelompok diatas, dipilah berdasarkan lokalisasi.

Pada setiap lokalisasi, diuraikan jenis jenis penyakit yang menjadi materi pendidikan yang harus dikuasai, disesuaikan dengan ICD 10.

Klasifikasi Tindakan

Pembagian jenis tindakan dilandaskan pada klasifikasi ICD-9-CM. Setiap jenis tindakan ditentukan Indeks Kesulitan (IK).

Indeks Kesulitan

Merupakan pengelompokan tingkat kesulitan dari setiap jenis tindakan. Indeks Kesulitan akan menentukan kewenangan peserta didik.

Ditetapkan 4 tingkat IK, yaitu

IK 1 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap II. IK 2 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap III. IK 3 : Tindakan bedah saraf magang pada tahap III. IK 4 : Tindakan bedah saraf pengayaan pada tahap III.

(4)

Tabel 1

Matriks Hubungan Antara Jenis Tindakan Dengan Indeks Kesulitan

KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM)

IK

1 IK 2 IK 3 IK 4

OPERASI PADA SISTEM SARAF

1. Insisi / eksisi tulang, duramater dan otak

01.0 Pungsi Kranial 

01.1 Prosedur diagnostik pada tengkorak, meningen atau otak

Biopsi Kranium 

Biopsi meningen dan otak

Burr hole 

Open Biopsy 

Dengan alat canggih 

01.2 Kraniotomi dan kraniektomi (tidak memotong dura atau otak)

Supratentorial 

Infratentorial

Permukaan oksipital 

CPA 

01.3 Insisi meningen dan otak Meningen

Di luar daerah sinus venosus 

Di daerah sinus venosus 

Jaringan otak kortikal

Serebrum 

Serebellum 

Jaringan otak subkortikal

Serebrum dan serebellum 

01.4 Operasi pada talamus dan globus palidus  01.5 Eksisi dan destruksi lainnya pada meningen dan otak

Reseksi dan dekortikasi 

Lobektomi 

Hemisferektomi 

01.6 Eksisi lesi kranium 

2. Operasi lainnya pada tulang tengkorak, meningen dan otak

02.0 Kranioplasti

(5)

Dekompresi dan mengangkat fragmen fraktur  Bone graft dan operasi plastik pada kranium  02.1 Reparasi meningen

Menjahit duramater 

Menutup fistula, repair meningokel dan grafting  Ligasi sinus venosus dan a. meningea media  02.2 Ventrikulostomi

Anastomosi ventrikel ke :

Ruang subarakhnoid atau sisterna 

Eksternal drainase 

Dengan alat canggih 

02.3 Pirau ventrikuler ekstrakranial

VP shunt 

02.4 Revisi, irigasi dan pengangkatan pirau

Revisi malfungsi pirau 

Pengangkatan shunt 

02.9 Tindakan lainnya

Pemasangan dan pelepasan neurostimulator 

Pemasangan dan pengangkatan traksi kepala 

3. Operasi pada medula spinalis dan kanalis spinalis

03.0 Eksplorasi dan dekompresi kanalis spinalis

Operasi Konvensional

Dekompresi laminektomi, laminotomi dan foraminotomi  Mengangkat benda asing dari intra kanal 

Eksplorasi radiks  Operasi Canggih  03.1 Risotomi 03.2 Kordotomi Perkutaneus kordotomi  Stereotaktik kordotomi  Traktotomi 

Transeksi traktus medula spinalis 

03.3 Prosedur diagnostik pada medula spinalis dan kanalis spinalis

Spinal tap 

Biopsi medula spinalis atau meningen 

03.4 Eksisi atau destruksi lesi medula spinalis atau meningen

Kuret, debridemen atau reseksi 

03.5 Operasi plastik pada struktur medula spinalis

(6)

Riper fraktur vertebra atau dekompresi  03.6 Lisis perlekanan medula spinalis dan radiks 

