Membuat
Tenunan Sederhana
A. RINGKASAN
Dalam bab ini kita akan mencoba membuat tekstil dengan teknik tenun atau rekarakit. Tekstil dibuat dengan cara menyusun benang lungsi dan pakan helai demi helai hingga menjadi selembar kain. Benang-benang itu disilangkan dengan berdasarkan pada pola anyam. Pada bab tentang Alat dan Teknik Tenun Rekarakit Nu-santara, kita telah memperoleh pengetahuan tentang keberagaman hasil tenun Nusantara. Hasil-hasil tenunan terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
Pekerjaan menenun sangat menarik karena kita memperoleh pengalaman untuk menyusun benang menjadi lembaran kain. Ini dikerjakan dengan menggunakan pola anyam dan alat tenun seder-hana. Teknik tenun sederhana yang akan dipelajari adalah tenun tapestri. Dengan memiliki pengalaman seperti ini, kesadaran dan penghayatan, serta kreativitas kita terhadap tekstil tenun akan semakin tinggi.
Penenunan membutuhkan kesabaran dan ketelitian, baik ketika mempersiapkan, maupun pada saat menenun dan penyelesaian akhir. Ketekunan dan ketelitian akan membantu menjadikannya karya yang indah.
B. TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini, kita diharapkan memiliki kemam-puan untuk:
1. Memahami pengetahuan tentang peralatan dan proses pem-buatan tekstil dengan teknik tenun sederhana.
2. Menghayati proses pembuatan tekstil tenun (rekarakit). 3. Memiliki kemampuan berkreasi dengan teknik tenun sederhana.
C. ALAT, BAHAN, DAN PROSES PEMBUATAN
TENUNAN SEDERHANA
Proses menenun yang akan kita lakukan adalah proses tenun sederhana. Proses ini dapat dikerjakan dengan mudah, baik di sekolah maupun di rumah. Pada prinsipnya peralatan tenun seder-hana berupa kerangka kayu berbentuk segi empat. Sisi atas dan bawah merupakan tempat mengikat benang lungsi secara berjajar. Peralatan lain yang dibutuhkan adalah pensil, penggaris panjang ukuran 60 cm, gunting besar dan sedang, sisir plastik besar dengan mata sisir yang jarang, karton tebal, paku kecil, dan palu. Tenunan yang menggunakan alat sederhana ini biasanya juga dikenal dengan nama tenun tapestri. Cara menenun seperti ini memudahkan kita untuk membuat aneka corak. Karena dengan alat ini kita bebas me-masukkan atau menambahkan berbagai benang dan unsur-unsur lain dalam tenunannya.
Bahan yang dibutuhkan untuk lungsi adalah benang yang tebal dan tidak terlalu lentur, seperti benang kasur atau benang sintetis. Benang yang dipilih untuk lungsi harus kuat dan tidak mengkerut setelah dilepas dari rangka kayu. Adapun benang pakan yang dapat digunakan adalah benang sintetis atau yang berasal dari serat alam.
Bahan-bahan lain sebagai tambahan adalah kerang, manik-manik, payet, potongan bambu atau kayu, atau bahan-bahan lainnya yang bisa memper-kaya tenunan kita.
Jika kita menginginkan benang pakan yang berasal dari serat alam, kita dapat mewarnainya terlebih dahulu. Proses ini dapat dila-kukan dengan mencelupnya dalam pewarna sintetis atau alam. Di berbagai daerah aneka serat alam setempat sudah tersedia di pasar kerajinan. Serat-serat ini antara lain adalah serat daun lontar, alang-alang, eceng gondok, pelepah pisang, serat nanas, sabut kelapa, bilah bambu, rotan ritrit, dan tali goni dari serat. Serat-serat alam ini biasanya sudah diproses dan diberi warna yang beragam. Apabila di daerah kita tidak ada serat alam, dapat digunakan benang akrilik. Di pasaran benang itu lebih dikenal dengan istilah benang wol. Na-mun jika benang itu pun sulit ditemukan, kita dapat menggunakan benang katun rayon yang banyak dijual di toko. Akan tetapi, sumbu kompor atau tambang kecil pun dapat dimanfaatkan pula sebagai benang pakan.
