• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 02, 2013

--- Hlm. 152 – 162

BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS

THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI

Elis Muawanah & Yusria Ningsih

Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak: Penelitian ini mengangkat problem yang terjadi pada pasangan

suami-istri yang menikah pada usia dini. Pasangan ini seringkali terlibat pertengkaran karena belum mampu mengelola emosi masing-masing pihak. Melalui Loving Kindness Therapy, peneliti berusaha melakukan bimbingan dan konseling dengan pemberian nasehat serta motivasi. Dalam penelitian lapangan ini, peneliti mengunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus dan analisa diskriptif komparatif. Sedangkan pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisa. Analisa yang dilakukan yakni untuk mengetahui proses pelaksanaan konseling dan tingkat keberhasilan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah proses konseling. Keberhasilan bimbingan konseling dalam meningkatkan regulasi emosi dapat dikatakan cukup berhasil yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada pangan ini baik perubahan fisik maupun psikis yang jauh lebih baik lagi.

Kata kunci: Bimbingan dan Konseling Keluarga, Loving Kindness Therapy,

Regulasi Emosi

(2)

PENDAHULUAN

Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan. Kebahagiaan ini berawal dari suatu jalinan keluarga yang harmonis dan terencana. Islam mengatur dalam masalah keluarga dan pernikahan pada porsinya. Faktor usia cukup menentukan, baik dari pihak laki-laki dan perempuan, karena pada saat ini banyak muda-mudi yang tidak memperhatikan usianya, keinginan menikah muda belum sepenuhnya membuat pasangan ini siap menghadapi tantangan yang datang. Dengan emosi yang masih labil, permasalahan kecil menjadi besar dan potensi konflik akan lebih sering terjadi sehingga timbul pertengkaran, dan konflik yang berkepanjangan.

Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasikan adalah perkembangan emosional. Orang dewasa pun mendapat kesukaran dalam menyatakan perasaannya. Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan sebagainya.

Emosi adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan kecenderungan terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu dan disertai adanya ekspresi kejasmanian.

Hal itu tidak lepas dari bagaimana keterampilan individu untuk menjalani, mengolah, mengkondisikan, mengendalikan dan mengapresiasi regulasi emosi. Agar emosi tersebut tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya emosi marah, emosi sedih, dan emosi yang lain, karena itu akan memberi imbas bagi orang disekitarnya.

Pendapat Wedge barang kali ada benarnya bahwa “kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus menjadi tuan dari emosi kita. Kalau kita benar-benar berusaha untuk tidak membiarkan emosi yang tidak menyenangkan dalam diri kita dan menggantinya dengan emosi yang menyenangkan. Dengan demikian, emosi menjadi modal yang besar bagi hidup kita, bukan menjadi kecendrungan yang membuat kita frustasi”.

Karena keluarga yang dibina oleh pasangan yang belum matang usianya, maka keadaan keluarga tersebut juga akan berubah-ubah. Terkadang harmonis, dan terkadang tidak, permasalahan ini akan mengganggu psikis masing-masing pasangan, gejala-gejala psikis tersebut akan diluapkan oleh emosi, yang kemudian ditunjukkan pada tingkah laku untuk menggambarkan emosi yang dirasakan. Karena perempuan mempunyai karakter yang feminim, maka seorang ibu rumah tangga akan lebih sering berubah-ubah emosinya.

Pembahasan pada penelitian ini, terkait pada remaja yang menikah secara terpaksa karena keadaan (mengalami kehamilan diluar nikah pada usia yang relatif muda) sehingga pada usia 16 tahun sudah menikah, dan saat ini sudah mempunyai anak laki-laki, karena pasangannya juga berusia muda, sosok suaminya masih seperti halnya anak remaja yang belum siap untuk menikah, jadi suka bermain dan melakukan aktivitas yang tidak berguna, seperti halnya: main game, main bola, nongkrong di warung semalaman, dan lain sebagainya.Tentu saja aktivitas yang tidak

(3)

berguna untuk dilakukan oleh seseorang yang sudah berkeluarga tersebut, menimbulkan suatu permasalahan-permasalahan yang seringkali memicu tekanan emosi bagi kedua pasangan tersebut, untuk itu pasangan ini sering mengalami regulasi tekanan emosi, karena pasangan suami istri tersebut juga masih dalam usia muda, tidak bisa mengondisikan emosinya, terkadang marah, khawatir, takut dan capek menghadapi keadaan keluarganya.

