• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Secara antropologis, kebudayaan merupakan "alam manusia" dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Secara antropologis, kebudayaan merupakan "alam manusia" dan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya adat dan budaya yang dihuni oleh berbagai suku bangsa yang menjadi satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia.Secara antropologis, kebudayaan merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalaman dan menterjemahkannya secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajarkan pemahaman kepada manusia lain (Hidayat, 2010: 2).

Linguistik kebudayaan merupakan bidang ilmu interdisipliner yang mempelajari hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat, dimana bahasa dan kebudayaan bagaikan dua sisi mata uang yang saling terkait satu sama lain (Tobin, 1990:4). Hal ini dikarenakan bahasa dari perspektif antropologi merupakan bagian dari kebudayaan. Sebaliknya, kebudayaan pada umumnya diwariskan secara lebih seksama melalui bahasa, artinya bahasa merupakan wahana utama bagi pewarisan, sekaligus pengembangan kebudayaan.

Sumatera merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia. Salah satu daerah yang tempatnya berada ditengah-tengah atau di pinggang Pulau Sumatera, Provinsi kecil yang sampai sekarang masih sangat menjunjung tinggi adat dan kebudayaan di dalamnya dan selalu menghormati adat istiadat dan hukum melayunya tepatnya di bumi “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” yaitu Provinsi Jambi.

(2)

Salah satu keanekaragaman adat yang dimiliki oleh Provinsi Jambi adalah keanekaragaman suku. Hal ini dikarenakan masyarakat Provinsi Jambi merupakan masyarakat yang terdiri dari masyarakat asli Jambi. Menurut Zulfikar (2013:135) suku asli di Provinsi Jambi yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas. Selain itu juga ada Suku Kerinci, suku Batin, Suku Penghulu, Suku Anak Dalam (Kubu), Suku Bajau, dan Suku Pindah. Serta ada pula suku pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina, India dan lain sebagainya (. Keanekaragaman suku itulah yang menimbulkan anekaragam gelar adat yang dipakai oleh orang-orang tertentu di masing-masing suku tersebut.

Masyarakat Melayu Jambi menjadi suku mayoritas masih menggunakan pelapisan sosial lama yang ditandai oleh adanya golongan bangsawan yang berasal dari keturunan raja-raja pada zaman dahulu serta orang-orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan menjadi panutan masyarakat. Hal ini ditandai dengan adanya gelar pada sebagian besar nama masyarakat suku Melayu Jambi. Gelar yang ada pada suku Melayu Jambi berbeda dengan marga, dimana gelar merupakan wilayah adat yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki golongan atau status sosial, sedangkan marga adalah wilayah adat dari orang-orang yang merasa masih satu asal nenek moyang atau karena adanya ikatan persekutuan kekerabatan pada masa lalu.

Secara etnologis, penamaan gelar adat merupakan salah satu kajian yang berhubungan dengan budaya suatu suku bangsa. Oleh karena itu, sebagai bagian dari suatu budaya nama-nama gelar sebagai produk budaya

(3)

bagi masyarakat pendukungnya akan terus dijaga dan dilestarikan masyarakat pendukungnya dengan pewarisan baik secara langsung maupun tidak langsung (Muhidin, 2017).

Pewarisan hasil kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya tercermin juga dalam penamaan gelar adat yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Jambi. Hal ini dikarenakan sistem penamaan gelar adat tersebut terdapat perpaduan sistem pengetahuan dan kepercayaan sebagai dasar tingkah laku budaya dan sarana transmisi pengetahuan dan kepercayaan masyarakat Melayu Jambi dalam mewariskan dan memberikan nama gelar pada keturunan atau tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap memiliki peran penting.

Penamaan gelar adat merupakan salah satu bentuk kebudayaan nonbendawi (intangible) atau kebudayaan yang tidak berwujud dan tidak dapat dilihat secara langsung oleh alat indera (non visual). Oleh karena itu, pemberian gelar adat ini penting untuk dilakukan, karena selain sebagai bentuk penghormatan, pemberian gelar adat juga merupakan salah satu cara untuk menjaga dan melestarikan salah satu khasanah kebudayaan nonbendawi (intangible) yang ada di Provinsi Jambi. Hal ini dilakukan karena sebagian besar masyarakat yang ada di Provinsi Jambi saat ini kurang memahami bahwa penamaan gelar adat sebagai salah satu kebudayaan yang perlu dijaga.

Selain itu, tradisi ini semakin berkurang karena banyak masyarakatnya yang tidak lagi rutin melaksanakannya, misalnya prosedur penamaan gelar adat dalam acara. Prosedur penamaan gelar adat tidak lagi lengkap atau

(4)

sebagiannya menghilang seperti yang seharusnya ada dalam setiap proses penamaan gelar adat.

Berdasarkan hasil survei awal ada beberapa penamaan gelar adat yang diberikan kepada tokoh masyarakat Melayu Jambi sebagai wujud penghargaan (Karang Setio). Salah satunya adalah penamaan gelar adat yang diberikan kepada Bapak H. Zumi Zola Zulkifli selaku Gubernur Provinsi Jambi saat itu. Penamaan gelar tersebut adalah Sri Paduko Anum Setio Negeri melalui penamaan gelar ini maka jadilah beliau “Kalau Bekato Dulu Sepatah, Kalau Bejalan Dulu Selangkah, Pegi Tempat Betanyo, Balek Tempat Beberito”. Makna penamaan gelar tersebut adalah Bapak H. Zumi Zola Zulkifli selaku Gubernur Provinsi Jambi saat itu memiliki kedudukan yang lebih tinggi, diutamakan setiap ucapan dan perintahnya, diutamakan setiap langkahnya sebagai bentuk panutan bagi masyarakat, dijadikan sebagai tempat untuk bertanya dan berkeluh kesah serta menjadi tempat untuk memberitahu mengenai suatu hal yang berguna bagi masyarakatnya.

