DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab : Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout : Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara : Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom. Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.comDAFTAR ISI
103-107 109-116 117-129 131-142 143-156 157-167 169-181 183-189 191-208 209-216 1. Penyedap Rasa sebagai Salah Satu Faktor yang Diduga Berkontribusidengan Kejadian Kanker Payudara
Elmi Nuryati, Rita Sari ... 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Perawat
Melakukan Evidence Based Practice
Dame Elysabeth, Gita Libranty, Siska Natalia ... 3. Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah
'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
Hendra Gunawan ... 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier
Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014
Janu Purwono ... 5. Korelasi Perilaku Hand Hygiene dengan Kejadian Diare pada Anak Usia
Sekolah di SDIT Salsabila Bekasi Timur Tahun 2012
Lisna Nuryanti ... 6. Analisis Implementasi Manajemen Strategik Uji Kompetensi Metode OSCE
pada Program Studi Keperawatan
Fr. Maria Susila Sumartiningsih, Yakobus Siswadi, Sedia Simbolon ... 7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kejadian BBLR di
Kabupaten Indramayu
The In luence of Antenatal Service Quality on Low Birth Weight Phenomena in Indramayu
Minarni, Alm. Avip Saefullah, Hadi Susiarno, Insi Farisa Desy Arya ... 8. Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum Karena Atonia
Uteri dengan KBI dan KBE
Pratiwi Puji Lestari ... 9. Hubungan Karakteristik Lansia dengan Kemandirian Akti itas Sehari-hari
di Banjar Den-Yeh Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara
Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.M.Kep, Yopi Ariesta, Taruma Wijaya, SKM. 10. Terapi Aktivitas Olahraga untuk Mengatasi Fatigue selama Menjalani
Kemoterapi
ARTIKEL PENELITIAN
JKA. 2014;1(2): 183-189 183KEBERHASILAN PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POSTPARTUM
KARENA ATONIA UTERI DENGAN KBI DAN KBE
Pratiwi Puji Lestari* ABSTRAKPerdarahan yang terjadi segera setelah melahirkan dapat disebabkan oleh banyak penyebab. Sekitar separuh dari kematian ibu akibat perdarahan yang disebabkan oleh perdarahah pascapartum dini. 2/3 dari semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan postpartum karena atonia uteri Dengan KBI dan KBE Di Puskesmas Poned Tarogong Garut Periode Januari – Desember Tahun 2012. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu mendeskripsikan, menguraikan suatu keadaan subjek penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku register, rekam medik dan status pasien di Puskesmas Poned Tarogong Garut. Hasil penelitian ini adalah ibu postpartum yang mengalami perdarahan postpartum karena atonia uteri adalah sebesar 4,7 % dari total seluruh persalinan, dan sebesar 48,3 % dari total seluruh kasus perdarahan. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kasus atonia uteri adalah KBI atau KBI yang diikuti KBE. Keberhasilan penatalaksanaan dengan KBI yang diikuti KBE mencapai 100%. Simpulan dari penelitian ini adalah asuhan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan atonia uteri yang paling banyak dilakukan adalah penatalaksanaan dengan KBI Penatalaksanaan yang dilakukan dengan KBI dan KBI yang diikuti dengan KBE keberhasilannya mencapai 100% adapun yang tidak berhasil adalah kasus atonia uteri yang ditangani dengan KBE yang selanjutnya dilakukan rujukan.
Kata Kunci: Perdarahan postpartum, atonia uteri, KBI, KBE
ABSTRACT
Bleeding that occurs soon after birth can be caused by many causes. Approximately half of maternal death due to hemorrhage caused by bleeding early postpartum. 75% of all cases of postpartum hemorrhage occur in women with no known risk factors previously. This study aims to determine the success of the management of postpartum haemorrhage due to uterine atony With KBI and KBE In Garut of Tarogong Poned Public Health Care period from January to December in 2012. The research method used is descriptive which describe, to explored a state of research subjects. Data used in this research is secondary data taken from the book registers, medical records and patient status at the health center Tarogong Poned Garut. The result of this study is that postpartum mothers experience postpartum hemorrhage due to uterine atony is equal to 4.7% of the total labor, and for 48.3% of the total cases of bleeding. Management is done for the case of uterine atony is followed KBI or KBE. Successful management with KBI followed KBE reaches 100%. The conclusions of this study is the care and management are performed in women with uterine atony is the most widely performed with KBI management Management conducted by KBI followed by KBE reaching 100% while that does not work is a case that dealt with atonic uterus KBE which in turn made the referral.
