• Tidak ada hasil yang ditemukan

KolaborAksi : Executive Gathering Kolaborasi untuk Satu Aksi. Suahasil Nazara. Kepala Badan Kebijakan Fiskal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KolaborAksi : Executive Gathering Kolaborasi untuk Satu Aksi. Suahasil Nazara. Kepala Badan Kebijakan Fiskal"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KolaborAksi :

Kolaborasi untuk Satu Aksi

Executive Gathering 2018

Jakarta, 20 Januari 2018

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Suahasil Nazara

Kepala Badan Kebijakan Fiskal

(2)

Ringkasan Ekseku2f: Perkembangan Ekonomi Makro

Ø  Perekonomian Indonesia 2017 diperkirakan tumbuh pada <ngkat 5,05% didorong oleh stabilitas pertumbuhan konsumsi dalam negeri, peningkatan investasi dan ekspor. Capaian ini menunjukkan perekonomian Indonesia mampu melanjutkan momentum perbaikan yang telah dibangun semenjak dua tahun terakhir. Ø  Perbaikan kondisi perekonomian global, khususnya negara maju mitra dagang utama mendorong peningkatan ak<vitas perdagangan Indonesia. Hal ini berkontribusi posi2f terhadap kinerja bea masuk dan bea keluar. Ø  Bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas harga, perbaikan tata niaga komoditas pangan dan koordinasi kebijakan antara pemerintah, Bank

Indonesia, dan sektor riil membantu menciptakan inflasi yang terkendali. Tingkat inflasi yang rendah telah membuat daya beli masyarakat tetap terjaga.

Ø  Penguatan kebijakan pengelolaan ekonomi dan realisasi APBN menunjukkan momentum belanja produk<f yang semakin baik, sementara defisit

tetap terjaga. Hal ini mampu memberikan dorongan pada peningkatan iklim investasi dan kepercayaan global terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini mendorong penurunan <ngkat suku bunga SPN, dan stabilitas nilai tukar mendeka< besaran asumsi APBNP Tahun 2017.

Ø  Dinamika ekonomi dan poli<k global telah mendorong kenaikan harga minyak dunia yang juga mempengaruhi pergerakan harga ICP selama tahun

2017. Sementara, liOing minyak dan gas diperkirakan sedikit dibawah dari asumsi APBNP Tahun 2017. Kenaikan harga minyak memiliki dampak posi<f terhadap pertumbuhan penerimaan PPh Migas dan PNBP. Namun demikian, dalam menjaga kesehatan APBN, Pemerintah terus memantau dampak kenaikan ini terhadap besaran subsidi energi.

(3)

48 50 52 54 56 0 500 1000 1500 2000 Index Manufaktur dan Perdagangan Global Bal<c Dry Index PMI Manufaktur Global - rs Sinyal Perbaikan Kinerja Ekonomi Global •  Permintaan global meningkat •  Perdagangan internasional meningkat Sumber: Bloomberg 40 60 80 100 120 140 160 180 Indeks Harga Komoditas Global (2015 = 100)

Index Harga Komoditas Global FAO Index Logam Minyak Mentah Dunia Batu Bara

Sumber: Bloomberg

Kinerja ekonomi global di 2017 menunjukkan perbaikan, baik pada

permintaan maupun harga

•  Harga komoditas meningkat ü  Brent ↑ 23,2%, ü  Logam ↑ 24,9% ü  Batu bara ↑ 38,9% ü  Komoditas pangan ↑ 8,5%

(4)

3.2 3.6 3.7 1.7 2.2 2.0 4.3 4.6 4.9 0 2 4 6 8 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017p 2018p Pertumbuhan Ekonomi Global (%)

Negara Berkembang

Dunia

Negara Maju

Sumber: WEO Oct 2017 2.3 2.5 2.8 2.2 1.5 2.1 6.8 6.3 3.6 -5 0 5 10

AS Eropa Jerman Perancis Inggris Jepang Tiongkok India Korsel

Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara (%)

Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16 Q2-16 Q3-16 Q4-16 Q1-17 Q2-17 Q3-17 Sumber: CEIC & Bloomberg Dampak Posi2f Perbaikan Ekonomi Global •  Pertumbuhan ekonomi negara-negara membaik (a.l. AS, EU dan Jepang) •  Pertumbuhan global 2017 diproyeksikan meningkat