03.7 Pirau subarahnoid 

03.8 Penyuntikan bahan destruksi ke kanalis spinalis  03.9 Operasi lainnya

Insersi kateter ke kanalis spinalis 

Penyuntikan anaestesi ke kanalis spinalis untuk analgetik 

Pemasangan implan neurostimulator 

4. Operasi pada saraf kranial dan saraf tepi

04.0 Insisi, divisi dan eksisi saraf kranial dan saraf tepi

Eksisi akustik neuroma melalui kraniotomi 

Neurotomi retrogaserian 

Debridemen saraf tepi 

Eksisi atau reseksi saraf tepi 

04.1 Prosedur diagnostik susunan saraf tepi

Perkutaneus biopsi saraf kranial atau saraf tepi  Operasi biopsi saraf kranial dan saraf tepi  04.2 Destruksi saraf kranial dan saraf tepi

Penyuntikan bahan neurolitik 

Radiofrekuensi 

04.3 Penjahitan saraf kranial atau saraf tepi

04.4 Lisis perlekatan dan dekompresi saraf kranial dan saraf tepi

Dekompresi n. trigeminus dan saraf kranial lainnya 

Dekompresi Carpar / Tarsal Tunnel 

04.5 Nerve graft saraf kranial dan saraf tepi  04.6 Transplantasi saraf kranial dan saraf tepi  04.7 Neuroplasti saraf kranial dan saraf tepi lainnya  04.8 Penyuntikan ke saraf tepi  04.9 Operasi lainnya pada saraf kranial dan saraf tepi 

5. Operasi pada saraf atau ganglion simpatis

05.0 Divisi saraf atau ganglion simfatis  05.1 Prosedur diagnostik pada saraf atau ganglion simfatis 

05.2 Simpatektomi 

05.3 Penyuntikan pada saraf atau ganglion simfatis  05.8 Operasi lain pada saraf atau ganglion simfatis  05.9 Operasi lain pada susunan saraf 

OPERASI PADA SISTEM ENDOKRIN

(7)

07.1 Prosedur diagnostik pada kelenjar hipofise & kelenjar pineale

Trans-kranial 

Trans-sfenoidal 

07.5 Operasi pada kelenjar pineale  07.6 Hipofisektomi

Trans-kranial 

Trans-sfenoid 

07.7 Operasi lain pada hipofise 

Target pencapaian kompetensi

Dalam tahap I, peserta didik menguasai ilmu-ilmu dasar dan ilmu bedah dasar.

Dalam tahap II, peserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus-kasus dengan IK 1 di kranium dan saraf tepi.

Dalam tahap III,

Οpeserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 2 di kranium dan saraf tepi.

Οpeserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 1 dan IK 2 di spinal.

Tindakan bedah saraf dengan IK 3 dan IK 4

ΟTindakan bedah saraf yang menggunakan alat canggih (mikroskop, stereotaktik, endoskopi, dll) ataupun bedah saraf fungsional.

ΟKompetensi peserta didik hanya maksimal sebatas magang, tidak boleh melakkan secara mandiri.

Pentahapan dan Tanggung Jawab

Ditinjau dari pentahapan yang ditetapkan oleh KKI / MKKI, maka pendidikan bedah saraf yang lamanya 11 semester dibagi dalam 3 tahap.

Tahap I :

Berlangsung selama 3 semester, yaitu semester 1 s/d 3

Peserta didik mengikuti Program Magister, Profesi Bedah Dasar dan Bedah Saraf Dasar Tahap II :

Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 4 s/d 7

Peserta didik mengikuti lanjutan Program Magister dan Program Bedah Saraf Dasar, bila diperlukan masih harus mengikuti Program Bedah Dasar.

Dalam tahap ini, peserta didik sudah boleh diberi kewenangan melakukan tindakan bedah saraf sebagai bagian dari Program Profesi Bedah Saraf, bergantung jenis kasus dan indeks kesulitan (lihat tabel 1)

Tahap III :

Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 8 s/d 11.