Keywords: postpartum haemorrhage, uterine atony, KBI, KBE
184 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Dari pro il kesehatan Indonesia tahun 2009, Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan
2
masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah
3
trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 %. Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian
4
maternal terbanyak dimana-mana.
Pada tahun 2011, Sebanyak 62 % dari total kematian ibu di Kabupaten garut adalah
disebabkan oleh perdarahan. Tahun 2012 kejadian kematian ibu akibat perdarahan
5
mampu ditekan menjadi sebanyak 36 % namun tetap saja perdarahan menjadi kasus tertinggi sebagai penyebab kematian ibu di
5
Kabupaten Garut.
Banyak faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum antara lain partus lama, partus precipitates, uterus terlalu tegang, solusio plasenta, plasenta previa dan riwayat perdarahan postpartum
6
sebelumnya. Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri dan kelainan pembekuan darah.
Salah satu penyulit saat persalinan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius adalah Atonia Uteri, karena bila penanganannya lambat maka akan memperburuk keadaan dan dapat mengancam jiwa ibu. Dua pertiga dari semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui sebelumnya, dua pertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari jenis retensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri
8
maupun perdarahan.
Atonia uteri memang merupakan kasus yang jarang terjadi. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan kejadian atonia uteri di Puskesmas Poned Tarogong Garut tahun 2012 dari total 300 persalinan, sebesar 9,6% mengalami perdarahan pascapartum dan 48,3% dari total perdarahan disebabkan oleh atonia uteri. Namun meskipun kasusnya
185
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 jarang terjadi, Atonia uteri akan
menyebabkan perdarahan yang terus - menerus. Jika tidak mendapat penanganan cepat akan menyebabkan syok dan kematian. Oleh karena itu sangatlah penting bagi penolong persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk meneliti Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan postpartum karena atonia uteri Dengan KBI dan KBE Di Puskesmas Poned Tarogong Garut Periode Januari – Desember Tahun 2012.
METODE
Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa perdarahan postpartum karena atonia uteri di Poned Puskesmas Tarogong Garut dan sampel yang diambil adalah yang tercatat pada register, rekam medik dan status pasien.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku register, rekam medik dan status pasien. Variabel penelitian ini adalah Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum Karena Atonia Uteri Dengan KBI dan KBE yang meliputi kejadian, penyebab atau faktor predisposisi, karakteristik ibu yang mengalami atonia uteri, asuhan dan penatalaksanaan serta presentase keberhasilan penatalaksanaan dengan atonia uteri.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku register, rekam medik dan status pasien. HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian
Perdarahan Postpartum dan
Atonia Uteri
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian
Atonia
Uteri
Berdasarkan
Kelompok Umur
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian
Atonia
Uteri
Berdasarkan
Paritas
Diagnosis Frekuensi Persentase Postpartum tidak mengalami perdarahan 271 90,3% Postpartum dengan perdarahan atonia uteri 14 4,7% Postpartum dengan perdarahan Bukan atonia uteri 15 5% Jumlah 300 100% Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri dengan KBI Dan KBE
Umur (th) Frekuensi Persentase
< 20 1 7,15%
20-35 9 64,29%
>35 4 28,56%
Jumlah 14 100%
Paritas Frekuensi Persentase
1-3 9 64,3%
>4 5 35,7%
186 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian
Atonia
Uteri
Berdasarkan
Berat Bayi Lahir
Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Penata-laksanaan Atonia Uteri
Berat bayi lahir Frekuensi Persentase
< 2500 0 0%
2500 – 3999 gram 12 85,71% > 4000 gram 2 14,29%
Jumlah 14 100%
Penatalaksanaan Frekuensi Presentase
