• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Industri Kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Industri Kecil"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Pekerja Industri Kecil

Luciana Triani Dewi(1), Kevin Dantes(2)

(1), (2)

Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No. 43 Yogyakarta

(1)

triani.dewi@mail.uajy.ac.id, (2)igndantes@gmail.com

ABSTRAK

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Pemerintah Republik Indonesia memberikan aturan bagi setiap industri untuk menyediakan dan mewajibkan penggunaan APD bagi pekerja. Namun faktanya, banyak ditemui industri yang tidak mematuhi aturan tersebut, terlebih industri skala mikro-kecil.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi penggunaan APD pada pekerja suatu industri kecil yang melibatkan mesin, perkakas dan instalasi yang berpotensi bahaya pada pekerja. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab pekerja tidak mematuhi penggunaan APD dan menganalisis pengaruh penggunaan APD pada hasil kerja. Metode yang digunakan adalah kuesioner terstruktur untuk identifikasi respon pekerja terhadap APD dan uji statistik paired t-test untuk menentukan signifikansi perbedaan hasil kerja menggunakan APD dan tanpa APD.

Hasil studi menunjukkan pekerja tidak nyaman menggunakan APD saat beraktivitas dan terdapat perbedaan signifikan hasil kerja saat menggunakan APD dan tanpa APD, dimana hasil kerja lebih baik saat tanpa APD. Rekomendasi diberikan untk mengevaluasi APD yang disediakan serta kebijakan dalam penentuan target produksi dengan memperhatikan kelonggaran akibat penggunaan APD.

Kata kunci— alat pelindung diri, industri kecil, keselamatan dan kesehatan kerja

I. PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri mendefinisikan alat pelindung diri (APD) sebagai suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Menurut PER.08/MEN/VII/2010 pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja dan APD wajib digunakan di tempat kerja dengan kondisi-kondisi khusus, diantaranya tempat kerja yang menggunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. Namun pada kenyataannya, fakta menunjukkan banyak terjadi pelanggaran dan penyimpangan dari aturan tersebut, terlebih di industri skala mikro kecil. Padahal industri mikro kecil tidak lepas dari potensi-potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalankan aktivitasnya.

Permasalahan umum yang dihadapi industri terkait dengan APD dapat bersumber dari pihak manajemen maupun dari sisi pekerja. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan permasalahan dari pihak manajemen antara lain kelemahan dalam menerapkan strategi yang dapat mendukung dan memotivasi karyawan akan manfaat dan pentingnya APD (Andrews, 2000), permasalahan kebijakan dan pengawasan (Agustina & Khayan, 2014), manajemen dan lingkungan kerja (Atmanto, 2011). Permasalahan dari sisi pekerja antara lain faktor pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menjalani program APD (Parimalam, Kamalamma, & Ganguli, 2007 ; Prasetyo, 2015) dan tipe kepribadian karyawan (Prasetyawati dkk, 2016).

Studi ini dilakukan di sebuah industri kecil yang bergerak di bidang pemrosesan sheet metal dan berbagai pengerjaan logam. Dalam prosesnya melibatkan mesin-mesin, proses pengerjaan, proses penanganan material dan lingkungan kerja yang berpotensi bahaya bagi pekerjanya. Data

(2)

historis menunjukkan seringnya terjadi cedera yang dialami pekerja akibat kejadian kecelakaan kerja. Cedera dapat terjadi dengan tingkat keparahan meningkat karena pekerja tidak menggunakan APD selama bekerja. Wawancara terbuka kepada pekerja teridentifikasi beberapa faktor penyebab pekerja tidak menggunakan APD selama bekerja. Pertama, pekerja tidak terbiasa bekerja dengan memakai APD dan merasa tidak nyaman jika bekerja menggunakan APD sehingga justru memperlama waktu kerja. Kedua, pekerja merasa tidak perlu menggunakan APD karena sudah mahir dan sangat menguasai pekerjaannya sehingga mampu menghindari bahaya. Ketiga, pekerja harus melakukan aktivitas yang beragam dalam pekerjaannya dengan beragam APD yang sesuai untuk setiap jenis aktivitas. Pekerja merasa APD akan memperlambat pekerjaan karena harus berkali-kali melepas dan menggunakan APD yang sesuai setiap berganti aktivitas kerja.