•  Confidence & appe+te membaik

ü  Index pasar saham (MSCI Index) negara berkembang ↑34,3%, negara maju ↑ 21,6% Potensi Risiko Yang Perlu Diwaspadai •  Normalisasi kebijakan moneter negara maju yang berpotensi menarik modal dari negara berkembang •  Moderasi Tiongkok

•  Isu geopoli2k dan keamanan: Brexit, konflik TimTeng, Korut, dll

Perbaikan permintaan dan harga mendorong peningkatan

pertumbuhan global, namun beberapa risiko masih harus diwaspadai

(5)

Sensi2vitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi Lebih 2nggi 0,1%

Penerimaan Perpajakan

: + 1.661,12 M

Belanja Negara

: +509,60 M

(Defisit) Anggaran

: - 1.151,52 M

Defisit berkurang sekitar Rp.1.1 Triliun

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pertumbuhan ekonomi semakin berkualitas ditunjukkan oleh penurunan jumlah penduduk miskin dan pengangguran •  Kemiskinan turun rata-rata: 77,7 ribu orang per 1% Pert. PDB •  Pengangguran turun rata-rata: 435,0 ribu orang per 1% Pert. PDB 6.03% 5.56% 5.01% 4.88% 5.02% 5.05% 5.40% 3.00% 3.50% 4.00% 4.50% 5.00% 5.50% 6.00% 6.50% 2012 2013 2014 2015 2016 2017* 2018** Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%, yoy) *: Outlook Sementara ** APBN 2018 Sumber : BPS

(6)

Kinerja Perekonomian Q3-2017 ü  Kontribusi konsumsi rumah tangga rela<f stabil, namun ada pergeseran konsumsi yang perlu dimonitor ü  Terjadi peningkatan cukup besar dari pertumbuhan komponen investasi ü  Pertumbuhan ekspor dan impor meningkat tajam, menunjukkan pertumbuhan industri mulai meningkat pesat pada kuartal ke<ga ü  Dengan peningkatan signifikan di investasi dan ekspor-impor, ar<nya ada percepatan pergerakan kegiatan ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi tahun 2017 mengalami peningkatan

Peningkatan terutama didorong peningkatan komponen investasi (PMTB) dan perdagangan internasional

2016 2017 2015 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Konsumsi RT 5,0 5,1 5,0 5,0 4,9 4,9 4,9 5,0 5,0 Konsumsi LNPRT 6,4 6,7 6,6 6,7 8,0 8,5 6,0 -0,6 6,6 Konsumsi Pemerintah 3,4 6,2 -2,9 -4,0 2,7 -1,9 3,5 5,3 -0,1 PMTDB 4,7 4,2 4,2 4,8 4,8 5,3 7,1 5,0 4,5 Ekspor -3,3 -2,2 -5,6 4,2 8,7 3,6 17,3 -2,1 -1,7 Impor -5,1 -3,2 -3,7 2,8 5,1 0,2 15,1 -6,4 -2,3 PDB 4,92 5,18 5,01 4,94 5,01 5,01 5,06 4,88 5,02

Pertumbuhan Ekonomi Komponen Pengeluaran (%)

(7)

•  Pertumbuhan konsumsi makanan m i n u m a n s e d i k i t m e l a m b a t . Perlambatan lainnya juga ditunjukkan oleh konsumsi sandang (pakaian, alas kaki) dan konsumsi atas jasa restoran dan hotel.

