Analisis
Analisis
Rangkaian
Rangkaian
Lis
Lis
trik
trik
Di
Di
Kawasan
Kawasan
Waktu
Waktu
(2)
(2)
Oleh
Oleh
:
:
Sudaryatno
Sudaryatno
Sudirham
Sudirham
Hukum-Hukum Dasar
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Teorema Rangkaian
Metoda Analisis Dasar
Metoda Analisis Umum
Rangkaian Pemroses Energi (Arus searah)
Rangkaian Pemroses Sinyal
Hukum
Hukum
-
-
Hukum Dasar
Hukum Dasar
Tujuan
Tujuan
Memahami hukum Ohm.Memahami hukum Ohm.
Mampu menghitung resistansi kawat logam jika Mampu menghitung resistansi kawat logam jika parameternya diketahui.
parameternya diketahui.
Memahami Hukum Arus Kirchhoff (HAK) dan Hukum Memahami Hukum Arus Kirchhoff (HAK) dan Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK).
Tegangan Kirchhoff (HTK).
Mampu mengaplikasikan HAK untuk menuliskan Mampu mengaplikasikan HAK untuk menuliskan persamaan arus / tegangan di suatu simpul.
persamaan arus / tegangan di suatu simpul.
Mampu mengaplikasikan HTK untuk menuliskan Mampu mengaplikasikan HTK untuk menuliskan persamaan tegangan / arus di suatu mesh ataupun
persamaan tegangan / arus di suatu mesh ataupun
loop.
loop.
Mampu mengaplikasikan HAK untuk simpul super Mampu mengaplikasikan HAK untuk simpul super maupun HTK untuk mesh super
Relasi Hukum Ohm
Hukum Ohm
A
l
R
=
ρ
iR
v =
Hukum Ohm
Resistansi
konduktor yang luas penampangnya merata, A
resistansi
Saluran : ρ = 0,018 Ω.mm2/m ; A = 10 mm2 ; l = 300 m Ω ρ 054 , 0 10 300 018 , 0 : kirim saluran Resistansi ==== ==== ×××× ==== A l R Ω 108 , 0 054 , 0 2 balik, saluran ada Karena Rsaluran ==== ×××× ==== V 16 , 2 108 , 0 20 : beban dan sumber antara jatuh tegangan terjadi A, 20 arus dialirai Saluran ==== ×××× ==== ==== saluran saluran iR V ∆ V 84 , 217 16 , 2 220 : saluran di jatuh tegangan sumber tegangan beban di Tegangan ==== −−−− ==== −−−− ==== terima v W 2 , 43 108 , 0 ) 20 ( saluran di daya susut merupakan saluran, diserap yang Daya 2 2 ==== ×××× ==== ==== Ri psaluran Beban Sumber 220 V
+
−
R R i = 20 A Saluran balik i Saluran kirim i ∆VsaluranCONTOH:
Hukum Ohm
Beberapa Istilah
Terminal : ujung akhir sambungan piranti atau rangkaian.
Rangkaian : beberapa piranti yang dihubungkan pada terminalnya. Simpul (Node) : titik sambung antara dua atau lebih piranti.
Catatan : Walaupun sebuah simpul diberi pengertian sebagai
sebuah titik tetapi kawat-kawat yang terhubung langsung ke titik simpul itu merupakan bagian dari simpul; jadi dalam hal ini kita mengabaikan resistansi kawat.
Simpai (Loop): rangkaian tertutup yang terbentuk apabila kita berjalan mulai
dari salah satu simpul mengikuti sederetan piranti dengan melewati tiap simpul tidak lebih dari satu kali dan berakhir pada simpul tempat kita mulai perjalanan.
Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK) Kirchhoff's
Voltage Law (KVL)
Setiap saat, jumlah aljabar tegangan dalam satu
loop adalah nol
Hukum Arus Kirchhoff (HAK) -Kirchhoff's Current
Law (KCL)
Setiap saat, jumlah aljabar arus di satu simpul
adalah nol
:
simpul
untuk
HAK
HTK
untuk
loop
:
loop 1
loop 2
loop 3
+ v
4−
i
1i
2i
4A
B
C
4
2
5
3
1
+ v
2−
+
v
5−
i
3i
5+
v
1−
0
:
C
simpul
+
i
1+
i
3+
i
4=
0
:
A
simpul
−
i
1−
i
2=
0
:
B
simpul
+
i
2−
i
3−
i
4=
0
:
3
loop
−
v
1+
v
2+
v
4+
v
5=
0
:
1
loop
−
v
1+
v
2+
v
3=
0
:
2
loop
−
v
3+
v
4+
v
5=
Hukum Kirchhoff
+ − vs R1 + vL − + v1 − L + v1 − + − vs R1 R 2 + v2 −
→
v
s=
i
1R
1+
i
2R
20
1+
=
+
−
v
sv
v
L∫
+
=
→
i
dt
C
R
i
v
s1
C1 1
∫
+
+
=
→
i
dt
C
dt
di
L
R
i
v
s 1 1 L1
C0
2 1++++
====
++++
−−−−
v
sv
v
dt
di
L
R
i
v
s=
+
L→
1 1
0
1+
=
+
−
v
sv
v
C0
1+
+
=
+
−
v
sv
v
Lv
C a). b). c). d). + v1 − + − vs R1 C + vC − + v1 − + − vs R1 C + vC − L + vL −Hukum Kirchhoff
0 3 2 1 −i −i = i 0 2 1 −i −iL = i 0 3 3 2 2 1 1 − − = → R v R v R v 0 1 2 2 1 1 − − = →
∫
v dt L R v R v L0
3 1−
i
−
i
=
i
C0
1−
i
C−
i
L=
i
0
3 3 1 1
−
−
=
→
R
v
dt
dv
C
R
v
C0
1
1 1
−
−
=
→
∫
v
dt
L
dt
dv
C
R
v
L C + v3 − + v1 − R3 i1 i2 i3 R1 R2 + v2 − A a). + v1 − L i1 i2 iL R1 R2 + v2 − + vL − A b). c). + v3 − + v1 − R3 i1 iC i3 R1 C + vC − A + v1 − L i1 iC iL R1 C + vC − + vL − A d).Hukum Kirchhoff
Pengembangan
Pengembangan
HTK
HTK
dan
dan
HAK
HAK
0
4
3
1
−
−
=
−
i
i
i
−
v
1
+
v
2
+
v
4
+
v
5
=
0
simpul super AB
loop 3 = mesh super
simpul super AB
+ v
4−
i
2+ v
2−
i
4i
1A
B
C
4
2
5
3
1
+
v
5−
i
3i
5+
v
1−
loop 3
Hukum Kirchhoff
+
−
3Ω
4Ω
v
i
4i
1= 5A
i
3= 8A
A
B
C
i
5i
2= 2A
A
3
5
8
0
4 3 1 3 1 4+
i
−
i
=
⇒
i
=
i
−
i
=
−
=
i
A
6
2
8
0
5 3 2 3 5 2+
i
−
i
=
⇒
i
=
i
−
i
=
−
=
i
simpul
super ABC
Simpul C
loop ACBA
−
v
+
3
i
5−
4
i
2=
0
⇒
v
=
3
×
6
−
4
×
2
=
10
V
v = ?
CONTOH:
Hukum Kirchhoff
Tujuan
Mampu mencari nilai ekivalen dari elemen-elemen yang
terhubung seri, terhubung paralel, terhubung bintang (Y) dan
terhubung segitiga (∆).
Mampu menentukan pembagian tegangan pada elemen-elemen
yang terhubung seri.
Mampu menentukan pembagian arus pada elemen-elemen yang
Hubungan paralel
v
1= v
2i
1+
v
2−
2
+
v
1−
1
i
2Hubungan seri
i
1= i
2i
11
+ v
1−
i
2+
v
2−
2
Hubungan Seri dan Paralel
Dua elemen atau
lebihdikatakan terhubung
paralel jika mereka terhubung
pada dua simpul yang sama
Dua elemen dikatakan terhubung seri
jika mereka hanya mempunyai satu
simpul bersama dan tidak ada elemen
lain yang terhubung pada simpul itu
Dua rangkaian disebut ekivalen jika antara dua terminal
tertentu, mereka mempunyai karakteristik i-v yang identik
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
++++
++++
++++
====
1 2 3:
Seri
Resistansi
R
ekivR
R
R
(
)
.