Studi dilakukan dengan tujuan utama untuk menganalisis pengaruh penggunaan APD pada output yang dihasilkan pekerja. Hasil analisis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kebijakan perusahaan terkait program APD yang diterapkan selama ini. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil bahwa dengan penggunaan APD yang tepat akan memberikan perlindungan optimal pada penggunanya. APD memiliki peran penting dalam mengurangi bahaya kerja dan cidera, serta mengurangi dampak risiko kecelakaan yang mungkin terjadi pada lantai produksi (Afandi & Desrianty, 2014; Kwame, Kusi, & Lawer, 2014; Mitchual, Donkoh, & Bih, 2015).

II. METODOLOGI

A. Identifikasi Respon Pekerja Terhadap APD

Kuesioner terstruktur digunakan sebagai instrumen untuk identifikasi respon pekerja terhadap kondisi dan pelaksanaan program APD saat ini. Sebagai responden adalah 11 (sebelas) orang pekerja bagian produksi. Kuesioner yang digunakan menggunakan skala Likert yaitu ukuran yang menyatakan seberapa setuju responden dengan pernyataan yang diberikan dengan 5 poin skala yaitu: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = tidak setuju, 5 = sangat tidak setuju. Respon yang diidentifikasi meliputi 1) ketersediaan APD; 2) kondisi APD; 3) kebiasaan menggunakan APD; 4) problem kenyamanan saat penggunaan APD; 5) gangguan pergerakan karena APD dan 6) efek APD memperlambat kerja. Selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif terhadap hasil jawaban responden untuk mengidentifikasi respon pekerja tentang APD.

B. Analisis Pengaruh Penggunaan APD Terhadap Hasil Kerja

Riset observasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan untuk menguji pengaruh penggunaan APD terhadap hasil kerja. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan APD dan variabel tak bebas adalah output yang dihasilkan pekerja. Penentuan sampel menggunakan judgement sampling dimana para pekerja yang dijadikan subjek penelitian telah mencapai usia produktif yaitu 15 tahun atau lebih berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014, Pasal 1 Butir 10. Subjek memiliki ketrampilan yang setara dan bekerja dalam kondisi sehat. Proses kerja yang diamati adalah proses pengerjaan produk engsel meja pingpong yang merupakan pesanan utama yang dikerjakan saat penelitian dilakukan. Jenis pekerjaan yang diuji adalah cutting (C), punching (P), bending (B),

welding (W) dan grinding (G).

Pengambilan data dilakukan saat subjek tidak menggunakan APD selama 5 (lima) hari kerja. Selanjutnya diberikan perlakuan pada subjek yaitu bekerja dengan menggunakan APD yang sesuai dengan setiap jenis pekerjaan yang dilakukan. Dilakukan uji coba selama 7 hari kerja dengan tujuan agar diperoleh data pada kondisi pekerja telah terbiasa bekerja dengan APD yang sesuai. Setelah masa uji coba, dilakukan pengambilan data saat subjek menggunakan APD selama 5 hari kerja.

Analisis statistik paired t-test digunakan untuk menguji adanya perbedaan rata-rata hasil kerja tanpa APD dan hasil kerja menggunakan APD. Hipotesis yang diuji adalah H0 : tidak terdapat perbedaan signifikan hasil kerja tanpa menggunakan APD dan hasil kerja menggunakan APD dan H1 : terdapat perbedaan signifikan hasil kerja tanpa menggunakan APD dan hasil kerja menggunakan APD. Tingkat signifikansi ditetapkan untuk p < 0,05.

