• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembahasan Teori Hasil Penelitian Yang Relevan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembahasan Teori Hasil Penelitian Yang Relevan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembahasan Teori Hasil Penelitian Yang Relevan 2.1.1 Audit Internal

Audit Internal menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI 2004:9) adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Menurut Sawyer’s (2009:10) audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah:

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang biasa

diterima telah diikuti.

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Definisi Audit Internal menurut Hiro Tugiman (2014:11) adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa audit internal adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan yang dirancang untuk memberikan nilai tambah serta meningkatkan kegiatan organisasi. Audit Internal melakukan penilaian yang sistematis dan objektif untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat tercapai.

(2)

2.1.2 Fungsi Audit Internal

Fungsi audit internal menurut Mulyadi (2010:211) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. “Fungsi audit internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan fungsi sebagai tugas organisasi. Dengan demikian fungsi audit internal merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektifitas dari unsur-unsur pengendalian internal yang lain.

2. Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam organsasi, dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen, auditor internal menyediakan jasa-jasa tersebut. Auditor internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada unit atas catatan akuntansi.”

Sedangkan menurut Sawyer (2009:28) mengemukakan bahwa fungsi audit internal adalah:

“Suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen. Tujuannya adalah untuk membantu tingkatan manajemen agar tanggungjawab dilaksanakan secara efektif.”

Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja audit internal dalam mencapai tujuannya:

a. Membahas menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.

b. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan rencana dan prosedur yang ditetapkan.

(3)

c. Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan risiko kerugian.

d. Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.

e. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan fungsi auditor internal adalah untuk membantu manajemen dan menilai kerja, prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi agar dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaan tugas dan tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang terdapat dalam organisasi sehingga dalam organisasi dapat berjalan efektif dan merupakan penilaian independen.

2.1.3 Tujuan Audit Internal

Menurut Sukrisno Agoes (2013:205) tujuan audit internal menyatakan bahwa:

“Tujuan Audit Internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, dan komentar mengenai kegiatan pemeriksaan.”

Menurut Alfred F. Kaunang (2013:5), terdapat 2 (dua) tujuan atau sasaran dilakukannya aktivitas audit internal, yaitu:

1. Penilaian yang independen dan rekomendasi kepada manajemen. 2. Melayani kepentingan manajemen.

Penjelasan lebih dalam terkait dua hal tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Sasaran atau tujuan secara menyeluruh dari internal audit department

(departemen audit internal) adalah memberikan penilaian yang independen (tidak memihak) atas catatan-catatan akuntansi, keuangan, dan segala aktivitas di dalam suatu perusahaan atau grup dari perusahaan dan memberikan rekomendasi yang berhubungan dengan penilaian tersebut kepada manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan.

(4)

2. Memberikan gambaran kepada semua pihak bahwa tugas internal audit departement (departemen audit internal) adalah untuk melayani kepentingan manajemen.

Dalam memberikan pelayanan kepada manajemen tersebut, audit internal dituntut untuk:

a. Lengkap dan berkualitas dalam menyajikan informasi kepada manajemen.

b. Produktif dalam membuat dan memberikan rekomendasi/laporan atas berbagai macam kegiatan/operasional dan keuangan.

c. Menjadi perpanjangan tangan manajemen dalam hal pengawasan (control).

2.1.4 Ruang Lingkup Audit Internal

Seorang auditor internal haruslah mematuhi dan mentaati standar serta kode etik profesi audit internal, termasuk di dalamnya adalah mengenai ruang lingkup (scope) audit internal dalam suatu perusahaan. Dalam melaksanakan aktivitas pemeriksaan internal, terdapat hal-hal yang perlu untuk diperhatikan serta ditaati oleh auditor internal, salah satunya adalah terkait dengan ruang 18 lingkup kegiatan pemeriksaan audit internal, berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai ruang lingkup audit internal.

Menurut Sawyer (2009:11) yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani, ruang lingkup fungsi audit internal adalah sebagai berikut :

“Aktivitas audit internal meliputi penilaian dan pengkontribusian perbaikan dari manajemen resiko, proses pengaturan dan pengelolaan organisasi dengan menggunakan suatu pendekatan disiplin yang sistematis”.