KBI 7 50%
KBE 1 7,14%
KBI + KBE 6 42,86%
Jumlah 14 100%
Kategori Penyebab Dengan Penyebab Tanpa Penyebab Jumlah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Riwayat bayi besar 6 42,86% 8 57, 14% 14 100% Riwayat gemeli 0 0% 14 100 % 14 100% Partus lama 1 7,14% 13 92,86% 14 100% Partus cepat 0 0% 14 100% 14 100% Induksi persalinan 0 0% 14 100% 14 100% Infeksi 0 0% 14 100% 14 100% Penyulit lain 5 35,71% 14 100%
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kejadian Atonia Uteri Berdasarkan Kategori Penyebab atau Faktor Predisposisi
Tabel 7. Distribusi Keberhasilan Penata-laksanaan Atonia Uteri Dengan KBI dan KBE
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tarogong Kab. Garut, dari data yang telah diperoleh dari rekam
medik tahun 2012 periode januari – desember pada tabel 1 didapatkan pasien dengan diagnosa atonia uteri sebanyak 14 pasien dari total 300 persalinan atau sekitar 4,7%. Lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Bekasi tahun 2010 yaitu sebanyak 1,27% dari seluruh
22
jumlah persalinan . Sedangkan jika dibandingkan dengan total kasus perdarahan, kejadian atonia adalah sebesar 48,3 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hampir setengah dari semua kasus perdarahan disebabkan oleh atonia uteri. Penatalak-sanaan Berhasil Tidak berhasil Fre-kuensi Persen-tase Fre-kuensi Persen-tase KBI 7 100% 0 0% KBE 0 0% 1 100% KBI + KBE 6 100 % 0 0%
187
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri dengan KBI Dan KBE
Atonia uteri dapat terjadi segera setelah plasenta lahir dan tanpa terprediksi sebelumnya. Dari hasil penelitian yang didapat bahwa ibu hamil dengan faktor predisposisi lebih banyak mengalami kejadian atonia uteri yaitu ibu dengan riwayat bayi besar pada persalinan sebelumnya sebesar 42,86%. Dari data diperoleh pula ibu dengan kasus perdarahan karena atonia yang bahkan tanpa faktor resiko sama sekali. Dari hasil penelitian data yang didapat adalah sebesar 8 orang atau sebesar 57,14% ibu dengan perdarahan karena atonia disertai dengan penyebab atau faktor predisposisi dan 6 atau sebesar 42,86 %orang dari ibu dengan perdarahan karena atonia tanpa disertai penyebab.
Kejadian atonia uteri yang terjadi pada ibu tanpa faktor resiko pada hasil penelitian ini ternyata lebih banyak daripada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan 20% atonia uteri postpartum dapat terjadi pada ibu tanpa faktor – faktor
13
resiko sehingga penting bagi semua penolong persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi
21
selama proses persalinan.
Karakteristik ibu postpartum yang mengalami atonia uteri berdasarkan kelompok usia tertinggi adalah pada kelompok umur 20-35 tahun adalah sebesar 64,29% , didapat bahwa ternyata kejadian atonia uteri banyak juga terjadi pada ibu dalam usia reproduksi.
Meskipun hasil yang diperoleh ternyata kejadian atonia uteri tertinggi terjadi pada
kelompok paritas 1-3, tidak dapat disangkal bahwa kelompok paritas lebih dari 4 juga mempunyai persentase yang cukup tinggi. Dalam teori dijelaskan kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan menimbulkan kemampuan berkontraksi dari
13
uterus segera setelah plasenta lahir. sehingga faktor resiko dari paritas juga tidak dapat dihilangkan sebagai skrining kemungkinan terjadinya atonia uteri.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus atonia uteri adalah KBI dan KBE. Pada hasil penelitian penatalaksanaan dengan KBI untuk atonia uteri merupakan penatalaksanaan yang paling banyak dilakukan dan persentase keberhasilannya tinggi karena penanganan awal ketika didapat kontraksi uterus yang lembek setelah dilakukan masase dan pengosongan kandung kemih adalah dengan melakukan KBI selama 5 menit dan pada kasus yang didapat di tempat penelitian tingkat keberhasilan penatalaksanaan dengan KBI mencapai 100%. Adapun jika KBI tidak berhasil maka dilakukan penggantian dengan infus atau pemberian obat sambil juga dilakukan KBE. Jadi dalam hal ini KBI diikuti dengan KBE, tingkat keberhasilanya tinggi dibanding dengan penatalaksanaan atonia uteri dengan KBE saja.