•  Terjadi peningkatan konsumsi untuk Transportasi dan Komunikasi. Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 KONS RT 5.0% 5.0% 5.0% 4.9% 5.0% 5.1% 5.0% 5.0% 4.9% 4.9% 4.9% Mak & Min (non resto) 5.3% 5.6% 5.3% 5.4% 5.3% 5.3% 5.2% 5.2% 5.2% 5.2% 5.0% Pakaian, Alas Kaki 4.1% 4.4% 4.3% 4.0% 3.2% 3.4% 2.2% 3.3% 3.3% 3.5% 2.0% Perumah. & Perlengkapan RT 4.8% 5.0% 5.0% 4.9% 4.6% 4.7% 4.2% 4.1% 4.1% 4.1% 4.1% Kesehatan dan Pendidikan 6.0% 5.7% 5.5% 5.4% 5.3% 5.5% 5.4% 5.3% 6.1% 5.3% 5.4% Transp. dan Kom. 4.8% 4.5% 4.8% 4.7% 5.2% 5.5% 6.1% 6.0% 5.4% 5.3% 5.9% Resto & Hotel 5.1% 4.7% 4.9% 5.4% 5.5% 5.5% 5.0% 4.8% 5.5% 5.9% 5.5% Lainnya 3.6% 2.8% 2.8% 2.6% 2.1% 2.6% 2.2% 2.1% 2.1% 2.1% 2.2% 2015 2016 2017 Pertumbuhan Konsumsi RT dan Komponennya (yoy) Mak & Min (non resto) 39.3% Pakaian, Alas Kaki 3.5% Perumah. & Perlengkapan RT 12.8% Kesehatan dan Pendidikan 6.7% Transp. dan Kom. 23.1% Resto & Hotel 9.9% Lainnya 4.8% Komposisi Komponen Konsumsi RT (Q1-Q3 2017) Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

•  Porsi konsumsi masyarakat selama tahun 2017 terutama dialokasikan pada konsumsi untuk Makakanan dan Minuman (39.3%), diiku< oleh knsumpsi untuk Transportasi dan Komunikasi (23.1%), dan untuk Perumahan dan Perlengkapan RT (12.8%).

•  Terdapat kecenderungan peningkatan kontribusi pertumbuhan komponen konsumsi transportasi dan komunikasi, sementara kontribusi pertumbuhan komponen makanan dan minuman menurun. •  Beberapa indikator menunjukkan terdapat pergeseran pola konsumsi dan peningkatan saving masyarakat

Konsumsi RT tumbuh rela2f stabil pada kisaran sedikit dibawah 5%

Ke periode selanjutnya, pertumbuhan konsumsi diperkirakan masih dapat meningkat

(8)

Mak & Min (non resto) Pakaian, Alas Kaki Perumah. & Perlengkapan RT 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 2015-Q1 Q2 Q3 Q4 2016-Q1 Q2 Q3 Q4 2017-Q1 Q2 Q3 Pertumbuhan Komponen Konsumsi Pokok Kesehatan dan Pendidikan Transp. dan Kom. Resto & Hotel Lainnya 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 2015-Q1 Q2 Q3 Q4 2016-Q1 Q2 Q3 Q4 2017-Q1 Q2 Q3 Pertumbuhan Komponen Konsumsi Non Pokok Kebutuhan Pokok (Sandang , Pangan, Papan) Kebutuhan Non Sandang, Pangan, Papan 3.0% 3.5% 4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 2015-Q1 Q2 Q3 Q4 2016-Q1 Q2 Q3 Q4 2017-Q1 Q2 Q3 Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT (yoy) Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

•  Dalam 2 tahun terakhir terdapat kecenderungan tren perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat atas barang barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan), sementara konsumsi atas barang lainnya tumbuh lebih 2nggi.

•  Perlambatan pada komponen konsumsi bahan kebutuhan pokok terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi sandang dan perumahan (dan perlengkapan RT).

•  Peningkatan kebutuhan non pokok tahun 2016 dan 2017 didukung oleh konsumsi transportasi dan komunikasi yang kembali naik, serta konsumsi restoran dan hotel yang <nggi. •  Pertumbuhan konsumsi pangan rela<f stabil dalam dua tahun terakhir. Sumber: BPS, diolah ü Penurunan inflasi makanan jadi dan bahan makanan turut menopang konsumsi makanan yang relaKf stabil. ü Penurunan inflasi sandang sejak Q4-2016, mampu mendongkrak pertumbuhan konsumsi sandang, namun konsumsinya kembali melambat di Q3 2017. ü Konsumsi perumahan relaKf stabil di 2017, walau terjadi peningkatan inflasi (diperkirakan terjadi realokasi dari belanja kebutuhan lain). 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 2015-Q1 Q2 Q3 Q4 2016-Q1 Q2 Q3 Q4 2017-Q1 Q2 Q3 Inflasi Komponen Kebutuhan Pokok (yoy, avg)