1 2 2 1 2 1
i
R
i
R
R
i
R
i
R
V
V
V
ekivalen R R total=
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
⋅⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
R1 R2 Rekiv + Vtotal − i iKaidah-Kaidah Rangkaian
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
⋅⋅⋅⋅
++++
++++
++++
====
1 2 3:
Paralel
i
Konduktans
G
ekivG
G
G
(
G
G
)
v
G
v
v
G
v
G
i
i
i
ekivalen G G total=
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
2 1 2 1 2 1Rangkaian Ekivalen
(Rangkaian Pengganti)
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Dua rangkaian disebut ekivalen jika antara dua terminal
tertentu, mereka mempunyai karakteristik i-v yang identik
G1 G2 Gekiv itotal i1 i2 itotal
Kapasitansi Ekivalen
C
1i
1C
2i
2C
i
B
A
+
v
_
i
ekC
C
C
C
=
1+
2+
⋅
⋅
⋅
⋅
+
:
Paralel
Kapasitor
ek
C
C
C
C
1
1
1
1
:
Seri
Kapasitor
2 1
+
⋅
⋅
⋅
⋅
+
+
=
Kaidah-Kaidah Rangkaian
C
1C
2C
B
A
+
v
_
i
Induktansi Ekivalen
ekL
L
L
L
=
1+
2+
⋅⋅
⋅⋅
+
:
Seri
Induktor
ek
L
L
L
L
1
1
1
1
:
Paralel
Induktor
2 1
+
⋅
⋅⋅
⋅
+
+
=
L
1L
2 L A B + v _ + v1 − + v2 − + v −Kaidah-Kaidah Rangkaian
L2 L1 L A B + v _A
100
cos
1
,
0
100
cos
3000
3
10
F
3
10
F
3
100
100
3
5000
100
50
50
1
100
1
1
4 4t
t
dt
dv
C
i
C
C
tot tot tot=
×
=
=
→
=
µ
=
→
=
+
=
+
=
− −A
100
cos
45
,
0
100
cos
3000
10
15
,
0
F
10
15
,
0
F
150
50
100
3 3t
t
dt
dv
C
i
C
tot tot=
×
×
=
=
→
×
=
µ
=
+
=
− −Jika kapasitor dihubungkan paralel :
+
−
C
1=100µF
C
2=50µF
i
v = 30 sin(100 t) V
i = ?
Kaidah-Kaidah Rangkaian
CONTOH:
Sumber Ekivalen
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Sumber tegangan
v
sR
1i
+
v
−
+ v
R−
bagian
lain
rangkaian
+
−
Sumber arus
i
sR
2i
+
v
−
bagian
lain
rangkaian
i
R 2R
i
v
s=
s 1 2R
R
====
1R
v
i
s=
sDari sumber tegangan menjadi sumber arus
2 1
R
R
120 Ω
2,5 A
R
230 Ω
i
si
1i
2+
−
50 V
i
3R
120 Ω
R
230 Ω
3A
R
2=10Ω
30V +
−
R
1=10Ω
Kaidah-Kaidah Rangkaian
CONTOH:
Transformasi Y -
∆
∆
∆
∆
Kaidah-Kaidah Rangkaian
C B A B A C B A A C C B A C B R R R R R R R R R R R R R R R R R R + + = + + = + + = ∆ 3 2 1 Ekivalen Ydari 3 3 1 3 2 2 1 2 3 1 3 2 2 1 1 3 1 3 2 2 1 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R C B A + + = + + = + + = ∆ dari Y Ekivalen RC A B C RA RB R3 A B C R1 R2 3 3 Y Y R R R R ==== ==== ∆ ∆ atau seimbang, keadaan Dalam 3 2 1 R R R R R RA ==== B ==== C ==== ====Pembagi Tegangan
:
Tegangan
Pembagi
total
total
k
k
v
R
R
v
=
+
−
10 Ω
60 V
20 Ω
30 Ω
i
s+ v
1− + v
2−
+
v
3−
V
30
;
V
20
;
V
10
2
3
1
=
v
=
v
=
v
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Pembagi Arus
total total k ki
G
G
i
:
Arus
Pembagi
=
R
110 Ω
1 A
R
220 Ω
R
320 Ω
i
si
1i
2i
3A
25
,
0
;
A
25
,
0
A
5
,
0
1
)
20
/
1
(
)
20
/
1
(
)
10
/
1
(
)
10
/
1
(
3 3 2 2 1 1=
=
=
=
=
×
+
+
=
=
s tot s tot s toti
G
G
i
i
G
G
i
i
G
G
i
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Tujuan:
Memahami prinsip proporsionalitas dan mampu menunjukkan bahwa
Memahami prinsip proporsionalitas dan mampu menunjukkan bahwa
rangkaian linier mengikuti prinsip proporsionalitas.
rangkaian linier mengikuti prinsip proporsionalitas.