(3)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil skor respon pekerja terhadap kondisi dan program APD ditunjukkan pada Tabel 1. Terdapat 4 butir respon yang masuk kriteria level 5, yang artinya mutlak terjadi atau positif dirasakan oleh pekerja. Ada satu butir respon termasuk kriteria level 2 dan satu butir respon lainnya masuk kriteria level 3. Dari hasil identifikasi respon menunjukkan bahwa pekerja sangat tidak biasa menggunakan APD, APD sangat menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu gerakan serta memperlama penyelesaian pekerjaan. Pekerja menyadari bahwa manajemen telah menyediakan APD untuk para pekerja. Untuk respon terhadap kondisi APD yang disediakan, pekerja tidak tahu (tidak paham) apakah APD yang disediakan layak atau tidak.

Tabel 1Respon pekerja terhadap APD

No Butir Skor Rating

skor (%)

Level kriteria

1 Manajemen tidak menyediakan APD 17 30,91 2 2 APD yang disediakan tidak layak 25 45,45 3 3 Pekerja tidak terbiasa menggunakan APD 48 87,27 5 4 APD menyebabkan ketidaknyamanan saat

bekerja

49 89,09

5

5 APD mengganggu gerakan kerja 49 89,09 5

6 Penggunaan APD memperlama pekerjaan 49 89,09 5

Data output kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD ditunjukkan pada Tabel 2. Analisis paired t-test digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan rata-rata output menggunakan APD dan tanpa APD, diolah dengan software Minitab. Hasil pengujian untuk pekerjaan Cutting menunjukkan hasil t(9) = 4,36 dengan p = 0,002 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD. Hasil pengujian untuk pekerjaan Punching menunjukkan hasil t(19) = 3,45 dengan p = 0,003 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD. Hasil pengujian untuk pekerjaan Bending menunjukkan hasil t(4) = 5,83 dengan p = 0,004 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD. Hasil pengujian untuk pekerjaan Welding menunjukkan hasil t(9) = 5,85 dengan p = 0,00 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD. Hasil pengujian untuk pekerjaan Grinding menunjukkan hasil t(9) = 5,46 dengan p = 0,00 yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa APD.

Tabel 2 . Hasil output tanpa APD dan memakai APD

Job Subjek Rata-rata hasil (unit)

Tanpa APD Memakai APD

C C1 483,4 460 C2 482,4 465,8 P P1 239,4 233,6 P2 241,2 237 P3 236,6 232,8 P4 241 234,6 B B1 282,2 262,8 W W1 193,6 166,6 W2 191,6 170 G G1 290,8 267 G2 289,2 269,4

Hasil pengujian untuk seluruh job menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil kerja dengan menggunakan APD dan tanpa menggunakan APD. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan APD memberi dampak pada output yang dihasilkan pekerja. Data pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata hasil output pada saat menggunakan APD menunjukkan nilai yang lebih

(4)

rendah dibandingkan saat bekerja tanpa APD. Artinya dampak penggunaan APD yang ditunjukkan adalah menurunkan hasil output pekerja. Fenomena ini sesuai dengan respon pekerja yang menyatakan bahwa penggunaan APD menganggu kenyamanan bekerja dan memperlambat waktu kerja. Studi terdahulu menunjukkan hasil yang sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana penggunaan APD akan mempengaruhi kelonggaran (allowance) dalam proses penyelesaian kerja (Sugarda, Santiasih & Juniani, 2014). Oleh karena itu dilakukan investigasi lebih lanjut penyebab menurunnya hasil akibat penggunaan APD saat bekerja.

Tabel 3 menunjukkan potensi bahaya kerja dan daftar APD yang digunakan pekerja. Berdasarkan analisis potensi bahaya di setiap jenis pekerjaan, pihak manajemen telah menyediakan jenis APD yang sesuai sebagai bentuk perlindungan pada pekerja. Identifikasi karakteristik dan spesifikasi setiap jenis APD dilakukan dengan observasi terhadap perilaku pekerja selama menggunakan APD untuk menelusuri sumber penyebab ketidaknyamanan akibat penggunaan APD.

