• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TRICHODERMA DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN TINGGI DAN DIAMETER SEMAI ACACIA MANGIUM PADA TANAH ULTISOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS TRICHODERMA DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN TINGGI DAN DIAMETER SEMAI ACACIA MANGIUM PADA TANAH ULTISOL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS TRICHODERMA DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN TINGGI DAN DIAMETER SEMAI ACACIA MANGIUM

PADA TANAH ULTISOL

(Effectiveness of Trichoderma and Manure on Height and Diameter Growth of Acacia mangium Seedlings in Ultisol Soil)

Hardianus, Rosa Suryantini, Reine Suci Wulandari

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 Email: hardianus.allex@yahoo.co.id

Abstract

This research aimed to obtain a dose of Trichoderma sp. and manure that effective on the growth of Acacia seedlings in Ultisol soil. The research design was a Factorial Complete Random Design that is consisting of 2 (two) factors which are dose of Trichoderma sp. and dose of cow manure. Dosage of Trichoderma sp. consisting of: 0 gr/polybag (T0), 5 gr/polybag (T1), 10 gr/polybag (T2), and 15 gr/polybag (T3). Dosage of cow manure consisting of: 0 gr/polybag (K0), 50 gr/polybag (K1), 100 gr/polybag (K2), and 150 gr/polybag (K3). Each treatment was repeated 3 (three) times so that the total amount of treatment was 48 seedlings. The parameters observed were the height and diameter of the seedlings carried out for 2 (two) months at the Silviculture Laboratory of Forestry Faculty, Tanjungpura University. The result showed the dose of Trichoderma sp., manure and its interaction had no significant effect on the growth of seedlings height. Dose of Trichoderma sp. was very significant effect on the growth of seedlings diameter, while manure and its interaction have no real effect. The best dose for seedlings diameter growth is T3K2 treatment (dosage 45 gram Trichoderma sp. and 100-gram cow manure).

Keywords: Acacia mangium, Manure, Trichoderma sp. PENDAHULUAN

Tanaman akasia (Acacia mangium) merupakan salah satu spesies penting yang ditanam dan dikembangkan di hutan tanaman industri di Indonesia. Pemilihan jenis ini salah satunya karena merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast

growing species). Konsekuensi dalam

pemilihan akasia yaitu bahwa jenis ini memerlukan unsur hara yang banyak sehingga digolongkan sebagai tanaman

yang rakus hara (Awang dan Taylor (1993).

Tanah ultisol memiliki unsur hara yang rendah, bila ditumbuhi tanaman akasia yang rakus hara sehingga akan membatasi pertumbuhan dan produktivitasnya. Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas pada saat dipersemaian perlu penambahan perlakuan pada media tanam semai seperti pemberian pupuk kandang sebagai pupuk organik karena kandungan unsur haranya yang tinggi. Akan tetapi, pupuk

(2)

organik umumnya lebih lambat terurai menjadi ion mineral, sehingga diperlukan penambahan mikroorganisme ke dalam tanah yang dapat mempercepat dekomposisi dan menjaga kesuburan tanah seperti Trichoderma sp. (Mahdiannoor, 2012).

Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme antagonis yang menguntungkan bagi tanaman seperti

Trichoderma sp. Trichoderma sp.

membantu tanaman induk menyerap unsur hara tertentu terutama fosfat (Harrison dan Van Buuren, 1995; Bryla dan Koide, 1998). Penggunaan agens hayati Trichoderma sp. sebagai biofertilizer dan dekomposer dari pupuk organik juga akan semakin mendukung pertumbuhan semai, sehingga kebutuhan akan semai yang berkualitas akan terpenuhi.

Menurut Sinaga (1989) agens hayati sebelum diintroduksikan ke dalam tanah sebaiknya diperbanyak secara massal pada bahan organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya agar dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Substrat atau bahan organik sebagai makanan dasar dan pembawa jamur antagonis berpengaruh terhadap daya adaptasi dan peningkatan kepadatan populasinya setelah diintroduksikan ke dalam tanah. Syatrawati (2008) melaporkan, untuk menghasilkan konidia jamur antagonis dipengaruhi oleh kualitas

medium pertumbuhannya. Menurut Singhania (2006), jamur Trichoderma sp. merupakan jamur selulotik yang potensial mendegradasi bahan organik yang mengandung selulosa untuk pertumbuhannya.