C.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kita perlu menyiapkan berbagai hal, seperti alat tenun sederhana, peralatan pendukung, benang lungsi dan pakan, serta bahan pendukung.
a. Alat Tenun Sederhana
Alat tenun sederhana ini perlu dibuat khusus karena tidak dijual di pasar. Alat ini berupa rangka kayu berbentuk segi empat yang ukuran panjang dan lebarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kerangka kayu dibuat dengan ukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm. Alat ini menggunakan bahan dari kayu yang dapat diperoleh di toko bangunan. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu reng yang berukuran sekitar 3 x 4cm. Panjang kayu disesuaikan dengan ke-butuhan rangka yang akan dibuat. Sebaiknya permukaan kayu ini diserut terlebih dahulu agar halus. Ini penting untuk menghindari tersangkutnya benang dalam proses menenun.
Langkah berikutnya menan-dai bagian atas dan bawah alat tenun untuk tempat paku dipasang. Setiap paku berjarak 1½ cm ke arah samping dan 2 cm ke arah atas sebanyak dua deret. Paku yang digunakan adalah paku kecil dengan panjang 2 cm. Pemasangan paku tegak lurus maksimum seda-lam 2 cm, sehingga masih menyisa-kan paku setinggi 1 cm.
b. Benang Lungsi dan Pakan Dalam latihan ini benang lungsi yang digunakan adalah ka-tun dengan ukuran besar. Benang itu dikenal dengan nama benang kasur. Benang jenis ini memiliki je-nis gintiran S yang padat. Lungsi harus terbuat dari bahan yang kuat serta memiliki tingkat elastisitas yang rendah. Pada umumnya nang mudah diperoleh di toko be-nang atau kelontong. Umumnya warna benang ini putih agak ke-coklatan. Namun saat ini benang itu tersedia dalam warna putih ber-sih dan aneka ragam warna hasil pencelupan. Kita tinggal memilih warna sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.
Sementara itu, benang pakan yang perlu disiapkan bergantung pada rancangan pola tenun yang akan dibuat. Sebaiknya gunakan beberapa jenis benang pakan dengan ketebalan dan warna yang berbeda. Dengan demikian, kita bisa memperoleh tekstur tenunan yang menarik. Benang pakan dapat berupa tali rami, tali goni, tali
Gambar 12.1: Alat tenun sederhanaaaaa berbentuk kerangka kayu dengan ukuran
40 x 60 cm
Gambar 12.2: Posisi pemasangan paku pada sisi atas dan bawah rangka kayu
sabut kelapa, tali nenas dan potongan perca yang telah dipilin menjadi tali. Di samping itu, ada pula benang yang berasal dari serat-serat khusus, seperti serat enceng gondok, atau bilah bambu. Bahan pakan yang tersedia di pasar pada umumnya memiliki warna-warni cerah, namun gabungan dari beberapa nuansa dapat menampilkan warna-warna alami yang banyak digemari masyarakat.
c. Pemasangan Lungsi
Benang lungsi dipasang de-ngan cara mengikatkan ujung benang pada paku bagian atas pa-ling kiri dari alat tenun. Pengikatan perlu dilakukan dua kali agar kuat. Setelah itu, benang ditarik ke ba-wah. Kemudian benang dililitkan pada paku bagian ujung paling kiri sebanyak dua kali, dan ditarik kembali ke atas untuk dililitkan ke paku berikutnya. Lilitan juga dibu-at dua kali agar regangan tali me-rata. Proses ini terus berlanjut
hingga seluruh paku terisi. Saat itu. akan tampak rentangan benang lungsi dalam keadaan tegang dan searah. Apabila dalam proses pemasangan lungsi benang habis atau terputus, kita dapat menerus-kannya dengan membuat ikatan baru pada paku berikutnya. C.3 Tahap Penenunan
Sebelum mulai menenun, kita perlu menyiapkan rancangan gambar yang akan ditenun. Rancangan gambar ini dibuat sama besar dengan bidang tenunan, yaitu skala 1 : 1. Rancangan digambar pada sehelai kertas lengkap dengan warna-warna yang akan digunakan. Kemudian kertas bergambar ini akan diletakkan di belakang ren-tanganan benang lungsi pada rangka kayu. Pola tersebut kemudian disalin di atas rentangan benang lungsi dengan menggunakan spidol
Gambar 12.3: Benang lungsi yang sudah terpasang pada rangka kayu
berwarna. Dengan demikian, kita memiliki susunan benang lungsi yang sudah terdapat pola gambar/corak yang akan kita tenun.