Penamaan gelar adat Melayu Jambi ini sebagai bentuk lambang terhadap suatu konsep kebudayaan Melayu Jambi berdasarkan ciri atau khas yang menonjol dari penerima gelar dan telah diketahui secara umum. Hal ini sesuai teori yang yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka antara sesama anggota suatu masyarakat sehingga nama merupakan bentuk lambang dari suatu benda yang bersifat arbitrer dan tidak ada hubungan wajib sama sekali serta didasarkan pada ciri yang menonjol dari benda tersebut dan diketahui secara umum (Chaer, 1990).

(5)

Penamaan gelar adat masyarakat Melayu Jambi memiliki beberapa keistimewaan, karena setiap gelar adat yang disandang memiliki makna yang berbeda-beda. Keistimewaan gelar adat tersebut diantaranya dapat meningkatkan status sosial, menjadi panutan, menjadi orang yang disegani, dan menjadi orang yang terpandang di lingkungan masyarakat Melayu Jambi. Akan tetapi tidak semua masyarakat khususnya masyarakat Melayu Jambi mengetahui keistimewaan dibalik penamaan gelar adat tersebut. Padahal dengan mengetahui makna gelar adat, seseorang dapat mengetahui status sosial penyandang gelar, latar belakang penyandang gelar, dan sejauh mana peran penyandang gelar di dalam adat Melayu Jambi.

Selain itu, penamaan gelar adat dilakukan dengan cara melihat fisik dan perilaku dari calon penerima gelar. Namun, hal ini terkadang justru mengakibatkan ketidaksesuaian antara gelar yang dipilih dengan latar belakang pemilik gelar sehingga kriteria penamaan gelar adat menjadi bias. Penelitian mengenai penamaan gelar adat ini perlu dilakukan karena gelar adat merupakan salah satu kebudayaan yang perlu diwariskan kepada masyarakat Melayu Jambi sehingga masyarakat menjadi tahu makna dari gelar adat tersebut. Selain itu, pemberian gelar adat ini juga sebagai bentuk penguatan dan tauladan karakter dari budaya Melayu yang melekat pada masyarakat di Kota Jambi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penamaan Gelar Adat Tokoh Masyarakat Melayu Jambi : Kajian Etnolinguistik”.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja gelar adat tokoh masyarakat Melayu Jambi yang ada di Kota Jambi?

2. Bagaimana makna dan fungsi gelar adat yang diberikan kepada tokoh masyarakat Melayu Jambi yang ada di Kota Jambi?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian tercapai. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Luas lingkup hanya meliputi penamaan gelar adat kepada tokoh

masyarakat Melayu Jambi dan bukan gelar adat secara umum yang ada di Kota Jambi.

2. Informasi yang disajikan mengenai penamaan gelar adat yang telah diberikan kepada tokoh masyarakat Melayu Jambi yang meliputi nama gelar yang diberikan, makna, proses pemberian, kedudukan dan fungsi dari gelar adat tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan gelar adat tokoh masyarakat Melayu Jambi yang ada di Kota Jambi.

(7)

2. Untuk mendeskripsikan makna dan fungsi gelar adat yang diberikan kepada tokoh masyarakat Melayu Jambi yang ada di Kota Jambi. 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian etnolinguistik sebagai bahan informasi dan referensi mengenai gelar adat tokoh masyarakat Melayu Jambi yang ada di Kota Jambi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sumber referensi bagi pihak-pihak terkait atau peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang gelar adat tokoh masyarakat Melayu Jambi di Kota Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum tampak harga sewa gedung perkantoran mengalami kenaikan kecuali untuk Triwulan I tahun 2008 yang mengalami penurunan yang juga diikuti oleh penurunan

Penelitian ini diharapkan memberikan suatu masukan atau informasi bagi manajemen perusahaan agar lebih memperhatikan pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

62 SAHAT SAURTUA BERNART H PEMBORAN JB III PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY 63 BAMBANG HERMANTO PEMBORAN JB III PT.. TRITAMA MEGA PERSADA 64 CAHYADI PEMBORAN JB III

oleh tunika muskularis yang terdiri dari otot polos melingkar di bagian dalam dan otot polos longitudinal di bagian luar (Dellmann dan Eurell 1998). Tunika muskularis dibungkus

Sebagai langkah terakhir dari penelitian dan dari data yang telah terkumpul, akan ditarik suatu kesimpulan tentang bagaimana Pengembangan Objek Wisata Pelabuhan Jayanti Dalam

Hampir semua search engine memiliki berbagai fitur untuk membantu netter dalam melakukan pencarian secara lebih fokus, karena sering kali walaupun telah menggunakan berbagai

Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa

GUTI ( GUTI (Globally Unique Temporary Identity  Globally Unique Temporary Identity  ) di gunakan ) di gunakan kurang lebih hanya untuk menyembunyikan identitas