• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Hasil Kajian Program Minapolitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep dan Hasil Kajian Program Minapolitan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep dan Hasil Kajian

Program Minapolitan

Disampaikan pada Rapat koordinasi Pengembangan

Kawasan Minapolitan

Batam, 22 September 2014

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi KP

Balitbang Kelautan dan Perikanan

(2)

2010

• Kajian Pengembangan Model Konseptual Minapolitan • Output: Laporan

2011

• Pemetaan Model (Sosial Ekonomi) Pengembangan Minapolitan berbasis Perikanan Laut, Perikanan Budidaya, PUD dan Garam

• Output Data/Informasi dan Laporan

2012

• Kajian Pengembangan Kawasan Minapolitan untuk Mendukung Industrialisasi berbasis Perikanan Laut, Perikanan Budidaya, PUD dan Garam  fokus: Komoditas dan Nilai tambah

• Output Data/Informasi dan Laporan

2013

• Kajian Implementasi Program Industrialisasi Berbasis Perikanan berbasis Perikanan Laut, Perikanan Budidaya, PUD dan Garam  fokus pada Peran Iptek dan Inovasi

• Laporan

2014

• Kajian Dampak Industrialisasi Perikanan pada Kawasan Minapolitan berbasis Perikanan Laut, Perikanan Budidaya, PUD dan Garam

(3)

Model Praktikal Model Konseptual BBRSE (Potensial) Pelaksanaan minapolitan yang telah berjalan Assessment penerapan konsep minapolitan Kinerja Kesesuaian dengan kondisi di lapangan Existing models Koreksi terhadap model konseptual Lessons learned

(4)

Minapolitan adalah kawasan pembangunan kawasan dengan infrastruktur yang tumbuh berkelanjutan sebagai sistem produksi berbasis komoditas KP unggulan lokal, berorientasi pasar serta memiliki keterkaitan fungsional dan

hierarki keruangan dalam satuan sistem minabisnis dan permukiman.

Kata kunci:

 kawasan

 perdesaan

 tumbuh berkelanjutan

 orientasi pasar

 keterkaitan fungsional dan hierarki

keruangan

(5)

Memetakan kondisi exsisting aspek generik: (

1)

Infrastruktur, (2) sumberdaya dan tata ruang,

(3) kelembagaan, (4) masyarakat dan bisnis,

(5) kebijakan dan governance, (6) teknologi,

(7) pemasaran dan Aspek Khusus Value Chain

Merumuskan strategi kebijakan pengembangan

minapolitan berbasis perikanan budidaya, perikanan

tangkap laut, garam, perairan umum daratan.

2011

(6)

Metoda Penelitian

1. Alur Pengumpulan Data dan analisis data

Mail Survey

Survey

Profil SosEk Kawasan

Indeks Kesiapan Strategi Pengembangan Potensi Sumberdaya Pemasaran Pengembangan Kawasan Minapolitan Prakiraan Dampak Program Minapolitan

(7)

1 2 3 4 5 6 7 8 10 9 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011

1. PPS Belawan, Kota Medan, Sumut

2. PPN Sungai Liat, Kab. Bangka, Babel

3. PPN Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi, Jabar

4. PPS Cilacap, Kab. Cilacap, Jateng

5. PPP Tamperan, Kab. Pacitan, Jatim

6. PPP Muncar, Kab. Banyuwangi, Jatim

7. PPS Bitung, Kota Bitung, Sulut

8. PPN Ternate, Kota Ternate, Malut

9. PPN Ambon, Kota Ambon, Maluku

2012

1. PPN Sibolga (Kab. Tapanuli

Tengah 7.

PPN Pekalongan (Kota Pekalongan)

2. PUD Danau Toba (Kab.

Simalungun) 8.

PPN Brondong (Kab. Lamongan)

3. PPS Bungus (Kota Padang) 9. PPN Pemangkat (Kab.

Sambas)

4. PUD Danau Kerinci (Kab.

Kerinci) 10.