Memahami prinsip superposisi dan mampu mengaplikasikan prinsip
Memahami prinsip superposisi dan mampu mengaplikasikan prinsip
superposisi.
superposisi.
Memahami teorema Millman, teorema Th
Memahami teorema Millman, teorema Théévenin dan teorema Norton, dan venin dan teorema Norton, dan mampu mencari rangkaian ekivalen Th
mampu mencari rangkaian ekivalen Théévenin atau Norton.venin atau Norton.
Memahami teorema alih daya maksimum dan mampu menentukan nilai
Memahami teorema alih daya maksimum dan mampu menentukan nilai
elemen beban agar terjadi alih daya maksimum.
Proporsionalitas
K
x
y = K x
masukan
keluaran
+
v
o−
v
sR
1R
2+
_
s 2 1 2 ov
R
R
R
v
+
=
+
=
2 1 2R
R
R
K
Teorema Rangkaian
Rangkaian linier:
Contoh:
v
in+
−
120Ω 60Ω+
v
o1−
A
B
A
B
+
v
AB−
+
v
o2−
80Ω 40ΩB
+
v
o3−
v
in+
−
120Ω 60ΩA
80Ω 40Ω in v v K 2 /3 (2 / 3) 60 120 120 o1 1 = → = + = AB o2 2 1/3 (1/3) 80 40 40 v v K ==== →→→→ ==== ++++ ==== in AB v v v K ) 6 / 1 ( 6 / 1 ) 2 / 1 ( ) 3 / 1 ( 60 ) 80 40 ( || 120 ) 80 40 ( || 120 80 40 40 80 40 40 o3 3 ==== ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ==== ×××× ==== ++++ ++++ ++++ ++++ ==== ++++ ====Teorema Rangkaian
CONTOH:
Prinsip Superposisi
Teorema Rangkaian
Keluaran dari suatu rangkaian linier yang dicatu oleh lebih dari satu
sumber adalah jumlah keluaran dari masing-masing sumber jika
masing-masing sumber bekerja sendiri-sendiri
Cara mematikan sumber:
a. Mematikan sumber tegangan berarti membuat tegangan
sumber itu menjadi nol, artinya sumber ini menjadi hubungan
singkat.
b. Mematikan sumber arus adalah membuat arus sumber menjadi
nol, artinya sumber ini menjadi hubungan terbuka.
Suatu sumber bekerja sendiri apabila
sumber-sumber yang lain dimatikan.
V
6
V
12
10
10
10
1 o×
=
+
=
v
24
V
1
2
V
10
10
10
2 o×
=
+
=
v
V
18
2
1
6
2
o
o1
o
=
v
+
v
=
+
=
v
+
−
+
v
o_
+
−
10Ω
10Ω
v
1=12V
v
2=24V
+
−
12V
10Ω
+
v
o1_
10Ω
10Ω
+
− 24V
10Ω
+
v
o2_
matikan v2 matikan v1Teorema Rangkaian
CONTOH:
Teorema Millman
Teorema Rangkaian
Apabila beberapa sumber tegangan vk yang masing-masing memiliki resistansi seri Rk dihubungkan paralel, maka hubungan paralel tersebut dapat digantikan dengan satu sumber tegangan ekivalen vekiv dengan resistansi seri ekivalen
Rekiv sedemikian sehingga
∑
=∑
= k ekiv k k ekiv ekiv R R R v R v 1 1 dan vekiv = 18 V Rekiv = 5Ω + − + − +− R1=10Ω R2=10Ω v1=12V v 2=24VContoh:
10 1 10 1 1 + = ekiv R12
6
10
24
10
12
5
=
+
=
+
ekivv
Teorema Millman
Teorema Rangkaian
Apabila beberapa sumber arus ik yang masing-masing memiliki resistansi paralel
Rk dihubungkan seri maka hubungan seri tersebut dapat digantikan dengan satu sumber arus ekivalen iekiv dengan resistansi paralel ekivalen Rekiv sedemikian sehingga
∑
=
∑
=
k k ekiv k ekiv ekivR
R
i
R
R
i
dan
Contoh:
Rekiv=20Ω iekiv=1,5A10
10 +
=
ekivR
10
2
10
1
20
=
×
+
×
×
ekivi