Bahan Makanan Makanan Jadi Perum., Air, Listrik, Gas Sandang

Sumber : BPS, diolah

Terdapat peningkatan konsumsi non pokok

(9)

5.4% 4.0% 4.4% 4.1% 4.6% 4.0% 4.9% 6.4% 4.7% 4.2% 4.2% 4.8% 4.8% 5.3% 7.1% 2014: 4.4% 2015: 5.0% 2016: 4.5% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 8.0% 2014-Q 1 Q2 Q3 Q4 2015-Q 1 Q2 Q3 Q4 20 16 -Q 1 Q2 Q3 Q4 2017-Q 1 Q2 Q3 Pertumbuhan PMTB (% yoy) • Investasi terutama ditopang oleh peningkatan investasi bangunan, diiku< komponen kendaraan serta komponen mesin dan perlengkapan. ü  Pelaksanaan program infrastruktur pemerintah yang semakin intens. ü  Tren realisasi PMA dan PMDN yang terus meningkat. ü  Perbaikan iklim investasi (peringkat daya saing dan EoDB meningkat, investment grade dari semua lembaga raKng). • Peningkatan pertumbuhan komponen bangunan sejalan dengan pertumbuhan sektor konstruksi dan konsumsi semen domes<k. • Peningkatan impor mesin dan perlengkapan serta kendaraan diindikasikan juga oleh peningkatan impor barang modal. Sumber: BKPM, diolah Sumber: BPS, diolah

PMTB di Q3 2017 tumbuh semakin 2nggi

Didorong oleh investasi di Bangunan, Kendaraan, Mesin dan Perlengkapan serta peralatan lainnya

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 J M M J S N J M M J S N J M M J S 2015 2016 2017 Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Pertumbuhan Komponen Impor (%,ytd) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2015-Q 1 Q2 Q3 Q4 2016-Q 1 Q2 Q3 Q4 2017-Q 1 Q2 Q3 PMA dan PMDN (Triliun Rp) PMA PMDN TOTAL 7.0 17.7 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 J M M J S N J M M J S N J M M J S 2015 2016 2017 Mobil Komersial Semen Pertumbuhan Penjualan (%,ytd)

(10)

Kinerja Produksi pada Seluruh Sektor Tumbuh Posi2f pada Q3 2017

didorong oleh kinerja sektor industri pengolahan non-migas, perdagangan dan sektor jasa yang tumbuh lebih baik Ø  Sektor Primer tumbuh posi<f: pertanian terjaga, pertambangan kembali tumbuh posi2f Ø  Sektor Sekunder juga terjaga: manufaktur meningkat di Q3 2017, LGA juga membaik di Q3 setelah sebelumnya nega<f terkait kenaikan harga listrik dan jumlah hari kerja yang pendek pada Q2 Ø  Sektor Tersier masih tumbuh cukup <nggi: sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi mampu tumbuh cukup <nggi dan cenderung meningkat sejalan dengan pola preferensi konsumsi masyarakat

•  Wilayah Jawa dan Sumatera berkontribusi mencapai 80% dari total PDB nasional.

•  Pulau Jawa tetap tumbuh <nggi didukung sektor industri dan perdagangan

•  Wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua cenderung tumbuh membaik sejalan dengan perbaikan harga komoditas

•  Papua mampu tumbuh cukup <nggi juga didukung oleh pembangunan infrastruktur 2015 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 PDB 4.9 5.2 5.0 4.9 5.0 5.0 5.1 4.88 5.02 5.03 Sektor Primer 1.4 2.6 2.0 3.7 4.0 2.9 2.5 0.80 2.39 3.11 Pertanian 1.5 3.4 3.0 5.3 7.1 3.3 2.9 3.77 3.25 4.31 Pertambangan 1.2 1.2 0.3 1.6 -0.6 2.3 1.8 -3.42 1.06 1.15 Sektor Sekunder 5.4 4.8 4.7 3.6 4.7 4.3 5.5 4.82 4.61 4.84 Manufaktur 4.7 4.6 4.5 3.4 4.2 3.5 4.8 4.33 4.29 4.18 LAG 7.3 6.1 4.7 3.1 1.8 -2.1 4.9 1.32 5.26 1.50 Konstruksi 6.8 5.1 5.0 4.2 6.0 7.0 7.1 6.36 5.22 6.69 Sektor Tersier 6.3 6.7 6.7 6.4 5.7 6.5 5.9 6.95 6.54 6.06 Perdagangan, Hotel, Resto 4.4 4.3 3.8 4.0 4.9 4.1 5.4 2.90 4.11 4.80 Trans, Komunikasi 7.7 8.2 8.6 8.8 8.6 9.8 8.9 8.31 8.36 9.10 Js. Perush, Js. Keuangan 7.5 9.2 6.9 4.5 5.3 5.6 6.0 6.81 6.99 5.76 Js. Lainnya 7.1 7.3 9.2 9.0 5.1 7.9 4.6 11.90 8.18 5.83 2016 2017 2017 Q1-Q3

(11)

•  Sektor Industri dan Perdagangan memiliki kontribusi PDB dan kontribusi pajak yang besar. Sampai dengan 28 Des 2017 kedua sektor ini pertumbuhan pajaknya juga tumbuh relatif tinggi (industri: 15,0%, perdagangan: 24,0%)

•  Sementara realisasi pajak sektor

pertambangan tumbuh paling tinggi (42,6%) seiring dengan kenaikan harga komoditas namun tax ratio sektor ini relatif kecil karena komoditas hasil tambang tidak dikenakan pajak

•  Tax ratio sektor pertanian kecil dibandingkan

pangsa PDBnya karena sebagian besar komoditas hasil pertanian tidak dikenai pajak

Penerimaan Pajak Sektoral

(12)

-20% 0% 20% 40% 60% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekspor dan Impor

Barang (% ytd, USD)

X brng M brg

Neraca migas defisit, Neraca non migas masih surplus

ekspor dan impor Indonesia tumbuh posi<f setelah beberapa tahun mengalami kontraksi

ü 

Dengan porsi yang dominan atas total ekspor, <ngginya pertumbuhan ekspor sektor manufaktur di sepanjang

tahun 2017 telah mendorong surplus neraca perdagangan yang lebih besar

ü 

Kinerja perdagagan didorong oleh peningkatan permintaan negara-negara mitra dagang utama dan harga

komoditas global. Dari sisi impor, peningkatan pertumbuhan didorong oleh permintaan domes<k yang masih

cukup <nggi baik barang modal dan bahan baku maupun barang konsumsi.

(13)

•  Kinerja ekspor tahun 2017 terutama ditopang oleh ekspor: ü  Lemak & minyak hewan/naba< (CPO dan turunannya) (Share 13.7%) ü  Bahan Bakar Mineral (batu bara dsb) (share 12.4%) ü  Mesin/peralatan listrik (share 5.1%) ü  Karet dan Barang dari Karet (share 4.7%) •  Pertumbuhan ekspor pertanian mengalami perlambatan sejak Agustus 2017. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlambatan ekspor komoditas kopi, tanaman obat dan aroma<k, serta biji kakao. Hal ini akan berdampak pada masih berlanjutnya tren penurunan share sektor pertanian terhadap PDB di tahun 2017 Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah KONTRIBUSI PERTUMBUHAN KOMPONEN EKSPOR Des-'17

Pert. Kontrib. Pert. Kontrib. Total Ekspor 6,9% 6,9% 16,3% 16,3% Migas 20,8% 1,7% 20,6% 1,9% Non Migas 5,6% 5,1% 15,8% 14,4% - Pertanian -23,0% -0,6% 7,8% 0,2% - Manufaktur 1,9% 1,4% 13,1% 10,0% - Pertambangan 28,4% 4,3% 33,7% 4,2% Bulanan Kumulatif

Pertumbuhan ekspor tetap didominasi oleh kinerja ekspor non migas

Ekspor sektor pertanian mengalami kontraksi dalam beberapa bulan (bulanan) terakhir

(14)