PPI Kajang (Kab. Bulukumba)

5. PUD Sungai Musi (Kab. Muba) 11. PPI Amurang (Kab. Minsel) 6. PPN Tanjung Pandan (Kab.

Belitung)

2011 2012

(8)

Indeks Kesiapan Pelaksanaan

Program Minapolitan

 Dasar indeksasi pelabuhan perikanan karena keragaman

karakteristik dari pelabuhan perikanan dalam satu tipologi.

 Indeksasi tersebut pada prinsipnya menilai pelabuhan

perikanan dalam melaksanakan program minapolitan.

 Penilaian didasarkan dengan melakukan pembobotan

terhadap unsur-unsur dari 6 pilar minapolitan

 Penilaian dilakukan terhadap 65 pelabuhan perikanan

 Penilaian tersebut akan menghasilkan katagori pelabuhan

perikanan dalam pelaksanaan program minapolitan.

Total Bobot Nilai Katagori Pelabuhan dalam pelaksanaan program minapolitan 0 - 25 PERINTIS

>25 - 50 PEMULA

>50 – 75 MAJU

(9)

No Nama Pelabuhan Total Nilai Kategori

1 PPS Bitung 80,5 Mandiri

2 PPS Kendari 78,3 Mandiri

3 PPS Nizam Zachman 77,65 Mandiri

4 PPN Palabuhanratu 78,55 Mandiri

5 PPP Muncar 76,6 Mandiri

Rata-rata 78,32

Hasil Perhitungan Kemampuan Melaksanakan

Program Minapolitan Kategori Mandiri Tahun 2011

(10)

Indeks Kesiapan Minapolitan Budiaya

HASIL PENELITIAN

(11)
(12)

HASIL PENELITIAN

4. Peta Klasifikasi Kesiapan Program Minapolitan Berbasis Usaha Pegaraman di Indonesia

(13)

2012

Kajian Pengembangan Kawasan Minapolitan

Untuk Mendukung Industrialisasi

Menganalisis efektivitas pengembangan kawasan minapolitan

perikanan dan pengembangan komoditas

Menganalisis nilai tambah (value added) dan efisiensi

pemasaran komoditas perikanan di kawasan minapolitan

prioritas Industrialiasi

Mensintesa permasalahan dan solusi alternatif

pengembangan komoditas perikanan untuk kawasan prioritas

industrialisasi

Merumuskan strategi kebijakan pengembangan kawasan

(14)

A IR LA UT P e gar a m a n Ra k y a t P e gar a ma n Indus

tri Garam Rakyat

(Krosok) Garam Beryodium

(Garam Konsumsi)

Pupuk Mikro (Krisit) Nigarin

Tahu menggunakan Nigarin Bio Se Garam

Rakyat (Krosok)Nigarina

Bola Kristal

(15)

Pada tujuh komoditas budidaya pertambahan nilai (value added) terbesar terjadi

pada komoditas kerapu dengan pertambahan nilai Rp 550.832/kg

 Berdasarkan kriteria tingkat efisiensi, dari 7 komoditas perikanan budidaya

komoditas udang windu di Indramayu memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi.

(16)

menetapkan pelabuhan perikanan yang dekat dengan samudera

Pasifik terutama di Bitung, Ternate dan Sorong

mengembangkan sistem penetrasi pasar dengan mendorong

pengusaha perikanan Indonesia membentuk konsorsium untuk berinvestasi perikanan pada negara yang mempunyai kerja sama perdagangan dengan Uni Eropa atau Amerika serikat.

(17)

Program minapolitan dan PUGAR sudah diimplementasikan dengan baik, akan

tetapi ada beberapa kendala untuk mencapai kondisi optimal.

Kendala di pemasaran garam menyebabkan harga meningkat dan daya saing

terhadap garam impor menurun

Efisiensi saluran pemasaran masing pelaku usaha bervariasi tergantung pelaku

usaha dalam rantai pemasaran

Pola pemasaran dimasing-masing lokasi penelitian bervariasi, dipengaruhi oleh

karakteristik usaha pegaraman.