Menurut Mulyadi (2010:212), Ruang lingkup pemeriksaan internal menilai keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan, pemeriksaan internal harus:

1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) 2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan 3. Mereview berbagai cara yang dipergunakan

(5)

4. Mereview berbagai operasi atau program

Adapun penjelasan dari ruang lingkup audit internal di atas adalah :

1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan operasi serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklarifikasi dan melaporkan informasi tersebut.

2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaian dengan berbagai kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.

3. Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut. 4. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber

daya.

5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sarana yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit internal adalah melakukan penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan perusahaan, serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit internal juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan telah dilaksanakan dengan baik.

2.1.5 Unsur-Unsur Audit Internal

Menurut Tugiman (2006:19) unsur-unsur dalam audit internal terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Memverifikasi (Verification)

Menetapkan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan dan kebenaran data dan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem akuntansi sehingga

(6)

dapat dihasilkan laporan akuntansi yang akurat, yaitu cepat dan dapat dipercaya.

2. Mengevaluasi (Evaluation)

Aktivitas penilaian secara menyeluruh atas pengendalian akuntansi keuangan dari kegiatan menyeluruh berdasarkan kriteria yang sesuai. 3. Rekomendasi (Recommendation)

Aktivitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan pelaksanaan dan prosedur operasi, prosedur akuntansi, dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan (tindakan korektif kepada manajemen), sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur audit internal yaitu memverifikasi, mengevaluasi, dan rekomendasi.

2.1.6 Laporan Audit Internal

Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Audit intern harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyelewengan/penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan memberikan saran-saran/rekomendasi untuk perbaikannya.

Menurut Hiro Tugiman (2006:68) audit intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:

1) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.

2) pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi.

3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu. 4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil dari

pelaksanaan pemeriksaan.

5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.

6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan.

(7)

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada manajemen.

Menurut AA. Arens, R.J. Elder, M.S. Beasley (2008:6), tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit report), yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu para pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atas efektivitas suatu departemen kecil.

Sedangkan Menurut Sukrisno Agoes (2013:236), sebagai hasil dari pekerjaannya, internal auditor harus membuat laporan kepada manajemen. Laporan tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal auditor untuk menarik perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari Internal Audit Department (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan tindakan perbaikan dari manajemen. Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan yang:

1) Objective 2) Clear (jelas)

3) Concise (singkat tetapi padat) 4) Constructive (membangun) 5) Timely (cepat waktu)

2.1.7 Standar Praktik Audit Internal

Menurut Sawyer, et al (2015:531) menyatakan wujud profesionalisme dan peran profesi audit internal dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

(8)

1. Independensi dan objektivitas

Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan, independensi memungkinkan auditor internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif. Hal ini berarti dalam memberikan penilaian auditor internal tidak melihat kepada siapapun, serta dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Hal ini dapat tercapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2006:20), sebagai berikut:

“Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif pada auditor internal.” 2. Keahlian dan kecermatan profesional

Menurut Hiro Tugiman (2006:27) kemampuan profesional adalah sebagai berikut:

“Merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.”

Kemampuan profesional mencakup:

a. Mengetahui standar profesional dalam melakukan pemeriksaan.

b. Memilik pengetahuan, kecakapan, dan berbagai displin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.

c. Memiliki kemampuan untuk menghadapi orang kain dan berkomunikasi secara efektif

d. Meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan.

(9)

e. Melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam melakukan pemeriksaan.

3. Ruang lingkup pekerjaan audit internal

Dengan semakin luasnya ruang lingkup perusahaan, serta semakin luas dan kompleksnya dunia usaha, maka peran audit internal semakin penting dan diperlukan. Hal ini merupakan salah satu faktor manajemen perlu mendelegasikan wewenang pada bawahannya untuk mmenciptakan pengendalian yang baik mengenai pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan secara langsung. Sehubungan dengan itu diperlukan suatu alat penghubung untuk menjembataninya, yaitu suatu pengujian yang cukup bebas dari suatu perusahaan ini. Selain itu juga diperlukan penekanan-penekanan agar kegiatan usaha dapat berjalan lancar.