•  Pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal mulai mencatat pertumbuhan posi<f di tahun 2017, menunjukkan perbaikan ak<vitas ekonomi dan produksi di dalam negeri •  Secara umum, kinerja impor bahan baku masih menjadi faktor utama dari pertumbuhan impor, terutama didominasi oleh bahan baku untuk industri (processed) •  Impor utama di tahun 2017 khususnya adalah komodi< Mesin dan pesawat mekanik (HS84), Mesin dan pesawat listrik (HS85), serta Besi dan baja (HS72) •  Komoditas impor yang mengalami pertumbuhan ter<nggi pada bulan Desember 2017 (yoy) Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89), Perhiasan dan Permata (HS71) serta Buah buahan (HS08) Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Des-'17

Pert. Kontrib. Pert. Kontrib. Total Impor 18,0% 18,0% 15,7% 15,7% Migas 51,4% 7,5% 29,8% 4,1% Non Migas 12,9% 11,0% 13,4% 11,6% Br. Konsumsi 5,1% 0,5% 14,4% 1,3% Bhn. Baku 18,9% 13,9% 16,6% 12,3% Br. Modal 20,9% 3,7% 12,3% 2,0% KONTRIBUSI PERTUMBUHAN KOMPONEN IMPOR Bulanan Kumulatif

Pertumbuhan impor per penggunaan melanjutkan tren posi2f

Pertumbuhan terutama masih didorong oleh impor bahan baku

(15)

Komponen Pembentuk Inflasi 2017 (%, yoy) Sumber: BPS, diolah

Laju inflasi di 2ngkat yang rendah menjaga daya beli masyarakat dan

pertumbuhan konsumsi

Tingkat inflasi tahun 2017 mencapai 3,6% (yoy) •  Pencapaian laju inflasi didukung oleh terkendalinya harga, terutama komoditas pangan di sepanjang tahun ü  Kebijakan pemantauan harga dan perbaikan tata niaga komoditas pangan ü  Peningkatan koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil dalam menjaga pasokan ü  Perbaikan koordinasi kebijakan Pusat dan Daerah ü  Terjaganya fundamental permintaan dan penawaran tercermin dari stabilnya core inflaKon. •  Tekanan administered price mulai mereda di semester II ü  Penyesuaian tarif listrik subsidi tepat sasaran yang berakhir pada Juni 2017 ü  Tidak terdapat tambahan tekanan seiring dengan <dak adanya kebijakan harga energi hingga akhir tahun Inflasi 2017 (%) YoY Rata-rata YoY IHK 3,61 3,81 Core InflaKon 2,95 3,15 Administered Price 8,70 8,01 VolaKle Food 0,71 1,82

(16)

0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Kinerja Perekonomian Mendorong Peningkatan Kesejahteraan di 2017

Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran Terbuka mencapai 10,12% (Sep 2017) dan 5,5% (Agustus 2017) Tingkat Kemiskinan Daerah, per September 2017 Sumber: BPS, diolah. Tingkat Pengangguran Terbuka Daerah, per Agustus 2017 JAWA SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI MALUKU-PAPUA BALI & NUSRA Ø Pembangunan mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat, terlihat dari <ngkat kemiskinan yang terus menurun: September 2014: 11,13% à September 2017: 10,12% Ø Tingkat kemiskinan ter<nggi masih berada di Kawasan Timur Indonesia. Namun, konsentrasi penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa. Ø Pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap penurunan pengangguran. Tingkat Kemiskinan Daerah, per Maret 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka Daerah, per Feb ruari 2017 10,97% 10,44% 5,3% 5,2% 6,25% 6,18% 5,0% 4,8% 10,01% 9,38% 5,8% 6,0% 11,05% 10,93% 4,2% 4,9% 14,71% 2,8% 2,7% 21,45% 21,23% 5,4% 5,4% 14,17% •  Terdapat tren penurunan rasio Gini Nasional, menunjukkan adanya perbaikan distribusi pendapatan •  Rasio Gini yang masih rela<f <nggi disebabkan oleh perbedaan produk<vitas antara sektor pertanian dan non-pertanian, serta variasi balas jasa akibat perbedaan kepemilikan faktor produksi. Perkembangan Rasio Gini Nasional 0,40 0,39 0,32 September 2017

(17)

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia

Menunjukkan peningkatan, namun masih perlu perha<an 66.53 67.09 67.70 68.31 68.90 69.55 70.18 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tren IPM Indonesia, 2010-201