Tabel 3 Jenis-jenis potensi bahaya kerja dan APD yang digunakan

Job Potensi bahaya APD yang

digunakan

Cutting Punching Bending

Pisau potong & benda kerja tajam Safety shoes Sarung tangan Gerak pisau potong naik turun

Lantai yang licin Serpihan material tajam

Welding Percikan Api Safety shoes

Sarung tangan Apron

Masker (topeng) las Arus Listrik

Cahaya intensitas tinggi Serpihan material tajam Benda kerja tajam

Grinding Mata pisau gerinda yang tajam Safety shoes Kacamata Masker Rotasi mata pisau gerinda

Arus listrik

Debu serpihan material

Serpihan material tajam di lantai & permukaan kerja

Berdasarkan observasi ditemukan permasalahan yang dihadapi pekerja terkait penggunaan sepatu pelindung (safety shoes). Pekerja menggunakan safety shoes tanpa dilengkapi dengan kaus kaki. Sementara jenis safety shoes yang digunakan adalah jenis yang berbahan tebal untuk melindungi kaki dari benda tajam, akibatnya kaki akan terasa panas dan berkeringat setelah beberapa saat bekerja. Dampak dari kondisi ini adalah pekerja merasakan gangguan dan ketidaknyamanan dalam bekerja serta gerakan langkah kaki menjadi terhambat. Terkait dengan penggunaan sarung tangan, ditemukan permasalahan yang diakibatkan jenis bahan sarung tangan yang tidak sesuai. Sarung tangan berbahan kain yang rapat dan tebal sehingga menyebabkan tangan terasa panas dan berkeringat setelah beberapa saat bekerja. Selain itu, sarung tangan yang digunakan juga mempersulit gerakan jari saat beraktivitas. Beberapa pekerja mengatasi permasalahan ini dengan pemulihan kondisi dengan cara melepas sarung tangan sesaat umtuk menguapkan keringat dan merilekskan jari-jari. Tentu saja hal ini berakibat memperlama waktu penyelesaian pekerjaan. Permasalahan juga ditemukan pada kacamata yang digunakan pada pekerjaan grinding. Bahan kacamata terbuat dari plastik keras tanpa cushion untuk bagian hidung dan telinga. Akibatnya saat pekerja menggunakan kacamata grinding dalam waktu yang lama, rasa sakit muncul pada bagian hidung dan telinga karena terjepit bingkai kacamata.

Berdasarkan temuan-temuan ketidaksesuaian tersebut, diusulkan penggunaan APD yang sesuai untuk jenis pekerjaan yang dilakukan. Safety shoes yang disediakan sudah sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, hanya saja pada penggunaannya perlu dilengkapi dengan kaus kaki untuk menghindari gesekan kulit dengan permukaan sepatu dan menyerap keringat. Sarung tangan yang digunakan untuk proses cutting, punching, dan bending kurang sesuai sehingga menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya. Sebaiknya digunakan sarung tangan berbahan serat aramid atau sarung tangan khusus untuk proses metal fabricating. Menurut OSHA, kacamata

(5)

untuk proses grinding yang tepat adalah cushioned fitting goggles. Jenis kacamata ini tidak menimbulkan embun dan rasa sakit pada hidung dan telinga (OSHA,2003). Alternatif dengan biaya yang lebih adalah menggunakan face shield yang dapat melindungi mata sekaligus pernafasan karena dilengkapi dengan respirator.

Penggunaan APD yang lebih tepat diharapkan dapat menurunkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pekerja saat bekerja dengan APD. Meskipun demikian, pertimbangan tambahan kelonggaran waktu tetap perlu diperhatikan dalam penentuan target produksi. Hal ini mempertimbangkan kemungkinan menurunnya performansi kerja dapat terjadi akibat dari penggunaan APD (Johnson, 2005). APD dapat meningkatkan produktivitas dalam arti menghilangkan waktu kerja hilang (day lost) akibat cedera atau sakit akibat kerja (Sebestyen, 1993). Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menentukan besaran kelonggaran untuk mengakomodir penurunan performansi akibat penggunaan APD, sehingga penentuan target produksi pun dapat disesuaikan dengan kondisi ini.