Rantai nilai pada masing-masing lokasi penelitian cukup beragam dipengaruhi

oleh harga di tingkat pelaku usaha, biaya dan keuntungan (profit) yang terlibat dalam saluran pemasaran

Kebijakan( peningkatan produksi, impor, penetapan dan pengawasan harga)

sudah diterapkan, akan tetapi belum optimal

Keterkaitan lintas sektor (perubahan iklim, gender dan PDT) dengan usaha

(18)

Membentuk badan/lembaga yang menangani data khusus

pegaraman, dan menangani tahapan distribusi garam.

Perlu adanya inovasi teknologi untuk meningkatkan mutu

garam rakyat sehingga dapat meningkatkan kualitas dan

kuantitas garam rakyat, dan mengurangi ketergantungan

terhadap garam impor.

Perlu adanya percepatan assesment verifikasi lahan

dengan menggunakan sistem

bottom-up

sehingga

kebutuhan di lokasi dapat diketahui dengan tepat.

Membangun jaringan pemasaran dari hulu hingga hilir, dan

dukungan peraturan serta perlu melakukan antisipasi

terhadap permasalahan distribusi garam rakyat.

(19)

Minapolitan – Perairan Umum Daratan

 Secara umum paket kebijakan dan program Nasional pengembangan

minapolitan di PUD belum mendukung perikanan tangkap yang lestari (banyak untuk budidaya).

 Dana PUMP untuk perikanan tangkap di danau mampu meningkatkan

produksi dan produktivitas hasil tangkapan per nelayan, melalui peningkatan skala usaha keramba) tanpa ada sentuhan teknologi.

 Kuantitas dan kualitas kegiatan (yang dilakukan daerah/kawasan) untuk

menjaga kelestarian sumberdaya perikanan masih sangat minim. Namun, ada juga peningkatan alat tangkap diikuti dengan peningkatan volume dan nilai hasil tangkap walaupun pertumbuhannya relatif

menurun. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan stok ikan di perairan umum mulai kurang mendukung dalam meningkatkan pendapatan nelayan tangkap.

(20)

Mengidentifikasi implementasi program

industrilisasi perikanan / komoditas di kawasan minapolitan

Menyempurnakan desain program implementasi pengembangan industrialisasi berbasis perikanan / komoditas yang berorientasi pasar dan berorientasi pasar.

1

(21)

21

2014

Kajian Dampak Industrialisasi Perikanan pada

Kawasan Minapolitan

Identifikasi profil usaha dan kelembagaan usaha perikanan

tangkap laut, mulai hulu hingga hilir berbasis komoditas.

Analisis kebijakan pendukung pengembangan ekonomi kelautan

dan perikanan di kawasan minapolitan.

Evaluasi dampak program industrialisasi pada kawasan

minapolitan terhadap produksi, penyerapan tenaga kerja, dan

pendapatan masyarakat kelautan dan perikanan berbasis rumah

tangga.

Rekomedasi kebijakan percepatan pembangunan kawasan

minapolitan melalui strategi industrialisasi kelautan dan

perikanan.

(22)

No Kebijakan Kegiatan

1. Kebijakan sistem produksi Perik. Tangkap: (1) Optimalisasi fungsi Pokmaswas, (2) Penagakan hukum, (3) Restocking dengan volume yang memadai

Perik. Budidaya: (1) Teknologi perbenihan berkualitas, (2) Teknologi pakan berbasis sumberdaya lokal

2. Kebijakan modernisasi Modernisasi pengolahan: (1) Alat penggiling ikan yang lebih higienis, (2) Label produk terdaftar, (3) Sertifikat halal, (4) Manajemen usaha yang profesional

3. Kebijakan penguatan kelembagaan

Peningkatan peran: (1) Kelompok nelayan, (2) Pokmaswas, (3) Budidaya, (4) Lembaga keuangan mikro