Di dalam keluarga manapun, perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pastilah dirasakan oleh seluruh anggota keluarga dan mungkin bisa berkembang menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk terutama pada interaksi suami istri. Karena suami istri merupakan pondasi dasar dalam suatu keluarga dan anak-anak sebagai pelengkap dalam keluarga. Hubungan suami istri menyediakan kesempatan kepada masing-masing dari mereka untuk belajar memahami dan mengenal karakter pasangannya.

Kreatifitas untuk meningkatkan suatu perubahan emosinya belum bisa dilakukan secara mandiri, dan membutuhkan seseorang untuk menuntut, membimbing dan mengarahkan keluarga tersebut supaya lebih kreatif dalam meningkatkan suatu regulasi emosi dimasing-masing individu. Untuk itulah proses bimbingan dan konseling keluarga dirasa lebih relevan dan sistimatis jika pengembangan yang dimaksudkan untuk menstabilkan regulasi pasangan suami-istri. Dengan harapan kondisi keluarga yang sama-sama masih diusia muda, tetap bisa harmonis dan selaras dengan kehidupannya, baik secara pribadi maupun di lingkungannya.

Bimbingan dan Konseling Keluarga

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.1 Menurut Winkel istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“guidance” yang kata dasarnya “guide” yang memiliki arti menunjukkan jalan showing

the way, mengarahkan governing dan memberi nasehat giving advice. Sedangkan

istilah yang diadopsi dari bahasa inggris “counseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” yang berarti anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Tujuan umum konseling keluarga: (a) Membantu, anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara anggota keluarga. (b) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota lain. (c) Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota. (d) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.

1Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta:

(4)

Tujuan khusus konseling keluarga: (a) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa (idiocyncratic

ways) atau keunggulan-keunggulan anggota lain. (b) Mengembangkan toleransi

terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau di luar sistem keluarga. (c) Mengembangkan motif dan potensi-potensi, seperti anggota keluarga dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut. (d) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota-anggota lain.

Asas Bimbingan dan Konseling Keluarga2: 1) Asas kebahagiaan dunia dan

akhirat. 2) Asas sakinah, mawaddah dan rahmah. 3) Asas komunikasi dan musyawarah. 4) Asas sabar dan tawakkal. 5) Asas manfaat (maslahat)3

Teknik-Teknik Konseling Keluarga. Menurut Perez ada beberapa teknik dalam konseling keluarga, yaitu: 1) Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota keluarga. 2) Role Playing (bermain peran) yaitu suatu teknik dengan memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. 3) Silence (diam) apabila anggota keluarga berada dalam konflik dan frustasi karena ada salah satu anggota keluarga lain yang suka bertindak kejam, maka biasanya mereka datang ke hadapan konselor dengan tutup mulut. 4) Confrontation (konfrontasi) ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling keluarga. 5) Teaching Via Questioning ialah suatu teknik mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya, seperti “Bagaimana kalau

sekolahmu gagal?” Atau “Apakah kamu senang kalau ibumu menderita?”. 6) Listening

(mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan seorang anggota keluarga

didenggarkan dengan sabar oleh yang lain. 7) Recapitulating (mengikhitisarkan) teknik ini dipakai untuk konselor untuk mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota keluarga, sehingga dengan cara itu kemungkinan pembicaraan akan lebih terarah dan terfokus. Misalnya konselor mengatakan “Rupanya ibu merasa

rendah diri dan tak mampu menjawab jika suami anda berkata kasar”. 8) Summary

(menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan

menyimpulkan sementara hasil pembicaraan dengan keluarga itu. 9) Clarification

(menjernikan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan suatu

pernyataan anggota keluarga karena terkesan samar-samar. 10) Reflection (refleksi) yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan klien, baik yang bentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya.

Proses dan Tahapan Konseling Keluarga, Secara umum proses konseling keluarga berjalan menurut tahapan berikut: 1) Pengembangan Rapport Hubungan

2 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Bandung: Alfabeta, 2001), hal. 88-89.

3 Aunur Rahim Faqih, bimbingan dan konseling dalam islam (Jogjakarta: UII Press, 2001),

(5)

konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya pengembangan rapport seyogiyanya telah dimulai begitu klien memasuki ruang konseling. Tujuan menciptakan suasana

rapport dalam hubungan konseling adalah agar suasana konseling itu merupakan

suasana yang memberikan keberanian dan kepercayaan diri k lien untuk menyampaikan isi hati, perasaan, kesulitan dan bahkan rahasia batinnya kepada konselor. 2) Pengembangan Apresiasi Emosional Anggota keluarga yang sedang mengikuti konseling keluarga, jika semua terlibat, akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta keinginan untuk memecahkan masalah mereka. Pada saat ini masing-masing anggota keluarga yang tadinya dalam keadaan terganggu komunikasi atau bahkan dalam keadaan “sakit” mulai berinteraksi diantara mereka dan dengan konselor. Mereka mulai mampu menghargai perasaan masing-masing, dan dengan keinginan agar masalah yang mereka hadapi dapat mereka selesaikan. Dengan demikian, segala kecemasan dan ketegangan psikis dapat mereda, sehingga memudahkan untuk treatment konselor dan rencana anggota keluarga. 3)

Pengembangan Alternatif Modus Perilaku Aplikasi perilaku dilakukan melalui

praktik di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling berikutnya tugas tersebut disebut juga home assignment (pekerjaan rumah). Mislanya, seorang ayah mempunyai alternatif perilaku baru yang ia temukan dalam konseling, seperti akan berusaha selalu makan bersama pada waktu makan siang. Dan alternatif baru pada anak seperti tidak akan menginap di rumah teman, atau tidak pulang malam-malam. 4) Fase Membina Hubungan Konseling Fase ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling itu. Fase ini harus terjadi ditahap awal dan tahap berikutnya dari konseling yang ditandai dengan adanya rapport sebagai kunci lancarnya hubungan konseling. Di samping itu, sikap konselor amat penting selain teknik konseling. Sikap-sikap yang penting dari konselor adalah: (a) Acceptance, yaitu menerima klien secara ikhlas tanpa mempertimbangkan jenis kelamin, derajat, kekayaan, dan perbedaan agama. Di samping itu klien diterima dengan segalah masalahnya, kesulitan, dan keluhan serta sikap-sikapnya baik yang positif maupun negatif. (b) Unconditional positive regard, artinya menghargai klien tanpa syarat; menerima klien apa adanya, tanpa dicampuri sikap menilai, mengejek, atau mengeritik. (c) Understanding, yaitu konselor dapat memahami keadaan klien sebagaimana adanya. (d) Genuine, yaitu bahwa konselor itu asli dan jujur dengan dirinya sendiri, wajar dalam perbuatan dan ucapan. (e) Empati, artinya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (klien). 5)

Memperlancar Tindakan Positif Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

(a) Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan rencana strategis, mengumpulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif-alternatif, mengungkapkan perasaan-perasaan, dan melatih skill yang baru. (b) Perencanaan, mengembangkan perencanaan bagi klien

(6)

sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan yang menyedihkan atau menyakitkan, terus mengkonsolidasi skill baru atau perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien. (c) Penutup, mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling.

Adapun langkah-langkah dalam Bimbingan dan Konseling, diantaranya adalah: 1) Identifikasi kasus: Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu. 2) Diagnosa: Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya. 3) Prognosa: Langkah prognosa ini untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa. 4) Terapi: Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam prognosa. 5) Langkah Evaluasi dan Follow Up: Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.4

Loving Kindness Meditation And Couples Therapy

Loving Kindness Meditation (LKM) adalah praktek meditasi yang digunakan

untuk menumbuhkan perasaan kasih sayang dan cinta kasih. LKM mulai dikenal dan digunakan banyak orang sejak tahun 2000 sebagai terapi untuk depresi, meningkatkan empati, dan meningkatkan hubungan. Meditasi secara umum telah terbukti efektif dalam membantu orang dari stre, kecemasan dan berbagai penyakit, tetapi LKM adalah khusus untuk mengarahkan perasaan kasih sayang terhadap diri mereka sendiri dan terhadap orang lain, serta secara hati terbuka dan terfokus.

Regulasi Emosi

Pengertian Emosi

Dari segi etomologi emosi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti mengerakkan, bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkai kecendrungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik dan rasa sedih.

Watson menyatakan bahkan manusia pada dasarnya mempunyai tiga emosi dasar, yakni:

1) Fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety (cemas).

4 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,

(7)

2) Rage, yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah). 3) Love, yang akan berkembang menjadi simpati.5

Selain dibedakan dalam kategori emosi primer dan sekunder, dapat disimpulkan pula bahwa emosi terdiri dari emosi positif dan negatif. Secara ringkas kategori emosi ini dapat diamati dari table emosi di bawah ini.