Selanjutnya anyamkan bahan pembatas, berupa karton tebal selebar 3 cm dan panjang 45 cm, ke lungsi dengan teknik tenun datar 1-1. Masing-masing sisi dua bilah karton dianyamkan dengan susunan benang lungsi yang berbeda. Pembatas karton ini berguna untuk (1) menahan merosotnya tenunan; (2) menjaga ketegangan dan kerentangan susunan benang lungsi; (3) menjaga jarak antara benang-benang lungsi; (4) memberi jarak antara batas kayu ber-paku dengan batas tenunan, sehingga memudahkan proses peng-guntingan benang lungsi; (5) proses pengikatan benang lungsi dapat dilakukan dengan lebih baik di dalam proses penyelesaian akhir.
Penenunan adalah persilangan benang pakan melewati susunan benang lungsi secara selang-seling. Persilangan ini dapat diatur ber-dasarkan berbagai pola anyaman. Kerumitan dan keragaman co-rak pada setiap tenunan ditentukan oleh rumitnya pola anyam yang diterapkan. Pola anyam disesuaikan dengan rancangan tekstur yang akan ditampilkan di dalam tekstil. Selain itu, berbagai rancangan tekstur juga dapat diwujudkan dengan menggunakan beragam uku-ran dan jenis serat yang memiliki penampang yang berbeda ukuuku-ran- ukuran-nya. Unsur pendukung lain seperti kerang, kayu, bambu, manik-manik dapat memperkaya corak, warna dan tekstur tenunan.
Proses menenun diawali dengan pola anyam datar 1 – 1 selebar ± 5 cm. Pada akhir tenunan, anyaman ini perlu dilakukan lagi sebagai penutup. Jadi buatlah bidang tenun selebar ± 5 cm dengan teknik tenun datar di awal dan di akhir tenunan. Bagian-bagian bertenun datar ini diperlukan untuk penyelesaian akhir, seperti pemasangan bingkai, penambahan rumbai, atau tambahan bidang bila perlu dijahit. a. Pola Anyam Dasar
Dalam latihan ini kita akan mencoba membuat tenunan seder-hana yang berukuran kecil. Setiap rancangan tenun biasanya terdiri dari beragam pola anyam, sehingga tampilan corak dan teksturnya lebih menarik. Berikut ini disampaikan beberapa bentuk pola anyam dasar.
b. Cara Menyambung Warna dan Benang
Pada proses menenun sederhana atau tapestri, kita akan meng-eksplorasi bidang, warna dan tekstur secara bebas berdasarkan pola anyam dasar seperti gambar di atas (Gambar 12.4). Dalam pelak-sanaannya, kita juga perlu melakukan penyambungan benang karena terputus, habis, atau mengganti warna dan bahan. Untuk itu ada berbagai teknik peralihan warna dan penyambungan benang yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 12.4: Pola anyam datar
Gambar 12.5: Cara menyambung benang dan peralihan warna benang dalam tenun tapestri
C.4 Tahap Penyelesaian Akhir
Setelah seluruh bidang tenunan selesai sesuai dengan rancang-an, kemudian kita membuat bagian penutup dengan pola anyam datar 1 – 1 selebar ± 5 cm. Bagian ini berguna untuk menahan be-nang pakan agar tidak terlepas. Setelah itu karton pembatas di bagian atas dan bawah tenunan dilepas dengan hati-hati. Selanjut-nya guntinglah susunan benang lungsi di bagian atas dan bawah dekat paku.
Setelah tenunan dilepas, sisa benang lungsi yang masih panjang disimpul setiap 2 – 4 helai. Ujung simpul ditarik ke arah benang pakan pada tenunan. Lakukan hal ini pada kedua ujung tenunan. Pengikatan benang lungsi ini akan menjaga agar benang pakan tidak terurai lepas. Apabila tenunan ini ditujukan untuk hiasan dinding, maka pigura yang sesuai perlu dibuat untuk membingkai tenunan.
Soal 1.