Dalam tahap ini masih ada pengayaan dari Program Profesi Bedah Saraf. Pada ahir tahap III, dilakukan uji kompetensi nasional oleh KBSI

Tabel 2 MATRIKS GLOBAL

Hubungan Antara Program Magister dan Program Pendidikan Profesi Dalam Tahap Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf

(8)
(9)

II.2. PENUGASAN

II.2. PENUGASAN

II.2. PENUGASAN

II.2. PENUGASAN

Panduan Penugasan

Penugasan ke peserta didik meliputi Program Magister dan Program Pendidikan Profesi. Program Magister dilaksanakan selama 4 semester dan diakhiri dengan Tesis; Program Pendidikan Profesi dilaksanakan sampai dengan semester 11 dan diakhiri dengan uji kompetensi oleh Kolegium Bedah Saraf Indonesia

Program Pendidikan Profesi meliputi bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian, termasuk didalamnya tugas-tugas yang bersifat tehnis dan administratif. Masing-masing bidang tersebut di atas kemudian dipilah secara rinci dalam berbagai tugas dan selanjutnya dipadukan dalam satu kerangka keterkaitan antara satu tugas dan lainnya sesuai tingkat kompetensi.

Keterkaitan antara berbagai tugas divisualisasikan dalam tabel Matriks Hubungan Antara Penugasan dan Tahap Pendidikan (lihat tabel 4).

Berdasarkan tabel 3 ini, penugasan terhadap peserta didik yang diuraikan dalam Buku Panduan di setiap IPDS, dapat ditetapkan oleh masing-masing KPS.

Dalam rangkaian hirarki tanggung jawab, peserta didik dalam menjalankan berbagai kegiatan yang menjadi tugasnya, diatur sebagai berikut :

Setiap peserta didik dalam menjalankan kegiatannya, dikordinasi oleh penanggung jawab / kordinatornya.

Kordinator bertugas mengatur agar pelaksanaan tugas dari peserta didik yang berada dalam tanggung-jawabnya, dapat terselenggara dengan baik.

Kordinator bertanggung jawab pada Chief Residen. Chief Residen bertanggung jawab pada KPS.

Dalam keadaan dipandang perlu, KPS berhak merubah tugas yang telah dibebankan. Kegiatan yang berhubungan dengan materi pendidikan / kompetensi, dipertanggung jawabkan oleh peserta didik langsung kepada KPS atau konsulen yang bertanggung-jawab untuk itu.

Kisi-kisi penugasan Program Magister

Tabel 3

Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Magister dan Tahap Pendidikan

PENUGASAN

TAHAP I

TAHAP II

S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 Program Magister Neurologi    

Program Bedah Dasar     Program Bedah Saraf Dasar    

Pembuatan Tesis   

Keterangan tabel Penugasan Program Magister

ΟProgram magister dalam program pendidikan dokter spesialis bedah saraf (PPDS BS) mengikuti program magister neurologi.

ΟProgram Magister dilaksanakan selama 4 semester, 3 semester dalam tahap 1 dan 1 semester di tahap 2.

ΟBobot Program Magister minimal 40 SKS

ΟProgram Bedah Dasar dilaksanakan selama 2 semester pada tahap 1, bila diperlukan pelaksanaan dapat diundur di semester 4-5 (tahap 2).

(10)

Kisi-kisi penugasan Program Profesi

Tabel 4

Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Profesi dan Tahap Pendidikan

PENUGASAN

TAHAP II

TAHAP III

S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 9 S 10

S 11

Tugas Ruangan

Melatih kemampuan pengenalan gejala neurologi         Memantau dan mencatat perkembangan pasien rawat inap

ΟDi ruang perawatan bedah saraf        ΟDi ruang Neurointensive      Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 1

ΟDi ruang perawatan bedah saraf        ΟDi ruang Neurointensive      Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 2

ΟDi ruang perawatan bedah saraf       ΟDi ruang Neurointensive     Penanggung jawab pengelolaan seluruh pasien ruangan

ΟDi ruang perawatan bedah saraf    

ΟDi ruang Neurointensive   

Tugas Jaga

Asisten Jaga Emergensi  

Jaga Emergensi Pasien Dalam       Jaga Emergensi Pasien Luar     Kordinator pengaturan jaga    

Tugas di Poliklinik

Asisten poliklinik       Dokter poliklinik bedah saraf      Kordinator kegiatan poliklinik    

Tugas persiapan pasien operasi

Memeriksa kelengkapan dokumen pasien ruang ke / dari OK         Penaggung jawab pelaksanaan instruksi konsulen pra / pasca bedah      

Tugas di Kamar Operasi

Asisten operator kasus IK 1         Asisten operator kasus IK 2       Operator kasus IK 1      