Table 2.1

Emosi Positif Emosi Negatif

• Eagerness (rela) • Humor (lucu)

• Joy (kegembiraan atau keceriaan) • Pleasure (senang atau kenyamanan) • Curiosity (rasa ingin tahu)

• Happiness (kebahagiaan) • Delight (kesukaan) • Love (cinta)

• Excitement (ketertarikan)

• Impatience (tidak sabaran) • Uncertainty (kebimbangan) • Anger (rasa marah)

• Suspicion (kecurigaan) • Anxiety (rasa cemas) • Guilt (rasa bersalah) • Jealous (cemburu) • Annoyance (jengkel) • Fear (takut)

• Depression (depresi) • Sadness (kesedihan) • Hate (rasa benci)

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan pendekatan yang penelaahnya pada studi kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.

Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus dimana penelitian tersebut mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pasangan suami istri usia dini.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dalam kurun waktu tertentu untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Serta tujuan dari penelitian ini adalah memahami fenomena yang diteliti secara terinci, mendalam dan menyeluruh dari hasil lapangan. 2. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan dalam penelitian yaitu: a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, untuk itu diperlukan persiapan sebagai berikut:

(8)

1) Menyusun rancangan penelitian 2) Memilih lapangan penelitian 3) Mengurus perizinan

4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan 5) Memilih dan memanfaatkan informan 6) Menyiapkan perlengkapan penelitian 7) Persoalan etika penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti berfokus pada data dilapangan, adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2) Memasuki lapangan

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.14 Metode observasi merupakan metode yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.

Dokumentasi adalah teknik mencari mengenai hal-hal yang berupa fakta-faktar riwayat hidup seseorang, catatan, traskip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda gambaran (hasil karya), dan lain sebagainya.17 Diharapkan dengan metode dokumentasi dapat menambah dan memperbanyak data yang diambil dari objek penelitian kali ini, selain itu dengan metode ini peneliti dapat memberikan data yang riel dan relevan. Sehingga datanya tidak diragukan lagi validitasnya.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam table berikut:

Teknik analisis data yang digunakan adalah constant comparative anlissis (teknik analisis deskriptif komparatif), yaitu teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti menganalisis kejadian tersebut dan dilakukan secara terus menerus.Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pasangan suami istri, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah pelaksanaan proses konseling.

(9)

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi dengan menggunakan perbandingan teori. Berarti peneliti membandingkan dan mengecek balik kepercayaan suatu informasi, disamping juga membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

ANALISIS DATA

Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis data, analisis data ini dilakukan peneliti untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Adapun analisis data yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Loving

Kindness Therapy Dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Pasangan Suami

Istri Usia Dini di Sidoarjo

Adapun proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo, peneliti mengunakan langkah-langkah seperti konseling pada umumnya. yakni dengan langkah-langkah konseling sebagai berikut:

1. Identifikasi Kasus

Identifikasi kasus ini merupakan langkah pertama peneliti untuk mengumpulkan data, melalui observasi dan wawancara dengan klien dan beberapa informan (ibu klien, kakak klien dan tetangga klien) untuk mendapatkan informasi yang melatar belakangi permasalah yang dihadapi klien.

2. Diagnosis

Langkah ini yakni peneliti menyimpulkan data dari observasi dan wawancara bahwa klien kurang mampu dalam mengendalikan emosi negatif salah satunya adalah marah karena kurangnya pemahaman pada klien atas pasangannya, egois, takut kehilangan kasih sayang dari pasangannya, serta sedih dan menyesal dengan keadaan yang dialaminya sekarang.

3. Prognosis

langkah selanjutnya konselor menentukan jenis bantuan yang akan diberikan kepada klien yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien. Dalam kasus ini peneliti memberikan bimbingan dan konseling keluarga pada klien dengan mengarahkan dan memberikan solusi berupa pengertian, nasehat dan inspirasi agar klien dapat meregulasi diri serta dapat mengendalikan emosi negatif untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

4. Terapi atau Treatment

Dalam langkah ini konselor mengadakan tiga sesi pertemuan dangan klien, diantaranya sebagai berikut:

a) Pada sesi pertama, konselor menemui klien (istri). Dalam pertemuan ini konselor ingin lebih mengetahui apa yang di inginkan oleh istri. Selain itu konselor juga memberikan saran agar klien tidak gampang marah dan lebih bisa mengendalikan emosi negatif yang dirasakan.

(10)

b) Pada sesi kedua, konselor menemui klien (suami). Dalam pertemuan ini konselor ingin mengetahui apa yang menyebabkan suami jarang di rumah selain itu konselor juga memberi saran agar klien lebih meluangkan waktunya untuk keluarga.

c) Pada sesi ketiga, konselor menemui klien (suami-istri). Dalam sesi ini klien di bimbing untuk meningkatkan regulasi diri sesuai dengan harapan yang ingin dicapai klien

5. Follow Up

Langkah terakhir ini adalah untuk menindak lanjuti hasil dari proses konseling dengan melihat perubahan yang ada pada diri klien setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor tidak bisa memantau setiap hari secara langsung tapi konselor akan berusaha untuk mencari informasi dari ibu dan saudara klien.

Analisis Keberhasilan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan

Loving Kindness Therapy Dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Pasangan

Suami Istri Usia Dini di Sidoarjo

Untuk mengetahui hasil dari proses bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo, peneliti mengunakan analisis deskripsi komparatif yakni membandingkan sebelum dan sesudah pelaksanaan proses konseling dengan mengunakan instrument skala penilaian sebagai alat ukur yang terjadi pada klien.

Untuk mengetahui adanya perubahan pada kondisi klien, pengamatannya dilakukan setiap kali pertemuan dalam proses konseling, melalui observasi dan wawancara langsung dengan klien dengan informan. Untuk menghasilkan data yang diperlukan dari pengamatan tersebut, dapat

Kesimpulan

Proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dengan Loving Kindness

Therapy dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di

Sidoarjo yakni dengan mengunakan langkah-langkah konseling pada umumnya yaitu identifikasi, diagnosis, prognosis, terapi dan langkah yang terakhir Follow Up untuk menindak lanjuti hasil dari konseling yang telah berlangsung. Adapun terapi yang digunakan adalah dengan memberi nasehat, motivasi dan Loving Kindness Therapy serta mengarahkan klien untuk mampu mengendalikan emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dengan bimbingan konseling untuk menjadi lebih baik sehingga klien bisa melakukan regulasi diri secara tepat dan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai klien. Dimana hal itu dilakukan dalam III sesi, sesi pertama dilakukan dengan istri, sesi kedua dilakukan dengan suami, yang dilanjutkan dengan sesi ketiga yang dilakukan dengan suami istri. Dalam penelitian ini ada beberapa kendala diantaranya adalah waktu yang terlalu singkat dan sarana yang kurang memadai.

Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dengan Loving

Kindness Therapy dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia

(11)

bahwa dengan bimbingan dan konseling keluarga dengan nasehat, motivasi dan

Loving Kindness Therapy dapat mengurangi serta meningkatkan regulasi emosi

pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo yang ditandai dengan penurunan emosi negatif dan peningkatan emosi positif yang bertahap dalam III sesi proses konseling yang telah dilakukan. Dalam sesi III dapat ditunjukkan pada grafik 4.5 yang ditandai dengan penurunan emosi negatif yaitu marah dari angka 7 ke 2, sedih dari angka 7 ke 1, menyesal dari angka 6 ke 1, takut dari angka 6 ke 2 dan emosi positif yaitu senang dari angka 5 ke 7, kasih sayang dari angka 6 ke 7. Keberhasilan bimbingan konseling dalam meningkatkan regulasi emosi dapat dikatakan cukup berhasil yang ditandai dengan perubahan tingkah laku baik fisik maupun psikis yang jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek, Jakarta: PT.Renika Cipta, 2006

Brans Ford, Jhon D, The Best Years Emosi Anak Di Masa Remaja, Jakarta: Pustakarya, 2003

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif, Surabaya: Universitas Airlangga, 2001

Denim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahanya, Semarang: CV. Asy Syifa, 1999

Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1995 Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Jogjakarta: UII Press,

Referensi

Dokumen terkait

Uji t digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio secara parsial terhadap Penyaluran Kredit, maka dalam penelitian

Wilayah Pelayanan PDAM Sumber air baku yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan air wilayah PDAM Tirta Bumi Sentosa mencapai 300liter/detik yang cukup melayani sampai

Hal ini berarti proteksi protein tepung kedelai dengan menggunakan tanin ekstrak daun bakau mempengaruhi protein lolos degradasi rumen karena tanin daun bakau

Pada luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel padatan dalam reaksi maka kemungkinan tumbukan antara partikel reaktan semakin besar. Tumbukan yang

Aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep artistic seni

Informasi verbal dalam iklan yang dianggap menarik adalah kalimat penjelasan yang berisi tentang kemampuan menyembuhkan segala macam penyakit yang tidak dapat ditangani

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian-kajian pendukung lain, maka pembahasan akan difokuskan pada pengendalian kualitas proses untuk beberapa variabel

Teknik analisa data yang digunakan adalah time series dengan model analisis regresi linear berganda metode yang dipiih estimasi ordinary least square (OLS).Hasil yang