• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Perusahaan

Ritel

Perdagangan ritel adalah kegiatan penjualan kembali tanpa perubahan bentuk dan jenis barang baru maupun bekas dalam partai kecil terutama kepada konsumen rumah tangga. Perdagangan ritel atau eceran pada hakekatnya merupakan muara distribusi dari seluruh barang yang diproduksi di dalam negeri ditambah barang asal impor.

Pengertian “pedagang pengecer” menurut Pasal 1 (7) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 23 Tahun 1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai kecil.

Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 Tahun 1998 tentang Pengusahaan Perpasaran Swasta di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 1 (h,j) mengatur bahwa “Toko Serba Ada” (Departemen Store) adalah toko besar yang dikelola secara tunggal baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan bagian dari suatu pusat pertokoan/pusat perbelanjaan, yang menjual berbagai macam sandang dan

(2)

barang-barang kebutuhan rumah tangga, bukan kebutuhan 9 bahan pokok, yang disusun dalam bagian yang terpisah-pisah dan dalam pelayanannya dibantu oleh para pramuniaga.

“Pasar Swalayan (Super Market)” adalah toko yang menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga secara eceran dan langsung kepada konsumen terakhir dengan sistem-sistem swalayan dan pengelolaan tunggal.

Menurut D. Wesley Balderson dan William A. Basztyk didalam buku Retailing in Canada dikatakan “ Department stores typically include a set of specialty store department in one location or under one roof and a destination store for many consumers. They stock an extensive variety and depth of merchandise, provide above – average sales support, and ensure service at competitive prices “.

“ The supermarket has been the retail institution where most Canadian families have purchased their food products. Offering convenience, efficiency, and economy. The supermarket offer a high degree of merchandise width and depth and, althought most items there are purchased mainly through self service (Wesley dan

Basztyk,1993, p 69 & 73)

Menurut Molengraff :“Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan”. (Purwosutjipto,1995, p 258)

(3)

Sesuai S.K. Menperindag No. 591 Tahun 1999, “Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi”.

1.2. Efisiensi, In-Efisiensi dan Hubungannya dengan

Efektifitas

1.2.1. Definisi Efisiensi dan Efektif

Penggunaan kata Efisiensi dan Efektif, jika ditinjau dari Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, karangan A S Hornby adalah sebagai berikut:

Efficiency is capable, Abilities to perform duties well, producing a desired or satisfaction result.

Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dengan baik, menghasilkan sesuatu yang diperlukan dengan hasil yang memuaskan.

Effective is having an effect; able to bring about result intended Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang

diinginkan.(walaupun mengalami suatu tekanan/ akibat yang ada).

Dilihat dari pengertian diatas, efisiensi adalah merupakan proses dalam menghasilkan sesuatu output, proses itu dapat dikatakan efisien jika dapat

menghasilkan sesuatu dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu tolak ukur tertentu untuk menentukan apakah proses tersebut sudah berjalan secara efisien atau tidak. Tolak ukur yang lazim digunakan adalah biaya (cost) dan waktu. (time). Contoh: biaya yang rendah, waktu yang singkat. Sedangkan pengertian efektif, lebih mengarah kepada hasil yang dicapai apakah hasilnya tepat sasaran atau tidak.

(4)

1.2.2. Efisiensi & In-Efisiensi ditinjau dari literature yang ada

1.2.2.1. Efisiensi

Teori Efisiensi adalah suatu ukuran dari ketepatan sasaran (Effectiveness) dari suatu proses/ kegiatan yang dilakukan.

(http://www.cs.msstate.edu/~ioana/Courses/CS6163/performance/tsld003.htm) Efisiensi menurut Jati K.Sengupta, efisiensi dapat dibagi menjadi 2(dua) macam, yaitu:

1. Dari segi teknikal/ efisiensi produksi

Adalah merupakan ukuran dari kesuksesan perusahaan dalam kemungkinan untuk menghasilkan hasil/ output yang maksimum dari beberapa input yang diberikan.

2. Dari segi alokasi/ efisiensi Biaya

Adalah ukuran kesuksesan suatu perusahaan dalam pemilihan sekumpulan input yang optimum dengan acuan dari harga pasar untuk input tersebut.

(http://www.econ.ucsb.edu/papers/wp6-97.pdf)

1.2.2.2. In-Efisiensi

In-efisiensi merupakan lawan daripada efisiensi, dan oleh Leibenstein dapat digambarkan sebagai berikut:

In-efisiensi adalah suatu deviasi/ perbedaan diantara hasil yang dicapai dengan hasil sebenarnya, teori ini biasanya digunakan untuk menilai dari suatu kegiatan produktif. Sementara In-efisiensi menurut Frantz, Roger (1997) adalah:

Suatu tingkat yang nyata dari inovasi dan kegiatan produktif, dimana hasil yang didapatkan dibawah maksimum.

