• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEMUAN HUKUM. Shidarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENEMUAN HUKUM. Shidarta"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Medan, 5 Mei 2011

Medan, 5 Mei 2011

PENEMUAN HUKUM

PENEMUAN HUKUM

Shidarta

Shidarta

(2)

Kepribadian

Kepribadian PersekutuanPersekutuan

Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan Kewibawaan Kewibawaan

(3)

Kepribadian

Kepribadian PersekutuanPersekutuan Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kewibawaan Kewibawaan

Hak sebagai seorang:

Hak sebagai seorang:

-MANUSIAMANUSIA - warga pendudukwarga penduduk

- warga negarawarga negara - anakanak

- perempuanperempuan

- buruhburuh

- konsumenkonsumen - dll.dll.

Hak sebagai kelompok:

Hak sebagai kelompok:

-- masy. internasional - - negara -- bangsa -- komunitas agama -- komunitas adat -- serikat buruh - asosiasi profesi dll. Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan

Diterima baik oleh: 2. institusi profesi

3. komunitas keilmuan 4. masyarakat luas 5. para pihak

(4)

Norma hukum Norma hukum ditetapkan ditetapkan secara top-down secara top-down menjadi menjadi hukum positif hukum positif Norma hukum Norma hukum positif positif direvisi direvisi (ditetapkan kembali) (ditetapkan kembali) Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C diterapkan diterapkan secara secara rasional

rasional rasionalrasional rasionalrasional

Pengalaman dari waktu ke

Pengalaman dari waktu ke

waktu adalah penentu nilai

waktu adalah penentu nilai

kebaikan suatu

kebaikan suatu

norma hukum positif

(5)

Norma hukum Norma hukum ditetapkan ditetapkan secara top-down secara top-down menjadi menjadi hukum positif hukum positif Norma hukum Norma hukum positif positif direvisi direvisi (ditetapkan kembali) (ditetapkan kembali) Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C diterapkan diterapkan secara secara rasional

rasional rasionalrasional rasionalrasional

Pengalaman dari waktu ke

Pengalaman dari waktu ke

waktu adalah penentu nilai

waktu adalah penentu nilai

kebaikan suatu

kebaikan suatu

norma hukum positif

norma hukum positif Context of

Justification I

(6)

hukum hukum positif positif “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C

Het recht hinkt

Het recht hinkt

achter de feiten aan.

achter de feiten aan.

Asumsi fungsi

(7)

hukum hukum positif positif “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C Asumsi fungsi:

(8)

hukum hukum positif positif “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C

Het recht hinkt

Het recht hinkt

achter de feiten aan.

achter de feiten aan.

Asumsi fungsi

(9)

hukum hukum positif positif “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C Asumsi fungsi:

(10)

Sumber Sumber HUKUM HUKUM Putusan Putusan

Langkah-Langkah Penalaran dalam Penemuan Hukum

untuk menghasilkan suatu putusan konkret

(11)

UU UU Putusan Putusan Nilai/Asas Nilai/Asas Kebiasaan Kebiasaan Yurisprudensi Yurisprudensi Kontrak Kontrak Traktat Traktat Garis Normatif-Imperatif Garis Normatif-Koordinatif Garis Persuasif

(12)

UU UU Putusan Putusan Nilai/Asas Nilai/Asas Doktrin Doktrin Kontrak Kontrak Traktat Traktat Normatif-Imperatif Normatif-Koordinatif Normatif-Persuasif Yurisprudensi Yurisprudensi Kebiasaan Kebiasaan Autonomic Autonomic Legislation Legislation epi

(13)

Identify the

Identify the

Source of law

Source of law

Analyze the sources

Analyze the sources

Synthezise the rules

Synthezise the rules

Research the facts

Research the facts

Apply the structure

Apply the structure

Kenneth J. Vandevelde

Langkah-langkah PH

Langkah-langkah PH

A specific

person’s rights &

duties

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

(14)

Kenneth J. Vandevelde:

Five separate steps:

Identify the applicable sources of law

, usually statutes and

judicial decisions;

Analyze these sources of law

to determine the applicable

rules of law and the policies underlying those rules.

Synthesize the applicable rules of law

into a coherent

structure in which the more specific rules are grouped

under the more general ones;

Research the available facts

; and

Apply the structure of rules to the facts

to ascertain the

rights or duties created by the facts, using the policies

underlying the rules to resolve difficult cases.