Operator kasus IK2    

Kordinator kegiatan operasi   

Tugas kegiatan akademik

(11)

Menyajikan makalah untuk forum di bagian, nasional, intenasional         Mengikuti ujian / penilaian berkala       

Mengikuti ujian nasional 

Tugas penelitian

Menentukan judul dan disain penelitian  

Koleksi kepustakaan dan data       

Menyerahkan hasil penelitian / skripsi  

Penugasan Residen

Residen tingkat pengayaan         Residen tingkat magang         Residen tingkat mandiri      

Wakil Chief Residen    

Chief Residen   

Keterangan tabel Penugasan Program Profesi

Pengaturan tugas

ΟBobot penugasan di setiap bidang kegiatan diberikan secara bertahap, sebagai berikut : •Tanggung jawab penugasan diatur berturut turut mulai dari kegiatan administrasi, penatalaksanaan pasien, dan terahir penanggung jawab / kordinator dari semua tugas yang ada di bidang kegiatan tersebut.

•Kompetensi dilatih mulai dari penugasan yang sifatnya mengenal gejala neurologi, kemudian membuat diagnosa, merencanakan pengobatan, membuat konsul ruangan dan permintaan pemeriksaan penunjang dan terahir melakukan follow up.

Tingkat kesulitan kasus dimulai dari menangani kasus dengan IK 1 di ruang rawat, IK 2 di ruang rawat, IK 1 di ruang neurointensif dan terahir IK 2 di ruang neurointensif ΟPeserta didik dalam pengaturan pekerjaan bertanggung jawab pada kordinator, dalam kompetensi bertanggung jawab pada konsulen / KPS.

Tugas ruangan

ΟResiden yang bertugas di ruangan, bertanggung jawab pada Penanggung Jawab Ruangan

ΟResiden tingkat pengayaan bertugas dalam kegiatan administratif dengan kompetensi sampai batas mengenal gejala neurologi dan mempelajari aspek menejemen pasien ruang rawat.

ΟResiden tingkat magang bertanggung jawab dalam :

Menegakkan diagnosa dan mengusulkan solusi terhadap problem klinim yang ada. Melakukan follow-up pasien rawat inap.

Bertanggung jawab atas perawatan luka dan segala tindakan di ruang rawat. ΟResiden tingkat mandiri :

Bertanggung jawab penuh atas segala tugas sebagaimana penugasan kepada residen tingkat magang.

Dapat ditunjuk sebagai Kordinator Ruangan Tugas Jaga

ΟTugas jaga di bagian bedah saraf dimulai dari semester 4, dengan urutan pengaturan tugas sbb :

Asisten jaga emergensi,

Dokter Jaga 2 : Dokter jaga emergensi di lingkungan rumah sakit pendidikan

Dokter Jaga I : sama seperti dokter jaga 1, ditambah dokter jaga emergensi di rumah sakit jejaring.

(12)

untuk menjawab konsul ruang atau dari unit gawat darurat. ΟJaga 2 : mandiri untuk kasus IK 1 di rumah sakit pendidikan.

ΟJaga 1 : mandiri untuk kasus IK 1 di rumah sakit pendidikan maupun jejaring. Tugas Poliklinik

ΟAsisten di poliklinik terbatas pada membuat status dan memeriksa / mengenal gejala neurologi

ΟPenanggung jawab pasien poliklinik

adalah peserta didik tingkat mandiri, mampu menegakkan diagnosa dan merencanakan pemeriksaan lanjutan atau tindakan pengobatan.

Tidak diijinkan membuat keputusan, harus selalu dilaporkan ke konsulen penanggung jawab poliklinik dan melaporan pada forum asesmen.

Tugas Persiapan Operasi

ΟYang dimaksud dokumen pasien adalah status pasien dan semua hasil pemeriksaan penunjang.

ΟTanggung jawab atas kelengkapan dokumen saat pasien dikirim ataupun kembali dari kamar operasi ada pada peserta didik dengan tingkat kompetensi terendah.