Trichoderma sp. selain dikenal

sebagai agens pengendali hayati, juga merupakan pengurai bahan organik seperti karbohidrat, terutama selulosa dengan bantuan enzim selulase. Kandungan bahan organik yang terdapat didalam tanah akan dilepaskan dalam bentuk unsur hara disekitar daerah perakaran. Tujuannya adalah agar akar mudah menyerap unsur hara yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Medium perbanyakan yang biasa digunakan untuk aplikasi Trichoderma sp. di lapangan yaitu beras. Kandungan glukosa pada beras akan mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan jamur serta proses aplikasinya pada tanaman mudah dilakukan. Dengan demikian, proses pertumbuhan tanaman dan pemanenan hasil hutan tentunya juga diharapkan akan lebih cepat dan kebutuhan bahan baku industri dapat terpenuhi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Trichoderma sp. dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan semai akasia, dan mendapatkan dosis Trichoderma sp. dan pupuk kandang yang optimum terhadap pertumbuhan semai akasia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan acuan tentang

(3)

dan pupuk kandang yang efektif digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan semai akasia yang berkualitas pada tanah ultisol.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura selama 2 bulan pengamatan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain : polibag ukuran 20 cm x 20 cm, hand

sprayer, autoclave, haemocytometer,

kaliper, penggaris, kertas label, tally

sheet, benih akasia, pasir, tanah ultisol,

isolat lokal Trichoderma sp., dan pupuk kandang kotoran sapi.

Prosedur penelitian dimulai dengan perbanyakan inokulum Trichoderma sp. dengan menggunakan media beras. Beras terlebih dahulu disterilkan dan dimasukkan ke dalam botol, kemudian isolat lokal Trichoderma sp. diletakkan diatas beras dan ditetesi air agar sporanya lebih cepat tersebar. Sterilisasi juga dilakukan pada media tanam pasir dan tanah PMK, serta pupuk kandang. Biji akasia disemai pada media pasir yang sebelumnya sudah disterilkan dan pada umur 1 bulan, semai disapih pada media perlakuan. Pengamatan dimulai pada hari ke-7 HST (Hari Setelah Tanam), pengukuran tinggi dan diameter semai dilakukan seminggu sekali selama 2 bulan pengamatan.

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari faktor

Trichoderma sp. yang terdiri dari 4

(empat) dosis yaitu T0 (tanpa

Trichoderma sp.), T1 (dosis Trichoderma

sp. 15 gr/polybag), T2 (dosis

Trichoderma sp. 30 gr/polybag) dan T3

(dosis Trichoderma sp. 45 gr/polybag). Faktor pupuk kandang juga terdiri dari 4 (empat) dosis yaitu K0 (tanpa pupuk kandang), K1 (dosis pupuk kandang 50 gr/polybag), K2 (dosis pupuk kandang 100 gr/polybag) dan K3 (dosis pupuk kandang 150 gr/polybag), sehingga terdapat 16 perlakuan yang terdiri dari 3 kali ulangan sehingga terdapat 48 unit percobaan. Data yang diperoleh diuji kehomogenan.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam dengan uji F pada taraf nyata 5 % dan 1 %. Apabila pada uji F untuk sumber keragaman interaksi menunjukkan nyata atau sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf nyata 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tinggi Semai

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi semai A.mangium yang diberikan perlakuan dosis

Trichoderma sp. dan pupuk kandang yang

(4)