R1=10Ω i1=1A R2=10Ω i2=2ATeorema Norton
Jika rangkaian seksi sumber pada
hubungan dua-terminal adalah linier,
maka sinyal pada terminal interkoneksi
tidak akan berubah jika rangkaian seksi
sumber itu diganti dengan rangkaian
ekivalen Norton
S
B
Seksi
sumber
Seksi
beban
i
v
Teorema Rangkaian
Jika rangkaian seksi sumber pada
hubungan dua-terminal adalah linier,
maka sinyal pada terminal interkoneksi
tidak akan berubah jika rangkaian seksi
sumber itu diganti dengan rangkaian
ekivalen Thévenin
Teorema Rangkaian
+
v
ht= V
T−
i = 0
+
_
R
TV
TRangkaian ekivalen Thévenin terdiri dari satu sumber tegangan
V
T yang terhubung seri dengan resistorR
TRangkaian ekivalen Thévenin
V
T
= v
ht
R
T
= v
ht
/ i
hs
i
hs= V
T/R
T+
_
R
TV
Ti = i
hs seksi sumberKeadaan hubung singkat
i = 0
seksi sumber+
v
ht−
Keadaan terbuka
Rangkaian ekivalen Norton terdiri dari satu sumber arus
I
yang terhubung paralel dengan resistorR
Rangkaian ekivalen Norton
Teorema Rangkaian
i = i
hsseksi sumber
Keadaan hubung singkat
i = 0
seksi sumber+
v
ht−
Keadaan terbukai
hs= I
I
R
i = 0
I
R
+
v
ht=I
R
−
I
= I
hs
R
= v
ht
/ i
hs
Teorema Rangkaian
Rangkaian ekivalen Thévenin
Rangkaian ekivalen Norton
+
_
R
TV
TR
V
T
= v
ht
T
= v
ht
/ i
hs
I
R
I
= I
hs
R
= v
ht
/ i
hs
R
T
= R
RT = R yang dilihat dari terminal ke arah seksi sumber dengan
V
12
24
20
20
20
'
×
=
+
=
=
=
AB
A
B
T
V
V
V
V
TR
TA
B
+
−−−−
24 V
20Ω
20Ω
10Ω
A
B
+
−−−−
A'
Rangkaian Ekivalen Thévenin
= 12 V
= 20 Ω
Ω
=
+
×
+
=
20
20
20
20
20
10
T
R
Teorema Rangkaian
CONTOH:
Alih Daya Maksimum
• Empat macam keadaan hubungan antara seksi sumber dan seksi beban
Sumber tetap, beban bervariasi
Sumber bervariasi, beban tetap
Sumber bervariasi, beban bervariasi
Sumber tetap, beban tetap
Teorema Rangkaian
sumber beban i RT VT + v −−−− RB A B + _
Rangkaian sumber tegangan dengan resistansi Thévenin RT akan
memberikan daya maksimum kepada resistansi beban RB bila RB = RT
T T T T T maks R V R V V p 4 2 2 2 ==== ====
Teorema Rangkaian
Alih Daya Maksimum
R sumber beban i RB A B I
Rangkaian sumber arus dengan resistansi Norton R akan
memberikan daya maksimum kepada resistansi beban RB bila RB = R
4 2 2 2 B maks R I R I p ==== ====
24 V
20Ω
20Ω
10Ω
A
B
+
−−−−
A′
R
X= ?
V
12
24
20
20
20
20
20
20
20
20
10
=
×
+
=
Ω
=
+
×
+
=
T TV
R
Lepaskan R
Xhitung R
T, V
TAlih daya ke beban akan maksimum jika R
X= R
T= 20 Ω
W
8
,
1
20
4
)
12
(
2
=
×
=
maks
X
p
Hitung RX agar terjadi alih dayamaksimum
Teorema Rangkaian
Teorema Tellegen
Dalam suatu rangkaian, jika vk mengikuti hukum tegangan Kirchhoff (HTK) dan ik mengikuti hukum arus Kirchhoff (HAK),
maka
0
N
1
=
×
∑
=
k
k
k
i
v
Teorema ini menyatakan bahwa di setiap rangkaian listrik harus ada perimbangan yang tepat antara daya yang diserap oleh elemen pasif dengan daya yang diberikan oleh elemen aktif. Hal ini sesuai
dengan prinsip konservasi energi.