4. Kebijakan transformasi sosial

(1) Perubahan “mind-set” dari perikanan tangkap ke

perikanan budidaya, (2) Penyadaran mengenai pentingnya berkelompok dalam berusaha

5. Peluang investasi dan kebijakan yang diperlukan

(1) UPR ikan Patin, (2) Pabrik pakan, (3) Pabrik fillet, (4) Jasa angkutan ikan

(23)

Value chain

pergaraman dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu input produksi,

produksi, distribusi, pengolah, dan penjual garam. Nilai tambah pada tingkat input

produksi tidak didapatkan di semua lokasi. Nilai tambah dari produksi adalah

sarana produksi siap dipakai (Jateng, Jatim, Sulsel) dan garam krosok (Jateng,

Jatim).

• Nilai tambah yang dihasilkan oleh proses distribusi adalah jalur distribusi yang

terbentuk untuk produk garam (Jateng, Jatim).

• Implikasi dari kebijakan nasional yang harus di lakukan antara lain adalah: 1)

Meningkatkan peran teknologi TUF untuk produksi, 2) Pengembangan alat

pemroses garam konsumsi dan garam turunan, 3) memperbaiki penetapan harga

garam, 4) Penjualan satu pintu melalui koperasi, 5) Meningkatkan kapasitas

kelembagaan Koperasi, 6) peta produk garam nasional, 7) pengaturan distribusi,

8) standarisasi SNI produk garam konsumsi, 9) diversifikasi produk turunan

garam.

(24)

Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis)

Sebagai gagasan kelembagaan untuk mendukung program pemerintah yang pro rakyat. Mendorong berbagai stakeholder untuk

berpartisipasi meningkatkan perekonomian masyarakat melalui

kegiatan pemberdayaan dan pemanfaatan IPTEK

Memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat

kelautan dan perikanan

Peran sebagai fasilitator pengembangan bisnis masyarakat; inkubator bisnis masyarakat( bussiness development

service) dan berfungsi sebagai (1)

sarana pemberdayaan masyarakat, (2) sebagai sarana pengembangan ekonomi

masyarakat, (3) sebagai wadah kerjasama peneliti-penyuluh-perekayasa dalam introduksi teknologi,

(4) sebagai wadah kerjasama antara SKPD-SKPD untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, (5) sebagai laboratorium data sosial ekonomi untuk

mendukung pembangunan.

Melakukan pendekatan membangun partisipasi seluruh stakeholder, (2) observasi studi banding/magang untuk penyebaran teknologi, dan (3) asistensi dan pelatihan bisnis dan pemanfaatan

teknologi tepat guna

KIMBis sebagai fasilitator bisnis

masyarakat

Memperkenalkan teknologi tepat guna ybersumber hasil penelitian litbang KP

dan mata pencaharian alternatif berbasis potensi

wilayah KIMBis sebagai inkubator bisnis Membina dan mengembangkan bisnis masyarakat agar berkembang sesuai dengan

(25)

Kab. Subang Desa Muara Kec. Blanakan Kab. Indramayu Desa Eretan Wetan Kec. Kandanghaur Kab.Pacitan Desa Sidoharjo Kec. Pacitan Kab.Lamongan Desa Weru Kec. Paciran Kab.Takalar Prop. Sulawesi Selatan

Lokasi Klinik IPTEK Mina Bisnis Tahun 2011 - 2014

Kota Tegal PPP Tegalsari Kab. Brebes Desa Grinting Kab. Wonogiri Desa Wuryantoro Kab. Lombok Timur** Kab. Pinrang Kab. Gunung Kidul *

•*Lokasi KIMBis yang dibentuk mengunakan realokasi anggaran Ta 2012. •** Lokasi KIMBis yang dibentuk pada tahun 2013.

Danau Toba Sumut** Kota Banda Aceh* Kab. Pati** Kab. Pelabuhan Ratu

(26)

Terima Kasih

Mohon Saran dan Masukan

Referensi

Dokumen terkait