Gambar 1. Diagram Rerata Pertumbuhan Tinggi Semai A. mangium Hasil pengukuran tinggi semai

selama 2 bulan pengamatan menunjukkan rerata pertumbuhan semai tertinggi terdapat pada perlakuan T3K1 (dosis 45 gram Trichoderma sp. dan dosis 50 gram pupuk kandang) yaitu sebesar 13.85 cm,

sedangkan pertumbuhan semai terendah yaitu pada perlakuan T0K3 (tanpa pemberian Trichoderma sp. dan dosis 150 gram pupuk kandang) dengan rerata sebesar 7.92 cm. Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tinggi Semai Acacia mangium (Analysis

Variance of Acacia mangium Seedling Growth (Height))

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Perlakuan 15 106.51 - - Trichoderma sp. (T) 3 53.67 17.89 2.65tn 4.15 7.50 Pupuk kandang (K) 3 25.73 8.58 1.27tn 4.15 7.50 Interaksi (TK) 9 27.10 3.01 0.45tn 2.19 3.01 Galat 32 215.70 6.74 Total 47 322.2

Keterangan: tn : tidak nyata

Pada Tabel 1 dapat diketahui hasil perhitungan sidik ragam yang

kecil dari nilai F tabel pada taraf 5 % dan 1 %, sehingga dapat diasumsikan bahwa 0 2 4 6 8 10 12 14 10,54 10.2310.53 7.92 10.67 13.59 12,49 10.93 11,17 11.06 12.80 10,5711.00 13.85 12.90 13,01 Re rat a T im ggi( cm ) Perlakuan Keterangan: T0: Tanpa Trichoderma sp. T1: 5 gr Trichoderma sp. T2: 10 gr Trichoderma sp. T3: 15 gr Trichoderma sp. K0: Tanpa pupuk kandang K1: 50 gr Pupuk kandang K2: 100 gr Pupuk kandang K3: 150 gr Pupuk kandang

(5)

nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai. Hasil analisis sidik ragam juga menunjukkan bahwa sumber keragaman pada perlakuan pemberian dosis

Trichoderma sp. dan pupuk kandang serta

interaksi antar kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai.

Perkembangan Trichoderma sp. pada tanah akan mampu mendekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga dapat memudahkan penyerapan unsur hara bagi tanaman. Menurut Robinson (1967) dalam Widyastuti dkk, (2007)

Trichoderma sp. adalah salah satu

mikroorganisme yang berperan dalam kegiatan penguraian bahan organik. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan dosis perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi semai, diantaranya media tanam. Media tanam memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan semai terutama terkait kandungan unsur hara tanah. Tambahan perlakuan pada campuran tanah dan pasir sebagai media tanam belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Selain itu, cahaya matahari juga memegang peranan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman memerlukan cahaya matahari untuk bisa memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan penelitian Marjenah (2001) yang menyatakan bahwa dengan intensitas

cahaya yang relatif sedikit, tanaman cenderung memacu pertumbuhan tingginya untuk memperoleh sinar yang diperlukan untuk proses fisiologi. Pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung daripada tempat terbuka. Menurut Sastrawinata (1984) intensitas cahaya terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman.

Diantara komponen iklim, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon adalah suhu, cahaya, angin dan hujan. Beberapa spesies dapat tumbuh dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi, tetapi tidak demikian untuk beberapa spesies tertentu (Suhardi et al. 1995). Secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski, 1960).

Pertumbuhan Diameter Semai

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan diameter semai A. mangium yang diberikan pada perlakuan dengan dosis Trichoderma sp. dan pupuk kandang yang berbeda setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis Trichoderma sp. berpengaruh sangat nyata dibandingkan dosis pupuk kandang dan interaksinya.