Ruang lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefekttifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan dan kualitas tanggung jawab (Tugiman, 2006:41)

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

Menurut Tugiman (2006:53), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audt internal adalah sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan audit

2. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi 3. Tahap penyampaian hasil audit

4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit yang akan dilakukan harus mendapatkan persetujuan dari pengawas. Apabila rencana audit sudah disetujui, maka auditor internal melakukan pengujian dan pengevaluasian informasi. Informasi yang diperoleh dalam melakukan audit tersebut harus dilaporkan kepada manajemen untuk ditindaklanjuti.

5. Manajemen bagian audit internal

Manajemen bagian audit internal dinyatakan Tugiman (2006:79) sebagai berikut: “Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara

(10)

tepat. Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal, sehingga :

1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan.

2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secar efisien dan efektf. 3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar

profesi.”

Pimpinan audit internal harus :

1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab untuk bagian audit internal.

2. Menetapkan rencana bagi pelaksanaan tangggung jawab bagian audit internal

3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis sebagai pedoman bagi staf auditor.

4. Menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal.

5. Mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.

6. Menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai kegiatan dari bagian audit internal.

2.1.8 Bank

Menurut Kasmir (2012:12) pengertian bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat, pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalulintas uang yaitu dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

(11)

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

2.1.9 Kredit

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Kasmir (2014:113) pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan menurut Menurut Hasibuan (2013:87) pengertian kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

2.1.10 Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2014:84) adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelumnya sudah dilakukan penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun eksteren. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

(12)

Yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama. Jangka waktu tersebut dapat berupa jangka waktu pendek, menengah ataupun jangka panjang.

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Yaitu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau pembiayaan yang dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk bank yang menganut prinsip syariah.

2.1.11 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Dalam pertimbangan suatu permohonan kredit, pertimbangan utamanya adalah apakah kredit yang diberikan akan mampu dilunasi atau tidak. Pada umumnya, para analis kredit dalam mempertimbangkan permohonan kredit memiliki kerangka analisis kredit yang dikenal dengan 7C.

Menurut Munawir (2014:235), pemberian kredit secara sehat harus menjalankan analisis 5C yang sekarang berkembang menjadi 7C, yaitu :

(13)

Bank mencari data mengenai sifat – sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pemohon kredit dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

2. Capacity

Berkaitan dengan kemampuan permohonan kredit dalam membayar kredit. Dari penilaian dapat diketahui kemampuan pemohon kredit dalam pengembalian kredit yang telah didapat.

3. Capital

Melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan yang diajikan. Capital analysis juga menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarag ini.

4. Collateral

Menunjukkan besarnya jaminan baik berupa fisik maupun nonfisik yang akan dijadikan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan.

5. Condition of Economy

Melihat kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha permohonan kredit.

6. Constraints

Faktor hambatan dan keterbatasan yang mungkin timbul dalam perkreditan, seperti hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.

7. Covering

Suatu tindakan yang dilakukan oleh bank dengan mengikuti asuransi yang bertujuan untuk menghindari adanya kerugian apabila kredit yang diberikan mengalami kemacetan.

2.1.12 Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2014:116) tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut:

1) Mencari Keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh

(14)

bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2) Membantu Usaha Nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembankan dan memperluaskan usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3) Membantu Pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor rill.

Sedangkan fungsi kredit Menurut Kasmir (2014:117-119) sebagai berikut: 1) Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang

Dengan adanya kredit daat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

2) Untuk Meningkatkan Peredaran Dan Lalu Lintas Uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3) Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

(15)

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5) Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

6) Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi nasabah yang memegang modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

7) Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di pabrik dan membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik. 8) Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

2.1.13 Kredit Macet

Pengertian kredit macet menurut Hasibuan (2013:115) adalah sebagai berikut :

“Kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitur bersangkutan. Kredit macet harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang besar dapat dihindari.”

(16)

Menurut Kasmir (2014:102) yang dimaksud dengan kredit macet adalah sebagai berikut: “Suatu keadaan dimana nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya.”

2.1.14 Klasifikasi Collectability Kredit

Dalam kenyataan, tidak semua kredit yang telah diberikan dapat berjalan lancar, sebagian ada yang kurang lancar dan sebagian menuju kemacetan. Demi amannya suatu kredit, maka perlu diambil langkah – langkah untuk mengklasifikasikan kredit berdasarkan kelancarannya. Hal ini sangat diperlukan untuk melakukan tugas – tugas pengendalian kredit agar dapat berjalan dengan lancar. Keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga pinjaman oleh nasabah, terlihat pada tata usaha bank dan hal ini merupakan kolektibilitas dari kredit. Informasi dari tingkat kolektibilitas akan sangat bergantung bagi bank untuk kegiatan pengawasan terhadap masing – masing nasabah secara individu maupun secara keseluruhan.