(15)

Sources Sources of Law of Law Decision Decision

1

2

3

StructureStructureof Lawof Law

4

5

Identify the sources of law

Identify the sources of law

Analyze the sources

Analyze the sources

Synthesize the rules

Synthesize the rules

Research the facts

Research the facts

Apply the structure

Apply the structure

to the facts

to the facts

Konsep Vandevelde

Konsep Vandevelde

Bukankah seharusnya

“riset fakta” sudah dimulai di sini?

Fakta dimatangkan sepanjang

proses pembuktian di persidangan

(16)

X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir

f

a

Struktur aturan

c

d

Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif

e

Alternatif Alternatif

b

Langkah-langkah itu dapat lebih disistematisasi sebagai berikut:

Langkah-langkah itu dapat lebih disistematisasi sebagai berikut:

(17)

X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir

f

a

Struktur aturan

c

d

Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif

e

Alternatif Alternatif

b

© Shidarta, 2004 Menurut J.A. Pontier, penelitian psikologis empiris menunjukkan adanya 2 pendekatan penalaran hakim:

a. antisipasi-skematik b. penalaran regresif

(18)

X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir Struktur aturan Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Pendekatan* Pendekatan* modulisasi (fakta

modulisasi (faktakonsep)konsep) Pendekatan

Pendekatan

tipologisasi (konsep

tipologisasi (konsepfakta)fakta)

* N o no M ak ar im , d a la m b io gr af i B us yr o

Penalaran regresif dapat terjadi, seperti…

(19)

Sumber

Sumber

Hukum

Hukum

Bagaimana menemukan hukumnya?

Bagaimana menemukan hukumnya?

Moral law

Empirical law

Rational law

(20)

ASPEK

ASPEK

Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

dalam Penalaran Hukum

dalam Penalaran Hukum

IdealismeIdealismeIntuisionismeIntuisionismeKeadilanKeadilanMaterialismeMaterialismeEmpirismeEmpirismeKemanfaatanKemanfaatanDualismeDualismeRasionalismeRasionalismeKepastianKepastian S umb u y S umb u y Sumbu x Sumbu x Sumbu z Sumbu z zona 45° atas Zona 45° bawah z1 z2 z 3 z10 z11 z12 z19 z18 z17 z9 z8 z7 z13

(21)

Atas dasar ini, kita dapat memetakan

minimal 6 aliran pemikiran dalam hukum:

Mikro-Kasuistik Kemanfaatan Nondoktrial-induktif Kasus faktual

6

Kasusistik Kepastian sekaligus kemanfaatan Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinal-induktif Putusan hakim

5

Makro-Partikular Keadilan sekaligus kemanfaatan Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinal-induktif Kebiasaan

4

Partikular-nasional Kepastian diikuti kemanfaatan Doktrinal-deduktif, diikuti nondoktrinal-induktif Undang-undang

3

Partikular-nasional Kepastian Doktrinal-deduktif Undang-undang

2

Universal Keadilan Doktrinal-deduktif Moralitas berupa asas kebenaran-keadilan

1

(22)

1. Aliran Hukum Kodrat

1. Aliran Hukum Kodrat

TOP-DOWN TOP-DOWN satu arah satu arah Ontologis: Ontologis:

Hukum = asas kebenaran dan

Hukum = asas kebenaran dan

keadilan keadilan Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif

(dari premis normatif

(dari premis normatif

self-evident) self-evident) s s Aksiologis: Aksiologis: Keadilan Keadilan

(23)

2. Positivisme Hukum

2. Positivisme Hukum

Ontologis:Ontologis:

Hukum = norma-norma positif

Hukum = norma-norma positif

dalam sistem perundang-undangan

dalam sistem perundang-undangan

Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif Aksiologis: Aksiologis: Kepastian Kepastian TOP-DOWN TOP-DOWN satu arah satu arah

(24)

3. Utilitarianisme

3. Utilitarianisme

Ontologis:Ontologis:

Hukum = norma-norma positif

Hukum = norma-norma positif

dalam sistem perundang-undangan

dalam sistem perundang-undangan

Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif diikuti diikuti Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Aksiologis: Aksiologis: Kepastian Kepastian diikuti diikuti Kemanfaatan Kemanfaatan TOP-DOWN TOP-DOWN diikuti diikuti BOTTOM-UP BOTTOM-UP

(25)

Ontologis:

Ontologis:

Hukum = pola perilaku yang

Hukum = pola perilaku yang

terlembagakan terlembagakan Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Internalisasi doktrinal-deduktif * Internalisasi doktrinal-deduktif * (pendekatan struktural/makro) (pendekatan struktural/makro) ( ( Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan, keadilan Kemanfaatan, keadilan (simultan) (simultan) ( (

4. Mazhab Sejarah

4. Mazhab Sejarah

TOP-DOWN TOP-DOWN dan dan BOTTOM UP BOTTOM UP (simultan) (simultan) * Koreksi Shidarta, 2003

(26)

Ontologis:

Ontologis:

Hukum = putusan hakim

Hukum = putusan hakim

in-concreto in-concreto Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan, kepastian Kemanfaatan, kepastian (simultan) (simultan) ( (

5. [American]

5. [American]

Sociological Jurisprudence

Sociological Jurisprudence

TOP-DOWN TOP-DOWN dan dan BOTTOM UP BOTTOM UP (simultan) (simultan)

(27)

6. Realisme Hukum

6. Realisme Hukum

Ontologis:Ontologis:

Hukum = manifestasi makna-makna

Hukum = manifestasi makna-makna

simbolik para pelaku sosial

simbolik para pelaku sosial

Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif (pendekatan interaksional/ (pendekatan interaksional/ mikro) mikro) m m Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan Kemanfaatan BOTTOM-UP BOTTOM-UP (satu arah) (satu arah)

(28)

METODE

METODE

penemuan hukum

(29)

Metode penemuan hukum

• Gramatikal (objektif)

G

• Otentik

• Teleologis (sosiologis)

T

• Sistematis (logis)

S

• Historis (subjektif)

H

• Komparatif

• Futuristis (antisipatif)

F

====================

• Restriktif

• Ekstensif

• Argumentum per

analogiam

• Argumentum a contrario

• Argumentum a fortiori

• Penghalusan

(penyempitan) hukum

METODE INTERPRETASI

(30)

Metode

EKSPOSISI

VERBAL

NONVERBAL

PRINSIPAL

MELENGKAPI

REPRESENTASI

dIterapkan untuk

kata-kata individual

diterapkan untuk

kata-kata lain

diterapkan dengan cara mencari sinonim dll.

Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan

Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan

eksposisi sama dengan metode konstruksi.

eksposisi sama dengan metode konstruksi.

Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi

Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi

adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan

adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan

hukum itu sehingga bisa dimengerti (orang lain).

(31)

Metode Interpretasi

Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang

(32)

Metode Interpretasi

Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang

(33)

Metode Konstruksi

Saya sudah pindah ke konsep hukum lain

(34)

Metode Konstruksi

Saya mungkin dapat menemukan satu konsep yang mendekati, tetapi

(35)

Metode Konstruksi

Saya sudah mengkreasikan satu konsep hukum lain

(36)

Contoh:

Pasal 378 KUHP:

2.

2. Barangsiapa Barangsiapa

3.

3. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

4.

4. secara melawan hukum secara melawan hukum

5.

5. dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,

muslihat, atau rangkaian kebohongan,

6.

6. menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain

7.

7. untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,

memberi utang maupun menghapuskan piutang,

diancam, karena PENIPUAN,diancam, karena PENIPUAN,

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Subjek norma

Subjek norma : semua orang : semua orang Modus perilaku

Modus perilaku : larangan: larangan Objek norma

Objek norma : - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain: - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain

secara melawan hukumsecara melawan hukum

- memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/- memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/

rangkaian kebohonganrangkaian kebohongan

- menggerakkan orang lain menyerahkan barang- menggerakkan orang lain menyerahkan barang

- meminta diberikan/dihapuskan utang- meminta diberikan/dihapuskan utang Kondisi norma

(37)

Bagaimana dilakukan?

Unsur 1 Unsur 1 Unsur 3 Unsur 3 Unsur 4 Unsur 4 Unsur 2 Unsur 2 Unsur 5 Unsur 5 Unsur 6 Unsur 6 Barangsiapa Barangsiapa

dengan maksud untuk menguntungkan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum secara melawan hukum

dengan memakai nama palsu atau dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,

atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain

untuk menyerahkan barang sesuatu untuk menyerahkan barang sesuatu

kepadanya, atau supaya memberi utang kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,

(38)

Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar

DESKRIPSI:

Seorang pria yang sudah berkeluarga bernama MERTUA RAJA SIDABUTAR (perkerjaan kontraktor) berpacaran dengan seorang gadis di bawah umur bernama KATARINA Br. SIAHAAN. Selama masa pacaran, Mertua berjanji (ada bukti surat ybs) akan segera mengawini Katarina. Tertarik pada janji ini, Katarina bersedia menyerahkan

kegadisannya kepada Mertua. Namun, Mertua

melanggar janji ini, sehingga pihak Katarina melapor ke polisi. Kasus ini diproses secara pidana, sampai akhirnya diadili di PN Medan.

Jaksa menuntut terdakwa melanggar pasal-pasal berikut secara kumulatif:

1. Pasal 293 KUHP jo Pasal 5 ayat (3) UU Drt 1951: (perbuatan cabul dengan anak di bawah umur) 2. Pasal 378 KUHP (penipuan)

3. Pasal 335 KUHP (perbuatan tidak menyenangkan)

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN (No. 571/KS/1980/PN Mdn, tanggal 5 Maret 1980): • Terdakwa MERTUA terbukti sah dan meyakinkan

bersalah melakukan perbuatan cabul dengan perempuan yang bukan isterinya.

• Terdakwa dihukum 3 bulan penjara, tetapi tidak akan dijalankan dengan masa percobaan 6 bulan. JAKSA melakukan banding.

Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN

Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN

(No. 144/PID/1983/PT Mdn)

(No. 144/PID/1983/PT Mdn)

dengan Ketua Majelis Bismar Siregar

dengan Ketua Majelis Bismar Siregar

next slide

(39)

Unsur krusial pelanggaran atas Pasal 378 KUHP yang ingin

Unsur krusial pelanggaran atas Pasal 378 KUHP yang ingin

ditetapkan oleh Bismar Siregar:

ditetapkan oleh Bismar Siregar:

1.

1. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang laindengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

 ada bukti surat yang memuat rayuan/janji terdakwa.ada bukti surat yang memuat rayuan/janji terdakwa.

4.

4. secara melawan hukum secara melawan hukum

 terpidana sudah beristeri, agamanya (Kristen) melarang perbuatan terpidana sudah beristeri, agamanya (Kristen) melarang perbuatan seperti itu.

seperti itu.

dengan memakai nama palsu atau martabat dengan memakai nama palsu atau martabat (hoednigheid)(hoednigheid) palsu, palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan

dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan

 keadaan palsu terbukti dengan telah dipenuhinya unsur no.1 dan 2 di keadaan palsu terbukti dengan telah dipenuhinya unsur no.1 dan 2 di atas.

atas.

8.

8. menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya

kepadanya

 BARANG ini diartikan secara luas. KEGADISAN* yang melekat pada BARANG ini diartikan secara luas. KEGADISAN* yang melekat pada diri korban dapat dikategorikan sebagai BARANG.

diri korban dapat dikategorikan sebagai BARANG.

Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar

* Juga disebut dalam putusan bahwa dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).

(40)

PERHATIKAN…!

• Dalam pertimbangan putusan hakim, TIDAK

HANYA unsur tindak pidana yang “bermasalah”*

itu saja yang perlu diuraikan. Semua unsur

harus diuraikan satu demi satu.

• Pada hakikatnya hakim juga membuat silogisme

setiap kali ia membuat uraian unsur demi unsur

tadi (sekalipun tidak secara eksplisit

dicantumkan).

• Khusus untuk uraian unsur yang dilakukan

penemuan hukum, argumentasi harus dijelaskan

secara mendalam dan komprehensif.

*) Pengertian “bermasalah” di sini dalam arti masih perlu

*) Pengertian “bermasalah” di sini dalam arti masih perlu

(41)

Bagaimana dilakukan?

Unsur 1 Unsur 1 Unsur 3 Unsur 3 Unsur 4 Unsur 4 Unsur 2 Unsur 2 Unsur 5 Unsur 5 Unsur 6 Unsur 6 Barangsiapa Barangsiapa

dengan maksud untuk menguntungkan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri …

diri sendiri …

secara melawan hukum secara melawan hukum

dengan memakai nama palsu atau dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,

atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain

untuk menyerahkan untuk menyerahkan BARANG sesuatu BARANG sesuatu kepadanya, kepadanya,

(42)

Filsafat Filsafat Hukum Hukum Dogmatika Dogmatika Hukum Hukum Logika

Logika TeoriTeori

Hukum Hukum Ilmu Bahasa Ilmu-ilmu empiris hukum* ILMU PRAKTIS ILMU EMPIRIS ILMU FORMAL FILSAFAT  Shidarta, 2003 * Menggantikan istilah: * Menggantikan istilah:

(43)

Ilmu Ilmu Bahasa Bahasa Logika Logika Ilmu lain Ilmu lain (berobjekkan (berobjekkan hukum) hukum) Ilmu Ilmu Hukum Hukum (dogmatis) (dogmatis) hukum hukum acara acara HTNHTN dialek-tika tika seja-rah

rah sosio-

sosio-logi logi ilmu ilmu per-uu per-uu pem-buktian buktian hukum hukum material material HAN HAN © Shidarta, 2003 © Shidarta, 2003 reto-rika rika Prag-tika seman-tika tika semio-tika tika HUBUNGAN FUNGSIONAL HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR-DISIPLIN ANTAR-DISIPLIN

untuk membantu kognisi hakim

untuk membantu kognisi hakim

sintak-tika tika antro-pologi pologi psiko-logi logi politik politik

(44)

Kepribadian

Kepribadian PersekutuanPersekutuan

Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan Kewibawaan Kewibawaan

(45)

Argumentasi hukum

KEGADISAN adalah BARANG menurut ketentuan

Pasal 378 KUHP.

Konklusi

Kegadisan adalah organ yang melekat pada tubuh

seseorang.

P. Minor

Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh

seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal

378 KUHP.

P.Mayor

Ada satu atau beberapa unsur yang tidak dapat langsung diterapkan, namun harus diberikan pemaknaan tertentu.

(46)

Argumentasi hukum

Mertua Raja Sidabutar adalah pelaku penipuan

menurut Pasal 378 KUHP.

Konklusi

Mertua Raja Sidabutar adalah orang yang bermaksud

menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum

dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain

[Katarina Br. Siahaan] menyerahkan barang

[kegadisannya].

P. Minor

Semua orang yang bermaksud menguntungkan diri

sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu

menggerakkan orang lain menyerahkan barang

ADALAH pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP.

P.Mayor

Pada akhirnya, setelah semua unsur-unsur diuraikan, maka akan ditemukan silogisme yang utuh, yang menunjukkan semua unsur terkait dengan Pasal 378 KUHP telah terpenuhi.

(47)

Apa inti dari penemuan hukum itu?

Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP.

EKSPLISIT:

Dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).

Apakah dapat diterima sebagai putusan yang berwibawa? Jawabannya ditentukan oleh:

2. institusi profesi

3. komunitas keilmuan 4. masyarakat luas 5. para pihak

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga menyatakan dengan sebenarnya bahwa isi tesis ini tidak merupakan jiplakan dan bukan pula dari karya orang lain, kecuali kutipan dari literatur dan atau hasil

Wajib pajak akan berprilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban peprajakan apabila wajib pajak dapat memperoleh banyak manfaat atas kepemilikan NPWP, wajib pajak

penerima pesan tersebut sesuai dengan tujuan pemasaran yang telah.. ditetapkan

Luaran dari tahap pelaksanaan kegiatan ini adalah: Guru-guru MTs Muqimus Sunnah Palembang mampu menggunakan Media Audio Visual untuk membuat media pengajaran, tolak

Sehubungan dengan ini, maka penelitian ini menjadi penting untuk mengungkap bagaimana peranan sertifikasi halal, dan variabel minat beli (sikap, norma subjektif, dan kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi petambak dalam memilih pola

Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan minat ibu nifas tentang postnatal massage di Puskesmas Jelakombo, Kecamatan Jombang, Kabupaten

Boiler merupakan suatu alat dengan prinsip kerja seperti ketel, yang digunakan sebagai tempat pemanasan air (feedwater) menjadi uap kerja (steam). Perubahan dari fase cair