(6)

Rerata pertumbuhan diameter semai dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Rerata Pertumbuhan Diameter Semai A. mangium Hasil pengukuran selama

pengamatan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan diameter tertinggi terdapat pada perlakuan T3K2 (dosis 45 gram Trichoderma sp. dan dosis 100 gram pupuk kandang) yaitu sebesar 1.78 mm, sedangkan rerata pertumbuhan

diameter terendah terdapat pada perlakuan T0K3 (tanpa pemberian

Trichoderma sp. dan dosis 150 gram

pupuk kandang) yaitu sebesar 1.08 mm. Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Diameter Semai Acacia mangium

(Analysis Variance of Acacia mangium Seedling Growth (Diameter))

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Perlakuan 15 1.63 - - Trichoderma (T) 3 1.02 0.34 5.79** 2.90 4.46 Pupuk Kandang (K) 3 0.09 0.03 0.54tn 2.90 4.46 Interaksi (TK) 9 0.51 0.06 0.97tn 2.19 3.01 Galat 32 1.88 0.06 Total 47 3.51 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 1.29 1.21 1.33 1,08 1.47 1.71 1.49 1.39 1,53 1.421.471.43 1.37 1,61 1.78 1.75 Re rat a Diam et er ( m m ) Perlakuan Keterangan: T0: Tanpa Trichoderma sp. T1: 5 gr Trichoderma sp. T2: 10 gr Trichoderma sp. T3: 15 gr Trichoderma sp. K0: Tanpa pupuk kandang K1: 50 gr Pupuk kandang K2: 100 gr Pupuk kandang K3: 150 gr Pupuk kandang

(7)

Hasil analisis sidik ragam sebagaimana terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang (K) dan interaksi (TK) tidak berpengaruh nyata, sedangkan dosis Trichoderma sp. (T) berpengaruh

sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter semai akasia, sehingga perlu dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk faktor perlakuan dosis Trichoderma sp. Tabel 3. Hasil Uji BNJ dosis Trichoderma sp.(Honestly Significance Difference (HSD)

Result of Trichoderma sp. Dosage)

Perlakuan Rerata Uji BNJ

5 % = 0.24

T0 3.69 a

T1 4.55 b

T2 4.39 b

T3 4.89 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian

Trichoderma sp. sebagai perlakuan

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter semai sehingga dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %. Hasil uji lanjut pada Tabel 3 menunjukkan bahwa T3 (dosis 15 gr Trichoderma sp.) pertumbuhan diameter semainya lebih baik dibandingkan dengan dosis lainnya. Hasil uji lanjut juga menunjukkan bahwa pemberian Trichoderma sp pada semai memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai daripada kontrol (T0). Hasil penelitian Esrita et al., (2011) menunjukkan bahwa semakin banyak Trichoderma sp. yang diberikan ke dalam tanah, semakin baik

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Menurut Hanafiah (2005), jumlah total mikrobia dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah karena pada tanah yang subur jumlah mikrobianya tinggi.

Pemberian Trichoderma sp. ke dalam tanah bertujuan meningkatkan jumlah total mikrobia dalam tanah. Diharapkan dengan meningkatnya jumlah mikrobia ini kecepatan perombakan bahan organik dalam tanah tersebut meningkat. Menurut Hanafiah (2005) populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan kondisi ekologi lain yang mendukung bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis Trichoderma sp. 15 gram cukup baik untuk mendukung

(8)

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dibandingkan dengan dosis 5 gram dan 10 gram.

Pertumbuhan menunjukkan adanya perkembangan beberapa organ khusus tanaman atau kumpulan organ tanaman secara keseluruhan. Pertumbuhan ini merupakan suatu proses yang sangat kompleks pada bagian tanaman dan saling berhubungan satu sama lain. Pada umumnya pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari adanya pertambahan tinggi semai, jumlah daun dan diameter batang semai (Suharti, 1979). Marjenah (2001) melaporkan bahwa pertumbuhan diameter lebih cepat pada tempat terbuka daripada tempat ternaung, sehingga tanaman yang ditanam pada tempat ternaung cenderung pendek dan kekar. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Selain itu, produk fotosintesis sebanding dengan total luas daun aktif yang dapat melakukan fotosintesis. Penerimaan intensitas cahaya yang optimal pada daun akan mempercepat laju transpirasi, pembukaan stomata, sehingga mempengaruhi proses laju fotosintesis. Adanya proses fotosintesis yang maksimal akan mempercepat pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman.

KESIMPULAN

Dosis Trichoderma sp. dan pupuk kandang yang diberikan efektif terhadap

Interaksi keduanya memang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai A. mangium, akan tetapi dosis Trichoderma sp. berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter semai dibandingkan dosis pupuk kandang dan interaksi keduanya. Dosis terbaik yang didapatkan selama 2 bulan pengamatan untuk pertumbuhan diameter semai yaitu dosis 45 gram Trichoderma sp. dan dosis 100 gram pupuk kandang.

SARAN

Perlu dilakukan pengamatan dengan waktu yang lebih lama (3 bulan keatas) agar dapat diketahui apakah dosis yang diberikan benar-benar berpengaruh atau tidak terhadap pertumbuhan semai A.

mangium.

DAFTAR PUSTAKA

Awang K, Taylor D. 1993. Growing and Utilization Acacia mangium.

Winrock International and The Food and Agriculture Organization of the United Nations. Bangkok, Thailand.

Esrita BI, Irianto. 2011.Pertumbuhan dan Hasil Tomat Pada Berbagai Bahan Organik Dan Dosis Trichoderma. Jambi, Indonesia.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Kramer PJ, Kozlowski TT. 1960. Physiology of trees. Mc Graw-Hill. New York

(9)

Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam pada Lahan Rawa Lebak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna

sinensis L.). Jurnal Ziraa’ah

33:91-98.

Marjenah. 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan ”Rimba Kalimantan” Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda. Kalimantan Timur.

Nicholson DI. 1960. Light requirement of five species of Dipterocarpaceae. Malaysia.

Sastrawinata, HA. 1984. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea

laevis RIDL Di Komplek

Wanariset, Kaltim. Laporan Puslitbang Hutan No 461 Hal 27-54.

Sinaga MS. 1989. Potensi Gliocladium spp. sebagai agen pengendalian hayati beberapa cendawan patogenik tumbuhan yang bersifat soil borne. Laporan penelitian SPP/DPP FAPERTA IPB 1987/1988. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas

Pertaian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Singhania RR. 2006. Solid State fermentation of lignocellulosic substrates for cellulase production by Trichoderma reesei NRRL 11460. Departement of Agriculture and Chemical Technologi University of Budapest. Hungary. Suhardi. 1995. Effect of shading,

Mycorriza inoculated and organic matter on the growth of Hopea gregaria seedling. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Suharti, 1979. Teknik Pemupukan Tanaman Mahoni (Switenia

macrophylla King). Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.

Syatrawati. 2008. Produksi senyawa biofungisida berbahan aktif

Gliocladium sp. pada berbagai

medium limbah organik. http://bdpunib.org/jipi/

artikeljipi/edkhus2/386.pdf. Diakses pada 11 Oktober 2009.

Widyastuti SM. 2007. Peran Trichoderma spp. dalam Revitalisasi Kehutanan di Indonesia. UGM University Press. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Diagram Rerata Pertumbuhan Tinggi Semai A. mangium  Hasil  pengukuran  tinggi  semai
Gambar 2. Diagram Rerata Pertumbuhan Diameter Semai A. mangium  Hasil  pengukuran  selama

Referensi

Dokumen terkait

Uji sensitivitas antibiotik menunjukkan bahwa dari 13 isolat pasien IGD Rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar yang tergolong Staphylococcus aureus ditemukan 4

Dalam menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Pusat Rekayasa dan Modeling Otomotif di Kota Malang ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut membantu atas

[r]

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah atas berkat dan karnuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

Melalui surat ini kami sampaikan bahwa salah satu program Seksi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Padang adalah Workshop Guru Kelas Rendah

Ke-7 elemen bauran pemasaran yaitu: produk, harga, tempat, proses, bukti fisik, promosi, petugas memberikan pengaruh kepada loyalitas pasien terhadap rumah sakit.. Di

Secara ethimologi (harfiah) ialah dalam literature pendidikan agama islam seorang guru bisa disebut sebagai ustadz, mu’ alim, murabby,mursyid, mudarris, dan