Menurut Hasibuan (2013:113-114) Pengendalian kredit akan lebih mudah dilakukan apabila kredit tersebut diklasifikasikan atas dasar kelancaran pembayarannya, yaitu sebagai berikut:

1) Collectability A

Collectability A adalah debitur selalu membayar kewajibannya secara lancar dan tidak pernah melakukan penunggakan berturut-turut selama 3 bulan. Debitur yang menungggak pembayaran hanya 2 bulan saja akan tetap dimasukkan ke dalam klasifikasi collectability A.

2) Collectability B

Collectability B adalah kredit yang selama 3 bulan berturut-turut kewajibannya tidak dibayar oleh debitur maka kredit digolongkan tidak lancar. Pimpinan bank harus segera meningkatkan penagihan dan mengambil/mempersiapkan tindakan-tindakan represifnya.

3) Collectability C

Collectability C adalah kredit yang selama 6 bulan berturut-turut kewajibannya tidak dibayar debitur sehingga kredit digolongkan sebagai kredit macet.

(17)

Collectability A bisa langsung menjadi collectability C apabila debitur mengalami musibah seperti kebakaran, bencana alam, dan sebagainya. Sebaliknya collectability C bisa menjadi collectability A jika debitur melunasi semua kewajibannya atau kembali aktif. Jika collectability C tidak dilunasi debitur, sebaiknya bank harus menyita atau menjual agunan kredit untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

4) Collectability D

Collectability D adalah kredit yang telah termasuk piutang ragu-ragu karena agunannya telah disita bank, tetapi tidak cukup untuk membayar utangnya.

Sedangkan menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) No.32/268/KEP/DIR Tanggal 27 Februari 1998, maka kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Kredit lancar

Kredit lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. Kredit lancar mempunyai kriteria sebagai berikut :

1) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu. 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.

3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan uang tunai. 2. Kredit kurang lancar

Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari dari waktu yang telah disepakati. Kredit kurang lancar mempunyai kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari

2) Frekuensi mutasi rendah.

3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang telah dijanjikan lebih dari 90 hari.

(18)

5) Dokumentasi pinjaman lemah. 3. Kredit diragukan

Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya terdapat tunggakan yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari dari waktu yang disepakati. Kredit diragukan memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

2) Terjadinya wanprestasi lebih dari 180 hari. 3) Terjadi cerukan yang bersifat permanen. 4) Terjadi kapitalisasi bunga.

5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian maupun pengikat pinjaman.

2. Kredit Macet

Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 270 hari. Kredit macet mempunyai kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 270 hari. 2) Kerugian operasional dituntut dengan pinjaman baru.

3) Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum maupun dari segi kondisi pasar.

2.1.15 Faktor-Faktor Kredit Macet

Faktor – faktor kredit macet adalah hal – hal yang ikut menyebabkan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Faktor – faktor penyebab kredit macet menurut Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2004:472) adalah sebagai berikut :

a. Faktor eksternal bank

(19)

2. Adanya kesulitan atau kegagalan dalam proses likuditas dari perjanjian kredit yang telah disepakati antara debitur dengan bank. 3. Kondisi manajemen dan lingkungan usaha debitur.

4. Musibah (misalnya : kebakaran, bencana alam) atau kegagalan usaha. b. Faktor internal bank

1. Kurang adanya pengetahuan dan keterampilan para pengelola kredit. 2. Tidak adanya kebijakan perkreditan pada bank yang bersangkutan. 3. Pemberian dan pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank

menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.

4. Lemahnya organisasi dan manajemen dari bank yang bersangkutan.

2.1.16 Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Menurut Kasmir (2014:149), pihak bank perlu melakukan penyelamatan dalam hal kredit macet sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran, terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk dibayar. Terhadap kredit yang mengalami kerugian. Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:

1. Reschedulling

Suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini, debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembayaran kredit. Misalnya, perpanjangan jangka waktu kredit dari enam bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

2. Recondictioning

Recondictioning maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan yang ada, seperti :

a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

(20)

Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa

c. Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga pertahun sebelumnya dibebankan 17% diturunkan menjadi 15%. Hal ini tergantung dari pertimbangan bank bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

d. Pembebasan bunga, dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamanya sampai tuntas.