IV. PENUTUP

Penggunaan APD mempengaruhi performansi kerja dalam menghasilkan output. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan rata-rata hasil kerja saat menggunakan APD. Pemilihan APD yang tepat dapat mengurangi resiko penurunan performansi kerja. Meskipun demikian, efek penurunan performansi tidak bisa mutlak dihilangkan pada penggunaan APD. Oleh karena itu, pertimbangan kelonggaran diperlukan dalam penentuan waktu penyelesaian pekerjaan dan target produksi dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R., & Desrianty, A. (2014). Usulan Penanganan Identifikasi Bahaya Menggunakan Teknik Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control ( HIRADC ). Reka Integra Jurnal Online

Institut Teknologi Nasional Vol.02, No.03, hlm 25–35.

Agustina & Khayan. (2014). Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Oleh Pekerja PT. Hok Tong Di Pontianak. Sanitarian Jurnal Kesehatan, 6(3), hlm 312-317

Andrews, T. (2000, January). Getting employees comfortable with PPE: You can do it! Occupational

Hazards, hlm 35-37.

Atmanto, I.S. (2011). Behavioral Determinants Workers in The Use of PPE Based on Hazard Assessment in Foundry Company Ceper Klaten. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011, hlm C24-C29

Jhonson, A. (2005). PPE and Productivity. AIHA Synergist, November 2005. Dikutip dari http://artjohnson.umd.edu/bioe/PPE-and-Productivity.pdf. Diakses 1 Februari 2017

Kwame, Ochire Bodau, Kusi, E dan Lawer E. A. (2014). Occupational Hazards and Safety Practices : A Concern among Small Scale Sawmilling Industries in Tamale Metropolis Ghana. International Journal

of Scientific & Technology Research, Vol.3, issue10, hlm 234-236.

Mitchual, S.J., Donkoh, M., Bih, F. (2015). Assessment of Safety Practices and Injuries Associated with Wood Processing in a Timber Company in Ghana. Open Journal of Safety Science and Technology. Vol.5, hlm 10–19

OSHA. (2003). Personal Protective Equipment. U.S. Department of Labor. Occupational Safety and Health Administration

Parimalam, P., Kamalamma, N., & Ganguli, A. K. (2007). Knowledge, Attitude and Practice Related to Occupational Health Problems Among Garment Workers in Tamil Nadu, Indis. J. Occup Health, 49, hlm 528-534.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

Prasetyawati, Ardiyanto, D., Widati, S. (2016). The Influence of Personality Types on Adherence Workers Using Personal Protective Equipment at Mega Andalan Kalasan Company. Indian Journal of Basic and

Applied Medical Research, 5(4), hlm 509-517.

Prasetyo, E. (2015). Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap Kepatuhan Dalam Menggunakan APD di Unit Coating PT. Pura Barutama Kudus. The 2nd University

Research Coloquium 2015. hlm 526-535.

(6)

Sugarda, A., Santiasih, I., Juniani, A.I. (2014). Analisa Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap Allowance Proses Kerja Pemotongan Kayu (Studi Kasus : PT. PAL Indonesia). J@TI Undip, IX(3), hlm 139-146.

Gambar

Tabel 1 Respon pekerja terhadap APD
Tabel  3  menunjukkan  potensi  bahaya  kerja  dan  daftar  APD  yang  digunakan  pekerja

Referensi

Dokumen terkait

Az ammóniaemisszió 2009 óta tapasztalható növekedésének másik oka a műtrágya-felhasználás növekedése. A műtrágya nitrogéntartalmának nö- vekedésén túl a

Dana alokasi umum yaitu sejumlah dana yang merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan yang digunakan untuk pemerataan kemampuan keuangan atas dasar atau ketentuan yang telah

Skripsi dengan judul ”Jedor Sebagai Media Penyebaran Agama Islam Di Tulungagung” yang ditulis oleh Anita Widyasari, NIM. Rizqon Khamami, MA

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

on how writing skills knowledge support students in answering reading texts test:.. First, Paragraph Texts (Narrative, Expository,

Sedangkan ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada audit kepatuhan keamanan informasi untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan

[r]