Terdapat satu kasus yang pada penatalaksanaan atonia uteri ini hanya dilakukan KBE dan hasilnya adalah tidak berhasil kemudian dilakukan rujukan. Hal tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor
188 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
seperti tidak dilakukannya penangan awal seperti prosedur penatalaksanaan atonia uteri, karena KBE merupakan langkah lanjutan setelah dilakukannya KBI dan pemberian uterotonika.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa asuhan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan atonia uteri penatalaksanaan yang paling banyak dilakukan untuk atonia uteri adalah KBI sebesar 50%.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah KBI atau KBI yang diikuti dengan KBE yang keberhasilannya sebesar 100 %. Yang tidak dapat ditangani adalah sebanyak 1 pasien yang di rujuk yang sebelumnya dilakukan penatalaksanaan dengan KBE.
Agar penatalaksanaan dapat berhasil maka asuhan atau penatalaksanaan yang diberikan untuk kasus atonia uteri sebaiknya dilakukan sesuai prosedur penatalaksanaan kegawatdaruratan yang berlaku di Poned, sehingga kasus atonia uteri dapat seluruhnya ditangani di Poned.
Melakukaan skrining pada ibu hamil. Karna kegawatdaruratan dapat terjadi pada ibu dengan atau tanpa faktor resiko.
Referensi
Cunningham FG. Williams obstetrics
th
international 21 ed: 437.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pro il Kesehatan Indonesia. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI, 2010.
Data SDKI Tahun 2007. www.bkkbn.go.id/ litbang diakses pada tanggal 15 Maret 2013.
Chrisdiono M. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 2004: 2
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Buku Pro il Kesehatan Kabupaten Garut. Dinas Keseharan Kabupaten Garut Tahun, 2011-2012.
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:Penerbit Reka Cipta, 2010.
Sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi:
nd
Obstetri Patologi. 2 ed. Jakarta: EGC, 2005. WHO. World Health Statistics 2008.
www.who.int. diakses pada tanggal 10 April 2013.
JNPKR. Buku pelatihan pedoman pelayanan obstetri dan neonatal dasar. Depkes Jakarta, 2008.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pro il Kesehatan Provinsi Tahun 2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2006.
Oxorn H. Ilmu kebidanan Patologi dan isiologi persalinan. Jakarta: Yayasan Esentika Medika, 2010: 127
Manuaba I. Penuntun kepaniteraan klinik
nd
obstetri dan ginekologi. 2 ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Manuaba I. Ilmu kebidanan penyakit
kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998. Hal: 299
189
Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri dengan KBI Dan KBE
Supriyadi T. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994.
JNPKR . Asuhan persalinan normal. Depkes Jakarta, 2008.
Prevention of PPH. www.sogc.com diakses pada tanggal 16 April 2013.
British Journal of Obstetrics and Gynaecology April 2001 halaman 420 s/d 422, dengan judul: Management of massive postpartum haemorrhage: use of a hydrostatic balloon catheter to avoid laparotomy diakses dari onlinelibrary.wiley.com pada tanggal 21 Mei 2013.
th
Varney H. Buku ajar asuhan 4 ed Vol 2.
Jakarta: EGC, 2010.
Departemen Kesehatan RI.Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Jakarta, 2005. Penatalaksanaan Atonia Uteri diakses dari
pogi.or.id pada tanggal 21 Mei 2013 pukul 16.29 WIB.
Library upnvj Journal Mei 2012 dengan judul Hubungan antara Karakteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Karena Atonia Uteri. Diakses dari www.library.upnvj.ac.id tanggal 16 April 2013.
_________. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.