A
2
3
2
10
=
+
=
i
10 V
R
1= 2Ω
R
2= 3Ω
+
_
i
si
A
2
−
=
s
i
W
0
2
−
=
=
s
s
sumber
v
i
p
W
0
2
12
8
2
1
+
=
+
=
=
p
p
p
beban
(memberikan daya)
Teorema Rangkaian
CONTOH:
Teorema Substitusi
Suatu cabang rangkaian antara dua simpul dapat disubstitusi oleh
cabang baru tanpa mengganggu arus dan tegangan di
cabang-cabang yang lain asalkan tegangan dan arus antara kedua simpul
tersebut tidak berubah
≡
R
k+ v
k−
i
kR
subi
k+
−
v
sub+
v
k−
k sub k subv
R
i
v
=
−
×
Teorema Rangkaian
Tujuan
Mampu melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
reduksi rangkaian.
Mampu melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
keluaran satu satuan.
Mampu melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
superposisi.
Mampu melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
Metoda Reduksi Rangkaian
+
−−−−
12 V 30Ω 30Ω 10Ω 30Ω 10Ω 20Ω+ v
x−
A B C D E 10Ω 30Ω 30Ω 30Ω 0,4 A 30Ω B C E 10Ω 0,4 A 15Ω 15Ω B C E 6 V 10Ω 15Ω 15Ω+
−+ v
x−
E C B V 5 , 1 6 15 10 15 10 = × + + = x vMetoda Analisis Dasar
Metoda Unit Output
10Ω 36 V +−−−− 20Ω 30Ω 20Ω 10Ω 20Ω i1 i3 i5 i2 i4 + vo − A BMetoda Analisis Dasar
V
1
v
o=
Misalkan
0
,
1
A
10
5=
=
ov
i
v
B=
0
,
1
(
30
+
10
)
=
4
V
A
3
,
0
5 4 3=
i
+
i
=
i
A
2
,
0
20
4
20
4=
=
=
Bv
i
v
A=
v
B+
i
3×
20
=
10
V
A
5
,
0
20
2=
A=
v
i
i
1=
i
2+
i
3=
0
,
8
A
V 18 10 8 , 0 10 20 1 ==== ×××× ++++ ==== ×××× ++++ ==== v i vs A18
1
1
o=
=
=
s sv
v
v
K
v
o(
seharusnya
)
= K
×
36
=
2
V
Metoda Superposisi
30 V +−−−− 20Ω 10Ω + Vo1 −−−− 1,5A 20Ω + Vo2 −−−− 10ΩV
10
10
5
.
1
10
20
20
2 o
×
=
×
+
=
V
V
20
2 o 1 o o=
V
+
V
=
V
V
10
30
20
10
10
1 o×
=
+
=
V
30 V +_ 1,5A 20Ω 10Ω + Vo −−−−= ?
Metoda Rangkaian Ekivalen Thévenin
i1 i3 30 V 20Ω 20Ω 10Ω 10Ω i2 + v0 − + _ A B A′Lepaskan beban di AB, sehingga
AB terbuka,
i
3= 0
V
15
30
20
20
20
'
=
×
+
=
=
=
AB ht AB Tv
v
V
Ω
=
+
×
+
=
20
20
20
20
20
10
TR
V
5
15
20
10
10
o×
=
+
=
v
A B 15 V 20Ω 10Ω + v0 − + _= ?
Aplikasi Metoda Analisis Dasar pada
Rangkaian Dengan Sumber Tak-Bebas Tanpa Umpan Balik
s s
v
R
R
R
v
+
=
1 1 1 s sv
R
R
R
v
v
1 1 1 o+
µ
=
µ
=
Rs + − + − + − µ v1 RL + v1 − vs is R1 vo vo= ?Tujuan
Memahami dasar-dasar
metoda tegangan simpul
dan mampu
melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
tegangan simpul
Memahami dasar-dasar
metoda arus mesh
dan mampu
melakukan analisis rangkaian dengan menggunakan metoda
arus mesh
Metoda Tegangan Simpul
(Node Voltage Method)
Dasar
Arus yang mengalir di cabang rangkaian dari suatu simpul M
ke simpul X adalah
i
MX= G (v
M−
v
X)
Menurut HAK, jika ada k cabang yang terhubung ke simpul M,
maka jumlah arus yang keluar dari simpul M adalah
(
)
∑
∑
∑
∑
= = =−
=
−
=
=
k i i i k i i M k i i M i MG
v
v
v
G
G
v
i
1 1 10
Kasus-Kasus
(
G
1+
G
2+
G
3)
−
v
G
1−
v
G
2−
v
G
3=
0
v
A B C D(
)
persamaan)
ke
dimasukkan
langsung
arus
(nilai
0
2 1 2 1+
G
−
I
−
v
G
−
v
G
=
G
v
A s B C G1 G3 G2 i1 i3 i2 vB A vC B C vA D vD vA G1 G2 vB A vC B C D vD Is vA G1 G2 vB A vC B C D vD Vs +− G3 G4 vE vF E F((((
))))
((((
))))
)
0
dan
AD)
super
simpul
(persamaan
4 3 2 1 4 3 2 1
++++
++++
++++
−−−−
−−−−
−−−−
−−−−
====
====
−−−−
G
v
G
v
G
v
G
v
G
G
v
G
G
v
V
v
v
F E C B D A s D A( )
( )
(
)
( )
( )
(
)
( )
( )
(
)
( )
0 0 0 0 4 . 0 5 6 5 5 3 5 4 3 3 1 3 2 1 1 1 = − + = − − + + = − − + + = − − G v G G v G v G v G G G v G v G v G G G v G v G v C D D B C C A B B A = + − − + + − − + + − − 0 0 0 4 , 0 10 1 10 1 10 1 0 0 10 1 10 1 20 1 10 1 10 1 0 0 10 1 10 1 20 1 20 1 20 1 0 0 20 1 20 1 D C B A v v v v = − − − − − − 0 0 0 8 2 1 0 0 2 5 2 0 0 2 4 1 0 0 1 1 D C B A v v v v = − − − 16 16 8 8 16 0 0 0 6 11 0 0 0 2 3 0 0 0 1 1 D C B A v v v v V 12 8 V 4 3 4 8 3 2 8 V 2 11 6 16 11 6 16 V 1 16 16 = + = → = + = × + = → = + = × + = → = = → C A B B D C D v v v v v v v 10Ω 0,4 A 20Ω 20Ω 10Ω 20Ω 10Ω A B C D E R1 R3 R5 R2 R4 R6Metoda Tegangan Simpul
− = + − − − + + − − + 0 15 0 0 10 1 10 1 10 1 0 0 0 1 1 0 10 1 10 1 20 1 20 1 20 1 20 1 0 0 20 1 20 1 10 1 D C B A v v v v
−
=
−
−
−
75
75
0
0
22
0
0
0
6
14
0
0
6
9
5
0
0
0
1
3
D C B Av
v
v
v
(
)
(
)
(
)
(
)
0 15 0 0 5 6 5 5 1 5 4 2 1 1 1 3 = − + − = − = − − + + + = − + G v G G v v v G v G v G G v G G v G v G G v C D C B D A C B B A Simpul super Simpul super 10 Ω 15 V 20 Ω 20 Ω 10 Ω 20 Ω 10 Ω R1 R2 R4 R5 A B C D E R6 R3 − +
−
=
−
−
−
−
−
0
15
0
0
2
1
0
0
0
1
1
0
1
3
2
1
0
0
1
3
D C B Av
v
v
v
Metoda Tegangan Simpul
Metoda Arus Mesh
Arus mesh bukanlah pengertian yang berbasis pada sifat fisis
rangkaian melainkan suatu peubah yang digunakan dalam analisis
rangkaian.
Metoda ini hanya digunakan untuk rangkaian planar; referensi arus mesh di semua mesh mempunyai arah yang sama (misalnya dipilih searah putaran jarum jam).
IA IB ID IC A B C F E D G H I arus mesh
Dasar
Tegangan di cabang yang berisi resistor R
yyang menjadi
anggota mesh X dan mesh Y adalah
v
xy= R
y( I
x−
I
y)
I
x= arus mesh X; R
x= resistansi cabang mesh X yang tidak
menjadi anggota mesh Y; I
y= arus mesh Y; R
y= resistansi
cabang mesh Y.
(
)
∑
∑
∑
∑
∑
= − = = − = =−
+
=
−
+
=
n y y y n m x n y y x X n m x n y y X y x XR
R
I
I
I
R
R
I
R
I
1 1 1 1 10
Sesuai dengan HTK, suatu mesh X yang terbentuk dari m
cabang yang masing-masing berisi resistor, sedang sejumlah
n dari m cabang ini menjadi anggota dari mesh lain, berlaku
Kasus-Kasus
(
)
(
)
0 : CDEC Mesh 0 : BCEFB Mesh 4 7 6 4 4 2 5 4 3 2 = − + + = − − + + + R I R R R I R I R I R R R R I X Z Z Y X(
)
(
)
0 : BCEFB Mesh 0 : ABFA Mesh 2 4 2 5 4 2 1 2 2 1 = + − − + + = − − + v R I R I R R R I v R I R R I Z Y X X Y(
)
1 4 1 5 4 3 1:
BF
cabang
0
:
ABCEFA
super
mesh
i
I
I
R
I
v
R
R
R
I
R
I
Y X Z X Y=
−
=
−
−
+
+
+
R2 IZ R3 R5 R4 R1 R6 R7 B C E F A D IX IY R2 + −−−− R5 R4 R1 R6 v1 B C E F A + −−−− v2 D IY IX IZ mesh super R3 + − R5 R4 R1 R6 v1 B C E F A D i1 IY IX IZ10Ω 30 V 20Ω 20Ω 10Ω 20Ω 10Ω A B C D E + − IA IB IC
(
)
(
)
(
20 10 10)
20 0 : CDEC Mesh 0 20 20 20 10 20 : BCEB Mesh 0 30 20 20 20 : ABEA Mesh = − + + = − − + + = − − + B C C A B B A I I I I I I I 0 0 30 40 20 0 20 50 20 0 20 40 = − − − − C B A I I I = − − 3 3 3 12 0 0 4 8 0 0 2 4 C B A I I II
C= 0,25 A I
B= 0,5 A I
A= 1 A
Metoda Arus Mesh
10Ω 1 A 20Ω 20Ω 10Ω 20Ω 10Ω A B C D E IA IB IC
(
)
( )
( )
(
20
10
10
)
( )
20
0
:
CDEC
Mesh
0
20
20
20
10
20
:
BCEB
Mesh
1
:
ABEA
Mesh
=
−
+
+
=
−
−
+
+
=
B C C A B AI
I
I
I
I
I
=
−
−
−
0
0
1
40
20
0
20
50
20
0
0
1
C B AI
I
I
I
C= 0,25 A
I
B= 0,5 A
I
A= 1 A
=
−
2
2
1
8
0
0
2
5
0
0
0
1
C B AI
I
I
Metoda Arus Mesh
mesh super 10Ω 1 A 20Ω 20Ω 10Ω 20Ω 10Ω A B C D E IA IB IC
0
1
0
40
20
0
0
1
1
20
30
40
−
=
−
−
−
C B AI
I
I
−
=
−
−
4
4
0
12
0
0
2
7
0
2
3
4
C B AI
I
I
(
)
(
)
( )
(
20
10
10
)
( )
20
0
1
0
20
20
10
20
20
=
−
+
+
−
=
−
=
−
+
+
+
B C B A C B AI
I
I
I
I
I
I
mesh superI
C= 1/3 A
I
B= 2/3 A
I
A= −1/3 A
Metoda Arus Mesh
Aplikasi Metoda Analisis Umum pada
Rangkaian Sumber Tak-Bebas Dengan Umpan Balik
Tidak seperti rangkaian tanpa umpan balik yang dapat dianalisis menggunakan metoda dasar, rangkaian jenis ini dianalisis dengan menggunakan metoda
tegangan simpul atau arus mesh
0 1 5 : D 100 : C 0 10 : B V 1 : A 1 = + − − = = − + − = D C D C F C B A B A v v v v v R v v v v v D C
v
v
v
0
,
06
100
1=
−
=
−
0
6
,
0
100
6
,
0
10
1
6
,
0
=
×
+
+
−
FR
Agar v
D= −10 V, maka
D Cv
v
=
6
V
6
,
0
1=
v
Ω
≈
Ω
=
1515
k
1
,
5
M
F
R
1 kΩ 100v1 + − −+ 10kΩ + v1 − 1 V 5kΩ RF= ? A B C D vD= −10V + −Memahami rangkaian alat ukur arus searah dan
pengukuran arus searah.
Memahami dan mampu menghitung parameter
penyalur daya arus searah.
Memahami dan mampu melakukan perhitungan
penyaluran daya arus searah.
Memahami diagram satu garis dan mampu
melakukan analisis rangkaian arus searah yang
diberikan dalam bentuk diagram satu garis.
Pengukur Tegangan Searah
Pengukur Arus Searah
Ω = − × = ⇒ × = + → − − 14990 10 10 50 750 10 50 10 750 3 3 s s R R 50 mA Rsh 10 Ω 100 A Ish = Ω × − × × = ⇒ × × = → = × + → − − − − 005 , 0 10 50 100 10 50 10 10 50 10 100 10 50 3 3 3 3 sh sh sh sh R R I I
Rangkaian Pemroses Energi
(Arus Searah)50 mA
I5
10 Ω