3. Restructuring

Restructuring merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dbiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi:

a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity, yaitu :

1) Dengan menyetor uang tunai 2) Tambahan dari pemilik 4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode diata. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

5. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar – benar tidak punya itikad yang baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang – hutangnya.

(21)

2.2 Kerangka Pemikiran

Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan. Secara umum audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Auditor internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang kelengkapan dan keefektifan pengendalian internal.

Menurut Sawyer, et al (2015:531) menyatakan wujud profesionalisme dan peran profesi audit internal dalam perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Independensi dan objektivitas

2. Keahlian dan kecermatan profesional 3. Ruang lingkup pekerjaan audit internal 4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan 5. Manajemen bagian audit internal

Audit internal yang maksimal mampu membantu suatu bank untuk menilai dan mengawasi prosedur pemberian kredit yang kurang baik dan harus dievaluasi. Peranan audit internal ini dilakukan agar tujuan bank yaitu menciptakan siklus ekonomi yang baik dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan kredit dapat tercapai dan kredit macet yang terjadi dalam suatu bank mengalami penurunan.

Peran Bank adalah sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama menghimpun (funding) dan menyalurkan dana (lending). Kegiatan Penyaluran dana ini dikenal dengan istilah alokasi dana, dimana salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit

Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Untuk memenuhi proses dalam kredit harus memenuhi unsur-unsur kredit.

(22)

menurut Kasmir (2014:84) adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan 2. Kesepakatan 3. Jangka Waktu 4. Resiko 5. Balas Jasa

Berdasarkan hal tersebut maka dalam pemberian kredit dibutuhkan adanya audit internal agar terhindarnya dari suatu masalah atau kredit yang berujung masalah. Dari penjelasan di atas, maka dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :

PERBANKAN

SISTEM PENGAWASAN

AUDIT INTERNAL (Sawyer, et al (2015:531)) 1. Independensi dan objektivitas

2. Keahlian dan kecermatan profesional 3. Ruang lingkup pekerjaan audit internal 4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan 5. Manajemen bagian audit internal

KREDIT MACET (Kasmir (2014:84)) Unsur-Unsur Kredit 1. Kepercayaan 2. Kesepakatan 3. Jangka waktu 4. Risiko 5. Balas jasa Gambar 2.1 Skema Pemikiran

(23)

2.3 Hipotesis Penelitian

Proses pemberian kredit di suatu perbankan, tidak terlepas dari adanya audit internal. Audit internal yang efektif sangat penting karena tujuan dari adanya audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Dalam hal ini audit internal dibutuhkan untuk meminimalisasi terjadinya kemacetan kredit. Dengan adanya audit internal dalam pengendalian internal diharapkan bank dapat menjamin proses pemberian kredit yang baik, yang diperlukan dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya kredit macet dikemudian hati yang dapat mengganggu stabiltas keuangan suatu bank. Bank wajib melaksanakan audit intern terhasap pelaksanaan pemberian kredit (Dunil, 2005:109).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Hοı : Audit internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan kredit macet. Haı : Audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kredit macet.

Referensi

Dokumen terkait

1) Audit internal merupakan suatu aktivitas penilaian independen dalam suatu organisasi. Ini berarti bahwa orang yang melakukan penilaian tersebut adalah pegawai perusahaan. 2)

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir

PEMENANG NOMOR DAN TGL KONTRAK / SURAT PESANAN SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK) SANGGAH / SANGGAH BANDING / PENGADUAN. LAPORAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN

Game selanjutnya diwujudkan dalam bentuk permainan labirin, dimana pemain ditugaskan untuk mengarahkan karakter agar dapat keluar dari labirin dengan menggunakan

Intiland Tower adalah solusi untuk tantangan alam dengan menggabungkan konsep dasar arsitektur hijau dan efisiensi energi sejak 25 tahun yang lalu, meletakkan aplatform

Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa.. memperhitungkan persediaan

 Peserta didik mengamati poster yang ditampilkan guru melalui share screen dan memberikan pendapat berdasarkan kriteria poster yang baik melalui platform

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut