• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era global mengakibatkan bermacam-macam kebutuhan semakin meningkat yang harus segera dipenuhi. Berawal dari kebutuhan yang terus menuntut, muncul berbagai masalah. Layanan bimbingan dan konseling menjadi salah satu kebutuhan membantu orang (helping people) mengatasi segala masalah. Siswa yang kesulitan belajar, individu yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya merupakan garapan dari bimbingan dan konseling dalam berbagai seting kehidupan. Untuk itu, diperlukan model konseling yang diperlukan untuk membantu individu

Model-model konseling mulai berkembang diantaranya model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis. Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis sangat diperlukan untuk meberikan intervensi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.

Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis memerlukan pemahaman yang mendalam sebagai upaya dari layanan bimbingan dan konseling yang diberikan supaya mampu membantu individu mengatasi segala permasalahan hidupannya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis adalah:

1. apa konsep dasar model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?

2. bagaimana konsep utama model konseling klasifikasi diagnostik ekologis? 3. bagaimana pandangan manusia menurut model konseling klasifikasi

(2)

4. bagaimana tujuan konseling menurut model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?

5. siapa yang menjadi konseli dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dan bagaimana peran konselor?

6. teori apa yang mendukung model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?

7. bagaimana teknik yang digunakan dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?

8. bagaimana keterbatasan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis 9. bagaimana implementasi praktis model konseling klasifikasi diagnostik

ekologis?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara mendalam model konseling klasfikasi diagnostik ekologis, secara lebih spesifik tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. mengetahui konsep dasar model konseling klasifikasi diagnostik ekologis 2. mengetahui konsep utama model konseling klasifikasi diagnostik

ekologis

3. mengetahui pandangan manusia menurut model konseling klasifikasi diagnostik ekologis

4. mengtahui tujuan konseling menurut model konseling klasifikasi diagnostik ekologis

5. mengetahui konseli dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dan peran konselor dalam menghadapi konseli

6. mengetahui teori yang mendukung model konseling klasifikasi diagnostik ekologis

7. mengetahui teknik yang digunakan dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis

(3)

9. mengimplementasikan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dalam bimbingan dan konseling

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah diharapkan memberikan pemahaman mengenai model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis sebagai sebuah layanan konseling individual serta dapat mengaplikasikan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dalam bimbingan dan konseling.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah dijabarkan menjadi tiga bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN memuat konsep dasar, konsep utama, pandangan tentang manusia, tujuan konseling, konseli dan peran konselor, teori yang mendukung, teknik yang digunakan, keterbatasan, serta implementasi praktis.

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memuat kesimpulan dan rekomendasi.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Individu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi antar individu dan lingkungan. Yusuf (1998 : 18) menambahkan bahwa ekologi merupakan studi tentang interaksi atau transaksi antara organisme (manusia yang sedang berkembang) dengan lingkungan baik fisik, psikologis maupun sosial. Hubungan antara individu dengan lingkungan merupakan hal yang mutlak dan saling mempengaruhi (Reciprocal Influences). Corey (2005 : 340) menjelaskan diagnosis psikologis adalah suatu analisis atas masalah-masalah klien, faktor-faktor penyebab, serta sifat dan perkembangan pola-pola maladjustment. Diagnosis dalam konseling yaitu memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku klien sekarang sehingga rencana treatment bisa dibuat. Diagnosis dilakukan dengan menganalisis masalah yang ada. Pandangan model konseling diagnostik ekologis adalah menganalisis lingkungan dan individu yang mempunyai hubungan timbal balik.

Konsep dasar klasifikasi diagnostik ekologis berkaitan erat dengan perkembangan individu terhadap lingkungan agar individu menjadi dewasa dan mandiri. Sistem diagnostik ekologis sangat berguna bagi para petugas professional dalam komunikasi, dalam pendekatan yang sistematis untuk menentukan sumber dan sebab gejala patologis, serta mengembangkan rencana perlakuan (treatment). Model konseling diagnostik ekologis merupakan dasar pola berpikir konselor dalam mengidentifikasi sasaran, metode, maksud, intervensi dan menilai kemajuan terapi.

B. Pandangan Manusia

Dilihat dari pengertian ekologi, model Diagnostik Ekologi memandang manusia sebagai individu yang sedang berkembang dilingkungan sosial-budaya dan dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Individu

(5)

yang berada dalam lingkungan saling berinteraksi satu sama lain sehingga terbentuk rasa saling mempengaruhi yang berdampak dalam perubahan tingkah laku. Sarwono (1995 : 64) menyatakan bahwa manusia memiliki hubungan yang timbal balik antara lingkungan dan tingkah laku. Model konseling diagnostik ekologis diperkuat dengan teori psikologi ekologi, Barker (Sarwono, 1995) menambahkan hubungan antara individu dan lingkungan ada pada set tingkah laku (behavioral setting) yang dipandang sebagai pola tingkah laku kelompok (bukan tingkah laku individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Individu memerlukan tindakan yang mendukung dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu dan lingkungannya.

C. Konsep Utama

Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis (RKDE) memiliki perhatian akan pengaruh lingkungan terhadap individu, individu dan lingkungan saling mempengaruhi. Surya (2003 : 161) menjelaskan Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologi merupakan suatu sistem pendekatan diagnostik dengan memasukkan lingkungan sebagai penyebab patologis dan sebagai sasaran intervensi.

Tabel Klasifikasi Diagnostik Ekologis

Penyebab/Sasaran

Masalah Tujuan

Orang sebagai sasaran intervensi

Lingkungan pasangan orang dan lingkungan

Lingkungan sebagai sasaran intervensi

KID KDD KP KOL KIL KDL KL

Perkembangan Pribadi sosial 1-1 1-2 1-3 1-4 1-5 1-6 1-7 Perkembangan karir 2-1 2-2 2-3 2-4 2-5 2-6 2-7 Pendidikan 3-1 3-2 3-3 3-4 3-5 3-6 3-7 Keterangan :

(6)

KID (Kurang Informasi Diri) KP (Kekurangan Pribadi) KDD (Kurang dalam Diri)

KOL (Kesenjangan Orang dan Lingkungan KIL (Kekurangan Informasi Lingkungan) KDL (Konflik Dalam Lingkungan) KL (Kekurangan Lingkungan)

Surya (2003 ; 166) menegaskan model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis dikembangkan sebagai suatu alat yang memasukan lingkungan sebagai sasaran intervensi dalam konseling. Dua dimensi dalam model RKDE yaitu,

1. Dimensi Masalah / Tujuan yang terdiri dari tiga kategori yaitu

a. Perkembangan pribadi sosial merupakan manifestasi masalah-masalah identifiksi tujuan yang mencakup emosi, kognisi dan system nilai, sikap, fisik dan interaski antar pribadi. Misalnya kekurangan mengenal dan menerima diri

b. Perkembangan karir merupakan artikulasi arah dan prosedur untuk mencapai dan prosedur karir yang sesuai untuk mencapai interaksi yang produktif dengan dunia kerja dan dunia kehidupan lainnya. Contohnya identifikasi jurusan.

c. Perkembangan pendidikan mencakup keterampilan dasar, sikap-sikap dan kecakapan-kecakapan yang merupakan prasyarat untuk mencapai perkembangan pendidikan. Contoh maslah kebiasaan belajar yang kurang baik, kurang membaca.

2. Dimensi sebab terdiri dari lingkungan, kesalahan pasangan orang dan lingkungan yang dijadikan target intervensi. Mengacu pada faktor-faktor utama yang mungkin diduga menunjang dimensi masalah-tujuan diantaranya:

a. Kurang Informasi Diri (KID) menekankan pada kurangnya informasi diri sendiri klien.

(7)

b. Konflik Dalam Diri sendiri (KDD) kategori yang mencakup adanya motivasi pertentangan dan persaingan dalam diri sendiri dan sikap yang saling bertentangan dan bersaing dalam diri sendiri dan sikap yang saling bertentangan dengan diri sendiri. Gejala muncul dalam berbagai bentuk diantaranya menghukum diri sendiri, kecemasan, depresi. Konflik akibat kesenjangan antara persepsi diri yang nyata (actual) dengan persepsi yang ideal.

c. Kekurangan Pribadi (KP) yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan untuk menghadapi tantangan dalam situasi tertentu yang pribadi, sosial, karir atau pendidikan. Penekanan kekurangan pribadi pada kurang keterampilan behavioral sedangkan masalah-maslah motivasional tidak dikategorikan. Contohnya kekurangan pribadi dalam membaca, menulis, keterampilan wawancara.

d. Kurang Informasi Lingkungan (KIL) yaitu sulitnya mengamati dan mengidentifikasi serta berinteraksi dengan lingkungan baik dalam lingkungan fisik, harapan-harapan sosial, dan antar pribadi, tuntunan atau persyaratan kebijaksanaan dan administratif dan nilai-nilai masyarakat.

e. Kesalahan Pasangan Orang dan Lingkungan (KOL) yaitu terjadinya kesenjangan antara orang yang sehat dengan lingkungan yang sehat karena pasangan yang salah. Misalnya seorang yang berpendidikan guru sebagai tujuannya, tidak mendapat kesempatan yang memadai dalam lembaga pendidikan industri yang dituntut untuk professional dan praktis. Penekanan bukan pada masalah lingkungan akan tetapi pada masalah pasangan yang salah.

f. Kurang Informasi Lingkungan (KIL) yaitu lingkungan yang sulit untuk dimasuki dan berinteraksi. Misalnya tidak bisa mengidentifikasi lokasi dalam lingkungan fisik, harapan-harapan sosial dan antar pribadi tuntutnan serta nilai-nilai yang berada dimasyarakat. Penekanan intervensi kurang informasi lingkungan adalah upaya

(8)

untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menjelaskan atau menjabarkan kesempatan dan dukungan-dukungan lingkungan.

g. Konflik Dalam Lingkungan (KDL) yaitu kategori yang menggambarkan suatu keadaan karakteristik, tantangan dan harapan-harapan dalam lingkungan terumuskan dan terkomunikasikan secara memadai akan tetapi terdapat pertentangan antara yang satu dengan yang lain.

h. Kekurangan Lingkungan (KL) yaitu mengacu pada tiga sub sistem lingkungan yang merupakan suatu prasyarat bagi suatu dukungan belajar yang konstruktif yaitu sub system kesempatan, sub sistem penunjang, dan sub sistem ganjaran. Suatu lingkungan yang memiliki kekurangan dari ketiga sub sistem dianggap memiliki kekurangan. Contoh lembaga pendidikan yang tidak memberikan informasi yang memadai bagi siswa yang berasa dari latar belakang sosial yang berbeda.

RKDE menyatakan lingkungan dan kesalahan pasangan orang dan lingkungan diterapkan dalam sasaran intervensi sejajar dengan status orang. Tujuh kategori dalam dimensi RKDE diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Kategori kurang informasi diri, konflik dalam diri dan kekurangan pribadi diidentifikasi sebagai aspek penyebab yang mengacu pada orang sebagai sasaran intervensi. Kesalahan pasangan orang dan lingkungan mengacu pada hakekat interaksi sebagai sasaran intervensi. Kategori kurang informasi lingkungan, konflik dalam lingkungan dan kekurangan lingkungan adalah sebab-sebab yang mengacu pada lingkungan sebagai sasaran intervensi.

D. Tujuan Konseling

Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis merupakan model yang menekankan pada penganalisisan konselor terhadap masalah-masalah yang diklasifikasikan dan melakukan intervensi yang tepat. Individu yang melakukan konseling memiliki kesadaran, pemahaman yang

(9)

jelas dan mengerti terhadap permasalahan yang dihadapi. Adapun tujuan dari model konseling klasfikasi diagnostik ekologis adalah

1. membantu konseli agar mencapai keberhasilan dalam hidupnya

2. menganalisis masalah yang dihadapai konseli kemudian mengklasifikasikan masalah tersebut agar lebih mudah dipahami.

3. membantu konseli agar berperilaku sesuai (adjustment) dengan lingkungan tempat tinggalnya

Model konseling rancangan klasfikasi diagnostik ekologis merupakan alat yang digunakan konselor untuk memperluas konseptualisasi masalah yang dihadapi klien baik individual maupun antar pribadi dengan memasukan unsur lingkungan dan interaksi individu dengan lingkungan ke dalam proses diagnostik. Model konseling RKDE bertujuan membantu individu dalam menciptakan iklim lingkungan yang kondusif dan memiliki mental yang sehat. Banning (1989) menegaskan mental yang sehat adalah adanya hubungan yang yang kongruen (sesuai) antara individu dan lingkungannya. Intervensi model RKDE berupaya menciptakan iklim psikologis lingkungan yang mendukung bagi individu.

E. Konseli dan Peran Konselor

Seperti yang telah diketahui hubungan timbal balik antara individu dan lingkungan menyebabkan adanya tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhi oleh individu. Selain itu, individu harus memiliki hubungan yag sehat dengan lingkungan. Model konseling diagnostik ekologis memandang konseli sebagai individu yang mengalami keterhambatan dalam bidang pribadi, sosial, akademik, dan karir dalam hubungannya dengan lingkungan.

Dimensi penyebab, RKDE bersumber dari materi MDCP yang menyatakan lingkungan dan kesalahan pasangan orang lain dan lingkungan diterapkan sebagai sasaran intevensi sejajar dengan status orang.

Contoh-contoh Penerapan RKDE

1. pribadi-pribadi, kurang informasi diri sendiri, 2. pribadi-sosial, konflik dalam diri

(10)

3. pribadi-sosial, kekurangan pribadi

4. pribadi-sosial, kesalahan pasangan orang dengan lingkungan 5. pribadi-sosial, kurang informasi lingkungan

6. pribadi-sosial, konflik dalam lingkungan 7. pribadi-sosial, kekurangan lingkungan

8. perkembangan karir, kekurangan informasi diri misalnya, 9. perkembangan karir, konflik dalam diri

10. perkembangan karir, kekurangan pribadi

11. perkembangan karir, salah pasang pribadi dan lingkungannya 12. perkembangan karir, kurang informasi lingkungan

13. perkembangan karir, konflik dalam lingkungan 14. perkembangan karir, kekurangan lingkungan 15. perkembangan pendidikan, kurang informasi diri 16. perkembangan pendidikan, konflik dalam diri 17. perkembangan pendidikan kekurangan pribadi

18. perkembangan pendidikan, salah pasang pribadi dan lingkungan 19. perkembangan pendidikan, kurang informasi lingkungan

20. perkembangan pendidikan, konflik dalam lingkungan 21. perkembangan pendidikan, kekurangan lingkungan

Konselor dapat membantu individu dalam mengatasi segala permasalahan yang menjadi hambatannya terutama penyesuaian dengan lingkungan. Banning (1989) menjelaskan dalam melakuikan perannya sebagai terapis, konselor memfokuskan intervensi pada perubahan pada konseli. Dengan kata lain, individu dibuat aktif dalam memecahkan masalahnya pribadi sehingga konseli memiliki perasaan untuk merubah dirinya agar sesuai (adjustment) dengan lingkungannya. Surya (2003 : 175) menambahkan konselor berperan sebagai konsultan yang berpengaruh dan kritis dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Peran konselor dalam membantu konseli

1. Memperluas konsep tentang masalah yang dihadapi klien 2. Menganalisis masalah yang dihadapi konseli

(11)

3. Mengklasfikasikan masalah yang dihadapi konseli 4. Mendiagnosis masalah yang dihadapi konseli

Diharapkan dengan adanya peran dan intervensi dari konselor individu dapat berkembang secara optimal baik dalam kehidupan pribadi-sosial, akademik dan karir.

F. Teori yang Mendukung

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis ini digangun berdasarkan beberapa teori dan pendekatan antara lain :

1. Teori psikologi ekologi

Teori ekologi dikemukakan Barker (Sarwono, 1995 : 127) memiliki pandangan, individu mempunyai hubungan dengan lingkungan. Interaksi antara individu dengan lingkungan bersipat saling mempengaruhi (reciprocal influences). Teori ekologi memiliki sumbangsih yang besar dalam model konseling klasifikasi diagnostik ekologis, karena hubungan antara individu dengan lingkungan mempengaruhi perilaku individu.

2. Teori Behavioristik

Teori behavioristik memiliki pandangan individu merupakan pembelajar dan terkondisikan dalam suatu lingkungan. Yusuf (2002 : 59) menegaskan aliran behavioristik memandang kepribadian individu adalah koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan berbagai situasi rangsangan yang beragam. Teori behavioristik memberikan suatu yang berharga bagi model konseling klasifikasi diagnostik ekologis, karena dengan teori ini memberikan pengetahuan mengenai perilaku individu yang berinteraksi dengan lingkungan serta rangsangan yang menjadikan individu terkondisikan.

(12)

G. Strategi Penggunaan

Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis merupakan model memasukan lingkungan sabagai salah satu sasaran intervensi. Strategi yang digunakan konselor dalam RKDE

1. konselor memperluas konseptualisasi masalah yang dihadapi konseli 2. mengumpulkan data dalam lingkup yang lebih luas berorientasi pada

perkembangan pribadi sosial, karir dan pendidikan

3. konselor menganalisis masalah yang dihadapi konseli dari dimensi masalah / tujuan serta dimensi penyebab model rkde

4. mengklasikikasikan masalah dalam berbagai kategori 5. konselor menentukan sasaran intervensi dan ekologi konseli

6. konselor melakukan langkah intervensi pada sasaran intervensi yang telah ditetapkan lebih terarah.

H. Keterbatasan

Pada dasarnya model konseling klasifikasi diagnostik ekologis digunakan dalam menetapkan fokus sasaran intervensi yang tepat dan akurat, baik yang orang, lingkungan atau kesalahan pasangan antara orang dan lingkungan. Model konseling RKDE memiliki kelebihan tersendiri karena mampu menganalisis masalah dan kemudian mendiagnosis masalah agar dapat melaksanakan intervensi yang tepat.

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis memiliki keterbatasan. Surya (2003 : 163) menjelaskan bahwa pada dasarnya model konseling RKDE sangat berguna akan tetapi memiliki kelemahan yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal terhadap seseorang sebagai kemungkinan penyebab atau masalah diagnosis.

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis suatu masalah karena ada beberapa faktor yang berhubungan tidak dapat diidentifikasikan langsung. Selain itu, ada beberapa keterbatasan lain antara lain

(13)

1. tidak semua dimensi masalah tujuan berada pada tiga lingkup utama yaitu karir, pribadi-sosial dan pendidikan akan tetapi ada banyak aspek yang harus diidentifikasi yang berhubungan dengan perilaku individu

2. model ini memusatkan pada ruang lingkup tersebut sehingga menutup kemungkinan untuk datangnya masalah dari aspek yang lain

3. konselor yang berperan sebagai analisis mempunyai keterbatasan dalam menganalisis dimensi masalah / tujuan serta dimensi penyebab yang tercermin dalam gejala-gejala yang ditunjukan konseli

I. Implementasi Praktis

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis merupakan ragam model konseling yang memasukan unsur lingkungan sebagai alasan dari gejala patologis individu dilihat dari interaksi dengan lingkungan. Model RKDE menekankan penggunaan lingkungan sebagai tempat individu berinteraksi. Hakikat dari model konseling RKDE adalah pemilihan intervensi konseling yang tepat setelah dilakukan diagnosis terhadap masalah yang dihadapi.

Model klasifikasi diagnostik ekologis RKDE dikembangkan sebagai alat yang sepenuhnya mengakui dan memasukan lingkungan sebagai sasaran intervensi dalam konseling. Model konseling RKDE mengklasifikasikan dimensi masalah dan dimensi penyebab dari masalah. Konselor dapat memilih intervensi konseling yang tepat dan akurat.

Implementasi praktis model konseling RKDE seperti Budi merasa dirinya tidak mampu untuk memulai percakapan sosial, Budi merasa ragu memulai percakapan dengan orang lain, apalagi dengan orang yang tidak dikenal. Contoh kasus tersebut mengindikasikan seseorang yang kurang pribadi. Dimensi penyebab tersebut dapat diketahui dari gejala yang ditimbulkan oleh konseli. Konselor dapat membatu konseli tersebut dengan menganalisis masalah yang dihadapi konseli dari dimensi masalah/ tujuan dan dimensi penyebab. Konselor dapat menentukan sasaran interensi yang akan dilakukan kepada konseli dari analisis dimensi penyebab yang ditimbulkan.

(14)

Dimensi penyebab yang ditimbulkan adalah kekurangan pribadi, maka sasaran intervensi mengacu pada orang. Konselor dapat melakukan intervensi kepada orang tersebut dengan berbagai pendekatan, sehingga orang tersebut mampu memulai percakapan dengan orang lain, meskipun dengan orang yang tidak dikenal.

Model konseling diagnostik ekologis, memiliki tujuh dimensi penyebab, salah satunya kekurangan lingkungan. Implementasi praktis dari kekurangan lingkungan seperti seorang siswa teladan yang selalu mendapatkan prestasi yang sangat tinggi, tiap tahun Indra selalu mendapatkan juara umum di sekolah. Kondisi keluarga Indra sangat harmonis, ayahnya seorang pengusaha yang berkecukupan dan ibunya seorang ibu rumah tangga tetapi mempunyai gelar Sarjana. Takdir menuliskan ayah Indra meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan yang banyak. Ibu Indra berinisiatif untuk bekerja, untuk melanjutkan kelangsungan hidup.

Kesibukan bekerja membuat Ibu Indra tidak memperhatikan Indra sebagaimana mestinya, dan berakibat pada prestasi Indra yang semakin menurun dan Indra menjadi pendiam. Wali kelas dan guru mata pelajaran curiga dan melaporkan kasus Indra pada konselor. Konselor mulai menganalisis masalah yang dihadapi Indra, mulai dari wali keas dan teman terdekat Indra. Konselor mengetahui salah satu penyebab Indra menurun prestasinya adalah kurangnya perhatian dari keluarga. Menurut RKDE masalah yang dihadapi Indra dapat diklasifikasikan dalam kurangnya lingkungan, karena ada salah satu subsistem yang tidak menunjang yakni subsistem penunjang. Sasaran intervensi masalah Indra adalah lingkungan. Konselor melakukan langkah intervensi kepada lingkungan dengan berkonsultasi kepada Ibu Indra, sehingga Indra mendapatkan perhatian dari keluarganya, dan Indra dapat meningkatkan lagi prestasinya.

Dari pengklasifikasian RKDE dapat diketahui model konseling klasfifikasi diagnostik ekologis merupakan cara pemilihan intervensi konseling yang tepat dan akurat baik intervensi perbaikan, pencegahan, remedial dan perkembangan.

(15)

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis merupakan model konseling yang dibangundari sebuah sistem pendekatan diganostik terhadap lingkungan sebagai kemungkinan terjadi gelaja patologis dan lingkungan sebagai sasaran intervensi. Model RKDE dibuat untuk menghasilkan suatu intervensi yang tepat dan akurat dengan mengklasifikasikan masalah.

Layanan bimbingan dan konseling berupaya untuk membantu individu memhami diri dan lingkungan. Model klasifikasi diganostik ekologis merupakan layanan bimbingan dan konseling sehingga individu memahami permasalahan yang dihadapi dengan lingkungan.

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dibagi menjadi dua dimensi yang menetukan yaitu dimensi masalah-tujuan yang terdiri dari perkembangan karir, sosial-pribadi dan pendidikan serta dimensi penyebab yang memusatkan perhatian pada identifikasi penyebab masalah diantaranya kurang informasi diri, konflik dalam diri, kekurangan pribadi, kesalahan pasangan orang dan lingkungan, kurang informasi lingkungan, konflik dalam lingkungan dan kekurangan lingkungan.

Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis ini memiliki peranan dalam membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal dan mencapai keseimbangan hubungan dengan lingkungan yaitu adanya interaksi yang sehat antara dirinya dan lingkungannya.

B. Rekomendasi

Dari beberapa pokok bahasan di atas, ada beberapa hal yang garus diperhatikan sebagai rekomendasi untuk model konseling klasifikasi diagnostik ekologis antara lain :

(16)

1. Model konseling diagnostik ekologis tidak mencakup hanya pada tiga aspek yang utama. Karena hal ini tidak menyeluruh atau mencakup seluruh aspek kehidupan individu.

2. Pendekatan diagnostik ekologis ini memerlukan penganalisaisan yang dalam, sehingga aspek dan faktor eksternal harus dipertimbangkan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Banning, James H. (1989). Ehotheraphy : A Life Space Application of the

ecological Perspective. tersedia di www.campusecologist.com

De beer, Karel. (2006). Learner Centred Development. tersedia di www.kareldebeer.blogspot.com

Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Alih bahasa oleh E. Koswara. Bandung : Rafika Aditama

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo

Surya, Mohammad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Yusuf, Syamsu. (1998). Bimbingan dan Konseling dengan pendekatan Ekologis. Bandung : Disertasi pada PPs IKIP Bandung

Gambar

Tabel Klasifikasi Diagnostik Ekologis

Referensi

Dokumen terkait

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Dengan adanya pemancar ini, maka penjaga penjara dapat memantau posisi setiap narapidana melalui sebuah layar besar yang dihubungkan langsung dengan sebuah satelit yang pada

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

P (Participants) P1 dalam dialog tersebut adalah Lorna yang sedang berbicara pada P2 yaitu James... 145 No

Sehubungan hal itu perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengkaji dosis substitusi azolla dalam pakan komersil sebagai pakan yang memberikan nilai tinggi

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam