Medan, 5 Mei 2011
Medan, 5 Mei 2011
PENEMUAN HUKUM
PENEMUAN HUKUM
Shidarta
Shidarta
Kepribadian
Kepribadian PersekutuanPersekutuan
Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan Kewibawaan Kewibawaan
Kepribadian
Kepribadian PersekutuanPersekutuan Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kewibawaan Kewibawaan
Hak sebagai seorang:
Hak sebagai seorang:
-MANUSIAMANUSIA - warga pendudukwarga penduduk
- warga negarawarga negara - anakanak
- perempuanperempuan
- buruhburuh
- konsumenkonsumen - dll.dll.
Hak sebagai kelompok:
Hak sebagai kelompok:
-- masy. internasional - - negara -- bangsa -- komunitas agama -- komunitas adat -- serikat buruh - asosiasi profesi dll. Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan
Diterima baik oleh: 2. institusi profesi
3. komunitas keilmuan 4. masyarakat luas 5. para pihak
Norma hukum Norma hukum ditetapkan ditetapkan secara top-down secara top-down menjadi menjadi hukum positif hukum positif Norma hukum Norma hukum positif positif direvisi direvisi (ditetapkan kembali) (ditetapkan kembali) Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C diterapkan diterapkan secara secara rasional
rasional rasionalrasional rasionalrasional
Pengalaman dari waktu ke
Pengalaman dari waktu ke
waktu adalah penentu nilai
waktu adalah penentu nilai
kebaikan suatu
kebaikan suatu
norma hukum positif
Norma hukum Norma hukum ditetapkan ditetapkan secara top-down secara top-down menjadi menjadi hukum positif hukum positif Norma hukum Norma hukum positif positif direvisi direvisi (ditetapkan kembali) (ditetapkan kembali) Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C diterapkan diterapkan secara secara rasional
rasional rasionalrasional rasionalrasional
Pengalaman dari waktu ke
Pengalaman dari waktu ke
waktu adalah penentu nilai
waktu adalah penentu nilai
kebaikan suatu
kebaikan suatu
norma hukum positif
norma hukum positif Context of
Justification I
hukum hukum positif positif “ “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C
Het recht hinkt
Het recht hinkt
achter de feiten aan.
achter de feiten aan.
Asumsi fungsi
hukum hukum positif positif “ “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C Asumsi fungsi:
hukum hukum positif positif “ “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C
Het recht hinkt
Het recht hinkt
achter de feiten aan.
achter de feiten aan.
Asumsi fungsi
hukum hukum positif positif “ “X”X” Peristiwa Peristiwa konkret konkret A A Peristiwa Peristiwa konkret konkret B B Peristiwa Peristiwa konkret konkret C C empiri A empiri A empiri B empiri B empiri C empiri C Asumsi fungsi:
Sumber Sumber HUKUM HUKUM Putusan Putusan
Langkah-Langkah Penalaran dalam Penemuan Hukum
untuk menghasilkan suatu putusan konkret
UU UU Putusan Putusan Nilai/Asas Nilai/Asas Kebiasaan Kebiasaan Yurisprudensi Yurisprudensi Kontrak Kontrak Traktat Traktat Garis Normatif-Imperatif Garis Normatif-Koordinatif Garis Persuasif
UU UU Putusan Putusan Nilai/Asas Nilai/Asas Doktrin Doktrin Kontrak Kontrak Traktat Traktat Normatif-Imperatif Normatif-Koordinatif Normatif-Persuasif Yurisprudensi Yurisprudensi Kebiasaan Kebiasaan Autonomic Autonomic Legislation Legislation epi
Identify the
Identify the
Source of law
Source of law
Analyze the sources
Analyze the sources
Synthezise the rules
Synthezise the rules
Research the facts
Research the facts
Apply the structure
Apply the structure
Kenneth J. Vandevelde
Langkah-langkah PH
Langkah-langkah PH
A specific
person’s rights &
duties
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
Kenneth J. Vandevelde:
Five separate steps:
Identify the applicable sources of law
, usually statutes and
judicial decisions;
Analyze these sources of law
to determine the applicable
rules of law and the policies underlying those rules.
Synthesize the applicable rules of law
into a coherent
structure in which the more specific rules are grouped
under the more general ones;
Research the available facts
; and
Apply the structure of rules to the facts
to ascertain the
rights or duties created by the facts, using the policies
underlying the rules to resolve difficult cases.
Sources Sources of Law of Law Decision Decision
1
2
3
StructureStructureof Lawof Law4
5
Identify the sources of law
Identify the sources of law
Analyze the sources
Analyze the sources
Synthesize the rules
Synthesize the rules
Research the facts
Research the facts
Apply the structure
Apply the structure
to the facts
to the facts
Konsep Vandevelde
Konsep Vandevelde
Bukankah seharusnya
“riset fakta” sudah dimulai di sini?
Fakta dimatangkan sepanjang
proses pembuktian di persidangan
X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir
f
a
Struktur aturanc
d
Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatife
Alternatif Alternatifb
Langkah-langkah itu dapat lebih disistematisasi sebagai berikut:
Langkah-langkah itu dapat lebih disistematisasi sebagai berikut:
X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir
f
a
Struktur aturanc
d
Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatife
Alternatif Alternatifb
© Shidarta, 2004 Menurut J.A. Pontier, penelitian psikologis empiris menunjukkan adanya 2 pendekatan penalaran hakim:a. antisipasi-skematik b. penalaran regresif
X X Y Y Putusan Putusan akhir akhir Struktur aturan Sumber Sumber Hukum Hukum struktur struktur kasus kasus Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Pendekatan* Pendekatan* modulisasi (fakta
modulisasi (faktakonsep)konsep) Pendekatan
Pendekatan
tipologisasi (konsep
tipologisasi (konsepfakta)fakta)
* N o no M ak ar im , d a la m b io gr af i B us yr o
Penalaran regresif dapat terjadi, seperti…
Sumber
Sumber
Hukum
Hukum
Bagaimana menemukan hukumnya?
Bagaimana menemukan hukumnya?
Moral law
Empirical law
Rational law
ASPEK
ASPEK
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis
dalam Penalaran Hukum
dalam Penalaran Hukum
• IdealismeIdealisme • IntuisionismeIntuisionisme • KeadilanKeadilan • MaterialismeMaterialisme • EmpirismeEmpirisme • KemanfaatanKemanfaatan • DualismeDualisme • RasionalismeRasionalisme • KepastianKepastian S umb u y S umb u y Sumbu x Sumbu x Sumbu z Sumbu z zona 45° atas Zona 45° bawah z1 z2 z 3 z10 z11 z12 z19 z18 z17 z9 z8 z7 z13
Atas dasar ini, kita dapat memetakan
minimal 6 aliran pemikiran dalam hukum:
Mikro-Kasuistik Kemanfaatan Nondoktrial-induktif Kasus faktual
6
Kasusistik Kepastian sekaligus kemanfaatan Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinal-induktif Putusan hakim5
Makro-Partikular Keadilan sekaligus kemanfaatan Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinal-induktif Kebiasaan4
Partikular-nasional Kepastian diikuti kemanfaatan Doktrinal-deduktif, diikuti nondoktrinal-induktif Undang-undang3
Partikular-nasional Kepastian Doktrinal-deduktif Undang-undang2
Universal Keadilan Doktrinal-deduktif Moralitas berupa asas kebenaran-keadilan1
1. Aliran Hukum Kodrat
1. Aliran Hukum Kodrat
TOP-DOWN TOP-DOWN satu arah satu arah Ontologis: Ontologis:
Hukum = asas kebenaran dan
Hukum = asas kebenaran dan
keadilan keadilan Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif
(dari premis normatif
(dari premis normatif
self-evident) self-evident) s s Aksiologis: Aksiologis: Keadilan Keadilan
2. Positivisme Hukum
2. Positivisme Hukum
Ontologis:Ontologis:Hukum = norma-norma positif
Hukum = norma-norma positif
dalam sistem perundang-undangan
dalam sistem perundang-undangan
Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif Aksiologis: Aksiologis: Kepastian Kepastian TOP-DOWN TOP-DOWN satu arah satu arah
3. Utilitarianisme
3. Utilitarianisme
Ontologis:Ontologis:Hukum = norma-norma positif
Hukum = norma-norma positif
dalam sistem perundang-undangan
dalam sistem perundang-undangan
Epistemologis: Epistemologis: Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif diikuti diikuti Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Aksiologis: Aksiologis: Kepastian Kepastian diikuti diikuti Kemanfaatan Kemanfaatan TOP-DOWN TOP-DOWN diikuti diikuti BOTTOM-UP BOTTOM-UP
Ontologis:
Ontologis:
Hukum = pola perilaku yang
Hukum = pola perilaku yang
terlembagakan terlembagakan Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Internalisasi doktrinal-deduktif * Internalisasi doktrinal-deduktif * (pendekatan struktural/makro) (pendekatan struktural/makro) ( ( Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan, keadilan Kemanfaatan, keadilan (simultan) (simultan) ( (
4. Mazhab Sejarah
4. Mazhab Sejarah
TOP-DOWN TOP-DOWN dan dan BOTTOM UP BOTTOM UP (simultan) (simultan) * Koreksi Shidarta, 2003Ontologis:
Ontologis:
Hukum = putusan hakim
Hukum = putusan hakim
in-concreto in-concreto Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan, kepastian Kemanfaatan, kepastian (simultan) (simultan) ( (
5. [American]
5. [American]
Sociological Jurisprudence
Sociological Jurisprudence
TOP-DOWN TOP-DOWN dan dan BOTTOM UP BOTTOM UP (simultan) (simultan)6. Realisme Hukum
6. Realisme Hukum
Ontologis:Ontologis:Hukum = manifestasi makna-makna
Hukum = manifestasi makna-makna
simbolik para pelaku sosial
simbolik para pelaku sosial
Epistemologis: Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Nondoktrinal-induktif (pendekatan interaksional/ (pendekatan interaksional/ mikro) mikro) m m Aksiologis: Aksiologis: Kemanfaatan Kemanfaatan BOTTOM-UP BOTTOM-UP (satu arah) (satu arah)
METODE
METODE
penemuan hukum
Metode penemuan hukum
• Gramatikal (objektif)
G
• Otentik
• Teleologis (sosiologis)
T
• Sistematis (logis)
S
• Historis (subjektif)
H
• Komparatif
• Futuristis (antisipatif)
F
====================
• Restriktif
• Ekstensif
• Argumentum per
analogiam
• Argumentum a contrario
• Argumentum a fortiori
• Penghalusan
(penyempitan) hukum
METODE INTERPRETASIMetode
EKSPOSISI
VERBAL
NONVERBAL
PRINSIPAL
MELENGKAPI
REPRESENTASI
dIterapkan untuk
kata-kata individual
diterapkan untuk
kata-kata lain
diterapkan dengan cara mencari sinonim dll.Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan
Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan
eksposisi sama dengan metode konstruksi.
eksposisi sama dengan metode konstruksi.
Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi
Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi
adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan
adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan
hukum itu sehingga bisa dimengerti (orang lain).
Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang
Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang
Metode Konstruksi
Saya sudah pindah ke konsep hukum lain
Metode Konstruksi
Saya mungkin dapat menemukan satu konsep yang mendekati, tetapi
Metode Konstruksi
Saya sudah mengkreasikan satu konsep hukum lain
Contoh:
Pasal 378 KUHP:
2.
2. Barangsiapa Barangsiapa
3.
3. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
4.
4. secara melawan hukum secara melawan hukum
5.
5. dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,
muslihat, atau rangkaian kebohongan,
6.
6. menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain
7.
7. untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
memberi utang maupun menghapuskan piutang,
• diancam, karena PENIPUAN,diancam, karena PENIPUAN,
• dengan pidana penjara paling lama empat tahun.dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Subjek norma
Subjek norma : semua orang : semua orang Modus perilaku
Modus perilaku : larangan: larangan Objek norma
Objek norma : - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain: - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain
secara melawan hukumsecara melawan hukum
- memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/- memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/
rangkaian kebohonganrangkaian kebohongan
- menggerakkan orang lain menyerahkan barang- menggerakkan orang lain menyerahkan barang
- meminta diberikan/dihapuskan utang- meminta diberikan/dihapuskan utang Kondisi norma
Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 1 Unsur 3 Unsur 3 Unsur 4 Unsur 4 Unsur 2 Unsur 2 Unsur 5 Unsur 5 Unsur 6 Unsur 6 Barangsiapa Barangsiapadengan maksud untuk menguntungkan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum secara melawan hukum
dengan memakai nama palsu atau dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,
atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan barang sesuatu untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar
DESKRIPSI:
Seorang pria yang sudah berkeluarga bernama MERTUA RAJA SIDABUTAR (perkerjaan kontraktor) berpacaran dengan seorang gadis di bawah umur bernama KATARINA Br. SIAHAAN. Selama masa pacaran, Mertua berjanji (ada bukti surat ybs) akan segera mengawini Katarina. Tertarik pada janji ini, Katarina bersedia menyerahkan
kegadisannya kepada Mertua. Namun, Mertua
melanggar janji ini, sehingga pihak Katarina melapor ke polisi. Kasus ini diproses secara pidana, sampai akhirnya diadili di PN Medan.
Jaksa menuntut terdakwa melanggar pasal-pasal berikut secara kumulatif:
1. Pasal 293 KUHP jo Pasal 5 ayat (3) UU Drt 1951: (perbuatan cabul dengan anak di bawah umur) 2. Pasal 378 KUHP (penipuan)
3. Pasal 335 KUHP (perbuatan tidak menyenangkan)
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN (No. 571/KS/1980/PN Mdn, tanggal 5 Maret 1980): • Terdakwa MERTUA terbukti sah dan meyakinkan
bersalah melakukan perbuatan cabul dengan perempuan yang bukan isterinya.
• Terdakwa dihukum 3 bulan penjara, tetapi tidak akan dijalankan dengan masa percobaan 6 bulan. JAKSA melakukan banding.
Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN
Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN
(No. 144/PID/1983/PT Mdn)
(No. 144/PID/1983/PT Mdn)
dengan Ketua Majelis Bismar Siregar
dengan Ketua Majelis Bismar Siregar
next slide
Unsur krusial pelanggaran atas Pasal 378 KUHP yang ingin
Unsur krusial pelanggaran atas Pasal 378 KUHP yang ingin
ditetapkan oleh Bismar Siregar:
ditetapkan oleh Bismar Siregar:
1.
1. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang laindengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
ada bukti surat yang memuat rayuan/janji terdakwa.ada bukti surat yang memuat rayuan/janji terdakwa.
4.
4. secara melawan hukum secara melawan hukum
terpidana sudah beristeri, agamanya (Kristen) melarang perbuatan terpidana sudah beristeri, agamanya (Kristen) melarang perbuatan seperti itu.
seperti itu.
• dengan memakai nama palsu atau martabat dengan memakai nama palsu atau martabat (hoednigheid)(hoednigheid) palsu, palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan
dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan
keadaan palsu terbukti dengan telah dipenuhinya unsur no.1 dan 2 di keadaan palsu terbukti dengan telah dipenuhinya unsur no.1 dan 2 di atas.
atas.
8.
8. menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya
kepadanya
BARANG ini diartikan secara luas. KEGADISAN* yang melekat pada BARANG ini diartikan secara luas. KEGADISAN* yang melekat pada diri korban dapat dikategorikan sebagai BARANG.
diri korban dapat dikategorikan sebagai BARANG.
Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar
* Juga disebut dalam putusan bahwa dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).
PERHATIKAN…!
• Dalam pertimbangan putusan hakim, TIDAK
HANYA unsur tindak pidana yang “bermasalah”*
itu saja yang perlu diuraikan. Semua unsur
harus diuraikan satu demi satu.
• Pada hakikatnya hakim juga membuat silogisme
setiap kali ia membuat uraian unsur demi unsur
tadi (sekalipun tidak secara eksplisit
dicantumkan).
• Khusus untuk uraian unsur yang dilakukan
penemuan hukum, argumentasi harus dijelaskan
secara mendalam dan komprehensif.
*) Pengertian “bermasalah” di sini dalam arti masih perlu
*) Pengertian “bermasalah” di sini dalam arti masih perlu
Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 1 Unsur 3 Unsur 3 Unsur 4 Unsur 4 Unsur 2 Unsur 2 Unsur 5 Unsur 5 Unsur 6 Unsur 6 Barangsiapa Barangsiapadengan maksud untuk menguntungkan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri …
diri sendiri …
secara melawan hukum secara melawan hukum
dengan memakai nama palsu atau dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan,
atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan untuk menyerahkan BARANG sesuatu BARANG sesuatu kepadanya, kepadanya,
Filsafat Filsafat Hukum Hukum Dogmatika Dogmatika Hukum Hukum Logika
Logika TeoriTeori
Hukum Hukum Ilmu Bahasa Ilmu-ilmu empiris hukum* ILMU PRAKTIS ILMU EMPIRIS ILMU FORMAL FILSAFAT Shidarta, 2003 * Menggantikan istilah: * Menggantikan istilah:
Ilmu Ilmu Bahasa Bahasa Logika Logika Ilmu lain Ilmu lain (berobjekkan (berobjekkan hukum) hukum) Ilmu Ilmu Hukum Hukum (dogmatis) (dogmatis) hukum hukum acara acara HTNHTN dialek-tika tika seja-rah
rah sosio-
sosio-logi logi ilmu ilmu per-uu per-uu pem-buktian buktian hukum hukum material material HAN HAN © Shidarta, 2003 © Shidarta, 2003 reto-rika rika Prag-tika seman-tika tika semio-tika tika HUBUNGAN FUNGSIONAL HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR-DISIPLIN ANTAR-DISIPLIN
untuk membantu kognisi hakim
untuk membantu kognisi hakim
sintak-tika tika antro-pologi pologi psiko-logi logi politik politik
Kepribadian
Kepribadian PersekutuanPersekutuan
Pemisahan Pemisahan (Baik-Buruk) (Baik-Buruk) Kesamaan Kesamaan Perlakuan Perlakuan Kewibawaan Kewibawaan
Argumentasi hukum
KEGADISAN adalah BARANG menurut ketentuan
Pasal 378 KUHP.
Konklusi
Kegadisan adalah organ yang melekat pada tubuh
seseorang.
P. Minor
Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh
seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal
378 KUHP.
P.Mayor
Ada satu atau beberapa unsur yang tidak dapat langsung diterapkan, namun harus diberikan pemaknaan tertentu.
Argumentasi hukum
Mertua Raja Sidabutar adalah pelaku penipuan
menurut Pasal 378 KUHP.
Konklusi
Mertua Raja Sidabutar adalah orang yang bermaksud
menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain
[Katarina Br. Siahaan] menyerahkan barang
[kegadisannya].
P. Minor
Semua orang yang bermaksud menguntungkan diri
sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu
menggerakkan orang lain menyerahkan barang
ADALAH pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP.
P.Mayor
Pada akhirnya, setelah semua unsur-unsur diuraikan, maka akan ditemukan silogisme yang utuh, yang menunjukkan semua unsur terkait dengan Pasal 378 KUHP telah terpenuhi.
Apa inti dari penemuan hukum itu?
Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP.
EKSPLISIT:
Dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).
Apakah dapat diterima sebagai putusan yang berwibawa? Jawabannya ditentukan oleh:
2. institusi profesi
3. komunitas keilmuan 4. masyarakat luas 5. para pihak