Kompetensi Konsepsi
1. Buatlah rancangan gambar dengan ukuran 15 x 15 cm untuk hiasan dinding atau tas dengan teknik tenun tapestri di atas kain blacu sebagai dasarnya. Rancanglah corak, warna, serta tekstur sesuai yang kamu inginkan
Kompetensi Kreasi
2.a. Buatlah tenunan dari potongan kain blacu atau sejenisnya yang telah kamu lepaskan benang pakannya. Tenun kembali dengan aneka teknik tenun datar.
b. Sebelum menenun dengan beragam teknik tenun yang kamu inginkan, seluruh pinggir kain bagian dalam yang telah dilepas benang pakannya dijahit dengan teknik jahit veston.
Membuat Tenunan Sederhana
Membuat Tenunan Sederhana
Membuat Tenunan Sederhana
Membuat Tenunan Sederhana
Membuat Tenunan Sederhana
Kompetensi Apresiasi
3. Ceritakanlah perasaanmu ketika membuat dan menghasilkan karya.
Soal 2
1. Buatlah tenunan sederhana untuk taplak meja atau hiasan din-ding dengan teknik tapestri.
Kompetensi Konsepsi
2. Buatlah rancangan gambar dengan ukuran 20 x 20 cm. Ran-canglah corak, warna, serta tekstur yang kamu inginkan Kompetensi Kreasi
3. Gunakanlah alat tenun sederhana untuk menenun dengan tek-nik ini. Salinlah rancangan gambarmu dengan pensil ke atas hamparan benang lungsi yang telah dibuat frame tenunnya. Mulailah menenun dengan benang berwarna yang sesuai dengan rancanganmu. Kerjakan teknik penyelesaian akhir dengan baik agar benang pakan dan lungsi tidak terlepas.
Kompetensi Apresiasi
4. Ceritakan perasaanmu ketika membuat dan menghasilkan karya.
Anne dan Summerfield John, Walk in Splendor: Ceremonial Dress
and The Minangkabau, Los Angelos, California: UCLA
Fowler Museum of Cultural History, 1999
Banard Nicholas, Living With Decorative Textiles: Tribal Art From
Africa, Asia, and Americas, New York: Doubleday, 1989
Biranul Anas dkk, Indonesia Indah: Batik, Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP3 TMII, 1995
Biranul Anas dkk, Indonesia Indah: Kain-Kain Non Tenun
Indonesia, Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP3 TMII, 1995
Biranul Anas dkk, Indonesia Indah: Tenunan Indonesia, Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP3 TMII, 1995
Elliot Inger McCabe, Batik: Fabled Cloth of Java, Singapore: Periplus Editions, 2004
Gavin Traude, The Women’s Warpath: Iban Ritual Fabrics From
Borneo, California: UCLA Fowler Museum of Cultural
History, 1996
Gittinger Mattiebelle, Splendid Symbols: Textiles and Tradition in
Indonesia, Washington D.C: The Textile Museum, 1979
Hamilton Roy W., Gift of The Cotton Maiden: Textiles of Flores
And The Solor Islands
Maxwell Robyn, Textiles of Southeast Asia: Tradition, Trade and
Transformation, Canbera: Periplus Editions, 2003
Hauser-Schaublin Brigitta, Marie-Lousie Nabholz–Kartaschof & Urs Ramseyer, Balinese Textiles, Singapore: Periplus Editions, 1991
Pickell David, Between The Tides: A Fascinating Journey Amoung
The Kamoro of New Guinea, Singapore: Periplus Editions,
2002
---, Decorative Arts of Sumba, Amsterdam, Netherlands: Peppin
Press, 1999
Larsen, Jack Lenor, The Dyer’s Art Ikat, Batik, Plangi, New York: Van Nostrand Reinhold Co., 1976
Nian S. Djoemena, Ungkapan Sehelai Batik, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1990
Nian S. Djoemena, Lurik, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1990 Sewan Susanto, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Jakarta: Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 1973
Wucius Wong, Principels of Two Dimensional Design, New York: Van Nostrand Reinhold, 1994
Lubell Cecil (1976), Textile Collections Of The World: United States
and Canada, Vol 1, Van Nostrand Reinhold Company
Lubel Cecil ( 1976), Textile Collections Of The World: United Kingdom
and Ireland, Vol 2, Van Nostrand Reinhold Company.
Lubell Cecil (1976), Textile Collections Of The World: France, Vol