6

Angka Harapan Hidup saat Lahir:

70,

9

tahun

Rata-rata Lama Sekolah:

7,

95

tahun

Harapan Lama Sekolah:

12,

72

tahun

Pengeluaran per Kapita per tahun yang Disesuaikan:

Rp 10.420.000

Sumber: BPS 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000

Human Development Index (HDI)

Human Development Index (HDI) Indonesia masih rela<f ter<nggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Peringkat HDI Indonesia pada tahun 2016 berada pada urutan 113 dunia dengan kategori “Medium”. Peringkat ini lebih rendah dari negara di kawasan seper< Singapura (5), Malaysia (59), dan Thailand (87). Sumber: UNDP

(18)

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO TAHUN 2017 DAN 2018

Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)

Li\ing minyak (ribu barel per hari)

Harga minyak mentah Indonesia (US$/barel)

Inflasi (%, yoy)

Tingkat bunga SPN 3 bulan (%)

Nilai tukar (Rp/US$)

Li\ing gas (ribu barel setara minyak per hari)

5,2

4,3

5,2

13.400

48

815

1.150

5,05*

3,6

5,0

13.384

51,2

803,8**

1.140,2**

5,4

3,5

5,2

13.400

48

800

1.200

Indikator

2017

2018

APBNP

Realisasi

APBN

(19)

Perbaikan kinerja komponen pendapatan nasional mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi 2018 yang lebih baik

•  Konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh lebih baik ü Tren laju inflasi yang cukup rendah dapat menjaga daya beli masyarakat ü Ak<vitas Pilkada dan persiapan Pemilu ü Risiko perubahan pola belanja masyarakat, peningkatan leisure acKvity, •  Konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh 2nggi sejalan adanya kegiatan besar (Asian Games, Annual Mee2ng IMF-World Bank) •  Investasi tumbuh stabil di atas 5 persen. ü Pembangunan program infrastruktur dan perbaikan iklim usaha serta berlanjutnya dampak paket-paket kebijakan ü DomesKc demand masih kuat •  Pemulihan kinerja ekspor dan impor terus berlanjut ü Membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama didukung perbaikan kapasitas produksi dan sistem logis<k nasional •  Menjaga daya beli dan permintaan domes2k untuk mendukung peningkatan ak2vitas usaha. • Peningkatan event belanja di kota-kota besar, industri krea<f dan fes<val di daerah wisata, serta peningkatan kegiatan sosial •  Mendorong peran swasta dalam investasi • Penguatan dan pendalaman pasar keuangan dalam negeri, antara lain melalui pengayaan alterna<f-alterna<f sumber dan model pendanaan investasi, khususnya di sektor keuangan • Penciptaan iklim investasi yang baik melalui stabilitas poli<k menjelang tahun pemilu •  Memperluas dukungan ak2vitas sektor jasa terutama pariwisata •  Meningkatkan jumlah wisatawan luar negeri melalui kerjasama dengan kota/negara asal wisatawan utama dengan memperbanyak jadwal penerbangan langsung •  Mendorong perkembangan industri krea<f nasional Upaya yang diupayakan dalam mendukung perbaikan ekonomi

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan ini penulis berencana membuat suatu aplikasi missing lyric lagu wajib nasional menggunakan perangkat telepon seluler yang berbasis Android dengan

Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan cross sectional yaitu mengukur atau mengumpulkan data tentang persepsi apoteker terhadap pelaksanaan

Indikator keterampilan proses yang ingin ditingkatkan dalam praktikum biologi umum ini yaitu ada 6 indikator, data rincian indikator keterampilan proses dapat dilihat di

rata-rata epoh yang diperlukan oleh algoritma LM untuk mencapai kondisi error paling kecil tidak berbeda secara signifikan di antara ketujuh macam banyaknya neuron

Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan siswa untuk memperoleh pemahaman- pemahaman baru atau suatu

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan LKS matematika dengan metode penemuan terbimbing bermuatan nilai-nilai budi

Hasil pemeriksan visual seperti terlihat pada Gambar 3 dan 4 diatas menunjukkan adanya kerusakan sudu yang mengalami pengecilan penampang akibat adanya fenomena creep yang terjadi