1.2.3. Efisiensi dan Efektifitas

Berdasarkan atas teori-teori efisiensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa efesiensi erat kaitannya dengan efektifitas pada suatu proses kegiatan.

Secara sederhana efisiensi dan efektifitas dapat digambarkan sebagai berikut: • Efisiensi ditinjau dari beberapa variable seperti: biaya rendah, waktu singkat dan

sebagainya dimana pencapaian hasil (maksimum dari input-input yang ada). • Efektif adalah tepat guna (mengenai sasaran)

Efisiensi dalam pengelolaan manajemen teknologi informasi adalah sampai seberapa besar tingkat manfaat yang dapat diberikan oleh pemakaian sumber daya

(5)

teknologi informasi yang telah diinvestasikan terhadap kinerja operasi perusahaan secara keseluruhan.

1.3. Definisi Manajemen dan Operasional

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu (Nasution, 1994).

Operasional adalah seni dan ilmu pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu(Nasution, 1994).

1.4. Definisi Sistem Informasi

Sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling bergantungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berharga dan lebih berarti bagi yang memerlukannya (Whitten, 2001). Untuk dapat menghasilkan informasi yang berkualitas harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a. Akurat, artinya informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan mengandung satu pengertian yang jelas.

b. Tepat waktu, artinya informasi yang diterima tidak boleh terlambat. c. Relevan, artinya informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Sistem Infomasi adalah pengaturan dari orang, data, proses dan interaksi-interaksi yang mendukung dan mengembangkan kegiatan sehari-hari (day to day operations) dalam bisnis seperti mendukung pemecahan masalah dan pembuat keputusan(Whitten, 2001).

1.5. Konflik

Konflik adalah suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi. Atau dengan kata lain konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak (Handoko,1997)

(6)

1. Konflik dalam diri individu

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama 3. Konflik antara individu dan kelompok

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama 5. Konflik anratorganisasi

Menurut Handoko(1997) sumber utama konflik organisasi adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan untuk membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas 2. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan

3. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja 4. Perbedaan nilai-nilai atau persepsi

5. Kemenduaan organisasi 6. Gaya-gaya individual

1.6. Soft System Methodology (SSM)

Soft System Methodology (SSM) merupakan suatu alat bantu untuk mendefinisikan serta memecahkan masalah yang ada pada suatu perusahaan melalui tahap-tahap penelitian.

Soft System Methodology (SSM) adalah suatu metode yang digunakan merupakan proses yang melibatkan lingkungan dengan hubungan relevan antara yang nyata dan sistem (model konseptual), dengan harapan dapat menemukan dan mendefinisikan masalah yang memberikan alternatif perubahan (Rosenhead, 1996).

Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan pada Soft System Methodology (SSM) adalah sebagai berikut :

1. Permasalahan

2. Penggambaran permasalahan 3. Root Definition

(7)

4. Membuat model konseptual

5. Membandingkan model konseptual dengan real world 6. Melakukan perubahan

7. Melakukan tindakan

(8)

7

1

6

5

2

3

4

Gambar 2.1. “7 Tahapan SSM (Soft System Methodology)” (Checkland and Scholes,1999)

(9)

1.6.1. Permasalahan

Pada tahap ini, yang pertama kali kita lakukan adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai struktur dan proses melalui penelitian, pengumpulan data secondary dan melalui wawancara tidak langsung. Diharapkan dengan pengumpulan informasi yang ada dapat menemukan masalah utama yang terjadi (Flood and Jackson,1991).

1.6.2. Penggambaran Permasalahan

Pada tahap ini, berdasarkan data serta informasi yang ada dibentuk suatu “Rich Pictures”. Rich Pictures adalah sebuah gambaran yang digunakan untuk presentasi yang dapat menunjukan permasalahan yang muncul, konflik yang ada serta kepentingan dari tiap-tiap bagian (Flood and Jackson,1991).

Rich Picture menggambarkan suatu masalah yang terjadi pada suatu perusahaan secara detail sehingga orang yang melihat gambar tersebut dapat mengerti arti penggambaran dari Rich Picture.

(10)

Gambar 2.2. “ Rich Pictures” (Checkland and Scholes,1999)

(11)

Pada Gambar 2.2. dijelaskan mengenai permasalahan yang terjadi pada sebuah pub. Pada gambar tersebut dapat kita lihat terjadi konflik yang berupa gambar gunting. Adapun yang terlibat dengan pub tersebut adalah pemilik tanah, masyarakat, pabrik, pelanggan, polisi, karyawan serta kompetitor.

Karyawan pub dan pemilik tanah berpikir apakah mereka telah memiliki penghasilan yang sesuai dari pub, karyawan pub juga berpikir untuk mendapatkan fasilitas sosial yang lebih baik, juga apakah mereka telah melayani pelanggan dengan baik.

Pola berpikir pelanggan adalah mengharapkan mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari pub tersebut yaitu melalui karyawan pub. Pabrik juga mendapatkan keuntungan atas pub yang ada dimana mereka membeli minuman dari pabrik yang ada.

Polisi juga terlibat dalam menangani masalah pub yaitu berupa keluahan dari masyarakat sekitar karena keributan yang terjadi, pelanggan yang mabuk lalu harus mengendarai kendaraan, waktu tutup bar yang melewati izin yang ada.

Masyarakat resah dengan keadaan pub karena mereka merasa terganggu dengan munculnya pub di lingkungan mereka. Pub yang lain harus bersaing dengan pub “The Cat and Woe” untuk mendapatkan pelanggan yang tetap.

(12)

1.6.3. Root Definition

Pada tahap ini, Root Definition berkaitan dengan peluasan dari masalah dan dituliskan dalam bentuk kata-kata. Root Definition adalah suatu pandangan yang ideal dari suatu sistem yang relevan. Tujuan dari Root Definition ini adalah untuk mencari apa yang akan dilakukan, kenapa harus dilakukan, siapa yang melaksanakan, siapa yang mendapat rugi / untung dari masalah yang ada dan pengaruh lingkungan apa yang membatasi tindakan dan aktivitas (Flood and Jackson,1991).

Segala macam tindakan itu dapat dilakukan dengan menggunakan metode CATWOE. CATWOE terdiri dari :

1. C / Customer adalah orang yang mengharapkan manfaat dari tindakan yang diambil

2. A / Actor adalah pelaku yang melakukan tindakan

3. T / Transformation Process adalah perubahan dari masukan yang ada untuk menuju ke arah yang lebih baik

4. W / Weltanschauung adalah bentuk tindakan yang ideal untuk menghadapi dan mengamati permasalahan

5. O / Owner adalah pelaku yang dapat menghentikan tindakan

6. E / Environemental Constraint adalah rintangan yang terdapat dalam lingkungan tindakan

(13)

1.6.4. Membuat model konseptual

Model konseptual adalah suatu aktivitas yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan dari pendefinisian masalah. Model konseptual dibuat dengan menggambarkan dalam bentuk kata-kata yang diperlukan untuk menggambarkan aktivitas yang harus dilakukan dalam pendefinisian masalah (Flood and Jackson,1991).

(14)

(Checkland and Scholes,1999)

1.6.5. Membandingkan model konseptual dengan real world

Pada tahap ini, kita akan membandingkan kenyataan dengan sistem yang telah kita buat dalam model konseptual (Flood and Jackson, 1991).

Pertama, kita akan memberikan nomor pada model yang telah kita buat untuk mencari perbedaan yang terdapat pada real world (Sistem yang nyata).

Kedua, penulisan dari perbedaan yang ada antara sistem yang nyata dengan model konseptual juga pemberian pertanyaan dimana jawaban yang ada harus tentang situasi yang terjadi.

1.6.6. Melakukan perubahan

Pada tahap ini, segala perbandingan antara sistem yang nyata dengan model konseptual akan dibandingkan hal mana yang akan dirubah atau tidak. Perubahan yang ada juga harus dipertimbangkan karena tidak mudah seperti harus memilih antara hitam dan putih, tetapi perubahan yang terjadi harus dipertimbangkan dengan kondisi yang ada (Flood and Jackson,1991).

1.6.7. Melakukan tindakan

Melakukan tindakan berarti mengimplementasikan perubahan yang dibutuhkan dan mungkin dilakukan. Seringkali melakukan perubahan dapat diklasifikasikan sebagai perubahan sikap, struktural dan prosedur (Flood and Jackson,1991).

Gambar

Gambar 2.1. “7 Tahapan SSM (Soft System Methodology)”
Gambar 2.2. “ Rich Pictures”
Gambar 2.3. “Model Konseptual”

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-26 Februari 2016 tepatnya musim paceklik penangkapan yang berlokasikan di PPN Sibolga. Tujuan penelitian untuk

Sudah saatnya UU Darurat tersebut direvisi atau di tinjau ulang kembali karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman jika memang hendak menjerat Airsoft Gun

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Sedangkan skripsi ini merencanakan sekolah balap motor di Bengkulu Selatan yang mendukung dan berintegrasi pada pendidikan balap sebagai pusat pendidikan dan

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dalam sasaran yakni mengidentifikasi tingkat, bentuk dan proses partisipasi masyarakat dalam

Tidak adanya hubungan antara keterikatan teman sebaya dengan perilaku konsumsi rokok remaja kemungkinan dapat dijelaskan dengan tingginya persentase keterikatan

Apabila jumlah permintaan calon pelanggan yang akan disisipkan adalah kurang dari atau sama dengan sisa muatan kendaraan, maka pelanggan tersebut dapat disisipkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran fast food lokal terbaik di Yogyakarta menurut konsumen dari 7 kriteria yang digunakan meliputi aspek pelayanan, dan aspek kenyamanan