ΟPeserta didik tingkat mandiri, bertanggung jawab atas pelaksanaan instruksi yang diberikan konsulen, menyangkut antara lain :

Tindakan atau pengobatan spesifik pra bedah di ruang rawat atau sebelum pasien dioperasi

Persiapan alat atau instrumen khusus Follow up pasca bedah terhadap hal khusus Tugas Kamar Operasi

ΟAsisten operator bertugas untuk :

Mengatur posisi pasien dan mempersiapkan daerah operasi. Menulis laporan operasi sesuai arahan operator.

ΟAsisten operasi harus memenuhi jumlah kasus sesuai ketetapan dan dinyatakan lulus instruksi oleh konsulen, sebelum dapat menjadi operator mandiri.

ΟResiden mandiri yang akan melakukan operasi, melakujkan dahulu panthom / diskusi atas kasus yang akan dioperasi dengan konsulen penanggung jawab pasien.

Tugas Akademik

ΟKegiatan akademik berlangsung selama masa pendidikan dan dipilah dalam berbagai tugas :

Mengikuti kegiatan forum ilmiah di bagian, prtemuan nasional maupun internasional. Membuat berbagai laporan, antara lain laporan pasien rawat inap, laporan jaga, laporan poliklinik, laporan kematian, laporan operasi, laporan kegiatan operasi mingguan.

Membuat makalah dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Presentasi kasus, studi literatur maupun hasil penelitian. ΟMengikuti ujian lokal maupun ujian ahir nasional.

Tugas penelitian

ΟSeluruh peserta didik harus membuat sekurang-kurangnya satu penelitian yang menjadi bagian dari tugas ahir, sebelum dapat mengikuti ujian nasional bedah saraf.

ΟKegiatan penelitian sudah dimulai sejak semester 4, sekurang-kurangnya sudah menentukan judul dan membuat disain penelitian.

Chief Residen

ΟUntuk dapat menjadi Chief Residen, peserta didik harus sudah pernah menjadi penanggung jawab ruang rawat inap, ruang neurointensif, poliklinik dan penangung jawab kamar operasi.

ΟChief residen bertugas mengkordinasikan semua pekerjaan / tugas pendidikan, pelayanan dan penelitian, baik yang terprogram maupun tidak, agar dapat terselesaikan

(13)

oleh seluruh residen secara merata dan sesuai kompetensinya.

ΟTidak setiap residen otomatis menjadi Chief Residen, penentuan ditetapkan oleh KPS berdasarkan prestasi akademik dan kemampuan menejerial.

ΟChief Residen bertanggung jawab pada KPS. ΟChief Residen dibantu oleh Wakil Chief Residen.

II.3. KRITERIA PENCA

II.3. KRITERIA PENCA

II.3. KRITERIA PENCA

II.3. KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI, PE

PAIAN KOMPETENSI, PE

PAIAN KOMPETENSI, PEMANTAUAN DAN

PAIAN KOMPETENSI, PE

MANTAUAN DAN

MANTAUAN DAN

MANTAUAN DAN

EVALUASI

EVALUASI

EVALUASI

EVALUASI

Kriteria pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan jumlah tindakan dan jenis kasus. IPDS menentukan jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang harus dipenuhi pada setiap tahap pendidikan, sebelum peserta didik dapat diuji atau naik peringkat.

Enrichment (pengayaan) diuji pada tahap I, II atau III. Assistant (magang) diuji pada tahap II dan III.

Self (mandiri) diuji hanya di tahap III. Pada tahap III,

ΟKasus-kasus yang ditentukan sudah harus mencapai tahap mandiri, diuji kompetensi. ΟKasus-kasus yang masih dalam tahap magang atau pengayaan, diuji pengetahuan dasarnya (K6), sedangkan kompetensinya akan dikembangkan dalam CPD.

Aktifitas kegiatan peserta didik dicatat dalam Log Book dan penilaian kompetensi pada setiap tahap pendidikan, ditetapkan oleh masing-masing IPDS.

KBSI menetapkan jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang harus dipenuhi peserta didik selama masa pendidikan.

Peserta didik berhak diuji kompetensi dalam Ujian Nasional Bedah Saraf setelah memenuhi jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang ditetapkan KBSI.

Gambar

Tabel 2  MATRIKS GLOBAL

Referensi

Dokumen terkait